• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN ( Toona sureni ) DAN DAUN TITHONIA ( Tithonia diversifolia ) DALAM PENGENDALIAN HAMA BUAH KAKAO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN ( Toona sureni ) DAN DAUN TITHONIA ( Tithonia diversifolia ) DALAM PENGENDALIAN HAMA BUAH KAKAO"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN ( Toona sureni ) DAN DAUN TITHONIA ( Tithonia diversifolia ) DALAM PENGENDALIAN HAMA

BUAH KAKAO

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Agronomi

Oleh :

WIDHY WAISANJANI H0106113

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN ( Toona sureni ) DAN DAUN TITHONIA ( Tithonia diversifolia ) DALAM PENGENDALIAN HAMA

BUAH KAKAO

Yang dipersiapkan dan disusun oleh WIDHY WAISANJANI

H 0106113

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 19 Juli 2011

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji Ketua

Ir. Maidatun Kamila H, MP NIP. 196807221997022001

Anggota I

Dr. Ir. Subagiya, MP NIP. 196102271988031004

Anggota II

Dr. Samanhudi, SP, MSi NIP. 196806101995031003

Surakarta, 19 Juli 2011 Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas

Ekstrak Daun Suren ( Toona sureni ) Dan Daun Tithonia ( Tithonia diversifolia ) Dalam Pengendalian Hama Buah Kakao”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini dapat berjalan baik dan lancar karena adanya bimbingan, bantuan, dan pengarahan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis bermaksud mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

2. Ir. Wartoyo, SP., MS selaku Ketua Jurusan Agronomi FP UNS

3. Ir. Maidatun Kamila Himawati, MP selaku Pembimbing Akademik dan

Dosen Pembimbing Utama

4. Dr. Ir. Subagiya, MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping 5. Dr. Samanhudi, SP., MS selaku Dosen Pembahas

6. Ir. Retno Wijayanti, MSi selaku Dosen yang telah banyak membimbing 7. Kedua orang tua dan adik tercinta atas doa dan motivasinya

8. Teman-teman Agronomi 2006 dan The Zora’s

9. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini

Walaupun disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Tetapi diharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juli 2011

(4)

commit to user

1. Conopomorpha cramerella ... 5

2. Helopeltis sp ... 7

C. Suren ... 8

D. Tithonia ... 9

III.METODE PENELITIAN ... 10

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 10

B. Bahan dan Alat ... 10

C. Cara Kerja Penelitian ... 10

1. Rancangan Penelitian ... 10

2. Pelaksanaan Penelitian ... 11

3. Variabel Pengamatan ... 13

4. Analisis Data ... 14

IV.HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ... 15

A. Kondisi Lahan ... 15

(5)

commit to user

v

C. Pengaruh Ekstrak Suren Terhadap Perkembangan Helopeltis……. 18

D. Pengaruh Ekstrak Tithonia Terhadap Perkembangan Helopeltis 20 E. Persentase Kerusakan Buah Kakao Pada Saat Panen………. 21

F. Kerusakan Biji Buah Kakao Saat Panen……….. 22

G. Penggerek Buah Kakao……….. 23

H. KESIMPULANDAN SARAN……… 26

I. Kesimpulan ………. 26

J. Saran……… 26

K. DAFTAR PUSTAKA………... 27

(6)

commit to user

vi

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Rata-rata Kerusakan Biji pada Buah Kakao Saat Panen dengan

Pemberian Ekstrak Daun Suren………. 23

2. Rata-rata Kerusakan Biji pada Buah Kakao Saat Panen dengan

(7)

commit to user

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Tanaman Suren ……….. 8

2. Tanaman Tithonia………... 9

3. Kondisi Lahan Kakao………... 15

4. Nimfa Helopeltis antonii……… 16

5. Imago Helopeltis antonii………... 16

6. Gejala Kerusakan akibat serangan Helopeltis antonii……… 17

7. Perkembangan Tingkat Serangan Helopeltis pada Buah Kakao dengan Pemberian Ekstrak Daun Suren……….. 18

(8)

commit to user

1 .

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang perkembangannya sangat pesat. Potensi pengembangan

kakao di Indonesia cukup besar, baik sumber daya yang dimiliki, teknologi yang dikuasai maupun peluang pasar dalam dan luiar negeri yang akan terus berkembang pada masa yang akan datang. Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang penting, karena Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ke dua di dunia setelah Pantai Gading (Wardoyo dan soekirman, 1987).

Hama utama pada tanaman kakao adalah Helopeltis sp dan Penggerek buah kakao atau yang nama latinnya Conopomorpha cramerella Snellen. Di beberapa daerah sentra tanaman kakao, biji yang dihasilkan rusak karena serangan PBK dapat mencapai 80%. Artinya dari 1 kg hasil panen hanya 2 ons kakao yang bisa diambil hasilnya. Bisa dibayangkan bila produksi sekitar 100 ton, tentu saja yang bisa didapatkan hanya 20 ton saja. Sebuah kerugian yang sangat besar. Hasil survei Pusat Pengembangan Bersama Kakao yang dilakukan di Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa sekitar 100.000 ha daerah sentra produksi kakao mengalami serangan PBK yang serius. Keadaan demikian juga dialami di Sulawesi Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa serangan hama PBK benar-benar sangat merugikan dan perlu segera diambil tindakan (Badan Penelitian dan Perkembangan Pertanian, 2005).

Hama pengisap buah Helopeltis antonii merupakan salah satu kendala utama budidaya kakao di Indonesia. Hama ini menimbulkan kerusakan

dengan cara menusuk dan mengisap cairan buah maupun tunas-tunas muda. Serangan pada buah muda umumnya menyebabkan matinya buah tersebut. Sedangkan serangan pada buah berumur sedang mengakibatkan pertumbuhan buah yang abnormal. Akibatnya daya hasil dan mutu kakao menurun (Atmadja, 2003).

(9)

commit to user

2

Hasil pengamatan di beberapa sentra produksi kakao menunjukkan, bahwa cara pengendalian yang dilakukan oleh petani adalah dengan menggunakan insektisida sintetik dengan frekuensi dan dosis yang umumnya berlebihan (Badan Penelitian dan Perkembangan Pertanian, 2005). Selain tidak efisien dari segi usaha tani, cara ini juga dapat berpengaruh negatif bagi keberadaan musuh alami hama dan sangat membahayakan lingkungan.

Adanya berbagai dampak negatif tersebut, menyebabkan insektisida nabati kembali mendapat perhatian untuk menggantikan insektisida sintetik. Hal ini disebabkan karena insektisida nabati relative aman, murah, mudah diapklikasikan neh di tingkat petani, tidak mencemari lingkungan dan efek residunya relatif pendek (Oka,1994 cit Herminanto et al.,2004). Pemilihan tumbuhan sebagai bahan insektisida nabati didasarkan pada khasiatnya sebagai insektisida dan kemudahan dalam memperolehnya (Syahputra, 2001).

Suren (Toona sureni) merupakan salah satu jenis tanaman yang mempunyai peluang untuk digunakan sebagai insektisida nabati. Masyarakat memanfaatkan kayu suren untuk membuat almari, mebel, interior ruangan, panel dekoratif, kerajinan tangan, alat musik, kotak cerutu, finir, peti kemas dan konstruksi. Beberapa bagian pohon seperti kulit dan akar sering digunakan untuk ramuan obat yaitu diare. Kulit dan buahnya digunakan untuk minyak atsiri, sedangkan daunnya dapat digunakan sebagai insektisida nabati, karena mengandung zat aktif piretrinnya mampu merusak system saraf hama (Djam’an, 2002).

Selain suren, tanaman lain yang dapat digunakan sebagai bahan insektisida nabati yaitu tanaman Tithonia ( Tithonia diversifolia), tanaman ini biasanya tumbuh liar di lereng-lereng lahan, di parit dan sepanjang saluran air. Larutan tithonia bekerja secara langsung, bertindak sebagai pencegah atau

(10)

commit to user

3

B. Perumusan Masalah

Rumusan dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh ekstrak daun suren (Toona sureni) terhadap hama buah kakao.

2. Bagaimana pengaruh ekstrak daun tithonia (Tithonia diversifolia)

terhadap hama buah kakao.

3. Berapa konhsentrasi ekstrak daun suren dan daun tithonia yang efektif

dalam mengendalikan hama buah kakao. C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1. Mengetahui konsentrasi ekstrak daun suren (Toona sureni) dan

Tithonia (Tithonia diversifolia) yang efektif dalam mengendalikan hama buah kakao.

2. Mengetahui pengaruh ekstrak daun suren (Toona sureni) dan Tithonia

(Tithonia diversifolia) terrhadap tingkat kerusakan buah kakao akibat

(11)

commit to user

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kakao

Sistematika tanaman kakao adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyte

Anak Divisi : Dicotyledoneae

Kelas : Angiospermae dari hutan hujan tropika Amerika Selatan. Pembungaan terpicu sebagai tanggapan terhadap perubahan musim. Di Papua Nugini (PNG), kakao hibrida mulai berbunga sekitar 30 bulan setelah tanam, sedangkan tanaman klonal hanya 15–24 bulan. Produksi puncak tercapai pada saat pohon mencapai umur 4–5 tahun, dan dapat bertahan selama 20 tahun atau lebih jika pengelolaannya baik (Kojam et al., 2009).

Sejak mulai terbentuk sampai saat dipanen, buah kakao memerlukan waktu 150-170 hari. Pada dataran rendah, ketinggian tempat sampai 300 m dpl, buah coklat menjadi masak setelah umur sekitar 5 bulan, sedangkan di dataran tinggi dengan ketinggian 500 m dpl buah menjadi masak setelah sekitar lima setengah sampai 6 bulan (Humpries,1983 cit Tjasadiharjo, 1981).

Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan bagi masyarakat Indonesia. Secara nasional propinsi Sulawesi Tenggara termasuk sentra

(12)

commit to user

4

menyambung pada hamparan yang sangat luas. Hal ini mengandung resiko kerugian oleh hama dan penyakit karena pemencaran yang cepat dari tempat awal serangan (Wardoyo dan Soekirman, 1987).

Perkebunan kakao Indonesia mengalami perkembangan pesat sejak awal tahun 1980-an. Pada tahun 2002, areal perkebunan kakao Indonesia tercatat seluas 914.051 ha dimana sebagian besar (87,4%) dikelola oleh rakyat dan

selebihnya 6,0% perkebunan besar negara serta 6,7% perkebunan besar swasta. Jenis tanaman kakao yang diusahakan sebagian besar adalah jenis kakao lindak dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Disamping itu juga diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah. (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005).

B. Hama buah kakao

1. Conopomorpha cramerella

Menurut Kalshoven (1981) Penggerek Buah Kakao

(Conopomorpha cramerella) sebelumnya dikenal dengan nama Acrocercops

cramerella. Conomorpha cramerella tergolong dalam

Kingdom : Animalia

Telur PBK berbentuk lonjong, permukaaan atas cembung dan permukaan bawahnya rata yang menempel di permukaan kulit buah. Telur

(13)

commit to user

5

Pada waktu telur menetas, larva muda di dalam kulit telur menggigit kulit telur bagaian bawah kemudian langsung masuk ke dalam epidermis kulit buah kakao. Jadi larva tidak keluar dari kulit telur ke udara terbuka. Sifat ini menyebabkan sulitnya larva C. cramerella dikendalikan dengan insektisida. Lebar kepala larva yang baru terbentuk sekitar 0,1 mm dan panjang badannya sekitar 0,8m (Pardede et al., 1995).

Conopomorpha cramerella atau yang dikenal di Indonesia sebagai

Penggerek Buah Kakao (PBK) merupakan salah satu hama utama tanaman kakao yang paling merusak. Serangan PBK menimbulkan kerugian ekonomi sangat besar bagi petani karena (1) Kuantitas hasil panen dapat menurun sampai 80%, (2) Kualitas hasil panen menurun akibat menurunnya mutu fisik biji, meningkatnya kandungan sampah dan kandungan kulit ari, serta menurunnya rendemen dan berat jenis biji kakao, (3) Biaya panen

meningkat karena biji-biji yang lengket sangat sulit dipanen (Direktorat Perlindungan dan Pengembangan Pertanian, 2002).

(14)

commit to user

6

2. Helopeltis sp

Klasifikasi hama Helopeltis spadalah Kingdom : Animalia

Spesies : Helopeltis sp (Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2002). Telur berwarna putih berbentuk lonjong. Diletakkan pada tangkai buah, jaringan kulit buah, tangkai daun muda, atau ranting. Nimfa mempunyai 5 instar. Dewasa mampu bertelur hingga 200 butir. Waktu makannya pagi dan sore. Kehidupannya juga terpengaruh cahaya, sehingga bila terlalu panas, nimfa muda akan pergi ke pupus dan dewasanya kesela-sela daun yang berada di sebelah dalam (Pusat Penelitian Perkebunan, 1994).

Pada tanaman kakao periode nimfa berkisar antara 11-13 hari. Lama pergantian kulit pertama, kedua, ketiga, dan keempat adalah 2-3 hari . Instar pertama berwarna bening kemudian berubah menjadi coklat, untuk instar kedua tubuh berwarna coklat muda, antena coklat tua dan tonjolan pada toraks mulai terlihat. Nimfa instar ketiga tubuhnya berwarna coklat muda, antena coklat tua, tonjolan terlihat jelas dan bakal sayap mulai terlihat. Nimfa instar keempat dan kelima ciri morfologinya sama (Wardoyo, 1983).

Serangan Helopeltis sp bersifat menusuk dan menghisap pada buah pentil dan pucuk-pucuk muda. Gejala serangan pada buah pentil didapati

bintik hitam yang mengakibatkan pentil mati dan gugur. Pada buah dewasa

serangan Helopeltis sp tidak menimbulkan kerugian berarti (Siregar et al., 1998).

(15)

commit to user

7

serangga yang dikeluarkan sewaktu menghisap cairan buah kakao. Kerusakan akan menjadi semakin besar jika terjadi infeksi jamur pada bekas tusukan, beberapa jamur yang diidentifikasi dapat menginfeksi yaitu

Fusarium solani, Aspergilus sp dan Glomella cingulata (Sunanto, 1994).

Pengendalian Helopeltis pada tanaman kakao dapat dilakukan dengan cara pemangkasan. Pemangkasan dilakukan dengan membuang

tunas air yang tumbuh disekitar cabang-cabang utama. Tunas air akan mengganggu pertumbuhan tanaman karena dapat menjadi pesaing dalam mengambil unsur hara dan air. Karena Helpeltis antonii meletakkan telurnya pada jaringan yang lunak, termasuk tunas air maka pembuangan tunas air secara teratur setiap 2 minggu akan mengurangi populasi karena telur yang terdapat pada tunas air akan ikut terbuang (Direktorat Perlindungan Pertanian, 2002).

C. Suren

Sistematika tanaman suren ( Toona sureni )adalah sebagai berikut: Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida Bangsa : Sapindales Suku : Meliaceae Marga : Toona

Jenis : Toona sureni (Danu, 2007).

(16)

commit to user

8

Pohon berukuran sedang sampai besar, dapat mencapai tinggi 40-60 m dengan tinggi bebas cabang hingga 25 m. Diameter dapat mencapai 100 cm, bahkan di pegunungan dapat mencapai hingga 300 cm. Kulit batang terlihat pecah-pecah dan seolah tumpang tindih, berwarna coklat keputihan, pucat hingga keabu abuan, dan mengeluarkan aroma apabila dipotong (Danu, 2007).

Daun suren, sering digunakan sebagai pestisida nabati dan merupakan

bahan alam yang potensial dikembangkan menjadi antikanker ovarium. Hasil analisis fitokimia simplisia daun suren menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid, tanin dan steroid/triterpenoid. Serbuk simplisia diekstraksi secara maserasi dengan pelarut n-heksana, etil asetat dan etanol (Sesilia, et al., 2006).

Zat aktif piretrinnya mampu merusak sistem saraf hama. Zat tersebut bekerja sangat cepat (rapid in action) dan menimbulkan gejala kelumpuhan yang mematikan. Semprotan air perasan suren bisa menjadi alternatif dalam mengusir wereng. Menurut literatur, suren kaya akan kandungan surenon, surenin, dan surenolakton yang berperan sebagai penghambat pertumbuhan, insektisida, dan antifeedant (penghambat daya makan) terhadap larva serangga. Bahan ini juga terbukti sebagai repellant (pengusir) nyamuk (Dede, 2008).

D. Tithonia

Sistematika tanaman tithonia dalam Herbarium Bandungense (2009) adalah :

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Asteridae Bangsa : Asterales Suku : Asteraceae Marga : Tithonia

(17)

commit to user

9

Gambar 2 Tanaman Tithonia

Tithonia diversifolia dikenal sebagai bunga matahari Meksiko dan di

Afrika barat dikenal sebagai tanaman hias dengan bunga berwarna kuning.Tithonia termasuk famili Asteraceae gulma tanaman yang dapat tumbuh tinggi mencapai 2,5 meter dan dapat beradaptasi pada berbagai jenis tanah.Berdasarkan pengamatan di Nigeria, tanaman ini tersebar secara luas dan

tumbuh di sepanjang tepi sungai dan dilahan pertanian yang dibudidayakan (Olabode et al., 2007).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bunga T. diversifolia yang berasal dari dataran tinggi lebih baik dibandingkan daun dataran tinggi dan dataran rendah. Pengujian insektisida melalui metode celup dan lebih tinggi mortalitas larva dibanding metode kontak. T. diversifolia selain sebagai insektisida juga bersifat penghambat makan. Kandungan kimia daun, kulit batang dan akar

Tithonia diversifolia mengandung saponin, polifenol dan flavonoida

(18)

commit to user

11

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian lapangan dilakukan di areal pertanaman kakao milik warga Desa Wakah, Kacamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur dan Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta. Penelitian dimulai bulan September 2010 sampai Desember 2010. pinset, blender, gunting, gelas ukur, kertas label

C. Cara Kerja Penelitian 1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan dua faktor perlakuan dengan 5 ulangan sebagai berikut : a. Faktor pertama yaitu macam insektisida nabati, yaitu

M0 : Daun Suren M1 : Daun Tithonia

(19)

commit to user

12

M0K1: Ekstrak daun suren konsentrasi 1,5%. M0K2: Ekstrak daun suren konsentrasi 3%. M0K3: Ekstrak daun suren konsentrasi 4,5%. M0K4: Ekstrak daun suren konsentrasi 6%. M1K0: Kontrol

M1K1: Ekstrak daun tithonia konsentrasi 1,5%.

M1K2: Ekstrak daun tithonia konsentrasi 3%. M1K3: Ekstrak daun tithonia konsentrasi 4,5% M1K4: Ekstrak daun tithonia konsentrasi 6%. Masing-masing perlakuan di ulang sebanyak 5 kali. 2. Pelaksanaan Penelitian

a. Pemilihan buah kakao

Buah dipilih dari pohon kakao yang varietasnya sama. Setiap perlakuan diusahakan bisa dilakukan pada satu pohon dan pengulangan setiap perlakuan pada pohon yang lain. Buah kakao yang digunakan sebagai bahan uji adalah buah kakao yang panjangnya 10 cm- 15 cm dan buah tersebut tidak menunjukkan adanya kerusakan atau kerusakan akibat serangan hama buah kakao maksimal 10 %.

b. Persiapan bahan insektisida nabati

Cara pembuatan ekstrak daun suren dan tithonia adalah :

1. Menyiapkan bahan ekstrak yaitu daun suren dan tithonia. Sebelum di timbang daun suren dikeringanginkan terlebih dahulu, sedangkan tithonia ditimbang dalam keadaan segar.

2. Untuk mendapatkan konsentrasi larutan 6%, bahan ekstrak di timbang 60 gr di iris kecil-kecil kemudian di blender dengan

menambahkan air sebanyak 1 L.

3. Bahan ekstrak dihancurkan dengan blender sampai halus.

4. Hasilnya dituang dalam wadah dan disimpan selama 1 hari (24

jam).

5. Ekstrak tersebut di saring dan larutannya digunakan sebagai bahan

(20)

commit to user

13

volume 1 ml/L dan untuk control air ditambah sabun cair dengan volume yang sama.

c. Pengujian di Lapang

1. Aplikasi ekstrak daun suren dan tithonia dengan cara disemprotkan pada buah dengan hand sprayer. Penyemprotan dimulai dari kontrol dan dilanjutkan pada konsentrasi terendah dan seterusnya. 2. Sebelum penyemprotan, dilakukan pengamatan terhadap kondisi

buah kakao, kondisi yang diamati adalah: a. Panjang buah kakao

b. Ada tidaknya telur PBK, prapupa, pupa, lubang tempat masuk

larva ( berupa titik/ bintik hitam yang dalam), imago PBK. Apabila ada dicatat jumlahnya.

c. Ada tidaknya nimfa/ imago Helopeltis dan gejala kerusakan

yang merupakan bekas tusukan berupa bercak cekung warna coklat kehitaman berukuran 3 mm- 4 mm.

3. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari ( 07.00 WIB) dan

dilakukan satu minggu sekali sampai satu minggu menjelang panen.

d. Panen

Mengamati presentase kerusakan biji pada tanaman kakao yang telah di panen.

3. Variabel Pengamatan

a. Penggerek Buah Kakao

· Gejala Kerusakan

Menghitung jumlah lubang masuk larva penggerek, dilakukan pada setiap pengamatan

· Jumlah Telur, Prapupa, dan Pupa

(21)

commit to user

14

· Tingkat kerusakan biji kakao yang dilakukan saat panen.

Penghitungan persentase kerusakan biji dengan cara membandingkan jumlah biji buah kakao yang saling melekat dan berwarna hitam dengan jumlah biji seluruhnya.

b. Helopeltis

· Persentase kerusakan

Penghitungan presentase kerusakan dilakukan pada setiap pengamatan.

Kriteria kerusakan: Persentase kerusakan akibat serangan Helopeltis dihitung dengan cara membandingkan luas permukaan buah kakao yang menunjukan gejala serangan dengan luas permukaan buah kakao.

Nilai skoring :

Kerusakan 1% - 25% skor 1 Kerusakan 26% - 50% skor 2

Kerusakan 51% - 75% skor 3

Kerusakan 76% - 100% skor 4

· Jumlah nimfa atau imago yang ditemukan pada setiap pengamatan.

Pada penelitian ini keberadaan hama lain akan dicatat sebagai data tambahan.

4. Analisis Data

(22)

commit to user

15

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum

Lahan yang digunakan untuk penelitian yaitu areal pekarangan milik

warga Desa Wakah, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur ( Gambar 3 ). Ketinggian tempat yaitu 570 sampai 625 m dpl. Pada areal milik

warga ini rata-rata umur tanaman kakao yaitu 8 tahun. Sebagian besar jenis tanaman yang ditanam di areal ini yaitu kakao jenis criolo, dengan ciri yaitu memiliki alur buah yang dalam, kulit buah tebal tetapi lunak dan permukaannya kasar. Jarak tanam antar pohon yaitu 3x3 m, tiap 100 m2 terdapat 10 pohon. Tajuk tanaman di areal ini sangat rapat karena jarang sekali

dilakukan pemangkasan. Akibat jarangnya dilakukan pemangkasan maka tunas air yang tumbuh semakin banyak. Tumbuhnya tunas air ini dapat mengganggu pertumbuhan tanaman karena akan terjadi persaingan dalam penganbilan zat hara. Helopeltis meletakkan telurnya pada jaringan yang lunak termasuk tunas air, pembuangan tunas air ini akan mengurangi populasi helopelthis karena telur yang berada di tunas air akan ikut terbuang. Karena tidak adanya pemangkasan tunas air pada areal pekarangan milik warga ini maka banyak tunas air yang tumbuh dan dapat memicu meningkatnya jumlah Helopeltis.

Gambar 3 Kondisi Lahan Kakao

(23)

commit to user

16

B. Kerusakan akibat serangan Helopeltis

Helopeltis sp termasuk dalam ordo Hemiptera, famili Miridae.

Serangga ini bertubuh kecil ramping dengan tanda spesifik yaitu adanya tonjolan yang berbentuk jarum pada mesoskutelum. Helopeltis merupakan genus yang memiliki banyak spesies. Di Indonesia spesies yang banyak merusak tanaman kakao yaitu Helopeltis antonii (Admaja, 2003)

Gambar 4 Nimfa Helopeltis antonii

Gambar 5 Imago Helopeltis antonii

Pada penelitian ini spesies Helopeltis yang ditemukan yaitu Helopeltis

antonii yang mempunyai ciri-ciri : bewarna coklat kehitaman, pada bagian toraks terdapat tonjolan seperti jarum pentul yang menghadap ke atas atau tegak lurus, antenanya 4 ruas dan panjangnya dua kali panjang tubuhnya (Admaja, 2003).

Selain tidak adanya pemangkasan yang rutin, sanitasi yang rendah di areal pekarangan juga mengakibatkan kelembaban yang tinggi sehingga dapat memicu perkembangan Helopeltis. Halopeltis tumbuh optimal pada lahan yang memiliki kelembaban tinggi.

(24)

commit to user

17

kakao tua tidak terlalu merugikan, tetapi sebaliknya serangan pada buah muda akan menimbulkan kerugian. Selain kakao,hama ini juga memakan banyak tanaman lain, diantaranya: teh, jambu biji, jambu mete, lamtoro, apokat, mangga, dadap, ubijalar, dll. Buah muda yang terserang mengering lalu rontok, tetapi jika tumbuh terus, permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk. Serangan pada buah tua, tampak penuh bercak-bercak cekung

berwarna coklat kehitaman, kulitnya mengeras dan retak (Gambar 6) (Direktorat Perlindungan dan Pengembangan Pertanian, 2002).

(25)

commit to user

18

C. Pengaruh Ekstrak Suren Terhadap Tingkat Serangan Helopeltis

Gejala kerusakan akibat serangan hama Helopeltis pada buah kakao ditandai dengan adanya bercak cekung yang berwarna coklat kehitaman berukuran 3-4 mm (Sunanto, 1994). Tingkat serangan Helopeltis dari minggu 1 sampai minggu ke 11 setelah perlakuan dapat dilihat pada gambar 7.

Keterangan: M0K0: Kontrol.

M0K1: Pemberian ekstrak daun suren konsentrasi 1,5 % M0K2: Pemberian ekstrak daun suren konsentrasi 3 % M0K3: Pemberian ekstrak daun suren konsentrasi 4,5 % M0K4: pemberian ekstrak daun suren konsentrasi 6%

Gambar 7 Perkembangan tingkat serangan Helopelthis pada buah kakao dengan pemberian ekstrak daun suren.

(26)

commit to user

19

daun suren dengan konsentrasi 6% juga terjadi peningkatan persentase kerusakan rata-rata sebesar 0,4% pada minggu ke 3.

Pada minggu ke 8 sampai minggu ke 11, tidak terjadi peningkatan kerusakan pada perlakuan pemberian ekstrak daun suren dengan konsentrasi 1,45%, 3%, 4,5% dan 6%, sedangkan pada kontrol masih terjadi peningkatan kerusakan. Pada pemberian ekstrak daun suren konsentrasi 1,5%, besarnya

persentase kerusakan yaitu 3,2%. Pada pemberian ekstrak daun suren konsentrasi 3% kerusakan mencapai 5%, pada pemberian ekstrak daun suren 4,5% dan 6% masing-masing persentase kerusakan mencapai 6% dan 3,4%. Menurut Dede (2008) suren kaya akan kandungan surenon, surenin, dan surenolakton yang berperan sebagai penghambat pertumbuhan, insektisida, dan antifeedant (penghambat daya makan) terhadap larva serangga. Senyawa antifeedant adalah senyawa-senyawa yang jika dirasakan oleh serangga akan menyebabkan penghentian aktifitas makan secara sementara atau permanen tergantung pada potensi senyawa tersebut (Dadang, 1999).

Pada gambar terlihat bahwa semua perlakuan mengalami peningkatan kerusakan pada minggu ke 3. Peningkatan kerusakan yang terjadi sangat kecil sekali dibanding dengan peningkatan kerusakan pada kontrol. Pada minggu ke 8 sampai minggu ke 11 juga tidak terjadi peningkatan presentase kerusakan akibat Helopelthis, hal ini berarti bahwa pemberian ekstrak daun suren pada berbagai konsentrasi perlakuan efektif menghambat peningkatan serangan Helopelthis. Diduga karena ekstrak daun suren yang mengandung senyawa antifeedant maka menyebabkan penghambatan daya makan Helopelthis sehingga kerusakan akibat hama ini dapat dihambat. Selain itu populasi Helopeltis juga sangat berpengaruh terhadap tingkat kerusakan buah. Pada minggu 1 dan ke 2 tidak ada kerusakan pada buah kakao, hal ini karena tidak

(27)

commit to user

20

sehingga pada minggu ke 8 sampai ke 11 tidak terjadi peningkatan kerusakan. Pada penelitian ini serangan Helopeltis termasuk rendah, faktor yang menyebabkan rendahnya serangan yaitu adanya musuh alami yang berupa semut hitam selain itu juga karena curah hujan yang tinggi.

D. Pengaruh Ekstrak Tithonia Terhadap Tingkat Serangan Helopeltis

Tanaman Tithonia biasanya tumbuh liar di lereng-lereng lahan, di parit dan sepanjang saluran air. Larutan tithonia bekerja secara langsung, bertindak

sebagai pencegah atau pengobat tanaman yang terserang hama. Tanaman yang di semprot larutan ini menyebabkan hama menjauih dari tanaman karena rasa pahit atau bau yang ditimbulkan (Mahfud, 1992). Pada gambar 8 menunjukkan tingkat serangan dari minggu 1 sampai minggu ke 11 setelah perlakuan.

Keterangan: M1K0: Kontrol.

M1K1: Pemberian ekstrak daun tithonia konsentrasi 1,5%. M1K2: Pemberian ekstrak daun tithonia konsentrasi 3% M1K3: Pemberian ekstrak daun tithonia konsentrasi 4,5% M1K4: pemberian ekstrak daun tithonia konsentrasi 6%

(28)

commit to user

21

Pada gambar 8 menunjukan bahwa penggunaan ekstrak daun tithonia dengan konsentrasi 4,5% dan 6% mampu menghambat serangan Helopeltis pada buah kakao, sedangkan pada pemberian ekstrak tithonia dengan konsentrasi 1,5% dan 3% menunjukkan peningkatan kerusakan yang tinggi dibanding dengan kontrol. Pada kontrol serangan cenderung rendah karena ditemukan semut hitam pada beberapa buah kakao. Pada pemberian ekstrak

daun tithonia 4,5% dan 6% terjadi peningkatan kerusakan yang sangat kecil pada minggu ke 3, besarnya kerusakan masing-masing yaitu 1% dan 0,8% dan pada minggu ke 3 sampai minggu ke 11 peningkatan kerusakannya sangat kecil.

Pemberian ekstrak tithonia dengan konsentrasi 4,5% dan 6% efektif dalam menghambat kerusakan buah kakao akibat Helopelthis, hal ini diduga karena kandungan senyawa pada konsentrasi tersebut membuat hama tidak menyukai makanannya karena rasa yang pahit dan bau yang menyengat dari ekstrak daun tithonia selain itu tithonia juga mengandung senyawa falvonoid yang bersifat mengusir hama. Menurut Dadang (1999) serangga mampu mengenali senyawa kimia pada makanannya walaupun dalam jumlah yang kecil, sehingga serangga menolak makan. Hal ini diduga karena serangga memiliki indera perasa dan pencium sehingga serangga tidak menyukai makanannya misal bau menyengat dan rasa yang pahit.

Pemberian ekstrak daun tithonia pada konsentrasi 1,5% mengalani peningkatan persentase rata-rata kerusakan buah pada minggu ke 3 yaitu sebesar 3,6% dan persentase kerusakannya semakin meningkat tiap minggunya sampai minggu ke 9. Pada minggu ke 9 sampai minggu ke 11 rata-rata persentase kerusakan tidak meningkat, besarnya yaitu 14,6 %. Pemberian ekstrak daun tithonia pada konsentrasi 3% juga mengalami peningkatan

(29)

commit to user

22

menunjukkan peningkatan serangan yang tinggi dibanding dengan kontrol. Hal ini berarti ekstrak daun tithonia konsentrasi 1,5% dan 3% kurang efektif dalam menghambat peningkatan kerusakan buah akibat Helopelthis, diduga karena senyawa kimia yang terdapat pada konsentrasi tersebut sangat rendah sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap aktivitas serangga dalam memakan. Selain itu insektisida nabati mempunyai sifat mudah menguap dan juga mudah hilang

karena tercuci oleh air hujan.

E. Persentase kerusakan buah kakao pada saat panen

Serangan Helopelthis bersifat menusuk dan menghisap pada buah pentil dan pucuk pucuk muda. Buah muda yang terserang mengering lalu rontok, tetapi jika tumbuh terus, permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk. Serangan pada buah tua, tampak penuh bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman, kulitnya mengeras dan retak. (Siregar et al., 1998). Dari hasil analisis ragam ( Lampiran 4) terlihat bahwa pemberian macam insektisida nabati dan konsentrasi masing-masing perlakuan menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap kerusakan buah kakao pada saat panen. Kerusakan buah kakao pada saat panen sebagian besar mengalami peningkatan kerusakan. Kerusakan buah kakao pada saat panen meningkat dibanding kerusakan buah pada minggu ke 11 setelah perlakuan, diduga karena satu minggu sebelum panen pemberian insektisida nabati dihentikan sehingga tingkat serangan Helopeltis meningkat karena insektisida yang disemprotkan pada buah kakao efeknya tidak bertahan lama dan mudah menguap sehingga tingkat toksiksitasnya rendah, selain itu terjadinya hujan setelah penyemprotan juga dapat menyebabkan insektisida nabati yang di semprotkan pada buah kakao hilang terbawa air hujan.

Menurut Sastroutomo (1992), semua senyawa pestisida adalah beracun,

(30)

commit to user

23

disemprotkan pada buah kakao untuk mengendalikan Helopeltis masuk lewat kulit sehingga tingkat toksisitasnya rendah

F. Kerusakan biji buah kakao saat panen

Kerusakan biji buah kakao akibat serangan Helopeltis dapat dilihat ketika buah kakao sudah dibelah, ketika buah kakao yang menunjukkan gejala serangan Helopeltis dibelah maka akan terlihat biji berwarna kecoklatan. Tabel 1 Rata-rata kerusakan biji pada buah kakao saat panen dengan pemberian

ekstrak daun suren

(-) : Kerusakan biji bukan karena serangan Helopeltis antonii M0K0: Kontrol

M0K1: Pemberian ekstrak daun suren konsentrasi 1,5% M0K2: Pemberian ekstrak daun suren konsentrasi 3% M0K3: Pemberian ekstrak daun suren konsentrasi 4,5% M0K4: pemberian ekstrak daun suren konsentrasi 6%

Persentase kerusakan biji rata-rata pada pemberian ekstrak daun suren konsentrasi 4,5% paling rendah diantara pemberian ekstrak daun suren pada konsentrasi yang lain, persentase rata-ratanya yaitu 3,25%, sedangkan persentase rata-rata kerusakan biji yang tertinggi yaitu pada pemberian ekstrak daun suren dengan konsentrasi 1,5%, yaitu mencapai 10%.

Dari hasil penelitian terlihat bahwa pemberian ekstrak daun suren pada konsentrasi 1,5% , 3%, 4,5% dan 6% menunjukkan kerusakan biji yang lebih besar dibanding dengan kontrol.

Pada perlakuan M0K2 ( Pemberian ekstrak daun suren konsentrasi 3%)

ulangan ke 3 terdapat nimfa sebanyak 7 spesimen pada minggu ke 2 dan 1 nimfa pada minggu ke 5, sedangkan pada perlakuan M0K4 (Pemberian ekstrak

(31)

commit to user

24

dan 3 nimfa pada minggu ke 5. Diduga karena populasi Helopeltis pada buah kakao ditemukan pada saat buah masih muda yaitu pada minggu ke 2, walaupun populasi yang ditemukan sedikit tapi serangan pada buah kakao yang masih muda menimbulkan kerusakan yang berarti, karena serangan yang terus menerus akan menyebabkan buah kakao berwarna hitam dan mengeras sehingga biji ikut rusak.

Dari hasil penelitian terdapat buah kakao yang busuk pada saat panen, diduga ini akibat terkontaminasinya buah dari buah lain yang terserang penyakit busuk buah yang disebabkan oleh jamur Phytoptora palmivora.

Menurut Direktorat Perlindungan Perkebunan (2002), penyebaran penyakit dibantu oleh keadaan lingkungan yang lembab terutama pada musim hujan. Penyakit ini akan berkembang dengan cepat pada daerah yang mempunyai curah hujan tinggi, kelembaban udara dan tanah yang tinggi terutama pada pertanaman kakao dengan tajuk rapat.

Tabel 2 Rata-rata kerusakan biji pada buah kakao saat panen dengan pemberian ekstrak daun tithonia

(-) : Kerusakan biji bukan karena serangan Helopelthis antonii M1K0: Kontrol

M1K1: Pemberian ekstrak daun tithonia konsentrasi 1,5% M1K2: Pemberian ekstrak daun tithonia konsentrasi 3%. M1K3: Pemberian ekstrak daun tithonia konsentrasi 4,5%. M1K4: pemberian ekstrak daun tithonia konsentrasi 6% .

(32)

commit to user

25

kakao yang terserang Helopelthis. Pada pemberian ekstrak daun tithonia dengan konsentrasi 4,5% dan 6% terlihat bahwa perkembangan tingkat serangan Helopeltis rendah, populasi Helopeltis yang ditemukan pada buah kakao dengan perlakuan tersebut yaitu ketika buah sudah besar dan hampir masak, serangan Helopeltis pada buah yang sudah besar tidak menimbulkan kerugian yang berarti, sebaliknya pada pemberian ekstrak daun tithonia dengan

konsentrasi 1,5% dan 3% kerusakan biji pada saat panen lebih tinggi dibanding kontrol. Hal ini karena pada kontrol ditemukan semut hitam yang merupakan musuh alami dari Helopeltis sehingga kerusakan buah saat panen rendah dan kerusakan biji pada saat panen juga rendah.

G. Penggerek Buah Kakao

Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella) sejenis ngengat yang meletakkan telur pada permukaan buah kakao, Hama kakao ini sangat

merugikan. Serangannya dapat merusak hampir semua hasil. Penggerek Buah Kakao dapat menyerang buah sekecil 3 cm, tetapi umumnya lebih menyukai yang berukuran sekitar 8 cm. Ulatnya merusak dengan cara menggerek buah, memakan kulit buah, daging buah dan saluran ke biji. Buah yang terserang akan lebih awal menjadi berwarna kuning, dan jika digoyang tidak berbunyi. Biasanya lebih berat daripada yang sehat. Biji-bijinya saling melekat, berwarna kehitaman serta ukuran biji lebih kecil (Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2002).

Pada penelitian ini tidak ditemukan gejala serangan dan juga spesimen pada buah kakao. Hal ini diduga karena Penggerek Buah Kakao seringkali muncul pada saat musim kemarau sedangkan pelaksanaan penelitian pada saat musim penghujan. Pada musim penghujan jarang sekali ditemukan Penggerek buah kakao karena telur PBK yang diletakkan di alur-alur buah banyak yang

(33)

commit to user

26

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pemberian ekstrak daun suren dan ekstrak daun tithonia tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kerusakan buah kakao akibat serangan Helopeltis

antonii pada saat panen.

2. Pemberian ekstrak daun suren konsentrasi 1,5% dapat menghambat tingkat

serangan Helopeltis dan pemberian ekstrak daun tithonia konsentrasi 4,5% juga dapat menghambat tingkat serangan Helopeltis tiap minggunya. 3. Tingkat serangan Helopeltis rendah sehingga kerusakan pada biji buah

kakao saat panen juga rendah.

B. Saran

Gambar

Gambar 2 Tanaman Tithonia
Gambar 3 Kondisi Lahan Kakao
Gambar 4 Nimfa Helopeltis antonii
Gambar 6 Gejala kerusakan akibat serangan Helopeltis antonii
+5

Referensi

Dokumen terkait

Nilai standar deviasi adalah sebesar 0.309081 menunjukan bahwa tingkat kebijakan dividen yang dimiliki perusahaan sebesar 31% nilai standar deviasi lebih kecil

Kegiatan kompetisi kewirausahaan ini di lakukan dengan mengkompetisikan business plan masing-masing peserta. Tim juri akan menyeleksi Business Plan peserta yang masuk

Prosentase Pengeluaran Transportasi Terhadap Pendapatan 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% Kota Bandung Kota Semarang Kota Medan Kota Jakarta Kota Makassar Angkutan Umum Mobil motor..

untuk menyelesaikan tugas skripsi dengan judul "Perbedaan lntensitas Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran Pada Remaja Putri Ditinjau Dari Peran Seksual" di lingkungan

Untuk mengatasi persaingan yang semakin ketat tersebut guna meningkatkan penjualan, maka penulis merancang dan membuat sebuah desain dan bentuk website ECommerce dengan menggunakan

Pada jenjang Magister (S2), seorang mahasiswa harus menyelesaikan beban studi sekurang-kurangnya 36 (tiga puluh enam) SKS dan sebanyak-banyaknya 50 (lima puluh) SKS yang

Berdasarkan nilai indeks pada Tabel 3, diketahui bahwa nilai indeks dominansi yang terbesar adalah mata air Citaman dengan nilai indeks dominansi 0,94, sedangkan nilai

Dengan melihat hadits yang diriwayatkan Abdullâh bin ‘Umar dan beberapa riwayat lain serta melihat proses turunnya syariat yang tanpa diawali sebab-sebab tertentu serta beberapa