• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKAAN FUNGI PADA BEBERAPA MATA AIR DI CIOMAS BANTEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEANEKAAN FUNGI PADA BEBERAPA MATA AIR DI CIOMAS BANTEN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKAAN FUNGI PADA BEBERAPA MATA AIR DI CIOMAS BANTEN

Nia Rossiana

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Padjadjaran Email niarossiana@yahoo.com.

ABSTRACT

The research concerning diversity of Fungi at 14 springs in Padarincang Serang was done. The method was carried out with survey method and sampling water with grab sampling.. The parameters measured of isolation, identification, counting of colony quantity, counting of attendance frequency, dominance index and diversity index and also examinining chemistry-physics of water. Correlation analysis used to find out influence chemistry-physics of water to diversity of fungi. The result showed there were 28 species of fungi have been found. The highest attendance frequency showed by Penicillium camemberty (85,17%). The highest dominance index was found in the spring of Citaman (0,94) and The highest diversity index was found in the spring of Kalapa Siung (0,87). Correlation Analysis showed that the increase value of DHL, TDS, Mg and CaCO3 will decrease the diversity of fungi in a significant manner, 28,7% for DHL, 28,8% for TDS, 39,9% for Mg, 32,7% for CaCO3,beside another factors.

Key words: Penicillium, dominance index, diversity index, spring, Padarincang

Salah satu sumber air adalah mata air. Mata air merupakan sumber air yang muncul dengan sendirinya ke permukaan dari dalam tanah. Sumber dari aliran airnya berasal dari air tanah yang mengalami patahan sehingga muncul ke permukaan. Aliran ini dapat bersumber dari air tanah dangkal maupun dari air tanah dalam. Mata air yang berasal dari air tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air tanah dalam itu sendiri.

Mata air (spring) adalah pemusatan keluarnya air tanah yang muncul di permukaan tanah sebagai arus dari aliran air tanah. Menurut Todd (1980), berdasarkan sebab terjadinya mata air diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: mata air yang dihasilkan oleh tenaga non gravitasi (non gravitational spring) dan mata air yang dihasilkan oleh tenaga gravitasi (gravitational spring). Mata air yang air yangair yang dihasilkan oleh tenaga non gravitasi meliputi: mata air vulkanik, mata air celah, mataair hangat, dan mata air panas. air celah, mataair hangat, dan mata air panas.air celah, mataair hangat, dan mata air panas. air panas.air panas. Mata air gravitasi diklasifikasikan menjadi beberapa tipe, yaitu: mata air depresi (depresion spring) yang terbentuk bila permukaan air tanah terpotong oleh topografi; mata air kontak (contact spring) terjadi bila lapisan yang lulus air terletak di atas lapisan kedap air; mata air artesis (artesian spring) yang keluar dari akuifer tertekan; dan mata air turbuler (turbulence spring) yang terdapat pada saluran-saluran alami pada formasi kulit bumi, seperti goa lava atau joint. Mata air yang terdapat di daerah Ciomas merupakan sumber air yang digunakan oleh sebagian besar penduduk.

PENGANTAR

Keanekaan hayati mendapat perhatian besar dari para ilmuwan di seluruh dunia, begitu pula di Indonesia. Indonesia adalah negara yang memiliki tingkat keanekaan hayati yang tinggi, salah satunya mikroorganisme. Setelah

Convention on Biological Diversity ditandatangani pada tahun 1992, maka penelitian mengenai keanekaan hayati di seluruh dunia banyak dilakukan, begitu pula di Indonesia. Di bidang mikrobiologi, masih banyak mikroorganisme yang belum diketahui dan dimanfaatkan potensinya termasuk fungi.

Spesies fungi diperkirakan 1.500.000 terdapat di dunia dan sampai tahun 1996 baru 69.000 (4,6%) spesies telah dideskripsi. Sejumlah 200.000 (13,3%) spesies tersebut diperkirakan ada di Indonesia (Gandjar et al, 2006).Fungi yang memiliki habitat perairan tawar dikelompokkan ke dalam fungi akuatik. Sebagian besar fungi akuatik adalah saprofit yang berperan penting dalam mendegradasi bahan organik dan daur ulang nutrisi dalam ekosistem perairan. Fungi akuatik secara garis besar termasuk fungi yang hanya tumbuh di air dan merupakan fungi terestrial yang melepaskan sporanya yang tersebar di air (Dix and Webster, 1995).

Input paling utama kedalam perairan berasal dari tumbuhan yang daunnya gugur. Material ini mengandung endofit yang berasal dari terrestrial. Keberadaan endofit menempatkan fungi kedalam kelas Hyphomycetes dengan bentuk spora terspesialisasi sehingga dikenal dengan fungi ingoldian (Dix and Webster, 1995).

(2)

Penelitian dilakukan dengan metode survey dan pengambilan contoh air dilakukan secara langsung (grab sampling) (Alaerts dan Santika, 1984).

Analisis data meliputi pemeriksaan fungi yang terdiri dari isolasi, identifikasi, perhitungan jumlah koloni, frekuensi kehadiran, dominansi dan keanekaan fungi serta pemeriksaan sifat fisika-kimia air (Oksigen terlarut, daya hantar listrik, pH).

Identifikasi jamur menggunakan buku penuntun Introductory Mycology Alexopolous dan Mims (1979),Illustrated Genera of Imperfect Fungi, karangan Barnett (1960), Dematiaceous Hyphomycetes karangan Ellis (1971).

Analisis Korelasi linear sederhana digunakan untuk mengetahui hubungan antara keanekaan fungi dengan sifat fisik kimia air. Selanjutnya untuk mengetahui tingkat perbedaannya dilakukan uji-t.

HASIL

Tinjauan Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di sekitar Desa Curug Goong,Desa Curug Goong,esa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, terletak diantara Guning Karang, Gunung Parakasak, dan zona konservasi Rawa Danau. Secara topografi, daerah kajian menunjukkan satuan-satuan morfologi lembah dan

permukaan laut (dpl).

Daerah kajian ditandai beberapa tipe vegetasi mulai dari pesawahan, hutan sekunder (pinus), hutan rawa, dan perkebunan lainnya. Berdasarkan data statistik yang diperoleh dari Forum Cidanau Catchment Area (2002), kecepatan pertumbuhan penduduk adalah sekitar 3% per tahun di Desa Kramat Laban, Padarincang. Daerah ini mempunyai tingkat kerapatan populasi sekitar 23 orang/ hektar dengan kebanyakan penduduknya berprofesi sebagai petani.

Berdasarkan peta topografi skala 1:25000, DAS Cisuwarna mempunyai luas sekitar 24.6 km2. Rata-rata gradien sungai Cisuwarna adalah sekitar 0.09103, suatu kemiringan yang cukup curam dengan aliran yang cepat pada musim hujan. Sumber air yang diekpsloitasi oleh warga terletak di Desa Curuggoong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten. Secara Geografik, sumber air terletak pada 06o12’13” S, 105o59’41.1” E sedangkan DAS Cisuwarna berada antara 06o12’4”–06o 16’41” S dan 105o 58’11”–106o 2’ 56” E.

Jenis dan Jumlah Fungi

Berdasarkan pengamatanPada 14 sumber mata air yang diteliti, setelah melalui determinasi diperoleh sebanyak 28 jenis fungi, dapat dilihat pada Tabel 1.

Pada Tabel 1 diketahui bahwa mata air yang mengandung jumlah fungi terbanyak adalah mata air Tabel 1. Hasil Identifikasi Jenis dan Jumlah Fungi Pada 14 Mata Air

No. Lokasi Fungi yang Ditemukan TPC (c.f.u/ml)

1 Mata air Cipanyaungan 1. Penicillium expansum Link ex S.F. Gray 2. Neosartorya fischeri Malloch & Cain 3. Penicillium roqueforti Thom 4. Aspergillus penicilloides Speg 5. Scopulariopsis candida Vuill 6. Penicillium camemberti Thom

161

2 Mata air Cibulakan 1. Monascus ruber v.Tieghem 2. Aspergillus penicilloides Speg 3. Scopulariopsis candida Vuill 4. Penicillium camemberti Thom

235

3 Mata air Cirahab Caringin 1. Monascus ruber v.Tieghem 2. Neosartorya fischeri Malloch & Cain 3. Misellia sterilia

4. Penicillium camemberti Thom 5. Penicillium corylophilum Dierckx 6. Mucor plumbeus Bon

1133

4 Mata air Cirahab Kopi 1. Penicillium sp

2. Eurotium chevalieri Mangin 3. Neosartorya fischeri Malloch & Cain 4. Aspergillus fumigatus Fres 5. Penicillium camemberti Thom

581

(3)

No. Lokasi Fungi yang Ditemukan TPC (c.f.u/ml) 5 Mata air Cibarugbug 1. Penicillium roqueforti Thom

2. Penicillium sp1

3. Monascus ruber v.Tieghem

4. Aspergillus penicilloides Speg

5. Eurotium sp

6. Penicillium camemberti Thom

2614

6 Mata air Cimodin 1. Neosartorya fischeri Malloch & Cain

2. Thermomyces lanuginosus Tsikl

3. Aspergillus penicilloides Speg

4. Monascus ruber v.Tieghem

5. Mucor hiemalis Wehmer 6. Penicillium camemberti Thom

7. Penicillium corylophilum Dierckx

312

7 Mata air Citaman Ciketug 1. Aspergillus penicilloides Speg

2. Neosartorya fischeri Malloch & Cain

3. Penicillium paraherquei Abe ex G. Smith

4. Neosartorya fischeri Malloch & Cain

5. Penicillium sp1

1849

8 Mata air Cikadatuan 1. Neosartorya fischeri Malloch & Cain

2. Penicillium sp1

3. Penicillium sp2

2119

9 Mata air Citaman 1. Thermomyces sp

2. Misellia sterilia

3. Neosartorya fischeri Malloch & Cain

2508

10 Mata air Cidanghiang 1. Penicillium sp2

2. Stachybotrys chartarum (Ehreb. Ex Link) Hughes

3. Monascus ruber v.Tieghem

4. Mucor circinelloides v. Tieghem

5. Aspergillus penicilloides Speg

6. Eurotium chevalieri Mangin

7. Neosartorya fischeri Malloch & Cain 8. Penicillium corylophilum Dierckx

460

11 Mata air Cikaret 1. Emericella variecolor, Berk & Broome (1857)

2. Aspergillus penicilloides Speg

3. Eurotium chevalieri Mangin

4. Penicillium brevicompactum Dierckx

5. Penicillium chrysogenum Thom

6. Monascus ruber v.Tieghem 7. Penicillium camemberti Thom 8. Penicillium corylophilum Dierckx

6372

12 Mata air Kalapa Siung 1. Monascus ruber v.Tieghem

2. Penicillium paraherquei Abe ex G. Smith

3. Eurotium sp1

4. Aspergillus sp

5. Cladosporium sp

6. Aspergillus penicilloides Speg

7. Misellia sterilia 8. Eurotium sp

9. Penicillium camemberti Thom 10. Penicillium corylophilum Dierckx

110

dilanjutkan Lanjutan Tabel 1

(4)

Cikaret dengan jumlah fungi/ml sampel air sebanyak 6.372 koloni, sedangkan jumlah fungi paling sedikit ditemukan pada mata air Kalapa Siung sebanyak 110 koloni fungi/ml sampel.

Frekuensi Kehadiran (FK) Fungi

Nilai dari Frekuensi Kehadiran fungi pada 14 mata air dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 2. Frekuensi Kehadiran Fungi di 14 Mata Air

No Spesies FK (%) 1 Penicillium camemberti 85,71 2 Penicillium corylophilum 35,71 3 Emericella variecolor 7,14 4 Aspergillus penicilloides 64,29 5 Eurotium chevalieri 21,43 6 Penicillium brevicompactum 7,14 7 Penicillium chrysogenum 7,14 8 Monascus ruber 57,14 9 Cladosporium herbarum 7,14 10 Penicillium paraherquei 14,29 11 Eurotium sp1 14,29 12 Aspergillus sp 7,14 13 Cladosporium sp 14,29 14 Misellia sterilia 21,43 15 Eurotium sp2 7,14 16 Penicillium expansum 7,14 17 Scopulariopsis candida 21,43 18 Neosartorya fischeri 64,29 19 Penicillium roqueforti 14,29 20 Thermomyces lanuginosus 7,14 21 Mucor hiemalis 7,14 22 Mucor plumbeus 14,29 23 Penicillium sp1 21,43 24 Penicillium sp2 21,43 25 Stachybotrys chartarum 14,29 26 Mucor circinelloides 14,29 27 Thermomyces sp 7,14 28 Aspergillus fumigatus 7,14 Dominansi Fungi

Nilai indeks dominansi pada mata air dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 3. Nilai Indeks Dominansi (Simpson) pada 14 Mata Air

No Lokasi Indeks

Dominansi

1 Mata air Cipanyaungan 0,28

2 Mata air Cibulakan 0,62

3 Mata air Cirahab Caringin 0,32

4 Mata air Cirahab Kopi 0,87

5 Mata air Cibarugbug 0,32

6 Mata air Cimodin 0,52

7 Mata air Citaman Ciketug 0,75

8 Mata air Cikadatuan 0,57

9 Mata air Citaman 0,94

10 Mata air Cidanghiang 0,45

11 Mata air Cikaret 0,38

12 Mata air Kalapa Siung 0,13

13 Mata air Cipancur 0,89

14 Mata air Cibanten 0,28

Pada Tabel 3, diketahui bahwa nilai indeks dominansi yang terbesar adalah mata air Citaman dengan nilai indeks dominansi 0,94, sedangkan nilai indeks dominansi yang terkecil adalah mata air Kalapa Siung dengan nilai indeks dominansi 0,13.

Keanekaan Fungi

Hasil perhitungan keanekaan fungi pada mata air ditunjukkan pada tabel berikut.

No. Lokasi Fungi yang Ditemukan TPC (c.f.u/ml)

13 Mata air Cipancur 1. Cladosporium sp

2. Aspergillus penicilloides Speg 3. Penicillium camemberti Thom 4. Scopulariopsis candida Vuill

5. Mucor plumbeus Bon

6. Penicillium sp1

1288

14 Mata air Cibanten 1. Stachybotrys chartarum (Ehreb. Ex Link) Hughes

2. Mucor circinelloides v. Tieghem

3. Neosartorya fischeri Malloch & Cain

4. Monascus ruber v.Tieghem

5. Eurotium chevalieri Mangin 6. Penicillium camemberti Thom

7. Penicillium sp1

(5)

Tabel 4. Nilai Indeks Keanekaan (Simpson) pada 14 Mata Air

No Lokasi Indeks Diversitas

1 Mata air Cipanyaungan 0,72

2 Mata air Cibulakan 0,38

3 Mata air Cirahab Caringin 0,68

4 Mata air Cirahab Kopi 0,13

5 Mata air Cibarugbug 0,68

6 Mata air Cimodin 0,48

7 Mata air Citaman Ciketug 0,25

8 Mata air Cikadatuan 0,43

9 Mata air Citaman 0,06

10 Mata air Cidanghiang 0,55

11 Mata air Cikaret 0,62

12 Mata air Kalapa Siung 0,87

13 Mata air Cipancur 0,11

14 Mata air Cibanten 0,72

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa mata air dengan indeks keanekaan fungi terbesar adalah mata air Kalapa Siung dengan nilai indeks keanekaan 0,87. Sedangkan mata air dengan indeks keanekaan terkecil adalah mata air Citaman dengan nilai indeks keanekaan 0,06.

Pemeriksaan Sifat Fisika-Kimia Air

Hasil pemeriksaan sifat fisika-kimia air di lapangan dapat dilihat pada Tabel 5.

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada 14 mata air suhu air memiliki kisaran antara 21,6o C (mata air Kalapa Siung) sampai 25,5o C (mata air Cirahab Caringin), daya hantar listrik berkisar antara 55µS/cm (mata air Kalapacm (mata air Kalapam (mata air Kalapa (mata air Kalapa Siung) sampai 146 �S�cm (mata air �ipancur), DO berkisar�S�cm (mata air �ipancur), DO berkisarcm (mata air �ipancur), DO berkisarm (mata air �ipancur), DO berkisar (mata air �ipancur), DO berkisar antara 5,20 mg/L (mata air Cikadatuan) sampai 9,92 mg/L (mata air Kalapa Siung), pH air berkisar antara 6,2 (mata air Cirahab Kopi) sampai 7,9 (mata air Cikaret).

Hubungan Keanekaan Fungi dengan Sifat Fisika-Kimia Air

Berikut ini hasil analisis korelasi dan distribusi t antara keanekaan fungi dengan beberapa sifat fisika-kimia air. (Tabel 6)

Pada Tabel 5 terdapat empat parameter yangTabel 5 terdapat empat parameter yangabel 5 terdapat empat parameter yang5 terdapat empat parameter yang terdapat empat parameter yang menunjukkan korelasi negatif (–) dan signifikan, yaitu DHL, TDS, Mg dan �a�O3. Korelasi negatif menunjukkan bahwa kenaikan parameter tersebut akan menurunkan keanekaan fungi secara signifikan (berarti) masing-masing sebesar 28,7% untuk Daya Hantar Listrik, 28,8% untuk Padatan Terlarut Total, 39,9% untuk Magnesium, 32,7% untuk Kesadahandan sisanya faktor lain.

Parameter lainnya menunjukkan korelasi negatif dan tidak signifikan serta korelasi positif dan tidak signifikan. Nilai t-hitung dari parameter-parameter tersebut tidak melampaui nilai t-tabel, yang berarti belum cukup bukti yang menyatakan bahwa parameter-parameter tersebut memengaruhi keanekaan fungi.

Parameter yang menunjukkan korelasi negatif (–)(–) dan tidak signifikan dengan keanekaan fungi, yaitu suhu, kalsium, natrium, sulfat, kalium dan alkalinitas. Koefisien korelasi (r) dan koefisien determinasi (r2) dari parameter-parameter tersebut masing-masing sebesar –0,443 dan 19,6% untuk Suhu, –0,193 dan 3,7% untuk kasium, –0,473 dan 22,4% untuk natrium, –0,447 dan 19,9% untuk sulfat, –0,216 dan 4,7% untuk kalium serta –0,451 dan 20,3%0,216 dan 4,7% untuk kalium serta –0,451 dan 20,3%,216 dan 4,7% untuk kalium serta –0,451 dan 20,3% untuk alkalinitas.

Parameter lain, seperti oksigen terlarut, pH, Nitrat, Nitrit dan Klorida menunjukkan korelasi positif (+) dan tidak signifikan dengan keanekaan fungi. Koefisien korelasi (r) dan koefisien determinasi (r2) dari parameter-parameter Tabel 5. Hasil Pengukuran Sifat Fisika-Kimia Air di Lapangan

No Lokasi Suhu air

(o C)

DHL

(µS/cm) DO (mg/L) pH

1 Mata air Cipanyaungan 25 89 8,13 6,4

2 Mata air Cibulakan 23,7 123 9,59 6,9

3 Mata air Cirahab Caringin 25,5 125 5,53 6,8

4 Mata air Cirahab Kopi 25,3 128 5,85 6,2

5 Mata air Cibarugbug 23 128 8,46 6,9

6 Mata air Cimodin 23,8 133 6,02 6,7

7 Mata air Citaman Ciketug 24,9 128 5,53 6,7

8 Mata air Cikadatuan 24,8 91 5,20 6,7

9 Mata air Citaman 25,2 109 6,34 6,7

10 Mata air Cidanghiang 23,8 86 9,35 7,8

11 Mata air Cikaret 23,1 97 8,46 7,9

12 Mata air Kalapa Siung 21,6 55 9,92 7,6

13 Mata air Cipancur 24,6 146 7,40 7,2

(6)

tersebut masing-masing sebesar 0,427 dan 18,2% untuk Oksigen Terlarut, 0,238 dan 5,7% untuk pH, 0,073 dan 0,5% untuk Nitrat, 0,198 dan 3,9% untuk Nitrit serta 0,046 dan 0,2% untuk Klorida.

PEMBAHASAN

Jenis dan Jumlah Fungi

Berdasarkan dari hasil pengamatan jenis dan jumlah fungi menunjukkan bahwa pada empat belas mata air di daerah Ciomas Banten diperoleh sebanyak 28 jenis fungi, yaitu: Penicillium camemberti, Penicillium corylophilum, Emericella variecolor, Aspergillus penicilloides, Eurotium chevalieri, Penicillium brevicompactum, Penicillium chrysogenum, Monascus ruber, Penicillium funiculosum, Cladosporium herbarum, Penicillium paraherquei, Eurotium sp, Aspergillus sp, Cladosporium sp, Eurotium

sp, Penicillium expansum, Scopulariopsis candida, Neosartorya fischeri, Penicillium roqueforti, Thermomyces lanuginosus, Penicillium sp1, Penicillium sp2, Thermomyces

sp, dan Aspergillus fumigates,,Mucor circinelloides, Mucor hiemalis, dan Mucor plumbeus, Stachybotrys chartarum, Stachybotrys chartarumStachybotrys chartarum, dan dari dua puluh delapan jenis fungi yang ditemukan terdapat beberapa fungi yang tidak digolongkan ke dalam fungi akuatik, yaitui Aspergillus sp, Mucor sp, dan Monascus ruber. Ketiga spesies fungi tersebut merupakan jenis-jenis fungi yang biasa ditemukan di tanah dan sampah-sampah

organik berupa sisa-sisa daun yang berguguran. Fungi-fungi ini tergolong sebagai fungi kontaminan, tetapi menurut Dix dan Webster (1995), fungi akuatik adalah fungi terestrial yang melepaskan sporanya tersebar di air. Fungi-fungi ini kemudian digolongkan ke dalam kelompok Hyphomycetes

karena memiliki spora yang terspesialisasi. Fungi-fungi ini memiliki bentuk konidia melingkar atau bulat, jenis ini lah yang dikenal dengan aero-akuatik. Kelebihan dari fungi yang memiliki bentuk konidia seperti ini adalah kemampuannya dalam bertahan walaupun dalam kondisi lingkungan air yang kering atau surut. Sporanya dapat tetap tinggal di lumpur ketika air mengering, lalu sporanya kembali dapat mengapung di atas permukaan air, kemudian berkoloni (Dix dan Webster, 1995).

Frekuensi Kehadiran (FK) Fungi

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa fungi yang memiliki frekuensi kehadiran terbesar dimiliki oleh spesies

Penicillium camemberti (85,71%), artinya spesies ini hampir ditemukan di seluruh lokasi penelitian. Frekuensi kehadiran sedang dimiliki oleh dua spesies fungi, yaitu

Aspergillus penicilloides (64,29%) dan Neosartorya fischeri

(64,29%).

Penicillium sp merupakan fungi yang menghasilkan zat antibiotik penicilin. Zat antibiotik ini dapat menghambat pertumbuhan fungi lain sehingga spesies lain sulit untuk tumbuh pada lokasi yang sama, sedangkan Aspergillus

No Sifat Fisika-Kimia r r2 (%) t-hitung Keterangan

1 Suhu (o C) -0.443 19.6 1.711 Tidak Signifikan

2 DHL (µS/cm) -0.536 28.7 2.199 Signifikan

3 TDS (mg/L) -0.537 28.8 2.205 Signifikan

4 DO (mg/L) 0.427 18.2 1.636 Tidak Signifikan

5 pH 0.238 5.7 0.849 Tidak Signifikan

6 Nitrat (mg/L) 0.073 0.5 0.254 Tidak Signifikan

7 Nitrit (mg/L) 0.198 3.9 0.700 Tidak Signifikan

8 Mg (mg/L) -0.582 33.9 2.480 Signifikan 9 Ca (mg/L) -0.193 3.7 0.681 Tidak Signifikan 10 Cl (mg/L) 0.046 0.2 0.159 Tidak Signifikan 11 Na (mg/L) -0.473 22.4 1.860 Tidak Signifikan 12 SO4 (mg/L) -0.447 19.9 1.731 Tidak Signifikan 13 K (mg/L) -0.216 4.7 0.766 Tidak Signifikan 14 CaCO3 (mg/L) -0.572 32.7 2.416 Signifikan

15 Alkalinitas (mg/L) -0.451 20.3 1.750 Tidak Signifikan

Keterangan:

r = Koefisien Korelasi r2 =Koefisien determinasi (%)

t-tabel = 2.180

(7)

sp merupakan fungi kontaminan yang dapat tumbuh pada berbagai macam substrat dan kemampuan koloninya untuk tumbuh sangat cepat (Samson et al., 1981).

Neosartorya fischeri termasuk jenis fungi yang habitatnya kosmopolit, mudah tumbuh di lingkungan yang kurang baik dengan kadar air rendah. Neosartorya fischeri dikenal sebagai fungi yang thermotolerant, mampu tetap tumbuh dan berkembang walaupun dalam kisaran suhu tinggi baik secara seksual maupun aseksual (Samson

et al., 1981). Dominansi Fungi

Berdasarkan nilai indeks pada Tabel 3, diketahui bahwa nilai indeks dominansi yang terbesar adalah mata air Citaman dengan nilai indeks dominansi 0,94, sedangkan nilai indeks dominansi yang terkecil adalah mata air Kalapa Siung dengan nilai indeks dominansi 0,13 sedangkan dominansi maksimal adalah 1, hal ini menunjukkan bahwa dominansi jenis dipusatkan pada satu jenis saja, sedangkan nilai indeks dominansi yang lebih kecil dari 1 menunjukkan bahwa dominansi dipusatkan pada beberapa atau banyak jenis (Odum, 1993).

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka diketahui bahwa terdapat tiga mata air yang nilai indeks dominansinya mendekati 1, yaitu mata air Citaman, mata air Cipancur dan mata air Cirahab Kopi. Ini menunjukkan bahwa dominansi jenis dipusatkan hanya pada satu jenis saja. Pada mata air Citaman dan mata air Cirahab Kopi, jenis fungi dipusatkan pada Neosartorya fischeri, sedangkan mata air Cipancur jenis fungi dipusatkan pada Aspergillus penicilloides.

Neosartorya fischeri merupakan fungi yang habitatnya kosmopolit, mudah tumbuh di lingkungan yang kurang baik dengan kadar air rendah. Neosartorya fischeri juga dikenal sebagai fungi yang thermotolerant, tetap tumbuh dan berkembang walaupun dalam kisaran suhu tinggi baik secara seksual maupun aseksual ( Samson et al., 1981).

Aspergillus penicilloides memiliki sifat xerophylic, memungkinkan spesies tersebut untuk tetap hidup meskipun dalam lingkungan berkadar air rendah sekalipun. Fungi jenis

Aspergillus telah diketahui merupakan fungi yang sangat mudah dalam penyebarannya (Samson et al., 1981).

Atlas dan Bartha (1993) berpendapat bahwa sumber nutrisi dapat berpengaruh pada pertumbuhan fungi patogen. Media untuk pertumbuhan fungi harus mengandung subtansi organik sebagai sumber C, sumber N, ion anorganik dalam jumlah yang cukup sebagai nutrisi pertumbuhan dan sumber vitamin. Sumber nitrogen baik organik maupun anorganik dan bahan tambahan lain berupa mineral sebagai pemacu tumbuh juga diperlukan. Makronutrisi penting yang

lain adalah phospor (dalam bentuk phospat), potassium, magnesium dan sulfur (yang disediakan dalam bentuk sulfat maupun dalam bentuk organik, cystein atau methionine). Mikronutrisi penting yang dibutuhkan oleh kebanyakan fungi patogen adalah kalsium, besi, tembaga, mangan, molybdenum, dan zinc (Atlas and Bartha, 1993).

Keanekaan Fungi

Pada Tabel 4 dapat dilihat mata air Kalapa Siung ditemukan sebanyak 10 spesies fungi berbeda. Lokasi mata air Kalapa Siung terletak di tengah hutan yang kemungkinan menjadi penyebab dari beragamnya spesies yang ditemukan. Sekeliling mata air Kalapa Siung dipenuhi dengan vegetasi yang rimbun. Hal ini memungkinkan fungi-fungi yang ditemukan pada mata air Kalapa Siung dapat berasal dari vegetasi di sekitar mata air, karena fungi air dapat berasal dari fungi terestrial yang melepaskan sporanya yang tersebar di air. Input paling utamanya dapat berasal dari daun-daun yang jatuh berguguran ke dalam mata air dan kemudian membusuk (Dix and Webster, 1995). Hubungan Keanekaan Fungi dengan Sifat Fisika-Kimia Air

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa Keanekaan fungi dipengaruhi oleh sifat fisik-kimia air, walaupun secara makroskopis terlihat bening namun keaneka ragaman fungi cukup tinggi.

KEPUSTAKAAN

Alaerts dan Santika, 1984. Alaerts, G dan Santika, 1984. Metode Penelitian Kualitas Air. Usaha Nasional Indonesia. Surabaya.

Alexopoulus, C.J and Mims, C.W, 1979. Introductory Mycology.

Fourth Edition. John Willey and Son Inc, New York, London, Sidney.

Arthana, IW, 2006. Studi Kualitas Air Danau Beratan, Buyan, dan Tamblingan di Bedugul Bali. Jurnal Ilmu Lingkungan Ecotrophic. Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Udayana. Volume 1, Nomor 2: 34-38. Denpasar.

Atlas, R.M., and Richard Bartha, 1992. Microbial Ecology: Fundamentals and Applications. California: The Benjamin/ Cummings Publishing Company.

Barnert, HL, 1960. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. Burgess Publishing Company. Minneapolis.

Barus, T.A, 2002. Pengantar Limnologi. Jurusan Biologi FMIPA USU. Medan.

Dix, NJ. and Webster J, 1995. Fungal Ecology. Chapter 9. Chapman Hall.

Ellis, MB, 1971. Dematiaceous Hyphomycetes. England: Commonwealth Mycological Institute, Kew, Surrey.

(8)

dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Odum, E. P, 1993. Dasar-dasar Ekologi. Edisi III. Penerjemah Ir. Tjahyono Samingan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Penuntun Praktikum Biologi Dasar. Laboratorium Mikrobiologi Dasar. Universitas Padjadjaran.

Samson, RA., Ellen. SH., and �onnieA.N.�.O, 1981. Introductionand �onnieA.N.�.O, 1981. Introduction �onnieA.N.�.O, 1981. Introduction A.N.�.O, 1981. IntroductionA.N.�.O, 1981. Introduction

to Food-Borne Fungi. Central Bureau Voor Schimmel Cultures.

Gambar

Tabel 2.  Frekuensi Kehadiran Fungi di 14 Mata Air
Tabel 4.  Nilai Indeks Keanekaan (Simpson) pada 14 Mata Air

Referensi

Dokumen terkait

Masalah pelajar Melayu di uitm adalah kebanyakan pelajar tidak matang, di mana mereka tidak tahu kenapa mereka masuk di uitm, tidak tahu apa yang akan mereka buat selepas keluar

Hasil uji beda dua mean atas variable karakteristik klinis yang diteliti pada sampel penelitian antara kelompok control dan kelompok perlakuan klonidin 4

Berdasarkan pernyataan di atas maka hal -hal yang harus diperhatikan oleh konselor dalam melakukan asesmen yang paling tepat adalah: 2) dan 4).. Perhatikan pernyataan

Pada pembuatan pasta coklat, diawali dengan pencampuran bahan seperti sukrosa, susu bubuk, coklat bubuk sampai semua tercampur yang berfungsi menyeragamkan

Subinvolusio adalah kemacetan atau kelambatan penurunan tinggi fundus uteri yang disertai pemanjangan periode pengeluaran lokhea atau perdarahan banyak dan tidak

Untuk mengetahui persepsi masyarakat yang terkait dengan konservasi banteng terhadap kawasan taman nasional dan banteng dilakukan analisis persepsi terhadap nilai manfaat

1 Penyerahan hasil pemeriksaan Laboratorium kepada pasien Pasien langsung pulang setelah menerima hasil Pasien merasa hanya ingin chek up dan tidak perlu berkonsultasi

[r]