• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT(NUMBER HEAD TOGETHER) TERHADAP HASIL BELAJARSISWA PADA MATERI POKOK GERAK LURUS DI KELASVII SEMESTER II DI SMP N 17 MEDAN T.A 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT(NUMBER HEAD TOGETHER) TERHADAP HASIL BELAJARSISWA PADA MATERI POKOK GERAK LURUS DI KELASVII SEMESTER II DI SMP N 17 MEDAN T.A 2014/2015."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATERI POKOK GERAK LURUS DI SMP NEGERI 17 MEDAN TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh:

Suci Yulianti NIM 409321056

Program Studi Pendidikan Fisika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBER HEAD TOGETHER) TERHADAP HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATERI POKOK GERAK LURUS DI KELAS VII SEMESTER II DI SMP N 17 MEDAN T.A 2014/2015

Suci Yulianti (NIM: 409321056)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok gerak lurus di kelas VII di SMP N 17 Medan.

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain two Group Pretest – Post test Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester II SMP Negeri 17 Medan T.P 204/2015 yang terdiri dari 10 kelas berjumlah 310 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling dengan mengambil 2 kelas dari 10 yaitu kelas VII-6 sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 31 siswa dan kelas VII-7 sebagai kelas kontrol ang berjumlah 31 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar dan lembar observasi. Tes hasil belajar berjumlah 20 soal dalam bentuk pilihan berganda dengan empat pilihan yang telah di validasi. Uji hipotesis menggunakan uji t dua pihak.

Hasil pengujian pretes sebelum diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu nilai rata-rata pretes kelas eksperimen sebesar 30,65 dengan standart deviasi 8,54 dan nilai rata-rata pretes kelas kontrol 26,77. Kedua sampel penelitian ini berdistribusi secara normal dan homogen. Selama proses pembelajaran dengan menggunakan model Number Head Together diperoleh bahwa terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa yaitu nilai rata-rata aktivitas belajar siswa pada pertemuan I sebesar 68,09 dan pada pertemuan II sebesar 75,64. Setelah pembelajaran selesai diberikan, diperoleh postes dengan hasil rata-rata kelas eksperimen 74,68 dengan standart deviasi 5,21 dan kelas kontrol 58,55 dengan standart deviasi 9,42. Pada pengujian normalitas dan homogenitas data postes diperoleh bahwa data kelas terdistribusi normal dan homogen. Hasil pengujian hipotesi (uji t) diperoleh thitung > ttabel yaitu 9,16 > 1,67 maka Ha diterima, dengan

(4)

vi DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

RIWAYAT HIDUP ii

ABSTRAK iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 5

1.3 Batasan Masalah 5

1.4 Rumusan Masalah 6

1.5 Tujuan Penelitian 6

1.6 Manfaat Penelitian 7

1.7 Definisi Operasional 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

2.1 Kerangka Teoritis 9

2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA 9

2.1.2 Pengertian Belajar 9

2.1.3 Aktivitas Belajar 12

2.1.4 Hasil Belajar 14

2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif 15

2.1.6 Model Pembelajaran NHT 19

2.1.7 Model Pembelajaran Konvensional 22

2.1.8 Gerak Lurus 23

2.1.8.1Jarak dan Perpindahan 23

2.1.8.2Kecepatan dan Kelajuan 25

2.1.8.3 GerakLurusBeraturan (GLB) 26

2.2 Kerangka Konseptual 27

2.3 Hipotesis 29

BAB III METODE PENELITIAN 30

3.1Lokasi dan Waktu Penelitian 30

3.1.1 Lokasi Penelitian 30

3.2Populasi dan Sampel Penelitian 30

3.2.1 Populasi Penelitian 30

3.2.2 Sampel Penelitian 30

3.3 Variabel Penelitian 30

3.3.1 Variabel Bebas 30

3.3.2 Variabel Terikat 30

(5)

vii

3.5 Prosedur Penelitian 31

3.6 Instrumen Penelitian 32

3.6.1 Tes Hasil Belajar 32

3.6.2 Validasi Instrumen 33

3.7 Teknik Analisa Data 35

3.7.1 Menentukan Nilai Rata – rata dan Simpangan Baku 35

3.7.2 Uji Normalitas 36

3.7.3 Uji Homogenitas 36

3.7.4 Uji Hipotesis 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 39

4.1.HasilPenelitian 39

4.1.1 Data Pre TestKelasEksperimendanKelasKontrol 39

4.1.2 Pengujian Analisa Data 40

4.1.2.1 Uji Normalitas Data Pretes 41 4.1.2.2 Uji Homogenitas Data Pretes 41 4.1.2.3 Uji Normalitas Data Postes 42 4.1.2.4 Uji Homogenitas Data Postes 42 4.1.2.5 Uji t Dua Pihak Data Pretes 42 4.1.2.6 Uji Hipotesis Data Postes Penelitian ( Uji t Satu Pihak ) 43

4.1.3. Observasi 44

4.2. Pembahasan 48

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN 51

5.1 Kesimpulan 51

5.2 Saran 52

DAFTAR PUSTAKA 53

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Aktivitas Model PembelajaranKooperatif 14 Tabel 2.2 Langkah – langkah Pembelajaran Kooperatif 18 Tabel 2.3 Langkah - langkah Pembelajaran Kooperatif NHT 21

Tabel 3.1 Desain Penelitian 31

Tabel 3.2 Kisi – Kisi Tes Materi Pokok GerakLurus 32 Tabel 4.1. Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 40 Table. 4.2 Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 40 Tabel 4.3. Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 41 Tabel 4.4. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data Pretes 41 Tabel 4.5. Uji Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 42 Tabel 4.6. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data Postes 42 Tabel 4.7. Ringkasan Perhitungan Uji t Pretes 43 Tabel 4.8. Ringkasan Perhitungan Uji t Postes 43

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1.a. : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 56 Lampiran 1.b. : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 74 Lampiran 2.a. : Lembar Kerja Siswa 1 93 Lampiran 2.b. : Lembar Kerja Siswa 2 95 Lampiran 3. : Kisi - kisi Tes Hasil Belajar 97 Lampiran 4. : Instrumen Tes Hasil belajar 107 Lampiran 5. : RubrikPenilaianAktivitasBelajarSiswa 112 Lampiran 6 : AktivitasBelajar 114 Lampiran 7 : TabelPersiapanMenghitungValiditasTes 115 Lampiran 8 : PerhitunganValiditasTes 117 Lampiran 9 : TabelPersiapanMenghitungReliabilitasTes 119 Lampiran 10 : PerhitunganReliabilitasTes 121 Lampiran 11 : Tingkat KesukaranInstrumen 123 Lampiran 12 : Daya Beda Instrumen 124 Lampiran 13 : TabulasiHasilJawaban Pre TesKelasKontrol 125 Lampiran 14 : TabulasiHasilJawaban Pre TesKelasEksperimen 127 Lampiran 15 : TabulasiHasilJawabanPosTesKelasKontrol 129 Lampiran 16 : TabulasiHasilJawabanPosTesKelasEksperimen 131 Lampiran 17 : Data HasilBelajarSiswa 133 Lampiran 18 : PerhitunganNilaiRata-rata Dan StandarDeviasi 139 Lampiran 19 : PerhitunganNormalitas Data 141 Lampiran20 : DaftarNilaiUntukDistribusi F 147 Lampiran 21 : DaftarNilaiUntukUjiLilliefors 149

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi

pembangunan bangsa, yang mana pendidikan lebih dilakukan di sekolah yang

memperlibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Kegiatan

pembelajaran di sekolah adalah interaksi guru dengan peserta didik dalam

mempelajari suatu materi pelajaran yang telah tersusun dalam suatu kurikulum.

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tersebut, para pendidik disamping

menguasai bahan atau materi ajar, tentu perlu pula mengetahui bagaimana

karakteristik peserta didik yang menerima materi pelajaran tersebut. Kebanyakan

dalam setiap kegiatan proses pembelajara, suasana kelas cenderung teacher-oriented

yang menyebabkan siswa menjadi pasif dan bosan.

Dalam pelaksanaannya sistem pendidikan nasional menerapkan tujuan

pendidikan nasional terhadap semua mata pelajaran, termasuk didalamnya mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA). Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu

mata pelajaran yang sudah dikenal dari jenjang SD sampai akhirnya ke Perguruan

Tinggi. Pemberian mata pelajaran pada jenjang SD merupakan pengenalan atau

merupakan awal dari penanaman konsep, fakta atau teori IPA yang dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di tahap jenjang berikutnya namun, pada

kenyataannya IPA bukanlah suatu mata pelajaran yang mudah diajarkan oleh guru,

dengan melihat kepada kenyataaan yang dialami oleh siswa yaitu dari hasil belajar

IPA itu sendiri di setiap jenjang pendidikan.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia berupa

gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari

serangkaian proses ilmiah. Fisika adalah bagian dari mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam yang pada dasarnya menarik untuk dipelajari karena di dalamnya

(9)

kenyataannya, banyak siswa yang kurang menyukai pelajaran fisika dengan

menganggap belajar fisika itu menjenuhkan dan membosankan.

Penyajian materi fisika dalam bentuk rumus-rumus dan perhitungan yang

sulit, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam belajar fisika dan menyebabkan

hasil belajar siswa rendah. Rendahnya hasil belajar ditunjukkan dengan rendahnya

prestasi belajar siswa, semua itu disebabkan karena kesulitan dalam belajar. Fisika

merupakan ilmu yang menjadi dasar perkembangan ilmu pengetahuan lain dan

teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang teramat pesat saat ini,

telah mempermudah kehidupan manusia. Mengingat begitu pentingnya peranan ilmu

fisika, sudah semestinya ilmu ini dipahami dengan baik oleh siswa khususnya dan

masyarakat pada umumnya.

Upaya siswa dalam mempelajari fisika sering menemui hambatan-hambatan,

dimana siswa menganggap pelajaran Fisika sebagai pelajaran yang sangat

membosankan, anggapan bahwa pelajaran fisika itu adalah pelajaran yang sangat

membosankan dikarenakan materi fisika itu selalu disajikan dengan bahasa yang

sangat sulit dipahami oleh siswa, ditambah lagi siswa seringkali mengalami kesulitan

dalam penggunaan rumus untuk memecahkan suatu permasalahan pada soal fisika,

hal itu sendiri dikarenakan, siswa kurang memahami materi yang disajikan oleh buku,

karena menggunakan bahasa yang kurang sederhana.

Menurut hasil wawancara peneliti dengan guru fisika SMP Negeri 17 Medan

dengan Ibu Hastuti Panjaitan, S.Pd tanggal 10 Juni 2013 menyatakan bahwa hasil

belajar fisika masih rendah di SMP Negeri 17 Medan, hal ini ditandai dalam ujian

semester I 2012/2013 diperoleh data bahwa sebesar 60% siswa tidak dapat mencapai

KKM siswa yang sebesar 40 % mampu memenuhi KKM. Model pembelajaran yang

digunakan oleh Ibu Hastuti Panjaitan, S.Pd masih model pembelajaran konvensional

dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, mencatat, mengerjakan soal dan

demonstrasi (terkadang) dikarenakan alat dan bahan di laboratorium tidak lengkap.

Metode yang paling sering digunakan ialah metode ceramah, tanya jawab dan

(10)

metode tanya jawab , siswa jarang diajak berpikir dalam menemukan konsep fisika

itu sendiri, sehingga siswa hanya sebagai pendengar yang baik.

Ketika siswa didominasi dengan pengajaran menggunakan metode penugasan,

siswa merasa bingung dalam menjawab soal yang diberikan guru sebab siswa tidak

mampu mengaitkan konsep fisika yang sebenarnya dengan soal. Hal ini yang

membuat siswa apabila soal diganti dengan bahasa yang berbeda tetapi mempunyai

makna sama, siswa mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan dan akhirnya

timbul kejenuhan yang dialami siswa. Oleh karena itu, dengan proses pembelajaran

yang seperti ini dapat menimbulkan kebosanan sehingga minat belajar terhadap fisika

pun berkurang.

Dari kesimpulan diatas, menjelaskan bahwa penilaian siswa terhadap

pelajaran fisika, didominasikan karena tingkat kebosanan dan kejenuhan mereka

dalam mengikuti pelajaran fisika. Rumus-rumus matematis diberikan begitu saja

tanpa mempertimbangkan bagaimana pemahaman terhadap rumus tersebut. Oleh

karena itu dibutuhkan suatu perubahan dengan cara mengajar para guru, yang salah

satunya dengan menggunakan media pembelajaran.(Sadiman 2010: 14).

Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu

siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan

kemampuan berpikir kritis. Menurut Zamroni mengemukakan bahwa “manfaat

penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan

khususnya dalam wujud input pada level individual. Disamping itu, belajar kooperatif

dapat mengembangkan solidaritas sosial di kalangan siswa. Dengan belajar

kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat”. (Trianto 2009: 57)

Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) atau penomoran

berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang

(11)

kelas tradisional. Numbered Head Together merupakan penyampaian materi dengan

menggunakan kelompok sebagai wadah dalam menyatukan persepsi/pikiran siswa

terhadap pertanyaan yang dilontarkan atau diajukan guru, yang kemudian akan

dipertanggung jawabkan oleh siswa sesuai dengan nomor permintaan guru dari

masing-masing kelompok. Dengan demikian, dalam kelompok siswa diberi nomor

masing-masing sesuai dengan urutannya. Sistematika dari fase yang diberikan pada

model ini sangat mendukung segala aspek yang dibutuhkan dalam pembelajaran

kooperatif dimana diharapkan kegiatan pembelajaran dapat mencapai tujuan

maksimal yang akan di capai. Untuk mengatasi permasalahan diatas, maka dipilihlah

model pembelajaran dengan model kooperatif tipe NHT sangatlah tepat karena model

pembelajaran ini memiliki kelebihan.

Adapun kelebihannya adalah sebagai berikut ; setiap siswa menjadi siap

semua, maksunya adalah sebelum pembelajaran berlangsung siswa di ajak berfikir

mengenai masalah yang akan di pecahkan melalui fase persiapan. Dapat melakukan

diskusi dengan sungguh-sungguh, pada kelebihan model ini siswa dikondisikan

sehingga dapat berdiskusi dengan sungguh-sungguh, dimana siswa yang akan

dipanggil pada fase penomoran akan dipilih secara acak sehingga semua siswa harus

siap dengan materi pembelajaran. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang

kurang pandai, ke heterogenitasan model pembelajaran ini membentuk suatu kondisi

yang ideal sehingga terjadi transfer pengetahuan antar siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT telah diteliti sebelumnya oleh Sari

(2008) menunjukan bahwa adanya peningkatkan hasil belajar dari kategori kurang

baik menjadi baik setelah diberikan perilaku model pembelajaran kooperatif tipe

NHT. Hal ini diperlihatkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT cukup

efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembejaran

konvensional terdapat sedikit kendala dalam kegiatan belajar yakni tidak semua siswa

nomor siswa dapat di panggil sehingga beberapa siswa cenderung tidak fokus. Dalam

Putra, dkk(2013) ,diperoleh rata – rata hasil belajar kelas eksperimen dengan

(12)

model STAD diperoleh rata – rata sebesar 79,30, pada penelitian ini sebenarnya

sudah cukup baik, namun dengan menggunakan dua treatment yang hampir sama

menaggunakan metode kooperatif sebagai perlakuan terhadap siswa cenderung sama

efeknya. Selanjutnya, pada penelitian Mustafa, dkk (2011) dengan menggunakan

model pembelajaran NHT di MtsN Takalala diperoleh peningkatan hasil belajar

dalam dua siklus pembelajaran yakni pada siklus pertama tingkat keberhasilan nya

sebesar 75% dan pada siklus kedua 86%, pada penelitian yang dilakukan oleh

Mustafa, dkk ini terdapat kendala ketika melaksanakan siklus penelitian yg pertama

adalah bingungnya siswa pada alur kegiatan belajar mengajar setelah melakukan

evaluasi siklus pertama siswa tidak lagi canggung pada siklus kedua.

Melihat beberapa masalah diatas dan merujuk pada keberhasilan penelitian

sebelumnya menggunakan model pembelajaran koopertaif tipe NHT, peneliti

mengajukan judul penelitian sebagai berikut : “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK GERAK LURUS DI SMP NEGERI 17 MEDAN”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat

diidentifikasi masalah yang relevan dengan penelitian antara lain:

1. semangat belajar fisika siswa yang masih kurang,

2. keaktifan siswa dalam proses pembelajaran masih redah,

3. kurangnya penggunaan media pembelajaran,

4. hasil belajar siswa rendah.

1.3Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka masalah

(13)

1. Pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol adalah model pembelajaran

konvensional dan untuk kelas eksperimen menggunakan model kooperatif tipe

NHT.

2. Materi pokok yang diajarkan adalah gerak lurus untuk kelas VII SMP N 17

Medan.

1.4 Rumusan Masalah

1 Bagaimana hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model kooperatif tipe

NHT pada pada materi pokok Gerak Lurus dikelas VII semester genap SMPN

17 Medan T.A 2014/2015 ?

2 Bagaimana hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model konvensional

pada pada materi pokok Gerak Lurus dikelas VII semester genap SMPN 17

Medan T.A 2014/2015 ?

3 Bagaimana aktivitas belajar siswa yang menggunakan model kooperatif tipe

NHT terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi pokok Gerak Lurus di

kelas VII semester genap SMPN 17 Medan T.A 2014/2015 ?

4 Apakah ada pengaruh model kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar fisika

siswa pada materi pokok Gerak Lurus di kelas VII semester genap SMPN 17

Medan T.A 2014/2015?

1.5Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas VIII selama pelaksanaan dengan

model pembelajaran NHT pada materi pokok Gerak Lurus kelas I SMP

semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di SMP Negeri 17 Medan?

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas VII selama pelaksanaan dengan

model konvensional pada materi pokok Gerak Lurus kelas I SMP semester

genap tahun pelajaran 2014/2015 di SMP Negeri 17 Medan?

(14)

dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi pokok Gerak

Lurus kelas I SMP semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di SMP

Negeri 17 Medan?

4. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran NHT terhadap hasil belajar

siswa pada materi pokok Gerak Lurus kelas I SMP semester genap tahun

pelajaran 2014/2015 di SMP Negeri 17 Medan?

1.6Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang akan di ajukan ini adalah sebagai bahan

masukan dan menambah wawasan bagi peneliti sebagai calon guru dalam mengajar

fisika pada masa yang akan datang. Menjadi bahan pertimbangan dalam

menggunakan model koopertif tipe NHT dalam kegiatan pembelajaran, selain itu

diharapakan nantinya penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian

selanjutnya sehingga dapat memberikan sumbangan dalam membangun dan

meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, secara pribadi peneliti berharap

penelitian ini dapat memperdalam pengetahuan dalam menggnakan model

pembelajaran kooperatif.

1.7Definisi Operasional

Untuk menghindari pemahaman yang meluas , maka peneliti memberikan

penjelasan sitilah pada judul penelitian ini. Adapun istilah yang perlu dijelaskan

adalah :

1. Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran

kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran

kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil yang saling mengajar

sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif

(15)

Siswa yang kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan

karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya

2. Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang umum

nya digunankan di sekolah yang terpusat pada guru, dimana guru memberi

materi pelajaran, kemudian tanya jawab antara guru dan siswa dan terakhir

guru memberi soal- soal latihan kepada siswa yang dikerjakan siswa secara

individu maupun secara kelompok

3. Hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses pembelajaran ditandai

perubahan perilaku secara keseluruhan tidak hanya pada satu aspek potensi

(16)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan penelitian ini didasarkan pada temuan-temuan dari data-data hasil

penelitian, sistematika sajiannya dilakukan dengan memperhatikan tujuan penelitian

yang telah dirumuskan. Adapun kesimpulan yang diperoleh antara lain :

1. Hasil belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT pada materi pokok Gerak. Sebelum diberikan perlakuan

rata-rata pretes sebesar 30,65 dan setelah diberikan perlakuan rata-rata-rata-rata postes siswa

sebesar 74,68 sedangkan hasil belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan

pendekatan konvensional sebelum diberikan perlakuan rata-rata pretes sebesar

26,77 dan setelah diberikan perlakuan, rata-rata postes siswa sebesar 58,55.

2. Selama proses pembelajaran, diperoleh hasil observasi aktifitas belajar siswa

setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan rata-rata

setiap pertemuan yaitu pertemuan I 68.09, pada pertemuan II 75.64. Melalui data

observasi aktivitas belajar siswa dapat disimpulkan bahwa rata–rata siswa yang

aktif dalam belajar memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan

siswa yang kurang aktif pada saat pembelajaran.

3. Adanya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar

siswa dengan diperoleh data rata-rata pada kelas eksperimen pada saat setelah

dilakukannya post-tes yaitu 74,68 dan kelas kontrol 58,55 dengan peningkatan

(17)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka sebagai tindak

lanjut dari penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Bagi guru, khususnya guru fisika diharapkan untuk menggunakan metode,

strategi, maupun model yang dapat melibatkan siswa secara langsung dalam

proses belajar mengajar dan mengembangkan pengetahuan siswa dalam

menghubungkan adanya kaitan antara mata pelajaran satu dengan mata

pelajaran lainnya. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT

2. Bagi para peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang strategi model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat lebih menuntun siswa untuk

membangkitkan rasa nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa dapat lebih

aktif dan berani dalam mengeluarkan pendapat dan pertanyaan-pertanyaan

yang mengganjal dalam dirinya mengenai pelajaran, khususnya pelajaran

Fisika.

3. Bagi para peneliti selanjutnya yang ingin menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT untuk lebih memperhatikan penggunaan waktu di setiap

fase model, karena pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT

memerlukan waktu yang banyak khususnya ketika siswa mempresentasikan

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menangani pasien dengan keluhan tersebut di atas yang timbul pada kasus pasca operasi fraktur tibia, banyak sekali modalitas fisioterapi yang dapat digunakan, salah

Fase- fase yang terbentuk pada lapisan IMC tersebut berpengaruh terhadap waktu yang optimal dalam perendaman baja pada aluminium cair yaitu 10 sampai 20 menit.. Kata kunci

Hubungan antara penggunaan metode mengajar, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dan pengalaman mengajar guru dengan tingkat motivasi beiajar geografi siswa SMA Negeri di

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pendadaran Program Studi DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret pada, Selasa

Telah disusun rancangan sistem kendali karakteristik CPO selama pengaliran yaitu (A) kendali pengaliran pada kondisi isotermal pada suhu tertentu (dipilih di antara suhu

1. bentuk kerja sama lain yang disepakati untuk kepentingan dan keuntungan bersama Para Pihak.. Guna mengimplementasikan kerja sama tersebut, Para Pihak akan membuat

perusahaan tersebut tercermin pada laba yang terkandung dalam laporan

Untuk pencapaian tujuan tersebut maka perlu diberikan pedoman, pelatihan, dan acuan-acuan yang dapat dijadikan sebagai rujukan para pendidik