PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATERI POKOK GERAK LURUS DI SMP NEGERI 17 MEDAN TAHUN AJARAN 2014/2015
Oleh:
Suci Yulianti NIM 409321056
Program Studi Pendidikan Fisika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBER HEAD TOGETHER) TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATERI POKOK GERAK LURUS DI KELAS VII SEMESTER II DI SMP N 17 MEDAN T.A 2014/2015
Suci Yulianti (NIM: 409321056)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok gerak lurus di kelas VII di SMP N 17 Medan.
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain two Group Pretest – Post test Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester II SMP Negeri 17 Medan T.P 204/2015 yang terdiri dari 10 kelas berjumlah 310 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling dengan mengambil 2 kelas dari 10 yaitu kelas VII-6 sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 31 siswa dan kelas VII-7 sebagai kelas kontrol ang berjumlah 31 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar dan lembar observasi. Tes hasil belajar berjumlah 20 soal dalam bentuk pilihan berganda dengan empat pilihan yang telah di validasi. Uji hipotesis menggunakan uji t dua pihak.
Hasil pengujian pretes sebelum diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu nilai rata-rata pretes kelas eksperimen sebesar 30,65 dengan standart deviasi 8,54 dan nilai rata-rata pretes kelas kontrol 26,77. Kedua sampel penelitian ini berdistribusi secara normal dan homogen. Selama proses pembelajaran dengan menggunakan model Number Head Together diperoleh bahwa terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa yaitu nilai rata-rata aktivitas belajar siswa pada pertemuan I sebesar 68,09 dan pada pertemuan II sebesar 75,64. Setelah pembelajaran selesai diberikan, diperoleh postes dengan hasil rata-rata kelas eksperimen 74,68 dengan standart deviasi 5,21 dan kelas kontrol 58,55 dengan standart deviasi 9,42. Pada pengujian normalitas dan homogenitas data postes diperoleh bahwa data kelas terdistribusi normal dan homogen. Hasil pengujian hipotesi (uji t) diperoleh thitung > ttabel yaitu 9,16 > 1,67 maka Ha diterima, dengan
vi DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN
RIWAYAT HIDUP ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 5
1.3 Batasan Masalah 5
1.4 Rumusan Masalah 6
1.5 Tujuan Penelitian 6
1.6 Manfaat Penelitian 7
1.7 Definisi Operasional 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9
2.1 Kerangka Teoritis 9
2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA 9
2.1.2 Pengertian Belajar 9
2.1.3 Aktivitas Belajar 12
2.1.4 Hasil Belajar 14
2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif 15
2.1.6 Model Pembelajaran NHT 19
2.1.7 Model Pembelajaran Konvensional 22
2.1.8 Gerak Lurus 23
2.1.8.1Jarak dan Perpindahan 23
2.1.8.2Kecepatan dan Kelajuan 25
2.1.8.3 GerakLurusBeraturan (GLB) 26
2.2 Kerangka Konseptual 27
2.3 Hipotesis 29
BAB III METODE PENELITIAN 30
3.1Lokasi dan Waktu Penelitian 30
3.1.1 Lokasi Penelitian 30
3.2Populasi dan Sampel Penelitian 30
3.2.1 Populasi Penelitian 30
3.2.2 Sampel Penelitian 30
3.3 Variabel Penelitian 30
3.3.1 Variabel Bebas 30
3.3.2 Variabel Terikat 30
vii
3.5 Prosedur Penelitian 31
3.6 Instrumen Penelitian 32
3.6.1 Tes Hasil Belajar 32
3.6.2 Validasi Instrumen 33
3.7 Teknik Analisa Data 35
3.7.1 Menentukan Nilai Rata – rata dan Simpangan Baku 35
3.7.2 Uji Normalitas 36
3.7.3 Uji Homogenitas 36
3.7.4 Uji Hipotesis 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 39
4.1.HasilPenelitian 39
4.1.1 Data Pre TestKelasEksperimendanKelasKontrol 39
4.1.2 Pengujian Analisa Data 40
4.1.2.1 Uji Normalitas Data Pretes 41 4.1.2.2 Uji Homogenitas Data Pretes 41 4.1.2.3 Uji Normalitas Data Postes 42 4.1.2.4 Uji Homogenitas Data Postes 42 4.1.2.5 Uji t Dua Pihak Data Pretes 42 4.1.2.6 Uji Hipotesis Data Postes Penelitian ( Uji t Satu Pihak ) 43
4.1.3. Observasi 44
4.2. Pembahasan 48
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN 51
5.1 Kesimpulan 51
5.2 Saran 52
DAFTAR PUSTAKA 53
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Aktivitas Model PembelajaranKooperatif 14 Tabel 2.2 Langkah – langkah Pembelajaran Kooperatif 18 Tabel 2.3 Langkah - langkah Pembelajaran Kooperatif NHT 21
Tabel 3.1 Desain Penelitian 31
Tabel 3.2 Kisi – Kisi Tes Materi Pokok GerakLurus 32 Tabel 4.1. Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 40 Table. 4.2 Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 40 Tabel 4.3. Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 41 Tabel 4.4. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data Pretes 41 Tabel 4.5. Uji Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 42 Tabel 4.6. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data Postes 42 Tabel 4.7. Ringkasan Perhitungan Uji t Pretes 43 Tabel 4.8. Ringkasan Perhitungan Uji t Postes 43
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1.a. : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 56 Lampiran 1.b. : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 74 Lampiran 2.a. : Lembar Kerja Siswa 1 93 Lampiran 2.b. : Lembar Kerja Siswa 2 95 Lampiran 3. : Kisi - kisi Tes Hasil Belajar 97 Lampiran 4. : Instrumen Tes Hasil belajar 107 Lampiran 5. : RubrikPenilaianAktivitasBelajarSiswa 112 Lampiran 6 : AktivitasBelajar 114 Lampiran 7 : TabelPersiapanMenghitungValiditasTes 115 Lampiran 8 : PerhitunganValiditasTes 117 Lampiran 9 : TabelPersiapanMenghitungReliabilitasTes 119 Lampiran 10 : PerhitunganReliabilitasTes 121 Lampiran 11 : Tingkat KesukaranInstrumen 123 Lampiran 12 : Daya Beda Instrumen 124 Lampiran 13 : TabulasiHasilJawaban Pre TesKelasKontrol 125 Lampiran 14 : TabulasiHasilJawaban Pre TesKelasEksperimen 127 Lampiran 15 : TabulasiHasilJawabanPosTesKelasKontrol 129 Lampiran 16 : TabulasiHasilJawabanPosTesKelasEksperimen 131 Lampiran 17 : Data HasilBelajarSiswa 133 Lampiran 18 : PerhitunganNilaiRata-rata Dan StandarDeviasi 139 Lampiran 19 : PerhitunganNormalitas Data 141 Lampiran20 : DaftarNilaiUntukDistribusi F 147 Lampiran 21 : DaftarNilaiUntukUjiLilliefors 149
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi
pembangunan bangsa, yang mana pendidikan lebih dilakukan di sekolah yang
memperlibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Kegiatan
pembelajaran di sekolah adalah interaksi guru dengan peserta didik dalam
mempelajari suatu materi pelajaran yang telah tersusun dalam suatu kurikulum.
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tersebut, para pendidik disamping
menguasai bahan atau materi ajar, tentu perlu pula mengetahui bagaimana
karakteristik peserta didik yang menerima materi pelajaran tersebut. Kebanyakan
dalam setiap kegiatan proses pembelajara, suasana kelas cenderung teacher-oriented
yang menyebabkan siswa menjadi pasif dan bosan.
Dalam pelaksanaannya sistem pendidikan nasional menerapkan tujuan
pendidikan nasional terhadap semua mata pelajaran, termasuk didalamnya mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA). Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu
mata pelajaran yang sudah dikenal dari jenjang SD sampai akhirnya ke Perguruan
Tinggi. Pemberian mata pelajaran pada jenjang SD merupakan pengenalan atau
merupakan awal dari penanaman konsep, fakta atau teori IPA yang dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di tahap jenjang berikutnya namun, pada
kenyataannya IPA bukanlah suatu mata pelajaran yang mudah diajarkan oleh guru,
dengan melihat kepada kenyataaan yang dialami oleh siswa yaitu dari hasil belajar
IPA itu sendiri di setiap jenjang pendidikan.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia berupa
gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari
serangkaian proses ilmiah. Fisika adalah bagian dari mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam yang pada dasarnya menarik untuk dipelajari karena di dalamnya
kenyataannya, banyak siswa yang kurang menyukai pelajaran fisika dengan
menganggap belajar fisika itu menjenuhkan dan membosankan.
Penyajian materi fisika dalam bentuk rumus-rumus dan perhitungan yang
sulit, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam belajar fisika dan menyebabkan
hasil belajar siswa rendah. Rendahnya hasil belajar ditunjukkan dengan rendahnya
prestasi belajar siswa, semua itu disebabkan karena kesulitan dalam belajar. Fisika
merupakan ilmu yang menjadi dasar perkembangan ilmu pengetahuan lain dan
teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang teramat pesat saat ini,
telah mempermudah kehidupan manusia. Mengingat begitu pentingnya peranan ilmu
fisika, sudah semestinya ilmu ini dipahami dengan baik oleh siswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya.
Upaya siswa dalam mempelajari fisika sering menemui hambatan-hambatan,
dimana siswa menganggap pelajaran Fisika sebagai pelajaran yang sangat
membosankan, anggapan bahwa pelajaran fisika itu adalah pelajaran yang sangat
membosankan dikarenakan materi fisika itu selalu disajikan dengan bahasa yang
sangat sulit dipahami oleh siswa, ditambah lagi siswa seringkali mengalami kesulitan
dalam penggunaan rumus untuk memecahkan suatu permasalahan pada soal fisika,
hal itu sendiri dikarenakan, siswa kurang memahami materi yang disajikan oleh buku,
karena menggunakan bahasa yang kurang sederhana.
Menurut hasil wawancara peneliti dengan guru fisika SMP Negeri 17 Medan
dengan Ibu Hastuti Panjaitan, S.Pd tanggal 10 Juni 2013 menyatakan bahwa hasil
belajar fisika masih rendah di SMP Negeri 17 Medan, hal ini ditandai dalam ujian
semester I 2012/2013 diperoleh data bahwa sebesar 60% siswa tidak dapat mencapai
KKM siswa yang sebesar 40 % mampu memenuhi KKM. Model pembelajaran yang
digunakan oleh Ibu Hastuti Panjaitan, S.Pd masih model pembelajaran konvensional
dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, mencatat, mengerjakan soal dan
demonstrasi (terkadang) dikarenakan alat dan bahan di laboratorium tidak lengkap.
Metode yang paling sering digunakan ialah metode ceramah, tanya jawab dan
metode tanya jawab , siswa jarang diajak berpikir dalam menemukan konsep fisika
itu sendiri, sehingga siswa hanya sebagai pendengar yang baik.
Ketika siswa didominasi dengan pengajaran menggunakan metode penugasan,
siswa merasa bingung dalam menjawab soal yang diberikan guru sebab siswa tidak
mampu mengaitkan konsep fisika yang sebenarnya dengan soal. Hal ini yang
membuat siswa apabila soal diganti dengan bahasa yang berbeda tetapi mempunyai
makna sama, siswa mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan dan akhirnya
timbul kejenuhan yang dialami siswa. Oleh karena itu, dengan proses pembelajaran
yang seperti ini dapat menimbulkan kebosanan sehingga minat belajar terhadap fisika
pun berkurang.
Dari kesimpulan diatas, menjelaskan bahwa penilaian siswa terhadap
pelajaran fisika, didominasikan karena tingkat kebosanan dan kejenuhan mereka
dalam mengikuti pelajaran fisika. Rumus-rumus matematis diberikan begitu saja
tanpa mempertimbangkan bagaimana pemahaman terhadap rumus tersebut. Oleh
karena itu dibutuhkan suatu perubahan dengan cara mengajar para guru, yang salah
satunya dengan menggunakan media pembelajaran.(Sadiman 2010: 14).
Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu
siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan
kemampuan berpikir kritis. Menurut Zamroni mengemukakan bahwa “manfaat
penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan
khususnya dalam wujud input pada level individual. Disamping itu, belajar kooperatif
dapat mengembangkan solidaritas sosial di kalangan siswa. Dengan belajar
kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat”. (Trianto 2009: 57)
Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) atau penomoran
berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
kelas tradisional. Numbered Head Together merupakan penyampaian materi dengan
menggunakan kelompok sebagai wadah dalam menyatukan persepsi/pikiran siswa
terhadap pertanyaan yang dilontarkan atau diajukan guru, yang kemudian akan
dipertanggung jawabkan oleh siswa sesuai dengan nomor permintaan guru dari
masing-masing kelompok. Dengan demikian, dalam kelompok siswa diberi nomor
masing-masing sesuai dengan urutannya. Sistematika dari fase yang diberikan pada
model ini sangat mendukung segala aspek yang dibutuhkan dalam pembelajaran
kooperatif dimana diharapkan kegiatan pembelajaran dapat mencapai tujuan
maksimal yang akan di capai. Untuk mengatasi permasalahan diatas, maka dipilihlah
model pembelajaran dengan model kooperatif tipe NHT sangatlah tepat karena model
pembelajaran ini memiliki kelebihan.
Adapun kelebihannya adalah sebagai berikut ; setiap siswa menjadi siap
semua, maksunya adalah sebelum pembelajaran berlangsung siswa di ajak berfikir
mengenai masalah yang akan di pecahkan melalui fase persiapan. Dapat melakukan
diskusi dengan sungguh-sungguh, pada kelebihan model ini siswa dikondisikan
sehingga dapat berdiskusi dengan sungguh-sungguh, dimana siswa yang akan
dipanggil pada fase penomoran akan dipilih secara acak sehingga semua siswa harus
siap dengan materi pembelajaran. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang
kurang pandai, ke heterogenitasan model pembelajaran ini membentuk suatu kondisi
yang ideal sehingga terjadi transfer pengetahuan antar siswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT telah diteliti sebelumnya oleh Sari
(2008) menunjukan bahwa adanya peningkatkan hasil belajar dari kategori kurang
baik menjadi baik setelah diberikan perilaku model pembelajaran kooperatif tipe
NHT. Hal ini diperlihatkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT cukup
efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembejaran
konvensional terdapat sedikit kendala dalam kegiatan belajar yakni tidak semua siswa
nomor siswa dapat di panggil sehingga beberapa siswa cenderung tidak fokus. Dalam
Putra, dkk(2013) ,diperoleh rata – rata hasil belajar kelas eksperimen dengan
model STAD diperoleh rata – rata sebesar 79,30, pada penelitian ini sebenarnya
sudah cukup baik, namun dengan menggunakan dua treatment yang hampir sama
menaggunakan metode kooperatif sebagai perlakuan terhadap siswa cenderung sama
efeknya. Selanjutnya, pada penelitian Mustafa, dkk (2011) dengan menggunakan
model pembelajaran NHT di MtsN Takalala diperoleh peningkatan hasil belajar
dalam dua siklus pembelajaran yakni pada siklus pertama tingkat keberhasilan nya
sebesar 75% dan pada siklus kedua 86%, pada penelitian yang dilakukan oleh
Mustafa, dkk ini terdapat kendala ketika melaksanakan siklus penelitian yg pertama
adalah bingungnya siswa pada alur kegiatan belajar mengajar setelah melakukan
evaluasi siklus pertama siswa tidak lagi canggung pada siklus kedua.
Melihat beberapa masalah diatas dan merujuk pada keberhasilan penelitian
sebelumnya menggunakan model pembelajaran koopertaif tipe NHT, peneliti
mengajukan judul penelitian sebagai berikut : “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK GERAK LURUS DI SMP NEGERI 17 MEDAN”.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasi masalah yang relevan dengan penelitian antara lain:
1. semangat belajar fisika siswa yang masih kurang,
2. keaktifan siswa dalam proses pembelajaran masih redah,
3. kurangnya penggunaan media pembelajaran,
4. hasil belajar siswa rendah.
1.3Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka masalah
1. Pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol adalah model pembelajaran
konvensional dan untuk kelas eksperimen menggunakan model kooperatif tipe
NHT.
2. Materi pokok yang diajarkan adalah gerak lurus untuk kelas VII SMP N 17
Medan.
1.4 Rumusan Masalah
1 Bagaimana hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model kooperatif tipe
NHT pada pada materi pokok Gerak Lurus dikelas VII semester genap SMPN
17 Medan T.A 2014/2015 ?
2 Bagaimana hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model konvensional
pada pada materi pokok Gerak Lurus dikelas VII semester genap SMPN 17
Medan T.A 2014/2015 ?
3 Bagaimana aktivitas belajar siswa yang menggunakan model kooperatif tipe
NHT terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi pokok Gerak Lurus di
kelas VII semester genap SMPN 17 Medan T.A 2014/2015 ?
4 Apakah ada pengaruh model kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar fisika
siswa pada materi pokok Gerak Lurus di kelas VII semester genap SMPN 17
Medan T.A 2014/2015?
1.5Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas VIII selama pelaksanaan dengan
model pembelajaran NHT pada materi pokok Gerak Lurus kelas I SMP
semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di SMP Negeri 17 Medan?
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas VII selama pelaksanaan dengan
model konvensional pada materi pokok Gerak Lurus kelas I SMP semester
genap tahun pelajaran 2014/2015 di SMP Negeri 17 Medan?
dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi pokok Gerak
Lurus kelas I SMP semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di SMP
Negeri 17 Medan?
4. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran NHT terhadap hasil belajar
siswa pada materi pokok Gerak Lurus kelas I SMP semester genap tahun
pelajaran 2014/2015 di SMP Negeri 17 Medan?
1.6Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang akan di ajukan ini adalah sebagai bahan
masukan dan menambah wawasan bagi peneliti sebagai calon guru dalam mengajar
fisika pada masa yang akan datang. Menjadi bahan pertimbangan dalam
menggunakan model koopertif tipe NHT dalam kegiatan pembelajaran, selain itu
diharapakan nantinya penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian
selanjutnya sehingga dapat memberikan sumbangan dalam membangun dan
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, secara pribadi peneliti berharap
penelitian ini dapat memperdalam pengetahuan dalam menggnakan model
pembelajaran kooperatif.
1.7Definisi Operasional
Untuk menghindari pemahaman yang meluas , maka peneliti memberikan
penjelasan sitilah pada judul penelitian ini. Adapun istilah yang perlu dijelaskan
adalah :
1. Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran
kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran
kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil yang saling mengajar
sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif
Siswa yang kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan
karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya
2. Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang umum
nya digunankan di sekolah yang terpusat pada guru, dimana guru memberi
materi pelajaran, kemudian tanya jawab antara guru dan siswa dan terakhir
guru memberi soal- soal latihan kepada siswa yang dikerjakan siswa secara
individu maupun secara kelompok
3. Hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses pembelajaran ditandai
perubahan perilaku secara keseluruhan tidak hanya pada satu aspek potensi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini didasarkan pada temuan-temuan dari data-data hasil
penelitian, sistematika sajiannya dilakukan dengan memperhatikan tujuan penelitian
yang telah dirumuskan. Adapun kesimpulan yang diperoleh antara lain :
1. Hasil belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT pada materi pokok Gerak. Sebelum diberikan perlakuan
rata-rata pretes sebesar 30,65 dan setelah diberikan perlakuan rata-rata-rata-rata postes siswa
sebesar 74,68 sedangkan hasil belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan
pendekatan konvensional sebelum diberikan perlakuan rata-rata pretes sebesar
26,77 dan setelah diberikan perlakuan, rata-rata postes siswa sebesar 58,55.
2. Selama proses pembelajaran, diperoleh hasil observasi aktifitas belajar siswa
setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan rata-rata
setiap pertemuan yaitu pertemuan I 68.09, pada pertemuan II 75.64. Melalui data
observasi aktivitas belajar siswa dapat disimpulkan bahwa rata–rata siswa yang
aktif dalam belajar memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan
siswa yang kurang aktif pada saat pembelajaran.
3. Adanya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar
siswa dengan diperoleh data rata-rata pada kelas eksperimen pada saat setelah
dilakukannya post-tes yaitu 74,68 dan kelas kontrol 58,55 dengan peningkatan
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka sebagai tindak
lanjut dari penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut :
1. Bagi guru, khususnya guru fisika diharapkan untuk menggunakan metode,
strategi, maupun model yang dapat melibatkan siswa secara langsung dalam
proses belajar mengajar dan mengembangkan pengetahuan siswa dalam
menghubungkan adanya kaitan antara mata pelajaran satu dengan mata
pelajaran lainnya. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT
2. Bagi para peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang strategi model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat lebih menuntun siswa untuk
membangkitkan rasa nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa dapat lebih
aktif dan berani dalam mengeluarkan pendapat dan pertanyaan-pertanyaan
yang mengganjal dalam dirinya mengenai pelajaran, khususnya pelajaran
Fisika.
3. Bagi para peneliti selanjutnya yang ingin menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT untuk lebih memperhatikan penggunaan waktu di setiap
fase model, karena pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT
memerlukan waktu yang banyak khususnya ketika siswa mempresentasikan