• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIONAL KEPALA SEKOLAH, BUDAYA SEKOLAH DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN KABANJAHE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIONAL KEPALA SEKOLAH, BUDAYA SEKOLAH DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN KABANJAHE."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH, BUDAYA SEKOLAH DAN KOMUNIKASI

INTERPERSONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN KABANJAHE

TESIS

Diajukan Untuk Melakukan Ujian Mempertahankan Tesis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program

Study Aministrasi Pendidikan

OLEH

ODA KINATA BANUREA NIM. 8106131034

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH, BUDAYA SEKOLAH DAN KOMUNIKASI

INTERPERSONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN KABANJAHE

TESIS

Diajukan Untuk Melakukan Ujian Mempertahankan Tesis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program

Study Aministrasi Pendidikan

OLEH

ODA KINATA BANUREA NIM. 8106131034

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)

i ABSTRACT

Banurea, Oda Kinata. Registration Number: 8106131034. The Correlations among The Principal transformational Leadership, School Culture and Interpersonal Communication on Teacher‘s Compensation of State Elementary School in Kecamatan Kabanjahe (Sub-District). Administration Of Education study programs. Post graduate School. State University of Medan. 2013.

This research was aimed, (1) to ascertain the levels of the correlation between principal transformational leadership on the teacher’s compensation, (2) to ascertain the levels of the correlation between school cultures towards teacher’s compensation, (3) to ascertain the levels of the correlation between interpersonal communications on teacher’s compensation, (4) to ascertain the levels of the correlation principal transformational leadership in interpersonal communications and school cultures on teachers compensations.

The method was quantitative descriptive research study. The correlations of correlative pattern were divided into two variables, independent variables and dependent variables. In this study the population were teachers of state elementary school in Kecamatan Kabanjahe comes from 23 States elementary school, and the total numbers of all the teachers were 260 persons. To determine the sample, the researcher used stratified proportional random sampling techniques, which is classified into two, firstly teachers with teaching proportional, secondly teachers with levels of education. From those qualifications, 70 persons/teachers are included in this research. The instrument of study was questionnaires with Likert Scale, and the analysis data used simple correlations, double partial and multiple regression techniques.

(5)
(6)

i ABSTRAK

ODA KINATA BANUREA 8106131034 Hubungan Kepemimpinan Transformational Kepala Sekolah, Budaya Sekolah dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Kepuasan Kerja Guru Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Kabanjahe. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) mengetahui tingkat hubungan antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru. (2) mengetahui tingkat hubungan atara budaya sekolah terhadap kepuasan kerja guru. (3) mengetahui tingkat hubungan komunikasi Interpersonal terhadap kepuasan kerja guru (4) mengetahui tingkat hubungan kepemimpinan transformasional kepala sekolah Komunikasi Interpersonal dan budaya sekolah secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja guru.

Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif jenis deskriptif studi korelasional dengan pola kajian korelatif dengan menempatkan variabel penelitian dalam dua kelompok yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe yang berjumlah 23 sekolah dengan jumlah guru sebanyak 262 orang guru.Untuk menentukan sampel digunakan teknik stratified proforsional random sampling dengan strata yang di ambil yaitu strata masa kerja dan tingkat pendidikan guru. Sehingga didapatkan sampel sebanyak 70 orang guru. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan skala likert dan teknik analisis data menggunakan teknik korelasi sederhana, ganda parsaial dan regresi sederha serta ganda.

(7)

iv

KATA PENGANTAR ﻢــﻴﺣ ﺮـﻟﺍ ﻦﻤﺣﺮـﻟﺍ ﷲ ﻢــــــــﺴﺑ

Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur dan terimakasih kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan rahmat-Nya, sehingga Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Selawat beriring salam kepada Nabi Rasulullah SAW semoga kita dapat mendapatkan safaatnya di yaumil mahsayar kelak. Tesis ini bertujuan untuk memenuhi sebagian besar persyaratan mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Tesis ini berjudul Tesis ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Magister di Program Studi Administrasi Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Dengan judul Hubungan Kepemimpinan Transformational Kepala Sekolah, Budaya Sekolah dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Kepuasan Kerja Guru Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Kabanjahe. Meskipun dalam proses penulisan banyak memenuhi hambatan dan rintangan namun dengan usaha maksimal yang dilakukan penulis serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya tesis ini dapat diselesaikan tepat waktu. Atas bantuan yang diberikan, maka penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Ayahanda tercinta Alm. Nusen Baini Banurea dan ibunda tersayang Salamah Padang, A.Md. serta kepada abang Kalvin Himta Banurea, Nismah Hasilinta Banurea, Nuisa Kelnia Banurea., S.PdI, Yaimo Merosa Banurea juga kakak ipar, dan abang ipar yang telah membesarkan, mendoakan dan mendukung dengan penuh kasih sayang dan cinta yang tulus.

2. Pimpinan Rektor Universitas Negeri Medan (Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si) dan pimpinan teras lainya beserta direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd)

(8)

v

4. Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M.Pd, Dr.Zulkifli Matondang, M.Pd, dan Dr. Arif Rahman, M.Pd. Selaku sebagai narasumber yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini. 5. Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M.Pd, dan Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd, sebagai

Ketua dan Sekretaris Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

6. Bapak Kepala Dinas Pendidikan Karo yang telah memberikan izin penelitian bagi penulis. Dan Bapak/Ibu Kepala Sekolah serta seluruh guru SD Negeri kecamatan Kabanjahe yang telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan data penelitian ini.

7. Demikian juga kepada sahabatku tercinta Liana Rosa Harahap AM.d Keb dan teman-teman jurusan AP khususnya angkatan XIX kelas A. Sayadidil Kahar, M.Fadli, Akbar, Yanti Siregar, Zutirta Lubis, Ana, yang telah banyak memberikan warna dan pengalaman dan dukungan kepada penulis.

8. Tak terlupakann pula rekan seprofesi bekerja di organisasi kepemudaan, Resimen Mahasiswa Mahatara (Staf Skomen Mahatara) Rotua Sibagariang S.ST, Robet Hutagaol S.Si, Dedi Holden Simbolon S.Si, Sahrijal Akino SPd.I, Rifki Ramdhan, SPd.I, Frikson Jhoni Purba S.Si dan beberapa ketua organisasi Pemuda lainnya (AMBN, IGMPB, IKA-LEMHANAS, IP3SU, FP3SU, dan organisasi lembaga masanyarakat lainya.

Untuk semua itu penulis mendoakan semoga allah SWT melimphkan berkah dan rahmat-Nya kepada ibu/bapak/ saudara/ saudari. Akhirnya penulis mengharapkan semoga tesis ini memberikan manfaat bagi peningkatan pendidikan dimasa yang akan datang.

Medan, 18 Maret 2013 Penulis

(9)

v

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 16

2.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja ... 21

2.1.2. Kepemimpinan Transformasional ... 33

2.1.3. Budaya Sekolah ... 45

2.1.4. Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 50

2.2. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 59

2.3. Beberapa Penelitian Terdahulu... 63

2.4. Paradigma Penelitian ... 65

2.5. Hipotesisi Penelitian ... 65

BAB III METODE PENELITIAN ... 66

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 66

3.2. Metodologi Penelitian ... 66

3.3. Populasi dan Sampel ... 66

3.4. Defenisi Operasional dan Kisi-kisi Instrument... 71

3.5. Skala Pengukuran ... 74

(10)

vi

3.7. Teknik Pengumpulan Data... 79

3.8. Teknik Analisis Data ... 80

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 89

4.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 90

4.2. Tingkat Uji Kecendrungan Varaiabel Penelitian ... 95

4.3. Uji Persyaratan Analisis... 98

4.4. Uji Hipotesis Penelitian ... 106

4.5. Temuan Penelitian... 111

4.6. Pembahasan Penelitian... 114

4.7. Keterbatasan Penelitian... 117

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 119

5.1. Kesimpulan ... 119

5.2. Implikasi... 120

5.3. Saran... 124

(11)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Rekapitulasi Tingkat absensi Kehadiran Guru ... 9

2.1. Faktor-Faktor Motivator dan Higiensi ... 28

3.1. Jumlah Penyebaran Populasi Menurut Strata ... 67

3.2. Rangkuman Sampel Untuk Setiap Strata ... 70

3.3. Kisi-kisi Instrumen Variabel Kepemimpinan Transformational... 71

3.4. Kisi-Kisi Instrumen variabel Budaya Sekolah... 72

3.5. Kisi-Kisi Instrumen komunikasi interpersonal ... 73

3.6 Kisi-kisi instrumen variabel kupuasan kerja... 73

4.1 deskripsi data statistik penelitian ... 89

4.2. Distribusi Frekuensi Kepuasan Kerja Guru ... 90

4.3. Distribusi Frekuensi Kepemimpinan Transformational ... 92

4.4. distribusi frekuensi budaya sekolah ... 92

4.5. distribusi frekuensi komunikasi interpersonal ... 94

4.6. Distribusi Data dan Tingkat Kecendrungan... 95

4.7. Tingkat Kecendrungan Kepuasan Kerja (Y) ... 95

4.8 Tingkat Kecendrungan Kepemimpinan Transformational (X1) ... 96

4.9. Tingkat Kecendrungan Budaya Sekolah (X2) ... 97

4.10. Tingkat Kecendrungan Komunikasi Interpersonal (X3) ... 97

4.11. Persamaan Regresi Y atas X1... 98

4.12. Persamaan Regresi Y atas X2... 100

4.13. Persamaan Regresi Y atas X3... 101

4.14. Normalitas Setiap Variabel ... 103

4.15. analisis Homogenitas Setiap Varibale... 104

(12)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1. Histogram Kepuasan Kerja Guru ... 90

4.2. Histogram Kepemimpinan Transformational ... 92

4.3. Histogram Budaya Sekolah ... 93

4.4. Histogram Komunikasi Interpersonal ... 94

4.5. Linieritas Hubungan Y atas X1 ... 99

4.6. Linieritas Hubungan Y atas X2... 101

4.7. Linieritas Hubungan Y atas X3... 102

(13)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Angket instrumen Variabel Penelitian ... ... 131

2. Sebaran data uji coba kepuasan kerja ... 140

3. Perhitungan validitas instrument kepuasan kerja ... 141

4. Perhitungan reliabilitas kepuasan kerja ... 143

5. Sebaran data uji coba instrument kepemimpinan transformational ... 146

6. Perhitungan validitas instrument kepemimpinan transformational ... 147

7 Perhitungan reabilitas instrument kepemimpinan transformational ... 149

8 Sebaran data uji coba budaya sekolah ... 152

9. Perhitungan validitas budaya sekolah... 153

10. Perhitungan reliabilitas budya sekolah ... 155

11. Sebaran data ujicoba instrument komunikasi interpersonal... 158

12. Perhitungan perhitungan validitas komunikasi interpersonal ... 159

13. Perhitungan reliabilitas instrument komunikasi interpersonal... 161

14. Sebaran variabel data ... 264

15. Data pokok penelitian ... 176

16. Perhitungan distribusi frekuensi... 179

17. Identifikasi tingkat kecendrungan... 189

18. Uji kelienaran dan persamaan regresi sederhana ... 192

19. Uji normalitas penelitian... 208

20. Uji homogenitas ... 217

21. Uji indenpendensi... 228

22. Uji kelienearan dan regresi ganda... 232

23. Perhitungan korelasi antar variabel... 235

24. Perhitungan korelasi parsial ... 241

25. Perhitungan korelasi ganda ... 254

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Peranan pendidikan dalam mengisi pembangunan dan kemerdekaan

diberbagai bidang jelas diperlukan. Stimulasi dan penyertaan upaya pendidikan

pada masyarakat yang sedang membangun ternyata memberikan hasil yang

memuaskan di dalam mengatasi persoalan-persoalan dan hajat hidup orang bayak.

Seorang tokoh pendidikan Jepang mengatakan bahwa pembaharuan yang

menyeluruh terjadi di Jepang dikarenakan adanya pengaruh investasi pendidikan,

sementara seorang tokoh pendidikan lain dari belahan eropah Jerman setelah

perang dunia II mengatakan bahwa pembaharuan adalah berkat investasi dari

sistem pendidikan, dari kedua tokoh ini selaku anggota komisi internasional

pengembangan pendidikan akhirnya menyimpulkan mengenai peran pendidikan

sebagai berikut: “ for all those who w’out to make the world as it to day a better place, and to prepare for the future education is a capital, universal subject”dari

kesimpulan diatas pandangan tentang pendidikan digunakan untuk semua orang

yang ingin membuat dunia ketempat yang lebih baik, dan untuk mempersiapkan

masa depan pendidikan adalah modal subyek universal.

Diperlukan pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia yang selalu ingin berkembang dan berubah. Pendidikan

mutlak ada dan selalu diperlukan selama ada kehidupan. Karena dengan

(15)

2

kearah kehidupan yang lebih baik lagi. Dan out put hasil pendidikan dapat

merubah sikap afektif (pengetahuan), sikap kognitif (prilaku dan sikap) dan

psikomotorik (keterampilan) untuk bersosial bersama masyarakat.

Meningkatkan taraf hidup masyarakat tentu dilakukan strategi yang baik dan

butuh komitmen yang baik dari semua pihak (political will) masyarakat swasta

dan juga pemerintah (tripel helix), yang paling sering disorot adalah bagaimana

peranan maksimal pemerintah dalam dunia pendidikan dalam hal ini penyediaan

sumber daya manusia yang bagus, berkarakter dan mampu mendidik. Sumber

daya manusia dalam hal ini adalah guru, perana guru begitu sentral dalam dunia

pendidikan, guru menjadi ujung tombak dalam pendidikan karena itu ia selalu

mendapat sorotan tajam dari berbagai pihak terhadap kinerjanya.

Tugas tanggung jawab guru tidaklah mudah mengerjakanya, dan tidak

semudah kita mendengar kata-kata mendidik, mendidik merupakan profesi

pekerjaan yang menguras waktu, tenaga, pikiran, dan materi, ia membutuhkan

kerja ekstra ulet, giat, dan terampil, karena mendidik adalah bahagian dari

penciptaan cita-cita manusia.

Hal ini senada dengan batasan pengertian mengenai pendidikan, yaitu usaha

yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana dengan maksud mengubah

tingkah laku manusia ke arah yang diinginkan. Sebagai suatu usaha yang

dilakukan dengan sengaja, teratur dan berencana. Sudah barang tentu yang

namanya pendidikan sudah tidak dapat lagi dilakukan secara sambilan dan

(16)

3

Menelaah dan membahas sistem pendidikan kita tidak bisa melepaskan dari

sub sistem pendididikan itu sendiri. Salah satu sub sistem pendidikan itu adalah“

Guru” dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 Tentang Guru dan

Dosen dijelaskan bahwa :

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Guru adalah salah satu komponen sumber daya manusia dalam proses

belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya

manusia yang potensial dibidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang

merupakan salah satu unsur dibidang pendidikan harus berperan secara aktif dan

menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan

masyarakat yang semakin berkembang.

Besar dan banyaknya tuntutan serta tanggung jawab guru dari

undang-undang diatas, nampaknya sulit terpenuhi manakala kondisi psikologis, kondisi

sosial serta penghargaan yang dirasakan guru tidak mendukung, karena pada

dasarnya apapun yang dilakukan guru dalam berkerja membutuhkan konsentrasi

dan kegairahan dalam bekerja. Oleh sebab itu, dalam sistem pendidikan harus bisa

mendorong guru agar tetap memiliki kinerja yang baik dalam mengerjakan

tugasnya yakni sebagai pendidik dengan memberikan sesuatu yang dapat memberi

rasa puas bagi guru itu sendiri.

untuk melihat kepuasan kerja dapat dilihat dari kedisiplinan, turnover kecil,

(17)

4

sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini

dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Locke (2008:464)

memberikan definisi kepuasan kerja sebagai persepsi seseorang terhadap

pekerjannya, persepsi ini berdasarkan pada perbandingan antara apa yang

diharapkan dan diperoleh dari apa yang secara nyata mereka kerjakan.

Perbandingan antara kesesuaian apa yang diharapakan dengan apa yang

didapatkannya sebagai hasil dari pekerjaanya akan menimbulkan kepuasan kerja.

Hal senada dikemukanan oleh Fred Luthan (2011:141) definition of job satisfaction as involving cognitive, affective, and evaluative reactions or attitudes and states it is “a pleasurable or positive emotional state resulting from the appraisal of one’s job or job experience.”

Defenisi kepuasan kerja yang dijelaskan diatas adalah sebagai pelibatan dari

sikap kognitif, afektif reaksi, dan evaluatif atau sikap yang menyatakan itu adalah

keadaan emosional menyenangkan atau positif yang dihasilkan dari penilaian

pekerjaan atau pengalaman kerja.

Melihat beberapa definisi ahli diatas maka peneliti definisi kepuasan kerja

sebagai totalitas perbandingan antara sikap positif rasa senang maupun tidak

senang terhadap pekerjaanya dengan melihat kesesuaian hasil kerja dengan sikap

dan prilaku yang dicerminkan sehari-hari. Sikap positif ini bisa dinilai dari 1.

Profesi sebagai guru, 2. Gaji atau penghasilan, 3. Promosi pengembangan profesi,

4. Pengawasan/pimpinan, 5. Rekan kerja, 6. Kondisi kerja, diamana pada dasarnya

buah dari kepuasan kerja yang dirasakan muncul dari pemberian gaji kerja,

(18)

5

pelayanan kenyamanana pekerjaan, kepemimpinan atau pengawasan dari atasan,

rekan kerja dan kondisi kerja

Kepuasan kerja melekat erat pada orang yang bekerja karena out put yang mereka dapatkan dalam pekerjaan adalah menghasilkan materi atau non materi

yang berujung pada kepuasan kerja, begitu juga jaminan kepuasan kerja guru yang

dijabarkan dalam Bab XI, Pasal 40, UUSPN No. 20, Tahun 2003 tentang sistem

pendidik dan tenaga kependidikan dijelaskan bahwa:

1. Pendidikan dan Tenaga Pendidikan Berhak Memperoleh,

a. Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai

b. Pengahargaan sesuai dengan tugas dan prestasi

c. Pembinaan karir sesuai dengan tuntutan dan perkembangan kualitas d. Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil

kekayaan intelektual dan

e. Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas

Ditinjau dari pasal 40 diatas, ada suatu angin segar harapan bagi guru untuk

mensejahterakan kehidupan mereka, dengan penghasilan dan jaminan

kesejahteraan sosial diatas merupakan salah satu wujud kepuasan kerja guru

dalam menjalanakan tugas pokok mengajar. Tapi pada kenyataanya jaminan dari

pasal 40 ini tidak meraka dapatkan sebagaimana selayaknya secara merata

diberbagai daerah.

Guru sekolah dasar merupakan guru yang mengajar di sekolah dasar yang

berhadapan dengan anak-anak siswa berumur 5 tahun sampai 12 tahun. Dari segi

psikologi dan kejiwaan dalam umur ini kejiwaaan mereka masih terombang

(19)

6

bekerja yang ekstra dan kreatif inovatif. Dikarenakan anak-anak didalam umur ini

meraka baru mengenal pendidikan formal yang memiliki pelajaran yang sitematis

dan terjadwal harus diikutinya, jadi mereka harus bina dan diarahkan semaksimal

mungkin agar gejala jiwa mereka terarah kedepan.

Guru sekolah dasar Negeri kecamatan Kabanjahe sendiri memiliki 23

sekolah dasar negeri. Sekolah ini dibawah naungan pemerintah kabupaten karo.

Selayaknya guru yang bekerja mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk mengajar

dan mendidik berhak mendapatkan kepuasan kerja dari pekerjaannya sesuai

dengan peraturan dan regulasi yang berlaku. Tapi ketika konsep kepuasan kerja

ini ditelusuri ke sekolah dasar negeri kecamatan kebanjahe ternyata masih jauh

ditemukan dari harapan idealnya.

Berdasarkan hasil wawancara bersama bapak Umar Sembiring Melala

selaku kepala UPTD kecamatan kabanjahe mengatakan bahwa dibeberapa sekolah

dasar negeri kecamatan kebanjahe sebahagian guru masih merasa kurang puas

terhadap pekerjaanya hal ini terlihat dari prilaku guru yang masih sering

ditemukannya absen guru yang tidak masuk pada hari mengajar dan ini terlihat

dari hasil laporan keadaan guru setiap bulannya yang masuk ke UPTD.

Selain itu rendahnya antusias guru dalam melakoni pekerjaan mengajarnya

itu terlihat dari ketidak disiplinan guru masuk tepat waktu, dan pulang terlebih

dahulu meninggalkan sekolah tanpa alasan yang jelas, dan masih terlihat guru

yang melakukan pelanggaran dalam melakukan tugas sebagi tenaga pendidik

(20)

7

sudah keluar dan pulang meningglakan sekolah, sering tidak masuknya guru

mengajar pada jam pelajaran dengan alasan yang tidak jelas seperti pesta keluarga

dan mengurus kebun. Indikasi kondisi guru diatas diduga guru-guru sekolah dasar

negeri kabanjahe tidak puas dengan pekerjaan mereka dikarenakan: asumsi

pekerjaan sebagai guru bukan pekerjaan yang menjanjikan dengan gaji sedikit

mempunyai tugas dan tanggung jawab yang banyak, belum lagi dengan

penghasilan yang kecil tapi gaji meraka jarang tepat waktu dibayarkan. Sisi lain

guru menganggab bahwa pangkat jabatan dan karir berprofesi sebagai guru tidak

memiliki prospek yang jelas.

Kemudian asumsi mereka menganggab bahwa kepemimpinan dan

kepengawasan dari kepala sekolah maupun pihak dinas pendidikan tidak

mencerahkan dan memberikan arti yang berkontribusi terhadap keterampilan

meraka mengajar dan bekerja. Selain itu lingkungan dan kondisi kerja serta sarana

prasarana yang tidak mendukung mereka bekerja disekolah. Dari gambaran

asusmi diatas guru menganggap bahwa apa yang mereka kerjakan dengan

tanggung jawab berat, tidak seimbang dengan apa yang mereka terima dengan

penghasilan yang kecil dan perlakuan yang kurang adil, jadi pantas prilaku

keseharian guru nampak menunjukan sikap tidak puas pada pekerjaannya.

Kemudian hal yang sama juga ditemukan di sekolah dasar negeri desa

Kandibata dimana kepala sekolahnya (Azrai.SPd.I) mengatakan Bahwa tingkat

kepuasan kerja guru di Sekolah Dasar Negeri yang dipimpinya sangat minim, ini

terlihat dari bayanknya pelanggaran yang sering dilakukan guru, seperti terlambat

(21)

8

mereka bukan guru yang profesional. Hal ini disebabkan karena: Gaji yang

diterima guru sangat kecil dan tidak bisa menutupi kebutuhan sehari guru-guru

ini terlihat dari banyaknya guru yang meminta uang pinjaman ke bank BPDSU

dan bank konvensional lainya dengan menggadaikan SK dan lainya untuk

menutupi kebutuhan dan keperluan sehari-harinya. Dengan diborohkannya SK

sebagai agunan maka gaji yang peroleh setiap bulannya dengan kisaran 30 sampai

45 %. Kemudian kondisi lingkungan kerja yang jauh dari tempat tinggal mereka,

sarana dan prasarana yang tidak memadai, promosi pengembangan karir sulit

dilakukan, pengawasan dari pihak dinas pendidikan tidak begitu nyata bagi

meraka untuk menambah semangat dan kterampilan meraka.

Hal yang sama ditemukan dari hasil survey awal di sekolah dasar negeri

040444 kabanjahe, dilokasi sekolah ini ditemukan masih ada sebahagian

guru-guru menunjukan perilaku terlambat hadir masuk ke sekolah, padahal jam

pelajaran diawali pada pukul 07.45 WIB. Bahkan ditemukan ada guru kelas yang

tidak hadir pada hari itu. Ini terlihat dari absensi kehadiran guru. Sementara data

absensi kehadiran guru perbulan Agustus Tahun 2012 di sekolah ini angka tingkat

ketidak hadiran guru mengajar tergolong sedang, karena setiap perminggunya ada

saja terlihat tidak hadir kesekolah tanpa alasan yang jelas.

Tingkat kehadiran guru dapat dilihat pada Tabel 1.1. Untuk menghitung

(22)

9

Absen = X 100 %

Tabel 1.1 Rekapitulasi Absen Kehadiran SD Negeri 040444 Kabanjahe Bulan Januari - Juli 2012

Bulan

(24 Hari Kerja efektif) JumlahGuru

Alasan Tidak Hadir Total

Keterangan: M. Mangkir, I. Izin, S. Sakit.

Sumber: Rekapitulasi Absensi Guru SD Negeri 040444 K.Jahe diolah Penulis

Sekolah dasar negeri 040444 sebagai organisasi yang berbasis pada bidang

pendidikan untuk masyarakat, tidak menetapkan batas absensi secara permanen.

Dari informasi yang disajikan pada Tabel 1.1, memperlihatkan absensi rata-rata 4

% persen setiap bulanya guru tidak hadir dari 8 orang guru, sedangkan turnover

sebagai salah satu ukuran menilai kepuasan kerja tidak bisa dilaksanakan karena

guru merupakan pegawai negeri sipil (PNS) sehingga tingkat turnoverhampir nol

persen.

Berdasarkan wawancara dan observasi diatas masih ditemukannya adanya

guru yang tidak masuk mengajar dikarenakan satu sisi guru merasakan tidak

adanya imbalan yang lain yang mereka terima selain dari gaji kecil, ditambah lagi

asumsi pekerjaan sebagai guru bukan pekerjaan yang menjanjikan dengan gaji

sedikit mempunyai tugas dan tanggung jawab yang banyak, Sisi lain guru

menganggab bahwa pangkat jabatan dan karir berprofesi sebagai guru tidak

(23)

10

kepengawasan dari kepala sekolah maupun pihak dinas pendidikan tidak

mencerahkan dan memberikan arti yang berkontribusi terhadap keterampilan

mereka mengajar dan bekerja. Selain itu lingkungan dan kondisi kerja serta sarana

prasarana yang tidak mendukung mereka bekerja disekolah. Dari ini guru

menganggap bahwa apa yang mereka kerjakan tidak seimbang dengan apa yang

mereka terima dengan penghasilan yang kecil dan perlakuan yang kurang adil.

Jika hal ini terus dibiarkan maka dikhawatirkan bahwa pendidikan di daerah ini

khususnya kecamatan ini kedepannya akan semakin tertinggal dari sistem

pendidikan.

Faktor lain yang menjadi indikator kepuasan kerja guru sekolah tidak

terlepas dari faktor kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai

pemimpin tertinggi dalam suatu unit lembaga pendidikan memiliki tugas dan

tanggungjawab terhadap organisasinya, disamping sebagai pemimpin yang

bertanggung jawab atas kepemimpinan pendidikan ia juga sebagai manager,

sebagai decision maker, dan kepala sekolah sebagai pihak pertama yang menentukan dinamika edukatif sekolah baik sisi kemajuan maupun

kemundurannya.

Kepemimpinan adalah perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang

tersebut mencoba mempengaruhi prilaku orang lain. Hoy and Miskey (2001:392)

“ledearship isa proces of social “influence in which one person is a able to enlist

the aid and support of othes in the accomplishment of a common task” Nanang

Fatta (2006:88) kepemimpinan pada hakekatnya adalah seorang yang mempunyai

(24)

11

Berbicara mengenai pemimpin tidak bisa lepas dari gaya dan prilaku yang

muncul dari dalam diri seorang pemimpin, dalam hal ini penulis meneliti gaya

kepemimpinan transformasional, karena gaya kepemimpinan transformasional

dapat mengarahkan dan mempengaruhi perilaku pada guru dan bawahannya untuk

melaksanakan tugas dengan pencapaian hasil yang baik.

Menurut Bass dan Danim (1990:52) istilah kepemimpinan transformasional

adalah proses mempengaruhi secara transformasional yakni pemimpin

mempengaruhi bawahan dengan selalu menginformasikan perubahan-perubahan

terhadap tujuan organisasi, Stephen Robbin (1996:96) menyatakan pemimpin

transformasional adalah pemimpin yang memberikan pertimbangan dan

rangsangan ide-ide intelektual terhadap individu dan yang memiliki karisma.

Jurnal Leithwood et al. (1999) menggunakan 20 dari 34 penelitian

kepemimpinan transformasional (6 kualitatif dan kuantitatif 15) untuk

mengidentifikasi 13 jenis efek: efek pada siswa, efek pada persepsi para

pemimpin, efek pada perilaku pengikutnya, efek pada pengikut psikologis negara

dan organisasi. Leithwood menyimpulkan bahwa dua puluh penelitian

memberikan bukti tentang efek kepemimpinan transformasional pada beberapa

kategori yang berbeda dari hasil termasuk efek kepuasan kerja.

Selain faktor kepemimpinan, budaya sekolah juga berhubungan terhadap

kepuasan kerja guru, budaya sekolah akan mempengaruhi keadaan dinamika

ornagisasi sekolah dan prilaku-prilaku kebiasaan kerja guru di sekolah. Budaya

sekolah adalah tindakan perilaku keseharian guru dalam melaksanakan tugasnya

(25)

12

prilaku normatif dan substantif yang selalu muncul terjadi disekolah. Fret Luthans

(2011:71) memberikan pengertian budaya adalah :

pattern of basic assumptions—invented, discovered, or developed by a given group as it learns to cope with its problems of external adaptation and internal integration—that has worked well enough to be considered valuable and, therefore, to be taught to new members as the correct way to perceive, think, and feel in relation to those problems

Selanjutnya Edgar H. Schein (2004: 17) mendefinisikan budaya sebagai

berikut:

the accumulated shared learning of a given group . . . a pattern of shared basic assumptions that was learned by a group as it solved its problems of external adaptation and internal integration, that has worked well enough to be considered valid and, therefore, to be taught to new members as the correct way to perceive, think and feel in relation to those problems.

Dua definisi budaya diatas maka dapat disimpulkan bahwa budaya terjadi

dari dasar pola asumsi diciptakan, ditemukan, atau dikembangkan oleh suatu

kelompok tertentu untuk memahami, berpikir, dan merasa dalam kaitannya

dengan masalah-masalah dan untuk memecahkan permasalahannya adaptasi

eksternal dan integrasi internal, yang dianggap sah dan diajarkan kepada anggota

baru sebagai cara yang benar untuk memahami.

Setiap Sekolah memiliki budaya tersendiri dan akan mencerminkan

bagaimana keadaan sekolah itu, keberagaman budaya sekolah yang seharusnya

menganut perundang-undangan sistem pendidkan nasional, kearifan budaya lokal,

kebijakan pemerintah daerah dan keadaan lingkungan. Sehingga suasana budaya

terlihat dengan berbagai variasi, warna dan motif. Budaya sekolah terlarir dari

proses penataan tata nilai sekolah, norma, kebiasaan ritual dan simbol-simbol

(26)

13

memberikan ciri tersendiri bagi budaya sekolah dalam mewarnai dinamika

sekolah

Wayne K. Hoy dan Miskel (2001:198), menyatakan budaya sekolah adalah budaya yang terjadi pada konteks perilaku keseharian pelayanan pendidikan baik formal-informal berdasarkan hal-hal yang tersirat baik secara implisit maupun eksplisit, implisit, seperti: keyakinan, norma, nilai-nilai, asumsi-asumsi. Sedangkan eksplisit, seperti, ritual, serimonial, simbol dan sejarah yang tedapat dalam sekolah.

Budaya sekolah memberi gambaran bagaimana seluruh civitas akademika

bergaul, bertindak dan menyelesaikan masalah dalam segala urusan dilingkungan

sekolahnya. Kebisaaan mengembangkan diri terutama setiap anggota kelompok

disekolah berusaha memperbaiki diri dan meningkatkan mutu pekerjaannya

merupakan kultur yang hidup sebagai tradisi yang tidak lagi dianggap sebagai

beban kerja. Tetapi pada kenyataannya dilapangan komponen sekolah masih

menjadikan kebiasaaan, nilai, sikap dan cara bertindak yang harus sesuai dengan

peraturan yang ada sebagai beban untuk mengembangkan diri.

Hasil penelitian Angus J. MacNeil (294:2005) mengatakan bahwa Budaya

sekolah yang sehat berkorelasi kuat dengan meningkatnya prestasi siswa,

motivasi, dan dengan produktivitas guru serta kepuasan bekerja. Kemudian

beberapa hasil penelitian telah mengumpulkan beberapa bukti yang mengesankan

pada budaya sekolah. Budaya sekolah yang sehat berkorelasi kuat dengan

meningkatnya prestasi siswa, motivasi tinggi, produktivitas kerja guru dan

kepuasan kerja guru.

Beberapa faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja guru adalah

komunikasi, karena faktor komunikasi dapat dijadikan sebagai tolak ukur menilai

(27)

14

dalam organisasi memberikan kontribusi besar terhadap kepuasan kerja. Karena

komunikasi merupakan alat yang mudah digunakan dan efektif untuk mencapai

tujuan organisasi, komunikasi adalah proses penyaluran informasi, ide,

penjelasan, perasaan, pertanyaan dari orang ke orang atau dari kelompok ke

kelompok. Ia adalah proses interaksi antara orang-orang atau kelompok-kelompok

yang ditunjukan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang-orang dan

kelompok-kelompok didalam suatu organisasi.

komunikasi adalah suatu sine qua bagi organisasi, artinya bahwa komunikasi itu tidak boleh tidak bagi organisasi. Dalam kehidupan organisasi,

pencapaian tujuan dengan segala prosesnya membutuhkan komunikasi yang

efektif, dalam suatu organisasi komunikasi merupakan kegiatan yang sangat

penting dalam berorganisasi, komunikasi memberikan kontribusi besar dalam

mensukseskan tujuan organisasai karena komunikasi merupakan suatu proses

sosial yang mempunyai relevansi terluas didalam memfungsikan setiap individu,

kelompok organisasi dan masyarakat.

Komunikasi intrapribadi atau komunikasi interpersonal merupakan praktik

komunikasi persuasif secara pendekatan pribadi, komunikasi interpersonal

ditandai dengan adanya keakraban atau kedekatan, kepekaan, saling mendengar,

saling merespon, saling mendukung, dan mengerti perasaan, antara komunikator

dengan komunikan.

Gitosudarmo (2001:205) komunikasi interpersonal (sambung rasa antar

manusia) adalah komunikasi yang berbentuk tatap muka (face-to-face).

(28)

15

menanamkan pengaruhnya kepada anggota kelompok dan bawahannya,

komunikasi interpersonal ini meliputi karakteristik berupa unsur-unsur tukar

pikiran atau temuwicara dan pemantauan terhadap perkembangan penerimaan

informasi yang disampaikan oleh atasan kepada bawahannya

Prilaku komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi dengan

pendekatan pribadi adalah komunikasi dengan orang lain meningkatkan

pengetahuan tentang dirinya, lebih terbuka untuk menerima

pengalaman-pengalaman dan gagasan baru, empati, sikap mendukung, sikap positif, kesetaraan

individu .Selain itu komunikasi interpersonal adalah kounikasi transparan, jujur,

dan terbuka lebar, dengan komunikasi interpersonal setiap guru akan

membicarakan masalah yang dihadipinya, baik masalah pribadi, keluarga dan

terutama masalah kinerja yang dihadapi disekolah. Dengan keterbukaan informasi

akan terrespon dengan berbagi solusi yang bervariasi. sehingga banyak pilihan

dalam pengambilan keputusan untuk pemecah masalah tersebut, kepuasan guru

dapat diperolah dari pengkomunikasian lisan guru. Begitu juga dengan

ketidakpuasa kerja guru. Ketika guru merasa puas dengan pekerjaannya sebagai

guru maka dalam berkomunikasi ia akan menyinggung kinerja dan kepuasan

kerjanya. Sehingga komunikasi interpersonal berberan untuk memberi pengaruh,

motivasi dan inspirasi dan sisi kepuasan kerja guru.

Mengacu pada keadaan empiris diatas, banyaknya permasalahan kepuasaan kerja dalam mendidik. Maka penelitian ini penting dilakukan dengan mengangkat judul: Hubungan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, Budaya

(29)

16

Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Kabanjahe.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah diatas ada banyak variabel yang berhubungan

dengan kepuasan kerja guru, pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang

bersifat individual. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda

sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Semakin banyak

aspek-aspek dalam pekerjaan sesuai dengan keinginan individu, maka semakin tinggi

tingkat kepuasan yang dirasakan, dan sebaliknya jika sedikit aspek-aspek dalam

pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu maka semakin rendah tingkat

kepuasan yang dirasakan.

Kepuasan kerja merupakan suatu tanggapan emosional seseorang terhadap

situasi dan kondisi kerja. Tanggapan emosional ini bisa berupa perasaan puas

(positif) atau tidak puas (negatif). Kepuasan kerja dirasakan pekerja setelah

pekerja tersebut membandingkan antara apa yang dia harapkan akan dia peroleh

dari hasil kerjanya dengan apa yang sebenarnya dia peroleh dari hasil kerjanya

(Sopiah, 2008:170).

Dari latar belakang diatas maka dapat diidentifikasikan menjadi beberapa

masalah yang berhubungan dengan kepuasan kerja guru antara lain: faktor-faktor apa

saja kah yang dapat membuat guru puas dalam bekerja? Apakah pekerjaan yang

diemban guru berhubungan dengan kepuasan guru dalam bekerja? Apakah sistem

penggajian, kompensasi, penghargaan, berhubungan dengan kepuasan kerja guru?

(30)

17

kepuasan guru dalam bekerja? Apakah dengan interaksi kelompok dan dengan

rekanan berhubungan dengan kepuasan kerja guru? Apakah dengan komunikasi

antar kelompok berhubungan dengan kepuasan kerja guru. Apakah komunikasiface to face berhubungan dengan kepuasan kerja guru? Apakah model gaya

kepemimpinan kepala sekolah berhubungan dengan kepuasan kerja guru? Apakah

sifat kepemimpinan kepala sekolah berhubungan dengan kepuasan kerja guru?

Apakah budaya lingkungan sekolah pekerjaan berhubungan dengan kepuasan kerja

guru? Apakah dengan pengarahan komunikasi interpesonal berhubungan dengan

kepuasan kerja guru? apakah aturan, norma yang ada disekolah berpengaruh

terhadap kepuasan kerja guru? apakah kerjasama team kelompok berpengaruh

terhadap kepuasan kerja guru? Apakah norma, nilai-nilai, peraturan berkorelasi

terhadap kepuasan kerja guru? apakah keterbukaan informasi berkorelasi terhadap

kepuasan kerja guru?

1.3. Pembatasan Masalah

Dari beberapa identifikasi dan banyaknya faktor-faktor yang menjadi

pengaruh kepuasan kerja guru, maka dalam penelitian ini peneliti membatasi

hanya pada wilayah penelitian prilaku gaya kepemimpinan transformasional

kepala sekolah (menurut asumsi guru dalam hal ini guru yang menjadi objek

penelitian bukan kepala sekolah), budaya sekolah, komunikasi interpersonal guru

(31)

18

1.4. Rumusan Masalah

Setelah melakukan identifikasi masalah dan pembatasan Masalah

diatas, maka masalah utama dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan antara kepemimpinan transformasional kepala

sekolah terhadap kepuasan kerja guru di sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe?

2. Apakah ada hubungan atara budaya sekolah terhadap kepuasan kerja guru

disekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe?

3. Apakah ada hubungan antara komunikasi interpersonal terhadap kepuasan

kerja guru disekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe?

4. Apakah ada hubungan kepemimpinan transformasional kepala sekolah

Komunikasi Interpersonal dan budaya sekolah secara bersama-sama

terhadap kepuasan kerja guru disekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe?

1.5. Tujuan Penelitian

Target yang ingin dicapai dari tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan antara kepemimpinan transformasional, budaya sekolah dan

komunikasi interpersonal terhadap kepuasan kerja guru sekolah dasar negeri

kecamatan kabanjahe, dan secara operasional tujuan penelitian ini dijabarkan

(32)

19

1. Mengetahui tingkat hubungan antara kepemimpinan transformasional

kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru.

2. Mengetahui tingkat hubungan atara budaya sekolah terhadap kepuasan

kerja guru.

3. Mengetahui tingkat hubungan Komunikasi Interpersonal terhadap

kepuasan kerja guru.

4. Mengetahui tingkat hubungan kepemimpinan transformasional kepala

sekolah Komunikasi Interpersonal dan budaya sekolah secara

bersama-sama terhadap kepuasan kerja guru.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaaat dari hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai

berikut:

1. Secara Teoretis:

a. Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya teori

kepemimpinan transformasional, budaya sekolah, komunikasi

interpersonal, dan teori kepuasan kerja.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan sebagai bahan acuan lebih

lanjut untuk mengkaji dan mendalami permasalahan variabel yang

sama dengan peneliti ini.

(33)

20

a. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi dinas pendidikan

kabupaten karo dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui

peningkatan kepuasan kerja guru.

b. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dalam pelaksanaan

pengetahuan kepemimpinan transformasional, budaya sekolah,

komunikasi interpersonal, dalam rangka meningkatkan kepuasan kerja

guru.

c. Sebagai masukan bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran dalam

rangka mengingatkan kepuasan kerja dan kualitas pendidikan secara

umum dan secara khusus guru sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe.

(34)

119

119

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka

dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut.

1. Tingkat kecendrungan variabel kepuasan kerja sekolah dasar negeri

kecamatan kabanjahe termasuk dalam kategori sedang, variabel

kepemimpinan transformational kepala sekolah termasuk kategori sedang,

variabel budaya sekolah termasuk dalam kategori tinggi, dan variabel

komunikasi interpersonal termasuk dalam kategori sedang

2. Kepemimpinan transformational kepala sekolah mempunyai hubungan yang

positif dan signifikan dengan kepuasan kerja guru sekolah dasar negeri

kecamatan kabanjahe bentuk hubungannya linier dan prediktif melalui

persamaan regresi Ŷ = 63,57 + 0,42 X1. Hal ini berarti makin baik

kepemimpinan transformational kepala sekolah maka akan semakin baik pula

tingkat kepuasan kerja guru. Selain itu kepemimpinan transformational kepala

sekolah ini memberikan sumbangan relatif yang cukup berarti terhadap

kepuasan kerja guru dengan besar sumbangan 60,64%.

3. Budaya sekolah terhadap kepuasan kerja guru mempunyai hubungan yang

positif dan signifikan dengan kepuasan guru sekolah dasar negeri kecamatan

kabanjahe bentuk hubungannya linier dan prediktif melalui persamaan regresi

(35)

120

tinggi kepuasan kerja guru., budaya sekolah memberikan sumbangan relatif

yang cukup berarti terhadap kepuasan kerja guru yaitu sebesar 26,28%.

4. Komunikasi interpersonal terhadap kepuasan kerja guru mempunyai hubungan

yang positif dan signifikan dengan kepuasan kerja sekolah dasar negeri

kecamatan kabanjahe bentuk hubungannya linier dan prediktif melalui

persamaan regresi Ŷ = 64,18 + 0,43X3. Hal ini berarti makin baik komunikasi

interpersonal maka makin tinggi kepuasan kerja guru. Dari hasil temuan

penelitian, komunikasi interpersonal memberikan sumbangan relatif yang

cukup berarti terhadap kepuasan kerja guru yaitu sebesar 13,06%.

5. Kepemimpinan transformational, budaya sekolah dan komunikasi

interpersonal secara simultan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap

kepusan kerja guru sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe dengan

koefisien korelasi (R) sebesar 0,76 dan koefisien (R2) 0,87. Hal ini berarti

bahwa kepemimpinan transformational kepala sekolah, budaya sekolah,

komunikasi interpersonal secara simultan mempunyai hubungan yang kuat

dan memberikan kontribusi yaitu sebesar 76,71 % untuk meningkatkan

kepuasan kerja guru.

5.2. Implikasi

Terujinya hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

kepemimpinan transformational, budaya sekolah dan komunikasi interpersonal

secara simultan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kepausan kerja

guru sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe. Temuan ini setidaknya

(36)

121

sekolah yang dilakukan kepala sekolah, budaya sekolah dan komunikasi

interpersonal merupakan faktor penting dan sangat menentukan peningkatan

kepuasan kerja guru. Adapun sasaran implikasi yang ditujukan terutaman kepada

kepala dinas pendidikan Kabupaten Karo dimana menaungi secara teknis yaitu

unit pelaksanaan sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe (UPTD) SD Negeri

kecamatan Kabanjahe, kepala sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe,

guru-guru sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe. Untuk itu guna meningkatkan

kepuasan kerja guru sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe diperlukan upaya

bersama dalam rangka peningkatan kepemimpinan transformational kepala

sekolah, budaya sekolah, dan komunikasi interpersonal.

1. Implikasi terhadap kepala dinas pendidikan

Dengan diterimanya hipotesis penelitian yang diajukan, maka upaya yang

dapat dilakukan dinas pendidikan adalah meningkatkan kepemimpinan

transformational kepala sekolah, budaya sekolah, komunikasi intepersonal.

Kepemimpinan kepala transformational dapat ditingkatkan dengan menjaring

calon kepala sekolah yang lebih selektif dan memiliki kredibilitas pendidikan

yang mumpuni dalam bidang pendidikn, kemampuan pemimpin yang visoner. Hal

ini dapat dilakukan dengan melihat kemampuan manajerial dan trek rekort

kepemimpinan calon kepala sekolah dalam mempengaruhi bawahannya dan

keterlibatanya merespon masalah individu guru, pengetahuan intelektual yang

diberikan pada bawahan, mampu memotivasi, menginspirasi guru dan memiliki

(37)

122

Hal lain yang dapat dilakukan kepala dinas pendidikan untuk

mengupayakan kepuasan kerja guru dengan mengoptimalkan dukungan budaya

sekolah sebagai tata nilai, norma aturan, keyakian dan kerjasama kelompok. Hal

ini dapat dilakukan dengan bertindak terus melakukan pengawasan terhadap

keadaan sekolah.

Kemudian upaya lain yang dapat dilakukan dinas pendidikan dalam upaya

meningkatkan kepuasan kerja guru adalah dengan komunikasi interpersonal, hal

ini dapat dilakukan dengan memantau kondisi hubungan keharmonisan kepala

sekolah dengan guru, guru dengan guru di sekolah. Dan membantu masalah yang

dihadapi kepala sekolah dan guru-guru, kemudian pada satu sisi kepala dinas

pendidikan harus meninggalkan pola dan paradigma bahwa kepala sekolah itu

bukan jabataan politik yang dititipkan oleh pejabat yang berwenang, akan tetapi

jabatan kepala sekolah merupakan jabatan profesional yang handal mampu

mengerjakannya dengan baik dalam dunia pendidikan.

2. Implikasi terhadap kepala sekolah.

Dengan diterimanya hipotesis penelitian diharapakan kepada kepala sekolah

untuk berperan aktif dalam meningkatkan kepemimpinan transfomational di

sekolah guna untuk mempengaruhi dan mengajak guru bekerja sama menuju

tujuan sekolah . Dalam hal ini kepala sekolah dapat melakukan berbagai upaya

seperti: memberikan stimulus rangsangan pemikiran intelektual, pengayoman

terhadap individu, dapat memotivasi guru serta memiliki gaya kepemimpian

(38)

123

Hal lain yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan

kepuasan kerja guru adalah dengan membangun budaya sekolah yang mendukung

kepuasan kerja guru. Hal ini dapat dilakukan kepala sekolah dengan

memperhatikan tata nilai perturan sekolah, norma anjuran dan peraturan sekolah,

keyakinan yang terdapat pada peraturan sekolah, dan membangun kerjasama tim

kolompok kerja.

Selanjutnya upaya lain yang harus dilakukan kepala sekolah dalam

meningkatkan kepuasan kerja guru adalah dengan membangun dan mendukung

terciptanya komunikasi interpersonal antara kepala sekolah dengan guru, antara

guru dengan guru, hal ini dapat dilakukan dengan. Kepala sekolah mampu

memahami informasi yang diterima dari guru, berpikir positif terhadap masalah

guru, empati terhadap guru, dan memiliki sifat keterbukaan dengan guru.

3. Implikasi terhadap guru

Dengan diterimanya hipotesis penelitian maka para guru perlu

meningkatkan kepuasan kerjanya. Untuk mengingkatkan kepuasan kerja guru,

guru harus ikut serta dalam penciptaan peningkatan budaya sekolah yang baik

dimana hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti dan menaati nilai-nila peraturan

sekolah, menghayati dan melaksanakan nilai norma aturan sekolah, meyakini

aturan sekolah sebagai aturan yang baik untuk tujuan sekolah, dan bekerja sama

kelompok dengan guru yang lain dalam memecahkan masalah sekolah. Sisi lain

juga guru mampu mengembangkan potensi dirinya untuk mendukung sumber

(39)

124

Hal lain yang harus ditingkatkan guru dalam mencapai kepuasan kerja

menjalankan komunikasi interpersonal dalam lingkungan kerjanya hal ini dapat

dilakukan dengan memahami makna informasi yang dituangkan rekan kerjanya,

berfikir positif terhadap rekan kerjanya, dan menaruh rasa empati terhadap rekan

kerjanya serta memiliki sifat yang terbuka terhadap sesama guru di sekolah.

5.3. Saran

Saran-saran yang dapat disampaikan sehubungan dengan temuan hasil

penelitian ini adalah:

1. Bagi kepala dinas pendidikan

Untuk meningkatkan kepuasan kerja guru, perlu menjadi perhatian kepala

dinas kabupaten karo bahwa untuk memilik dan menetapkan dan menjaring calon

kepala sekolah yang lebih kompeten, selektif dan memiliki kredibilitas,

kemampuan pemimpin yang visoner agar mampu mempengaruhi para guru untuk

mencapi tujuan sekolah. Hal ini harus dilakukan dengan melejitkan budaya

sekolah yang baik seperti mengadakan kunjungan, pelatihan, work shop, tentang

budaya sekolah dalam mendukung tugas guru, memupuk tali silaturahmi setiap

sekolah. Kemudian aspek lain yang tidak boleh dikesampingkan adalah upaya

menciptakan suasana hubungan yang harmonis atara kepala sekolah dengan guru,

guru dengan guru karena dengan keharmonisan akan menunjukan keakraban yang

mudah untuk berkordinasi dan berkomunikasi dengan yang lain, pihak dinas tidak

boleh menutupi dan membatasi informasi yaang mendukung kepuasan kerja guru.

Dengan dilakukan peningkatan selektifitas calon pemimpin kepala sekolah,

(40)

125

komunikasi suasana hubungan yang harmonis diharapakan kepuasan kerja guru

akan tercipta. Sisi lain yang harus dibenahi lagi oleh dinas pendidikan yaitu

menyediakan tempat sarana dan prasarana dan kenyamanan lingkungan kerja bagi

guru.

2. Bagi Kepala sekolah

Perlu ditumbuhkan keinginan untuk menambah dan meningkatkan

kepemimpinan transformational di sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah mampu

menerapkan kebijakan-kebijakan yang berpihak pada kepuasan guru, kepala

sekolah juga harus meningkatkan intesitas volume komunikasi interpersonal

terhadap guru agar masalah dapat langsung ditangani. Hal ini dapat dilakukan

dengan setiap ada pelanggaran dan masalah yang menimpa guru maka kepala

sekolah harus bertindak cepat menanganinya dengan melakukan komunikasi

interpersonal terhadap guru. Kemudian selain itu kepala sekolah mampu

mengelola budaya sekolah yang baik hal ini dapat dilakukan dengan

memperlakukan perbedaan guru yang disiplin dan guru yang kurang disiplin. Dan

kepala sekolah bersedia melakukan berbagai upaya yang dapat meningkatkan

kepusan kerja guru. Dengan adanya upaya-upaya ini diharapkan kinerja kepuasan

kerja guru dapat tercipta.

3. Kepada guru

Untuk mengingkatkan kepuasan kerja guru, guru harus mendukung setiap

konsep kepemimpinan transformational yang dilakukan kepala sekolah, hal ini

(41)

126

sekolah yang notabenya berpihak pada kepusan kerja guru. Hal lain yang

harus dilakukan guru adalah mentaati dan mengikuti aturan budaya sekolah

dengan mengaplikasikannya kedalam prilaku keseluruh warga sekolah. Sisi

lain yang tidak bisa dikesampingkan adalah membuka diri selebar-lebarnya

agar terjalin komunikasi yang harmonis dengan kepala sekolah juga dengan

guru yang lain. Dengan adanya upaya ini diharapkan tingakat kepuasan kerja

guru akan semakin tercapai.

4. Kepada peneliti lain bahwa penelitian ini perlu ditindak lanjuti khususnya

yang berkaitan dengan variabel-variabel berbeda yang turut memberikan

(42)

127

DAFTAR PUSTAKA

Agus M. Harja (2003) Komunikasi Intrapersonal Dan Interpersonal, Kanisius, Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta,Rineka Cipta.

(1993) Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi Kejuruan

Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Bass and Stogdill’s (1990)Hand Book of Leadership, New York: Free Press.

Bernard M. dan Ronald E. Riggio (2006) Transformational Leadership Second Edition.Mahwah, New Jersey London: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.

Carmine E.J. Hartel Emotional et. All (2005) In Organization Behavioral Lawrence Erlbaum Associates, Publisher Mahwah, New Jersey, London.

Daft, Richart (2006) Leadership: Theory And Practice, New York the Drayden Press,

Davis Keith and Newstron, Jhon W (1995) Perilaku Dalam Organisasi. Jilid Kedua.Edisi Ketujuh. Jakarta Erlangga.

Devito, Joseph (1992) The Interpersonal Communication. Book 6th ed New York: Harper Collins

Edgar H. Schein (1983) Organizational Culture: A Dynamic Model Sloan School of Management Massachusetts Institute of Technology.

_____(1985) Organizational Culture and Leadership, Jossey-Bass, San Francisco

Efendi, Onong Ochayana (2007) Komunikasi, Teori Dan Praktek, Bandung, Remaja Rosda Karya.

Fenwich W English, (2002) Encyclopedia Of Educational Leadership And Administration:thousand, london, a sage refrence publication.

Fajar, Marhaeni (2009) Ilmu Komunikasi Teori Dan & Praktek, Yogyakarta: Graha Ilmu

(43)

128

Fenwick W. English (2006) Encyclopedia of Educational Leadership and Administration, United States, Sage Publications.

Firgon,Normadn L. Dan Hary K.Jakson (1996)The Leater Developing The Skil & Personal Quallities You Need To Lead Efectifitas. New York: Amerika Management Association.

Gibson (1997) Organizational Behavioral, Structure, And Process. Amerika, Richard Irwins,

Hani, Handoko (1989)Manajemen.Yogyakarta: BPFP. Yogyakarta

Hasibuan P (1994) Organisasi Dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas,

Cetakan Pertama. Jakarta: Bumi Aksara

Harjana AM (2003)Komunikasi interpersonal, Jakarta: Kanisius

Hoy, Wayne K. dan Miskel, Cecil G (2001) Educational Administration Theory, Research, And Practice6th ed., International Edition, Singapore: McGraw-Hill.

Howell, J.M. And Hall Merenda. K.E, (1999)The Ties That Bind: The Impact of Leader-Member Exchange, Transformational and Transactional Leadership, and Distance on Predicting Follower Performance, Journal of

Applied Psychology.

http://aton29.wordpress.com/2010/04/27/ komunikasi-interpersonal/ diaskes pada tanggal 21 September 2012.

Joanne Martin, (1992)Cultures in Organizations,Oxford University Press, New York.

Justine Mercer, Bernard Barker, and Richard Bird (2010) Human Resource Management in Education: contexts, Themes, Andimpact by Routledge

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2008) Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Kartono Kartini (2008) Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Komariah, Aan dan Cepi Triatna (2010) Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, Bandung: Bumi Aksara.

(44)

129

Lili weri (1991) Komunikasi Antar Peribadi,Badung: Citra Aditya Bakti.Luthans Fred (1995) Organizational Behavioral. 7th ed, Singapore: Mc Graw Hill.Inc.

Mulyasa E (2005)Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung.: Remaja Rosda Karya.

Pawar, B.S and Easman, K.K (1997) The Nature and Implication of Contextual Influences on Transactional Leadership: A Conceptual Examination. Academy of Management Review

Peterson, D. Kent & Terrence E. Deal (2009) The Shaping School Culture Field book Second Edition. Market Street, San Francisco: Josseybass A Wiley Imprint

Poerwadarminta, W.J.S (1993) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Rakmad Jaluddin (2005)Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja, Rosda Karya

Razik A. Taher & Swanson D. Austin (1995) Fundamental Concept of Educational Leadership and Management, New Jersey: Englewood Cliffs

Rivai, Veithzal, Dedi Mulyadi (2009) Kepemimpinan Dan Prilaku Organisasi, Jakarta: Raja Wali Pers

Riduwan (2005) Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Bandung: Alfabeta

________ (2010)Metode & Teknik Menyusun Tesis,Bandung: Alfabeta.

________ (2010)Rumus dan Data dalam Analisis Statistika,Bandung: Alfabeta.

Robbins, Stephen. P, dan A Judge Timothy (2007) Organization Behavior, New Jersey: Person Education Inc.

________ (2005)Organization Behavior,New Jersey: Person Education Inc. ________ (2006)Perilaku Organisasi,Klaten: Intan Sejati.

________(2003) Perilaku Organisasi, Edisi Kesepuluh, Alih Bahasa: Bunyamin Molan. Indonesia: Macanan Jaya Cemerlang.

(45)

130

Santoso Edi. Mite Setiawan (2010)Teori Komunikasi, Yokyakarta: Graha Ilmu.

Siagian sondang (2003)Fungsi-Fungsi Manajerial, Jakarta: Bumi Aksara.

Senjaya, D.S (2004)Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Sugiyono (2005)Statistika Untuk Penelitian,Bandung: Alfabeta.

Sudjana, (1996)Metode Statistika, Bandung, Tarsito, Edisi 6.

Suranto A.W. (2004) Komunikasi Efektif Untuk Mendukung Kerja Perkantoran, Jakarta: Erlangga

________ (2011).Komunikasi Interpersonal,Yogyakarta: Graha Ilmu.

Syafaruddin (2002)Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan, Grasindo: Jakarta.

_______(2007) Kepemimpinan Pendidikan Kontemporer”. Bandung Cipta Pustaka Media

Steven L. Mcshane and Mary Ann Von Glinow (2010) Organizational Behavior Emerging Knowledge and Practice For the Real World- 5th ed. Avenue of the Americas, New York,

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005,Tentang Guru dan Dosen

Undang-Undang No.20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Gambar

GambarHalaman
Tabel 1.1 Rekapitulasi Absen Kehadiran SD Negeri 040444 Kabanjahe

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan Surat Penetapan Penyedian Barang dan Jasa Nomor: 19/PPBJ/02.12/DPKP/VI/2014, Tanggal 23 Juni 2014, Dengan ini Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Pertanian

(Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab dengan benar

meyakinkan PT X untuk memprioritaskan e-learning sebagai media pembelajaran yang penting dalam mendukung penerapan manajemen pengetahuan, karena. dengan e-learning karyawan

Saat ini pemakaian jasa internet sebagai sarana untuk memperoleh informasi semakin banyak digunakan karena jangkuannya yang luas, internet sangat ideal bila digunakan sebagai

Eksternalisasi membutuhkan penyajian tacit knowledge ke dalam bentuk yang lebih umum sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Pada tahap eksternalisasi ini, individu

lainnya) ke dalam perusahaan atau kenaikan aset yang berasal dari penyerahan barang atau jasa sebagai kegiatan utama atau

[r]