HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH, BUDAYA SEKOLAH DAN KOMUNIKASI
INTERPERSONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN KABANJAHE
TESIS
Diajukan Untuk Melakukan Ujian Mempertahankan Tesis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program
Study Aministrasi Pendidikan
OLEH
ODA KINATA BANUREA NIM. 8106131034
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH, BUDAYA SEKOLAH DAN KOMUNIKASI
INTERPERSONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN KABANJAHE
TESIS
Diajukan Untuk Melakukan Ujian Mempertahankan Tesis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program
Study Aministrasi Pendidikan
OLEH
ODA KINATA BANUREA NIM. 8106131034
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRACT
Banurea, Oda Kinata. Registration Number: 8106131034. The Correlations among The Principal transformational Leadership, School Culture and Interpersonal Communication on Teacher‘s Compensation of State Elementary School in Kecamatan Kabanjahe (Sub-District). Administration Of Education study programs. Post graduate School. State University of Medan. 2013.
This research was aimed, (1) to ascertain the levels of the correlation between principal transformational leadership on the teacher’s compensation, (2) to ascertain the levels of the correlation between school cultures towards teacher’s compensation, (3) to ascertain the levels of the correlation between interpersonal communications on teacher’s compensation, (4) to ascertain the levels of the correlation principal transformational leadership in interpersonal communications and school cultures on teachers compensations.
The method was quantitative descriptive research study. The correlations of correlative pattern were divided into two variables, independent variables and dependent variables. In this study the population were teachers of state elementary school in Kecamatan Kabanjahe comes from 23 States elementary school, and the total numbers of all the teachers were 260 persons. To determine the sample, the researcher used stratified proportional random sampling techniques, which is classified into two, firstly teachers with teaching proportional, secondly teachers with levels of education. From those qualifications, 70 persons/teachers are included in this research. The instrument of study was questionnaires with Likert Scale, and the analysis data used simple correlations, double partial and multiple regression techniques.
i ABSTRAK
ODA KINATA BANUREA 8106131034 Hubungan Kepemimpinan Transformational Kepala Sekolah, Budaya Sekolah dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Kepuasan Kerja Guru Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Kabanjahe. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) mengetahui tingkat hubungan antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru. (2) mengetahui tingkat hubungan atara budaya sekolah terhadap kepuasan kerja guru. (3) mengetahui tingkat hubungan komunikasi Interpersonal terhadap kepuasan kerja guru (4) mengetahui tingkat hubungan kepemimpinan transformasional kepala sekolah Komunikasi Interpersonal dan budaya sekolah secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja guru.
Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif jenis deskriptif studi korelasional dengan pola kajian korelatif dengan menempatkan variabel penelitian dalam dua kelompok yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe yang berjumlah 23 sekolah dengan jumlah guru sebanyak 262 orang guru.Untuk menentukan sampel digunakan teknik stratified proforsional random sampling dengan strata yang di ambil yaitu strata masa kerja dan tingkat pendidikan guru. Sehingga didapatkan sampel sebanyak 70 orang guru. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan skala likert dan teknik analisis data menggunakan teknik korelasi sederhana, ganda parsaial dan regresi sederha serta ganda.
iv
KATA PENGANTAR ﻢــﻴﺣ ﺮـﻟﺍ ﻦﻤﺣﺮـﻟﺍ ﷲ ﻢــــــــﺴﺑ
Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur dan terimakasih kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan rahmat-Nya, sehingga Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Selawat beriring salam kepada Nabi Rasulullah SAW semoga kita dapat mendapatkan safaatnya di yaumil mahsayar kelak. Tesis ini bertujuan untuk memenuhi sebagian besar persyaratan mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Tesis ini berjudul Tesis ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Magister di Program Studi Administrasi Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Dengan judul Hubungan Kepemimpinan Transformational Kepala Sekolah, Budaya Sekolah dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Kepuasan Kerja Guru Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Kabanjahe. Meskipun dalam proses penulisan banyak memenuhi hambatan dan rintangan namun dengan usaha maksimal yang dilakukan penulis serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya tesis ini dapat diselesaikan tepat waktu. Atas bantuan yang diberikan, maka penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Ayahanda tercinta Alm. Nusen Baini Banurea dan ibunda tersayang Salamah Padang, A.Md. serta kepada abang Kalvin Himta Banurea, Nismah Hasilinta Banurea, Nuisa Kelnia Banurea., S.PdI, Yaimo Merosa Banurea juga kakak ipar, dan abang ipar yang telah membesarkan, mendoakan dan mendukung dengan penuh kasih sayang dan cinta yang tulus.
2. Pimpinan Rektor Universitas Negeri Medan (Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si) dan pimpinan teras lainya beserta direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd)
v
4. Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M.Pd, Dr.Zulkifli Matondang, M.Pd, dan Dr. Arif Rahman, M.Pd. Selaku sebagai narasumber yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini. 5. Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M.Pd, dan Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd, sebagai
Ketua dan Sekretaris Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
6. Bapak Kepala Dinas Pendidikan Karo yang telah memberikan izin penelitian bagi penulis. Dan Bapak/Ibu Kepala Sekolah serta seluruh guru SD Negeri kecamatan Kabanjahe yang telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan data penelitian ini.
7. Demikian juga kepada sahabatku tercinta Liana Rosa Harahap AM.d Keb dan teman-teman jurusan AP khususnya angkatan XIX kelas A. Sayadidil Kahar, M.Fadli, Akbar, Yanti Siregar, Zutirta Lubis, Ana, yang telah banyak memberikan warna dan pengalaman dan dukungan kepada penulis.
8. Tak terlupakann pula rekan seprofesi bekerja di organisasi kepemudaan, Resimen Mahasiswa Mahatara (Staf Skomen Mahatara) Rotua Sibagariang S.ST, Robet Hutagaol S.Si, Dedi Holden Simbolon S.Si, Sahrijal Akino SPd.I, Rifki Ramdhan, SPd.I, Frikson Jhoni Purba S.Si dan beberapa ketua organisasi Pemuda lainnya (AMBN, IGMPB, IKA-LEMHANAS, IP3SU, FP3SU, dan organisasi lembaga masanyarakat lainya.
Untuk semua itu penulis mendoakan semoga allah SWT melimphkan berkah dan rahmat-Nya kepada ibu/bapak/ saudara/ saudari. Akhirnya penulis mengharapkan semoga tesis ini memberikan manfaat bagi peningkatan pendidikan dimasa yang akan datang.
Medan, 18 Maret 2013 Penulis
v
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah... 16
2.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja ... 21
2.1.2. Kepemimpinan Transformasional ... 33
2.1.3. Budaya Sekolah ... 45
2.1.4. Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 50
2.2. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 59
2.3. Beberapa Penelitian Terdahulu... 63
2.4. Paradigma Penelitian ... 65
2.5. Hipotesisi Penelitian ... 65
BAB III METODE PENELITIAN ... 66
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 66
3.2. Metodologi Penelitian ... 66
3.3. Populasi dan Sampel ... 66
3.4. Defenisi Operasional dan Kisi-kisi Instrument... 71
3.5. Skala Pengukuran ... 74
vi
3.7. Teknik Pengumpulan Data... 79
3.8. Teknik Analisis Data ... 80
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 89
4.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 90
4.2. Tingkat Uji Kecendrungan Varaiabel Penelitian ... 95
4.3. Uji Persyaratan Analisis... 98
4.4. Uji Hipotesis Penelitian ... 106
4.5. Temuan Penelitian... 111
4.6. Pembahasan Penelitian... 114
4.7. Keterbatasan Penelitian... 117
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 119
5.1. Kesimpulan ... 119
5.2. Implikasi... 120
5.3. Saran... 124
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1. Rekapitulasi Tingkat absensi Kehadiran Guru ... 9
2.1. Faktor-Faktor Motivator dan Higiensi ... 28
3.1. Jumlah Penyebaran Populasi Menurut Strata ... 67
3.2. Rangkuman Sampel Untuk Setiap Strata ... 70
3.3. Kisi-kisi Instrumen Variabel Kepemimpinan Transformational... 71
3.4. Kisi-Kisi Instrumen variabel Budaya Sekolah... 72
3.5. Kisi-Kisi Instrumen komunikasi interpersonal ... 73
3.6 Kisi-kisi instrumen variabel kupuasan kerja... 73
4.1 deskripsi data statistik penelitian ... 89
4.2. Distribusi Frekuensi Kepuasan Kerja Guru ... 90
4.3. Distribusi Frekuensi Kepemimpinan Transformational ... 92
4.4. distribusi frekuensi budaya sekolah ... 92
4.5. distribusi frekuensi komunikasi interpersonal ... 94
4.6. Distribusi Data dan Tingkat Kecendrungan... 95
4.7. Tingkat Kecendrungan Kepuasan Kerja (Y) ... 95
4.8 Tingkat Kecendrungan Kepemimpinan Transformational (X1) ... 96
4.9. Tingkat Kecendrungan Budaya Sekolah (X2) ... 97
4.10. Tingkat Kecendrungan Komunikasi Interpersonal (X3) ... 97
4.11. Persamaan Regresi Y atas X1... 98
4.12. Persamaan Regresi Y atas X2... 100
4.13. Persamaan Regresi Y atas X3... 101
4.14. Normalitas Setiap Variabel ... 103
4.15. analisis Homogenitas Setiap Varibale... 104
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1. Histogram Kepuasan Kerja Guru ... 90
4.2. Histogram Kepemimpinan Transformational ... 92
4.3. Histogram Budaya Sekolah ... 93
4.4. Histogram Komunikasi Interpersonal ... 94
4.5. Linieritas Hubungan Y atas X1 ... 99
4.6. Linieritas Hubungan Y atas X2... 101
4.7. Linieritas Hubungan Y atas X3... 102
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Angket instrumen Variabel Penelitian ... ... 131
2. Sebaran data uji coba kepuasan kerja ... 140
3. Perhitungan validitas instrument kepuasan kerja ... 141
4. Perhitungan reliabilitas kepuasan kerja ... 143
5. Sebaran data uji coba instrument kepemimpinan transformational ... 146
6. Perhitungan validitas instrument kepemimpinan transformational ... 147
7 Perhitungan reabilitas instrument kepemimpinan transformational ... 149
8 Sebaran data uji coba budaya sekolah ... 152
9. Perhitungan validitas budaya sekolah... 153
10. Perhitungan reliabilitas budya sekolah ... 155
11. Sebaran data ujicoba instrument komunikasi interpersonal... 158
12. Perhitungan perhitungan validitas komunikasi interpersonal ... 159
13. Perhitungan reliabilitas instrument komunikasi interpersonal... 161
14. Sebaran variabel data ... 264
15. Data pokok penelitian ... 176
16. Perhitungan distribusi frekuensi... 179
17. Identifikasi tingkat kecendrungan... 189
18. Uji kelienaran dan persamaan regresi sederhana ... 192
19. Uji normalitas penelitian... 208
20. Uji homogenitas ... 217
21. Uji indenpendensi... 228
22. Uji kelienearan dan regresi ganda... 232
23. Perhitungan korelasi antar variabel... 235
24. Perhitungan korelasi parsial ... 241
25. Perhitungan korelasi ganda ... 254
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Peranan pendidikan dalam mengisi pembangunan dan kemerdekaan
diberbagai bidang jelas diperlukan. Stimulasi dan penyertaan upaya pendidikan
pada masyarakat yang sedang membangun ternyata memberikan hasil yang
memuaskan di dalam mengatasi persoalan-persoalan dan hajat hidup orang bayak.
Seorang tokoh pendidikan Jepang mengatakan bahwa pembaharuan yang
menyeluruh terjadi di Jepang dikarenakan adanya pengaruh investasi pendidikan,
sementara seorang tokoh pendidikan lain dari belahan eropah Jerman setelah
perang dunia II mengatakan bahwa pembaharuan adalah berkat investasi dari
sistem pendidikan, dari kedua tokoh ini selaku anggota komisi internasional
pengembangan pendidikan akhirnya menyimpulkan mengenai peran pendidikan
sebagai berikut: “ for all those who w’out to make the world as it to day a better place, and to prepare for the future education is a capital, universal subject”dari
kesimpulan diatas pandangan tentang pendidikan digunakan untuk semua orang
yang ingin membuat dunia ketempat yang lebih baik, dan untuk mempersiapkan
masa depan pendidikan adalah modal subyek universal.
Diperlukan pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia yang selalu ingin berkembang dan berubah. Pendidikan
mutlak ada dan selalu diperlukan selama ada kehidupan. Karena dengan
2
kearah kehidupan yang lebih baik lagi. Dan out put hasil pendidikan dapat
merubah sikap afektif (pengetahuan), sikap kognitif (prilaku dan sikap) dan
psikomotorik (keterampilan) untuk bersosial bersama masyarakat.
Meningkatkan taraf hidup masyarakat tentu dilakukan strategi yang baik dan
butuh komitmen yang baik dari semua pihak (political will) masyarakat swasta
dan juga pemerintah (tripel helix), yang paling sering disorot adalah bagaimana
peranan maksimal pemerintah dalam dunia pendidikan dalam hal ini penyediaan
sumber daya manusia yang bagus, berkarakter dan mampu mendidik. Sumber
daya manusia dalam hal ini adalah guru, perana guru begitu sentral dalam dunia
pendidikan, guru menjadi ujung tombak dalam pendidikan karena itu ia selalu
mendapat sorotan tajam dari berbagai pihak terhadap kinerjanya.
Tugas tanggung jawab guru tidaklah mudah mengerjakanya, dan tidak
semudah kita mendengar kata-kata mendidik, mendidik merupakan profesi
pekerjaan yang menguras waktu, tenaga, pikiran, dan materi, ia membutuhkan
kerja ekstra ulet, giat, dan terampil, karena mendidik adalah bahagian dari
penciptaan cita-cita manusia.
Hal ini senada dengan batasan pengertian mengenai pendidikan, yaitu usaha
yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana dengan maksud mengubah
tingkah laku manusia ke arah yang diinginkan. Sebagai suatu usaha yang
dilakukan dengan sengaja, teratur dan berencana. Sudah barang tentu yang
namanya pendidikan sudah tidak dapat lagi dilakukan secara sambilan dan
3
Menelaah dan membahas sistem pendidikan kita tidak bisa melepaskan dari
sub sistem pendididikan itu sendiri. Salah satu sub sistem pendidikan itu adalah“
Guru” dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 Tentang Guru dan
Dosen dijelaskan bahwa :
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru adalah salah satu komponen sumber daya manusia dalam proses
belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya
manusia yang potensial dibidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang
merupakan salah satu unsur dibidang pendidikan harus berperan secara aktif dan
menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan
masyarakat yang semakin berkembang.
Besar dan banyaknya tuntutan serta tanggung jawab guru dari
undang-undang diatas, nampaknya sulit terpenuhi manakala kondisi psikologis, kondisi
sosial serta penghargaan yang dirasakan guru tidak mendukung, karena pada
dasarnya apapun yang dilakukan guru dalam berkerja membutuhkan konsentrasi
dan kegairahan dalam bekerja. Oleh sebab itu, dalam sistem pendidikan harus bisa
mendorong guru agar tetap memiliki kinerja yang baik dalam mengerjakan
tugasnya yakni sebagai pendidik dengan memberikan sesuatu yang dapat memberi
rasa puas bagi guru itu sendiri.
untuk melihat kepuasan kerja dapat dilihat dari kedisiplinan, turnover kecil,
4
sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini
dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Locke (2008:464)
memberikan definisi kepuasan kerja sebagai persepsi seseorang terhadap
pekerjannya, persepsi ini berdasarkan pada perbandingan antara apa yang
diharapkan dan diperoleh dari apa yang secara nyata mereka kerjakan.
Perbandingan antara kesesuaian apa yang diharapakan dengan apa yang
didapatkannya sebagai hasil dari pekerjaanya akan menimbulkan kepuasan kerja.
Hal senada dikemukanan oleh Fred Luthan (2011:141) definition of job satisfaction as involving cognitive, affective, and evaluative reactions or attitudes and states it is “a pleasurable or positive emotional state resulting from the appraisal of one’s job or job experience.”
Defenisi kepuasan kerja yang dijelaskan diatas adalah sebagai pelibatan dari
sikap kognitif, afektif reaksi, dan evaluatif atau sikap yang menyatakan itu adalah
keadaan emosional menyenangkan atau positif yang dihasilkan dari penilaian
pekerjaan atau pengalaman kerja.
Melihat beberapa definisi ahli diatas maka peneliti definisi kepuasan kerja
sebagai totalitas perbandingan antara sikap positif rasa senang maupun tidak
senang terhadap pekerjaanya dengan melihat kesesuaian hasil kerja dengan sikap
dan prilaku yang dicerminkan sehari-hari. Sikap positif ini bisa dinilai dari 1.
Profesi sebagai guru, 2. Gaji atau penghasilan, 3. Promosi pengembangan profesi,
4. Pengawasan/pimpinan, 5. Rekan kerja, 6. Kondisi kerja, diamana pada dasarnya
buah dari kepuasan kerja yang dirasakan muncul dari pemberian gaji kerja,
5
pelayanan kenyamanana pekerjaan, kepemimpinan atau pengawasan dari atasan,
rekan kerja dan kondisi kerja
Kepuasan kerja melekat erat pada orang yang bekerja karena out put yang mereka dapatkan dalam pekerjaan adalah menghasilkan materi atau non materi
yang berujung pada kepuasan kerja, begitu juga jaminan kepuasan kerja guru yang
dijabarkan dalam Bab XI, Pasal 40, UUSPN No. 20, Tahun 2003 tentang sistem
pendidik dan tenaga kependidikan dijelaskan bahwa:
1. Pendidikan dan Tenaga Pendidikan Berhak Memperoleh,
a. Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai
b. Pengahargaan sesuai dengan tugas dan prestasi
c. Pembinaan karir sesuai dengan tuntutan dan perkembangan kualitas d. Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil
kekayaan intelektual dan
e. Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas
Ditinjau dari pasal 40 diatas, ada suatu angin segar harapan bagi guru untuk
mensejahterakan kehidupan mereka, dengan penghasilan dan jaminan
kesejahteraan sosial diatas merupakan salah satu wujud kepuasan kerja guru
dalam menjalanakan tugas pokok mengajar. Tapi pada kenyataanya jaminan dari
pasal 40 ini tidak meraka dapatkan sebagaimana selayaknya secara merata
diberbagai daerah.
Guru sekolah dasar merupakan guru yang mengajar di sekolah dasar yang
berhadapan dengan anak-anak siswa berumur 5 tahun sampai 12 tahun. Dari segi
psikologi dan kejiwaan dalam umur ini kejiwaaan mereka masih terombang
6
bekerja yang ekstra dan kreatif inovatif. Dikarenakan anak-anak didalam umur ini
meraka baru mengenal pendidikan formal yang memiliki pelajaran yang sitematis
dan terjadwal harus diikutinya, jadi mereka harus bina dan diarahkan semaksimal
mungkin agar gejala jiwa mereka terarah kedepan.
Guru sekolah dasar Negeri kecamatan Kabanjahe sendiri memiliki 23
sekolah dasar negeri. Sekolah ini dibawah naungan pemerintah kabupaten karo.
Selayaknya guru yang bekerja mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk mengajar
dan mendidik berhak mendapatkan kepuasan kerja dari pekerjaannya sesuai
dengan peraturan dan regulasi yang berlaku. Tapi ketika konsep kepuasan kerja
ini ditelusuri ke sekolah dasar negeri kecamatan kebanjahe ternyata masih jauh
ditemukan dari harapan idealnya.
Berdasarkan hasil wawancara bersama bapak Umar Sembiring Melala
selaku kepala UPTD kecamatan kabanjahe mengatakan bahwa dibeberapa sekolah
dasar negeri kecamatan kebanjahe sebahagian guru masih merasa kurang puas
terhadap pekerjaanya hal ini terlihat dari prilaku guru yang masih sering
ditemukannya absen guru yang tidak masuk pada hari mengajar dan ini terlihat
dari hasil laporan keadaan guru setiap bulannya yang masuk ke UPTD.
Selain itu rendahnya antusias guru dalam melakoni pekerjaan mengajarnya
itu terlihat dari ketidak disiplinan guru masuk tepat waktu, dan pulang terlebih
dahulu meninggalkan sekolah tanpa alasan yang jelas, dan masih terlihat guru
yang melakukan pelanggaran dalam melakukan tugas sebagi tenaga pendidik
7
sudah keluar dan pulang meningglakan sekolah, sering tidak masuknya guru
mengajar pada jam pelajaran dengan alasan yang tidak jelas seperti pesta keluarga
dan mengurus kebun. Indikasi kondisi guru diatas diduga guru-guru sekolah dasar
negeri kabanjahe tidak puas dengan pekerjaan mereka dikarenakan: asumsi
pekerjaan sebagai guru bukan pekerjaan yang menjanjikan dengan gaji sedikit
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang banyak, belum lagi dengan
penghasilan yang kecil tapi gaji meraka jarang tepat waktu dibayarkan. Sisi lain
guru menganggab bahwa pangkat jabatan dan karir berprofesi sebagai guru tidak
memiliki prospek yang jelas.
Kemudian asumsi mereka menganggab bahwa kepemimpinan dan
kepengawasan dari kepala sekolah maupun pihak dinas pendidikan tidak
mencerahkan dan memberikan arti yang berkontribusi terhadap keterampilan
meraka mengajar dan bekerja. Selain itu lingkungan dan kondisi kerja serta sarana
prasarana yang tidak mendukung mereka bekerja disekolah. Dari gambaran
asusmi diatas guru menganggap bahwa apa yang mereka kerjakan dengan
tanggung jawab berat, tidak seimbang dengan apa yang mereka terima dengan
penghasilan yang kecil dan perlakuan yang kurang adil, jadi pantas prilaku
keseharian guru nampak menunjukan sikap tidak puas pada pekerjaannya.
Kemudian hal yang sama juga ditemukan di sekolah dasar negeri desa
Kandibata dimana kepala sekolahnya (Azrai.SPd.I) mengatakan Bahwa tingkat
kepuasan kerja guru di Sekolah Dasar Negeri yang dipimpinya sangat minim, ini
terlihat dari bayanknya pelanggaran yang sering dilakukan guru, seperti terlambat
8
mereka bukan guru yang profesional. Hal ini disebabkan karena: Gaji yang
diterima guru sangat kecil dan tidak bisa menutupi kebutuhan sehari guru-guru
ini terlihat dari banyaknya guru yang meminta uang pinjaman ke bank BPDSU
dan bank konvensional lainya dengan menggadaikan SK dan lainya untuk
menutupi kebutuhan dan keperluan sehari-harinya. Dengan diborohkannya SK
sebagai agunan maka gaji yang peroleh setiap bulannya dengan kisaran 30 sampai
45 %. Kemudian kondisi lingkungan kerja yang jauh dari tempat tinggal mereka,
sarana dan prasarana yang tidak memadai, promosi pengembangan karir sulit
dilakukan, pengawasan dari pihak dinas pendidikan tidak begitu nyata bagi
meraka untuk menambah semangat dan kterampilan meraka.
Hal yang sama ditemukan dari hasil survey awal di sekolah dasar negeri
040444 kabanjahe, dilokasi sekolah ini ditemukan masih ada sebahagian
guru-guru menunjukan perilaku terlambat hadir masuk ke sekolah, padahal jam
pelajaran diawali pada pukul 07.45 WIB. Bahkan ditemukan ada guru kelas yang
tidak hadir pada hari itu. Ini terlihat dari absensi kehadiran guru. Sementara data
absensi kehadiran guru perbulan Agustus Tahun 2012 di sekolah ini angka tingkat
ketidak hadiran guru mengajar tergolong sedang, karena setiap perminggunya ada
saja terlihat tidak hadir kesekolah tanpa alasan yang jelas.
Tingkat kehadiran guru dapat dilihat pada Tabel 1.1. Untuk menghitung
9
Absen = X 100 %
Tabel 1.1 Rekapitulasi Absen Kehadiran SD Negeri 040444 Kabanjahe Bulan Januari - Juli 2012
Bulan
(24 Hari Kerja efektif) JumlahGuru
Alasan Tidak Hadir Total
Keterangan: M. Mangkir, I. Izin, S. Sakit.
Sumber: Rekapitulasi Absensi Guru SD Negeri 040444 K.Jahe diolah Penulis
Sekolah dasar negeri 040444 sebagai organisasi yang berbasis pada bidang
pendidikan untuk masyarakat, tidak menetapkan batas absensi secara permanen.
Dari informasi yang disajikan pada Tabel 1.1, memperlihatkan absensi rata-rata 4
% persen setiap bulanya guru tidak hadir dari 8 orang guru, sedangkan turnover
sebagai salah satu ukuran menilai kepuasan kerja tidak bisa dilaksanakan karena
guru merupakan pegawai negeri sipil (PNS) sehingga tingkat turnoverhampir nol
persen.
Berdasarkan wawancara dan observasi diatas masih ditemukannya adanya
guru yang tidak masuk mengajar dikarenakan satu sisi guru merasakan tidak
adanya imbalan yang lain yang mereka terima selain dari gaji kecil, ditambah lagi
asumsi pekerjaan sebagai guru bukan pekerjaan yang menjanjikan dengan gaji
sedikit mempunyai tugas dan tanggung jawab yang banyak, Sisi lain guru
menganggab bahwa pangkat jabatan dan karir berprofesi sebagai guru tidak
10
kepengawasan dari kepala sekolah maupun pihak dinas pendidikan tidak
mencerahkan dan memberikan arti yang berkontribusi terhadap keterampilan
mereka mengajar dan bekerja. Selain itu lingkungan dan kondisi kerja serta sarana
prasarana yang tidak mendukung mereka bekerja disekolah. Dari ini guru
menganggap bahwa apa yang mereka kerjakan tidak seimbang dengan apa yang
mereka terima dengan penghasilan yang kecil dan perlakuan yang kurang adil.
Jika hal ini terus dibiarkan maka dikhawatirkan bahwa pendidikan di daerah ini
khususnya kecamatan ini kedepannya akan semakin tertinggal dari sistem
pendidikan.
Faktor lain yang menjadi indikator kepuasan kerja guru sekolah tidak
terlepas dari faktor kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai
pemimpin tertinggi dalam suatu unit lembaga pendidikan memiliki tugas dan
tanggungjawab terhadap organisasinya, disamping sebagai pemimpin yang
bertanggung jawab atas kepemimpinan pendidikan ia juga sebagai manager,
sebagai decision maker, dan kepala sekolah sebagai pihak pertama yang menentukan dinamika edukatif sekolah baik sisi kemajuan maupun
kemundurannya.
Kepemimpinan adalah perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang
tersebut mencoba mempengaruhi prilaku orang lain. Hoy and Miskey (2001:392)
“ledearship isa proces of social “influence in which one person is a able to enlist
the aid and support of othes in the accomplishment of a common task” Nanang
Fatta (2006:88) kepemimpinan pada hakekatnya adalah seorang yang mempunyai
11
Berbicara mengenai pemimpin tidak bisa lepas dari gaya dan prilaku yang
muncul dari dalam diri seorang pemimpin, dalam hal ini penulis meneliti gaya
kepemimpinan transformasional, karena gaya kepemimpinan transformasional
dapat mengarahkan dan mempengaruhi perilaku pada guru dan bawahannya untuk
melaksanakan tugas dengan pencapaian hasil yang baik.
Menurut Bass dan Danim (1990:52) istilah kepemimpinan transformasional
adalah proses mempengaruhi secara transformasional yakni pemimpin
mempengaruhi bawahan dengan selalu menginformasikan perubahan-perubahan
terhadap tujuan organisasi, Stephen Robbin (1996:96) menyatakan pemimpin
transformasional adalah pemimpin yang memberikan pertimbangan dan
rangsangan ide-ide intelektual terhadap individu dan yang memiliki karisma.
Jurnal Leithwood et al. (1999) menggunakan 20 dari 34 penelitian
kepemimpinan transformasional (6 kualitatif dan kuantitatif 15) untuk
mengidentifikasi 13 jenis efek: efek pada siswa, efek pada persepsi para
pemimpin, efek pada perilaku pengikutnya, efek pada pengikut psikologis negara
dan organisasi. Leithwood menyimpulkan bahwa dua puluh penelitian
memberikan bukti tentang efek kepemimpinan transformasional pada beberapa
kategori yang berbeda dari hasil termasuk efek kepuasan kerja.
Selain faktor kepemimpinan, budaya sekolah juga berhubungan terhadap
kepuasan kerja guru, budaya sekolah akan mempengaruhi keadaan dinamika
ornagisasi sekolah dan prilaku-prilaku kebiasaan kerja guru di sekolah. Budaya
sekolah adalah tindakan perilaku keseharian guru dalam melaksanakan tugasnya
12
prilaku normatif dan substantif yang selalu muncul terjadi disekolah. Fret Luthans
(2011:71) memberikan pengertian budaya adalah :
pattern of basic assumptions—invented, discovered, or developed by a given group as it learns to cope with its problems of external adaptation and internal integration—that has worked well enough to be considered valuable and, therefore, to be taught to new members as the correct way to perceive, think, and feel in relation to those problems
Selanjutnya Edgar H. Schein (2004: 17) mendefinisikan budaya sebagai
berikut:
the accumulated shared learning of a given group . . . a pattern of shared basic assumptions that was learned by a group as it solved its problems of external adaptation and internal integration, that has worked well enough to be considered valid and, therefore, to be taught to new members as the correct way to perceive, think and feel in relation to those problems.
Dua definisi budaya diatas maka dapat disimpulkan bahwa budaya terjadi
dari dasar pola asumsi diciptakan, ditemukan, atau dikembangkan oleh suatu
kelompok tertentu untuk memahami, berpikir, dan merasa dalam kaitannya
dengan masalah-masalah dan untuk memecahkan permasalahannya adaptasi
eksternal dan integrasi internal, yang dianggap sah dan diajarkan kepada anggota
baru sebagai cara yang benar untuk memahami.
Setiap Sekolah memiliki budaya tersendiri dan akan mencerminkan
bagaimana keadaan sekolah itu, keberagaman budaya sekolah yang seharusnya
menganut perundang-undangan sistem pendidkan nasional, kearifan budaya lokal,
kebijakan pemerintah daerah dan keadaan lingkungan. Sehingga suasana budaya
terlihat dengan berbagai variasi, warna dan motif. Budaya sekolah terlarir dari
proses penataan tata nilai sekolah, norma, kebiasaan ritual dan simbol-simbol
13
memberikan ciri tersendiri bagi budaya sekolah dalam mewarnai dinamika
sekolah
Wayne K. Hoy dan Miskel (2001:198), menyatakan budaya sekolah adalah budaya yang terjadi pada konteks perilaku keseharian pelayanan pendidikan baik formal-informal berdasarkan hal-hal yang tersirat baik secara implisit maupun eksplisit, implisit, seperti: keyakinan, norma, nilai-nilai, asumsi-asumsi. Sedangkan eksplisit, seperti, ritual, serimonial, simbol dan sejarah yang tedapat dalam sekolah.
Budaya sekolah memberi gambaran bagaimana seluruh civitas akademika
bergaul, bertindak dan menyelesaikan masalah dalam segala urusan dilingkungan
sekolahnya. Kebisaaan mengembangkan diri terutama setiap anggota kelompok
disekolah berusaha memperbaiki diri dan meningkatkan mutu pekerjaannya
merupakan kultur yang hidup sebagai tradisi yang tidak lagi dianggap sebagai
beban kerja. Tetapi pada kenyataannya dilapangan komponen sekolah masih
menjadikan kebiasaaan, nilai, sikap dan cara bertindak yang harus sesuai dengan
peraturan yang ada sebagai beban untuk mengembangkan diri.
Hasil penelitian Angus J. MacNeil (294:2005) mengatakan bahwa Budaya
sekolah yang sehat berkorelasi kuat dengan meningkatnya prestasi siswa,
motivasi, dan dengan produktivitas guru serta kepuasan bekerja. Kemudian
beberapa hasil penelitian telah mengumpulkan beberapa bukti yang mengesankan
pada budaya sekolah. Budaya sekolah yang sehat berkorelasi kuat dengan
meningkatnya prestasi siswa, motivasi tinggi, produktivitas kerja guru dan
kepuasan kerja guru.
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja guru adalah
komunikasi, karena faktor komunikasi dapat dijadikan sebagai tolak ukur menilai
14
dalam organisasi memberikan kontribusi besar terhadap kepuasan kerja. Karena
komunikasi merupakan alat yang mudah digunakan dan efektif untuk mencapai
tujuan organisasi, komunikasi adalah proses penyaluran informasi, ide,
penjelasan, perasaan, pertanyaan dari orang ke orang atau dari kelompok ke
kelompok. Ia adalah proses interaksi antara orang-orang atau kelompok-kelompok
yang ditunjukan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang-orang dan
kelompok-kelompok didalam suatu organisasi.
komunikasi adalah suatu sine qua bagi organisasi, artinya bahwa komunikasi itu tidak boleh tidak bagi organisasi. Dalam kehidupan organisasi,
pencapaian tujuan dengan segala prosesnya membutuhkan komunikasi yang
efektif, dalam suatu organisasi komunikasi merupakan kegiatan yang sangat
penting dalam berorganisasi, komunikasi memberikan kontribusi besar dalam
mensukseskan tujuan organisasai karena komunikasi merupakan suatu proses
sosial yang mempunyai relevansi terluas didalam memfungsikan setiap individu,
kelompok organisasi dan masyarakat.
Komunikasi intrapribadi atau komunikasi interpersonal merupakan praktik
komunikasi persuasif secara pendekatan pribadi, komunikasi interpersonal
ditandai dengan adanya keakraban atau kedekatan, kepekaan, saling mendengar,
saling merespon, saling mendukung, dan mengerti perasaan, antara komunikator
dengan komunikan.
Gitosudarmo (2001:205) komunikasi interpersonal (sambung rasa antar
manusia) adalah komunikasi yang berbentuk tatap muka (face-to-face).
15
menanamkan pengaruhnya kepada anggota kelompok dan bawahannya,
komunikasi interpersonal ini meliputi karakteristik berupa unsur-unsur tukar
pikiran atau temuwicara dan pemantauan terhadap perkembangan penerimaan
informasi yang disampaikan oleh atasan kepada bawahannya
Prilaku komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi dengan
pendekatan pribadi adalah komunikasi dengan orang lain meningkatkan
pengetahuan tentang dirinya, lebih terbuka untuk menerima
pengalaman-pengalaman dan gagasan baru, empati, sikap mendukung, sikap positif, kesetaraan
individu .Selain itu komunikasi interpersonal adalah kounikasi transparan, jujur,
dan terbuka lebar, dengan komunikasi interpersonal setiap guru akan
membicarakan masalah yang dihadipinya, baik masalah pribadi, keluarga dan
terutama masalah kinerja yang dihadapi disekolah. Dengan keterbukaan informasi
akan terrespon dengan berbagi solusi yang bervariasi. sehingga banyak pilihan
dalam pengambilan keputusan untuk pemecah masalah tersebut, kepuasan guru
dapat diperolah dari pengkomunikasian lisan guru. Begitu juga dengan
ketidakpuasa kerja guru. Ketika guru merasa puas dengan pekerjaannya sebagai
guru maka dalam berkomunikasi ia akan menyinggung kinerja dan kepuasan
kerjanya. Sehingga komunikasi interpersonal berberan untuk memberi pengaruh,
motivasi dan inspirasi dan sisi kepuasan kerja guru.
Mengacu pada keadaan empiris diatas, banyaknya permasalahan kepuasaan kerja dalam mendidik. Maka penelitian ini penting dilakukan dengan mengangkat judul: Hubungan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, Budaya
16
Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Kabanjahe.
1.2. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas ada banyak variabel yang berhubungan
dengan kepuasan kerja guru, pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang
bersifat individual. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda
sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Semakin banyak
aspek-aspek dalam pekerjaan sesuai dengan keinginan individu, maka semakin tinggi
tingkat kepuasan yang dirasakan, dan sebaliknya jika sedikit aspek-aspek dalam
pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu maka semakin rendah tingkat
kepuasan yang dirasakan.
Kepuasan kerja merupakan suatu tanggapan emosional seseorang terhadap
situasi dan kondisi kerja. Tanggapan emosional ini bisa berupa perasaan puas
(positif) atau tidak puas (negatif). Kepuasan kerja dirasakan pekerja setelah
pekerja tersebut membandingkan antara apa yang dia harapkan akan dia peroleh
dari hasil kerjanya dengan apa yang sebenarnya dia peroleh dari hasil kerjanya
(Sopiah, 2008:170).
Dari latar belakang diatas maka dapat diidentifikasikan menjadi beberapa
masalah yang berhubungan dengan kepuasan kerja guru antara lain: faktor-faktor apa
saja kah yang dapat membuat guru puas dalam bekerja? Apakah pekerjaan yang
diemban guru berhubungan dengan kepuasan guru dalam bekerja? Apakah sistem
penggajian, kompensasi, penghargaan, berhubungan dengan kepuasan kerja guru?
17
kepuasan guru dalam bekerja? Apakah dengan interaksi kelompok dan dengan
rekanan berhubungan dengan kepuasan kerja guru? Apakah dengan komunikasi
antar kelompok berhubungan dengan kepuasan kerja guru. Apakah komunikasiface to face berhubungan dengan kepuasan kerja guru? Apakah model gaya
kepemimpinan kepala sekolah berhubungan dengan kepuasan kerja guru? Apakah
sifat kepemimpinan kepala sekolah berhubungan dengan kepuasan kerja guru?
Apakah budaya lingkungan sekolah pekerjaan berhubungan dengan kepuasan kerja
guru? Apakah dengan pengarahan komunikasi interpesonal berhubungan dengan
kepuasan kerja guru? apakah aturan, norma yang ada disekolah berpengaruh
terhadap kepuasan kerja guru? apakah kerjasama team kelompok berpengaruh
terhadap kepuasan kerja guru? Apakah norma, nilai-nilai, peraturan berkorelasi
terhadap kepuasan kerja guru? apakah keterbukaan informasi berkorelasi terhadap
kepuasan kerja guru?
1.3. Pembatasan Masalah
Dari beberapa identifikasi dan banyaknya faktor-faktor yang menjadi
pengaruh kepuasan kerja guru, maka dalam penelitian ini peneliti membatasi
hanya pada wilayah penelitian prilaku gaya kepemimpinan transformasional
kepala sekolah (menurut asumsi guru dalam hal ini guru yang menjadi objek
penelitian bukan kepala sekolah), budaya sekolah, komunikasi interpersonal guru
18
1.4. Rumusan Masalah
Setelah melakukan identifikasi masalah dan pembatasan Masalah
diatas, maka masalah utama dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan antara kepemimpinan transformasional kepala
sekolah terhadap kepuasan kerja guru di sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe?
2. Apakah ada hubungan atara budaya sekolah terhadap kepuasan kerja guru
disekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe?
3. Apakah ada hubungan antara komunikasi interpersonal terhadap kepuasan
kerja guru disekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe?
4. Apakah ada hubungan kepemimpinan transformasional kepala sekolah
Komunikasi Interpersonal dan budaya sekolah secara bersama-sama
terhadap kepuasan kerja guru disekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe?
1.5. Tujuan Penelitian
Target yang ingin dicapai dari tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara kepemimpinan transformasional, budaya sekolah dan
komunikasi interpersonal terhadap kepuasan kerja guru sekolah dasar negeri
kecamatan kabanjahe, dan secara operasional tujuan penelitian ini dijabarkan
19
1. Mengetahui tingkat hubungan antara kepemimpinan transformasional
kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru.
2. Mengetahui tingkat hubungan atara budaya sekolah terhadap kepuasan
kerja guru.
3. Mengetahui tingkat hubungan Komunikasi Interpersonal terhadap
kepuasan kerja guru.
4. Mengetahui tingkat hubungan kepemimpinan transformasional kepala
sekolah Komunikasi Interpersonal dan budaya sekolah secara
bersama-sama terhadap kepuasan kerja guru.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaaat dari hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai
berikut:
1. Secara Teoretis:
a. Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya teori
kepemimpinan transformasional, budaya sekolah, komunikasi
interpersonal, dan teori kepuasan kerja.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan sebagai bahan acuan lebih
lanjut untuk mengkaji dan mendalami permasalahan variabel yang
sama dengan peneliti ini.
20
a. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi dinas pendidikan
kabupaten karo dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui
peningkatan kepuasan kerja guru.
b. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dalam pelaksanaan
pengetahuan kepemimpinan transformasional, budaya sekolah,
komunikasi interpersonal, dalam rangka meningkatkan kepuasan kerja
guru.
c. Sebagai masukan bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran dalam
rangka mengingatkan kepuasan kerja dan kualitas pendidikan secara
umum dan secara khusus guru sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe.
119
119
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka
dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut.
1. Tingkat kecendrungan variabel kepuasan kerja sekolah dasar negeri
kecamatan kabanjahe termasuk dalam kategori sedang, variabel
kepemimpinan transformational kepala sekolah termasuk kategori sedang,
variabel budaya sekolah termasuk dalam kategori tinggi, dan variabel
komunikasi interpersonal termasuk dalam kategori sedang
2. Kepemimpinan transformational kepala sekolah mempunyai hubungan yang
positif dan signifikan dengan kepuasan kerja guru sekolah dasar negeri
kecamatan kabanjahe bentuk hubungannya linier dan prediktif melalui
persamaan regresi Ŷ = 63,57 + 0,42 X1. Hal ini berarti makin baik
kepemimpinan transformational kepala sekolah maka akan semakin baik pula
tingkat kepuasan kerja guru. Selain itu kepemimpinan transformational kepala
sekolah ini memberikan sumbangan relatif yang cukup berarti terhadap
kepuasan kerja guru dengan besar sumbangan 60,64%.
3. Budaya sekolah terhadap kepuasan kerja guru mempunyai hubungan yang
positif dan signifikan dengan kepuasan guru sekolah dasar negeri kecamatan
kabanjahe bentuk hubungannya linier dan prediktif melalui persamaan regresi
120
tinggi kepuasan kerja guru., budaya sekolah memberikan sumbangan relatif
yang cukup berarti terhadap kepuasan kerja guru yaitu sebesar 26,28%.
4. Komunikasi interpersonal terhadap kepuasan kerja guru mempunyai hubungan
yang positif dan signifikan dengan kepuasan kerja sekolah dasar negeri
kecamatan kabanjahe bentuk hubungannya linier dan prediktif melalui
persamaan regresi Ŷ = 64,18 + 0,43X3. Hal ini berarti makin baik komunikasi
interpersonal maka makin tinggi kepuasan kerja guru. Dari hasil temuan
penelitian, komunikasi interpersonal memberikan sumbangan relatif yang
cukup berarti terhadap kepuasan kerja guru yaitu sebesar 13,06%.
5. Kepemimpinan transformational, budaya sekolah dan komunikasi
interpersonal secara simultan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
kepusan kerja guru sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe dengan
koefisien korelasi (R) sebesar 0,76 dan koefisien (R2) 0,87. Hal ini berarti
bahwa kepemimpinan transformational kepala sekolah, budaya sekolah,
komunikasi interpersonal secara simultan mempunyai hubungan yang kuat
dan memberikan kontribusi yaitu sebesar 76,71 % untuk meningkatkan
kepuasan kerja guru.
5.2. Implikasi
Terujinya hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
kepemimpinan transformational, budaya sekolah dan komunikasi interpersonal
secara simultan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kepausan kerja
guru sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe. Temuan ini setidaknya
121
sekolah yang dilakukan kepala sekolah, budaya sekolah dan komunikasi
interpersonal merupakan faktor penting dan sangat menentukan peningkatan
kepuasan kerja guru. Adapun sasaran implikasi yang ditujukan terutaman kepada
kepala dinas pendidikan Kabupaten Karo dimana menaungi secara teknis yaitu
unit pelaksanaan sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe (UPTD) SD Negeri
kecamatan Kabanjahe, kepala sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe,
guru-guru sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe. Untuk itu guna meningkatkan
kepuasan kerja guru sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe diperlukan upaya
bersama dalam rangka peningkatan kepemimpinan transformational kepala
sekolah, budaya sekolah, dan komunikasi interpersonal.
1. Implikasi terhadap kepala dinas pendidikan
Dengan diterimanya hipotesis penelitian yang diajukan, maka upaya yang
dapat dilakukan dinas pendidikan adalah meningkatkan kepemimpinan
transformational kepala sekolah, budaya sekolah, komunikasi intepersonal.
Kepemimpinan kepala transformational dapat ditingkatkan dengan menjaring
calon kepala sekolah yang lebih selektif dan memiliki kredibilitas pendidikan
yang mumpuni dalam bidang pendidikn, kemampuan pemimpin yang visoner. Hal
ini dapat dilakukan dengan melihat kemampuan manajerial dan trek rekort
kepemimpinan calon kepala sekolah dalam mempengaruhi bawahannya dan
keterlibatanya merespon masalah individu guru, pengetahuan intelektual yang
diberikan pada bawahan, mampu memotivasi, menginspirasi guru dan memiliki
122
Hal lain yang dapat dilakukan kepala dinas pendidikan untuk
mengupayakan kepuasan kerja guru dengan mengoptimalkan dukungan budaya
sekolah sebagai tata nilai, norma aturan, keyakian dan kerjasama kelompok. Hal
ini dapat dilakukan dengan bertindak terus melakukan pengawasan terhadap
keadaan sekolah.
Kemudian upaya lain yang dapat dilakukan dinas pendidikan dalam upaya
meningkatkan kepuasan kerja guru adalah dengan komunikasi interpersonal, hal
ini dapat dilakukan dengan memantau kondisi hubungan keharmonisan kepala
sekolah dengan guru, guru dengan guru di sekolah. Dan membantu masalah yang
dihadapi kepala sekolah dan guru-guru, kemudian pada satu sisi kepala dinas
pendidikan harus meninggalkan pola dan paradigma bahwa kepala sekolah itu
bukan jabataan politik yang dititipkan oleh pejabat yang berwenang, akan tetapi
jabatan kepala sekolah merupakan jabatan profesional yang handal mampu
mengerjakannya dengan baik dalam dunia pendidikan.
2. Implikasi terhadap kepala sekolah.
Dengan diterimanya hipotesis penelitian diharapakan kepada kepala sekolah
untuk berperan aktif dalam meningkatkan kepemimpinan transfomational di
sekolah guna untuk mempengaruhi dan mengajak guru bekerja sama menuju
tujuan sekolah . Dalam hal ini kepala sekolah dapat melakukan berbagai upaya
seperti: memberikan stimulus rangsangan pemikiran intelektual, pengayoman
terhadap individu, dapat memotivasi guru serta memiliki gaya kepemimpian
123
Hal lain yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan
kepuasan kerja guru adalah dengan membangun budaya sekolah yang mendukung
kepuasan kerja guru. Hal ini dapat dilakukan kepala sekolah dengan
memperhatikan tata nilai perturan sekolah, norma anjuran dan peraturan sekolah,
keyakinan yang terdapat pada peraturan sekolah, dan membangun kerjasama tim
kolompok kerja.
Selanjutnya upaya lain yang harus dilakukan kepala sekolah dalam
meningkatkan kepuasan kerja guru adalah dengan membangun dan mendukung
terciptanya komunikasi interpersonal antara kepala sekolah dengan guru, antara
guru dengan guru, hal ini dapat dilakukan dengan. Kepala sekolah mampu
memahami informasi yang diterima dari guru, berpikir positif terhadap masalah
guru, empati terhadap guru, dan memiliki sifat keterbukaan dengan guru.
3. Implikasi terhadap guru
Dengan diterimanya hipotesis penelitian maka para guru perlu
meningkatkan kepuasan kerjanya. Untuk mengingkatkan kepuasan kerja guru,
guru harus ikut serta dalam penciptaan peningkatan budaya sekolah yang baik
dimana hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti dan menaati nilai-nila peraturan
sekolah, menghayati dan melaksanakan nilai norma aturan sekolah, meyakini
aturan sekolah sebagai aturan yang baik untuk tujuan sekolah, dan bekerja sama
kelompok dengan guru yang lain dalam memecahkan masalah sekolah. Sisi lain
juga guru mampu mengembangkan potensi dirinya untuk mendukung sumber
124
Hal lain yang harus ditingkatkan guru dalam mencapai kepuasan kerja
menjalankan komunikasi interpersonal dalam lingkungan kerjanya hal ini dapat
dilakukan dengan memahami makna informasi yang dituangkan rekan kerjanya,
berfikir positif terhadap rekan kerjanya, dan menaruh rasa empati terhadap rekan
kerjanya serta memiliki sifat yang terbuka terhadap sesama guru di sekolah.
5.3. Saran
Saran-saran yang dapat disampaikan sehubungan dengan temuan hasil
penelitian ini adalah:
1. Bagi kepala dinas pendidikan
Untuk meningkatkan kepuasan kerja guru, perlu menjadi perhatian kepala
dinas kabupaten karo bahwa untuk memilik dan menetapkan dan menjaring calon
kepala sekolah yang lebih kompeten, selektif dan memiliki kredibilitas,
kemampuan pemimpin yang visoner agar mampu mempengaruhi para guru untuk
mencapi tujuan sekolah. Hal ini harus dilakukan dengan melejitkan budaya
sekolah yang baik seperti mengadakan kunjungan, pelatihan, work shop, tentang
budaya sekolah dalam mendukung tugas guru, memupuk tali silaturahmi setiap
sekolah. Kemudian aspek lain yang tidak boleh dikesampingkan adalah upaya
menciptakan suasana hubungan yang harmonis atara kepala sekolah dengan guru,
guru dengan guru karena dengan keharmonisan akan menunjukan keakraban yang
mudah untuk berkordinasi dan berkomunikasi dengan yang lain, pihak dinas tidak
boleh menutupi dan membatasi informasi yaang mendukung kepuasan kerja guru.
Dengan dilakukan peningkatan selektifitas calon pemimpin kepala sekolah,
125
komunikasi suasana hubungan yang harmonis diharapakan kepuasan kerja guru
akan tercipta. Sisi lain yang harus dibenahi lagi oleh dinas pendidikan yaitu
menyediakan tempat sarana dan prasarana dan kenyamanan lingkungan kerja bagi
guru.
2. Bagi Kepala sekolah
Perlu ditumbuhkan keinginan untuk menambah dan meningkatkan
kepemimpinan transformational di sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah mampu
menerapkan kebijakan-kebijakan yang berpihak pada kepuasan guru, kepala
sekolah juga harus meningkatkan intesitas volume komunikasi interpersonal
terhadap guru agar masalah dapat langsung ditangani. Hal ini dapat dilakukan
dengan setiap ada pelanggaran dan masalah yang menimpa guru maka kepala
sekolah harus bertindak cepat menanganinya dengan melakukan komunikasi
interpersonal terhadap guru. Kemudian selain itu kepala sekolah mampu
mengelola budaya sekolah yang baik hal ini dapat dilakukan dengan
memperlakukan perbedaan guru yang disiplin dan guru yang kurang disiplin. Dan
kepala sekolah bersedia melakukan berbagai upaya yang dapat meningkatkan
kepusan kerja guru. Dengan adanya upaya-upaya ini diharapkan kinerja kepuasan
kerja guru dapat tercipta.
3. Kepada guru
Untuk mengingkatkan kepuasan kerja guru, guru harus mendukung setiap
konsep kepemimpinan transformational yang dilakukan kepala sekolah, hal ini
126
sekolah yang notabenya berpihak pada kepusan kerja guru. Hal lain yang
harus dilakukan guru adalah mentaati dan mengikuti aturan budaya sekolah
dengan mengaplikasikannya kedalam prilaku keseluruh warga sekolah. Sisi
lain yang tidak bisa dikesampingkan adalah membuka diri selebar-lebarnya
agar terjalin komunikasi yang harmonis dengan kepala sekolah juga dengan
guru yang lain. Dengan adanya upaya ini diharapkan tingakat kepuasan kerja
guru akan semakin tercapai.
4. Kepada peneliti lain bahwa penelitian ini perlu ditindak lanjuti khususnya
yang berkaitan dengan variabel-variabel berbeda yang turut memberikan
127
DAFTAR PUSTAKA
Agus M. Harja (2003) Komunikasi Intrapersonal Dan Interpersonal, Kanisius, Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta,Rineka Cipta.
(1993) Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi Kejuruan
Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Bass and Stogdill’s (1990)Hand Book of Leadership, New York: Free Press.
Bernard M. dan Ronald E. Riggio (2006) Transformational Leadership Second Edition.Mahwah, New Jersey London: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.
Carmine E.J. Hartel Emotional et. All (2005) In Organization Behavioral Lawrence Erlbaum Associates, Publisher Mahwah, New Jersey, London.
Daft, Richart (2006) Leadership: Theory And Practice, New York the Drayden Press,
Davis Keith and Newstron, Jhon W (1995) Perilaku Dalam Organisasi. Jilid Kedua.Edisi Ketujuh. Jakarta Erlangga.
Devito, Joseph (1992) The Interpersonal Communication. Book 6th ed New York: Harper Collins
Edgar H. Schein (1983) Organizational Culture: A Dynamic Model Sloan School of Management Massachusetts Institute of Technology.
_____(1985) Organizational Culture and Leadership, Jossey-Bass, San Francisco
Efendi, Onong Ochayana (2007) Komunikasi, Teori Dan Praktek, Bandung, Remaja Rosda Karya.
Fenwich W English, (2002) Encyclopedia Of Educational Leadership And Administration:thousand, london, a sage refrence publication.
Fajar, Marhaeni (2009) Ilmu Komunikasi Teori Dan & Praktek, Yogyakarta: Graha Ilmu
128
Fenwick W. English (2006) Encyclopedia of Educational Leadership and Administration, United States, Sage Publications.
Firgon,Normadn L. Dan Hary K.Jakson (1996)The Leater Developing The Skil & Personal Quallities You Need To Lead Efectifitas. New York: Amerika Management Association.
Gibson (1997) Organizational Behavioral, Structure, And Process. Amerika, Richard Irwins,
Hani, Handoko (1989)Manajemen.Yogyakarta: BPFP. Yogyakarta
Hasibuan P (1994) Organisasi Dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas,
Cetakan Pertama. Jakarta: Bumi Aksara
Harjana AM (2003)Komunikasi interpersonal, Jakarta: Kanisius
Hoy, Wayne K. dan Miskel, Cecil G (2001) Educational Administration Theory, Research, And Practice6th ed., International Edition, Singapore: McGraw-Hill.
Howell, J.M. And Hall Merenda. K.E, (1999)The Ties That Bind: The Impact of Leader-Member Exchange, Transformational and Transactional Leadership, and Distance on Predicting Follower Performance, Journal of
Applied Psychology.
http://aton29.wordpress.com/2010/04/27/ komunikasi-interpersonal/ diaskes pada tanggal 21 September 2012.
Joanne Martin, (1992)Cultures in Organizations,Oxford University Press, New York.
Justine Mercer, Bernard Barker, and Richard Bird (2010) Human Resource Management in Education: contexts, Themes, Andimpact by Routledge
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2008) Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Kartono Kartini (2008) Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Komariah, Aan dan Cepi Triatna (2010) Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, Bandung: Bumi Aksara.
129
Lili weri (1991) Komunikasi Antar Peribadi,Badung: Citra Aditya Bakti.Luthans Fred (1995) Organizational Behavioral. 7th ed, Singapore: Mc Graw Hill.Inc.
Mulyasa E (2005)Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung.: Remaja Rosda Karya.
Pawar, B.S and Easman, K.K (1997) The Nature and Implication of Contextual Influences on Transactional Leadership: A Conceptual Examination. Academy of Management Review
Peterson, D. Kent & Terrence E. Deal (2009) The Shaping School Culture Field book Second Edition. Market Street, San Francisco: Josseybass A Wiley Imprint
Poerwadarminta, W.J.S (1993) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Rakmad Jaluddin (2005)Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja, Rosda Karya
Razik A. Taher & Swanson D. Austin (1995) Fundamental Concept of Educational Leadership and Management, New Jersey: Englewood Cliffs
Rivai, Veithzal, Dedi Mulyadi (2009) Kepemimpinan Dan Prilaku Organisasi, Jakarta: Raja Wali Pers
Riduwan (2005) Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Bandung: Alfabeta
________ (2010)Metode & Teknik Menyusun Tesis,Bandung: Alfabeta.
________ (2010)Rumus dan Data dalam Analisis Statistika,Bandung: Alfabeta.
Robbins, Stephen. P, dan A Judge Timothy (2007) Organization Behavior, New Jersey: Person Education Inc.
________ (2005)Organization Behavior,New Jersey: Person Education Inc. ________ (2006)Perilaku Organisasi,Klaten: Intan Sejati.
________(2003) Perilaku Organisasi, Edisi Kesepuluh, Alih Bahasa: Bunyamin Molan. Indonesia: Macanan Jaya Cemerlang.
130
Santoso Edi. Mite Setiawan (2010)Teori Komunikasi, Yokyakarta: Graha Ilmu.
Siagian sondang (2003)Fungsi-Fungsi Manajerial, Jakarta: Bumi Aksara.
Senjaya, D.S (2004)Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Sugiyono (2005)Statistika Untuk Penelitian,Bandung: Alfabeta.
Sudjana, (1996)Metode Statistika, Bandung, Tarsito, Edisi 6.
Suranto A.W. (2004) Komunikasi Efektif Untuk Mendukung Kerja Perkantoran, Jakarta: Erlangga
________ (2011).Komunikasi Interpersonal,Yogyakarta: Graha Ilmu.
Syafaruddin (2002)Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan, Grasindo: Jakarta.
_______(2007) Kepemimpinan Pendidikan Kontemporer”. Bandung Cipta Pustaka Media
Steven L. Mcshane and Mary Ann Von Glinow (2010) Organizational Behavior Emerging Knowledge and Practice For the Real World- 5th ed. Avenue of the Americas, New York,
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005,Tentang Guru dan Dosen
Undang-Undang No.20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.