• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DAN PEMBELAJARAN SECARA KONVENSIONAL DI SMP NEGERI 16 MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DAN PEMBELAJARAN SECARA KONVENSIONAL DI SMP NEGERI 16 MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK

DAN PEMBELAJARAN SECARA KONVENSIONAL DI SMP NEGERI 16 MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013

Oleh :

Risky Yasmita Sari Hasibuan 409411041

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DAN

PEMBELAJARAN SECARA KONVENSIONAL DI SMP NEGERI 16 MEDAN TAHUN AJARAN 2013/2014

Risky Yasmita Sari Hasibuan (NIM 409411041) ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah komunikasi matematika siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe Talking stick lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran Konvensional pada pokok bahasan Teorema Phytagoras di kelas VIII SMP 16 Medan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP 16 Medan yang terdiri dari 5 kelas. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 64 siswa yang terdiri dari dua kelas, yaitu kelas VIII-2 yang merupakan kelas kontrol sebanyak 32 orang dan kelas VIII-1 yang merupakan kelas eksperimen sebanyak 32 orang. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran Konvensional. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan test essay sebanyak 8 soal dan telah dinyatakan valid oleh tim ahli.

Sebelum pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitas data. Dari pengujian ini diperoleh bahwa sampel berasal dari populasi yang memiliki varians yang homogen dan berdistribusi normal. Dari analisis data pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata pretest 50,031 dan simpangan baku pretest 18,322 sedangkan nilai rata-rata posttest 70,188 dan simpangan baku posttest 13,895. Pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata pretest 46,750 dan simpangan baku pretest 19,629 sedangkan nilai rata-rata posttest 63,813 dan simpangan baku posttest 15,403. Dari analisis data posttest dengan menggunakan uji-t pada taraf  = 0,05 diperoleh thitung = 1,738 dan ttabel = 1,67 yang ternyata thitung> ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah

dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe talking Stick Dan Pembelajaran Secara Konvensional Di SMP Negeri 16 Medan Tahun Ajaran 2012/2013” Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan

matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada

Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini,

Bapak Mulyono, S. Si, M. Si, Bapak Drs. Syafari, M. Pd, dan Bapak Drs. H.

Banjarnahor, M. Pd, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran mulai

dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini, Bapak Drs.

Syafari, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan kepada seluruh Bapak

dan Ibu dosen serta staf pegawai jurusan Matematika Fakultas Ilmu Pengetahuan

Alam dan Matematika Universitas Negeri Medan.

Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Rektor UNIMED Prof. Dr. Ibnu

Hajar, MS beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai pimpinan UNIMED, Bapak

Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED beserta Pembantu

Dekan I, II, dan III di lingkungan UNIMED, Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku

Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amri, M.Pd selaku Ketua Program

Studi Jurusan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris

Jurusan Matematika.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Irmawati,

M. M selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 16 Medan yang telah memberikan izin

(5)

v

guru bidang studi Matematika yang telah banyak membantu penulis dalam

melaksanakan penelitian.

Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada Ayahanda

H. Muhammad Yazid Hasibuan dan Ibunda Alm. Dra. Hj. Netty Seri Lubis serta

mamiku tersayang Nurnajah Nasution, S.E yang selalu mendukung, mendoakan,

dan memberi semangat kepada penulis hingga skripsi ini selesai. Terima kasih

juga penulis ucapkan kepada kakanda Nurhasanah Siregar, M. Pd, yang selalu

memberikan dukungan dan doa.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat-sahabatku

yang tersayang Erika Apriani, Muhammad Ridwansyah, dan Nailul Himmi

Hasibuan. Teman-teman seperjuangan di jurusan matematika khususnya kelas B

Reguler 2009 yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan sampai

menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini, beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu

persatu yang turut memberi semangat dan bantuan kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi

ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun

tata bahasa. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini

bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Medan, September 2013 Penulis,

(6)

vi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

2.1. Kerangka Teoritis 10

2.1.1. Komunikasi Matematik 10

2.1.2. Kemampuan Komunikasi Matematik 12

2.1.3. Talking Stick 16

2.1.3.1Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick 19

2.1.2.2 Keunggulan dan Kelemahan pembelajaran Kooperatif Tipe

Talking Stick 20

2.1.4. Materi Pembelajaran 21

2.2 Penelitian yang Relevan 23

2.3 Kerangka Konseptual 24

2.4 Hipotesis Penelitian 26

BAB III METODE PENELITIAN 27

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 27

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 27

3.3. Jenis dan Rancangan Penelitian 27

3.4. Definisi Operasional 28

3.5. Variabel Penelitian 28

3.6. Prosedur Penelitian 29

3.7. Instrumen Penelitian 32

3.7.1 Pretes dan Postes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa 32

3.7.1.1 Uji Validitas Tes 35

3.7.1.2 Uji Reliabilitas Tes 36

(7)

vii

3.7.1.4 Uji Daya Beda 37

3.8. Teknik Analisis Data 38

3.8.1. Analisis Statistik Deskriptif 38

3.8.2. Analisis Statistik Inferensial 39

3.8.2.1Menghitung Rata-Rata Skor 39

3.8.2.2Menghitung Standard Deviasi 39

3.8.3. Uji Normalitas 39

3.8.4. Uji Homogenitas 40

3.8.5. Pengujian Hipotesis 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42

4.1.Deskripsi Hasil Penelitian 42

4.1.1. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol 42

4.1.1.1. Pretes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa 43

4.1.1.2. Postes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa 44

4.1.2. Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 45

4.1.3. Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 46

4.1.4. Uji Normalitas Data 48

4.1.5. Uji Homogenitas 49

4.1.6. Pengujian Hipotesis Kemampuan Komunikasi 49

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 50

4.2.1. Kegiatan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Talking Stick dan Konvensional 50

4.2.2. Kemampuan Komunikasi Matematis 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 53

5.1. Kesimpulan 53

5.2. Saran 53

(8)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Komunikasi Matematik 15

Tabel 2.2 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan

Kelompok Belajar Konvensional 18

Tabel 3.1 Randomized Pretes-Postes Kontrol Design 27

Tabel 3.2 Indikator Kemampuan Komunikasi Matematik 32

Tabel 3.3 Pedoman Penilaian Kemampuan Komunikasi Matematik 33

Tabel 3.4 Interpretasi Validitas 35

Tabel 3.5 Interpretasi Reliabilitas 36

Tabel 3.6 Interpretasi Indeks Kesukaran 37

Tabel 3.7 Interpretasi Daya Pembeda 38

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol 43

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Nilai Postes Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol 44

Tabel 4.3 Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 46

Tabel 4.4 Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 47

Tabel 4.5 Ringkasan Rata-rata Nilai Pretest dan Posttes

Kedua Kelas 47

Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan

Komunikasi 49

Tabel 4.7 Data Hasil Uji Homogenitas 49

Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis Kemampuan

(9)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen dan RPP Kelas Kontrol 56

Lampiran 2 Lembar Aktivitas Siswa 87

Lampiran 3 Alternatif Penyelesaian LAS 97

Lampiran 4 Kisi-Kisi Pretest dan Postest 106

Lampiran 5 Alternatif Jawaban Pretest dan Postest 112

Lampiran 6 Pedoman Penilaian Kemampuan Komunikasi Matematik 121

Lampiran 7 Daftar Validator 123

Lampiran 8 Lembar Validitas Pretest dan Postest 124

Lampiran 9 Data Komunikasi Matematik Siswa Kelas Eksperimen 130

Lampiran 10 Data Komunikasi Matematik Siswa Kelas Kontrol 132

Lampiran 11 Perhitungan Rata-Rata, Varians dan Simpangan Baku Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol 134

Lampiran 12 Perhitungan Validasi Instrumen Tes 137

Lampiran 13 Perhitungan Reliabilitas Tes 140

Lampiran 14 Indeks Kesukaran Tes 141

Lampiran 15 Daya Beda Butir Soal 142

Lampiran 16 Analisis Statistik Deskriptif Pretes dan Postes Kelas

Eksperimen Dan Kelas Kontrol 144

Lampiran 17 Perhitungan Uji Normalitas Data 147

Lampiran 18 Perhitungan Uji Homogenitas Data 152

Lampiran 19 Perhitungan Uji Hipotesis Kemampuan Komunikasi

MatematikSiswa 155

Lampiran 20 Tabel Nilai Kritis untuk Uji Liliefors 158

Lampiran 21 Tabel Nilai-Nilai r-Product Moment 159

Lampiran 22 Tabel Luas Dibawah Kurva Normal 160

Lampiran 23 Tabel Presentil Untuk Distribusi t 161

Lampiran 24 Tabel Presentil Untuk Distribusi F 162

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu perwujudan kebudayaan manusia dinamis

dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan

pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan

budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua

tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan

untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang berdemokrasi serta bertanggung

jawab.

Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang

adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga siswa

mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.

Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetisi siswa.

Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seorang siswa harus

memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena siswa tersebut harus

mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema

yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Buchori (dalam Trianto, 2011), bahwa

pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para

siswanya untuk suatu profesi atau jabatan tetapi untuk menyelesaikan

(11)

2

Seperti yang dipaparkan The National Council of Teachers of

Mathematics (NCTM), yaitu Princples and Standards for School Mathematics

(dalam Zainab, 2011), semua siswa harus mendapatkan kesempatan untuk

mempelajari, mengapresiasi, dan menerapkan skill-skill, konsep-konsep, dan

prinsip-prinsip matematika baik didalam ataupun diluar sekolah.

Standar NCTM sebagai standar utama dalam pembelajaran matematika yaitu

kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan komunikasi

(communication), kemampuan koneksi (connection), kemampuan penalaran

(reasoning), dan kemampuan representasi (representation). Kelima standar

tersebut mempunyai peranan penting dalam kurikulum matematika.

Ada dua alasan penting yang dikemukakan oleh Baroody (dalam Zainab,

2011), mengapa komunikasi menjadi salah satu fokus dalam pembelajaran

matematika. Pertama, matematika pada dasarnya adalah sebuah bahasa bagi

matematika itu sendiri. Kedua, belajar dan mengajar matematika merupakan

aktivitas sosial yang melibatkan paling sedikit dua pihak, yaitu guru dan murid.

Standar Komunikasi menitikberatkan pada pentingnya dapat berbicara, menulis,

menggambarkan, dan menjelaskan konsep-konsep matematika.

Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009) mengemukakan:

“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha

memecahkan masalah yang menantang”.

Menurut Jhonson dan Myklebust (dalam Abdurrahman, 2009),

matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk

mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan

fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Sedangkan Lerner (dalam

Abdurrahman, 2009) mengemukakan bahwa matematika disamping sebagai

(12)

3

memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan

kuantitas.

Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu

pendidikan matematika di Indonesia. Namun demikian, sampai saat ini hasilnya

belum menggembirakan, kalau tidak mau dikatakan meyedihkan. Fenomena ini

dapat dilihat dari berbagai indikator hasil belajar, antara lain dalam Ujian

Nasional (UN), temuan sejumlah penelitian, dan konteks internasional matematika

seperti yang dilaporkan oleh The Third International Mathematics and Science

Study (Ansari, 2009).

Namun saat ini mutu pendidikan di negara kita masih sangat

memperihatinkan. Berdasarkan data UNESCO (dalam UGM, 2012), mutu

pendidikaan matematika di Indonesia berada pada peringkat 34 dari 38 negara

yang diamati. Data lain yang menunjukkan rendahnya prestasi matematika siswa

Indonesia dapat dilihat dari hasil surve Pusat Statistik Internasional untuk

Pendidikan (National Center for Education in Statistics) terhadap 41 negara dalam

pembelajaran matematika, dimana Indonesia mendapatkan peringkat ke 39 di

bawah Thailand dan Uruguay.

Menurut Van De Walle (dalam Zainab, 2011), belajar berkomunikasi

dalam matematika membantu perkembangan interaksi dan pengungkapan ide-ide

di dalam kelas karena siswa belajar dalam suasana yang aktif. Ketika siswa

berpikir, menanggapi, membahas, menulis, membaca, mendengarkan, dan

menanyakan tentang konsep-konsep matematika, mereka menuai manfaat ganda,

mereka berkomunikasi untuk belajar matematika, dan mereka belajar untuk

berkomunikasi matematik.

Secara umum, matematika berfokus pada representasi dan komunikasi

dalam berbagai gagasan, ide, dan hubungan yang bersifat numerik, spesial, serta

berkenaan dengan data. Ada banyak aktivitas pembelajaran yang mendukung

tema ini, seperti siswa yang boleh menginterpretasikan ide, gagasan, ataupun

(13)

4

simbolik dan dapat diubah ke dalam gambaran verbal dari situasi tersebut.

Aktivitas lain bisa dengan menyelidiki suatu masalah, menuliskan masalah,

memberi keterangan (notasi) ataupun dugaan-dugaan (hipotesis) untuk

menjelaskan observasi-observasi dalam matematika. Peranan komunikasi dalam

matematika sangat besar, karena saat para siswa mengkomunikasikan ide, gagasan

ataupun konsep matematika, mereka belajar mengklarifikasi, memperhalus dan

menyatukan pemikiran.

Komunikasi matematika (Sinau, 2010), adalah kemampuan menyatakan

atau menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis, tabel, dan grafik.

Komunikasi matematika merepleksikan pemahaman matematik dan merupakan

bagian dari daya matematik. Melalui komunikasi, ide matematika dapat

dieksploitasi dalam berbagai perspektif, cara berfikir siswa dapat dipertajam,

pertumbuhan pemahaman dapat diukur, pemikiran siswa dapat dikonsolidasikan

dan diorganisir, pengetahuan matematika dan pengembangan masalah siswa dapat

ditingkatkan, dan komunikasi matematika dapat dibentuk. Sesuai dengan

tingkatan atau jenjang pendidikan maka tingkat kemampuan komunikasi

matematika menjadi beragam. Komunikasi matematik sangat penting karena

matematika tidak hanya menjadi alat berfikir yang membantu siswa untuk

mengembangkan pola, menyelesaikan masalah dan menarik kesimpulan tetapi

juga sebagai alat untuk mengkomunikasikan pikiran, ide dan gagasan secara jelas,

tepat dan singkat.

Di dalam proses pembelajaran matematika di kelas, komunikasi gagasan

matematika bisa berlangsung antara guru dengan siswa, antara buku dengan

siswa, dan antara siswa dengan siswa. Menurut Hiebert (dalam Sinau, 2010),

setiap kali kita mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika, kita harus

menyajikan gagasan tersebut dengan suatu cara tertentu. Ini merupakan hal yang

sangat penting, sebab bila tidak demikian, komunikasi tersebut tidak akan

berlangsung efektif. Gagasan tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan

orang yang kita ajak berkomunikasi. Kita harus mampu menyesuaikan dengan

sistem representasi yang mampu mereka gunakan. Tanpa itu, komunikasi hanya

(14)

5

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru matematika di

SMP Negeri 16 Medan, mengatakan bahwa komunikasi matematik siswa masih

sangat memprihatinkan dan masih perlu dilatih, siswa sulit untuk mengungkapan

ide atau memberi penjelasan dari permasalahan yang ada. Hal ini menyebabkan

kemampuan komunikasi matematik siswa menjadi rendah pada pokok bahasan

teorema Pythagoras. Senada dengan itu, dari hasil wawancara singkat dengan

beberapa orang siswa, pada umumnya siswa mengatakan bahwa sulit memberi

penjelasan dan mengungkapkan ide bagaimana cara menyelesaiknnya. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa salah satu kesulitan untuk mempelajari matematika

adalah rendahnya kemampuan komunikasi matematik siswa. Untuk mengatasi

permasalahan tersebut diperlukan upaya untuk meningkatkan kemampuan

komunikasi matematik siswa. Hal ini dapat dilihat dari observasi awal yang

dilakukan oleh peneliti bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa di

sekolah tersebut masih rendah. Hal ini terlihat dari tes awal yang diberikan berupa

materi prasyarat teorema pythagoras yaitu materi luas segitiga, kuadarat dan akar

kuadrat dimana siswa mengalami kesulitan menyelesaikannya. Hasilnya diperoleh

nilai rata-rata siswa kelas VIII-1 yang berjumlah 32 orang adalah 27,5% tuntas

dalam menyenyelesaikan tes yang diberikan sedangkan 72,5% siswa tidak mampu

menjelaskan permasalahan matematika.

Fakta dilapangan menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi

matematik khususnya siswa SMP di Indonesia masih tergolong rendah. Contoh

masih rendahnya kemampuan komunikasi matematik siswa dapat dilihat pada

hasil penelitian yang ada pada jurnal Nunun Elida (2012). Setelah diungkap

menegenai rendahnya kemampuan komunikasi matematik siswa dalam

pembelajaran matematika berdasarkan kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu

KTSP.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Tampubolon (2012), masalah

komunikasi yang ditemukan adalah siswa tidak mampu melakukan representasi

berupa mengubah suatu gambar atau model fisik kedalam simbol matematika

secara tepat. Sehingga dari 40 siswa yang diberi tes terdapat 63,8% siswa tidak

(15)

6

tidak mengabaikan kemampuan yang lainnya yang bermanfaat untuk kehidupan

siswa sekarang dan yang akan datang, sudah seharusnya bahwa kemampuan

komunikasi matematik siswa sudah selayaknya menjadi faktor kecerdasan

emosional siswa perlu mendapat perhatian yang sangat khusus dalam

pembelajaran matematika. Karena apabila kelemahan ini tidak diantisipasi dan

tidak diperbaiki, maka akan selalu terjadi dan akan menghambat tercapainya

tujuan pembelajaaran secara utuh (Supriadi, 2012).

Rendahnya kemampuan komunikasi matematik siswa juga tidak terlepas

dari kemampuan guru mengajarkan matematika. Pembelajaran matematika yang

cenderung abstrak, sementara itu kebanyakan guru mengajar masih kurang

memperhatikan kemampuan komunikasi siswa. Model pembelajaran yang

berlangsung di sekolah masih berpusat pada guru seperti model pembelajaran

konvensional. Pada pembelajaran konvensional itu masih berpusat pada guru,

maka proses belajar mengajar terjadi satu arah. Akibatnya cara belajar siswa

menjadi pasif, guru menganggap sesuatu siswa mempunyai kemampuan yang

sama jadi guru mengerjakan sesuatu berdasarkan kemampuan guru, tidak melihat

kemampuan siswa. Pada umumnya pendekatan ini tidak menggunakan media atau

alat bantu dalam teknologi yang lebih modren.

Menurut Russefendi (dalam Siregar, 2009) metode yang digunakan

cenderung hanya metode ceramah atau ekspositori. Namun kesempatan untuk

mengontrol kemampuan komunikasi matematik siswa sangat terbatas. Seharusnya

kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh kerjasama antara guru dan siswa. Oleh

karena itu diperlukan kreatifitas dan gagasan yang baru untuk mengembangkan

cara penyajian materi pelajaran di sekolah. Kreativitas yang dimaksud adalah

kemampuan seorang guru dalam memilih metode, pendekatan, dan media yang

tepat dalam penyajian materi pelajaran.

Within (dalam Herdian, 2010) menyatakan kemampuan komunikasi

menjadi penting ketika diskusi antar siswa dilakukan, dimana siswa diharapkan

mampu menyatakan, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan dan

bekerjasama sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam

(16)

7

kelompok dalam mengumpulkan dan menyajikan data, mereka menunjukkan

kemajuan baik di saat mereka saling mendengarkan ide yang satu dan yang lain,

mendiskusikannya bersama kemudian menyusun kesimpulan yang menjadi

pendapat kelompoknya. Ternyata mereka belajar sebagian besar dari

berkomunikasi dan mengkontruksi sendiri pengetahuan mereka.

Salah satu solusi kreativitasnya adalah menerapkan model pembelajaran

kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

menekankan dan mendorong kerja sama antar siswa dalam mempelajari sesuatu.

Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu

siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kemampuan berkomunikasi, bekerja

sama, dan membantu teman. Senada dengan keterangan di atas, Effandi Zakaria

(dalam Isjoni, 2009) mengemukakan bahwa :

“Pembelajaran kooperatif dirancang bagi tujuan melibatkan pelajar

secara aktif dalam proses pembelajaran menerusi perbincangan dengan rekan-rekan dalam kelompok kecil, saling bertukar pendapat, memberi jawaban, serta mewujudkan dan membina proses penyelesaian kepada

suatu masalah.”

Salah satu tipe dari pembelajaran koperatif adalah Talking Stick. Model

kooperatif tipe Talking Stick merupakan merupakan model pemebelajaran yang

dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memengang tongkat wajib

menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.

Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan

SMA atau SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan

menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif (Tarmizi,

2010)

Istaranai (2012), menjelaskan beberapa kelebihan dari pembelajaran

kooperatif tipe Talking Stick,yaitu: (1) siswa lebih memahami materi karena

diawali oleh penjelasan seorang guru; (2) siswa lebih dapat menguasai materi ajar

karena siswa diberikan kesempatan untuk mempelajarinya kembali melalui buku

(17)

8

kembali tentang materi yang diterangkan dan dipelajarinya; (4) siswa tidak jenuh

karena ada tongkat sebagai pengikat daya tarik siswa mengikuti pelajaran hal

tersebut; (5) pelajaran akan tuntas sebab pada bagian akhir akan diberi kesimpulan

oleh pendidik.

Karena Talking Stick merupakan salah satu variasi atau tipe pembelajaran

kooperatif maka semua prinsip dasar pembelajaran kooperatif melekat pada tipe

ini. Ini berarti dalam Talking Stick terdapat saling ketergantungan positif antar

siswa, ada tanggung jawab perorangan, serta ada komunikasi antar anggota

kelompok.

Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk mencoba mengadakan

penelitian yang diharapkan mampu melibatkan siswa secara aktif dalam

pembelajaran matematika. Penelitian yang dilakukan berjudul “Perbedaan

Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick dan Pembelajaran Secara Konvensional Di SMP Negeri 16 Medan Tahun Ajaran 2012/2013”.

1.2.Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas makadapat diidentifikasikan permasalahan,

yaitu:

1. Kemampuan komunikasi matematik siswa masih rendah.

2. Ketidaktepatan guru dalam memilih dan menggunakan model

pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi

matematik siswa.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini membatasi

pada permasalahan adanya perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan

komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe talking stick dan yang diajar dengan menggunakan

(18)

9

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka yang menjadi rumusan

masalah pada penelitian ini “Apakah kemampuan komunikasi matematik siswa

yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran koopratif tipe talking stick

lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar diajar

dengan menggunakan pembelajaran secara konvensional”.

1.5. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian di atas,

maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

kemampuan komunikasi matematik siswa SMP pada pembelajaran kooperatif tipe

talking stick dan pembelajaran secara konvensional.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi para tenaga pengajar dalam memilih

model dan pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar.

2. Meningkatkan minat belajar siswa dalam mempelajari matematika,

serta siswa mendapatkan suasana yang menyenangkan dalam proses

(19)

65

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M, (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, S,(2009),Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.

Ansari, Bansu., (2009), Komunikasi Matematika: Konsep dan Aplikasi, Pena, Banda Aceh.

Elida, Nunun, (2012), OnlineMeningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW), STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No. 2

Elfina, H, (2013), Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing Terhadap Komunikasi Matematis Siswa Pada Pokok Bahasan Teorema Pythagoras Kelas VIII SMPHarapan 2 Medan, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Herdian,

(2010),http://herdy07.wordpress.com/2010/05/07/kemampuan-komunikasi-matematis/ (diakses Januari 2013)

Huda, Miftahul, (2011), Cooperatif Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Isjoni, (2009), Pembelajaran Kooperatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.

Kesumawaty Kembaren, Rosmalinda Ika, (2012), Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA

dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write dan

Pembelajaran Konvensional, Tesis, FMIPA, Unimed, Medan.

Marzuki, (2012), Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika antara Siswa yang Diberi Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pembelajaran Langsung, Tesis, FMIPA, Unimed, Medan.

Mulyatiningsih, Dr. Endang, (2012), Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan, Alfabeta, Bandung.

(20)

66

Shafridla, (2012), Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Matematika Realistik, Tesis, FMIPA, Unimed, Medan.

Silitonga, P.Maulim, (2011), Statistik Teori dan Aplikasi dalam Penelitian, FMIPA Unimed.

Sinau, (2010), http://math-heyfun.blogspot.com (diakses Januari 2013).

Siregar, Nurhasanah, (2009), Studi Perbandingan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa Madrasah Tsanawiyah Pada Kelas yang Belajar

Geometri Berbantuan Geometer’s Sketchpad dengan Siswa yang Belajar

Geometri Tanpa Geometer’s Sketchpad, Tesis, FMIPA, UPI, Bandung.

Sudjana, (2005), Metode Statistika,Tarsito, Bandung.

Sukardi, (2007), Metodologi Penelitian Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.

Supriadi, Atang, (2012). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendidikan Inkuiri Terbimbing, Tesis, FMIPA, UPI, Bandung.

Suprijono, Agus, (2010),Cooperatif Learning Teori Dan Aplikasinya,Pustaka Belajar, Yogyakarta.

Tarmizi (2010), http://tarmiji.wordpress.com/2010/02/15/talking-stick/ (diakses Januari 2013).

Trianto, M.Pd, (2009), Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

UGM, (2012), http://ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4467 (diakses Januari 2013).

Referensi

Dokumen terkait

- Hasil yang dicapai dari pkm kami adalah prototype knapsack sprayer semi otomatis bertenaga sepeda untuk tanaman hortikultura.. Meskipun belum dirangkai secara

penilaian (bukan di akhir semester) baik secara individual, kelompok, maupun kelas. Bagi mereka yang berhasil dapat diberi program pengayaan sesuai dengan waktu yang tersedia

pengaruh yang paling dominan terhadap pengeluaran pembangunan pemerintah Kota

Sastra Bandingan. Skripsi: Program Studi Sastra Indonesia Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta. Permasalahan dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimanakah gambaran

Satar Mese Barat, maka dengan ini kami mengundang saudara/I untuk melakukan Pembuktian Kualifikasi terhadap Dokumen Penawaran saudara yang akan dilaksanakan pada :.

Microsft Excel adalah suatu program aplikasi yang berupa kolom dan lajur elektronik yang di tunjukan untuk mengolah dokumen yang berupa angka, dimana angka

Dimensi pengalaman ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan, persepsi dan sensasi yang dialami seseorang, contohnya perasaan dekat dengan Allah, perasaan nikmat

Berdasarkan hasil pengujian pencairan yang dilakukan tehadap batubara Sorong dan batubara Mulia yang memiliki karakteristik berbeda, maka dapat disimpulkan bahwa batubara