• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERLIBATAN AKTIF PIMPINAN NAGARI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT NAGARI DALAM ERA OTONOMI DAERAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KETERLIBATAN AKTIF PIMPINAN NAGARI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT NAGARI DALAM ERA OTONOMI DAERAH."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KETERLIBATAN AKTIF PIMPINAN NAGARI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT NAGARI DALAM ERA OTONOMI DAERAH1

Oleh: Dr. Afrizal, MA2

Ada beberapa diantara banyak masalah penting yang dialami oleh penduduk nagari, termasuk penduduk nagari dalam wilayah Kabupaten Padang Pariaman Pertama, jumlah rumah tangga miskin bahkan fakir miskin masih sangat banyak. Kedua, kerusakan lingkungan terjadi makin hari makin parah dan ini telah menimbulkan bencana alam yang dahsyat. Ketiga peredaran dan pengguna Narkoba makin banyak bahkan sampai ke pedesaan dan melibatkan berbagai lapisan dan kelompok. Ke empat, konflik banyak terjadi dan mudah terjadi. Kelima, perzinaan makin biasa dan makin banyak dilakukan oleh orang, termasuk di dalamnya pelacuran. Semua ini merupakan tantangan besar untuk mewujudkan Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK)3.

Pertanyaan yang perlu kita jawab adalah Siapakah yang paling bertanggung jawab untuk mengatasi hal tersebut atau untuk mewujudkan ABS-SBK? Saya ingin mengatakan dalam makalah ini bahwa para ninik mamak dalam nagari adalah salah satu komponen yang harus bertanggung jawab dan berpotensi untuk melakukannya, karena mereka merupakan pemimpin kaum dan juga unsur penting tali tigo sapilin dalam nagari. Hal ini tidak hanya dinyatakan dan diakui oleh pemerintah dalam Peraturan Daerah Provinsi maupun Kabupaten, tetapi yang lebih penting dinyatakan dan diakui oleh aturan-aturan adat Minangkabau secara umum dan adat salingka nagari secara khusus.

Penanggung Jawab Masalah Kehidupan Orang Banyak

Sebelum membahas peranan ninik mamak dalam pembangunan nagari, saya akan menjelaskan terlebih dahulu pentingnya ninik mamak terlibat aktif dan proaktif dalam pembangunan nagari dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dasar pemikiran saya adalah pengelolaan kehidupan orang banyak agar efektif mestilah membangun sinergi atau kerjasama yang baik antara pemerintah, pengusaha dan masyarakat nagari. Hubungan mereka bisa digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Pola Hubungan Harmonis Antara Pemerintah, Pengusaha dan

1 Makalah disampaikan dalam acara Seminar Nagari Sebagai Basis Pembangunan, Pariaman, 16 Januari 2008 2 Dosen Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan Pascasarjana Universitas Andalas.

(2)

Masyarakat Nagari

Tanggung Jawab Pemerintah

Negara merupakan sebuah badan yang diserahi tugas oleh rakyat untuk mengelola kehidupan sosial, termasuk di dalamnya mengurus dan mewujudkan kesejahteraan rakyat serta mewujudkan ketertiban. Tugas negara tersebut dilaksanakan oleh pemerintah berbagai tingkatan.

Oleh sebab itu, mengurus atau mewujudkan kesejahteraan rakyat termasuk menciptakan ketertiban dan bahkan melindungi rakyat dari berbagai hal merupakan kewajiban negara, dan dilaksanakan oleh pemerintah berbagai tingkatan (pemerintah nasional, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten termasuk tentunya pemerintah nagari). Pemerintah wajib membuat kebijakan yang mampu mewujudkan kesejahteraan rakyat, kehidupan yang tertib dan perlindungan yang memadai untuk rakyat, dan wajib menerapkan sebaik mungkin kebijakan yang telah dibuat. Kewajiban-kewajiban tersebut pada hari ini banyak berada dipundak pemerintahan kabupaten/kota termasuk pemerintahan nagari seperti yang terdapat di Kabupaten Solok Selatan ini akibat penerapan otonomi daerah.

(3)

pantas untuk dipersalahkan dan diminta pertanggungjawabannya, tentunya juga berlaku untuk pemerintahan kabupaten/kota dan nagari-nagari/kelurahan.

Dari penjelasan di atas, jelas merupakan kewajiban pemerintah mensejahterakan, melindungi dan menciptakan kehidupan yang tertib bag penduduk nagari-nagari. Juga berarti, hak penduduk nagari-nagari untuk menagih perlindungan, bantuan dan penyelesaian berbagai masalah yang mereka hadapi kepada pemerintah berbagai tingkatan. Karena hak mereka, penduduk nagari tidak perlu malu, takut dan segan untuk mencari bantuan dan perlin dunguan dari pemerintah berbagai tingkatan.

Akan tetapi

, perlu disadari pemerintah mempunyai berbagai keterbatasan dan

kendala dalam melaksanakan kewajibannya tersebut, apalagi dalam situasi negara Indonesia saat ini dan untuk masa yang agak panjang ke depan. Ada keterbatasan jumlah dan kualitas pegawai pemerintah, sehingga jangkauan pemerintah menjadi terbatas. Ada keterbatasan dana yang mengakibatkan banyak hal tidak dapat dilakukan dengan baik. Ada pula hambatan peraturan yang mengakibatkan pegawai pemerintah tidak leluasa untuk melaksanakan tugas mereka dan bekerja lebih untuk menolong rakyatnya.

Pengusaha (besar dan kecil)Punya Kewajiban

Sektor swasta, yang berisikan pengusaha-pengusaha berbagai jenis dan tingkatan, juga berkewajiban untuk menolong masyarakat nagari untuk menanggulangi berbagai hal seperti: kemiskinan, gizi buruk, korban bencana alam dan kekurangan sarana dan prasarana yang dialami oleh anak nagari. Hal ini disebabkan karena pengusaha diberikan tanggung jawab oleh Allah Subhanahu Wataa’la dan pemerintah untuk membantu masyarakat. Mereka tidak boleh hanya berorientasi untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, mereka juga dituntut untuk mengeluarkan sebagian kecil uangnya (menurut pemerintah laba yang mereka peroleh) untuk membantu penduduk yang perlu bantuan. Ajaran agama Islam menuntut hal ini. Orang yang mampu wajib mengeluarkan zakat dan mereka harus pula bersedeqah dan berinfaq. Pemerintah juga menuntut para pengusaha untuk menyisihkan laba mereka untuk membantu penduduk sekitar perusahaan. Kewajiban perusahaan tersebut terhadap masyarakat disebut Corporate Social Responsibility (disingkat CSR) atau dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

(4)

membiayayi program pembangunan masyarakat (sering disebut community development). Berbagai perusahaan telah memberikan bantuan keuangan kepada penduduk nagari/kelurahan untuk perbaikan jalan, pembangunan dan perbaikan tempat-tempat ibadah, beasiswa pendidikan, dsb (Afrizal 2005, hal. 188-190 dan 2007, hal. 166-7).

Hal ini berarti bagi masyarakat Nagari, meminta bantuan kepada perusahaan-perusahaan besar yang ada di Provinsi Sumatera Barat atau Riau untuk menanggulangi kemiskinan, gizi buruk dan membantu penduduk yang menderita akibat bencana alam merupakan hak mereka. Disisi yang lain, adalah kewajiban pengusaha-pengusaha untuk membantu mereka.

Akan tetapi,

bersandar kepada bahu perusahaan-perusahaan juga ada

kelemahannya. Pertama, perusahaan-perusahaan sering memasukkan kepentingan usahanya dalam bantuan yang diberikan. Biasanya, mereka lebih suka memberikan bantuan kepada kelompok orang yang terlihat oleh banyak orang, seperti orang-orang yang dipinggir jalan atau di perkotaan. Karena dengan membantu orang ini, perusahaan akan ternama, biasanya dengan cara perusahaan memasang spanduknya di lokasi bantuan atau jenis pemberitahuan yang lain. Akibatnya, penduduk yang jauh dari keramain kurang mereka perhatikan. Kedua, bantuan-bantuan dari perusahaan-perusahaan besar tidak begitu saja sampai ke sebuah nagari, disebabkan oleh dua hal. Pertama, jumlah perusahaan-perusahaan besar tersebut tidak banyak. Kedua, petugas-petugas yang melaksanakan pembangunan masyarakat perusahaan terbatas kemampuannya. Mereka tidaklah berjalan-jelan ke nagari-nagari untuk menyalurkan bantuan atau untuk mencari orang yang akan dibantu, melainkan mereka sering menunggu orang datang untuk meminta bantuan kepadanya.

Masyarakat Nagari Seharusnya Bertanggung Jawab

(5)

Masyarakat dan pemimpin-pemimpin Nagari sendiri perlu pula aktif dan proaktif menolong warganya yang bermasalah dan terus berupaya untuk mencarikan pemecahan berbagai masalah yang dihadapi oleh anak nagari. Intinya adalah para pemimpin nagari mestilah aktif dan proaktif dalam nagari untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh anak nagari, karena tanpa keterlibatan mereka berbagai masalah yang dihadapi oleh anak nagari tidak terpecahkan dengan baik. Semua ini mestilah disadari dan dipahami oleh setiap orang yang menjadi pemimpin di nagari.

Berbagai unsur pimpinan nagari haruslah terlibat aktif, tidak boleh ada yang pasif dan hanya menjadi penonton serta tukang cacimaki. Ibarat tim sepakbola, semua lini harus bergerak. Seperti yang sudah diketahui umum, pemimpin nagaripun tidak tunggal melainkan banyak, terdiri dari berbagai unsur seperti, pemerintahan nagari, ninik mamak, alim ulama, cadiak pandai, bundo kanduang dan pemuda. Kesemua mereka perlu bergerak dan proaktif. Saya telah mempelajari banyak nagari dan saya berkesimpulan bahwa keaktifan di nagari hanya pada pemerintahan desa ketika berdesa dan hanya pada pemerintahan nagari akhir-akhir ini tidak mencukupi dan tidak mampu memecahkan banyak masalah, disebabkan banyak kebijakan dan program tidak berjalan karena tidak didukung oleh pemimpin yang lain, terutama oleh ninik mamak.

Kelihatannya, mengelola nagari berbeda dengan mengelola kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan bahkan dengan negara. Di nagari-nagari di Provinsi Sumatera Barat (tentunya juga di Kabupaten Solok Selatan) hukum adat dan hukum agama masih dianut kuat dan cenderung dipertahankan. Hukum adat dan hukum agama tersebut dijadikan rujukan atau landasan untuk memecahkan berbagai masalah. Akibatnya, menggunakan hukum negara (dalam artian yang luas termasuk segala macam peraturan pemerintah) saja tidak memadai, karena bukan hanya tidak semua hal diatur oleh hukum negara, hukum adat dan hukum agama masih berlaku dan ditaati. Pemegang otoritas (wewenang) hukum adat dan hukum agama berbeda dengan pemegang otoritas hukum negara. Ninik mamak dan ulama adalah pemegang otoritas hukum adat dan hukum gama. Oleh sebab itu mereka seharusnya berperan serta dalam mengelola nagari dalam berbagai bentuk keterlibatan.

Keterlibatan Ninik Mamak dalam Urusan Penduduk Nagari

(6)

sudut pandang seorang panghulu anggota kaumnya dipanggil kamanakan. Panggilan tersebut tidak hanya sebuah sebutan, melainkan melambangkan hubungan pemimpin dan yang dipimpin. Mamak adalah pemimpin, sedangkan kamanakan merupakan orang yang dipimpin. Kalau di kantor-kantor, sebutan tersebut adalah Bapak/Ibu dan bawahan. Bapak/Ibu adalah pemimpin, sedangkan bawahan merupakan orang yang dipimpin. Kedua, panghulu merupakan pemimpin di nagari. Pada tingkat ini, sesungguhnya mereka menjadi mamak pada tingkat nagari, dengan kamanakan seluruh anak nagari. Kerapatan/Lembaga Adat Nagari (KAN/LAN) merupakan organisasi pada tingkat nagari yang menfasiltasi panghulu menjadi pemimpin pada tingkat nagari.

Panghulu merupakan peranan yang terdiri dari tugas-tugas atau kewajiban-kewajiban yang mesti dilaksanakan. Tugas-tugas tersebut adalah aturan adat yang merupakan aturan-aturan yang dibuat dan disepakati oleh anak nagari. Menarik untuk diajukan pertanyaan-pertanyaan berikut: Apa sajakah tugas-tugas panghulu/ninik mamak sebagai pemimpin kaum? Apakah tugas-tugas yang telah ditetapkan semenjak lama masih relevan? Apa sajakah tugas-tugas panghulu/ninik mamak sebagai pemimpin dan anggota KAN/LAN? Apakah tugas-tugas yang telah ditetapkan semenjak lama masih relevan?

Kontribusi Ninik Mamak terhadap Masyarakat Nagari dalam Kontek Berbangsa dan Bernegara.

Pertama akan saya bahas kontribusi ninik mamak dalam pembangunan masyarakat nagari sebagai kolektivitas atau terhimpun dalam sebuah organisasi KAN/LAN. Akan saya bahas terlebih dahulu perjalanan organisasi ninik mamak ini.

(7)

Pemerintah kabupaten, kemudian, menerapkan nama yang berbeda terhadap organisasi ini (ada yang menyebut Kerapatan Adat Nagari, KAN, dan ada pula yang menyebut Lembaga Adat Nagari, LAN). KAN/LAN didefinisikan sebagai lembaga tempat berhimpunya ninik mamak dan pemangku adat di nagari. Kemudian pada akhir Januari 2007 pemerintahan Provinsi Sumatera Barat mengeluarkan Peraturan Daerah baru Pemerintahan Nagari (No. 2/2007) pengganti Peraturan Daerah Provinsi No. 9/2000. Perda baru ini tetap mengakui dan menghargai keterlibatan ninik mamak dalam pengelolaan nagari4. Dalam Perda baru ini, ninik mamak menjadi unsur Badan

Permusyawaratan Nagari (disingkat BAMUS NAGARI), dan bahkan dalam ayat 2 pasal 17 dinyatakan bahwa untuk dapat membuat Perna untuk memanfaatkan dan mengelola ulayat nagari pemerintah nagari diharuskan berkonsultasi dan berkoordinasi dengan KAN. Pasal ini merupakan perbaikan dari Perda sebelumnya dan sesungguhnya mengakui otoritas ninik mamak atas hak ulayat nagari5.

Walaupun KAN tidak pernah diakui sebagai bagian atau unsur dari pemerintahan nagari semenjak masyarakat nagari menjadi bagian dari sebuah negara, semenjak zaman kolonial sampai sekarang, pemerintah tetap mengakui dan mengharapkan ninik mamak danKAN berperan penting di nagari, bukan hanya untuk mengelola adat istiadat melainkan juga sebagai pemeran aktif penyelesai masalah dan pembangunan nagari. Hal ini tercermin dari tugas KAN/LAN yang ditetapkan oleh pemerintah dan sepertinya disetujui oleh umumnya ninik mamak, diataranya yang sesuai dengan pembicaraan ini adalah:

1. Penyelesai sengketa sako (gelar adat) dan pusako (harta) dengan menggunakan hukum adat.

2. Penanggung jawab peningkatan kualitas dan kontribusi pimpinan adat di nagari. 3. Berperan aktif dalam pembangunan di nagari.

4. Penjaga, pemilihara dan pengawas penggunaan kekayaan nagari untuk kesejahteraan anak nagari.

5. Penyelesai masalah sosial budaya, termasuk agama, dengan bekerjasama dengan alim ulama dan cadiak pandai.

4 Perda Provinsi Sumatera Barat No. 2/2007 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Nagari hanya menyatakan bahwa organisasi ninik mamak di nagari hanya bernama Kerapatan Adat Nagari (disingkatkan KAN).

(8)

Walaupun di Kabupaten Solok Selatan ada variasi lain tugas KAN, namun prinsipnya sama dengan di kabupaten yang lain.

Akan tetapi, walaupun KAN/LAN dan ninik mamak secara perorangan di berbagai nagari telah berusaha untuk menunaikan tugas mereka, mereka belum melakukan tugasnya dengan baik dan oleh sebab itu belum menyumbang cukup berarti terhadap nagari. Pada umumnya, tugas-tugas yang dilaksanakan terbatas pada urusan sako dan pusaka dan inipun belum memuaskan banyak pihak di berbagai nagari6.

Untuk menunjukkan ninik mamak dan KAN/LAN belum berperan baik dalam urusan pembangunan nagari, berikut ini akan saya sajikan hasil-hasil penelitian. Pertama adalah hasil-hasil penelitian yang saya lakukan bersama kawan-kawan mengenai keterlibatan berbagai komponen nagari dalam pengentasan kemiskinan7.

Lokasi penelitian tidak termasuk Kabupaten Solok Selatan, tetapi hasil penelitian mungkin berlaku juga di daerah ini. Kedua hasil-hasil penelitian Agus dkk., (2006) tentang penerapan ABS-SBK di dua kabupaten dan satu kota: Agam, Dharmasraya dan Kota Padang Panjang.

Terungkap dari penelitian bahwa Kerapatan Adat Nagari (KAN/LAN) tidak ditempatkan sebagai kelembagaan nagari yang penting oleh penduduk nagari. Mereka lebih dekat kepada pemerintahan nagari/kelurahan daripada KAN/LAN. Hal ini disebabkan oleh karena pemerintahan nagari dan kelurahan merupakan lembaga yang lebih banyak berhubungan dengan penduduk setempat dibandingkan dengan KAN/LAN. Penyebab yang lain adalah khususnya dalam hal penanggulangan kemiskinan, pemerintahan nagari dianggap lebih perhatian dibandingkan dengan Kerapatan/Lembaga Adat Nagari. Semua ini lebih disebabkan oleh pemerintah nagari/kelurahan lebih dilibatkan oleh pemerintah yang lebih tingi dari KAN/LAN untuk menfasilitasi implementasi program anti-kemiskinan pemerintah di nagari.

Temuan survei ini sesuai dengan hasil FGD dan wawancara mendalam. Terungkap dari wawancara mendalam dan FGD bahwa Kerapatan/Lembaga Adat Nagari belum melakukan kegiatan-kegiatan yang terorganisir untuk membantu rumah tangga yang masuk dalam kelompok keluarga miskin. Pada hal institusi KAN/LAN secara kultural bertanggung jawab terhadap komunitas nagari.

Ninik mamak secara perorangan juga tidak melakukan usaha-usaha untuk mengatasi masalah kemiskinan anggota kaumnya yang termasuk keluarga miskin di nagari. Hal ini tidak hanya disebabkan karena kualitas pendidikan ninik mamak dan 6Di beberapa nagari untuk urusan ini KAN/LAN cukup baik (lih. Afrizal 2006a).

(9)

situasi perekonomian mereka, tetapi lebih lagi mereka tidak mempunyai perhatian untuk mengatasi masalah kemiskinan yang dihadapi oleh anggota kaum mereka. Penyebab pentingnya adalah para ninik mamak tidak menyadari atau tidak menganggap menanggulangi kemiskinan dalam artian yang luas merupakan salah satu tugas mereka sebagai pemimpin kaumnya. Pertanyaannya, kemudian adalah, apakah penanggulangan kemiskinan dalam artian yang luas anggota kaum tidak merupakan salah satu tugas ninik mamak sebagai pemimpin kaum?.

Di bidang tata kelakuan kamanakan, ninik mamak juga kurang befungsi. Hal ini terungkap dari hasil penelitian Agus dkk., (2006). Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa walaupun ninik mamak dilaporkan memberikan teguran dan nasehat kepada kamanakannya, hampir 67% responden penelitian melaporkan mereka jarang menerima nasehat dari ninik mamak mereka. Disamping itu, sebanyak hampir 67% pula responden penelitian melaporkan bahwa ninik mamak jarang memberikan teguran dan nasehat kepada kamanakan remaja yang berpakaian dianggap tidak sopan dengan ukuran ABS-SBK.

Bidang-Bidang Pembangunan yang Memerlukan Keterlibatan Proaktif Ninik Mamak

Bagaimanakah ABS-SBK dapat terwujud agar tidak hanya berhenti sebagai wacana dan meteri ceramah dan pidato? Dengan hanya menyatakan bahwa ABS-SBK mampu memecahkan masalah tidaklah terlalu berguna. Dia akan berguna apabila digunakan sebagai sumber inspirasi dan acuan atau pedoman dalam berbuat atau dalam bertingkah laku. Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia ini sumber inspirasi, acuan atau pedoman terdiri dari tiga macam yaitu, peraturan-peraturan yang dibuat oleh negara dalam berbagai bentuk dan jenis, peraturan agama dan peraturan adat yang sering disebut sebagai hukum adat. ABS-SBK, menurut konsepsi berbagai pihak, adalah hukum adat yang dilandasi atau disesuaikan dengan ajaran Agama Islam. Semua ini berarti, bagi Suku Bangsa Minangkabau umumnya dan penduduk Solok Selatan khususnya, disamping peraturan negara, hukum adat atau aturan-aturan adat yang sesuai dengan ajaran Islam dapat digunakan sebagai sumber inspirasi, acuan atau pedoman dalam berbuat.

(10)

KAN hukum adat yang sesuai dengan syarak adalah acuan untuk berperan disamping hukum negara.

Beberapa dari bidang-bidang yang keterlibatan proaktif ninik mamak diperlukan untuk memantapkan ABS-SBK adalah manajemen dan resolusi konflik, penanggulangan bencana, penanggulangan perzinaan dan penanggulangan kemiskinan. Berikut ini akan saya jelaskan terpirinci hanya penangulangan kemiskinan, karena keterlibatan ninik mamak pada bidang yang lain prinsipnya sama dengan keterlibatan dalam penanggulangan kemiskinan.

Pengentasan kemiskinan

Penduduk miskin masih tinggi di Provinsi Sumatera Barat. Angkanya berbeda tergantung sumber data, tetapi rata-rata di atas 12,7% pada tahun 2006 (Pemerintah Provinsi Sumatera Barat 2006). Walaupun demikian, jumlah penduduk yang digolongkan nyaris miskin, yang pendapatan mereka sedikit di atas garis kemiskinan, juga tinggi yaitu, sekitar 50% dari jumlah orang miskin (Elfindri dkk., 2005, hal. 27).

Siapakah orang miskin tersebut? Kecuali di Kabupaten Kepulauan Mentawai, di belahan lain provinsi ini orang miskin tersebut pada umumnya adalah anggota Suku Bangsa Minangkabau. Mereka merupakan warga negara Republik Indonesia, penduduk Provinsi Sumatera Barat, penduduk kabupaten/kota, anak nagari/penduduk kelurahan. Yang paling dekat dan bersentuhan dengan pemimpinya, orang miskin tersebut adalah anggota sebuah kaum dan oleh sebab itu mereka merupakan

kamanakan dari ninik mamak.

Siapakah yang bertanggung jawab untuk menangulangi kemiskinan? Mengikuti pembahasan di atas, maka yang bertanggung jawab menanggulangi kemiskinan adalah:

1. Pemerintah pusat, karena orang miskin adalah warga negara Indonesia dan pemerintah pusat merupakan petugas Negara Republik Indonesia.

2. Pemerintah provinsi, dalam hal ini pemerintah Provinsi Sumatera Barat, karena orang miskin adalah penduduk provinsi ini dan pemerintah Provinsi Sumatera Barat merupakan petugas Provinsi Sumatera Barat.

3. Pemerintah kabupaten/kota, karena orang miskin merupakan warga kabupaten/kota dan pemerintah kabupaten/kota petugas kabupaten dan kota.

(11)

5. Pemimpin kaum yaitu ninik mamak, karena orang miskin merupakan anggota kaum dan merupakan kamanakan dari ninik mamak dan ninik mamak adalah pemimpin kaum yang mengemban tanggung jawab mengurus mereka. Karena KAN adalah organisasi ninik mamak pada tingkat nagari, maka KAN selayaknya juga pengemban tanggungjawab untuk menanggulangi kemiskinan karena orang miskin tersebut merupakan kamanakan anggota KAN mereka. Untuk mewujudkan tanggung jawabnya sebagai pimpinan kaum dan pimpinan nagari yang merupakan amanat ABS-SBK, ninik mamak secara perorangan dan KAN dapat berperan proaktif dalam monitoring dan pemecahan masalah-masalah program penanggulangan kemiskinan setelah program selesai dilakukan. Hal ini disebabkan oleh penelitian yang saya lakukan bersama kawan-kawan pada tahun 2006 menemukan bahwa salah satu penyebab penting ketidakberhasilan program-program penanggulangan kemiskinan (penerimanya adalah kamanakan ninik mamak) adalah lemahnya penanganan masalah setelah selesainya pelaksanaan program, ketika itu instansi pemerintah pelaksana program tidak lagi mengurus program yang telah selesai dilaksanakan (Afrizal, dkk., 2006 dan Afrizal 2006a).

Keahlian yang Diperlukan oleh Ninik Mamak

Agar ninik mamak dapat berfungsi baik dalam tiga bidang yang saya sebutkan di atas, ninik mamak harus memiliki keahlian sebagai berikut:

1. Berpengetahuan mendalam mengenai adat, hukum adat dan prosedur pemecahan masalah yang berlaku dalam nagari.

2. Mampu menjadi mediator dalam menyelesaikan konflik antarindividu maupun antarkelompok untuk mencari perdamaian dengan membuat konsensus. Untuk menjadi mediator dalam kaum maupun dalam nagari, ninik mamak harus pandai berkomunikasi, pandai menempatkan diri, mampu meyakinkan pihak-pihak yang bertikai atau mampu mendudukan persoalan dan mengerti adat dan mekansime penyelesaian sengketa menurut adat.

3. Mampu menggerakkan kamanakan atau anak nagari untuk produktif dan kreatif dan memahami seluk beluk kemiskinan.

Kuat duguaan saya, keahlian-keahlian tersebut tidak dimiliki oleh cukup banyak

(12)

puas dengan kinerja ninik mamaknya. Penyebabnya karena ninik mamak tidak melaksanakan tugasnya dengan baik dan hal ini disebkan karena ninik mamak tidak mampu melaknsanakan tugasnya dengan baik. Semua ini mungkin karena pendidikan informal untuk memampukan ninik mamak melaksanakan tugasnya tidak lagi berjalan baik. Agar ninik mamak mampu melansanakan tugasnya, pendidikan informal bagi ninik mamak perlu dilakukan dan ini dapat dilakukan oleh KAN dengan bantuan dari pemerintah.

Kesimpulan

Masyarakat nagari sangat perlu melibatkan diri secara aktif dan proaktif dalam penanganan berbagai masalah yang dialami oleh anak nagari, karena negara dan sektor swasta terbatas kemampuannya. Agar ini tercapai, para pemimpin nagari harus proaktif. Sudah tidak saatnya lagi menyerahkan penyelesaikan masalah hanya kepada pemerintah dan pengusaha di luar nagari. Tidak berarti pemerintah dan pengusaha tidak dituntut untuk lebih memperhatikan masyarakat nagari. Realisasi dari tanggung jawab mereka perlu dituntut terus, tetapi karena banyak masalah dan kendala masyarakat nagari dengan pemimpinnya harus lebih proaktif.

Dalam nagari, ninik mamak secara perorangan maupun terlembaga dalam KAN merupakan komponen yang seharusnya berperan proaktif untuk memecahkan berbagai masalah, tidak hanya yang berkaitan langsung dengan adat istiadat dan konflik pertanahan, malainkan juga urusan kesejahteraan dan tata kelakuan kamanakan sesuai dengan ABS-SBK. Semua itu memerlukan perbaikan dan pengembangan kualitas SDM

ninik mamak, khusunya berkenaan dengan kecakapan sebagai seorang ninik mamak

sebagai pemimpin kaum dan anak nagari. Perbaikan dan pengembangan kualitas SDM

ninik mamak tersebut memerlukan pendidikan informal berupa pelatihan-pelatihan berbagai bidang yang relevan.

Daftar Bacaan

Afrizal, 2000, “Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi kitabullah Sebagai Visi Pembangunan Suku Bangsa Minangkabau”, makalah dipresentasikan dalam seminar Reaktualisasi Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah, PPIM, Bukitinggi, 22-23 January.

(13)

_____,2006a, “Pengentasan Kemiskinan Berbasis Institusi Lokal”, makalah dipresentasi dalam seminar klaster penelitian Universitas Dadjah Mada, Yogyakarta Novermber 2006a.

_____, 2006b, “Kebijakan Negara Dan Perebutan Otoritas Terhadap Sumber Daya Alam: Studi Kasus Di Nagari Sungai Kamuyang”, makalah hasil penelitian dipresentasi dalam acara Seminar Penelitian DIPA Universitas Andalas, Padang, September 2006.

______, 2007, the Nagari Community, Business and the State: The Origin and the Process of Contemporary Agrarian Protests In West Sumatera, Indonesia, Forest people Programm dan Sawit watch, Bogor.

Afrizal, dkk., 2006, ”Pemetaan Kemiskinan Dan Strategi Pengentasannya Yang Berbasis Institusi Lokal Dan Berkelanjutan Dalam Era Otonomi Daerah Di Provinsi Sumatra Barat”, laporan penelitian yang tidak diterbitkan, Departemen Sosial RI.

Agus, Bustanuddin, dkk., 2006, ”Kajian Penerapan Falsafah Adat Basandi Syarak – Syarak Basandi Kitabullah di Sumatera Barat, laporan penelitian yang tidak diterbitkan, Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Barat.

Benda-Beckmann, von, F., dan Benda-Beckmann, K., Von, 2005, The Utopia Of The Minangkabau Nagari And The Quest For Adat, dalam Alfan Miko dan Jendrius, ed,

Ilmu Sosial Pembangunan & Perubahan Sosial Budaya, Andalas University Press, Padang.

Referensi

Dokumen terkait

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2012-sekarang).. Riwayat Pelatihan :

Pada penelitian tugas akhir ini diimplementasikan meto- de GloVe untuk mengukur kesamaan antar pasangan kata menggunakan korpus Wikipedia bahasa Indonesia dan skor yang dihasilkan

Perhitungan Biaya Persediaan (TC) Aktual Sebelum CDI..L4 – 2 Perhitungan Biaya Persediaan (TC) Aktual Setelah CDI....L4 – 5 Perhitungan Biaya Persediaan (TC) Setelah CDI pada

 hukum Mad Lazim Harfi Mukhaffaf hanya dikhususkan untuk huruf ‘Ain tanpa harakat ( ع ).. Dari pengelompokan Makharijul Huruf ini perlu diperhatikan bahwa terdapat beberapa huruf

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bahwa makna suatu pengalaman remaja dalam melakukan aktivitas “OOTD” di Instagram menghantarkan pada identitas remaja yang berbeda-beda

4.230.000,- yaitu merupakan kawasan pemukiman (Bangunan/Pekarangan) yang mempunyai fasilitas umum seperti sekolahan, pasar dan komplek perumahan, sehingga kenaikan

Definisi sistem informasi penggajian menurut Krismiaji (2005: 25), sistem informasi penggajian adalah serangkaian aktivitas bisnis dan kegiatan pengolahan data yang

“ Pembuatan penumpu turbin angin tipe helix 45 watt jenis rooftop “ Adalah hasil karya saya, dan dalam naskah tugas akhir ini tidak terdapat karya ilmiah yang