ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan anugerahnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Skripsi ini
berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran Listening Team Terhadap Keterampilan Berdiskusi Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Tanjung Pura Tahun Ajaran 2014/2015”. Penulisan Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di Universitas Negeri Medan.
Dalam menyelesaikan Skripsi ini, penulis menerima berbagai masukan dan dukungan dari berbagai pihak, baik dari segi material maupun spiritual. Oleh karena itu, rasa hormat dan ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si., Rektor Universitas Negeri Medan, 2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni,
3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Dosen Penguji Skripsi,
4. Drs. Sanggup Barus, M.Pd., Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,
5. Dr. Wisman Hadi, M.Hum., Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
6. Dr. Abdurahman Adisaputra, M.Hum., Dosen Pembimbing Skripsi 7. Drs. Basyaruddin, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik
8. Dra. Inayah Hanum, M.Pd., Dosen Penguji Skripsi
9. Seluruh Bapak/Ibu Dosen serta Staf Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan,
ii
11. Teristimewa dan penuh rasa hormat penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Solihin Edy Saragih dan Ibunda Yenni Rahmi Damanik serta adik penulis Yella Arimadea Saragih, Doni Brian Saragih, dan Farel Al-Zufri Saragih serta seluruh sanak saudara, Atas segala kasih, motivasi, doa, perhatian serta dukungan moril dan material yang senantiasa diberikan dengan tulus dan penuh kasih sayang kepada penulis,
12. Teman seperjuangan saya Ardiani, Arta, Fitrah, Nanda, Justianus, Desti, Widya, Anne dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas segala bantuannya,
13. Seluruh stambuk 2010 khususnya Anak Reguler C, terimakasih atas semua doa dan dukungan kalian, kalian membuat dunia baru dalam hidup saya. Kita harus tetap semangat, saya ada karena kalian ada.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan semoga Skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Medan, Agustus 2014 Penulis,
i
ABSTRAK
Dianty Vina W. Saragih, NIM 2101111003, Pengaruh Metode Pembelajaran Listening Team Terhadap Keterampilan Berdiskusi Siswa Kelas IX Negeri 3 Tanjung Pura Tahun Ajaran 2014/2015. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia/S1 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh metode pembelajaran Listening Team terhadap keterampilan berdiskusi siswa kelas IX SMP Negeri 3 Tanjung Pura Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif untuk melihat pengaruh dari suatu perlakuan. Desain eksperimen yang digunakan adalah one group pretest and posttest desaign. Sampel penelitian ini adalah sampel yang langsung ditetapkan untuk menjadi wakil dari populasi yang ada yaitu sebanyak 35 orang siswa dari jumlah populasi 140 orang siswa. Untuk pertemuan pertama diberi pretest, pertemuan selanjutnya diberi metode Listening Team dalam kegiatan berdiskusi. Kemudian diadakan Posttest (tes akhir). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, keterampilan berdiskusi siswa sebelum metode listening team adalah cukup dengan nilai rata-rata 52,57, sedangkan keterampilan berdiskusi dengan metode Listening Team adalah baik dengan nilai rata-rata 72,34. Metode pembelajaran Listening Team berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan keterampilan berdiskusi. Hasil uji t membuktikan bahwa nilai thitung > ttabel(0,05), yakni 9,15 > 2,01.
iv
BAB II LANDASAN TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 9
A. Landasan Teoretis ... 9
1. Metode Pembelajaran Kooperatif ... 9
2. Metode Pembelajran Listening Team ... 11
a. Pengertian Metode Pembelajaran Listening Team ... 11
b. Langkah-langkah Penerapan Metode Pembelajaran Listening Team ... 12
c. Keunggulan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Listening Team ... 15
3. Keterampilan Berdiskusi ... 16
a. Pengertian Diskusi ... 16
b. Manfaat Diskusi Kelompok ... 18
c. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Berdiskusi ... 20
d. Jenis-jenis Diskusi ... 21
e. Penilaian Keterampilan Berdiskusi ... 22
v
C. Hipotesis Penelitian ... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25
A. Lokasi dan Waktu Penelitian... 25
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25
1. Populasi ... 25
2. Sampel ... 26
C.Definisi Operasioanal Penelitian ... 27
D. Metode Penelitian ... 28
E. Desain Penelitian ... 28
F. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data ... 29
G.Jalannya Eksperimen ... 34
H. Organisasi Pengolahan Data ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40
A.Hasil Penelitian ... 40
1. Keterampilan Siswa Sebelum Metode Listening Team ... 2. Keterampilan Berdiskusi Setelah Metode Listening Team ... 3. Pengujian Hipotesis... .. 47
a. Uji Normalitas ... 47
1) Uji Normalitas Data Sebelum Metode Listening Team ... 47
2) Uji Normalitas Data Setelah Metode Listening Team ... 49
b. Uji Homogenitas ... 52
c. Uji Hipotesis ... 53
B. Hasil Penelitian ... 55
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 57
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 60
A. Simpulan ... 60
B. Saran ... 61
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kelompok Listening Team ... 12
Tabel 3.1 Rincian Populasi Penelitian ... 26
Tabel 3.2 Desain Eksperimen One Group Pre-Test Post Test Design ... 29
Tabel 3.3 Lembar Observasi Kemampuan Berdiskusi ... 31
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Penilaian Keterampilan Berdiskusi ... 31
Tabel 3.5 Kategori Penilaian ... 33
Tabel 3.6 Jalannya Eksperimen ... 34
Tabel 4.1 Keterampilan Berdiskusi Sebelum Metode Listening Team ... 41
Tabel 4.2 Identifikasi Kecenderungan Hasil Berdiskusi Sebelum Metode Listening Team ... 42
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Keterampilan Berdiskusi Sebelum Metode Listening Team ... 43
Tabel 4.4 Keterampilan Berdiskusi Setelah Metode Listening Team ... 44
Tabel 4.5 Identifikasi Kecenderungan Keterampilan Berdiskusi Setelah Metode Listening Team ... 45
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Keterampilan Berdiskusi Setelah Metode Listening Team ... 46
Tabel 4.7 Analisis Data Keterampilan Berdiskusi Sebelum dan Setelah Metode Listening Team ... 46
Tabel 4.8 Uji Normalitas Data Sebelum Metode Listening Team ... 48
Tabel 4.9 Uji Normalitas Data Setelah Metode Listening Team ... 50
Tabel 4.10 Pengujian Normalitas Data Penelitian ... ` 51
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1RPP ... 64
Lampiran 2 Instrumen Tes Keterampilan Berdiskusi (PreTes) ... 71
Lampiran 3 Instrumen Tes Keterampilan Berdiskusi (PostTes) ... 72
Lampiran 4 Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 Ke z ... 74
Lampiran 5 Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors ... 75
Lampiran 6 Daftar Nilai Persentil Untuk Nilai Uji F ... 76
Lampiran 7 Daftar Nilai Presentil Untuk Uji “t” ... 78
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif dalam interaksi sosial. Suatu komunikasi dikatakan berhasil apabila pesan yang disampaikan pembicara dapat dipahami penyimak sama seperti yang dimaksudkan pembicara. Semakin baik penguasaan berbahasa seseorang, maka semakin terampil ia berbahasa. Oleh karena itu, keterampilan berbahasa harus dilatih agar komunikasi berjalan lancar.
Keterampilan berbahasa mencakup empat keterampilan yakni, keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa itu saling berkait satu sama lain, sehingga untuk mempelajari salah satu keterampilan berbahasa, beberapa keterampilan berbahasa lainnya juga akan terlibat.
Keterampilan berbicara pada hakikatnya adalah keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata, mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan (Tarigan, 2012:15). Makna berbicara sebagai salah satu keterampilan berbahasa tidak sekedar mengeluarkan bunyi-bunyi bahasa, tetapi lebih dari itu, berbahasa dalam konteks yang teratur, sistematis, dan logis. Hal ini senada dengan pernyataan Hendrikus, (1991:14) bahwa berbicara adalah kegiatan mengucapkan kata atau kalimat kepada orang lain untuk mencapai tujuan tertentu yang disampaikan secara runtut, sistematis, dan logis.
2
Berbicara dan mendengarkan merupakan kegiatan komunikasi dua arah. Keefektifan berbicara tidak hanya ditentukan oleh si pembicara, tetapi juga oleh pendengar. Pendengar yang baik yaitu pendengar yang aktif mendengarkan pokok pembahasan. Dengan begitu, akan muncul pemahaman pendengar mengenai topik pembahasan sehingga pendengar mendapat berbagai informasi yang jelas mengenai hal-hal yang dibicarakan. Dengan memahami suatu masalah yang dibicarakan, pendengar dapat mengeluarkan ide kreatif untuk menanggapi, mengungkapkan pendapat, saran dan sebagainya.
Berbicara merupakan proses berpikir dan bernalar. Pembelajaran keterampilan berbicara dapat berupa mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam bentuk komentar dan laporan, wawancara, diskusi, dan debat.
Pembelajaran diskusi merupakan salah satu keterampilan berbicara yang diajarkan di sekolah. Hal ini dapat dilihat dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar poin 10, yakni mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam pidato dan diskusi. Pada poin 10.2. Menerapkan prinsip-prinsip diskusi. Pembelajaran tersebut adalah mendiskusikan masalah yang ditemukan dari berbagai berita atau buku.
3
akan terangsang kreativitasnya, terbangun karakter keberaniannya, kerja sama kelompok, dan terlatih berkomunikasi dengan orang lain.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 3 Tanjung Pura, diketahui secara umum terdapat kendala pada pelaksaanaan diskusi di kelas. Siswa kurang mengetahui bagaimana berdiskusi yang baik, siswa cenderung pasif dan sulit untuk mendiskusikan masalah yang ada, kurang aktif dan kurang berani berbicara/mengutarakan pendapatnya pada saat kegiatan berdiskusi. Pernyataan ini didukung oleh hasil wawancara dengan seorang guru di SMP Negeri 3 Tanjung Pura yang menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran siswa belum mampu secara maksimal mengutarakan pendapat, ide pada saat berdiskusi.
Pembelajaran diskusi di kelas IX Negeri 3 Tanjung Pura belum menerapkan metode pembelajaran secara optimal sehingga hasilnya belum memuaskan. Sebagai langkah observasi awal, peneliti melakukan wawancara dengan guru bidang studi bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Tanjung Pura dan memperoleh hasil pengamatan bahwa nilai rata-rata keterampilan berbicara dari 30 orang siswa adalah 58,97, sedangkan ketuntasan belajar berbicara siswa di SMP ini adalah 75. Siswa yang telah dikategorikan tuntas sebanyak 12 orang (40%), sisanya 18 orang (60%) belum tuntas.
4
tidak berpartisipasi aktif, percaya diri yang rendah serta kurangnya kreativitas dalam belajar.
Fenomena tersebut tidak hanya terjadi pada siswa SMP saja, mahasiswa sekalipun belum tentu dapat berdiskusi dengan baik. Hal ini diperkuat dengan hasil temuan Umar Samadhy (2011:223), diperoleh fakta: 48 orang mahasiswa hadir dalam diskusi; 5 orang mahasiswa (10%) berpartisipasi dalam bentuk bertanya, menjawab, dan membantah pendapat orang lain, 43 orang mahasiswa (90%) menjadi peserta diskusi yang berpartisipasi dalam bentuk mendengarkan, tersenyum, tertawa, mencatat, bertepuk tangan dan diam saja. Beliau menyimpulkan bahwa kualitas diskusi mahasiswa perlu ditingkatkan karena jumlah mahasiswa yang terlibat sangat sedikit dan kualitas pertanyaan/tanggapan tergolong rendah.
Permasalahan yang diutarakan di atas membutuhkan sebuah penyelesaian. Diperlukan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berdiskusi. Dalam menentukan metode pembelajaran, diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai materi yang akan disampaikan dan pengetahuan tentang metode pembelajaran yang sesuai dan dilakukan secara optimal. Salah satu cara yang dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa secara optimal adalah mengubah suasana pembelajaran yang melibatkan siswa dan menghadapkannya pada pembelajaran kooperatif. Salah satu metode kooperatif tersebut adalah metode pembelajaran Listening Team.
5
kelas menjadi kelompok-kelompok. Setiap kelompok mempunyai peran masing-masing. Misal, 40 orang dalam suatu kelas dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok penanya, kelompok kedua dan ketiga adalah kelompok penjawab. Kelompok kedua merupakan kumpulan orang yang menjawab berdasarkan perspektif tertentu, sementara kelmpok ketiga adalah kumpulan orang yang menjawab dengan perspektif yang berbeda dengan kelompok kedua. Semua kelompok harus siap siaga untuk mendengarkan pokok persoalan yang memungkinkan pemahaman atau pengingatan yang lebih baik atas bahan pembicaraan (pengoptimalan indera pendengaran).
Pada metode pembelajaran ini, mereka sudah memiliki peran masing-masing. Beberapa kelompok yang bertugas untuk mengutarakan pendapat (kelompok dua dan tiga) merupakan kumpulan orang yang menjawab pertanyaan dengan perspektif yang berbeda-beda. Sejalan dengan pendapat Suprijono (2012:96), perbedaan pendapat ini diharapkan memunculkan diskusi yang aktif yang ditandai oleh adanya proses dialektika berpikir, sehingga mereka dapat menemukan pengetahuan struktural. Pada pembelajaran dengan metode ini, siswa diajarkan secara aktif melakukan diskusi secara kelompok dan bekerjasama dengan membahas suatu permasalahan.
6
Listening Team Terhadap Keterampilan Berdiskusi Siswa Kelas IX SMP
Negeri 3 Tanjung Pura Tahun Ajaran 2014/2015.”
B.Identifikasi Masalah
Kejelasan masalah dalam suatu penelitian sangat diperlukan guna menghindari terjadinya penyimpangan dalam permasalahan. Oleh karena itu, perlu diidentifikasi hal-hal apa terkait dengan masalah yang akan diteliti.
Berdasarakan latar belakang yang diuraikan tersebut, maka diidentifikasi ha-hal sebagai berikut:
1. kurangnya pengetahuan siswa dalam kegiatan diskusi.
2. siswa cenderung kurang aktif, kurang berani, dan kurang percaya diri dalam mengungkapkan gagasan, ide, pikiran, sanggahan, maupun persetujuan pada saat diskusi.
3. Kurang bervariasinya penggunaan metode pembelajaran
C.Batasan Masalah
7
Batasan masalah ini dipilih karena keterampilan berdiskusi siswa kurang maksimal serta belum optimalnya penggunaan metode yang diterapkan oleh guru yang berdampak kepada rendahnya kemampuan siswa dalam pembelajaran ini.
Oleh karena itu, peneliti menawarkan metode pembelajaran listening Team yang secara teoritis akan menghasilkan hasil yang lebih baik terhadap keterampilan berdiskusi siswa kelas IX SMP Negeri 3 Tanjung Pura.
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan pada bagian sebelumnya, selanjutnya adalah perumusan masalah. Adapun masalah yang perlu dibahas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah keterampilan berdiskusi siswa kelas IX SMP Negeri 3 Tanjung Pura Tahun Ajaran 2014/2015 sebelum penerapan metode Listening Team?
2. Bagaimanakah keterampilan berdiskusi siswa kelas IX SMP Negeri 3 Tanjung Pura Tahun Ajaran 2014/2015 dengan penerapan metode Listening Team?
8
E.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk membuktikan keterampilan berdiskusi siswa kelas IX SMP Negeri 3 Tanjung Pura Tahun Ajaran 2014/2015 sebelum penerapan metode Listening Team.
2. Untuk membuktikan keterampilan berdiskusi siswa kelas IX SMP Negeri 3 Tanjung Pura Tahun Ajaran 2014/2015 dengan metode pembelajaran Listening Team.
3. Untuk membuktikan pengaruh positif metode pembelajaran Listening Team terhadap keterampilan diskusi siswa kelas IX SMP N. 3 Tanjung Pura Tahun Ajaran 2014/2015.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian dilakukan tentunya diharapkan manfaatnya. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi guru bahasa Indonesia mengenai alternatif metode pengajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berdiskusi.
2. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara khususnya berdiskusi dengan tepat.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Keterampilan siswa dalam berdiskusi sebelum metode Listening Team mempengaruhi rendahnya nilai. Hal ini terbukti dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada saat dilakukan pretest yakni 52,57. Selain itu nilai tertinggi pada kelompok pretest adalah 76, sedangkan nilai terendahnya adalah 40.
2. Keterampilan siswa dalam berdiskusi setelah metode Listening Team berpengaruh besar terhadap nilai siswa. Hal ini terbukti dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada saat dilakukan posttest yakni 72,34. Selain itu nilai tertinggi pada kelompok posttest adalah 92, sedangkan nilai terendahnya adalah 60.
3. Hasil tes keterampilan siswa dengan metode Listening Team (posttest) lebih baik dibandingkan dengan hasil test keterampilan berdiskusi tanpa metode Listening Team (pretest). Hal ini dibuktikan dengan pengujian hipotesis t0
yang diperoleh lebih besar dari ttabel yaitu 9,15 > 2,04.
B.Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis juga menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan metode Listening Team terbukti mempunyai pengaruh yang baik sehingga metode ini dapat dijadikan alternatif lain bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran berdiskusi di sekolah.
2. Guna tercapainya tujuan pembelajaran, seorang guru seharusnya lebih aktif dan kreatif dalam mengemas metode dan media pembelajaran, baik dari segi pendekatan, metode, teknik, maupun medianya. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kreativitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar tetap memperhatikan perkembangan metode, model atau strategi-strategi pembelajaran yang digunakan di sekolah khususnya dalam pembelajaran berdiskusi.
62
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsjad, G. Maidar dan Mukti U.S. 2005. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Bulatau, J. 1992. Teknik Diskusi Berkelompok. Yogyakarta: Kanisius.
Dipodjodjo, Asdi. S. 1984. Komunikasi Lisan. Yogyakarta: Penerbit Lukman. Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta
Hendrikus, Dori Wuwur. 2009. Retorika Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegoisasi. Yogyakarta: Kanisius.
Lie, Anita. 2010. Memperaktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE Silberman, Melvin L. 2013. Active Learning. Penerbit Nuansa
Solihatin, Etin dan Raharjo.2008. Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara. Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2010. Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suprijono, Agus. 2012. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tarigan, Henry. 2012. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Rizkina, Mira. 2013. Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Diskusi Kelompok Melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 19 Semarang. FIP: Univesitas Negeri Semarang.
Samadhy, Umar. 2011. Peningkatan Kualitas Diskusi melalui Rubrik. Universitas Negeri Semarang. Jurnal Pendidikan Dasar, Vol 1, Nomor 2 Februari 2011.
63
http://krizi.wordpress.com/tag/diskusi-kelompok/ (9 Februari 2014)
http://irpan1990.wordpress.com/2011/08/11/metode-pembelajaran-diskusi-kelompok (9 Februari 2014)
http://akademistif.blogspot.com/2012/01/metode-listening-team.html (9 Februari 2014)
http://rahmadannipohan.blogspot.com/2012/05/strategi-pembelajaran-listening-team.html (9 Februari 2014)