• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tinjauan Hukum Tentang Penetapan Wali Adhal Menurut Hukum Perkawinan (Studi tentang Penetapan Nomor 005/Pdt.P/2012/PA.Skh).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tinjauan Hukum Tentang Penetapan Wali Adhal Menurut Hukum Perkawinan (Studi tentang Penetapan Nomor 005/Pdt.P/2012/PA.Skh)."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum dan Prosedur Penetapan Wali Pengganti terhadap Wali

Adhal/Enggan

1. Gambaran Umum Perkara Wali Adhal dalam Penetapan

No.005/Pdt.P/2012/PA.Skh

Bahwa pada tanggal 20 Februari 2012 telah terjadi pengajuan permohonan Wali Adhal yang diajukan oleh Pemohon ke Pengadilan Agama Sukoharjo dikarenakan keinginan Pemohon untuk melangsungkan pernikahan dengan calon suami pilihannya yaitu SUPARJO bin NGADIMAN tidak direstui oleh orang tua (wali) Pemohon yaitu SENEN PRAPTO WIYONO. Pemohon mengajukan permohonan Wali Adhal dikarenakan calon suami Pemohon telah meminang Pemohon sebanyak 3 kali kepada ayah Pemohon namun ayah pemohon tetap pada pendiriannya.

Pemohon dan calon suami pemohon tetap pada pendiriannya untuk melangsungkan pernikahan walaupun tanpa persetujuan dan restu dari orang tua pemohon dengan alasan bahwa hubungan antara pemohon dan calon suami pemohon telah berlangsung selama 10 tahun dan telah terjalin sedemikian erat dan sulit untuk dipisahkan. Hal ini bila tidak segera melangsungkan pernikahan antara pemohon dan calon suami pemohon dikhawatirkan akan terjadi hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan Hukum Islam. Alasan lain pemohon adalah calon suami pemohon telah

(2)

dianggap mampu bertanggung jawab sepenuhnya kepada pemohon atau dengan kata lain calon suami pemohon telah dianggap mampu menafkahi pemohon karena telah memiliki penghasilan sebesar Rp. 1.500.000,- setiap bulannya. Antara pemohon dan calon suami pemohon juga telah memenuhi syarat-syarat untuk menikah baik menurut aturan hukum yang berlaku maupun menurut agama dan antara keduanya tidak terdapat larangan-larangan untuk melangsungkan pernikahan baik menurut ketentuan Hukum Islam maupun perundang-undangan yang berlaku. 2. Duduk Perkara atau Permasalahan Hukum

Pemohon anak kandung dari Bp. Senen Prapto Wiyono yang bertempat tinggal di Ds. Joho RT.01 RW.02, Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo hendak melangsungkan pernikahan dengan Suparjo putra Bp. Ngadiman yang bertempat tinggal di Ds. Joho RT.01 RW.02, Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.

Dalam surat permohonannya pemohon menerangkan bahwa pemohon dan calon suami pemohon telah sedemikian erat dan sulit dipisahkan, karena telah berlangsung selama 10 tahun dan telah siap untuk menjadi suami istri dengan melaksanakan perkawinan.

(3)

neneknya, pemohon tidak boleh menikah dengan tetangga dekat dan letaknya ke arah selatan lurus. Pemohon berpendapat bahwa penolakan ayah pemohon tersebut tidak berdasarkan hukum.

Berdasarkan semua uraian tersebut di atas, maka pemohon memohon kepada Ketua Pengadilan Agama Sukoharjo berkenan menetapkan hal-hal sebagai berikut.

a. Mengabulkan permohonan pemohon;

b. Menetapkan, wali nikah pemohon adalah adhal; c. Menetapkan biaya perkara menurut hukum; d. Memberi putusan yang seadil-adilnya.

Dalam persidangan pemohon hadir bersama calon suami dan dua orang saksi sedangkan ayah kandung pemohon sebagai calon wali nikah pemohon tidak hadir. Ketidakkehadiran ayah kandung pemohon tidak pula mengirim wakil/kuasanya yang sah dan tidak ternyata disebabkan oleh suatu halangan yang sah.

3. Pertimbangan atau Dasar Hukum dan Prosedur Penetapan Wali Pengganti Karena Wali Adhal/Enggan

Pemohon dalam surat permohonannya tertanggal 20 Februari 2012 yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Sukoharjo Nomor: 0042/Pdt.P/2010/PA.Skh tanggal 20 Februari 2012, telah mengemukakan alasan-alasan sebagai berikut.

(4)

kediaman di Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dan keduanya siap menjadi suami istri.

b. Bahwa yang berhak menjadi wali dalam pernikahan pemohon adalah ayah kandung pemohon bernama Senen Prapto Wiyono, yang bertempat kediaman di Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. c. Bahwa calon suami pemohon telah meminang Pemohon 3 kali, namun

wali nikah pemohon tetap menolak dengan alasan pesan dari kakek dan nenek, pemohon tidak boleh menikah dengan tetangga dekat dan pemohon tidak boleh menikah dengan calon suami yang letaknya ke arah selatan lurus.

d. Bahwa pemohon telah berusaha keras melakukan pendekatan kepada wali pemohon agar menerima pinangan calon suami pemohon, tetapi wali pemohon tetap pada pendiriannya tidak memberi ijin dan menolak menikahkan;

e. Bahwa pemohon mengajukan pemberitahuan hendak menikah dihadapan Pegawai Pencatat Nikah pada KUA Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, tetapi ditolak dengan surat penolakan Nomor: Kk.11.11.07/97/II/2012.

(5)

Hukum Islam maupun peraturan perundang-undangan, maka selayaknya jika pernikahan ini dilaksanakan. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, pemohon mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Agama Sukoharjo untuk menetapkan sebagai berikut. - Mengabulkan permohonan pemohon;

- Menetapkan wali nikah pemohon adalah adhal; - Menetapkan biaya perkara menurut hukum;

Bahwa pemeriksaan perkara dimulai dengan membacakan surat permohonan pemohon yang isinya tetap dipertahankan oleh pemohon. Bahwa wali pemohon maupun wakil/kuasanya tidak hadir dalam persidangan, meskipun Pengadilan Agama telah memanggil dengan resmi, sah dan patut. Bahwa tidak ternyata ketidakhadiran wali pemohon disebabkan oleh suatu halangan yang sah.

Bahwa di depan sidang, pemohon telah mengajukan alat bukti berupa Surat Penolakan pernikahan dari KUA Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Nomor: Kk.11.11.07/97/II/2012 (Tanda P.7). Pemohon juga menghadirkan calon suami dan saksi-saksi dengan kesaksiannya sebagai berikut.

Saksi kesatu, telah memberikan keterangan di bawah sumpah sebagai berikut.

a. Bahwa Saksi kenal dengan Pemohon dan orang tua Pemohon karena masih adahubungan keluarga dengan Pemohon;

(6)

c. Bahwa ia telah mencintai Pemohon dan pernah melamar Pemohon kepada ayah kandung Pemohon secara langsung sebanyak 3 kali, namun belum merestui rencana pernikahan dirinya dengan Pemohon alasannya karena adanya pesan dari kakek Pemohon bahwa Pemohon tidak boleh menikah dengan tetangga (sekampung);

d. Bahwa antara Pemohon dengan calon suaminya sudah saling mencintai bahkan sudah melakukan hubungan sebagaimana layaknya suami istri bahkan Pemohon sudah hamil 3 bulan;

e. Bahwa antara dirinya dengan Pemohon, tidak ada hubungan keluarga atau semenda atau sesusuan yang dapat menghalangi dilangsungkan-nya pernikahan diridilangsungkan-nya dengan Pemohon;

Saksi kedua, telah memberikan keterangan di bawah sumpah sebagai berikut.

a. Bahwa Saksi kenal dengan Pemohon dan orang tua Pemohon, karena saksi adalah Paman Pemohon dan juga sebagai tetangga Pemohon; b. Bahwa saksi telah mengetahui Pemohon telah menjalin hubungan

dengan seorang laki-laki bernama Suparjo bersatatus jejaka dan sudah melakukan hubungan kelamin dan Pemohon sudah hamil 3 bulan, dan berniat untuk meresmikan hubungan keduanya ke jenjang pernikahan; c. Bahwa ia telah mencintai Pemohon dan pernah melamar Pemohon

(7)

d. Bahwa, calon suami sudah bekerja sebagai pedagang batu bata dengan berpenghasilan Rp 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) setiap bulannya;

e. Bahwa antara Pemohon dengan calon suaminya tersebut tidak ada hubungan keluarga, sesusuan, semenda, atau hubungan lain yang dapat menghalangi dilangsungkannya pernikahan;

Bahwa perkara ini perkara permohonan penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah disebabkan wali adhal, termasuk dalam bidang perkawinan antara orang-orang yang beragama Islam, sehingga sesuai dengan ketentuan Pasal 49 huruf a vide penjelasan Pasal 49 huruf a angka 5 dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, Pengadilan Agama Sukoharjo secara absolut berwenang untuk mengadili perkara ini. Hal ini sesuai dengan bukti-bukti sebagai berikut. a. Surat bukti P.1, ternyata Pemohon bertempat tinggal di wilayah hukum

Pengadilan Agama Sukoharjo, maka Pengadilan Agama Sukoharjo secara relatif berwenang untuk memeriksa perkara ini;

b. Bukti P.3, P.4, P.5, bahwa Pemohon adalah anak kandung dari, SENEN PRAPTO WIYONO

(8)

Pemohon bernama SENENPRAPTO WIYONO enggan (adhal) untuk menikahkan kedua calon mempelai;

d. Bukti P.2, P.6 dan P.8, bahwa calon suami bernama SUPARJO bertempat tinggal di Joho, Mojolaban, bersatus jejaka anak kandung dari Ngadiman;

Berdasarkan Pasal 2 ayat (3) Peraturan Menteri Agama Nomor 2 tahun 1987, Pengadilan Agama dalam memeriksa dan menetapkan adhalnya wali dengana cara singkat yaitu permohonan Pemohon dengan

menghadirkan wali Pemohon, sementara itu wali Pemohon tersebut tidak hadir menghadap di persidangan, maka ketidakhadirannya merupakan indikator keengganan wali Pemohon tersebut;

Adapun prosedur ataupun proses perkara penetapan wali adhal di Pengadilan Agama Sukoharjo melalui beberapa tahap sebagai berikut. a. Meja 1

1) Menerima surat gugatan dan salinannya; 2) Menaksir panjar biaya

3) Membuat SKUM (Surat Kuasa Untuk Membayar) b. Kasir

1) Menerima uang panjar dan membukukannya; 2) Menandatangani SKUM;

3) Memberi nomor pada SKUM dan tanda lunas. c. Meja II

(9)

2) Memberi nomor perkara pada surat permohonan sesuai nomor SKUM;

3) Menyerahkan kembali kepada pemohon satu helai surat permohonan;

4) Mengatur berkas perkara dan menyerahkan kepada Ketua melalui wakil panitera dan panitera.

d. Ketua Pengadilan Agama 1) Mempelajari berkas;

2) Membuat PMH (Penetapan Majelis Hakim); e. Panitera

1) Menunjuk panitera sidang;

2) Menyerahkan berkas kepada majelis. f. Majelis Hakim

1) Membuat PHS (Penetapan Hari Sidang) dan perintah memanggil para pihak oleh juru sita;

2) Menyidangkan perkara;

3) Memberitahukan kepada Meja II dan Kasir yang berkaitan dengan tugas mereka.

4) Memutus perkara g. Meja III

1) Menerima berkas dari majelis hakim;

(10)

3) Menyerahkan salinan kepada pemohon dan pihak-pihak terkait; 4) Menyerahkan berkas yang telah dijahit kepada Panitera Muda

Hukum.

h. Panitera Muda Hukum 1) Mendata perkara; 2) Melaporkan perkara;

3) Mengarsipkan berkas perkara.

Proses persidangan melalui beberapa tahap yaitu: a. Pemanggilan pihak-pihak, yaitu pemohon dan wali

Panggilan maupun pemanggilan menurut hukum acara perdata ialah menyampaikan secara resmi (official) dan patut (properly) kepada pihak-pihak yang terlibat dalam suatu perkara di pengadilan, agar memenuhi dan melaksanakan hal-hal yang diminta dan diperintahkan majelis hakim atau pengadilan.1 Menurut Pasal 388 dan Pasal 390 ayat (1) HIR, yang berfungsi melakukan panggilan adalah juru sita. Hanya yang dilakukan jurusita panggilan dianggap resmi dan sah. Kewenangan juru sita ini berdasarkan Pasal 121 ayat (1) HIR diperolehnya lewat perintah ketua (majelis hakim) yang dituangkan pada penetapan hari sidang atau penetapan pemberitahuan. Adapun aturan pemanggilan pihak-pihak berperkara sebagai berikut.

1) Jika panggilan pertama untuk sidang pertama kepada penggugat atau pemohon dilakukan dengan patut tetapi ia atau kuasa sahnya

1

(11)

tidak hadir, maka sebelum perkaranya diputuskan atau digugurkan, ia dapat dipanggil untuk kedua kalinya. Pasal 124, 126 HIR/Pasal 148,150 RBg.

2) Jika panggilan pertama untuk sidang pertama kepada tergugat atau termohon (dalam perkara contentiosa) sudah dilakukan dengan patut, ia atau kuasa sahnya tidak hadir maka sebelum perkaranya di putus dengan verstek, ia dapat dipanggil untuk kedua kalinya. Pasal 124, 126 HIR/Pasal 148,150 RBg

3) Apabila tergugat atau termohon lebih dari seorang sedangkan pada panggilan pertama untuk sidang pertama, ada yang hadir dan ada yang tidak hadir maka sidang wajib ditunda. Kepada yang belum hadir dipanggil kembali untuk kedua kalinya sedangkan kepada yang telah hadir cukup diberitahukan langsung. Setelah panggilan kedua ini, perkara akan diperiksa. Tidak perduli apakah hadir semua ataukah hadir sebagian. Pasal 127 HIR/Pasal 151 RBg 4) Panggilan terhadap tergugat atau termohon yang berada diluar

negeri dilakukan melalui Perwakilan Republik Indonesia.

(12)

memutus verstek, masih dapat untuk melakukan panggilan kedua kalinya. Pasal 125 HIR/Pasal 149 RBg

6) Jika tergugat atau termohon tidak diketahui tempat tinggalnya, sedangkan perkara itu bukan tentang gugatan cerai, maka pangilan kepada yang tidak diketahui tempat tinggalnya tersebut dilakukan dengan cara menempelkan panggilan pada Papan Pengumuman Pengadilan Agama, dengan tenggang waktu antara panggilan dan sidang adalah 30 hari.

7) Jika pihak yang dipanggil itu sudah meninggal dunia maka panggilan disampaikan kepada ahli warisnya, tetapi jika ahli warisnya tidak dikenal maka disampaikan melalui Lurah/Kepala Desa tempat tinggal terakhir si mayit. Pasal 390/Pasal 719 RBg 8) Jika petugas yang memanggil sudah beertemu dengan pihak yang

dipanggil tetapi ia membangkang tidak mau menerima atau tidak mau menandatangani relas panggilan maka oleh petugas tersebut dibuat catatan pada relas panggilan bahwa ia sudah bertemu tetapi pihak yang dipanggil tidak mau menerima/tidak mau menandatangani relas panggilan. Tanggal catatan tersebut sama dengan tanggal panggilan telah disampaikan.

b. Usaha perdamaian

(13)

Menurut Pasal 130 HIR (Herziene Indonesisch Reglement), jika pada hari sidang yang telah ditentukan kedua belah pihak hadir, pengadilan negeri dengan pertolongan ketua mencoba mendamaikan mereka. Jika perdamaian tercapai maka perdamaian itu dibuat dalam sebuah akta (surat), dimana kedua belah pihak dihukum untuk menaati perjanjian yang dibuat. Akta tersebut berkekuatan hukum sama seperti putusan pengadilan biasa.2

Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 2 Tahun 2003 sebagai pelaksanaan lebih lanjut dari Pasal 130 HIR secara tegas mengintegrasikan proses mediasi ke dalam proses beracara di pengadilan. Pasal 12 ayat (2) menjelaskan bahwa pengadilan baru diperbolehkan memeriksa perkara melalui hukum acara perdata biasa apabila proses mediasi gagal menghasilkan kesepakatan.

Mediasi merupakan proses penyelesaian sengketa di pengadilan yang dilakukan melalui perundingan diantara pihak-pihak yang berperkara. Perundingan itu dibantu oleh mediator yang berkedudukan sebagai pihak ketiga (netral) dan berfungsi untuk membantu para pihak dalam mencari berbagai alternatif penyelesaian sengketa yang sebaik-baiknya dan saling menguntungkan. Mediator dapat berasal dari mediator pengadilan maupun mediator luar pengadilan yang memenuhi syarat memiliki sertifikat mediator. Seperti hakim bukan pemeriksa

2

(14)

perkara, advokat, profesi yang menguasai sengketa pokok dan hakim majelis pemeriksa perkara.

Mediasi dapat diselenggarakan di salah satu ruang Pengadilan Tingkat Pertama atau ditempat lain yang disepakati oleh para pihak. Mediator hakim tidak boleh menyelenggarakan mediasi di luar pengadilan. Penyelenggaraan mediasi di salah satu ruang Pengadilan Tingkat Pertama tidak dikenakan biaya. [Pasal 20 Perma No. 1 Tahun 2008]. Para pihak dengan bantuan mediator besertifikat yang berhasil menyelesaikan sengketa di luar pengadilan dengan kesepakatan perdamaian dapat mengajukan kesepakatan perdamaian tersebut ke pengadilan yang berwenang untuk memperoleh akta perdamaian dengan cara mengajukan gugatan. Pengajuan gugatannya harus disertai atau dilampiri dengan kesepakatan perdamaian dan dokumen-dokumen yang membuktikan ada hubungan hukum para pihak dengan objek sengketa.

Hakim di hadapan para pihak hanya akan menguatkan kesepakatan perdamaian dalam bentuk akta perdamaian apabila kesepakatan perdamaian tersebut memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

(15)

5) Dengan iktikad baik. [Pasal 23 Perma No. 1 Tahun 2008] c. Pembacaan surat permohonan

Jika dalam pemanggilan wali tidak hadir dan atau usaha perdamaian kedua pihak oleh majelis hakim tidak berhasil, maka persidangan dilanjutkan dengan pembacaan surat permohonan pemohon oleh hakim.

d. Pemeriksaan persidangan

Permohonan wali adhal termasuk perkara voluntair. Proses perkara voluntair berbeda dengan perkara contentious, yaitu:

1) Proses pemeriksaan bersifat ex-parte atau sepihak. Proses ex-parte bersifat sederhana, yakni hanya mendengarkan keterangan Pemohon atau kuasanya sehubungan dengan permohonan, memeriksa bukti surat atau saksi yang diajukan pemohon dan tidak ada replik, duplik, dan kesimpulan;

2) Pemeriksaan sidang hanya keterangan dan bukti Pemohon, tidak berlangsung secara contradictoir atau optegenspraak, artinya dalam pemeriksaan tidak ada hambatan pihak lain;

3) Tidak diterapkan seluruh asas persidangan, misalnya asas mendengarkan kedua belah pihak atau asas memberi kesempatan yang sama.

(16)

oleh hakim dengan mengutamakan kepentingan Pemohon. Apabila wali yang enggan menikahkan tersebut mempunyai alasan-alasan yang kuat menurut hukum perkawinan, maka permohonan Pemohon akan ditolak. Sekiranya perkawinan tetap dilangsungkan, maka ijabnya tidak sah atau batil.

Hakim bertugas untuk membuktikan benar tidaknya peristiwa atau fakta yang diajukan para pihak dengan pembuktian. Pembuktian merupakan cara untuk menunjukkan kejelasan perkara kepada hakim oleh kedua belah pihak yang beperkara.

Pembuktian dalam hukum perdata adalah membenarkan hubungan hukum dalam proses perdata, yaitu apabila hakim mengabulkan tuntutan penggugat. Hal ini berarti bahwa hakim menarik kesimpulan bahwa apa yang dikemukakan penggugat sebagai hubungan hukum antara penggugat dan tergugat adalah benar.3 Pembuktian dalam arti luas adalah memperkuat kesimpulan hakim dengan syarat-syarat bukti yang sah. Pasal 163 Reglemen Indonesia menentukan bahwa barang siapa mengaku mempunyai hak atau memajukan peristiwa untuk menguatkan pengakuan haknya atau untuk membantah haknya orang lain, maka orang itu harus membuktikan benar adanya hak atau peristiwa itu. Dalam sistem Reglemen Indonesia, hakim dalam mengambil keputusan terikat di dalam cara mencapai keputusannya yang hanya berdasar alat-alat bukti yang sah

3

(17)

sehingga dengan demikian hakim dapat mengambil keputusan. Pasal 1866 KUHPerdata menyebutkan alat-alat bukti terdiri atas: bukti tulisan, bukti dengan saksi-saksi, persangkaan-persangkaan, pengakuan, dan sumpah.

Hakim mengkualifikasikan fakta yang telah terbukti itu dengan menilai peristiwa yang telah dibuktikan untuk kemudian dituangkan dalam pertimbangan hakim. Hakim kemudian menetapkan hukumnya yang dituangkan dalam amar putusan.

e. Pembacaan hasil penetapan majelis hakim

Berdasarkan alasan dan berbagai Pasal yang mengatur tentang ketentuan-ketentuan wali adhal dijadikan oleh Majelis Hakim sebagai pertimbangan hukum dan juga mendengarkan keterangan saksi-saksi dari kedua belah pihak dan bukti-bukti yang ada, maka majelis hakim menjatuhkan putusan sebagai berikut:

1) Mengabulkan Permohonan Pemohon;

2) Menetapkan wali nikah Pemohon adalah wali adhal;

3) Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya perkara yang hingga kini diperhitungkan sebesar Rp. 316.000,- (tiga ratus enam belas ribu rupiah.

(18)

B. Akibat Hukum dari Penetapan Wali Adhal/Enggan

1. Pernikahan Dengan Wali

Suatu perkawinan dianggap sah bila dilakukan menurut masing-masing agama dan kepercayaannya (Pasal 2 ayat (1) UU No.1 Tahun 1974). Karena itu, perkawinan bagi setiap orang yang beragama Islam itu sah hukumnya apabila dilakukan menurut ketentuan-ketentuan Islam (Pasal 2 ayat (2) UU No.1 Tahun 1974). Ketentuan tersebut menyangkut syarat dan rukun perkawinan yang salah satunya adalah adanya wali nikah. Hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Agama No.30 Tahun 2005 tentang Wali Hakim bahwa keabsahan suatu perkawinan menurut Agama Islam ditentukan antara lain oleh adanya wali nikah.

Perkawinan atau pernikahan yang dilakukan tanpa adanya wali nikah dari mempelai wanita harus diketahui dulu alasannya. Apakah alasannya syar’i atau tidak syar’i? Alasan syar’i adalah alasan yang

dibenarkan oleh hukum (Islam) seperti mempelai perempuan telah dilamar dan belum dibatalkan, calon suami orang kafir ataupun fasik dan calon suami cacat tubuh yang menghalangi tugasnya sebagai suami.

Wali nikah yang menolak menikahkan anak gadisnya karena alasan syar’i, maka wali wajib ditaati dan kewaliannya tidak berpindah

kepada pihak lain (wali hakim). Jika mempelai perempuan memaksakan diri menikah dalam kondisi tersebut, maka akad nikahnya tidak sah atau batil walaupun dinikahkan oleh wali hakim.4 Karena hak perwalian mempelai perempuan tetap pada wali nashab dan tidak berpindah kepada

4

(19)

wali hakim sehingga pernikahan tersebut sama dengan tanpa wali yang hukumnya batil. Sabda Rasulullah SAW, “Tidak (sah) nikah kecuali dengan wali.” (HR. Ahmad)

Wali nikah dalam pernikahan menjadi pihak pertama dalam aqad nikah, yaitu yang berwenang menikahkan mempelai perempuan atau melakukan ijab. Mempelai perempuan tidak berhak menikahkan dirinya sendiri tanpa adanya wali yang berhak dari mempelai perempuan. Setiap pernikahan disyaratkan adanya wali bagi perempuan. Jika pernikahan tidak dipenuhi syarat adanya wali bagi perempuan, maka pernikahan tersebut adalah batal. Umumnya wali nikah dari mempelai perempuan adalah orang tua kandung, tetapi jika memang orang tua kandung berhalangan dapat diwakilkan oleh paman, kakek, saudara laki-laki sebagai wali nasab. Ada istilah wali kafalah dalam pernikahan dengan wali tersebut yaitu perwalian yang timbul karena seorang lelaki yang menanggung dan mendidik perempuan yang tidak mempunyai orang tua lagi, sehingga ia seakan telah menjadi orang tua perempuan tersebut.

Pernikahan dengan wali nikah kadang terjadi wali menolak menikahkan anak gadisnya karena alasan tidak syar’i yaitu tidak berdasarkan atau dibenarkan oleh hukum syara’. Seperti alasan tidak

berasal dari suku yang sama, keluarga miskin, bukan sarjana, bukan pejabat (pegawai) dan tidak rupawan. Hal tersebut tidak ada dasarnya dalam pandangan syariah. Jika wali menolak menikahkan mempelai perempuan karena alasan tidak syar’i seperti tersebut, maka wali tersebut

(20)

seorang perempuan untuk menikahkannya jika perempuan itu telah menuntut nikah.

Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 232.

Yang artinya:

Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya, apabila telah terdapat kerelaan di

antara mereka dengan cara yang ma’ruf. Itulah yang dinasehatkan

kepada orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian di antara kamu. Itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”

Adanya wali adhal, maka perwaliannya pindah ke wali hakim, yaitu orang yang memegang kekuasaan (penguasa) yang berwenang menjalankan hukum Islam.5

2. Akibat Hukum dari Penetapan Wali Adhal/Enggan

Penetapan wali adhal diatur dalam Peraturan Menteri Agama No.2 Tahun 1987 Pasal 2 ayat (2) dan (3), yang menyebutkan sebagai berikut.

Ayat (2) Untuk menyatakan adhalnya Wali sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini ditetapkan dengan keputusan Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggal calon mempelai perempuan.

Ayat (3) Pengadilan Agama memeriksa dan menetapkan adhalnya Wali dengan cara singkat atas permohonan calon mempelai

5

(21)

perempuan dengan menghadirkan wali calon mempelai perempuan.

Adapun sebab-sebab terjadinya wali hakim berdasarkan Kompilasi Hukum Islam Pasal 23 ayat (1) adalah apabila mempelai perempuan tidak mempunyai wali nasab sama sekali atau tidak mungkin menghadirkannya atau tidak diketahui tempat tinggalnya. Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Agama No. 2 Tahun 1987 Pasal 2 Ayat (2) dinyatakan bahwa:

Bagi calon mempelai wanita yang akan menikah di wilayah Indonesia atau di luar negeri/wilayah ekstra-teritorial Indonesia ternyata tidak mempunyai Wali Nasab yang berhak atau Wali Nasabnya tidak memenuhi syarat atau mafqud atau berhalangan atau adhal, maka nikahnya dapat dilangsungkan dengan Wali Hakim.

Pengertian memenuhi syarat pada ayat ini adalah syarat-syarat pada hukum Islam seperti baliq, berakal, Islam dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud dengan berhalangan dalam ayat ini adalah walinya ada tetapi sedang ditahan dan tidak dapat dijumpai, sedang umrah atau haji, sakit keras yang tidak dapat dijumpai, masalah al-qasri yang sulit dihubungi dan sebagainya.

(22)

karenanya keengganan wali Pemohon tersebut tidak mempunyai alasan yang sah.

Bahwa karena wali Pemohon terbukti enggan/adhal menikahkan Pemohon dengan Calon Suami Pemohon, maka pernikahan keduanya dapat dilangsungkan dengan wali hakim sebagaimana dimaksud Pasal 23 Kompilasi Hukum Islam. Bahwa Majelis perlu mengetengahkan doktrin dalam hukum Islam sebagaimana tersebut dalam kitab Mughnil Mughtaj halaman 3 yang diambil alih sebagaipendapat Majelis Hakim, artinya:

“Demikian pula dikawinkan oleh Hakim, apabila wali nasabnya adhal walaupun dengan dipaksa atau enggan mengawinkan, selanjutnya dikatakan kalau mereka enggan mengawinkannya, maka Hakimlah yang mengawinkannya dan tidak boleh sekali-laki pindah perwaliannya kepada wali yang jauh.”

Dalam kehidupan masyarakat, banyak terjadi praktek perkawinan dengan menggunakan wali hakim, yaitu pejabat yang oleh Menteri Agama atau pejabat yang ditunjuk olehnya untuk bertindak sebagai wali nikah bagi calon mempelai perempuan yang tidak mempunyai wali. Hal ini terjadi karena mempelai perempuan yang tidak mempunyai wali nasab sama sekali atau wali melakukan adhal atau menolak menjadi wali nikah. Ketentuan penggunaan wali hakim atau sulthan ini berdasarkan hadits sebagai berikut.

Dari 'Aisyah, Rasulullah saw. bersabda, yang artinya:

(23)

Keterangan seperti ini sesuai dengan azas penentuan hukum atau menghilangkan kesulitan. Karena wanita akan melaksanakan pemikahan, tetapi tidak ada wali yang berhak untuk menikahkannya, maka untuk mengatasi kesulitan itu digunakan wali hakim. Demikian juga sesuai dengan azas taisir (mempermudah) dan tahfif (memperingan). Sehingga aturan seperti ini cocok sekali dan telah memenuhi konsep demi kemaslahatan manusia.

Dalam suatu perkawinan harus memenuhi adanya rukun dan syarat perkawinan, salah satu rukun perkawinan adalah adanya wali. Perkawinan tidak dapat dilangsungkan tanpa adanya seorang wali, karena dalam perkawinan tanpa hadirnya seorang wali maka perkawinan tersebut dapat dianggap tidak memenuhi rukun perkawinan. Berdasarkan Pasal 20 Kompilasi Hukum Islam, wali dibedakan menjadi dua yaitu wali Nasab dan wali Hakim. Wali hakim dapat bertindak menjadi wali dalam perkawinan apabila wali nasab memang tidak ada, sedang berpergian jauh atau tidak ada ditempat, sedang berada di dalam penjara wali menjadi tahanan yang tidak boleh dijumpai, sedang berihram haji atau umrah, menolak atau berkeberatan bertindak sebagai wali, dan wali nasab yang ada tidak memenuhi syarat.

(24)

hakim itu sama pentingnya seperti halnya wali bagi seorang wanita. Wali hakim dapat bertindak sebagai wali nikah dalam pelaksanaan akad nikah jika ada masalah yang terjadi pada wali yang paling berhak bagi wanita itu, atau bagi calon mempelai wanita yang tidak mempunyai wali. Wali Hakim berperan sebagai pengganti dari wali nasab ketika terhalang dalam pandangan hukum Islam dan peraturan perundang-undangan, atau menolak untuk melaksanakan ijab akad nikah (adhal) dalam perkawinan.

Kedudukan wali hakim dalam pelaksanaan akad nikah adalah sebagai wali pengganti dari wali wanita, atau yang menggantikan kedudukan wali nikah dari seorang calon mempelai wanita karena dalam keadaan tertentu wali (dalam hal ini ayah kandung pemohon) tidak bisa atau tidak mau menjadi wali nikah bagi anaknya. Jadi, wali hakim disini kedudukan dan wewenangnya sama dengan wali nasab atau wali yang berhak atas wanita yang berada di bawah perwaliannya. Wali hakim dapat berfungsi membantu bertindak menggantikan wali nasab bagi calon mempelai wanita untuk menikahkan dengan calon mempelai laki-laki agar memenuhi persyaratan yang sah menurut Hukum Agama Islam dan harus sesuai pula ketentuan dalam perundangan-perundangan yang berlaku.

(25)

calon mempelai wanita tersebut, maka tujuan utama dari perkawinan akan tercapai. Wali hakim berfungsi untuk mempermudah dan memperingan dalam pelaksanaan perkawinan bagi wanita yang tidak mempunyai wali, hal ini untuk mendapatkan kemaslahatan bagi para pihak yang ada hubungannya dengan perkawinan tersebut. Setelah wali hakim tersebut menikahkan mempelai perempuan berdasarkan penetapan yang dikeluarkan oleh hakim Pengadilan Agama bahwa wali nasab dari mempelai perempuan tersebut dinyatakan adhal maka selesai sudah kewajibannya dan kewajiban sebagai wali hakim dicabut kembali oleh Hakim Pengadilan Agama. Sedangkan hak yang mungkin saja timbul dari pelaksanaan akad nikah yaitu sama dengan hak-hak yang dimiliki oleh wali nasabnya. Misalnya saja dalam hal membatalkan pernikahan tersebut apabila ternyata terdapat syarat-syarat yang belum dilengkapi atau dengan kata lain wali nasabnya juga ikut berhak membatalkan pernikahan tersebut.

Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 1987 Pasal 6, disebutkan sebagai berikut:

(1) Sebelum akad nikah dilangsungkan Wali Hakim meminta kembali kepada Wali Nasabnya untuk menikahkan calon mempelai wanita, sekalipun sudah ada penetapan Pengadilan Agama tentang adhalnya Wali.

(2) Apabila Wali Nasabnya tetap adhal, maka akad nikah dilangsungkan dengan Wali Hakim.

(26)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan struktur populasi biota ikan pada stasiun Sungai Gendol bawah, proporsi ikan karnivora yang berasal dari lele dan gabus sebe- sar <1,5%, sedangkan pada

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perendaman ikan tongkol ( Auxis thazard ) pada kelompok ekstrak etanol daun nimba (Azadirachta indica) dengan

Peraturan perundang-undangan menetapkan bahwa semua makanan yang dikemas harus mempunyai label yang memuat keterangan tentang isi, jenis dan jumlah bahan-bahan

Dalam penelitian ini dilakukan modifikasi formula dari penelitian Anggraeni (2014), menggunakan minyak kelapa tunggal dengan variasi konsentrasi asam stearat dan

2.. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua standar keselamatan pasien bertujuan untuk tercapainya sasaran. Pertanyaan yang paling mendasar yang ingin disampaikan

Berbicara tentang bantuan hukum tentu tak lepas dari Lembaga Bantuan Hukum. Sejarah dan perkembangan bantuan hukum di Indonesia tak lepas dari peran serta lembaga ini. Sayangnya,

Kepatuhan penggunaan obat sangat berperan dalam pengobatan hipertensi jangka panjang. Kepatuhan pasien dalam penggunaan obat tidak lepas pula dari peran keluarga di

Sesuai dengan Berita Acara Pembukaan Penawaran Nomor : 01.41/POKJA IV/2016 Tertanggal 08 Oktober 2016, dengan ini kami mengundang Saudara untuk melakukan Kalarifikasi dan