• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kesulitan belajar siswa kelas VIII dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan pendekatan saintifik di SMPN 15 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kesulitan belajar siswa kelas VIII dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan pendekatan saintifik di SMPN 15 Yogyakarta."

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

vii

Analisis Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII dalam Mengikuti Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Saintifik di SMPN 15 Yogyakarta

Nikolas Damar Pramudya NIM: 111414076

Latar belakang penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 15 Yogyakarta mengalami kesulitan belajar dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik yang dikenalkan oleh kemendikbud dalam Kurikulum 2013. Permasalahan tersebut membuat peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penyebab siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif. Data diperoleh dengan melakukan observasi, penyebaran angket, dan wawancara. Instrumen penelitian yang dipakai adalah angket guru dan siswa, lembar observasi pembelajaran dan aktivitas siswa di kelas, serta pedoman wawancara guru dan siswa.

Hasil penelitian menunjukan bentuk kesulitan belajar siswa kelas VIII yang muncul dalam pembelajaran matematika materi dan penyajian relasi dengan pendekatan saintifik adalah kesulitan dalam memahami diagram panah, kesulitan dalam menanyakan persoalan relasi, kesulitan dalam menentukan diagram panah dua buah himpunan dengan bentuk penalaran, kesulitan dalam mencoba terkait menentukan relasi dalam bentuk penalaran, dan kesulitan dalam menyimpulkan materi dan penyajian relasi yang sudah dipelajari.

Penyebab munculnya kesulitan belajar dalam pembelajaran matematika materi relasi dan penyajian relasi dengan pendekatan saintifik karena kesulitan yang disebabkan oleh guru seperti: (1) guru kurang mengarahkan siswa agar dapat bertanya dan menyimpulkan, (2) guru tidak mempersiapkan pelaksanaan tahapan mengamati dengan baik dengan perolehan persentase 40%, (3) persoalan penalaran yang diberikan terbilang sulit, (4) kurangnya keterampilan dan pemahaman guru dalam menjalankan proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan perolehan persentase 40% dan kesulitan yang muncul dari diri siswa sendiri seperti: (1) kurangnya kesadaran siswa untuk belajar dan mau mengikuti proses pembelajaran, (2) perasaan takut yang dominan muncul, (3) siswa mengalami gangguan bahasa, (4) siswa mengalami gangguan mengingat, (5) siswa mengalami gangguan penalaran.

(2)

viii

Analysis Learning Difficulties Grade VIII in Mathematics Learning Following the Scientific Approach in SMPN 15 Yogyakarta

Nikolas Damar Pramudya NIM: 111414076

The background of this research was class VIII SMPN 15 Yogyakarta with learning difficulties in following the teaching of mathematics with a scientific approach introduced by Kemendikbud in Curriculum 2013. Such problems made researchers interested in conducting further research. The purpose of this study to determined the cause of students experiencing difficulties in the learning process of mathematics with a scientific approach

This research was a quantitative and qualitative research. Data obtained by observation, questionnaires, and interviews. The research instrument used was a questionnaire teachers and students, learning and activity observation sheet of students in the classroom, as well as interview guides teachers and students.

The results showed form of learning difficulty eighth grade students who appeared in learning mathematics content and presentation of the relation with the approach of the scientific was the difficulty in understanding the arrow diagram, the difficulty of asked a question of relationships, difficulties in determined the arrow diagram of two sets with this form of reasoning, difficulty in trying related determined relationships in the form of reasoning, and difficulties in concluding the matter and presentation of relationships that have been learned.

The cause of the emergence of learning difficulties in mathematics learning material relations and presenting the relation with the approach of scientific because of the difficulties caused by teachers such as: (1) the teacher wasn’t directing students to ask and concluded, (2)

teachers didn’t prepare the implementation stages observe well with the acquisition of a percentage 40%, (3) the issue of the reasoning given fairly difficult, (4) lack of skills and understanding of teachers in implementing the learning process with the approach of the scientific with the acquisition of a percentage of 40% and the difficulties that arise from the students themselves, such as: (1) lack of awareness of students to learn and willing to follow the learning process, (2) the fear that a dominant appears, (3) students experience language impairments, (4) students impaired recall, (5) students impaired reasoning.

(3)

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VIII

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK

DI SMPN 15 YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Nikolas Damar Pramudya 111414076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VIII

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK

DI SMPN 15 YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Nikolas Damar Pramudya 111414076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain , kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilimiah.

Yogyakarta, 22 Februari 2016

Peneliti,

Nikolas Damar Pramudya

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Nikolas Damar Pramudya

Nomor Mahasiswa : 111414076

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Uni-versitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VIII DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DI SMPN 15 YOGYAKARTA

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam

bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di

Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari

saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 22 Februari 2016

Yang menyatakan

Nikolas Damar Pramudya

(9)

vii

Analisis Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII dalam Mengikuti Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Saintifik di SMPN 15 Yogyakarta

Nikolas Damar Pramudya NIM: 111414076

Latar belakang penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 15 Yogyakarta mengalami kesulitan belajar dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik yang dikenalkan oleh kemendikbud dalam Kurikulum 2013. Permasalahan tersebut membuat peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penyebab siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif. Data diperoleh dengan melakukan observasi, penyebaran angket, dan wawancara. Instrumen penelitian yang dipakai adalah angket guru dan siswa, lembar observasi pembelajaran dan aktivitas siswa di kelas, serta pedoman wawancara guru dan siswa.

Hasil penelitian menunjukan bentuk kesulitan belajar siswa kelas VIII yang muncul dalam pembelajaran matematika materi dan penyajian relasi dengan pendekatan saintifik adalah kesulitan dalam memahami diagram panah, kesulitan dalam menanyakan persoalan relasi, kesulitan dalam menentukan diagram panah dua buah himpunan dengan bentuk penalaran, kesulitan dalam mencoba terkait menentukan relasi dalam bentuk penalaran, dan kesulitan dalam menyimpulkan materi dan penyajian relasi yang sudah dipelajari.

Penyebab munculnya kesulitan belajar dalam pembelajaran matematika materi relasi dan penyajian relasi dengan pendekatan saintifik karena kesulitan yang disebabkan oleh guru seperti: (1) guru kurang mengarahkan siswa agar dapat bertanya dan menyimpulkan, (2) guru tidak mempersiapkan pelaksanaan tahapan mengamati dengan baik dengan perolehan persentase 40%, (3) persoalan penalaran yang diberikan terbilang sulit, (4) kurangnya keterampilan dan pemahaman guru dalam menjalankan proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan perolehan persentase 40% dan kesulitan yang muncul dari diri siswa sendiri seperti: (1) kurangnya kesadaran siswa untuk belajar dan mau mengikuti proses pembelajaran, (2) perasaan takut yang dominan muncul, (3) siswa mengalami gangguan bahasa, (4) siswa mengalami gangguan mengingat, (5) siswa mengalami gangguan penalaran.

(10)

viii

Analysis Learning Difficulties Grade VIII in Mathematics Learning Following the Scientific Approach in SMPN 15 Yogyakarta

Nikolas Damar Pramudya NIM: 111414076

The background of this research was class VIII SMPN 15 Yogyakarta with learning difficulties in following the teaching of mathematics with a scientific approach introduced by Kemendikbud in Curriculum 2013. Such problems made researchers interested in conducting further research. The purpose of this study to determined the cause of students experiencing difficulties in the learning process of mathematics with a scientific approach

This research was a quantitative and qualitative research. Data obtained by observation, questionnaires, and interviews. The research instrument used was a questionnaire teachers and students, learning and activity observation sheet of students in the classroom, as well as interview guides teachers and students.

The results showed form of learning difficulty eighth grade students who appeared in learning mathematics content and presentation of the relation with the approach of the scientific was the difficulty in understanding the arrow diagram, the difficulty of asked a question of relationships, difficulties in determined the arrow diagram of two sets with this form of reasoning, difficulty in trying related determined relationships in the form of reasoning, and difficulties in concluding the matter and presentation of relationships that have been learned.

The cause of the emergence of learning difficulties in mathematics learning material relations and presenting the relation with the approach of scientific because of the difficulties caused by teachers such as: (1) the teacher wasn’t directing students to ask and concluded, (2)

teachers didn’t prepare the implementation stages observe well with the acquisition of a percentage 40%, (3) the issue of the reasoning given fairly difficult, (4) lack of skills and understanding of teachers in implementing the learning process with the approach of the scientific with the acquisition of a percentage of 40% and the difficulties that arise from the students themselves, such as: (1) lack of awareness of students to learn and willing to follow the learning process, (2) the fear that a dominant appears, (3) students experience language impairments, (4) students impaired recall, (5) students impaired reasoning.

(11)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI A. Latar belakang ... 1

B. Identifikasi masalah ... 5

C. Pembatasan masalah ... 5

D. Rumusan masalah ... 5

E. Tujuan penelitian ... 6

F. Manfaat penelitian... 6

G. Batasan istilah... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Analisis ... 9

B. Belajar dan Pembelajaran ... 10

C. Filosofi dan Paradigma Belajar ... 16

D. Kesulitan Belajar ... 22

(12)

xi

F. Pendekatan Saintifik... 32

G. Relasi ... 35

H. Penelitian Yang Relevan... 38

I. Kerangka Berfikir ... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 43

B. Subjek Penelitian ... 43

C. Objek Penelitian... 43

D. Bentuk Data... 43

E. Teknik Pengumpulan Data... 44

F. Instrumen Penelitian... 45

G. Teknik Analisis Data... 52

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 55

I. Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian ... 57

B. Pembahasan ... 87

C. Keterbatasan peneliti ... 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 108

DAFTAR TABEL

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1: Hasil Observasi Pembelajaran... 111

Tabel 1.2: Hasil Observasi Aktivitas Siswa... 113

Tabel 1.3: Hasil Angket Guru... 114

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

Transkrip wawancara guru... 116

Transkrip wawancara siswa... 121

LAMPIRAN B Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 122

Lembar Kegiatan Siswa (LKS)... 133

LAMPIRAN C Lembar Observasi Pembelajaran dan Angket Guru... 136

Lembar Aktivitas dan Angket Siswa... 140

Pedoman Wawancara Guru dan Siswa... 144

Lembar Validasi... 148

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem kurikulum di Indonesia telah mengalami transisi dari

Kurikulum 2006 menjadi Kurikulum 2013, dan prosesnya sudah berjalan

selama 3 (2013-2016). Menteri pendidikan saat itu Nuh (2013)

menyampaikan bahwa beberapa perubahan mendasar darim kurikulum

tahun 2006 ke kurikulum 2013 meliputi penataan pola pikir, pendalaman

dan perluasan materi, penguatan proses dan penyesuaian beban.

Sedangkan elemen yang berubah antara lain standar kompetensi kulusan,

standar isi, standar proses dan standar penilaian. Kurikulum 2013

menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu

menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach)

dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati,

menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring.

Pada tahun 2014 pelaksanaan Kurikulum 2013 sempat dihentikan

untuk dilakukan evaluasi akibat beberapa pemasalahan. Baswedan (2014)

mengatakan bahwa hampir di 208.000 sekolah mengalami masalah,

terlebih para guru yang belum siap. Baswedan juga memberitahukan

bahwa Kurikulum 2013 masih dalam uji coba, namun beberapa sekolah

yang terpilih masih menjalankannya sebagai percontohan. Anies

(16)

untuk SD, SMP dan SMA yang diketuai oleh Suyanto (Guru Besar

Universitas Negri Yogyakarta) dengan harapan dapat terselesaikan

November 2015.

Pada permasalahan tersebut peneliti tertarik dengan pendekatan

baru dalam Kurikulum 2013 yang mengenalkan beberapa tahapan seperti:

mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membentuk jejaring.

Pendekatan tersebut oleh pemerintah (Kemendikbud) dikenalkan dengan

nama pendekatan saintifik atau pendekatan ilimiah (scientific approach).

Tujuan diberlakukannya pendekatan saintifik agar siswa mampu

merumuskan sendiri apa yang dipelajarinya secara mandiri dan mampu

mengembangkan sikap keilmuan dalam diri siswa. Seperti yang dijelaskan

Nuh bahwa pendidikan yang berjalan akan berbasis science bukan bentuk

hapalan lagi. Anak dikenalkan untuk melihat, memperhatikan, bertanya,

observasi, sehingga tidak lagi diorientasikan kepada hafalan-hafalan.

Selain itu dengan pendekatan saintifik peranan guru dalam proses

pembelajaran dapat lebih memberi kekebebasan siswa untuk berpendapat

dan mampun menjadi pendamping untuk siswanya. Akan tetapi,

perancangan tahapan dalam pendekatan saintifik belum dapat

terealisasikan dengan semestinya akibat dari terkendalanya proses yang

berjalan di lapangan. Terlebih pendekatan saintifik yang diterapkan ke

dalam model pembelajaran matematika. Kendala tersebut ditemukan

peneliti ketika melaksanakan PPL di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta di tahun

(17)

Selama pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik

berlangsung, peneliti melakukan pengamatan di kelas VII SMP BOPKRI 1

Yogyakarta. Hasil pengamatan di kelas VII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta

menunjukan keseluruhan siswa kelas VII yang berjumlah 94 siswa

mengalami kesulitan saat berproses dengan pendekatan saintifik. Siswa

kesulitan mengamati persoalan matematika yang diberikan, siswa

kesulitan menanya saat diminta menanyakan sesuatu, siswa kesulitan

menalar saat diberi persoalan, siswa kesulitan mencoba persoalan yang

diberikan, dan siswa kesulitan menyimpulkan saat diminta untuk membuat

kesimpulan dari materi yang diperoleh. Pada akhirnya kendala tersebut

menjadi pertanyaan bagi peneliti, apakah permasalahan tersebut muncul

akibat dari diri siswa atau dari diri guru yang masih kurang dalam

melaksanakan proses pembelajaran. Berbagai refrensi buku tidak

menuangkan alasan secara lengkap mengapa kesulitan tersebut bisa terjadi

pada siswa sehingga peneliti tertarik untuk meninjau lebih lanjut dengan

mengkajinya dengan penelitian lain terkait pendekatan saintifik.

Penelitian yang ditulis oleh Efriana (2014) menunjukan hasil yang

bertolak belakang dengan pengamatan peneliti di lapangan. Menurut

Efriana proses pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik yang

dipadukan dengan model pembelajaan discovery leaning dan menjadikan

kelas VII MTsN di Palu Barat sebagai subjek penelitian dapat berjalan

baik dan sesuai harapan. Bahkan hasil penelitian tersebut menunjukan

(18)

pembelajaran berlangsung. Penelitian Atsnan dan Gazali (2013) juga

mengutarakan bahwa penggunaan pendekatan saintifik mampu membuat

siswa lebih dapat memaknai proses pembelajaran yang terjadi. Siswa dapat

memahami konsep secara utuh terutama sampai pada hal-hal sepele yang

biasanya menjadi miskonsepsi.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan,

peneliti melakukan penelitian di SMPN 15 Yogyakarta yang setiap

kelasnya dibagi menjadi 7 kelas reguler (Kelas A- Kelas G) dan 3 kelas

khusus atau program KMS (Kelas HKelas J). Peneliti menjadikan siswa

kelas VIII J SMPN 15 Yogyakarta sebagai subjek penelitian. Alasan

dijadikannya siswa kelas VIII J SMPN 15 Yogyakarta sebagai subjek

penelitian karena memiliki kendala yang sama dalam pelaksanakan proses

pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan saintifik.

Siswa mengalami kesulitan belajar saat mengikuti pembelajaran

matematika dengan pendekatan saintifik. Informasi tersebut diperoleh dari

hasil wawancara singkat dengan salah satu guru matematika yang

bersangkutan. Guru mengatakan bahwa siswa kelas khusus kesulitan

dalam mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik, siswa

mengalami kesulitan belajar, dan sulit untuk diatur sehingga guru kesulitan

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru juga menceritakan bahwa

sudah banyak peneliti yang melakukan penelitian di kelas khusus dengan

menggunakan berbagai metode pembelajaran, namun hasil yang diperoleh

(19)

Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII dalam Pembelajaran Matematika

dengan Pendekatan Saintifik di SMPN 15 Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah paparkan peneliti

membuat identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kemendikbud mengubah kurikulum yang digunakan dari Kurikulum

2006 (KTSP) menjadi Kurikulum 2013.

2. Guru kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran matematika dengan

pendekatan saintifik sesuai aturan Kurikulum 2013.

3. Siswa kesulitan dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan

pendekatan saintifik.

4. Siswa mengalami kesulitan belajar pada saat tahapan mengamati,

menanya, menalar, mencoba dan membuat jejaring.

C. Pembatasan masalah

Penelitian ini dibatasi permasalahan seputar kesulitan belajar siswa

kelas VIII dan penyebabnya dalam pembelajaran matematika materi relasi

dan penyajiannya.

D. Rumusan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah diuraikan peneliti

(20)

1. Apa bentuk kesulitan belajar siswa kelas VIII yang muncul dalam

pembelajaan matematika materi relasi dan penyajiannya dengan

pendekatan saintifik?

2. Apa yang menyebabkan munculnya kesulitan belajar siswa kelas VIII

dalam pembelajaran matematika materi relasi dan penyajiannya

dengan pendekatan saintifik?

E. Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin peneliti capai dari penelitian yang dilakukan

yakni mendeskripsikan kesulitan belajar yang muncul dan penyebab

munculnya kesulitan belajar siswa kelas VIII SMPN 15 Yogyakarta dalam

pembelajaran matematika materi relasi dan penyajiannya dengan

pendekatan saintifik.

F. Manfaat penelitian

1. Manfaat bagi peneliti:

Memacu penelitian lebih lanjut, peneliti semakin mengerti

situasi yang dialami oleh siswa kelas VIII di SMPN 15 Yogyakarta

disaat mengikuti proses pembelajaran matematika materi relasi dan

penyajiannya dengan menggunakan pendekatan saintifik. Selain itu

peneliti mendapatkan ilmu terkait cara menjadi guru yang baik dan

ideal saat melaksanakan proses pembelajaran dengan pendekatan

saintifik. Selanjutnya peneliti dapat melakukan pengembangan

(21)

2. Manfaat bagi sekolah:

Sekolah dapat memahami kesulitan belajar yang dialami oleh

siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika materi dan

penyajian relasi dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pihak

sekolah dapat memberikan fasilitas penunjang proses pembelajaran

matematika untuk guru agar pelaksanaannya di kelas berjalan sesuai

tujuan. Guru yang terlibat pun kedepannya dapat memperbaiki proses

pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik lebih baik lagi,

mengembangkan secara mandiri, dan dapat berinovasi.

G. Batasan Istilah

1. Analisis adalah suatu kegiatan atau proses memahami informasi dari

suatu hasil pengamatan pada suatu permasalahan di lapangan dengan

menggunakan suatu metode tersendiri.

2. Belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan manusia

untuk membangun suatu pemahaman dari apa yang dialaminya selama

hidup.

3. Pembelajaran adalah penunjang proses belajar manusia yang

melibatkan pengalaman atau pendidik sebagai pendamping dalam

pengembangan diri individu menjadi pribadi yang dapat

merekonstruksi pengalaman, berkongnitif, berinteraksi, memperkuat

(22)

4. Kesulitan belajar adalah permasalahan individu dalam proses belajar

akibat dari kondisi fisik atau psikologis sejak lahir dan proses

pembentukan individu selama proses pembelajaran.

5. Kesulitan belajar matematika adalah kesulitan belajar yang dialamai

oleh anak didik karena kesalahan proses pembelajaran matematika

yang berlangsung dan keterbatasan yang ada dalam diri siswa untuk

memahami matematika.

6. Pendekatan saintifik adalah suatu metode atau pendekatan yang

digunakan dalam proses pembelajaran dengan melibatbatkan tahapan

terurut di dalamnya, yakni: mengamati, menanya, menalar, mencoba,

dan menyimpulkan.

7. Relasi adalah hubungan antara dua himpunan A ke himpunan B, dalam

urutan tertentu melalui perkalian skalar A X B yang dapat disajikan

(23)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian analisis

Menurut Rangkuti (2009: 14-16) analisis adalah kegiatan

memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus untuk

mengetahui permasalahan apa yang sedang terjadi, lalu memutuskan

tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memperoleh

penyelesaian atau pemecahan masalah. Rangkuti juga menambahkan

untuk melakuakan suatu analisis diperlukannya kerangka analisis

kasus seperti:

1. Memahami situasi dan informasi yang ada

2. Memahami permasalahan yang terjadi. Baik masalah bersifat

umum maupun spesifik.

3. Menciptakan atau memberikan berbagai alternatif penyelesaian.

4. Evaluasi pilihan alternati dan pilih yang terbaik serta

memberikan berbagai kemungkinan yang terjadi.

Selanjutnya Miles dan Huberman (1992: 73) berpendapat

bahwa dalam melakukan suatu analisis dibutuhkan suatu metode agar

kedepannya sangat bermanfaat selama proses pengumpulan data

berlangsung terlebih dalam penelitian kualitatif. Metode yang

(24)

mengumpulkan informasi dalam bentuk catatan-catatan lapangan yang

ditulis tangan, didekte, atau rekaman-rekaman audio tentang peristiwa

di lapangan. Para peneliti kualitatif biasanya akan menyajikan hasil

informasi dalam bentuk teks naratif berupa catatan lapangan tertulis.

Analisis adalah suatu kegiatan atau proses memahami

informasi dari suatu hasil pengamatan pada suatu permasalahan di

lapangan dengan menggunakan suatu metode tersendiri.

B. Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan bagian yang melekat pada diri manusia

sebagai interaksi langsung dengan apa yang dialaminya selama hidup.

Pencapaian yang dihasilkan dari proses belajar tersebutlah yang

selanjutnya dinamakan dengan pembelajaran sehingga belajar dan

pembelajaran dapat dikatakan satu kesatuan pemahaman yang saling

terkait. Hal tersebut serupa dengan pemikiran Daryanto dan Raharjo

(2012: 211) sekaligus menegaskan bahwa belajar dan pembelajaran

merupakan konsep yang saling terkait. Belajar merupakan proses

perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan. Proses

perubahan tersebut menjadi salah satu upaya pembelajaran yang

dilakukan secara sadar berdasarkan pengalaman ketika berinteraksi.

Pola tingkah laku yang terbentuk selama proses pembelajaran pun

dapat dilihat dalam bentuk perbuatan reaksi dan sikap secara mental

(25)

Lain halnya dengan Siregar dan Nara (2010: 3- 4) yang

mencoba memilah pengertian belajar dan pembelajaran berdasarkan

cirinya. Mereka berpendapat bahwa pengertian belajar merupakan

proses yang kompleks yang didalamnya terkandung beberapa aspek,

seperti: bertambahnya pengetahuan, adanya kemampuan mengingat

dan mereproduksi, adanya penerapan pengetahuan, menyimpulkan,

menafsirkan, dan perubahan sebagai pribadi. Dari pengertian tersebut

mereka mencirikan proses belajar sebagai berikut:

1. Adanya kemampuan baru atau perubahan berupa pengetahuan,

keterampilan, dan sikap.

2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat, melainkan menetap atau

dapat disimpan,

3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan

usaha.

4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik,

kelelahan, atau pengaruh obat-obatan.

Selanjutnya pengertian pembelajaran menurut Siregar dan Nara

merangkum pendapat Miarso (1993) bahwa pembelajaran adalah usaha

pendidik yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah

ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta

pelaksanaannya terkendali. Dari pengertian tersebut mereka juga

(26)

1. Merupakan upaya sadar dan disengaja.

2. Pembelajaran seharusnya membuat siswa belajar.

3. Memiliki tujuan yang sudah ditetapkan

4. Pelaksanaan terkendali

Bila ditinjau dari hal yang mempengaruhi, Daryanto dan

Raharjo (2012: 212-213) berpendapat bahwa proses belajar dan

pembelajaran yang terjadi pada diri individu dapat dipengaruhi oleh

dua faktor, yakni:

1. Faktor internal

Terkait proses belajar, pengaruh ini muncul dari dalam diri

individu seperti kecerdasan yang dimiliki, bakat, keterampilan,

minat, motivasi, kondisi fisik dan mental. Sedangkan dalam proses

pembelajaran, pengaruh ini muncul dari dalam diri fasilitator

belajar (orang tua, guru, teman sebaya, masyarakat, peristiwa,

alam). Contohnya pada lingkungan sekolah, peserta didik semakin

mengalami kesulitan belajar karena guru tidak memiliki kemahiran

dalam menjelaskan materi atau orang tua tidak berpengetahuan.

2. Faktor Eksternal

Terkait proses belajar, pengaruh ini muncul dari luar

individu, seperti lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

(27)

luar diri fasilitator belajar. Contohnya guru sedang tertimpa

masalah sehingga berdampak pada proses belajar.

Slameto (2010: 54-72) lebih memperinci faktor-faktor yang

mempengaruh proses belajar, yakni:

1. Faktor internal

a. Faktor jasmani: kesehatan dan cacat tubuh.

b. Faktor Psikologi: inteligensi, perhatian, minat, bakat,motif,

kematangan dan kesiapan.

c. Faktor kelelahan: banyak aktifitas atau badan terasa capek.

2. Faktor eksternal

a. Faktor Keluarga: cara orang tua mendidik, relasi antar keluarga,

suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang

kebudayaan.

b. Faktor sekolah: metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, relasi antar siswa, aturan sekolah, alat peraga,

waktu sekolah, dan tugas rumah.

c. Faktor Masyarakat: kegiatan dalam masyarakat, media massa,

teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Dari definisi dan faktor yang mempengaruhi proses belajar dan

pembelajaran menjelaskan bahwa permasalahan dalam belajar dan

pembelajaran memiliki kompleksitas yang tinggi. Banyak hal yang

(28)

pandang anak didik maupun pendidik. Akan tetapi, untuk konteks

pembelajaran di kelas dibutuhkan pendidik yang kompeten dalam

mempersiapkan pembelajaran agar anak didik mampu terbangun

keinginan untuk belajar dan mampu mengikuti proses pembelajaran

dengan mudah. Untuk mempermudah memahami permasalahan

tersebut, berikut penjelasannya secara skema:

PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS

Gambar 2.1: Skema Proses Pembelajaran Di Kelas

Secara skema proses pembelajaran di kelas menjelaskan bahwa

pembelajaran di kelas dapat terjadi bila ada pendidik sebagai pembawa

atau pendamping proses pembelajaran dan ada anak didik sebagai

peserta pembelajaran. Selanjutnya dalam proses pembelajaran dapat

dibagi menjadi dua wilayah, yakni wilayah pendidik dan wilayah anak

didik. Pada wilayah pendidik peranan seorang pendidik adalah sebagai

(29)

1. Memberikan input kepada anak didik dengan metode yang

dibawa.

2. Mampu membantu siswa dalam menjalankan proses belajar

dengan saling berinteraksi.

3. Menjadikan anak didik sebagai tempat belajar berinteraksi dan

perbaikan diri.

4. Metode yang dibawa mampu menanggulangi permasalahan

interen siswa secara profesional.

5. Mampu membawa proses pembelajaran secara profesional agar

siswa tidak mengalami permasalahan eksternal berupa

permasalahan yang muncul akibat pendidik.

6. Membantu anak didik dalam mengembangkan diri sehingga

outputnya menghasilkan pribadi yang idel, yakni pribadi yang

berkembang dalam hal pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan

manusia untuk membangun suatu pemahaman dari apa yang

dialaminya selama hidup. Penunjang tercapainya belajar tersebutlah

yang selanjutnya dinamakan dengan pembelajaran, sehingga belajar

dan pembelajaran dapat dikatakan sebagai satu kesatuan pemahaman

(30)

C. Filosofi dan Paradigma Pembelajaran

Pembelajaran sering disalahartikan oleh para pendidik,

sehingga proses pembelajaran yang diberikan kepada anak didik dapat

salah dimengerti atau tidak diterima pada semestinya. Ini disebabkan

oleh pemahaman pendidik tentang pembelajaran yang tidak terbangun

secara utuh. Semestinya pemahaman tersebut didasari pengetahuan

akan filosofi, dan paradigma pembelajaran.

1. Filosofi Pembelajaran

Landasan filosofi secara pemahaman dikemukakan oleh

Schunk (2012: 6-10) bahwa pembelajaran mengacu pada studi

tentang asal mula, karakteistik, batasan, dan metode pengetahuan.

Studi tersebut berisikan cara belajar sesuatu yang baru, mencari

sumber pengetahuan, serta ilustrasi cara belajar manusia. Studi

tersebut juga mempelajari keterkaitan dengan lingkungan yang

dikenal dengan istilah rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme

mengacu pada gagasan bahwa pengetahuan diperoleh dari akal

tanpa panca indra, contohnya manusia mampu membayangkan

konsep abstrak seperti bangun datar dan sebagainya yang ada

dalam matematika. Berbeda dengan empirisme yang berkebalikan

dengan rasionalisme, empirisme lebih mengacu pada pengalaman

merupakan sumber pengetahuan. Contohnya manusia memperoleh

(31)

2. Paradigma Pembelajaran

Paradigma pembelajaran menjadi dasar pemikiran dalam

menjalankan proses pembelajaran yang ideal. Paradigma ini

dijelaskan oleh Huda (2014: 37-70) menjadi beberapa paradikma

teoritis sebagai berikut:

a. Pembelajaran sebagai rekonstruksi pengalaman

Diambil dari Bogner (2008: 1) yang merangkum

pemikiran Dewey tentang pembelajaran dengan mengatakan

bahwa pembelajaran dapat didefinisikan sebagai rekonstruksi

pengalaman yang dapat memberikan nilai lebih pada makna

pengalaman tersebut dan meningkatkan kemampuan untuk

mengarahkan pengalaman selanjutnya. Dalam hal tersebut

Bogner menjabarkan menjadi beberapa pemahaman sederhana

bahwa pembelajaran merupakan proses alamiah yang

distimulasi oleh suatu problemik, pembelajaran merupakan

proses aktif, pembelajaran merupakan proses refleksi,

pembelajaran melibatkan kemampuan untuk membentuk

hubungan-hubungan antar gagasan, dan pembelajaran

merupakan aktivitas mental.

b. Pembelajaran sebagai perkembangan kognitif

Menurut Piaget, pembelajaran mampu mempengaruhi

kemampuan kognitif anak berdasarkan tahapan usia. Prinsip

(32)

proses asimilasi dan akomodasi. Tahap asimilasi muncul ketika ada

kesan baru yang sesuai dengan skema kognitif seorang anak.

Sedangkan tahap akomodasi muncul ketika seorang anak

mengubah skema kognitif yang dimiliki sehimgga pembelajaran

menjadi meningkat ke yang lebih tinggi.

c. Pembelajaran sebagai konstruksi sosiokultural

Teori ini didasari pembelajaran yang terkait konstruksi

pengetahuan yang terjalin antar individu dan masyarakat. Menurut

Vygotsky, sejak lahir individu merupakan makhluk sosial sehingga

sangat bergantung pada kondisi sekitarnya. Saat berada di dalam

keluarga, orang tua menjadi pembimbing utama dalam proses

pembelajaran agar dapat lebih memahami ilmu yang diperoleh.

Setiap ilmu yang diterimanya sebagai informasi dapat diolahnya

tanpa bantuan guru dan meminta bantuan orang tua. Bila bantuan

yang diberikan orang tua masih dirasa kurang dapat meminta

bantuan teman yang lebih kompeten.

d. Pembelajaran sebagai pembelajaran ekologis

Menurut Bronfenbrenner (1979) komponen-komponen

ekologis mencakup beragam aspek yang dapat mempengaruhi

proses belajar manusia. Teori pembelajaran Bronfenbrenne

menekankan pada analisis proses perkembangan yang kompleks

(33)

ekologis sebagai sesuatu yang progresif dari suatu adaptasi

timbal-balik antara perkembangan individu dan lingkungan yang

mengitarinya seperti keluarga, sekolah, agama, tetangga, kondisi

politik atau media masa.

e. Pembelajaran sebagai kolaborasi individu-individu

Wenger (1998) menyatakan bahwa interaksi dengan orang

lain dapat membantu individu menjalani proses pembelajaran yang

lebih positif. Artinya, individu dapat mengembangkan

pengetahuannya lebih luas melalui interaksi. Sehingga dalam

proses pembelajaran formal, terkadang dilakukan metode

pembelajaran dengan cara diskusi kelompok agar terjalin interaksi

dan lebih mudah mengembangkan pengetahuan tiap individu.

f. Pembelajaran sebagai representasi gaya belajar individu

Suatu kasus membuktikan bahwa gaya belajar antara

individu satu dengan yang lainnya berbeda, seperti cara belajar

anak yang satu perlu kondisi yang tenang sedangkan anak yang

lain butuh suasana dengan alunan musik. Hal tersebut menjadi

tuntutan guru agar mampu memahami gaya belajar siswanya.

Menurut Schiering (1999) gaya belajar demikian merupakan

campuran karakteristik kognitif, afektif dan perilaku psikologis

(34)

g. Pembelajaran sebagai perkembangan efektifitas diri

Bandura (1977) menyatakan secara khusus membahas

berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan seseorang saat

berada dalam kondisi tertentu. Efektifitas diri membawa individu

untuk terus berjuang mengontrol peristiwa-peristiwa yang

berpengaruh terhadap kehidupannya. Hal tersebut dapat dipicu oleh

tingkat motivasi, keyakinan dan kepercayaan yang dimiliki.

h. Pembelajaran sebagai pemberdayaan

Pemahaman pemberdayaan disini terkait cara individu

untuk memperkuat diri dari peristiwa-peristiwa yang terjadi,

bagaimana kebutuhan dan minat individu dapat tercapai. Dalam hal

ini guru diminta untuk berusaha menempatkan siswa dalam situasi

yang memungkinkan mereka agar memiliki semangat dan

kepercayaan diri.

Berdasarkan dua pemahaman diatas yang diambil dari sudut

pandang filosofis dan paradigmanya, pembelajaran memiliki artian

bahwa setiap individu memiliki cara tersendiri untuk berproses dalam

pembelajaran dan membangun pemahamannya sendiri baik secara

rasional, empiris, atau metodelogi yang berlaku. Selanjutnya

pemahaman yang terbangun dapat meningkatkan kemampuan

(35)

1. Kemampuan untuk mengkaitkan antar pengalaman yang pernah

dialami secara reflektif dan merekonstruksinya menjadi

pemahaman baru untuk mengarahkan pengalaman selanjutnya.

2. Kemampuan kongnitif yang lebih berkembang secara asimilasi dan

akomodasi.

3. Kemampuan untuk berinteraksi dengan masyarakat dengan

pengetahuan yang dimiliki.

4. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan

sekitar.

5. Kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain.

6. Kemampuan untuk membangun gaya belajar yang dimiliki individu

7. Kemampuan untuk mengontrol diri atas peristiwa-peristiwa yang

dialami sehingga individu dapat mengelola permasalahannya.

8. Kemampuan untuk memperkuat diri dari peristiwa-peristiwa yang

terjadi sehingga kebutuhan dan minat individu dapat tetap tercapai.

Pembelajaran adalah penunjang suatu proses belajar manusia

yang melibatkan pengalaman atau pendidik sebagai pendamping dalam

pengembangan diri individu menjadi pribadi yang dapat

merekonstruksi pengalaman, berkongnitif, berinteraksi, memperkuat

(36)

D. Kesulitan Belajar

Seorang pendidik dalam memberikan pembelajaran kepada

anak didiknya sering menemukan masalah dalam diri anak didik

seperti kesulitan dalam memahami suatu informsi baik secara lisan

ataupun tulisan yang diterimanya sehingga anak didik mengalami

hambatan dalam perkembangan pengetahuannya. Hal tersebut

menimbulan pertanyaan dari berbagai ahli baik dalam bidang

pendidikan, psikologi maupun kedokteran. Para ahli berkeyakinan

bahwa hal tersebut menjadi masalah dasar dalam proses belajar yang

dialami oleh seorang individu, sehingga untuk selanjutnya

permasalahan tersebut dikenal dengan istilah kesulitan belajar.

Secara definisi, Jamaris (2014: 3-6) menjelaskan bahwa

kesulitan belajar dapat disebut dengan istilah learning disability, yakni

suatu kelainan pada individu yang mengalami kesulitan dalam

melakukan proses pembelajaran secara efektif. Jamaris berpendapat

bahwa faktor yang menyebabkan kesulitan belajar tersebut sulit untuk

dipecahkan karena bersifat komplek. Akan tetapi, Jamaris meyakini

bahwa kesulitan belajar tidak berhubungan langsung dengan tingkat

inteligensi dari individu, namun individu tersebut kesulitan dalam

menguasai keterampilan belajar dan mengalami disfungsi otak.

Tidak jauh berbeda dengan Abdurrahman (2012: 4-5) yang

meyakini bahwa kesulitan belajar terjadi akibat adanya disfungsi

(37)

antara prestasi dan potensi, dan pengeluaran dari penyebab lain. Dari

akibat-akibat tersebut jelaskannya bahwa kesulitan belajar disebabkan

karena adanya gangguan fungsi neurologis pada otak yang mengalami

kelainan, kesulitan belajar dapat berwujud sebagai kekurangan dalam

suatu bidang akademik tertentu, dan dapat berwujud penyesuaian

sosial seperti keterampilan kehidupan sehari-hari.

DePorter dan Hernacki (2010) berpendapat sekaligus

menambahkan bahwa kesulitan belajar juga terjadi karena individu

tidak tahu bagaimana cara belajar (1-14), gaya belajar yang tidak

sesuai (109-118), dan terkendala dalam mencatat informasi yang

diterimanya. Dengan kata lain, kesulitan yang dialami oleh anak didik

tidak selalu karena kondisi fisik maupun psikologis, melainkan juga

dapat disebabkan oleh ketidaktahuan individu terkait cara belajar, gaya

belajar, dan cara mencatat. Contohnya seorang anak memiliki potensi

baik, cara guru mengajar materi di sekolah baik, tetapi sesampai

dirumah dia tidak belajar karena tidak tahu cara belajar dari catatannya

sendiri.

Lain halnya dengan Smith (2013: 75-83) yang mendefinisikan

kesulitan belajar secara pengakuan pemerintah federal bahwa kesulitan

belajar merupakan gangguan psikologis dasar yang meliputi gangguan

bahasa, lisan atau tulisan, mendengar, berfikir, berbicara, membaca,

menulis mengeja, atau melakukan perhitungan matematis.

(38)

adalah tidak berfungsinya sistem saraf pusat. Selanjutnya Smith

menjabarkan gangguan tersebut sesuai hasil penelitian para ahli sebagi

berikut:

1. Masalah-masalah bahasa

Penelitian (Gibbs dan Cooper: 1989) pada siswa sekolah

dasar, ditemukan bahwa hampir 90% dari 242 siswa yang telah

diklasifikasikan sebagai berkesulitan belajar ternyata mempunyai

kesulitan bahasa pada tingkat ringan sampai dengan sedang.

(Terrel: 1990) mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa

hambatan bahasa mampu mempengaruhi prestasi akademis

seorang siswa. Masalah-masalah bahasa seringkali menyangkut

kesulitan dalam memahami orang lain, berbicara dengan jelas,

menentukan kata yang benar untuk mengungkapkan ide dan

kurangnya kemampuan dalam mengatur bahasa untuk

berkomunikasi secara efektif.

2. Masalah-masalah perhatian dan aktivitas

Para psikolog perkembangan telah mencatat bahwa

kemampuan anak-anak memfokuskan perhatiannya akan

bertambah seiring dengan usianya. Anak-anak yang masih kesil

tidak dapat diharapkan memfokuskan perhatiannya pada suatu

benda, peristiwa atau orang dalam waktu yang lama. Mereka

mudah terganggu oelh setiap stimulus yang baru. Dalam

(39)

anak-anak lebih mampu untuk mengabaikan informasi yang kurang

menonjol dan berkonsentrasi pada tugas yang dipelajari. Oleh

sebab itu guru yang efektif harus memiliki kepekaan terhadap

sifat anak-anak. Selain itu Epstein (1985) mengungkap bahwa

pada umumnya para siswa dengan kategori berkesulitan belajar

mempunyai masalah perhatian dan meyakini permasalahan

tersebut akan mengalami kontroversial yang terus berlanjut.

3. Masalah-masalah daya ingat

Penelitian Swanson dkk. (1990) terkait masalah daya ingat

ditemukan bahwa dari hasil tes kemampuan memori ditemukan

siswa yang mempunyai hambatan belajar dan yang tidak. Siswa

yang mengalami hambatan belajar menunjukan berkurangnya

fungsi memori dengan tidak adanya strategi memori yang efektif.

Ketika anak diberikan angka untuk dihafalkan, anak berkesulitan

belajar tidak dapat secara spontan melakukan strategi-strategi

untuk mengingan.

4. Masalah-masalah kognisi

Istilah kognisi digunakan dalam menggambarkan proses

analisis masalah, membuat perencanaan, dan pengaturan yang

diperlukan bagi solusi masalah tersebut. Anak-anak berkesulitan

belajar sering memunculkan sikap di dalam kelas yang

(40)

perencanaan dan pengaturan suatu masalah. Mereka cenderung

tergesa-gesa dan sangat tidak menyadari pentingnya suatu

perencanaan, menganalisis dan pengaturan. Kesadaran yang

membentuk suatu strategi tersebut dinamakan metakognisi. Reid

dan Hresko (1981) berpendapat bahwa tidak adanya kesadaran

tersebut merupakan ciri utama sebagai penyandang kesulitan

belajar.

5. Masalah sosial dan emosi

Menurut Pearl (1992) siswa berkesulitan belajar ada pada

resiko memiliki permasalahan sosial dan emosional. Licht (1987)

menemukan pengalaman kegagalan yang berulang menciptakan

suatu hubungan di mana si anak mengembangkan kepercayaan

dirinya yang mengarah pada perilaku adaptasi yang salah.

Kesulitan belajar yang dialami individu adalah akibat dari

kondisi fisik atau psikologis sejak lahir dan proses pembentukan

individu selama proses pembelajaran. Permasalahan fisik dan psikolgis

sejak lahir menyebabkan individu mengalami kendala dalam

keterampilan dan kesulitan dalam memahami materi yang diberikan.

Kesulitan belajar adalah permasalahan individu dalam proses

belajar akibat dari kondisi fisik atau psikologis sejak lahir dan proses

(41)

E. Kesulitan Belajar Matematika

Matematika menjadi salah satu bidang studi yang peranannya

sangat penting dalam kehidupan karena dalam matematika diajak

untuk memahami suatu permasalahan yang dapat berupa pola,

keterkaitan teori satu dengan yang lain dan penalaran. Tujuan dari

mempelajari matematika pun jelas, yakni mendorong siswa agar dapat

memecahkan masalah secara kritis, logis dan rasional. Akan tetapi,

proses pembelajaran matematika yang berlangsung dirasa sulit untuk

dipahami sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar

matematika.

Runtukahu dan Kandou (2014: 52-55) berpendapat bahwa

penyebab kesulitan belajar matematika yang dialami anak SD dan

SMP karena bentuk pemahaman matematika yang terstruktur. Setiap

pemahaman merupakan suatu prasyarat untuk pemahaman berikutnya.

Contohnya sebelum belajar operasi hitung bilangan bulat, prasyarat

yang harus sudah dipahami ialah mampu berhitung dan berbahasa. Pra

konsep bilangan antara lain simbol-simbol bilangan, menghitung

maju, menghitung mundur, menghitung dua-dua atau lima-lima, dan

menghitung sambil menganalisis. Jika anak tidak dapat

menjumlahkan, maka ia akan mengalami kesukaran dalam perkalian

dan seterusnya. Sebagai dampaknya, anak mengalami stres karena

(42)

kurang memperhatikan konsep matematika sewaktu mengajar dan

sekedar memberikan konsep sebagai bentuk hapalan.

Oleh sebab itu Jamaris (2014: 177-179) berpendapat bahwa

dalam pembelajaran perlu mempertimbangkan hal-hal seperti:

menekankan temuan bukan hapalan, mengeksplorasi pola, dan

merumuskan hasil pengamatan. Dengan demikian siswa dapat

memilih dan menerapkan berbagai strategi terkait matematika dan

maknanya. Terkait makna pembelajaran matematika, Jamaris juga

berpendapat bahwa matematika bukan hanya belajar aritmatik saja

melainkan juga melatih cara berfikir ilimiah dan sebagai sarana

kehidupan sehari-hari. Matematika memiliki cara berfikir yang

bersifat deduktif, keterkaitan antar konsep, dan dalam penerapannya di

kehidupan dapat digunakan untuk memecahkan masalah.

Tidak berbeda jauh dengan Mulyadi (2010: 174-178) yang

menjelaskan bahwa kesulitan belajar matematika atau disebut juga

diskalkulia (dyscaculis) (Lerner: 1981). Istilah diskalkulia memiliki

konotasi medis, yang memandang adanya keterkaitan dengan

gangguan system saraf pusat, sehingga menyebabkan

ketidakmampuan dalam melakukan keterampilan matematika yang

diharapkan untuk kapasitas intelektual dan kapasitas seseorang.

Mulyadi menambahkan, menurut Diagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorders bahwa ketidakmampuan terkait keterampilan

(43)

Linguistik (berhubungan dengan mengerti istilah matematika), (2)

keterampilan perseptual (kemampuan mengenali dan mengerti simbol

dan mengurutkan angka), (3) keterampilan matematika (penambahan,

pengurangan, perkalian, pembagian, dan urutan operasi dasar), (4)

keterampilan atensional (menyalin angka dan mengamati simbol

dengan benar). Disamping itu beberapa peneliti telah

mengklarisifikasikan permasalahan dalam matematika menjadi

beberapa kategori, yaitu: (1) kesulitan belajar menghitung dengan arti,

(2) kesulitan menguasai sistem kardinal dan ordinal, (3) kesulitan

melakukan operasi aritmatika, (4) kesulitan dalam membayangkan

objek. Menurut Lerner ada beberapa karakteristik anak berkesulitan

belajar yaitu:

1. Gangguan hubungan keruangan

Hubungan keruangan seperti depan-belakang, atas-bawah,

tinggi-rendah, awal-akhir, dan jauh dekat seharusnya sudah

dikuasai oleh anak pada saat belum masuk SD. Hubungan

keruangan tersebut diperoleh dari pengalaman mereka dalam

berkomunikasi dengan lingkungan sosial atau melalui permainan.

Permasalahan lain muncul ketika anak mengalami kesulitan

dalam berkomunikasi dan lingkungan sosial juga tidak memberi

dukungan untuk terselenggaranya suatu situasi kondusif agar

dapat terjadi situasi. Gangguan fungsi otak dapat juga menjadi

(44)

hubungan keruangan, sehingga dapat mengganggu pemahaman

anak tentang sistem bilangan. Contohnya seorang anak yang tidak

tahu bahwa angka 3 lebih dekat ke angka 4.

2. Abnormalitas Persepsi Visual

Kesulitan persepsi visual adalah kesulitan untuk melihat

berbagai objek dalam hubungannya dengan kelompok atau set.

Anak yang mengalami kesulitan tersebut merupakan salah satu

gejala adanya abnormalitas persepsi visual. Contohnya seorang

anak yang kesulitan ketika mereka diminta untuk menjumlahkan

dua kelompok benda yang masing-masing terdiri dari lima dan

empat anggota. Mereka akan menghitung satu-persatu anggota

pada tiap kelompok terlebih dahulu sebelum menjumlahkannya.

Anak yang mengalami abnormalitas persepsi visual juga sering

tidak mampu membedakan bentuk-bentuk geometri.

3. Asosiasi visual-motor

Kesulitan belajar matematika karena tidak dapatnya anak

untuk menghitung benda-benda secara berurutan sambil

menyebut bilangannya. Contohnya saat proses menghitung, anak

baru memegang benda keempat tetapi telah mengucapkan

“enam”. Permasalahan tersebut terkesan hanya menghafal

(45)

4. Kesulitan mengenali dan memahami simbol

Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami

kesulitan dalam mengenal simbol dan menggunakan

simbol-simbol matematika seperti =, -, +, <, > dan sebagainya. Kesulitan

seperti ini dapat disebabkan oleh gangguan memori tetapi juga

dapat disebabkan oleh adanya gangguan persepsi visual.

5. Kesulitan dalam bahasa dan membaca

Gangguan bahasa dan membaca berpengaruk terhadap

kemampuan anak saat memecahkan permasalahan matematika

berbentuk cerita, sehingga berpengaruh di bidang matematika.

6. Performance IQ lebih rendah daripada skor verbal IQ

Berdasarkan hasil tes intelegensi dengan menggunakan

WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) menunjukan

bahwa anak berkesulitan belajar matematika memiliki skor PIQ

(Performance Intelligence Quotien) yang jauh lebih rendah

daripada skor VIQ (Verbal Intellegence Quotient). Tes intelegensi

memiliki dua subtes, tes verbal dan tes kinerja. Hasil tes yang

diperoleh menunjukan adanya kesulitan dalam memahami konsep

keruangan, gangguan persepsi visual, adanya gangguan asosiasi

visual-motor.

kesulitan belajar matematika adalah kesulitan belajar yang

(46)

matematika yang berlangsung dan keterbatasan yang ada dalam diri siswa

untuk memahami matematika.

F. Pendekatan saintifik

Pendekatan saintifik atau pendekatan ilimiah (scientific

approach) adalah pendekatan yang ada di dalam Kurikulum 2013 dan

disarankan oleh pemerintah (Kemendikbud 2013) untuk

menerapkannya ke dalam pembelajaran. Berikut kriteri dalam

menjalankan pembelajaran dengan saintifik:

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta yang dapat dijelaskan

dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira.

2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukati

guru-peserta didik terbebas dari penyimpangan berfikir logis.

3. Mendorong siswa berfikir kritis, analitis, dan tepat dalam

mengidentifikasi, memecahkan masalah, dan mengaplikasikannya.

4. Mendorong siswa agar dapat melihat perbedaan atau kesamaan dari

permasalahan yang ada.

5. Mendorong siswa agar mampu memahami, menerapkan dan

mengembangkan pola berfikir yang rasional dan objektif dalam

merespon materi pembelajaran

6. Berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang dapat

(47)

7. Tujan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan

menarik dalam penyajiannya.

Berdasarkan kriteria yang ada, pendekatan ilmiah dilaksanakan

melalu kegiatan atau tahapan mengamati (observasing), menanya

(questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting), dan

membentuk jejaring (networking).

Peraturan dari Kemendikbud nomor 103 tahun 2014 (lampir B

hal 27) menjelaskan bahwa tahapan dalam pendekatan ilimiah terdiri

dari:

1. Mengamati (Peserta didik diajak untuk mengamati dengan indra

seperti melihat, mendengar atau meraba terkait materi

pembelajaran yang disajikan dengan atau tanpa alat peraga)

2. Menanya (Peserta didik diajak untuk membuat dan mengajukan

pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum

dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai

klarifikasi.)

3. Menalar (Peserta didik diajak untuk menalar dengan cara berfikir

dan mengkaitkan antar konsep atau teori terkait persoalan yang

sudah disajikan)

4. Mencoba (Peserta didik diajak untuk mencoba mengerjakan

(48)

5. Mengkomunikasikan (Peserta didik diajak untuk menyimpulkan

secara materi yang sudah dipelajari, menyusun laporan atau

menyajikan laporan)

Secara skema tahapan dalam pendekatan saintifik dapat

digambarkan alur pelaksanaanya di dalam proses pembelajaran

matematika. Berikut skema yang dapat dibentuk:

Gambar 2.2: Skema alur tahapan Pendekatan Saintifik

Pada tahapan awal, anak didik diajak untuk mengamati suatu

permasalahan yang ada. Anak didik menggali informasi dari

permasalahan tersebut dan akan diolah sekaligus disimpannya menjadi

sebuah pemahaman atau konsep. Berdasarkan hasil pengamatan dan

pemahaman yang diperoleh, anak didik diharapkan dapat mengajukan

pertanyaan pada tahapan kedua dan jawaban dari pertanyaan tersebut

akan disimpannya dan direkonstruksi menjadi sebuah pemahaman

baru. Selanjutnya pada tahapan ketiga anak didik diajak untuk menalar

dari kasus yang tidak jauh dari permasalahan yang diamati. Saat

ANAK DIDIK 1.Mengamati PERMASALAHAN

PEMAHAMAN/

KONSEP 2.Menanya

3.Menalar

4.Mencoba 5.Menyimpulkan

KASUS BERTINGKAT

(49)

menalar anak didik diharapkan mampu menggunakan pemahaman

yang sudah diketahuinya. Pada tahapan keempat anak didik diajak

untuk mencoba mengerjakan latihan baik secara mandiri maupun

kelompok. Selanjutnya di tahapan terakhir siswa diajak untuk

menyimpulkan dari apa yang sudah diamati, dipelajari dan dipahami.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pendekatan

saintifik adalah suatu metode atau pendekatan yang digunakan dalam

proses pembelajaran dengan melibatbatkan tahapan terurut di

dalamnya, yakni: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan

menyimpulkan.

G. Relasi

Wibisono (2008: 87) menjelaskan pemahaman suatu relasi

dalam sebuah gambaran ada tidaknya interaksi atau koneksi antar

elemen-elemen dari dua atau lebih himpunan dalam urutan tertentu.

Secara definisi sebuah relasi melalui perkalian skalar pada koordinat

cartesian dimana sumbu-x mewakili variabel x dan sumbu-y mewakili

variabel y. Misalkan variabel x dan y adalah bilangan real dalam

interval tertutup, atau misalkan himpunan X={x1,x2} dan Y={y1,y2}

maka perkalian skalar yang dapat diperoleh:

X x Y = {(x1,y1), (x1,y2), (x2,y1), (x2,y2)}

Y x X = {(y1,x1), (y1,x2), (y2,x1), (y2,x2)}

(50)

Y x Y = {(y1,y1), (y1,y2), (y2,y1), (y2,y2)}

Sama halnya dengan Guritman dan Supriyo (2004: 61-62) yang

mendefinisikan relasi sebagai hubungan dari himpunan A ke himpunan

B dengan sembarang subhimpunan A x B dengan notasi:

A x B = {(a, b) | a A, b B}

Setiap anggota dari A x B, misalnya (a, b), disebaut sebagai

pasangan terurut, kemudian a dan b disebut sebagai komponen

pertamam dan kedua dari (a, b). Untuk secara umum suatu relasi dapat

disimbolkan dengan R dimana x berada dalam R dengan y bila dan

hanya bila terdapat suatu fungsi F(x, y). Jadi dapat dituliska sebagai

berikut:

xRy F(x, y)

Untuk memaparkan suatu relasi Wibisono (2008: 77-78)

membuatnya ke dalam bentuk koordinat, matrik, dan pemetaan.

Berikut contoh paparan yang disajikan dengan R={(Microsoft,

(51)

1. Koordinat

Tanda titik pada gambar menjelaskan bahwa

pasangan tersebut terdapat relasi yang menghubungkan

kedua anggota himpunan.

2. Matrik

Nilai 1 menunjukan bila adanya relasi antara dua

pasangan terurut dan 0 menujukan tidak adanya relasi

(52)

3. Pemetaan

Relasi adalah hubungan antara dua himpunan A ke himpunan

B, dalam urutan tertentu melalui perkalian skalar A x B yang dapat

disajikan dengan berbagai bentuk.

H. Penelitian yang relevan

Untuk menunjang penelitian lebih lanjut terkait proses

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik, peneliti

menggunakan jurnal dan makalah sebagai dasar kajian penelitian yang

relevan, seperti penelitian:

a. Efriana (2014)

Tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut untuk

memperoleh deskripsi tentang penerapan pendekatan scientific

yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII MTsN Palu

Barat pada materi keliling dan luas daerah layang-layang. Penulis

memadukan pendekatan scientific dengan model pembelajaran

discovery learning sebagai alternatif pembelajaran agar

(53)

berkesan dan bermakna. Jenis penelitian yang dilakukan oleh

penulis adalah penelitian tindakan kelas (PTK) sesuai dengan

pengembangan yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc. Taggart.

Subjek penelitian yang dilakukan adalah seluruh siswa kelas VII

MTsN Palu Barat yang berjumlah 34 siswa yang terdaftar pada

tahun 2013/2014.

Teknik pengumpulan data pada penelitian yang dilakukan

penulis dengan melakukan observasi, wawancara, catatan lapangan,

dan tes akhir tindakan yang dianalisis dengan mengacu pada

analisis data kualitatif model Miles dan Huberman (Sugiyono,

2012: 92–99), yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan. Penelitian ini dikatakan berhasil, jika aktivitas guru

dalam mengelolah pembelajaran di dalam kelas dan aktivitas

seluruh siswa selama mengikuti proses pembelajaran melalui

lembar observasi yang dianalisis minimal pada kategori baik, serta

meningkatnya hasil belajar siswa. Pada siklus I dan siklus II, hasil

belajar dikatakan meningkat apabila peneliti dalam menyajikan

materi keliling dan luas daerah layang-layang dapat dipahami oleh

siswa, yang ditandai dengan sebagian besar siswa dapat

menyelesaikan soal keliling dan luas daerah layang-layang dengan

benar.

Dalam pembahasan dikatakan bahwa proses pembelajaran

(54)

model pembelajaan discovery leaning dan kelas VII MTsN, Palu

Barat, dapat berjalan baik dan sesuai harapan. Peran Guru dalam

mengelola proses pembelajaran dan aktivitas siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran terbilang baik. Bahkan dari hasil

penelitian tersebut menunjukan adanya peningkatan hasil belajar

dan adanya antusias dari siswa selama berproses pembelajaran.

Siswa dapat menyelesaikan soal keliling dan luas daerah

layang-layang dengan benar.

b. Atsnan dan Gazali (2013).

Dalam jurnal yang ditulis oleh Astnan dan Gazali berisikan

penerapan pendekatan secara teoritis dan praksisnya dalam

pembuatan LKS (Lembar Kegiatan Siswa). Secara teoritis

dikatakan bahwa penerapan pendekatan saintifik pada

pembelajaran matematika perlu melibatkan kerjasama antar disiplin

ilmu, seperti matematika dengan ilmu pengetahuan lainnya. Hal

tersebut bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran ke arah

belajar yang komprehemsif dan multidimensional mengenai isi dan

konsep matematika. Selanjutnya dengan pendekatan saintifik

diharapka siswa dapat lebih tertarik untuk mempelajari matematika.

Secara praksisnya Atsnan dan Gazali menuangkannya dalam

bentuk LKS yang sudah dikaji secara teoritis agar dalam

pelaksanaannya tidak menimbulkan miskonsepsi atau ambiguitas,

(55)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Efriana dapat

disimpulkan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran dengan

pendekatan saintifik dapat meningkatkan antusias siswa selama proses

belajar, serta sesuai dengan penelitian yang dilakuakn oleh Astnan dan

Gazali bahwa siswa lebih tertarik mempelajari matematika dengan

LKS yang dipersiapkan.

I. Kerangka berfikir

Kesulitan belajar yang dialami siswa kelas VIII SMPN 15

Yogyakarta dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan

saintifik menjadi permasalahan yang ingin digali lebih dalam untuk

dicari faktor apa saja yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan

belajar saat mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

saintifik. Penyebab tersebut dapat ditinjau dari bebagai faktor, yaitu

faktor dari dalam diri siswa dan dari luar siswa, sehingga siswa

mengalami kendala selama mengikuti pembelajaran di kelas. Untuk

meninjau permasalahan tersebut peneliti melakukan penelitian dengan

melakukan pengamatan atau observasi pembelajaran di kelas dan

observasi aktivitas siswa di kelas. Untuk menggali lebih dalam

permasalahan tersebut, peneliti melakukan penyebaran angket dan

dilanjut dengan wawancara guru dan siswa. Penyebaran angket dan

wawancara guru dilakukan untuk menggali kendala apa saja yang di

(56)

dan wawancara siswa dilakukan untuk menggali kendala dari dalam

diri siswa.

Tahap terakhir peneliti melakukan analisis dari hasil

observasi, angket dan wawancara berupa persentase dan informasi

sesuai dengan indikator. Hasil analisis yang diperoleh dikelompokan

untuk dilihat permasalahan yang sering nampak dan dikaitkan dengan

teori yang terkait. Pemilahan hasil analisis dilakukan secara sistematis

dan dikelompokkan berdasarkan permasalahan yang serupa.

Keseluruhan hasil analisis dapat dibuat kesimpulan terkait apa yang

menyebabkan siswa kelas VIII SMPN 15 Yogyakarta mengalami

kesulitan belajar dalam mengikuti pembelajaran matematika materi

(57)

43

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian deskriptif

kualitatif dengan cara melakukan observasi proses pembelajaran dan

aktivitas siswa di kelas, memberikan angket kepada siswa dan guru,

serta melakukan wawancara guru dan siswa.

B. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII J di SMPN 15

Yogyakarta yang berasal dari masyarakat menengah kebawah

(program KMS).

C. Objek penelitian

Objek yang menjadi penelitian adalah pendekatan saintifik dan

kesulitan belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

D. Bentuk data

Bentuk data yang disajkan adalah kuantitatif dan kualitatif.

Data kuantitatif berupa hasil lembar observasi proses pembelajaran,

aktivitas siswa dikelas, hasil angket siswa dan angket guru. Data

(58)

E. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan

observasi proses pembelajaran dan aktivitas siswa dikelas, penyebaran

angket di akhir pembelajaran untuk guru dan siswa, serta wawancara

guru dan siswa.

1. Observasi proses pembelajaran

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data dilapangan

terkait proses pembelajaran matematika yang terjadi di dalam kelas

dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pengumpulan data

observasi ini akan dibantu dengan instrumen penelitian yang sudah

disediakan.

2. Observasi aktivitas siswa

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data dilapangan

terkait aktivitas siswa di kelas selama proses pembelajaran

berlangsung dengan menggunakan pendekatan saintifik.

Pengumpulan data observasi ini dibantu dengan instrumen

penelitian yang sudah disediakan. Data yang dicari lebih berfokus

pada kesulitan siswa dalam mengikuti tahapan pendekatan saintifik.

3. Angket guru

Pengumpulan data dengan angket guru ini bertujuan untuk

Gambar

Tabel 1.1: Hasil Observasi Pembelajaran..........................................................
Gambar 2.1: Skema Proses Pembelajaran Di Kelas
Gambar 2.2: Skema alur tahapan Pendekatan Saintifik
Tabel 3.1: Kisi-kisi lembar observasi proses pembelajaranNoAspek yangIndikator
+7

Referensi

Dokumen terkait

lebih berani dan tidak malu-malu pada saat pembelajaran IPA dilaksanakan. Penggunaan pendekatan STM sangat membantu guru dan siswa karena dapat meningkatkan

Berdasarkan dari definisi-deifinisi di atas dapat diketahui bahwa maksud dari penelitian penulis ialah ketentuan hukum tentang aborsi yang diakibatkan oleh

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa informasi terkait hubungan panjang bobot, laju pertumbuhan, kisaran ukuran panjang ikan kembung lelaki yang

(2004) yang menguji pengaruh pemilihan metode akuntansi persediaan terhadap price earnings ratio, dengan menggunakan 68 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

ANALISIS LEAN MANUFACTURING DENGAN METODE VALUE STREAM MAPPING UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PROSES PRODUKSI (STUDI KASUS PADA PT. GENTA TRIKARYA BANDUNG).. Universitas

Dan setelah permukiman di Pulau seribu semakin meluas, maka penyebaran penduduk dan budayanya berlangsung dari satu pulau ke pulau lain, seperti Pulau

Dengan demikian, ada pengaruh positif yang signifikan antara intensitas membaca Asmaul Husna terhadap kecerdasan spiritual siswa kelas VII di MTs Uswatun Hasanah