STAD KELAS IV DI SDN SRUMBUNG 02 Ganjar Wiratmiasih
111134260
Universitas Sanata Dharma
Pendidikan adalah usaha untuk mengoptimalkan potensi peserta didik mencangkup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Namun, hasil wawancaradan observasi tanggal 22 Agustus 2015 menunjukkan rendahnya keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN Srumbung 02. Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mendeskripsikan upaya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV SDN Srumbung 02, 2) Untuk meningkatkan keaktifan belajar IPA pada siswa kelas IV SDN Srumbung 02 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan 3) Untuk meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV SDN Srumbung 02 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan 2 siklus yang berlangsung setiap siklus dilaksanakan dua pertemuan dengan tahap; perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Srumbung 02, dengan jumlah subjek penelitian 28 siswa.Data dikumpulkan dengan menggunakan wawancara, observasi, tes, dan dokumentasi.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa melalui enam tahapan dalam STAD yaitu 1) menyampaikan tujuan, 2) membagi kelompok, 3) menyampaikan materi pokok 4) kerja kelompok, 5) mengadakan kuis, dan 6) penghargaan kelompok. Hasil nilai rata-rata keaktifan kondisi awal 49,36 siklus I 53,21, dan siklus II 67,50. Persentase keaktifan kondisi awal mendapatkan 10,71% pada siklus I mendapat 25%, dan pada siklus II mendapat 57,14%. Pada prestasi belajar siswa menunjukan bahwa persentase kondisi awal hanya 25%, sementara pada siklus I mendapatkan 46,42%, dan pada siklus II meningkat menjadi 60,71%. Pada prestasi belajar siswa juga menunjukan bahwa rata-rata kelas mengalami peningkatan yaitu pada kondisi awal 60,89, sedangkan pada siklus I 76,07, dan pada siklus II meningkat menjadi 79,42.
IN SRUMBUNG 02 ELEMENTARY SCHOOL Ganjar Wiratmiasih
111134260 Sanata Dharma
Education is a conscious effort to optimize the potential of learners covers the aspects ofcognitive, affective, and psychomotor. One of the subjectwith these objectives is a natural science.Based on, interviews and observations showed low activity and learning achievement a natural sciencefourth grade students of SDN Srumbung 02. The purpose of this research was 1) to describe efforts to use cooperative learning model STAD to increase the activity and Science learning achievement in class IV SDN Srumbung 02, 2) to determine the use of cooperative learning model STAD to increase activeness of learning science in class IV SDN Srumbung 02, and 3) to know the use of cooperative learning model STAD to improve science learning achievement in class IV SDN Srumbung 02.
This research is a classroom action research which lasted for two cycles of the stage; planning, action, observation, and reflection. This research was conducted in SDN Srumbung 02, with a number of research subjects are 28 students. Data were collected through interview, observation, testing, and documentation.
STAD cooperative learning is used to increaseactiveness and student achievement through six stages in STAD namely 1) presents the objectives, 2) divide the group, 3) convey the subject matter 4) working group, 5) conducted a quiz, and 6) the award groups. Results indicator (1) Participation in learning, (2) Students in the opinion, and (3) Responsible for the task. The results of the average value of the liveliness of the initial conditions 49.36. 53.21 cycle I and cycle II 67.50. Percentage liveliness initial conditions get 10.71% in cycle I got 25%, and the second cycle got 57.14%. On student achievement shows that the percentage of the initial conditions is only 25%, while in the first cycle to get 46.42%, and the second cycle increased to 60.71%. On student achievement also shows that the average grade has risen 60.89 in the initial conditions, whereas in the first cycle of 76.07, and the second cycle increased to 79.42.
i
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD KELAS IV DI SDN SRUMBUNG 02
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Ganjar Wiratmiasih
NIM : 111134260
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada:
1. Allah SWT, atas segala nikmat hidup dan kesempatan menimba ilmu,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi.
2. Kedua orang tuaku, Alm. Bapak Martiknyo dan Ibu Sariyah sebagai
malaikat terhebat yang senantiasa memberikan dukungan baik material
maupun moral, kasih peneliting, dan cinta kasih yang luar biasa.
3. Saudara-saudariku, Tri Anjar Lestari, Sonti Winarno, Ikhsani Puri
Indriyati, Retno Puji Ningtyas, Hermin Ambar Sari, dan Putri Retya
Ningsih yang juga tak pernah berhenti memberi doa dan semangat.
4. Keponakan-keponakanku, Erwin Setiawan, Gian Salsabilla Windriya, dan
Labiba Calista Najmi Humahira yang selalu memberi keceriaan dan
memulihkan rasa lelahku.
5. Sahabat-sahabatku, Natalia Kartika Sari, Agatha Gitty C., Diana
Sulistyowati, Theresia Mega Wulan S., dan Bernadeta Beny Imayasari
yang selalu memberikan semangat serta dukungan.
6. Dosen pembimbing skripsi, Drs. Paulus Wahana, M. Hum, dan Maria
Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd
v MOTTO
1. Setelah kesulitan pasti ada kemudahan dan sebuah kegagalan adalah awal
dari keberhasilan
2. Tak ada yang tak mungkin bila Allah menghendaki
3. Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak
menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 31 Agustus 2016
Peneliti,
Ganjar Wiratmiasih
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, peneliti mahasiswa Universitas Sanata
Dharma:
Nama : Ganjar Wiratmiasih
Nomor Mahasiswa : 111134260
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, peneliti memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah peneliti yang berjudul:
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD KELAS IV DI SDN SRUMBUNG 02.
Dengan demikian peneliti memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu izin dari peneliti maupun memberikan royalti kepada peneliti selama
tahap mencantumkan namapeneliti sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 31 September 2016
Yang Menyatakan,
viii ABSTRAK
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD KELAS IV DI SDN SRUMBUNG 02 Ganjar Wiratmiasih
111134260
Universitas Sanata Dharma
Pendidikan adalah usaha untuk mengoptimalkan potensi peserta didik mencangkup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Namun, hasil wawancaradan observasi tanggal 22 Agustus 2015 menunjukkan rendahnya keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN Srumbung 02. Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mendeskripsikan upaya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV SDN Srumbung 02, 2) Untuk meningkatkan keaktifan belajar IPA pada siswa kelas IV SDN Srumbung 02 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan 3) Untuk meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV SDN Srumbung 02 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan 2 siklus yang berlangsung setiap siklus dilaksanakan dua pertemuan dengan tahap; perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Srumbung 02, dengan jumlah subjek penelitian 28 siswa.Data dikumpulkan dengan menggunakan wawancara, observasi, tes, dan dokumentasi.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa melalui enam tahapan dalam STAD yaitu 1) menyampaikan tujuan, 2) membagi kelompok, 3) menyampaikan materi pokok 4) kerja kelompok, 5) mengadakan kuis, dan 6) penghargaan kelompok. Hasil nilai rata-rata keaktifan kondisi awal 49,36 siklus I 53,21, dan siklus II 67,50. Persentase keaktifan kondisi awal mendapatkan 10,71% pada siklus I mendapat 25%, dan pada siklus II mendapat 57,14%. Pada prestasi belajar siswa menunjukan bahwa persentase kondisi awal hanya 25%, sementara pada siklus I mendapatkan 46,42%, dan pada siklus II meningkat menjadi 60,71%. Pada prestasi belajar siswa juga menunjukan bahwa rata-rata kelas mengalami peningkatan yaitu pada kondisi awal 60,89, sedangkan pada siklus I 76,07, dan pada siklus II meningkat menjadi 79,42.
ix ABSTRACT
IMPROVING AND STUDENT ACHIEVEMENT IN GRADE FOURTH ON SUBJECT A NATURAL SCIENCE BY COOPERATIVE LEARNING
STAD DESAIN IN SRUMBUNG 02 ELEMENTARY SCHOOL Ganjar Wiratmiasih
111134260 Sanata Dharma
Education is a conscious effort to optimize the potential of learners covers the aspects ofcognitive, affective, and psychomotor. One of the subjectwith these objectives is a natural science.Based on, interviews and observations showed low activity and learning achievement a natural sciencefourth grade students of SDN Srumbung 02. The purpose of this research was 1) to describe efforts to use cooperative learning model STAD to increase the activity and Science learning achievement in class IV SDN Srumbung 02, 2) to determine the use of cooperative learning model STAD to increase activeness of learning science in class IV SDN Srumbung 02, and 3) to know the use of cooperative learning model STAD to improve science learning achievement in class IV SDN Srumbung 02.
This research is a classroom action research which lasted for two cycles of the stage; planning, action, observation, and reflection. This research was conducted in SDN Srumbung 02, with a number of research subjects are 28 students. Data were collected through interview, observation, testing, and documentation.
STAD cooperative learning is used to increaseactiveness and student achievement through six stages in STAD namely 1) presents the objectives, 2) divide the group, 3) convey the subject matter 4) working group, 5) conducted a quiz, and 6) the award groups. Results indicator (1) Participation in learning, (2) Students in the opinion, and (3) Responsible for the task. The results of the average value of the liveliness of the initial conditions 49.36. 53.21 cycle I and cycle II 67.50. Percentage liveliness initial conditions get 10.71% in cycle I got 25%, and the second cycle got 57.14%. On student achievement shows that the percentage of the initial conditions is only 25%, while in the first cycle to get 46.42%, and the second cycle increased to 60.71%. On student achievement also shows that the average grade has risen 60.89 in the initial conditions, whereas in the first cycle of 76.07, and the second cycle increased to 79.42.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayahNya sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD KELAS IV DI SDN SRUMBUNG 02” ini dengan
baik. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat
adanya bimbingan, bantuan, semangat, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dengan setulus hati
kepada:
1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar.
3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
4. Drs. Paulus Wahana, M. Hum. Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing dan memotivasi peneliti dengan sabar dan baik, memberikan
nasihat serta waktu dan tenaganya dalam penyusunan skripsi ini.
5. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, dukungan, dan pengetahuan bagi peneliti.
6. Para validator instrumen perangkat pembelajaranyang bersedia
menvalidasi untuk penelitian.
7. I.Suyitno, S.Pd Kepala SD Negeri Srumbung 02yang telah memberikan
xi
8. Nurul Hidayati, S.Pd.SD Wali kelas IV SD Negeri Srumbung 02 yang
telah memberi izin dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.
9. Siswa-siswi kelas IV SD Negeri Srumbung 02 yang telah membantu
terlaksananya penelitian ini dengan baik dan lancar.
10. Semua pihak yang telah banyak berjasa yang tidak dapat peneliti sebutkan
satu per satu.
Peneliti mohon maaf dalam penulisan skripsi ini juga masih jauh dari
sempurna. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk dunia pendidikan
dan pembaca sekalian.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN MOTTO... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... v
DAFTAR GRAFIK... xvii
DAFTAR LAMPIRAN... xvii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Batasan Masalah... 6
C. Rumusan Masalah... 7
D. Tujuan Penelitian... 8
E. Manfaat Penelitian... 8
F. Definisi Operasional... 9
BAB II LANDASAN TEORI... 11
A. Kajian Pustaka... 11
1. Prestasi Belajar... 11
2. Keaktifan ... 15
3. Model Pembelajaran Kooperatif... 17
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... 22
5. Ilmu Pengetahuan Alam... 26
B. Penelitian Relevan... 28
C. Kerangka Berpikir... 32
D. Hipotesis Tindakan... 34
BAB III METODE PENELITIAN... 35
A. Jenis Penelitian... 35
B. Setting Penelitian... 38
C. Rencana Tindakan... 39
D. Teknik Pengumpulan Data... 50
E. Instrumen Penelitian... 53
F. Validitas dan Reliabilitas... 60
xiii
a. Validitas Perangkat Pembelajaran... 61
b. Validitas Keaktifan... 67
c. Validitas Soal... 68
d. Indeks Kesukaran... 74
2. Reliabilitas... 78
G. Teknik Analisis Data... 80
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 85
A. Kondisi Awal... 85
1. Proses Penelitian Tindakan Kelas... 88
a. Siklus I... 89
b. Siklus II... 97
B. Hasil Penelitian... 105
1. Keaktifan... 105
2. Prestasi... 120
C. Pembahasan... 127
BAB V PENUTUP... 137
A. Kesimpulan... 137
B. Keterbatasan Penelitian... 138
C. Saran... 139
DAFTAR REFERENSI... 141
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaktifan Kondisi Awal... 4
Tabel 2.1 Penghitungan Perkembangan Kelompok... 25
Tabel 2.2 Tingkat Penghargaan Kelompok... 26
Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Keaktifan Belajar... 52
Tabel 3.2 Instrumen Pengumpulan Data... 53
Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Pengamatan... 54
Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara... 55
Tabel 3.5 Kisi-kisi Soal Siklus I Sebelum Validasi... 57
Tabel 3.6 Kisi-kisi Soal Siklus II Sebelum Validasi... 58
Tabel 3.7 Hasil Penilaian Validasi Silabus... 61
Tabel 3.8 Hasil Penilaian Validasi RPP... 62
Tabel 3.9 Hasil Penilaian Validasi LKS... 63
Tabel 3.10 Hasil Penilaian Validasi Materi Ajar... 64
Tabel 3.11 Hasil Penilaian Validasi Soal... 65
Tabel 3. 12 Hasil Validasi dan Kriteria... 66
Tabel 3.13 Hasil Validasi Keaktifan... 67
Tabel 3.14 Hasil Perhitungan Validitas Soal Siklus I... 69
Tabel 3.15 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I Setelah Validasi... 71
Tabel 3.16 Hasil Perhitungan Validitas Soal Siklus II... 72
Tabel 3.17 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II Setelah Validasi... 73
Tabel 3.18 Klasifikasi Indeks Kesukaran... 75
Tabel 3.19 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Siklus I... 75
Tabel 3.20 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Siklus II... 76
Tabel 3.21 Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas... 79
Tabel 3.22 Hasil Reliabilitas Soal Siklus I... 79
Tabel 3.23 Hasil Reliabilitas Soal Siklus II... 80
Tabel 3.24 Indikator Keberhasilan... 81
Tabel 3.25 Kriteria Keaktifan... 82
Tabel 4.1 Kondisi Awal Keaktifan Belajar IPA... 86
Tabel 4.2 Kondisi Awal Prestasi Belajar... 87
Tabel 4.3 Hasil Observasi Keaktifan Siklus I Pertemuan 1... 105
Tabel 4.4 Hasil Observasi Keaktifan Siklus I Pertemuan 2... 107
Tabel 4.5 Kriteria Keaktifan Siklus I... 109
Tabel 4.6 Rangkuman Perhitungan Keaktifan Siklus I... 109
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Keaktifan Siklus I Indikator 1, 2, dan 3... 110
Tabel 4.8 Hasil Observasi Keaktifan Siklus II Pertemuan 1... 112
Tabel 4.9 Hasil Observasi Keaktifan Siklus II Pertemuan 2... 114
Tabel 4.10 Kriteria Keaktifan Siklus II... 115
Tabel 4.11 Rangkuman Perhitungan Keaktifan Siklus II... 115
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Keaktifan Siklus II Indikator 1, 2, dan 3. 117 Tabel 4.13 Hasil Peningkatan Keaktifan Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II... 119
xv
Tabel 4.15 Hasil Evaluasi Siklus II... 123 Tabel 4.16 Hasil Peningkatan Prestasi Belajar Kondisi Awal, Siklus I,
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Literatur Map... 31
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir... 33
Gambar 3.1 Bagan Model Siklus PTK Kemmis dan Tagart... 36
Gambar 4.1 Guru Menyampaikan Tujuan Pembelajaran... 127
Gambar 4.2 Siswa Dalam Kerja Kelompok... 128
Gambar 4.3 Siswa Belajar Bersama Kelompok... 129
Gambar 4.4 Siswa Bekerja Dalam Kelompok... 129
Gambar 4.5 Siswa Melakukan Kuis... 130
Gambar 4.6 Siswa Mendapat Penghargaan... 131
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Peningkatan Keaktifan Siklus I... 112 Grafik 4.2 Peningkatan Keaktifan Siklus II... 118 Grafik 4.3 Hasil Keaktifan Siswa... 120 Grafik 4.4 Peningkatan Persentase Rata-rata Kelulusan KKM Siklus
I... 122 Grafik 4.5 Peningkatan Persentase Rata-rata Kelulusan KKM Siklus
II... 124 Grafik 4.6 Peningkatan Persentase Kelulusan KKM Dalam Proses
xviii
Lampiran 2 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian... 147
Lampiran 3 Data Kondisi Awal Keaktifan... 148
Lampiran 4 Data Kondisi Awal Prestasi... 149
Lampiran 5 Lembar Observasi Keaktifan Sebelum Validasi... 150
Lampiran 6 Hasil Validasi Keaktifan... 151
Lampiran 7 Lembar Observasi Keaktifan Sesudah Validasi... 153
Lampiran 8 Pedoman Wawancara... 154
Lampiran 9 Soal Evaluasi Siklus I Sebelum Uji Coba... 155
Lampiran 10 Soal Evaluasi Siklus II Sebelum Uji Coba... 159
Lampiran 11 Sampel Pekerjaan Siswa Soal Evaluasi Siklus I... 163
Lampiran 12 Sampel Pekerjaan Siswa Soal Evaluasi Siklus II... 166
Lampiran 13 Tabulasi Uji Soal Siklus I... 169
Lampiran 14 Hasil Perhitungan Validitas Siklus I... 171
Lampiran 15 Reliabilitas Siklus I... 172
Lampiran 16 Tabulasi Uji Soal Siklus II... 173
Lampiran 17 Hasil Perhitungan Validitas Siklus II... 175
Lampiran 18 Reliabilitas Siklus II... 176
Lampiran 19 Silabus Sebelum Validasi Siklus I... 177
Lampiran 20 RPP Sebelum Validasi Siklus I... 189
Lampiran 21 RPP Sebelum Validasi Siklus II... 224
Lampiran 22 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran Siklus I dan II... 251
Lampiran 23 Perangkat Pembelajaran Silabus Setelah Validasi... 226
Lampiran 24 Perangkat Pembelajaran RPP Siklus I Setelah Validasi... 278
Lampiran 25 Perangkat Pembelajaran RPP Siklus II Setelah Validasi.... 290
Lampiran 26 Lembar Observasi Keaktifan Kondisi Awal... 302
Lampiran 27 Lembar Observasi Keaktifan Siklus I Pertemuan 1... 306
Lampiran 28 Lembar Observasi Keaktifan Siklus I Pertemuan 2... 310
Lampiran 29 Lembar Observasi Keaktifan Siklus II Pertemuan 1... 314
Lampiran 30 Lembar Observasi Keaktifan Siklus II Pertemuan 2... 318
Lampiran 31 Sampel Pekerjaan Siswa Siklus I... 321
Lampiran 32 Sampel Pekerjaan Siswa Siklus II... 329
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta batasan
pengertian.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu usaha masyarakat untuk memajukan
peradaban dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Menurut Undang–
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3:
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara demokratis serta bertanggung jawab. Salah satu upaya pemerintah
adalah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Guru mempunyai peranan yang sangat penting terhadap terciptanya
proses pembelajaran yang efektif. Menurut Winataputra, dkk (2007: 120)
mengemukakan keberhasilan suatu pembelajaran ditandai munculnya
lingkungannya yaitu kelas, sumber belajar, media, sarana prasarana serta
guru sebagai manager pembelajaran. Kompetensi guru dalam mengorganisasi
pembelajaran akan mempengaruhi keaktifan dan hasil belajar peserta didik
Pembelajaran aktif harus tercipta dalam suatu proses pembelajaran.
Hamzah (2007: 45) berpendapat bahwa pembelajaran aktif adalah anak
belajar dari pengalaman, selain itu anak harus belajar memecahkan masalah
yang dia peroleh. Yamin (2007:82) berpendapat bahwa peserta didik belajar
aktif adalah suatu usaha manusia untuk membangun pengetahuan dalam
dirinya. Dalam proses pembelajaran terjadi perubahan dan peningkatan suatu
kemampuan, pengetahuan dan keterampilan peserta didik, baik dalam ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pembelajaran aktif adalah pada saat anak
aktif, terlibat, dan peserta yang lain peduli dengan pendidikan mereka sendiri.
Indikator keaktifan peserta didik dalam pembelajaran dapat dilihat dari segi
peserta didik ikut berpartisipasi dalam pembelajaran, peserta didik dalam
mengemukakan pendapatnya, dan bertanggung jawab.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dapat menumbuhkan
pemahaman, kreativitas, keaktifan, daya pikir dan potensi. Kegiatan
pembelajaran diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang mendorong peserta
didik belajar aktif baik secara fisik, sosial maupun psikis untuk memahami
konsep. Komunikasi dua arah secara timbal balik sangat diharapkan dalam
proses belajar mengajar secara aktif, demi tercapainya interaksi belajar yang
Samatowa (2006: 2) berpendapat Ilmu Pengetahuan Alam merupakan
ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang
sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan
dari hasil observasi dan eksperimen. Pembelajaran mata pelajaran IPA
Standar Kompetensi: 6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud
benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya.
Kompetensi Dasar: 6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas
memiliki sifat tertentu 6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair
→ padat → cair; cair →gas → cair; padat → gasbertujuan mengembangkan
sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan
kemampuan yang lebih tinggi pada diri peserta didik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru SDN Srumbung 02 pada
tanggal 22 Agustus 2015 diperoleh bahwa masih banyak peserta didik yang
kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran , sehingga dalam pembelajaran
berlangsung peserta didik 5 peserta didik masuk dalam kategori sangat
kurang aktif, 7 peserta didikmasuk dalam kategori kurang aktif, dan 5
peserta didik masuk dalam kategori cukup aktif. Rata-rata nilai keaktifan
kondisi awal adalah 44,92 dan persentase keaktifan kondisi awal 17,85%.
Berdasarkan hasil observasi dalam kelas pada tanggal 22 Agustus 2015
saat proses pembelajaran berlangsung peserta didik dapat berinteraksi dengan
peserta didik yang lain akan tetapi peserta didik kurang aktif bertanya dan
mengeluarkan pendapatnya dalam mengikuti pembelajaran. Menurut PAP
keaktifan 45-50, aktif rentang skor keaktifan 40-44, cukup aktif rentang skor
keaktifan 33-39, kurang aktif rentang skor keaktifan 28-32, dan sangat kurang
aktif rentang skor keaktifan dibawah 27. Dari hasil observasi diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 1.1 Keaktifan kondisi awal
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa peserta didik yang masuk dalam
kategori sangat kurang aktif terdapat 16 peserta didik dengan perolehan skor
kurang dari 27, sedangkan yang masuk dalam kategori kurang aktif terdapat 9
peserta didik dengan perolehan skor 28-32, dan yang masuk dalam kategori
cukup aktif terdapat 3 peserta didikdengan perolehan skor 33-39, persentase
rata-rata kondisi awal adalah 10,71%.
Berdasarkan hasil observasi tanggal 22 Agustus 2015 diperoleh bahwa
masih banyak prestasi belajar peserta didik yang belum mencapai KKM.
Berdasarkan data tahun 2014/2015 yang diperoleh pada daftar nilai mata
pelajaran IPA kelas IV bahwa nilai rata-rata adalah 60,89. Dalam satu kelas
terdapat 28 peserta didik. Nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu 75.
Kondisi awal nilai peserta didik yang belum memenuhi KKM yaitu 21peserta
didik dengan persentase 75%. Peserta didik yang memiliki nilai diatas KKM No Kategori Rentang skor
keaktifan
Jumlah Peserta didik
1 Sangat aktif 45-50 -
2 Aktif 40-44 -
3 Cukup aktif 33-39 3
terdapat 7 peserta didikdengan persentase 25% dari jumlah keseluruhan
peserta didik.
Slavin (2005:143) mengemukakan bahwa terdapat beberapa model
pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD,
jigsaw, investigasi kelompok, teams games tournaments (TGT), think pair share (TPS), dan numbered head together (NHT). Pada penelitian ini peneliti
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dorongan dalam meningkatkan prestasi
dan dapat membuat peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Rusman (2013:215) mengemukakan bahwa model-model pembelajaran
kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola
belajar peserta didik berkelompok untuk menjalin kerjasama. Guru
menyampaikan tujuan dan motivasi peserta didik, peserta didik masuk dalam
kelompok untuk memperdalam materi yang disampaikan guru, selanjutnya
pengadaan kuis perseorangan yang nantinya nilai untuk kelompok namun
anggota kelompok tidak boleh membantu menjawab, dan memberikan
penghargaan ke kelompok tersebut. Model pembelajaran ini diharapkan dapat
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar peserta didik.
Untuk itu model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini penting dapat
membantu meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar peserta didik, sebab
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
memberikan pengalaman langsung serta pengetahuan yang berharga bagi
mereka dapatkan melalui eksperimen. Selain itu dapat memberikan dampak
bagi prestasi belajar peserta didik agar semakin meningkat.
Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti keaktifan dan prestasi
belajar. Keaktifan dan prestasi belajar ini dipilih karena dalam observasi
peneliti melihat bahwa keaktifan dalam pembelajaran sangat kurang sehingga
peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar peserta didik.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik ingin melakukan
penelitian dengan judul “PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN
PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD KELAS IV DI SDN SRUMBUNG 02”
B. Batasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Peneliti meneliti kelas IV SDN Srumbung 02 semester satu tahun
pelajaran 2015/2016.
2. Subyek yang akan diteliti ada dua yaitu keaktifan peserta didik dan
prestasi belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah hasil belajar
aspek kognitif.
3. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
menyampaikan tujuan, membagi kelompok, menyampaikan materi pokok,
kerja kelompok, mengadakan kuis, dan penghargaan kelompok.
4. Muatan pelajaran yang terkait yaitu mata pelajaran IPA materi pada
standar kompetensi : 6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud
benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya.
Kompetensi Dasar: 6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan
gas memiliki sifat tertentu 6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan
wujud cair → padat → cair; cair →gas → cair; padat → gas.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA padapeserta
didik kelas IV SDN Srumbung 02 tahun pelajaran 2015/2016?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan keaktifan belajar IPA pada peserta didik kelas IV SDN
Srumbung 02 tahun pelajar 2015/2016?
3. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan prestasi belajar IPA pada peserta didik kelas IV SDN
D. Tujuan Penelitian
Dilihat dari rumusan masalah, maka peneliti merumuskan tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mendeskripsikan upaya penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi
belajar IPA padapeserta didik kelas IV SDN Srumbung 02 tahun
pelajaran 2015/2016.
2. Untuk mengetahui peningkatan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA
padapeserta didik kelas IV SDN Srumbung 02 tahun pelajaran
2015/2016.
3. Untuk mengetahui peningkatan penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar IPA
padapeserta didik kelas IV SDN Srumbung 02 tahun pelajaran
2015/2016.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa
pihak yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini menambah teori dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi
belajar peserta didik melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru :
Penelitian berharap penelitian ini memberikan manfaat bagi guru
dalam mengembangkan cara penyampaian materi dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
b. Bagi Peneliti :
Menjadi lebih mengetahui cara mengatasi keaktifan dan prestasi
belajaran peserta didik dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik dengan mengembangkan cara penyampaian bahan
ajar atau model pembelajaran yang digunakan.
F. Definisi Operasional
Agar tidak menimbulkan pertanyaan dan tidak menimbulkan multi tafsir
suatu istilah yang dikemukakan maka perlu adanya definisi operasional.
Berikut ini merupakan definisi operasional yang peneliti ambil:
1. Prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang
setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
2. Keaktifan belajar adalah mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh
semangat dan keterlibatan antara secara pribadi untuk mempelajari sesuatu
yang baik harus mendengar, melihat, menjawab pertanyaan, dan
mendiskusikannya dengan orang lain.
3. Model Pembelajaran Kooperatif adalah sebuah model pembelajaran
menyajikan pelajaran dan peserta didik bekerja dalam kelompok untuk
memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran
tersebut. Akhirnya seluruh peserta didik dikenai kuis tentang materi itu
dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.
4. Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu
modelpembelajarankooperatif yang paling sederhana, dan merupakan
model yangpaling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru
menggunakanpendekatan kooperatif.
5. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD agar peserta
didik mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi
tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II ini memuat tentang kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka
berpikir, dan hipotesis tindakan.
A. Kajian Pustaka 1. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Winkel (1996: 226) mengemukakan bahwa prestasi belajar
merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka
prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh
seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Gunarso (1993:
77), mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal
yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha
belajar.Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari
pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif,
afektif, dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang
diukur dengan menggunakan instrumen tes atau berupa hasil belajar
dari aspek kognitif. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari
penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf
maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap
anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari
afektif, dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang
diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan.
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal
dengan tes prestasi belajar. Anwar (2005: 8-9), mengemukakan tentang
tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap
keberhasilan seseorang dalam belajar. Tes prestasi belajar berupa tes
yang disusun secara terencana untuk mengungkap performasi
maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah
diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat
berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ujian
nasional dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi. Dari pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah sesuatu yang dapat
dicapai atau tidak dapat dicapai dan untuk mencapai suatu prestasi
belajar peserta didik harus mengalami proses pembelajaran. Dalam
melaksanakan proses pembelajaran peserta didik akan mendapatkan
kognitif, afektif, dan psikomotor.
b. Fungsi Prestasi Belajar
Berikut ini adalah fungsi utama prestasi belajar yang
dikemukakan oleh Arifin (2009:12):
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan
sebab guru dapat melihat pemahaman pengetahuan peserta didik
melalui tes evaluasi dan hasilnya.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan rasa ingin tahu. Semakin
tinggi prestasi belajar peserta didik, menambah rasa ingin tahu
peserta didik terhadap pelajaran yang didapatnya di kelas.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
Maksud dari fungsi ini adalah bahwa prestasi belajar dapat dijadikan
pendorong belajar peserta didik untuk meningkatkan dan sebagai
umpan balik untuk meningkatkan mutu pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ektern dari suatu institusi
pendidikan.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap peserta didik.
Proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus
diperhatikan, karena peserta didik yang diharapkan dapat menyerap
materi yang disampaikan oleh guru.
Jadi dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar adalah indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan
yang telah dikuasai peserta didikdapat dijadikan pendorong belajar
peserta didik untuk meningkatkan dan sebagai umpan balik untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk meningkatkan prestasi belajar ada beberapa faktor yang
dua yaitu eksternal dan internal. Faktor internal (diri), baik secara
fisiologis atau pun psikologis. Kondisi fisiologis ini berkaitan dengan
kondisi fisik seseorang, yang dapat dibedakan menjadi dua yaitu
kondisi jasmani pada umumnya dan kondisi yang berkaitan
fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama panca indera, sedangkan faktor
psikologis ini berhubungan dengan intelegensi seseorang misal bakat,
minat, pengetahuan dan lain-lain.
Intelegensi ini sangat erat hubungannya dengan tinggi
rendahnya prestasi belajar peserta didik. Intelegensi ini merupakan
dasar ketercapaian hasil belajar peserta didik. Artinya hasil belajar
seseorang peserta didik bergantung pada tingkat intelegensinya.
Semakin tinggi intelegensi peserta didik maka semakin tinggi pula
prestasi yang akan ia dapat. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak
semua prestasi belajar peserta didik yang rendah dipengaruhi karena
intelegensi peserta didik yang rendah, sebab faktor prestasi belajar ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang lain.
Selain faktor internal di atas ada faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Faktor eksternal ini
meliputi faktor sosial. Faktor sosial sendiri menyangkut hubungan
manusia antarmanusia yang terjadi dalam berbagai situasi. Faktor
eksternal dalam lingkungan keluarga bisa berpengaruh besar terhadap
prestasi belajar peserta didik. Selain itu peran fasilitator di sekolah yaitu
mungkin saat peserta didik berada di sekolah terlebih saat di kelas guru
harus menjadi fasilitator yang baik bagi peserta didik.
2. Keaktifan
a. Pengertian Keaktifan
Mulyasa (2008:15) menyebutkan bahwa keaktifan berasal dari
kata aktif yang artinya giat bekerja, giat berusaha, mampu bereaksi dan
beraksi, sedangkan arti kata keaktifan adalah kesibukan atau kegiatan.
Dalam mengkategorikan keaktifan, dapat ditinjau dari dua hal yaitu
keaktifan dapat digolongkan menjadi keaktifan jasmani dan keaktifan
rohani. Keaktifan jasmani maupun rohani meliputi (1) keaktifan indera
yaitu pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-lain; (2) keaktifan akal;
serta (3) keaktifan ingatan. Keaktifan juga termasuk dalam sumber
pembelajaran yang merupakan kombinasi antara suatu teknik dengan
sumber lain.
b. Pengertian Keaktifan Belajar
Ratmi (dalam Sihontoro, 2011:12) menyatakan keaktifan
memiliki kata dasar aktif yang berarti giat dalam belajar atau berusaha.
Sunarto (2009:10) mengemukakan bahwa keaktifan dalam belajar
adalah mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh semangat dan
keterlibatan antara secara pribadi untuk mempelajari sesuatu yang baik
harus mendengar, melihat, menjawab pertanyaan, dan
mendiskusikannya dengan orang lain. Jadi dalam proses belajar peserta
dengan penuh semangat dan berusaha, akan tetapi juga didukung
dengan peran seorang guru untuk menciptakan keaktifan peserta didik.
Keaktifan merupakan segala kegiatan kegiatan peserta didik dalam
proses pembelajaran dan dipertanggung jawabkan sendiri.
c. Indikator keaktifan belajar
Sudjana (2009: 61) menyatakan bahwa pembelajaran yang aktif
dalam proses pembelajaran adalah turut serta dalam melaksanakan tugas
belajarnya, terlibat dalam pemecahan masalah, bertanya kepada peserta
didik lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang
dihadapi berusaha mencari informasi untuk memecahkan masalah,
melatih diri dalam memecahkan masalah, dan menilai kemampuan
dirinya dan hasil yang diperoleh. Dimyati (2009: 45) menyatakan bahwa
keaktifan terjadi melalui berbagai bentuk yaitu dengan kegiatan fisik dan
kegiatan psikis. Kegiatan fisik terdapat kegiatan membaca, mendengar,
menulis, dan berlatih keterampilan-keterampilan sedangkan kegiatan
psikis yaitu memecahakan masalah yang hadapi, membandingkan satu
konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan. Indikator
keaktifan yang peneliti gunakam yaitu berpartisipasi dalam
pembelajaran, keberanian peserta didik dalam berpendapat, dan peserta
3. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Rusman (2010: 202) mengemukakan bahwa model pembelajaran
kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara peserta didik
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil. Pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Abdulhak (dalam Rusman 2010:
203) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan
melalui diskusi antar peserta didik, sehingga dapat mewujudkan
pemahaman bersama antara peserta didik itu sendiri.
Nurhayati (2002: 25) berpendapat bahwa model pembelajaran
kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi
peserta didik dalam suatu kelompok kecil untuk berinteraksi. Model
pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang dapat membantu
peserta didik mengembangkan kemampuan yang dimiliki melalui belajar
b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Suyanti (2010: 99-100) menyatakan bahwa karakteristik model
pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim
merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim
harus mampu membuat peserta didik belajar. Semua anggota tim
(anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran
ditentukan oleh keberhasilan tim.
2) Didasarkan pada manajemen kooperatif
Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat
fungsi pokok yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, dan
kontrol. Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif.
Perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran memerlukan
perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara
efektif. Pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan melalui
langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk
ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama. Fungsi organisasi
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan
diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi
kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu
ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun non tes.
3) Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh
keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja
sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif.
Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan
tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan
perlunya saling membantu, misalnya peserta didik yang pintar
membantu peserta didik yang kurang pintar.
4) Keterampilan bekerja sama
Kemampuan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan
melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambar dalam keterampilan
bekerja sama. Dengan demikian, peserta didik perlu didorong
untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan
anggota lain. Peserta didik perlu dibantu mengatasi berbagai
hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap
peserta didik dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat
c. Prosedur Model Pembelajaran Kooperatif
Rusman (2010: 212) menyatakan bahwa prosedur atau
langkah-langkah pembelajaran kooperatif terdiri dari 4 tahap:
1) Penjelasan materi, merupakan tahapan penyampaian
pokok-pokok materi pelajaran sebelum peserta didik belajar dalam
kelompok.
2) Belajar kelompok, dilakukan setelah guru memberikan materi.
3) Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa
dilakukan melalui tes atau kuis yan dilakukan secara individu
dan kelompok.
4) Pengakuan tim, penetapan tim yang dianggap paling
berprsetasi untuk kemudian diberikan penghargaan dengan
harapan dapat memotivasi untuk terus berprestasi lebih baik
lagi.
d. Keuntungan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif.
Soewarso (1998: 22) menyebutkan keuntungan menggunakan
model pembelajaran kooperatif sebagai berikut :
1) Model pembelajaran kooperatif membantu peserta didik
2) Adanya anggota kelompok lain yang menghindari
kemungkinan peserta didik mendapat nilai rendah, karena
dalam tes lisan peserta didik dibantu oleh anggota
kelompoknya.
3) Pembelajaran kooperatif menjadikan peserta didik mampu
belajar berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain,
dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan
bersama-sama.
4) Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar
peserta didik yang tinggi menambah harga diri peserta didik
dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.
5) Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan
dorongan bagi peserta didik untuk mencapai hasil yang lebih
tinggi.
e. Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif
Pengembangan pembelajaran model kooperatif bertujuan untuk
pencapaian hasil belajar, penerima terhadap keragaman dan
pengembangan keterampilan sosial. Masing-masing tujuan tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pencapaian hasil belajar
Meskipun pembelajaran kooperatif meliput berbagai macam tujuan
sosial, pembelajaran kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Efek penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif ialah
peneriman yang luas terhadap orang berbeda menurut ras, budaya,
tingkat sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan.
Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada peserta didik
yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling
bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui
pengunaan struktur penghargaan koopertif, serta belajar untuk
menghargai satu sama lain.
3) Pengembangan ketrampilan sosial
Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk
mengajarkan kepada peserta didik keterampilan kerja sama dan
kolaborasi.
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievment Divisions
(STAD)
a) Pengertian Student Teams Achievment Divisions (STAD)
STAD merupakan singkatan dari Student Teams Achievment
Divisions dimana secara etimologi berarti pembagian pencapaian tim
peserta didik. Slavin(2005:143) mengatakan bahwa STAD merupakan
salah satu modelpembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan
merupakan model yangpaling baik untuk permulaan bagi para guru
Rusman (2010:215) menjelaskan langkah-langkah untuk
menggunakan STAD sebagai berikut:
1) Penyampaian tujuan dan motivasi
Penyampaian tujuan dilakukan agar peserta didik
mengetahui secara jelas apa yang akan dikerjakan dan dapat
menumbuhkan motivasi peserta didik untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran secara utuh dan aktif.
2) Pembagian kelompok
Peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok kecil. setiap
kelompok beranggota 4-6 peserta didik. Kelompok harus
mempunyai anggota kelompok yang beragam. Keberagaman
dalam kelompok dapat berupa prestasi, jenis kelamin, ras, etnik,
atau kemauan.
3) Prestasi dari guru
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pentingnya
pokok bahasan tersebut yang akan dibahas. Selain itu guru
menyampaikan tentang keterampilan dan kemampuan yang
diharapkan dapat dikuasi oleh peserta didik. Guru juga
menjelaskan tugas-tugas dan cara-cara pengerjaannya yang harus
4) Kerja tim
Setiap kelompok diberikan lembar kerja sebagai panduan
kerja kelompok. Selama peserta didik bekerja secara tim, guru
melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan, dan
bantuan yang diperlukan.
5) Kuis
Kuis dilakukan secara individu. Anggota lain dalam
kelompok tidak diperbolehkan untuk membantu. Dengan adanya
kuis ini agar setiap anggota dalam kelompok dapat menguasai
materi atau pokok bahasan yang telah didiskusikan dengan
kelompok.
6) Penghargaan prestasi tim
Setelah melakukan kuis, guru memeriksa hasil pekerjaan
peserta didik dan memberikan penghargaan kepada kelompok
melalui tahapan-tahapan berikut :
a) Menghitung skor kelompok
Slavin seperti dikutip oleh Asma (2006:53),
mengemukakan bahwa penghargaan prestasi tim setelah
pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja peserta didik dan
penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh
guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Penghitungan Perkembangan Kelompok
No Nilai Tim Skor
perkembangan
1 Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 poin
2 1 poin sampai 10 poin di bawah skor awal 10 poin
3 1 poin sampai 10 poin di atas skor awal 20 poin
4 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 poin
5 Nilai sempurna 30 poin
Tabel 2.1 dapat dijelaskan bahwa jika nilai evaluasi
pertemuan kedua lebih dari 10 poin di bawah nilai pertemuan
pertama maka mendapatkan skor perkembangan sebanyak 5
poin. Jika evaluasi pertemuan kedua adalah 1 sampai 10 poin di
bawah nilai pertemuan pertama mendapat skor perkembangan
sebanyak 10 poin. Jika nilai evaluasi pertemuan kedua adalah 1
sampai 10 poin di atas nilai pertemuan pertama maka mendapat
skor perkembangan sebanyak 20 poin. Jika evaluasi pertemuan
kedua lebih dari 10 poin di atas nilai pertemuan pertama maka
mendapatkan perkembangan sebanyak 30 poin.
b) Menghitung rata-rata skor kemajuan
Langkah kedua setelah menentukan skor individu adalah
menentukan tingkat penghargaan masing-masing kelompok.
Dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata-rata kelompok Predikat
15 sampai dengan 19 Tim baik
20 sampai dengan 24 Tim hebat
25 sampai dengan 30 Tim super
Tabel 2.2 dapat dijelaskan bahwa jika rata-rata skor
kemajuan kelompok adalah diantara 14-20 maka kelompok
mendapatkan tingkat penghargaan sebagai tim baik. Jika
rata-rata skor kemajuan kelompok adalah diantara 21-25 maka
kelompok mendapat tingkat penghargaan sebagai tim hebat. Jika
rata-rata skor kemajuan kelompok adalah diantara 26-31 maka
kelompok mendapat tingkat penghargaan sebagai tim super.
5. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
1) Pengertian ilmu pengetahuan alam
Iskandar (1997: 2) menyatakan bahwa kata IPA merupakan
singkatan dari kata “Ilmu Pengetahuan Alam” yang diterjemahkan dari
bahasa Inggris “Natural Science”, secara singkat disebut Science.
sebagai ilmu pengetahuan tentang alam atau yang mempelajari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.
IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara
sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang
dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh
Samatowa (2006: 2) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan
dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun
secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil
observasi dan eksperimen. Ruang lingkup sains seperti yang ada dalam
kurikulum pendidikan di Indonesia adalah Sains (tingkat sekolah dasar),
Sains Biologi, Sains Fisika, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa
(tingkat sekolah menengah).
Jadi dapat disimpulkan IPA merupakan mata pelajaran di SD
supaya peserta didik mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep
yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman
melalui serangkaian proses ilmiah.
a) Tujuan IPA
Sulistiyorini (2007: 40) mengemukakan pembelajaran IPA di
SD/MI bertujuan agar peserta didik :
1) Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap
sains, teknologi dan masyarakat.
2) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
3) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
4) Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains
dalam kehidupan sehari-hari.
5) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke
bidang pengajaran lain.
6) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam. Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan
Tuhan di alam semesta ini untuk dipelajari.
b) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA
Standar Kompetensi (SK) yang akan diteliti oleh peneliti
adalah SK 6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda
serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya.
Sedangkan Kompetensi Dasar yang akan diteliti oleh peneliti
adalah 6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair dan gas
memiliki sifat tertentu. 6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan
wujud cair → padat → cair; cair →gas → cair; padat → gas.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Aryani (2012), yang berjudul Upaya
Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Ajaran 2011/2012, menyimpulkan bahwa dengan model pembelajaran
kooperatif khususnya tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik. Hal ini terbukti dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa, rata-rata
hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan. Dari tes awal sebesar 61,87,
menjadi 76,95 pada siklus I, dan 89,71 pada siklus II. Ketuntasan juga
meningkat. Pada pra penelitian ketuntasan sebesar 29,16%, siklus I sebesar
65,21% dan siklus II sebesar 91,66%.
Penelitian yang dilakukan oleh Rohmawati (2013), yang berjudul
Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model Kooperatif Tipe STAD
Pada Peserta didik Kelas V SDN Sendang Batang, menyimpulkan bahwa hasil
penelitian menunjukkan bahwa: (1) keterampilan guru pada siklus I diperoleh
skor 22 dengan kriteria baik, Siklus II dengan skor 27 dengan kriteria baik. (2)
Aktivitas peserta didik siklus I memperoleh skor 16 dengan kriteria baik, siklus
II diperoleh skor 19 dengan kriteria baik. (3) Ketuntasan klasikal hasil belajar
peserta didik siklus I pertemuan I sebesar 31% dan siklus I pertemuan II 62%.
Pada siklus II pertemuan I sebesar 69% dan siklus II pertemuan II sebesar 80%.
Simpulan penelitian ini adalah melalui model kooperatif tipe STADdapat
meningkatkan keterampilan guru, aktivitas peserta didik, dan hasil belajar pada
pembelajaran IPA. Saran adalah guru dapat menggunakan model kooperatif
tipe STAD untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran lain
dan kelas lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Ayunani (2013), yang berjudul
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dalam Pembelajaran IPA di SD Negeri
Sukomangli 01 Kecamatan Reban Kabupaten Batang Tahun Pelajaran
2012/2013, menyimpulkan bahwa dengan menggunakan dapat ditingkatkan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Keaktifan peserta
didikpada kondisi awal sebesar 39% telah meningkat menjadi 83% pada
kondisi akhir.
Persamaan antara penelitian yang relevan di atas dengan penelitian ini
terletak pada mata pelajaran dan subyek yang diteliti. Penelitian di atas
meneliti variabel pada mata pelajaran IPS dan IPA. Sedangkan peneliti akan
meneliti variabel mata pelajaran IPA. Persamaan antara penelitian yang relevan
di atas dengan penelitian ini adalah terletak pada 1) variabel terkait yaitu
keaktifan peserta didik, dan 2) variabel bebasnya model STAD. Sedangkan
perbedaan penelitian yang relevan di atas dengan penelitian ini terletak pada
Gambar 2.1Literatur map
Berdasarkan gambar 2.1 di atas bagan yang pertama berjudul Upaya
Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD (Student Teams Achievement Divisions) Kelas IV A MIN Yogyakarta
Tahun Ajaran 2011/2012, bagan yang kedua berjudul Peningkatan Kualitas
Pembelajaran IPA Melalui Model Kooperatif Tipe STADPada Peserta didik
Kelas V SDN Sendang Batang, dan sedangkan bagan yang ketiga berjudul
Peningkatan Keaktifan Peserta didik Kelas IV Melalui Implementasi Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dalam Pembelajaran IPA di SD Negeri Penelitian oleh Rohmawati
(2013)Peningkatan Kualitas
Pembelajaran IPA Melalui Model
Kooperatif Tipe STADPada
Siswa Kelas V SDN Sendang
Batang Penelitian oleh Aryani (2012) Upaya
Peningkatan Hasil Belajar IPS
Melalui Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions) Kelas IV A
MIN Yogyakarta Tahun Ajaran
2011/2012
Penelitian yang dilakukan adalah : Peningkatan Keaktifan
Dan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Kelas IV Di SDN
Srumbung 02
Penelitian oleh Ayunani (2013) yang berjudul Peningkatan Keaktifan Siswa
Kelas IV Melalui Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Dalam Pembelajaran IPA di SD Negeri Sukomangli 01Kecamatan Reban
Sukomangli 01Kecamatan Reban Kabupaten BatangTahun Pelajaran
2012/2013. Peneliti mengambil judul dengan Peningkatan Keaktifan Dan
Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD Kelas IV Di SDN Srumbung 02.
C. Kerangka Berpikir
Belajar aktif itu sangat diperlukan oleh peserta didik untuk
meningkatkan prestasi peserta didik. Berdasarkan hasil observasi dikelas
ketika guru menggunakan metode ceramah atau peserta didik menerima dari
pengajar, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan
oleh guru bagaimanapun menariknya materi disampaikan dengan ceramah,
otak tidak akan menyimpan informasi yang diberikan, karena tidak terjadi
proses keaktifan peserta didik.
Belajar aktif peserta didik dapat ditumbuhkan dengan menerapkan
metode atau model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran kooperatif
tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang dipilih untuk
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar peserta didik. Model ini diyakini
karena proses pembelajaran dilakukan melalui tahap-tahap pembelajaran yang
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Berdasarkan gambar 2.2 Kondisi awal dalam pembelajaran peserta didik
mengalami pembelajaran yang membosankan, peserta didik malas belajar, peserta
didik mudah melupakan materi ajar, dan peserta didik pasif dalam pembelajaran.
Peneliti melakukan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam tipe ini ada
beberapa langkah yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran, membagi kelompok,
menyampaikan materi pokok, kerja kelompok, mengadakan kuis, dan
penghargaan kelompok. Setelah pembelajaran terlaksana dengan baik maka
keaktifan dan prestasi belajar peserta didik meningkat.
1. Pembelajaran membosankan
2. Peserta didik malas belajar
3. Peserta didik mudah melupakan materi ajar
4. Peserta didik pasif Kondisi Awal
(pembelajaran
dengan ceramah)
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Membagi kelompok
3. Menyampaikan materi pokok
4. Kerja kelompok
Keaktifan dan prestasi belajar peserta didik
meningkat Tindakan Akhir
(setelah menggunakan
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah, peneliti menentukan hipotesis
tindakan pada penelitian ini. Hipotesis tindakan yang disusun oleh peneliti
adalah :
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar materi perubahan wujud
benda pada peserta didik kelas IV SDN Srumbung 02 pada semester satu
tahun pelajaran 2015/2016, ditempuh melalui enam (6) langkah yaitu
menyampaikan tujuan, membagi kelompok, menyampaikan materi
pokok, kerja kelompok, mengadakan kuis, dan penghargaan kelompok.
2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD meningkatkan
keaktifan belajar IPA pada kelas IV SDN Srumbung 02 tahun pelajaran
2015/2016.
3. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD meningkatkan
prestasi belajar IPA pada kelas IV SDN Srumbung 02 tahun pelajaran
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III memuat tentang jenis penelitian dan metodologi penelitian,
teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, validasi,
reliabilitas, analisis data, dan jadwal penelitian.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hopkins (dalam Yustina, 2009: 8)
menyatakan PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang
dilakukan oleh pelaku untuk meningkatkan kemantapan rasional dari
tindakan-tindakan dalam melaksanakannya tugas dan memperdalam
pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran. Penelitian
Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang
sengaja dimunculkan dan terjadi pada sebuah kelas secara bersama
(Arikunto, 2009: 3).
Penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian tindakan kelas
kolaboratif. Asrori, dkk. (2009: 53) menyatakan bahwa penelitian
tindakan kolaboratif merupakan penelitian di mana peneliti bekerja sama
dengan beberapa pihak baik kepala sekolah, guru kelas, maupun peneliti
dari perguruan tinggi kependidikan secara bersama. Dalam hal ini, teman
sejawat bertindak sebagai pengamat (observer) dan peneliti bertindak
Asrori, dkk. (2009:17) mengemukakan bahwa tujuan utama
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah untuk peningkatan dan perbaikan
pembelajaran di kelas dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh
guru. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Aqib, dkk. (2009: 3)
menunjukkan bahwa tujuan diadakannya Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
adalah untuk memperbaiki kinerja guru sehingga hasil belajar peserta didik
meningkat. Sejalan dengan itu, Arikunto, dkk. (2006: 104) menjelaskan
bahwa daur ulang dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui
beberapa tahapan, yaitu: perencanaan tindakan (planning), tindakan
(action), pengamatan (observation), melakukan refleksi (reflecting), dan
seterusnya hingga kriteria keberhasilan tercapai.
PTK memiliki 4 tahapan kegiatan yang ada pada setiap siklus yaitu
(1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan/pengumpulan data, dan (4)
refleksi yang digambarkan oleh Kasbolah (2001:10)pada gambar 3.1 :
Gambar 3.1 Bagan Model Siklus PTK Kemmis dan Tagart