• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara efikasi diri dengan kematangan karir pada mahasiswa S1 tingkat akhir pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara efikasi diri dengan kematangan karir pada mahasiswa S1 tingkat akhir pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta."

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KEMATANGAN

KARIR PADA MAHASISWA S1 TINGKAT AKHIR PADA BEBERAPA

PERGURUAN TINGGI DI YOGYAKARTA

Hervy Primasuari

ABSTRAK

Penelitian korelasional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan kematangan karir pada mahasiswa S1 (Strata 1) tingkat akhir pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta. Hipotesis penelitian adalah ada hubungan yang positif antara efikasi diri dengan kematangan karir pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta. Subjek penelitian ada 121 mahasiswa S1 tingkat akhir diberbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Yogyakarta. Terdapat 84 mahasiswi dan 37 mahasiswa angkatan 2009, 2010, dan 2011 yang berusia 21-24 tahun. Metode pengumpulan data menggunakan metode skala, yang diukur dengan metode Likert. Teknik analisis data menggunakan SPSS for windows version 16.00. Teknik analisis Spearman Rho digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara efikasi diri dengan kematangan karir pada mahasiswa S1 tingkat akhir pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta, yaitu 0,663 dengan taraf signifikansi 0,05. Koefisien determinasi sebesar 0,439 (43,9 %) yang menunjukkan bahwa kontribusi variabel efikasi diri terhadap kematangan karir sebesar 43,9 %.

(2)

THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF EFFICACY AND CAREER MATURITY IN LAST DEGREE UNDERGRADUTE COLLEGE STUDENT

IN SOME UNIVERSITIES IN YOGYAKARTA

Hervy Primasuari ABSTRACT

This research aimed to know the relationship between self efficacy and career maturity in last degree undergraduate college student in some universities in Yogyakarta. The hypotheses was self efficacy had positive relationship with career maturity in some universities in Yogyakarta. The subjects were 121 of last degree undergraduate college student in many state and private universities in Yogyakarta. There were 84 female college students and 37 male college students from 2009, 2010, and 2011 generation who were 21-24 years old. The method of collect data used scale method which was measured by Likert model. Analysis data used SPSS for windows version 16.00. Spearman Rho technique was used to test the research hypotheses. The result showed that self efficacy had positive relationship with career maturity in last degree undergraduate college student in some universities in Yogyakarta. The result of correlation test was 0,663 at 0,05 level signification. Coefficient determination was 0,439 (43,9 %) showed that the contribution of self efficacy to career maturity was 43,9 %.

(3)

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA MAHASISWA S1 TINGKAT AKHIR PADA BEBERAPA

PERGURUAN TINGGI DI YOGYAKARTA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh : Hervy Primasuari

119114068

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

HALAMAN MOTTO

Tuhan tak akan meninggalkanmu,

atas yakinmu sejauh ini...

(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus yang tidak pernah tidur, yang selalu

memberikan berkatNya, menyertai, dan memberikan

segala sesuatu yang terbaik dalam hidup saya.

Bapak dan Ibu yang saya cintai, yang selalu saya

banggakan, yang selalu memberikan teladan yang luar

biasa, dan yang selalu menjadi motivasi bagi saya untuk

melakukan yang terbaik dalam setiap tanggung jawab

yang telah dipercayakan.

Mas Handy yang saya sayangi, yang selalu menjadi

mas yang mendukung setiap aktivitas yang saya lakukan

dan tak pernah lelah mengingatkan saya untuk selalu

(8)
(9)

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KEMATANGAN

KARIR PADA MAHASISWA S1 TINGKAT AKHIR PADA BEBERAPA

PERGURUAN TINGGI DI YOGYAKARTA

Hervy Primasuari

ABSTRAK

Penelitian korelasional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan kematangan karir pada mahasiswa S1 (Strata 1) tingkat akhir pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta. Hipotesis penelitian adalah ada hubungan yang positif antara efikasi diri dengan kematangan karir pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta. Subjek penelitian ada 121 mahasiswa S1 tingkat akhir diberbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Yogyakarta. Terdapat 84 mahasiswi dan 37 mahasiswa angkatan 2009, 2010, dan 2011 yang berusia 21-24 tahun. Metode pengumpulan data menggunakan metode skala, yang diukur dengan metode Likert. Teknik analisis data menggunakan SPSS for windows version 16.00. Teknik analisis Spearman Rho digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara efikasi diri dengan kematangan karir pada mahasiswa S1 tingkat akhir pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta, yaitu 0,663 dengan taraf signifikansi 0,05. Koefisien determinasi sebesar 0,439 (43,9 %) yang menunjukkan bahwa kontribusi variabel efikasi diri terhadap kematangan karir sebesar 43,9 %.

(10)

THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF EFFICACY AND CAREER MATURITY IN LAST DEGREE UNDERGRADUTE COLLEGE STUDENT

IN SOME UNIVERSITIES IN YOGYAKARTA

Hervy Primasuari ABSTRACT

This research aimed to know the relationship between self efficacy and career maturity in last degree undergraduate college student in some universities in Yogyakarta. The hypotheses was self efficacy had positive relationship with career maturity in some universities in Yogyakarta. The subjects were 121 of last degree undergraduate college student in many state and private universities in Yogyakarta. There were 84 female college students and 37 male college students from 2009, 2010, and 2011 generation who were 21-24 years old. The method of collect data used scale method which was measured by Likert model. Analysis data used SPSS for windows version 16.00. Spearman Rho technique was used to test the research hypotheses. The result showed that self efficacy had positive relationship with career maturity in last degree undergraduate college student in some universities in Yogyakarta. The result of correlation test was 0,663 at 0,05 level signification. Coefficient determination was 0,439 (43,9 %) showed that the contribution of self efficacy to career maturity was 43,9 %.

(11)
(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kebaikan-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik. Skripsi ini tidak akan selesai tanpa dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi. 2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M. Si., selaku Kepala Program Studi Psikologi. 3. Ibu Sylvia Carolina MYM., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi.

(13)

4. Bapak C. Wijoyo Adinugroho, S. Psi., selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

5. Ibu Dewi Soerna A., M.Psi., selaku pimpinan penulis selama menjadi asisten Wakil Kepala Program Studi yang mengurusi alumni dalam rangka akreditasi fakultas. Terima kasih telah mempercayakan penulis menjadi salah satu asisten dari Bu Dewi. Terima kasih atas perhatian dan pengertian Bu Dewi karena telah memberi kesempatan bagi penulis untuk membagi waktu bekerja dan mengerjakan skripsi sedemikian rupa.

6. Bapak dan Ibu Dosen, serta staf Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan yang luar biasa bagi penulis untuk dapat bekerja bersama dalam mengerjakan akreditasi fakultas.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu dan wawasan yang sangat berguna selama perkuliahan.

8. Ibu Debri Pristinella, M. Si., selaku Kepala Laboratorium ketika penulis menjadi asisten laboratorium. Terima kasih untuk kesempatan dan kepercayaan yang diberikan.

9. Ibu Nanik, Mas Gandung, dan Pak Gik yang selalu memberikan sapaan, senyum semangat, dan keramahan yang luar biasa pada penulis.

(14)

11.Mbak Tirza, Jojo, Silla, Netty, Yoan, Clara, dan Arum, teman-teman asisten yang berjuang bersama dalam mengerjakan akreditasi fakultas dan skripsi secara bersamaan. Terima kasih untuk suka duka selama berdinamika bersama. Terima kasih untuk dapat saling memotivasi satu sama lain dalam menyelesaikan setiap tanggung jawab yang diberikan.

12.Bapak-bapak bagian parkir Universitas Sanata Dharma Paingan yang selalu memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi dengan baik.

13.Seluruh staf Fakultas Psikologi, terima kasih atas keramahan dan kesabarannya dalam memberikan pelayanan yang luar biasa.

14.Bapak dan Ibu, orang tua yang selalu penulis cintai. Terimakasih karena telah melahirkan, merawat, menemani, dan selalu memberikan kasih sayang tanpa batas pada penulis. Terima kasih karena sampai saat ini masih mendampingi penulis dalam menjalani hari-hari bersama. Bapak dan Ibu merupakan motivasi terbesar penulis untuk selalu berusaha mengukir senyum bangga pada wajah Bapak dan Ibu melalui setiap tanggung jawab yang dipercayakan pada penulis. 15.Mas Handy, mas yang saya sayangi. Terima kasih untuk selalu mendukung setiap

aktivitas yang penulis lakukan dan selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi dan tanggung jawab yang lain dengan baik.

16.Simbah Putri yang selalu mendoakan penulis dalam menjalani dan menyelesaikan setiap tanggung jawab, terutama dalam hal pendidikan.

(15)

yang selalu mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi dan studi yang penulis tempuh.

18.Mbak Nina, Dek Bram, Dek Tita, Dek Vito, Dek Evan, Dek Riko, Dek Pam, Dek Deta, dan Dek Kinan, saudara sepupu yang saling memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi dan studi. Kalian. Terima kasih karena penulis masih diberikan kesempatan untuk dapat merasakan hangatnya kasih sayang dalam keluarga besar.

19.Indil, sahabat yang lebih dari saudara sejak SMP sampai sekarang. Terima kasih untuk persahabatan dan persaudaraan yang luar biasa ini. Terima kasih untuk dapat saling mendukung, menguatkan, dan menyayangi satu sama lain. Terima kasih telah menjadi sahabat dan saudara dalam suka maupun duka.

20.Sahabat-sahabat Patriot, Komisi Anak, dan Komparem GKJ Jatimulyo yang sudah berdinamika dalam pelayanan bersama-sama. Terima kasih untuk dapat saling memberikan perhatian dan motivasi semangat dalam melayani dan dalam berbagai aktivitas pada kehidupan sehari-hari. Terima kasih untuk kekeluargaan yang tak pernah lekang oleh waktu ini.

21.Teman-teman Paduan Suara Nafiri GKJ Jatimulyo yang selalu memberikan semangat sukacita dalam melayani dan memuji namaNya.

(16)

23.Anita, Rinta, Nunuk, Vivi, dan Dara, sahabat-sahabat yang dimulai dari kuliah. Terima kasih untuk tawa yang telah mewarnai hari-hari penulis selama di perkuliahan. Terima kasih untuk tradisi setiap ada yang ulang tahun. Terima kasih karena dapat saling memberikan energi positif satu sama lain.

24.Teman-teman seperjuangan bimbingan Ibu Sylvi yang saling memberikan semangat dan motivasi dalam proses penyusunan skripsi. Semua akan selesai pada waktuNya. Semangat berjuang!

25.Teman-teman SMP, SMA, dan kuliah yang telah membantu dalam proses pengambilan dan pengolahan data. Terima kasih atas kesediaan, waktu, dan ilmu yang telah diberikan sehingga pengambilan dan pengolahan data dapat terlaksana dengan baik.

26.Mas Duta, Mas Eross, Mas Brian, dan Mas Adam, para personil Sheila on 7 yang sudah penulis idolakan selama 14 tahun. Terima kasih karena telah menemani dan memotivasi penulis melalui karya lagu-lagu yang luar biasa. Terima kasih atas doa dan semangat yang diberikan untuk dapat segera menyelesaikan skripsi. 27.Teman-teman Sheilagank Jogja yang membuat penulis merasa memiliki saudara

sejiwa yang sama-sama mengidolakan Sheila on 7.

28.Teman-teman BASBSO7 dari berbagai daerah yang selalu berbagi cerita mengenai Sheila on 7 dan saling menguatkan satu sama lain.

(17)
(18)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….. vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xvi

DAFTAR TABEL... xix

DAFTAR LAMPIRAN... xx

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar belakang... 1

B. Rumusan masalah... 11

C. Tujuan penelitian... 12

D. Manfaat penelitian... 12

1. Manfaat teoritis... 12

(19)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 13

A. Efikasi Diri...…....... 13

1. PengertianEfikasi Diri…... 13

2. Faktor Efikasi Diri... 15

3. Sumber Efikasi Diri…... 17

4. Dimensi Efikasi Diri…... 21

5. Proses Aktivasi Efikasi Diri...... 22

B. Kematangan Karir... 25

1. Pengertian Karir... 25

2. Pengertian Kematangan Karir... 26

3. Faktor Kematangan Karir... 27

4. Aspek Kematangan Karir... 29

5. Dimensi Kematangan Karir... 30

C. Masa Dewasa Awal... 32

D. Mahasiswa S1 (Strata 1)... 35

E. Dinamika... 36

F. Bagan / Kerangka Penelitian... 40

G. Hipotesis ... 41

BAB III METODE PENELITIAN... 42

A. Jenis Penelitian... 42

B. Variabel Penelitian... 42

(20)

D. Subjek Penelitian... 46

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data... 47

F. Validitas dan Reliabilitas Penelitian... 53

1. Validitas... 53

2. Reliabilitas... 54

G. Seleksi Item... 55

H. Metode dan Analisis Data... 60

I. Prosedur Penelitian... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 62

A. Pelaksanaan Penelitian... 62

B. Deskripsi Data Penelitian... 63

C. Analisis Data Penelitian 1. Uji Asumsi... 72

2. Uji Hipotesis... 74

D. Pembahasan... 76

BAB V PENUTUP... 85

A. Kesimpulan……... 85

B. Saran…………... 86

1. Bagi Mahasiswa S1 Tingkat Akhir... 86

2. Bagi Peneliti Lain……... 86

DAFTAR PUSTAKA... 87

(21)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue Print Efikasi Diri.…... 48

Tabel 2. Blue Print Kematangan Karir...…... 49

Tabel 3. Bobot Skor Berdasarkan Pilihan Jawaban.…... 52

Tabel 4. Blue Print Efikasi Diri.…... 56

Tabel 5. Blue Print Efikasi Diri Setelah Tryout.…... 57

Tabel 6. Blue Print Kematangan Karir.…... 58

Tabel 7. Blue Print Kematangan Karir Setelah Tryout.…... 59

Tabel 8. Jenis Kelamin.…... 63

Tabel 9. Usia.…... 64

Tabel 10. Angkatan.…... 64

Tabel 11. Universitas.…... 64

Tabel 12. Fakultas / Jurusan.…... 65

Tabel 13. Tempat Tinggal.…... 67

Tabel 14. Pekerjaan Sampingan.…... 67

Tabel 15. Alasan Melakukan Pekerjaan Sampingan.…... 68

Tabel 16. Deskripsi Statistik Data Penelitian.…... 69

Tabel 17. Norma Kategorisasi Skor.…... 70

Tabel 18. Kategorisasi Skor Efikasi Diri.…... 71

Tabel 19. Kategorisasi Skor Kematangan Karir.…... 72

Tabel 20. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov.…... 73

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

(24)

Para lulusan sarjana S1 berharap dengan gelar S1 yang mereka miliki dapat membuat mereka memperoleh pekerjaan yang layak dan sesuai dengan latar belakang pendidikannya (Lumakto, 2013). Sedangkan, jumlah lulusan diploma maupun sarjana S1 itu tidak sedikit. Berdasarkan data dari Dirjen Pendidikan Tinggi (dalam Sembiring, 2014), jumlah mahasiswa pada tahun 2013, yaitu 3.318.154 mahasiswa pada Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dan 2.271.387 mahasiswa pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Dampak dari banyaknya jumlah lulusan sarjana S1 adalah pada persaingan dalam memperoleh pekerjaan. Persaingan itu bertolak belakang dengan penyerapan lulusan sarjana S1 yang cukup lambat di Indonesia ini. Salah satu hal yang menyebabkannya adalah kualitas yang dimiliki oleh lulusan sarjana S1 dirasa masih belum sesuai dengan kebutuhan yang dituntut oleh dunia kerja (Harian Ekonomi Neraca, 2014).

(25)

pengangguran intelektual yang merupakan lulusan sarjana S1 di Yogyakarta pada bulan Agustus 2014 sebesar 12.825 orang. Jumlah pengangguran intelektual tersebut bertambah sekitar 1907 orang dari data yang dihimpun pada bulan Agustus 2013, yaitu sebesar 10.918 orang.

Dalam dunia kerja, pihak pengguna jasa memiliki tuntutan yang tinggi terhadap para pekerjanya. Kasih dan Suganda menunjukkan hasil survey yang menyatakan bahwa 91% kalangan pengguna jasa menyatakan bahwa lulusan diploma maupun sarjana S1 tidak siap pakai setelah lulus dari perkuliahan (dalam Rachmawati, 2012).

Mahasiswa S1 tingkat akhir seharusnya telah menentukan pilihan dalam berkarir, sehingga mahasiswa S1 tingkat akhir sudah mulai untuk melatih diri sesuai dengan hal yang diperlukan pada karir yang dipilihnya. Mahasiswa akan merasa lebih puas dengan keputusan dalam memilih karir yang relevan dengan minatnya. Pada kenyataannya, masih banyak mahasiswa S1 tingkat akhir yang merasa bingung terkait hal yang akan mereka kerjakan setelah lulus dari perguruan tinggi (Hurlock, 1980). Para lulusan diploma maupun sarjana S1 kurang memiliki ilmu yang cukup untuk menjadi bekal setelah lulus dari perguruan tinggi, serta kurang memiliki keterampilan dan pengalaman untuk memasuki dunia kerja (Rachmawati, 2012).

(26)

pendidikan formal kurang memadai dalam melatih diri memasuki dunia kerja. Di luar perguruan tinggi, peneliti mengikuti kegiatan non akademik yang menunjang pilihan karir setelah lulus S1. Namun, peneliti merasa keterampilan dan pengalaman yang dimiliki masih kurang memadai dalam menuju karir yang menjadi pilihan peneliti. Dalam hal ini, peneliti merasa kurang yakin akan ilmu, keterampilan, pengalaman yang dimiliki dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja.

Rasa bingung, kurangnya ilmu, keterampilan, dan pengalaman yang dirasakan oleh para lulusan diploma dan sarjana S1 diduga disebabkan karena kurang memiliki career maturity atau kematangan karir (Rachmawati, 2012). Seperti yang diungkapkan oleh V, mahasiswa S1 tingkat akhir salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Ia mengatakan bahwa ia ingin bekerja tetapi ia belum tahu akan bekerja di mana. Hal itu dikarenakan ia belum memiliki bayangan. Pada dasarnya, ia ingin bekerja pada biro psikologi milik pemerintah maupun milik swasta, baik yang sesuai dengan bidang kuliahnya maupun yang tidak sesuai (Komunikasi Pribadi, 2014).

(27)

apabila bekerja pada bidang yang sesuai dengan jurusan perkuliahannya (Komunikasi Pribadi, 2015).

Gonzalez menyatakan bahwa kematangan karir merupakan kematangan individu yang disesuaikan dengan tahap perkembangannya dengan melihat kesesuaian antara tahap kematangan individu dengan usia kronologisnya (Gonzalez, 2008). Perilaku kematangan secara karir diasumsikan akan memiliki perbedaan pada setiap tahap kehidupan individu (Osipow, 1973). Super (dalam Creed, Patton, & Prideaux, 2006) mendefinisikan kematangan karir sebagai kesiapan diri individu untuk menyadari tugas perkembangan sesuai dengan usianya, terutama dalam kaitannya dengan pembuatan keputusan karir. Lal (2014) menyatakan bahwa kematangan karir merupakan kapabilitas individu dalam menguasai tugas perkembangan karir yang sesuai dengan tahapan perkembangannya.

(28)

memungkinkan adanya perbedaan antara individu yang satu dengan individu yang lain. Berdasarkan hal-hal tersebut, kematangan karir merupakan kesiapan diri individu dalam menjalankan tugas perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangan berdasarkan usia individu tersebut untuk membuat keputusan karir yang realistik dengan menyadari penuh akan kemampuan dan hal-hal terkait yang dibutuhkan. Oleh karena itu, menjadi hal yang penting bagi mahasiswa untuk mempersiapkan segala sesuatunya ketika memasuki dunia kerja (Rachmawati, 2012).

(29)

untuk berkonsultasi dengan orang lain yang lebih ahli, mencari sumber-sumber yang berkaitan dengan karir, dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang menunjang karirnya kelak. Mahasiswa S1 tingkat akhir juga kurang memiliki usaha untuk penggalian informasi terkait karirnya melalui pendidikan yang sedang dijalani, kualifikasi yang dibutuhkan pada karirnya kelak, serta kesempatan yang tersedia bagi karir yang dipilihnya setelah lulus dari S1. Kedua dimensi tersebut penting karena mempengaruhi mahasiswa S1 tingkat akhir dalam rangkaian proses kematangan karir, yaitu menentukan karir yang akan dijalani dan usaha untuk menggali informasi terkait karir yang dipilihnya tersebut.

Dalam prosesnya, kematangan karir dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya diduga merupakan self efficacy atau efikasi diri.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara efikasi diri dengan kematangan karir pada mahasiswa S1 tingkat awal di Universitas Surabaya (Rachmawati, 2012).

(30)

perilaku individu untuk meraih tujuan yang diinginkan. Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan individu terkait perilaku yang akan dilakukan, besarnya usaha yang dilakukan individu, dan mampu tidaknya individu menghadapi tantangan dan kegagalan. Ketika individu tidak memiliki keyakinan untuk mampu mencapai tujuan, maka individu tersebut tidak sukses untuk mencapai tujuannya. Begitu pula sebaliknya, ketika individu memiliki keyakinan mampu untuk mencapai tujuan, maka individu tersebut akan mencapai tujuannya dengan sukses (Bandura, 1997).

Keyakinan individu terhadap efikasi diri yang dimiliki akan berpengaruh pada tindakan yang akan diupayakan individu tersebut (Bandura dalam Feist & Feist, 2008). Efikasi diri mampu memprediksi individu untuk melakukan tugasnya dengan baik ketika mereka yakin terhadap kesuksesan yang akan diraih (Spector, 2008). Teori mengenai efikasi diri ini dikemukakan oleh Bandura menyatakan bahwa motivasi dan performansi individu ditentukan dari seberapa efektif individu menyakini bahwa ia mampu (dalam Randhawa, 2004). Huda (dalam Utami & Hunadiah, 2013) menyatakan bahwa efikasi diri yang kuat dalam diri individu mempengaruhi pola pikir, perasaan, serta dorongan untuk menyesuaikan diri dengan tugas perkembangan sebagai hasil refleksi terhadap kemampuan yang dimiliki.

(31)

kesuksesan dengan melakukan tugas secara efektif. Bandura (dalam Baron & Byrne, 1997) memandang efikasi diri sebagai pandangan individu tentang mampu tidaknya melaksanakan tugas dan meraih tujuan yang diinginkan. Bandura menyatakan bahwa efikasi diri merupakan rasa mampu yang dimiliki individu untuk mengikuti serangkaian pelatihan dalam rangka memperoleh hal-hal yang diperlukan (Bandura, 1997). Berdasarkan sekumpulan pengertian efikasi diri, dapat disimpulkan bahwa efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kapabilitas yang dimiliki dalam menjalankan fungsi diri, pelatihan, dan tugas secara efektif pada situasi tertentu untuk mencapai performansi dan tujuan yang diharapkan.

(32)

Super (dalam Osipow, 1973) menyatakan bahwa mahasiswa S1 tingkat akhir termasuk dalam fase implementation. Mereka mulai menyadari dan merencanakan kebutuhan untuk mengimplemetasikan pilihan karir sebelum masuk dalam dunia kerja. Usaha untuk mengembangkan efikasi diri dalam periode ini akan menjadi hal penting yang berpengaruh terhadap pengambilan langkah-langkah penting dalam hidup (Bandura, 1997).

Mahasiswa S1 tingkat akhir yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan menyadari serta mengetahui besarnya kapabilitas yang dimiliki untuk menghadapi dunia kerja. Di sisi lain, mahasiswa S1 tingkat akhir yang memiliki efikasi diri yang rendah menunjukkan sikap yang cenderung kurang memiliki cukup pengetahuan terkait besarnya kapabilitas yang dimiliki untuk menghadapi dunia kerja (Bandura, 1997). Seperti yang diungkapkan oleh R, mahasiswa S1 tingkat akhir salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta mengatakan bahwa kemungkinan ia ingin bekerja, akan tetapi ia tidak memiliki pengetahuan terkait tempat kerja dan bidang kerja yang akan ia tuju. Ia hanya ingin bekerja di luar Kota Yogyakarta karena ia ingin belajar menjadi pribadi yang mandiri (Komunikasi Pribadi, 2014).

Hal senada diungkapkan oleh S, mahasiswa S1 tingkat akhir salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta, mengatakan bahwa sebenarnya ia sudah diterima sebagai Human Resources Development

(33)

perusahaan tersebut. Namun, ia merasa tidak mampu untuk menyelesaikan revisi skripsi dalam kurun waktu maksimal akhir tahun 2014, sehingga ia tidak bisa menerima penawaran untuk bekerja di perusahaan tersebut. Selanjutnya, ia masih bingung akan bekerja di mana karena ia belum memiliki bayangan (Komunikasi Pribadi, 2014). Efikasi diri memampukan individu untuk memahami kondisi diri secara realistis, sehingga mampu menyesuaikan antara harapan akan pekerjaan yang diinginkan dengan kapabilitas yang dimiliki individu tersebut (Utami & Hudaniah, 2013).

Berdasarkan pemaparan tersebut dan dari hasil wawancara yang telah dilakukan, diketahui bahwa ada kemungkinan efikasi diri berhubungan dengan kematangan karir pada mahasiswa S1 tingkat akhir pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta. Banyaknya mahasiswa S1 tingkat akhir yang merasa bingung dan kurangnya keyakinan yang dimiliki dalam menjalankan tugas perkembangan memilih karir setelah lulus S1 menjadi latar belakang dalam peneilitian ini. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha untuk memaparkan apakah memang ada hubungan antara efikasi diri dengan kematangan karir pada mahasiswa S1 tingkat akhir pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta.

B.Rumusan Masalah

(34)

pada mahasiswa S1 (Strata 1) tingkat akhir pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta?”

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan efikasi diridengan kematangan karir pada mahasiswa S1 (Strata 1) tingkat akhir pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta.

D.Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini dapat memberikan referensi ilmiah dalam perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang ilmu Psikologi Industri dan Organisasi serta Psikologi Perkembangan. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan literatur untuk penelitian yang relevan mengenai efikasi diri dan kematangan karir pada dewasa awal di masa mendatang.

2. Manfaat Praktis

(35)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Efikasi diri

1. Pengertian efikasi diri

(36)

perilaku yang akan dilakukan, besarnya usaha yang dilakukan individu, dan mampu tidaknya individu menghadapi tantangan dan kegagalan. Ketika individu tidak memiliki keyakinan untuk mampu mencapai tujuan, maka individu tersebut tidak sukses untuk mencapai tujuannya. Begitu pula sebaliknya, ketika individu memiliki keyakinan mampu untuk mencapai tujuan, maka individu tersebut akan mencapai tujuannya dengan sukses (Bandura, 1997).

Efikasi diri dapat mempengaruhi individu dalam melakukan kegiatan. Individu akan memilih untuk melakukan kegiatan yang ia rasa bahwa ia mampu melakukannya dengan baik daripada melakukan kegiatan yang ia rasa melebihi kemampuannya (Kristina, 2012). Efikasi diri berkembang seiring dengan kemampuan dan pengalaman yang terus meningkat. Hal itu berkaitan dengan kepercayaan diri individu dalam mempersiapkan diri menghadapi kondisi mendatang yang belum dapat diprediksi (Megarani, 2009).

(37)

fungsi dirinya dalam situasi tertentu. Bandura (dalam Baron & Byrne, 1997) memandang efikasi diri sebagai pandangan individu tentang mampu tidaknya melaksanakan tugas dan meraih tujuan yang diinginkan. Bandura menyatakan bahwa efikasi diri merupakan rasa mampu yang dimiliki individu untuk mengikuti serangkaian pelatihan dalam rangka memperoleh hal-hal yang diperlukan (Bandura, 1997). Berdasarkan sekumpulan pengertian efikasi diri, dapat disimpulkan bahwa efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kapabilitas yang dimiliki dalam menjalankan fungsi diri, pelatihan, dan tugas secara efektif pada situasi tertentu untuk mencapai performansi dan tujuan yang diharapkan.

2. Faktor efikasi diri

Bandura (dalam Feist & Feist, 2008) memandang efikasi diri yang dimiliki individu dipengaruhi oleh faktor eksternal individu, salah satunya adalah faktor lingkungan. Kompetensi yang dituntut pada setiap aktivitas, kehadiran individu lain, dan tingkat persaingan antar individu merupakan bagian dari faktor lingkungan (Feist & Feist, 2008). Individu yang memiliki kompetensi yang tinggi pada aktivitas yang dituntut, maka akan memiliki efikasi diri yang tinggi. Tingginya tingkat persaingan yang didukung dengan tingginya kehadiran individu lain akan berdampak pada tingginya efikasi diri.

(38)

tujuannya. Berbagai kombinasi antara efikasi diri dan faktor lingkungan pada diri individu adalah sebagai berikut:

a. Efikasi diri yang tinggi dan lingkungan yang responsif akan menghasilkan kesuksesan. Lingkungan responsif yang didukung dengan efikasi diri yang tinggi akan memberikan kesuksesan pada diri individu.

b. Efikasi diri yangrendah dan lingkungan yang responsif akan memunculkan rasa depresi dalam diri individu ketika melihat individu lain yang berhasil. Individu yang berada pada lingkungan yang responsif, tetapi efikasi diri yang dimilikinya rendah, maka individu tersebut akan merasakan kesedihan yang besar ketika melihat individu lain yang sukses.

c. Efikasi diri yang tinggi dan lingkungan yang tidak responsif akan membuat individu berusaha mengubah lingkungannya dengan jalan kekerasan, seperti aktivisme sosial. Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi, tetapi tidak didukung dengan lingkungan yang responsif, maka individu tersebut akan berusaha keras untuk mengubah lingkungannya dengan berbagai cara.

(39)

pada lingkungan yang tidak responsif dan memiliki efikasi diri yang rendah, maka individu tersebut akan merasa tidak berdaya dan mudah menyerah dalam menghadapi situasi yang sulit bagi dirinya.

3. Sumber efikasi diri

Bandura menyatakan bahwa efikasi diri terdiri dari empat sumber utama, yaitu enactive mastery experiences, vicarious experiences, verbal persuasion, dan physiological and affective states. Enactive mastery experiences memiliki peranan sebagai indikasi kemampuan yang dimiliki oleh individu. Vicarious experiences berfokus pada kemampuan dan membandingkannya dengan pencapaian yang telah diraih oleh individu lain untuk mengubah efikasi diri pada diri individu. Verbal persuasion

berkaitan dengan kapabilitas khusus yang dimiliki oleh individu.

Physiological and affective states mengarah pada kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh individu terhadap ketidakmampuan yang dirasakan oleh individu. Empat sumber tersebut adalah sebagai berikut (Bandura, 1997):

a. Enactive mastery experience / Membuat pengalaman yang

unggul

Enactive mastery experiences memberikan bukti nyata

(40)

informasi terkait efikasi diri pada individu. Apabila individu memiliki pengalaman yang mudah untuk meraih kesuksesan, maka individu tersebut akan merasa tidak siap ketika menghadapi sebuah kegagalan. Individu yang dapat melihat sebuah kegagalan secara positif akan memandang kegagalan tersebut memberikan kesempatan untuk mengasah kemampuan untuk mengubah kegagalan menjadi kesuksesan.

Efikasi diri yang berasal dari enactive mastery experiences

memerlukan proses kognitif, perilaku, dan regulasi diri. Efikasi diri berkembang seiring berjalannya waktu. Perkembangan efikasi diri melalui enactive mastery experiences tersebut akan memberikan performansi yang baik ketika memfasilitasi secara kognitif maupun dalam meregulasi diri. Individu yang memiliki pengalaman performansi yang sukses akan meningkatkan ekspektasi individu, sedangkan performansi yang gagal akan menurunkan ekspektasi individu tersebut.

(41)

dengan dirinya akan dapat menurunkan efikasi dalam dirinya. Individu lain yang akan dilihat capaiannya adalah individu yang berada dekat dengan kehidupannya, seperti teman kuliah. Kemiripan antara individu lain dengan dirinya memiliki pengaruh besar dalam meningkatkan ataupun menurunkan efikasi dalam dirinya. Apabila tidak memiliki kemiripan, maka capaian individu lain tidak memberikan pengaruh terhadap efikasi dirinya. Efikasi diri meningkat ketika individu menyadari bahwa apabila individu lain mampu melakukan suatu tugas, maka ia pun merasa akan mampu melakukannya juga. Efikasi diri akan menurun ketika individu menyadari bahwa apabila individu lain tidak mampu melakukan suatu tugas, maka ia pun merasa tidak akan mampu melakukannya juga.

c. Verbal Persuasion / Persuasi verbal

(42)

mencapai sesuatu yang positif. Ketika individu memperoleh penguatan positif bahwa ia mampu melakukan tugas yang diberikan, maka ia akan memiliki keyakinan dalam diri untuk dapat memberikan hasil yang baik. Di sisi lain, ketika individu memperoleh penguatan negatif berupa keraguan individu lain terhadap dirinya, maka ia akan merasa tidak yakin untuk dapat melakukan tugas yang diberikan padanya.

d. Physical and emotional states / Faktor fisik dan emosional

Informasi mengenai somatik dapat menjadi pertimbangan dalam melihat kemampuan yang dimiliki individu. Faktor psikologi dan emosional dapat menjadi pendukung dari informasi somatik. Kegiatan fisik pada tingkat yang tinggi akan memberikan informasi terkait efikasi diri. Efikasi diri yang ditinjau berdasarkan indikator somatiknya melibatkan pencapaian fisik, manfaat dari kesehatan, dan cara mengatasi berbagai macam stresor.

(43)

ketidakyakinan secara fisik. Individu akan lebih mengharapkan kesuksesan ketika ia memperoleh hal yang menyenangkan daripada memperoleh hal yang tidak menyenangkan. Mood atau keadaan jiwa individu juga memiliki peranan penting dalam efikasi diri individu.

4. Dimensi efikasi diri

Efikasi diri pada individu dapat dilihat melalui penilaian terhadap kapabilitas yang dimiliki dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh individu. Aktivitas tersebut memiliki level tugas yang berbeda. Individu dapat memiliki efikasi diri yang berbeda pada kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lain. Efikasi diri pada individu dapat ditinjau berdasarkan macam kegiatan yang dilakukan. Individu akan memiliki efikasi diri yang tinggi pada kegiatan yang menjadi minat individu tersebut. Performansi individu pada suatu kegiatan dipengaruhi oleh berbagai macam dimensi pada efikasi diri yang dimiliki oleh individu tersebut. Bandura menyatakan beberapa dimensi dari efikasi diri (Bandura, 1997), yakni:

a. Level / Tingkat

(44)

tantangan pada kegiatan yang ditemui, maka kegiatan tersebut tergolong mudah sehingga setiap orang memiliki efikasi diri yang tinggi pada kegiatan tersebut.

b. Generality / Keumuman

Individu bisa menilai efikasi diri mereka sendiri melalui kegiatan secara keseluruhan atau hanya pada kegiatan tertentu saja. Generality

meliputi tingkat kesamaan kegiatan yang dapat menunjukkan kemampuan behavioral, cognitive, dan affective yang dimiliki, situasi secara kualitatif, serta karakteristik individu. Asesmen berhubungan dengan kegiatan dan konteks situasi yang menunjukkan pola dan tingkat generality pada efikasi diriyang dimiliki individu.

c. Strength / Kekuatan

Efikasi diri yang lemah pada individu berhubungan dengan pengalaman yang kurang kuat, sedangkan individu yang memiliki keyakinan diri yang kuat pada kemampuannya akan gigih untuk memperoleh hal yang diinginkan meskipun banyaknya kesulitan dan tantangan yang mewarnai. Kuatnya efikasi diri mempengaruhi ketekunan pada kegiatan yang akan menghasilkan kesuksesan.

5. Proses aktivasi efikasi diri

(45)

fungsi diri melalui empat proses utama, yaitu proses kognitif, motivasional, afektif, dan seleksi (Bandura, 1997):

a. Proses kognitif

Efikasi diri mempengaruhi pertimbangan individu terhadap performansinya. Kuatnya efikasi diri akan memberikan komitmen yang kuat terhadap capaian kemampuan yang akan dilakukan. Efikasi diri berhubungan dengan perencanaan individu terkait kehidupan masa depannya. Individu akan memvisualisasikan kesuksesan di masa depan yang memberikan arahan positif terhadap performansinya. Situasi menjadi salah satu pertimbangan individu untuk melihat kesempatan yang dapat dicapai.

b. Proses motivasional

(46)

hidupnya dan mengikuti pelatihan yang mendukung tujuannya. Efikasi diri memegang peranan penting pada pengaturan kognitif, khususnya motivasi.

c. Proses afektif

Efikasi diri memiliki peranan penting dalam regulasi afektif pada diri individu. Tiga cara efikasi diri mempengaruhi besarnya tingkat emosionalitas individu, yaitu melalui pelatihan pada kontrol diri individu melalui pemikiran, tindakan, dan afek. Efikasi diri meregulasi tingkat emosionalitas yang berorientasi pada tindakan dengan memberikan pelatihan efektif pada tindakan yang sesuai dengan lingkungan. Efikasi diri memberikan pengaruh pada orientasi afek untuk memperbaiki emosionalitas yang tidak baik.

d. Proses seleksi

(47)

akan memilih dan bertahan pada kegiatan yang dirasa sulit. Efikasi diri yang tinggi akan membawa individu pada pilihan karir yang akan dituju. Individu akan menunjukkan ketertarikan yang besar pada karir yang akan dituju dengan mencari informasi dan menyesuaikan dengan pendidikannya.

B. Kematangan karir

1. Pengertian karir

(48)

pengalaman dan potensi yang terus dikembangkan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

2. Pengertian kematangan karir

Gonzalez menyatakan bahwa kematangan karir merupakan kematangan individu yang disesuaikan dengan tahap perkembangannya dengan melihat kesesuaian antara tahap kematangan individu dengan usia kronologisnya (Gonzalez, 2008). Perilaku kematangan secara karir diasumsikan akan memiliki perbedaan pada setiap tahap kehidupan individu (Osipow, 1973). Super (dalam Creed, Patton, & Prideaux, 2006) mendefinisikan kematangan karir sebagai kesiapan diri individu untuk menyadari tugas perkembangan sesuai dengan usianya, terutama dalam kaitannya dengan pembuatan keputusan karir. Lal (2014) menyatakan bahwa kematangan karir merupakan kapabilitas individu dalam menguasai tugas perkembangan karir yang sesuai dengan tahapan perkembangannya.

(49)

akan memilih karir yang sesuai dengan kemampuannya, sehingga akan merasa lebih puas dengan keputusan dalam pemilihan karirnya (Hurlock, 1980). Kematangan karir berkaitan dengan seberapa jauh individu mampu menggunakan faktor kognitif, emosional, dan faktor psikologis lain dalam membuat keputusan karir yang realistik (Lal, 2014). Super dan Crites (dalam Gonzalez, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir berlangsung selama kehidupan individu. Kematangan karir merupakan rangkaian proses yang berkelanjutan dan memungkinkan adanya perbedaan antara individu yang satu dengan individu yang lain. Berdasarkan hal-hal tersebut, kematangan karir merupakan kesiapan diri individu dalam menjalankan tugas perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangan berdasarkan usia individu tersebut untuk dapat menggunakan faktor psikologis dalam membuat keputusan karir yang realistik dengan menyadari penuh akan kemampuan dan hal-hal terkait yang dibutuhkan.

3. Faktor kematangan karir

(50)

berhasil. Penyesuaian yang paling penting adalah pemilihan bidang yang sesuai dengan bakat, minat, dan faktor psikologis lainnya (Hurlock, 1980).

Super dan Overstreet (dalam Osipow, 1973) menunjukkan beberapa faktor yang berhubungan dengan kematangan karir:

a. Faktor biososial

Terdiri dari banyak faktor, seperti fokus pada pilihan, spesifik dalam perencanaan dan informasi yang diperoleh, serta mampu bertanggung jawab pada pilihan dan perencanaan. Kematangan karir berkaitan erat dengan faktor-faktor tersebut.

b. Faktor lingkungan

Indeks kematangan karir berelasi secara positif dengan tingkat dari pekerjaan orang, kurikulum sekolah, banyaknya stimulasi budaya yang ada, dan kohesivitas keluarga. Lingkungan memberikan pengaruh yang besar pada kematangan karirdalam diri individu. c. Faktor vokasional

(51)

d. Karakteristik pribadi

Kematangan karir tidak berhubungan secara signifikan dengan kepribadian. Hal itu dikarenakan kepribadian individu bersifat tetap, sedangkan kematangan karir bersifat dinamis seiring tugas perkembangannya.

e. Prestasi individu

Ada beberapa prestasi yang berhubungan dengan kematangan karir, yaitu keberhasilan dalam melaksanakan suatu tugas perkembangan yang sesuai dengan fase perkembangan individu. Pada masa dewasa awal, individu sudah dapat menyelesaikan pendidikannya dan merencanakan karir yang diinginkannya.

4. Aspek kematangan karir

Kematangan karir berkaitan dengan beberapa aspek. Aspek-aspek kematangan karir yang perlu untuk digarisbawahi adalah sebagai berikut (Lal, 2014):

a. Mengumpulkan berbagai informasi tentang diri dan memanfaatkan informasi tersebut sebagai pengetahuan akan diri.

b. Memperkaya kemampuan pengambilan keputusan dan menggunakannya secara efektif.

(52)

d. Mengintegrasikan pengetahuan akan diri dan pengetahuan dalam dunia kerja.

e. Mengimplementasikan hasil pengintegrasian kedua pengetahuan tersebut untuk merencanakan karir.

5. Dimensi kematangan karir

Super menyatakan bahwa dalam setiap tahapan perkembangan individu akan memiliki struktur dimensi kematangan karir yang berbeda. Pada tahapan perkembangan masa dewasa awal, terdapat lima struktur dimensi kematangan karir, yaitu careers planfulness / perencanaan karir,

resources for exploration / sumber-sumber eksplorasi, information / informasi, decision making / pengambilan keputusan, reality orientation / berorientasi pada realita. Kelima dimensi tersebut saling mendukung satu sama lain. Ketika individu memiliki perencanaan dalam karirnya, maka ia akan mencari informasi melalui eksplorasi terhadap sumber-sumber yang terkait, sehingga dapat mengambil keputusan yang dapat disesuaikan dengan realita yang ada. Untuk dapat memahami lebih jauh mengenai kelima dimensi tersebut, maka akan dijelaskan sebagai berikut (Gonzalez, 2008):

a. Careers planfulness / Perencanaan karir

(53)

merencanakan karir untuk masa depan yang masih jauh, masa depan yang lebih dekat, dan masa kini atau masa yang sedang dijalani.

b. Resources for exploration / Sumber-sumber eksplorasi

Kematangan karirberkaitan dengan tahap pengeksplorasian. Individu dapat melakukan eksplorasi pada dirinya, melalui berkonsultasi dengan orang lain, mencari sumber-sumber yang berkaitan, dan berpartisipasi aktif dalam suatu kegiatan yang menunjang karir yang akan dituju individu tersebut.

c. Information / Informasi

Informasi menjadi hal yang penting untuk menunjang kematangan karir. Banyak cara untuk dapat memperoleh informasi, yaitu melalui pendidikan, kualifikasi yang dibutuhkan, dan tersedianya kesempatan berkarir yang lebih maju.

d. Decision making / Pengambilan keputusan

Kematangan karir berhubungan erat dengan pengambilan sebuah keputusan. Dalam memutuskan suatu hal, individu akan berpegang pada prinsip yang dimiliki. Pelatihan-pelatihan yang telah dijalani oleh individu dapat pula menjadi pertimbangan yang penting bagi individu dalam melakukan pengambilan keputusan.

e. Reality orientation / Berorientasi pada realita

(54)

mampu berpikir dengan realistik, individu mampu menunjukkan sikap yang konsisten, dan individu memiliki pengalaman kerja yang memadai.

C. Masa dewasa awal

Masa dewasa merupakan masa individu melakukan integrasi dari masa remaja akhir (Santrock, 1985). Masa dewasa memiliki tiga periode, yaitu masa dewasa awal (antara usia 18-40 tahun), masa dewasa tengah (antara usia 40-65 tahun), dan masa dewasa akhir (usia 65 tahun ke atas) (Berk, 2012). Masa dewasa awal merupakan masa individu mencari suatu kemantapan dalam hidupnya. Individu mulai dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan pola hidup yang baru. Individu harus mulai menunjukkan sikap yang mandiri karena nantinya akan memiliki tugas yang baru. Masa dewasa awal memiliki tugas perkembangannya sendiri. Individu dituntut untuk dapat melaksanakan tugas tersebut dengan baik (Jahja, 2011). Tugas-tugas individu yang dituntut pada masa dewasa awal, antara lain adalah menikah, berkeluarga, dan pemilihan karir. Dalam menjalankan tugas, individu akan menggunakan kesehatan dan keterampilannya untuk berkarir (Craig, 1980). Individu akan berusaha untuk memanfaatkan kemampuannya untuk memperoleh karir dan bertanggung jawab terhadap pilihan karirnya (Goodman dalam Craig, 1980).

(55)

akhir. Secara fisik, individu yang termasuk dalam dewasa awal akan terlihat sehat dan enerjik (Craig, 1980). Secara kognitif, Piaget menyatakan bahwa individu yang termasuk dalam masa dewasa awal termasuk dalam fase pemikiran operasional formal. Pada fase ini, individu memiliki pengetahuan yang lebih luas, sehingga mampu menyusun rencana yang lebih sistematis. Para ahli perkembangan berpendapat bahwa masa dewasa awal merupakan masa ketika individu mulai memasuki dunia baru, yaitu dunia kerja. Pada masa dewasa awal ini, individu diharapkan mampu mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh, terutama bagi usaha individu untuk memperoleh kesuksesan dalam berkarir (Santrock, 2011). Dalam memperoleh kesuksesan karir, individu diharapkan mampu untuk menjalani persiapan secara formal maupun informal. Individu dapat melakukan persiapan secara formal dengan mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada perguruan tinggi dan program pelatihan berkarir. Persiapan secara informal dapat dilakukan individu melalui konsultasi dengan orang tua, guru, dan individu lain yang terkait dengan pilihan karirnya. Selain berkonsultasi, individu juga akan melihat individu-individu tersebut dalam bertindak dan berperilaku, terutama dalam hal perilaku berkarir (Craig, 1980).

Perilaku kematangan karir memiliki bentuk yang berbeda sesuai dengan konteks yang ada pada tahap perkembangan individu. Super menyatakan bahwa individu yang berusia 21-24 tahun termasuk dalam fase

(56)

Pada tahap ini, hal-hal yang perlu dilakukan oleh individu adalah sebagai berikut (dalam Osipow, 1973):

a. Menyadari kebutuhan dalam mengimplementasikan pilihan karir

Individu dewasa awal dituntut untuk dapat segera menyadari kebutuhan yang diperlukan dalam rangka memilih karir yang dirasa sesuai dengan dirinya. Individu mulai dapat mencari kualifikasi yang dibutuhkan dalam karir yang akan ia tuju. Informasi terkait kualifikasi pada pilihan karir tersebut berguna untuk mengimplementasikan karir yang dipilih.

b. Merencanakan untuk mengimplementasikan pilihan karir Individu dewasa awal yang telah menyadari kebutuhan dalam rangka memilih karir yang akan dituju, mulai merencanakan dengan matang hal-hal yang diperlukan untuk mengimplementasikan pilihan karir. Perencanaan menjadi hal yang penting dalam mempersiapkan diri menuju karir yang diinginkan.

c. Melaksanakan rencana untuk berkarir

(57)

d. Memperoleh karir yang diinginkan

Individu yang telah mengumpulkan informasi terkait kualifikasi yang dibutuhkan dalam karir yang akan dipilihnya dan merencanakan dengan baik dalam merealisasikannya, maka individu tersesbut akan memperoleh karir yang diinginkan.

D. Mahasiswa S1 (Strata 1)

Mahasiswa merupakan individu yang sedang belajar di perguruan tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2015). Mahasiswa termasuk dalam kaum intelektual, sehingga mahasiswa berperan penting terhadap kehidupan berbangsa. Mahasiswa dituntut untuk menjadi agent of change, sehingga mahasiswa seharusnya mampu bersikap kritis dan mahasiswa perlu untuk melakukan implementasi yang nyata (Irfa, 2015).

Mahasiswa S1 (Strata 1) merupakan bagian dari mahasiswa. Mahasiswa S1 terdiri dari tiga tingkat, yaitu tingkat awal, tingkat pertengahan, dan tingkat akhir. Mahasiswa yang termasuk dalam mahasiswa tingkat akhir adalah mahasiswa semester delapan ke atas. Super menyatakan bahwa mahasiswa S1 tingkat akhir memiliki rentang usia berkisar 21 tahun hingga 24 tahun yang termasuk dalam fase

implementation (dalam Osipow, 1973). Pada fase ini, mahasiswa mulai menyelesaikan pendidikannya untuk masuk dalam dunia pekerjaan.

(58)

jurusan yang dipilih mahasiswa dalam perguruan tinggi. Mahasiswa akan merasa lebih puas dengan keputusan dalam memilih karir yang relevan dengan minatnya. Dalam hal ini, mahasiswa S1 tingkat akhir mungkin telah menentukan pilihan dalam berkarir, sehingga diharapkan mahasiswa S1 tingkat akhir sudah melatih diri sesuai dengan hal yang diperlukan untuk pilihan karir yang sesuai dengan minatnya. Pada kenyataannya, masih banyak mahasiswa S1 tingkat akhir yang merasa bingung terkait hal yang akan dikerjakan setelah lulus dari perguruan tinggi (Hurlock, 1980).

Banyak mahasiswa S1 tingkat akhir yang tidak atau kurang memiliki keterampilan yang diperlukan pada pekerjaan tertentu. Masa ini disebut “masa berharap bekerja / job hopping. Hal itu membuat mahasiswa S1 tingkat akhir sering menjumpai bahwa kenyataan di masyarakat dan bidang kerja yang ada tidak sesuai dengan apa yang menjadi keinginan dari mahasiswa (Hurlock, 1980).

E. Dinamika hubungan efikasi diri dan kematangan karir

(59)

(level), pengaplikasian kemampuan dalam berbagai situasi (generality), dan keyakinan diri dalam menjalankan tugas perkembangan (strength).

Mahasiswa S1 tingkat akhir yang memandang bahwa tuntutan tugas memilih karir memiliki tantangan yang kecil (level yang rendah), maka mahasiswa tersebut akan memiliki efikasi diri yang tinggi dalam meraih kesuksesan karirnya. Disisi lain, mahasiswa yang merasa bahwa terdapat tantangan yang besar untuk menjalankan tuntutan tugas memilih karir (level

yang tinggi), maka mahasiswa tersebut akan memiliki efikasi diri yang rendah dalam meraih kesuksesan dalam berkarir.

Mahasiswa S1 tingkat akhir yang mampu mengaplikasikan kemampuan yang dimiliki dalam menghadapi berbagai tuntutan tugas, khususnya memilih karir, pada berbagai situasi (generality yang tinggi), maka mahasiswa tersebut memiliki efikasi diri yang tinggi. Sedangkan, mahasiswa yang merasa kesulitan dalam mengaplikasikan kemampuan yang dimiliki untuk melaksanakan tugas memilih karir pada berbagai situasi (generality yang rendah), maka mahasiswa tersebut memiliki efikasi diri yang rendah.

(60)

Mahasiswa S1 tingkat akhir dalam menjalankan tugas perkembangan memilih karir akan berkaitan dengan efikasi diri yang dimiliki. Efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kapabilitas yang dimiliki dalam menjalankan fungsi diri, pelatihan, dan tugas secara efektif pada situasi tertentu untuk mencapai performansi dan tujuan yang diharapkan.

Mahasiswa S1 tingkat akhir yang memiliki efikasi diri yang tinggi, maka akan mampu untuk membuat perencanaan karir untuk masa depan (careers planfulness yang tinggi) dan mampu melakukan eksplorasi diri yang mendukung pilihan karirnya (resources for exploration yang tinggi). Selain itu, mahasiswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan berusaha untuk mengumpulkan informasi mengenai karir yang akan dituju (information yang tinggi), mampu menggunakan prinsipnya dalam mengambil keputusan berkarir (decision making yang tinggi), dan mampu menentukan pilihan karir yang berorientasi pada realita (reality orientation yang tinggi). Kondisi tersebut akan membawa mahasiswa S1 tingkat akhir kepada sebuah kematangan karir yang tinggi.

Mahasiswa S1 tingkat akhir yang memiliki efikasi diri yang rendah akan merasa kebingungan untuk membuat perencanaan karir masa depannya (careers planfulness yang rendah) dan mengalami kesulitan dalam melakukan eksplorasi diri yang mendukung pilihan karirnya (resources for exploration

(61)

menggunakan prinsipnya dalam mengambil keputusan berkarir (decision making yang rendah), dan menentukan pilihan karir yang tidak berorientasi pada realita (reality orientation yang rendah). Keadaan yang demikian akan membuat mahasiswa S1 tingkat akhir memiliki kematangan karir yang rendah.

Kematangan karir mahasiswa S1 tingkat akhir berkaitan dengan penentuan karir yang dipilih mahasiswa setelah lulus dari S1. Mahasiswa mulai menyelesaikan pendidikannya dan bersiap untuk masuk dalam dunia pekerjaan. Mahasiswa mulai memilih karir berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Mahasiswa S1 tingkat akhir diharapkan sudah melatih diri sesuai dengan hal yang diperlukan untuk pilihan karir yang sesuai dengan minatnya. Kematangan karir mahasiswa S1 tingkat akhir merupakan kesiapan diri mahasiswa dalam menjalankan tugas perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangan berdasarkan usia mahasiswa tersebut untuk dapat menggunakan faktor psikologis dalam membuat keputusan karir yang realistik dengan menyadari penuh akan kemampuan dan hal-hal terkait yang dibutuhkan.

(62)

merencanakan pilihan karir secara realistik. Di sisi lain, mahasiswa S1 tingkat akhir yang memiliki efikasi diri rendah akan kurang memiliki pengetahuan terhadap dirinya sehingga tidak mampu untuk melihat kemungkinan baik dan buruk dalam proses merencanakan karirnya secara realistik.

F. Bagan / kerangka penelitian

(63)

G. Hipotesis

Penelitian ini memiliki hipotesis sebagai berikut:

(64)

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian korelasional ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain (Suryabrata, 2008). Penelitian ini akan melihat hubungan antara dua variabel, yaitu hubungan antara variabel efikasi diri dengan kematangan karir pada mahasiswa S1 (Strata 1) tingkat akhir pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini, sehingga analisis datanya menggunakan metode statistika.

B. Variabel Penelitian

Jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas : Efikasi diri

Variabel bebas merupakan jenis variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas memiliki posisi sebagai penyebab dari variabel tergantung (Sangadji & Sopiah, 2010). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah efikasi diri.

2. Variabel tergantung : Kematangan karir

(65)

yang menjadi konsekuensi dari variabel bebas (Sangadji & Sopiah, 2010). Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kematangan karir.

C. Definisi Operasional

1. Efikasi diri

Efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kapabilitas yang dimiliki dalam menjalankan fungsi diri, pelatihan, dan tugas secara efektif pada situasi tertentu untuk mencapai performansi dan tujuan yang diharapkan.

Efikasi diri dapat diukur melalui tiga dimensi (Bandura, 1997), yaitu:

1) Level / Tingkat

Level / tingkat berkaitan dengan tingkat tuntutan tugas yang mengindikasikan tingkat tantangan untuk mencapai kesuksesan performansi.

2) Generality / Keumuman

Generality / keumuman berhubungan dengan

tingkat kesamaan kegiatan yang dapat menunjukkan kemampuan behavioral, cognitive, dan affective

(66)

3) Strength / Kekuatan

Strength / kekuatan berkaitan dengan sejauh mana kuatnya keyakinan yang dimiliki oleh individu dalam menuju kesuksesan yang ingin diraih.

Efikasi diri dalam penelitian ini dilihat melalui skala efikasi diri. Penggolongan tingkat efikasi diri dapat dilihat melalui total nilai yang diperoleh subjek dengan asumsi bahwa semakin tinggi total nilai yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi efikasi diri yang dimiliki subjek tersebut. Ketika total nilai yang diperoleh subjek semakin rendah, maka semakin rendah pula efikasi diri yang dimiliki oleh subjek tersebut. Subjek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 tingkat akhir.

2. Kematangan karir

Kematangan karir merupakan kesiapan diri individu dalam menjalankan tugas perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangan berdasarkan usia individu tersebut untuk membuat keputusan karir yang realistik dengan menyadari penuh akan kemampuan dan hal-hal terkait yang dibutuhkan.

Kematangan karir dapat dijelaskan melalui lima dimensi, yaitu: 1) Careers planfulness / Perencanaan karir

(67)

merencanakan karir untuk masa depan yang masih jauh, masa depan yang lebih dekat, dan masa kini atau masa yang sedang dijalani.

2) Resources for exploration / Sumber-sumber eksplorasi Kematangan karir berkaitan dengan tahap pengeksplorasian. Individu dapat melakukan eksplorasi pada dirinya, melalui berkonsultasi dengan orang lain, mencari sumber-sumber yang berkaitan, dan berpartisipasi aktif dalam suatu kegiatan yang menunjang karir yang akan dituju individu tersebut. 3) Information / Informasi

Informasi menjadi hal yang penting untuk menunjang kematangan karir. Banyak cara untuk dapat memperoleh informasi, yaitu melalui pendidikan, kualifikasi yang dibutuhkan, dan tersedianya kesempatan berkarir yang lebih maju.

4) Decision making / Pengambilan keputusan

(68)

bagi individu dalam melakukan pengambilan keputusan.

5) Reality orientation / Berorientasi pada realita

Proses kematangan karir pada individu senantiasa berorientasi pada realita. Hal itu dapat tercermin dari diri individu, yaitu individu memiliki pengetahuan yang baik akan dirinya, individu mampu berpikir dengan realistik, individu mampu menunjukkan sikap yang konsisten, dan individu memiliki pengalaman kerja yang memadai.

Skala kematangan karir digunakan untuk melihat kematangan karir yang dimiliki oleh subjek. Tingkat kematangan karir subjek dapat digolongkan dengan melihat pada total nilai yang diperoleh subjek. Penelitian ini berasumsi bahwa semakin tinggi total nilai yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi pula kematangan karir yang dimiliki subjek tersebut. Sebaliknya, semakin rendah total nilai yang diperoleh subjek, maka semakin rendah kematangan karir yang dimiliki oleh subjek tersebut. Subjek penelitian ini merupakan mahasiswa S1 tingkat akhir.

D. Subjek Penelitian

(69)

berkaitan dengan populasi dari penelitian (Prasetyo & Jannah, 2008). Penelitian ini mengikutsertakan mahasiswa S1 tingkat akhir pada bebeapa perguruan tinggi negeri maupun swasta di Yogyakarta yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Subjek penelitian termasuk dewasa awal, yaitu subjek yang memiliki usia antara 21 hingga 24 tahun.

2. Subjek penelitian terdiri dari subjek laki-laki dan perempuan. 3. Subjek penelitian merupakan mahasiswa S1 tingkat akhir karena

mahasiswa S1 tingkat akhir (angkatan 2011 ke atas) dirasa telah mampu untuk memilih dan merencanakan karir yang akan dituju setelah lulus S1.

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode skala dalam mengumpulkan data subjek penelitian. Skala untuk penelitian ini terdiri dari dua, yaitu skala efikasi diri dan skala kematangan karir pada mahasiswa S1 tingkat akhir. Skala efikasi diri disusun berdasarkan tiga dimensi efikasi diri yang dikemukakan oleh Bandura (1997):

a. Level / Tingkat

b. Generality / Keumuman

c. Strength / Kekuatan

(70)

favorable dan 8 item unfavorable), dimensi Generality / Keumuman terdiri dari 16 item (8 item favorable dan 8 item unfavorable), dimensi Strength /

Kekuatan terdiri dari 16 item (8 item favorable dan 8 item unfavorable).

Tabel 1

Skala kematangan karir disusun berdasarkan lima dimensi kematangan karir yang dikemukakan oleh Super (Gonzalez, 2008):

1. Careers planfulness / Perencanaan Karir

2. Resources for Exploration / Sumber-sumber eksplorasi 3. Information / Informasi

4. Decision Making / Pengambilan keputusan

5. Reality Orientation / Berorientasi pada realita

Skala kematangan karir ini terdiri 50 item yang disusun berdasarkan lima dimensi dari kematangan karir. Dimensi Careers planfulness /

(71)

unfavorable), dimensi Resources for Exploration / Sumber-sumber eksplorasi terdiri dari 10 item (5 item favorable dan 5 item unfavorable), dimensi Information / Informasi terdiri dari 10 item (5 item favorable dan 5 item unfavorable), dimensi Decision Making / Pengambilan Keputusan terdiri dari 10 item (5 item favorable dan 5 item unfavorable), dan dimensi

Reality Orientation / Berorientasi pada Realita terdiri dari 10 item (5 item

favorable dan 5 item unfavorable).

(72)

5

Penelitian ini menggunakan skala sebagai alat pengumpul data. Terdapat dua skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu skala efikasi diri dan skala kematangan karir. Pada kedua skala tersebut terdapat sejumlah pernyataan tertulis sebagai gambaran variabel yang akan diukur. Penggunaan alat pengumpul data berupa skala ini cukup efisien untuk memperoleh data terkait pengukuran variabel dari responden yang berjumlah banyak (Sugiyono, 2013).

Penskalaan model Likert yang telah dimodifikasi digunakan pada skala penelitian ini. Dalam penskalaan model Likert yang telah dimodifikasi ini, kuantifikasi dilakukan dengan menghitung respon kesetujuan dan ketidaksetujuan (Kasmadi & Sunariah, 2013). Subjek akan merespon pernyataan favorable dan unfavorable terhadap sebuah obyek penelitian, yaitu efikasi diri dan kematangan karir (Supratiknya, 2014).

Ada dua macam pernyataan pada skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable.

(73)

mendukung ciri-ciri pada atribut yang hendak diukur. Di sisi lain, isi pada pernyataan unfavorable memiliki sifat yang berkebalikan dengan isi pernyataan favorable, yaitu tidak mendukung ciri-ciri pada atribut yang hendak diukur. Pada masing-masing pernyataan favorable dan pernyataan

unfavorable, terdapat empat pilihan jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Respon positif dan negatif yang terdapat pada pernyataan favorable dan unfavorable

memiliki bobot skor yang berbeda. Pada pernyataan favorable, respon positif memiliki bobot skor yang lebih tinggi daripada respon negatif. Sebaliknya, pada pernyataan unfavorable, respon negatif memiliki bobot skor yang lebih tinggi daripada respon positif (Azwar, 2009).

Pada masing-masing pernyataan favorable dan pernyataan

unfavorable, bobot skor pada pilihan jawaban antara 1 sampai 4 yang berdasarkan pada mendukung tidaknya isi pernyataan pada ciri-ciri atribut yang hendak diukur.

a. Pernyataan favorable

Bobot skor yang terdapat pada pilihan jawaban adalah sebagai berikut:

Sangat Setuju (SS) : bobot skor 4

Setuju (S) : bobot skor 3

(74)

b. Pernyataan unfavorable

Bobot skor yang terdapat pada pilihan jawaban adalah sebagai berikut:

Sangat Setuju (SS) : bobot skor 1

Setuju (S) : bobot skor 2

Tidak Setuju (TS) : bobot skor 3 Sangat Tidak Setuju (STS) : bobot skor 4

Tabel 3

Bobot Skor Berdasarkan Pilihan Jawaban

Jawaban

Skor

favourable unfavourable Sangat

Setuju (SS)

4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS)

2 3

Sangat Tidak Setuju (STS)

1 4

(75)

jawaban yang genap tersebut maka subjek tidak memiliki kesempatan untuk memilih opsi jawaban tengah atau netral.

F. Validitas dan Reliabilitas

1) Validitas

Validitas mengacu pada kemampuan yang dimiliki alat ukur untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Spesifikasi kemampuan pada alat ukur yang dimaksud adalah mengenai sejauhmana kecermatan dan ketepatan alat ukur dalam mengukur apa yang ingin diukur. Dalam hal ini, alat ukur dapat memiliki validitas yang tinggi ataupun validitas yang rendah tergantung dari kecermatan dan ketepatan alat ukur dalam menjalankan fungsinya. Suatu alat ukur yang memiliki validitas tinggi apabila mampu berfungsi dengan baik dalam memberikan hasil ukur yang relevan dan sesuai dengan tujuan dilakukan pengukuran. Di sisi lain, suatu alat ukur yang bervaliditas rendah akan memberikan hasil ukur yang tidak relevan dan tidak sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar, 2008).

(76)

pernyataan yang terdapat pada isi skala diharapkan dapat berfungsi dengan baik sebagai alat pengumpul data yang relevan dan berkualitas. Dalam validitas isi, perlu untuk menyertakan blue print yang berisi keseluruhan dimensi dari variabel yang akan diukur untuk dapat mencapai pemenuhan validitas isi (Azwar, 2008).

2) Reliabilitas

Gambar

Blue PrintTabel 1  Efikasi Diri
Blue PrintTabel 2  Kematangan Karir
Tabel 3 Bobot Skor Berdasarkan Pilihan Jawaban
Blue PrintTabel 4  Efikasi Diri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama.. Hipotesis dalam penelitian

Kesimpulan pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara kecerdasan adversitas dan efikasi diri dengan kematangan karir, antara kecerdasan adversitas dengan

mana efikasi diri mahasiswa dilihat lebih spesifik dalam konteks akademik dan sosial, sementara penyesuaian diri di perguruan tinggi di dasarkan pada teori yang

Keyakinan diriyangdimaksud yaitukeyakinan terhadap dirinya sendiri atas kemampuan yang dimiliki untukbisamenyelesaikantugas-tugasdari sekolah.Keyakinan diri

Mahasiswa tingkat akhir merupakan calon sarjana yang diharapkan telah memiliki arah tujuannya dalam menjalankan tugas perkembangan berikutnya dalam hidup yaitu

Terdapat hubungan positif yang signifikan antara efikasi diri dengan pengambilan keputusan karir pada mahasiswa semester akhir di Fakultas Ekonomika dan Bisnis

a. Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan yang positif antara Efikasi Diri dengan Pengambilan Keputusan Karir pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi..