KONFLIK ANTAR KELOMPOK SUPORTER SEPAKBOLA DI YOGYAKARTA : STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF
Galih Pambudi ABSTRAK
Sepakbola dan suporter sepakbola tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling berkaitan. Disisi lain, akhir-akhir ini suporter yang identik dengan memberi semangat kepada tim yang bertanding, saling berkonflik antar kelompok suporter hingga termanifestasikan dalam wujud bentrok antar suporter yang tak jarang menyebabkan kematian. Berangkat dari hal tersebut penelitian ini tertarik untuk membahas mengenai konflik yang terjadi. Konteks referensi yang diangkat adalah konflik antar kelompok suporter di Yogyakarta. Penelitian ini berusaha mengetahui bagaimana konflik antar kelompok suporter itu terjadi secara berulang saat kedua kelompok suporter tersebut bertemu. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan lewat wawancara semi terstruktur dengan partisipan berjumlah empat orang. Pemilihan partisipan dilakukan berdasarkan keterlibatan partisipan menjadi suporter. Hasil penelitian menujukkan jika konflik antar kelompok suporter di Yogyakarta terjadi karena identitas kelompok yang melekat pada setiap individu, ingatan kelompok akan sejarah kekerasan yang pernah dialami oleh kelompok, dan adanya rasa tergabung dengan kelompok tertentu.
INTERGROUP CONFLICT OF SOCCER SUPPORTERS IN YOGYAKARTA : A QUALITATIVE DESCRIPTIVE STUDY
Galih Pambudi
ABSTRACT
Soccer and Soccer supporters could not be separated. Both are interrelated. On the other hand, supporters are lately, identical to give encouragement to the competing team, conflicting each others and manifested in the form of clashes between supporters who rarely causes death. By that’s point, this study is keen to discuss the supporters conflict. The reference context is conflict between groups of supporters in Yogyakarta. This study tried to determine how conflicts between groups of supporters that occur repeatedly while the two groups of supporters met. The method used is descriptive qualitative. Data collection is completed through semi-structured interviews with four people as participants. Participants were selected base on the involvement into groups of supporters. The result showed that the conflict between groups of supporters in Yogyakarta occurs by the group indentity which attached to any individual, group memory of violence history ever experienced by the group, and their sense of belonging with a particular group.
KONFLIK ANTAR KELOMPOK SUPORTER SEPAKBOLA
DI YOGYAKARTA : STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh Galih Pambudi NIM : 089114134
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
KONFLIK ANTAR KELOMPOK SUPORTER SEPAKBOLA
DI YOGYAKARTA : STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh Galih Pambudi NIM : 089114134
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya
(Pengkotbah 3: 11)
vi
KONFLIK ANTAR KELOMPOK SUPORTER SEPAKBOLA DI YOGYAKARTA : STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF
Galih Pambudi ABSTRAK
Sepakbola dan suporter sepakbola tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling berkaitan. Disisi lain, akhir-akhir ini suporter yang identik dengan memberi semangat kepada tim yang bertanding, saling berkonflik antar kelompok suporter hingga termanifestasikan dalam wujud bentrok antar suporter yang tak jarang menyebabkan kematian. Berangkat dari hal tersebut penelitian ini tertarik untuk membahas mengenai konflik yang terjadi. Konteks referensi yang diangkat adalah konflik antar kelompok suporter di Yogyakarta. Penelitian ini berusaha mengetahui bagaimana konflik antar kelompok suporter itu terjadi secara berulang saat kedua kelompok suporter tersebut bertemu. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan lewat wawancara semi terstruktur dengan partisipan berjumlah empat orang. Pemilihan partisipan dilakukan berdasarkan keterlibatan partisipan menjadi suporter. Hasil penelitian menujukkan jika konflik antar kelompok suporter di Yogyakarta terjadi karena identitas kelompok yang melekat pada setiap individu, ingatan kelompok akan sejarah kekerasan yang pernah dialami oleh kelompok, dan adanya rasa tergabung dengan kelompok tertentu.
vii
INTERGROUP CONFLICT OF SOCCER SUPPORTERS IN YOGYAKARTA : A QUALITATIVE DESCRIPTIVE STUDY
Galih Pambudi
ABSTRACT
Soccer and Soccer supporters could not be separated. Both are interrelated. On the other hand, supporters are lately, identical to give encouragement to the competing team, conflicting each others and manifested in the form of clashes between supporters who rarely causes death. By that’s point, this study is keen to discuss the supporters conflict. The reference context is conflict between groups of supporters in Yogyakarta. This study tried to determine how conflicts between groups of supporters that occur repeatedly while the two groups of supporters met. The method used is descriptive qualitative. Data collection is completed through semi-structured interviews with four people as participants. Participants were selected base on the involvement into groups of supporters. The result showed that the conflict between groups of supporters in Yogyakarta occurs by the group indentity which attached to any individual, group memory of violence history ever experienced by the group, and their sense of belonging with a particular group.
ix
KATA PENGANTAR
Sepakbola merupakan olahraga yang cukup populer dan memiliki banyak
penggemar di Indonesia bahkan di Yogyakarta. Sepakbola seakan-akan memberikan
hiburan yang murah meriah kepada seluruh lapisan masyarakat. “Suporter”, sebuah
kata yang selalu terlintas ketika mendengar kata sepakbola. Suporter memang salah
satu hal yang penting dalam sebuah pertandingan sepakbola. Pentingnya suporter
dalam sebuah pertandingan sepakbola, sampai sampai memunculkan istilah jika
suporter merupakan pemain keduabelas dalam sebuah tim sepakbola. Namun, banyak
kita mendengar ketika dalam sebuah pertandingan sepakbola berlangsung sering
terjadi kerusuhan yang melibatkan suporter pendukung sepakbola. tidak hanya sekali
bahkan bentrok yang melibatkan suporter kerap terulang.
Berawal dari rasa prihatin dengan apa yang dilakukan oleh kelompok
suporter yang secara tidak langsung membuat pertandingan sepakbola bukan lagi
sebagai hiburan yang menyenangkan melainkan menjadi acara tontonan yang
berakhir dengan kekerasan. Dengan adanya rasa prihatin tersebut, peneliti melakukan
sebuah penelitian kecil dengan mengangkat tema konflik yang terjadi pada suporter
sepakbola, penelitian in terlebih sebagai pelengkap salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Psikologi pada program studi Psikologi di Universitas
x
Sebuah harapan akan manfaat dari hasil penelitian muncul bersamaan
dengan dilakukannya penelitian ini, terutama bagi disiplin ilmu psikologi dan sevara
umum bagi semua yang terkait dengan dunia sepakbola. Meskipun memang sulit
untuk menghilangkan konflik yang terjadi antar suporter setidaknya penelitian ini
dapat memberikan manfaat untuk meminimalisir bentrokan yang terjadi antar
suporter.
Puji dan syukur serta terima kasih peneliti haturkan kepada Sang Kuasa
Penyelenggara Alam Semesta atas ijin yang telah diberikan kepada penulis untuk
melaksanakan dan meyelesaikan penelitian ini hinga selesai. Penulis menyadari
bahwa dalam penelitian ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis dengan
lapang dada menerima kritik dan saran guna dapat memperbaiki penelitian ini.
Penelitian ini terlaksana berkat bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu. Dalam kesempatan ini, dengan tulus penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang langsung maupun tidak langsung membantu
penulis menyelesaikan penelitian ini. dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati,
penulis mengucapkan banyak terima kasih. Terima kasih penilis haturkan kepada :
1. Albertus Bunadi, Theresia Sri Rahayu, Yuliana Wening Widiastusi, dan
Natalia Kalis Dwi Riani, untuk pendidikan selama ini yang kalian
xi
2. Bapak Drs. H. wahyudi selaku dosen pembimbing, terima kasih untuk
kesabaran selama ini dalam membimbing penulis hingga
terselesaikannya penelitian ini.
3. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma. Terima kasih untuk pengajaran, pelayanannya dan keramah
tamahannya.
4. Monica Dhani Sayekti Yutti, terima kasih untuk semangatnya yang
diberikan kepada penulis dengan tak henti-hentinya mengingatkan
penulis.
5. Ibu Valentina Sri Sumardiyanti yang sudah penulis anggap sebagai ibu
kedua, terimakasih untuk semua nasihat dan semua pembelajarannya.
6. Albertus Harimurti, terimakasih sudah mau direpotkan setiap malam
membatu penulis sekaligus teman diskusi.
7. Keluarga besar TN (Tumindak Ngiwo), Mas Broti, Mas Jaya, Mas Barjo,
Mas Windra, Mas Dika, Mas Simin, Mas Iwil, Komenk, Eva, Sari,
terima kasih untuk kekeluargaan dan persahabatan dengan canda
tawaannya.
8. Keluarga besar P.A.T (Psychology Adventure Team) terima kasih untuk
dinamika sampai saat ini, dan untuk semua jalan-jalannya menikmati
indahnya alam “Alam Masih Luas Belum Lelah Kaki ini
xii
9. Keluarga besar LEDOK SAMBI, Pak Haryoko, Mas Idung, semua
operator dan para fasilitator Ledok Sambi, terima kasih untuk semua
pengalaman dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan
penelitian ini.
10.Keluarga besar Nuri Adventuria, Mas Ernes, dan semua fasilitator Nuri
adventuria terima kasih untuk pengalaman serta dinamika yang boleh
peneliti alami.
11.Teman-temanku Aditya Hari Saputra, Antonius Wahyu, Bayu Mahendra,
Indra Hermawan, Yohanes Wahyu Setya Jati, Paul, Budi, untuk semua
canda gurau dan dinamika yang memberikan semangat kepada penulis.
12.Untuk semuanya yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu terima
kasih sekali lagi.
Akhirnya rasa syukur kuhaturkan pada seluruh alam semesta beserta
seluruh isinya. Dan tetntunya, sebagai pengalaman pertama penulis karya ini tidak
lepas dari kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat berterimakasih untuk segala
kritik dan saran yang membangun yang tentunya akan semakin memperbaiki
penulisan kaya tulis ini. Terima Kasih
Yogyakarta, 15 Juni 2015
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah………. 1
B. Rumusan Masalah……….. 6
C. Tujuan Penelitian……… 6
D. Manfaat Penelitian………. 7
BAB II : KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Konflik ……….………….. 8
1. Pengertian Konflik Antar Kelompok……… 8
xiv
3. Sebab terjadinya Konflik……… 11
B. Suporter Sepakbola... 17
C. Kerangka penelitian ......………... 20
BAB III : METODE PENELITIAN………. 23
A. Jenis Penelitian………... 23
B. Fokus Penelitian………. 24
C. Subjek Penelitian……….. 25
D. Metode dan Alat Pengumpulan Data……….. 25
E. Prosedur Analisis Data………..……….. 27
1. Organisasi Data ………..……….. 27
2. Coding……….. 27
3. Interpretasi dan Pembahasan ……….. 28
F. Verifikasi Data……….……… 29
1. Kredibilitas……….. 29
2. Dependabilitas……… 30
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31
A. Proses Penelitian ... 31
1. Persiapan Penelitian ... 31
2. Pelaksanaan Penelitian ... 32
B. Analisis Data ... 40
1. Harga Diri Kelompok………... ... 40
xv
3. Nggak Tau tapi melu-melu………..47
C. Pembahasan ... ... 50
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 58
A. Kesimpulan ... .. .58
B. Saran ... ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... ... 61
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Daftar Kerusuhan Suporter ... 3
Tabel 2 Daftar Pertanyaan Wawancara ... 26
Tabel 3 Jadwal Wawancara Subjek I ... 37
Tabel 4 Jadwal Wawancara Subjek II ... 37
Tabel 5 Jadwal Wawancara Subjek III... 38
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Inform concern subjek GL ……….. 65
2. Verbatim subjek GL……….………. 67
3. Tema subjek III ………... 77
4. Inform concern subjek GJ……….. 83
5. Verbatim Subjek GJ….………... 85
6. Tema Subjek GJ…….…...………... 97
7. Inform concern subjek GY……….……….………... 103
8. Verbatim Subjek GY………..… 105
9. Tema subjek GY……….……….. 117
10.Inform concern subjek KCK………..……. 121
11. Verbatim Subjek KCK…….………..... 123
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Ketika kita bertanya olahraga apa yang paling banyak diminati oleh
mayoritas orang Indonesia, maka sepakbola adalah salah satu jawabannya.
Sepakbola di Indonesia memiliki penggemar yang dapat dikatakan paling banyak
dari pada cabang-cabang olahraga lainnya yang ada di Indonesia. Dengan
penggemar yang banyak, sepakbola juga memiliki suporter yang banyak pula,
suporter tidak bisa lepas dari sebuah pertandingan sepakbola. Suporter seakan
sudah seperti kacang dan kulit dalam olahraga ini, karena suporter merupakan
orang yang memberikan dukungan pada tim yang dibela terutama saat tim yang
dibelanya sedang bertanding (Suryanto, 2005).
Suporter mampu membuat pertandingan sepakbola menjadi lebih hidup.
Lewat dukungan yang mewujud dalam gerakan, nyanyian, dan atribut yang
selaras, tim sepakbola yang didukung akan menjadi lebih percaya diri dan
semangat bermain akan menjadi lebih meningkat. Nyatanya, mereka tidak hanya
mendukung, akhir-akhir ini, supporter justru menjadi permasalahan tersendiri
dari sebuah tim maupun pertandingan sepakbola. Permasalahan ini dapat
dicermati lewat adanya bentrokan atau konflik yang terjadi antara supporter tim
yang bertanding.
Konflik merupakan bentuk pertentangan yang dihasilkan oleh individu
perbedaan kebutuhan (Liliweri, 2005). Konflik atau bentrokan yang terjadi ini
menimbulkan masalah yang serius dalam dunia persepakbolaan. Konflik yang
terjadi antara kedua supporter tidak hanya merugikan kedua belah supporter,
kedua tim yang bertanding pun juga dirugikan dengan adanya kerusuhan yang
terjadi. Terkait dengan tindakan suporter yang mengarah pada kekerasan
memang tindak menunjukkan sikap sportif dalam sepakbola, meskipun hal
tersebut sudah diatur dalam Peraturan Organisasi PSSI tentang kode disiplin
PSSI yang menjelaskan mengenai kedisiplinan suporter yang dituangkan dalam
pasal 60 tentang tingkah laku buruk melakukan intimidasi dan penghinaan atau
fitnah, pasal 75 yang berisi tentang tanggung jawab dan kewajiban tuan rumah
karena kerusuhan yang dilakukan penonton.
Meskipun terdapat sanksi yang diberikan organisasi PSSI , konflik antar
suporter yang terwujud dalam bentrokan masih saja terjadi. Akibat bentrokan
yang dilakukan antar supporter banyak tim yang mendapat sanksi mulai dari
denda berupa uang yang tidak sedikit jumlahnya dan sanksi yang melarang
penonton masuk ke dalam stadion dalam jangka waktu tertentu. Selain banyak
merugikan, kerusuhan juga mengakibatkan banyak kerusakan, banyak
infrastruktur stadion rusak, kendaraan menjadi sasaran amukan supporter, bahkan
sampai menyebabkan hilangnya nyawa seseorang.
Konflik antar kelompok (intergroup conflict) dalam hal ini yang
melibatkan suporter sepakbola banyak terjadi di negara negara yang memiliki
yang mengakibatkan banyaknya korban luka-luka (http://bola.viva.co.id). selain
di Serbia, masih banyak konflik antar suporter sepakbola yang terjadi diantaranya
konflik suporter sepakbola yang terjadi di Perancis
(http://bola.metrotvnews.com), konflik antar suporter yang terjadi di Warsawa
Polandia (http://m.solopos.com). Banyaknya konflik antar suporter yang terjadi
di negara negara yang memiliki kompetisi sepakbola tidak terkecuali di
Indonesia.
Indonesia merupakan negara yang memiliki klub sepakbola yang cukup
banyak, yang berarti Indonesia juga memiliki jumlah suporter yang juga banyak.
Dengan jumlah suporter sepakbola yang banyak tidak dapat dipungkiri jika
banyak terjadi konflik yang melibatkan suporter sepakbola. Salah satunya konflik
suporter yang melibatkan suporter Persis Solo yang mengakibatkan hilangnya
nyawa salah satu suporter tim lawan (http://www.tribunnews.com). Konflik
yang melibatkan antar suporter tidak hanya terjadi di kota solo saja, masih
banyak konflik antar suporter yang terwujud dalam bentuk tawuran di daerah
lain. Sebagai gambaran konflik secara kronologis, berikut adalah daftar konflik
yang terjadi antara suporter sepakbola (Suyatna, 2007)
Tabel 1
Daftar konflik yang terjadi antar suporter
Tanggal Konflik terjadi antar Suporter
25 April 2005 Persekabas Pasuruhan vs Arema Malang
8 Agustus 2005 Persigo Gorontalo vs Persiwa Wamena
4 September 2005 Persija Jakarta vs Persib Bandung
25 September 2005 Persija Jakarta vs Persipura Jayapura
13 Maret 2006 Persijap Jepara vs PSIS Semarang
4 September 2006 Persebaya Surabaya vs Arema Malang
14 Maret 2007 Persikota Tangerang vs Persija Jakarta
Apabila keberadaan suporter juga memiliki konsekuensi akan terjadinya
sebuah konflik, maka di Yogyakarta pun demikian. Yogyakarta sendiri memiliki
beberapa basis suporter yang yang cukup besar, yaitu suporter pendukung PSS
Sleman, suporter pendukung PSIM Yogyakarta, dan suporter pendukung Persiba
Bantul. Banyak kasus bentokan antar suporter yang melibatkan kelompok
suporter tersebut, salah satunya adalah bentrokan suporter yang melibatkan
suporter PSS Sleman dengan suporter PSIM Jogja yang mengakibatkan banyak
orang menderita luka-luka (http://www.timlo.net).
Bentrokan yang terjadi antara kedua suporter tidak hanya terjadi sekali
waktu saja, sebelumnya juga pernah terjadi pada November 2007 yang
mengakibatkan rusaknya infrastruktur dan beberapa suporter mengalami
luka-luka. Bentrokan hampir pasti terjadi ketika kedua belah suporter bertemu, pada
mengalami luka-luka. Terulangnya kerusuhan yang melibatkan suporter yang
sama dikarenakan ingatan akan kekerasan yang didapatkan kelompok dari
kelompok lain akan terpelihara dan kelompok tersebut akan memiliki
kecenderungan untuk melakukan pembalasan (Ashmore,..dkk., 2001).
Menanggapi banyaknya suporter yang terkadang tidak men-support
tersebut, banyak pula penelitian yang dilakukan untuk menemukan solusi dan
pembuatan kebijakan atas konflik yang terjadi. Misalnya saja Setyaji (2013)
dengan judul “Konflik Suporter PSIS Semarang Antara Suporter Panser Biru
dengan Snek’. Hasil penelitian yang diperoleh Setyaji mengungkapkan jika
konflik yang melibatkan suporter panser biru dengan suporter Snex terjadi karena
adanya perbedaan identitas kelompok dan masing masing kelompok menguatkan
identitas kelompok nya masing-masing dan merasa lebih superior dan ingin lebih
diakui oleh kelompok suporter lain.
Selain penelitian yang dilakukan oleh Setyaji penelitian mengenai
kelompok suporter dilakukan juga oleh Sinatra & Darminto (2013) dengan judul
“Agresifitas Suporter Sepakbola Persebaya Surabaya Pada Saat Pertandingan
Berlangsung”. Penelitian tersebut menekankan perilaku agresif suporter yang
muncul pada saat pertandingan berlangsung. Selain penelitian konflik yang
melibatkan kelompok suporter terdapat penelitian penelitian lain yang membahas
mengenai kelompok. Namun dalam penelitian ini terkhusus pada kelompok
Proses Pembentukan Identitas Sosial Yang Terdistorsi” yang di teliti oleh Ali
maksum (2009).
Menariknya dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan, belum ada
yang secara khusus membahas tentang terjadinya dan terulangnya koflik antar
kelompok yang termanifestasikan dalam bentrokan dalam hal ini kelompok
suporter. Dalam penelitian ini, penulis ingin mendeskripsikan konflik yang
terjadi antara suporter sepakbola terutama yang berada di Yogyakarta dan sebab
mengapa konflik itu selalu terulang dengan subjek yang telah bergabung selama
lima tahun dengan kelompok suporter tertentu. Diharapkan melalui penelitian ini
dapat membantu memahami bagaimana konflik yang melibatkan antar suporter
selalu terulang.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana konflik antar
suporter sepakbola selalu terjadi bahkan sampai terulang?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan terjadinya konflik yang melibatkan kelompok suporter
sepakbola di Yogyakarta.
2. Mendeskripsikan mengapa konflik yang terjadi antara suporter sepakbola di
D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada ilmu psikologi
yang bergerak dalam bidang sosial terutama dalam hubungannya dengan
kelompok sosial kaitannya dengan konflik antar kelompok. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai konflik antar suporter
yang terjadi dan terulangnya konflik tersebut.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
informasi yang berkaitan dengan konflik yang terjadi antar kelompok
suporter dan diharapkan dapat menambah pemahaman masyarakat luas,
suporter sendiri mengenai terjadinya konflik dan terulanganya konflik
8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konflik
1. Pengertian Konflik Antar Kelompok
Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam kehidupan
sosial masyarakat, sehingga konflik bersifat inheren yang artinya konflik akan
senantiasa terjadi dalam setiap ruang dan waktu, bahkan konflik akan terjadi
kapan saja dan dimana saja. Selain kapan saja dan dimana saja, Susan (2009)
mengemukakan jika konflik juga bisa muncul pada skala yang berbeda seperti
konflik antar individu (interpersonal conflict), konflik antar kelompok
(intergroup conflict), konflik antar kelompok dengan negara (vertical conflict)
dan konflik antar negara (interstate conflict) senada dengan apa yang
dikemukakan oleh Ashmore dkk (2001), jika konflik juga dapat muncul pada
setiap individu dan dapat terjadi hampir pada setiap jenis kelompok.
Dalam psikologi sosial konflik sering didefinisikan sebagai
ketidakcocokan tujuan, keyakinan, sikap atau perilaku (Myers, 1999). Senada
dengan Myers, Liliweri (2005) juga mengemukakan jika konflik merupakan
bentuk pertentangan yang dihasilkan oleh individu atau kelompok, kerena
mereka memiliki perbedaan sikap, kepercayaan, nilai atau kebutuhan
atau melihat tujuan yang tidak sejalan (Preston dkk, dalam Putra & Pitaloka,
2012).
Konflik antar kelompok merupakan situasi dimana satu kelompok
menilai bahwa tujuan dan kepentingannya terhalang oleh tujuan dan
kepentingan kelompok lain . senada dengan hai itu Coser juga mengatakan
bahwa konflik kelompok atau konflik sosial merupakan usaha yang tidak
hanya untuk mendapatkan nilai tertentu melainkan juga untuk perubahan
afeksi, tindakan melukai lawan (dalam putra & pitaloka, 2012). Seperti halnya
yang dikemukakan oleh Soerjono (1992) yang menyebutkan jika konflik
adalah sebuah pertentangan atau pertikaian yang dilakukan orang atau
kelompok manusia guna menemui tujuannya dengan jalan menentang pihak
lawan yang disertai dengan ancaman maupun kekerasan. Oleh karena itu
konflik antar kelompok (intergroup conflict) menurut Soerjono sering
diidentikan dengan tindakan kekerasan.
Tajfel and Turner (dalam Hewstone & Caims, 2006) menjelaskan
jika konflik antar kelompok dibedakan menjadi dua tipe, yaitu
a. Objective vs Subjective conflict
Konflik objective merupakan konflik yang memiliki sasaran
atau tujuan yang jelas. Misalkan kekuasaan, kekeayaan dan wilayah.
Faktor penyebab konflik objektif biasanya bukan berasal dari faktor
psikologis, namun lebih mengarah kepada faktor sosial, ekonomi,
sebagai konflik yang mengarah pada konflik yang berlatar psikologis,
misalkann konflik yang didasari oleh prasangka maupun stereotype.
Walaupun terdapat perbedaan antara konflik objektif dan subjektif,
namun keduanya bisa saling berhubungan dan konflik yang
didasaridari prasangka maupun stereotype dapat bertahan lebih lama.
b. Explicit vs Implicit Conflict
Konflik eksplisit (terbuka) adalalah konflik legitimasi dan
institusional berdasarakan peraturan atau norma (kompetisi antar group
atau kompetisi world cup dalam sepakbola). Menurut Tajfel and
Turner perilaku terhadap out-group dalam konflik ini dibagi menjadi
dua,yaitu : Instrumental behavior (perilaku sebagai alat) mengacu
pada tindakan yang diarahkan pada in-group untuk memenangkan
kompetisi (perilaku seperti itu) dapat diterangkan dalam kaitan dengan
alasan untuk memenangkan) dan Noninstrumental behavior ialah
perilaku yang berkaitan dengan aspek psikologis. Hal ini berkaitan
dengan bagaimana seseorang bersikap,dan berperilaku terhadap
kelompok lain. Misalkan, Perilaku diskriminasi dan sikap prasangka
terhadap out group. Konflik implicit (tersembunyi) adalah konflik
yang mengacu pada perbedaan yang ada di dalam kelompok
diakibatkan ketiadaan institusi yang jelas. Pembedaan di dalam
dari luar. Padahal sebenarnya tidak ada sesuatu hal berbeda secara
mendasar. Misalkan kasus suku Hutu dan Tutsi di Rwanda. Suku Hutu
dan Tutsi memiliki banyak keasamaan, mulai dari bahasa, agama,
budaya dan sejarah melalui pertukaran identitas dengan perkawinan
antar suku tesebut. Tetapi karena perbedaan kecil (tinggi, warna kulit)
dihembuskan oleh kaum kolonial, maka terjadilah konflik antara kedua
suku tersebut.
Konflik antar kelompok (intergroup conflict) terjadi karena
dipengaruhi beberapa hal. Adapun hal-hal yang dapat mempengaruhi
munculnya konflik adalah:
1. Identitas Sosial
Identitas sosial adalah sebuah pengetahuan dari perseorangan
selama individu tersebut berada di dalam sebuah kelompok tertentu
(Abram dan Hogg, 1988). Identitas sosial mengasumsikan bahwa kita
menunjukkan semua perilaku kelompok, contohnya solidaritas di dalam
kelompok, dan diskriminasi terhadap kelompok lain dengan tujuan
peningkatan diri dan penghargaan diri yang positif. (Abram & Hogg,
1988).
Menurut Tajfel dan Turner (dalam Abrams & Hogg, 1988)
identitas sosial memberikan kontribusi yang besar terhadap
kesalahpahaman dalam interaksi kelompok dalam skala besar, seperti
kelompok. Menurut Tajfel dan Turner (dalam Hogg & Abram 1988)
dikatakan bahwa identitas sosial dalam sebuah kelompok akan
berpengaruh pada focus keyakinan kelompok dalam hal relasi maupun
hubungan dengan kelompok lain. Identitas sosial di dalam kelompok
juga memiliki peran untuk mengevaluasi kelompok. Selain untuk
mengevaluasi kelompok, identitas sosial dalam kelompok juga berguna
dalam bagaimana kelompok ini berpikir dan bagaimana kelompok ini
akan bertindak.
Menurut Zillmann, Bryan, dan Sapolsky (dalam Beth Jacobson,
2003) identitas sosial juga memiliki perasan yang penting bagi individu.
Manfaat yang dirsakan oleh individu membantu memberikan ikatan rasa
antara individu di dalam kelompok. Identitas sosial dalam kelompok
juga menjembatani fans atau kelompok menyatukan ketertarikan yang
berbeda antara satu dengan yang lain di dalam kelompok, dengan
kemampuan yang minimal dan dana yang rendah dari kelompok.
Menurut teori identita sosial, perilaku kelompok terjadi karena
adanya dua proses penting yaitu proses kognitif dan proses motivasional
(Turner, dkk., dalam Sarwono, 2009) dimana proses kognitif yang
dilakukan oleh individu yaitu dengan melakukan kategorisasi pada
berbagai stimulus yang dihadapi termasuk pada kelompok yang ditemui,
sehingga individu cenderung untuk memandang orang lain sebagai
2. Kategorisasi sosial “Kita vs Mereka” (in-group vs out-group)
Konflik sosial yang melibatkan kelompok sosial akan
mendorong individu dari masing-masing kelompok untuk memunculkan
respon kognitif yang tercermin dari cara pandang mereka yang
mengunggulkan kelompoknya sendiri dan merendahkan kelompok
orang lain. Dari hal inilah pola pikir ‘kita’ dan ‘mereka’ terbentuk dalam
sebuah kelompok (meek, dalam Madayaningrum, 2010). Senada dengan
apa yang diutarakan Meek, Tajfel & Turner (dalam Nuraeini, 2005)
mengutarakan hal yang tidak jauh berbeda. Ketika tergabung dalam
sebuah kelompok manusia memiliki kecenderungan untuk membuat
kategorisasi sosial atau mengklasifikasikan individu-individu dalam
kategori-kategori atau kelompok-kelompok sosial tertentu.
Identitas sosial banyak berpengaruh terhadap pola pikir anggota
dalam kelompok. Anggota dalam kelompok cenderung akan berpikir
jika kelompok dimana individu tersebut berada (in-group) merasa lebih
superior dibandingkan dengan kelompok lainnya (out-group). Pada
umumnya individu-individu membagi dunia sosial kedalam dua kategori
yang berbeda yakni “kita” dan “mereka”, “kita” adalah in-group yang
merupakan kelompok dimana individu tersebut tergabung, sedangkan
out-group adalah mereka. Dengan adanya kategorisasi yang dilakukan
maka kelompok lain yang yang merupakan out-group dipersepsikan
sebagai musuh atau yang mengancam in-group (Sears,..dkk, 1994).
3. Ingatan akan kekerasan yang terjadi (sejarah)
Konflik yang melibatkan suporter sepakbola tidak terlepas dari
sejarah dari suporter tersebut. ingatan akan sejarah merupakan salah satu
sarana yang membuat kelompok semakin mempertahankan pandangan
kelompoknya (in-group) semakin lebih favorit (Blight, dalam Sahdra,
2006).
Pengalaman-pengalaman historis juga melatar belakangi
terjadinya konflik yang melibatkan kelompok. pengalaman historis
dalam halini adalah pengalaman yang erat kaitannya dengan kekerasan
yang diterima oleh kelompok suporter. Pengalaman tersebut akan
memunculkan pandangan negatif kepada pihak yang melakukan
kekerasan dan kelompok yang mendapatkan tindak kekerasan akan
berusaha untuk memebalas (Walgito, 2003).
Ashmore dkk (2001) juga mengemukakan hal yang sama
dengan Walgito, jika ada kelompok yang pernah mengalami korban
penaklukan, perbudakan ataupun genosida memungkinkan kelompok
tersebut rentan untuk melakukan kekejaman ataupun pembalasan
terhadap kelompok lain kedepannya. Dalam konteks suporter seperti
perilaku kekerasan dari kelompok lain akan memiliki kecenderungan
untuk membalas kelompok tersebut.
4. Stereotype, Prasangka, dan Diskriminasi
Menurut Sears dkk (2001) stereotype, prasangka dan
diskriminasi merupakan tiga komponen yang berperan dalam
antagonisme antar kelompok yang dapat menimbulkan konflik antar
kelompok. Stereotype merupakan aspek kognitif dalam antagonisme
antar kelompok, stereotype merupakan sebuah keyakinan tentang atribut
personal yang dimiliki oleh orang-orang dalam suatu kelompok tertentu
atau kategori sosial tertentu (sears dkk, 2010).
Prasangka menurut Baron & Byrne (1982) adalah suatu sikap
negatif terhadap para anggota kelompok tertentu, yang semata mata
didasarkan pada keanggotaannya di kelompok itu. Senada dengan Baron
& Byrne, Ahmadi (1991) juga mengungkapkan jika prasangka
merupakan sikap negatif yang diperlihatkan oleh individu atau
kelompok terhadap individu maupun terhadap kelompok lain. Sears
(2010) juga mengungkapkan hal yang tidak jauh berbeda dengan
Ahmadi jika prasangka adalah evaluasi negatif atas suatu kelompok atau
seseorang berdasar pada keanggotaan orang tersebut dalam suatu
kelompok. Sears (2010) juga mengemukakan jika prasangka akan
membuat kelompok memiliki keyakinan jika in-group akan lebih unggul
Muculnya prasangka dalam sebuah kelompok terhadap
kelompok lain yang semakin kuat akan membuat kelompok memiliki
keyakinan jika kelompok lain lebih rendah dari kelompok mereka
sendiri. Prasangka yang melekat pada kelompok lain dan keadaan
tersebut bertahan sukup lama pada sebuah kelompok lambat laun akan
termanifestasikan dalam tindakan tindakan yang bersifat diskriminatif
(Gerungan, 2004). Tindakan-tindakan yang bersifat diskriminatif
tersebut berpotensi menimbulkan konflikyang lebih besar pada kedua
belah kelompok.
5. Adanya Kepentingan yang sama
Bila pada dua kelompok atau lebih memiliki atau mempunyai
kepentingan yang sama terhadap sesuatu, maka akan timbul persaingan
untuk mendapatkannya. Persaingan yang melibatkan dua kelompok atau
lebih, maka dari masing masing kelompok akan akan memunculkan
upaya untuk mendapatkan atau mencapai sesuatu yang diinginkan.
Jelas terlihat dalam dunia sepakbola dapat kita lihat persaingan
kelompok suporter untuk kepentingan yang sama. Persaingan tersebut
untuk menunjukkan suporter mana yang paling kuat. Jika persaingan
tersebut terus berlanjut demi kepentingan yang sama dan dalam waktu
yang lama anggota di dalam kelompok akan memberikan label kepada
Demi tercapainya kepentingan yang diinginkan oleh salah satu
suporter, terkadang kelompok menggunakan tindakan tindakan yang
merugikan kelompok lain, akibatnya akan timbul konflik antar
kelompok (Bomstein, 2003).
B. Suporter Sepakbola
Suporter salah satu begian penting dalam sebuah pertandingan
sepakbola. Kehadiran suporter dalam sebuah pertandingan ikut menyemarakan
pertandingan tersebut. Tidak jarang juga kehadiran suporter meningkatkan
semangat bertanding sebuah klub sepakbola karena dukungan yang diberikan
oleh suporter. Dengan dukungan yang diberikan oleh suporter kepada sebuah tim
sepakbola ketika bertanding, suporter juga sering disebut pemain ke duabelas
dari sebuah tim sepakbola.
Terdapat perbedaan antara suporter sepakbola dengan penonton
sepakbola. Penontonn adalah orang yang menyaksikan suatu pertunjukkan atau
sebuah tontonan, sedangakan suporter adalah oang yang memberikan support
atau dukungan . Dari pengertian antara suporter dan penonton, keduanya
memiliki makna yang berbeda, terlebih kita gunakan istilah tersebut untuk
lingkup persepakbolaan. Penonton adalah orang yang melihat ataupun
menyaksikan pertandingan sepakbola, sehingga bersifat pasif. Sementara untuk
suporter adalah orang yang memberikan dukungan, sehingga bersifat aktif
Suporter atau juga biasa disebut fans club adalah sebuah organisasi
yang terdiri dari sejumlah orang yang bertujuan untuk mendukung sebuah klub
atau sepakbola (Panjaitan, 2011). Senada dengan Panjaitan, Suryanto juga
mengemukakan hal yang tidak jauh berbeda dengan Panjaitan mengenai
suporter. Suryanto (2005) mengemukakan jika suporter adalah orang- orang yang
memberikan dukungan kepada tim yang dibela. Suporter harus beafiliasi dengan
klub sepakbola yang didukungnya sehinnga prbuatan suporter akan berpengaruh
terhadap klub yang dibelanya.
Di Indonesia, suporter sepakbola mengalami perkembangan menjadi
kelompok suporter yang membentuk organisasi. Seiring perkembangan
sepakbola yang menuju kea rah industri dan bisnis. Kelompok suporter yang
fanatik dengan basis massa dalam skala yang besar kemudian membentuk
organisasi suporter sepakbola untuk mendukung kemajuan sebuah klub.
Dalam pembentukan suporter sendiri telah ada beberapa regulasi yang
mengatur adanya suporter. Berdasarkan peraturan dari PSSI (Persatuan
Sepakbola Seluruh Indonesia) yang merupakan induk organisasi sepakbola di
Indonesia, didalam sebuah suporter setidaknya harus terdiri dari : 1) Ketua; 2)
Sekretaris; 3) Bendahara; 4) Koordinator Suporter; 5) Koordinator Humas; 6)
Koordinator Keamanan; 7) Koordinator Peralatan dan Perlengkapan; 8)
Koordinator Transportasi (Panjaitan, 2011).
Selain dalam pembentukan suporter, untuk keanggotaan suporter juga
dalam peraturan yang dikeluarkan BLI (Badan Liga Indonesia) yang mengatakan
sebagai berikut:
1. Terdaftar sebagai anggota suporter dalam organisasi suporter.
2. Terikat dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh suporter yang
bersangkutan.
3. Anggota membayar iuran bulanan yang jumlahnya ditentukan oleh
organisasi suporter.
4. Anggota mendapat kartu suporter yang didalamnya terdapat nomor
keanggotaan suporter yang bersangkutan.
5. Lama berlakunya keangootaan ditentukan oleh suporter yang
bersangkutan.
6. Anggota dapat membeli tiket dari pengurus suporter dengan potongan
harga.
7. Dengan menjadi anggota suporter, anggota mendapatkan
keuntungan-keuntungan yang ditentukan dalam peraturan keanggotaan
suporteryang bersangkutan. (Panjaitan, 2011).
Indonesia merupakan negara dengan jumlah suporter yang tergolong
banyak.hampir di setiap daerah di Indonesia memiliki klub sepak bola dengan
basis suporter yang besar, Yogyakarta salah satunya. Di Yogyakarta sendiri
terdapat tiga klub sepakbola dengan jumlah suporter yang tergolong cukup
banyak dan berkompetisi di level yang sama. Suporter Slemania yang
suporter yang mendukung tim PSIM Yogyakarta yang berpasis di kota Jogja dan
Paserbumi yang merupakan suporter pendukung tim PERSIBA Bantul yang
berbasis di kabupaten Bantul.
Dalam penelitian ini lebih menggunakan istilah suporter dikarenakan
suporter lebih terlibat secara langsung dalam pertandingan sepakbola dari pada
penonton. Suporter lebih mempunyai ikatan emosional dengan klub sepakbola
yang didukungnya dan memiliki fanatisme yang lebih. Suporter juga biasanya
tergabung dalam kelompok suporter tertentu dalam mendukung kesebelasan
sepakbola. Penonton dalam hal ini merupakan orang yang menyaksikan suatu
pertandingan (sepakbola) baiksecara langsung maupun tidak langsung (melalui
layar televisi) dan penonton juga belum tentu tergabung dalam kelompok
supporter tertentu. Keterikatan emosional dengan klub yang didukung dan
fanatisme yang dimiliki inilah yang membedakan suporter sepakbola dengan
pendukung cabang olahraga yang lain.
C. Kerangka Penelitian
Konflik merupakan gejala sosial yang senantiasa hadir ditengah-tengah
masyarakat yang majemuk. Konflik dikemukakan sebagai bentuk pertentangan
antar individu mapun antar kelompok. Dalam penelitian ini akan lebih membahas
mengenai konflik antar kelompok (intergroup conflict) yang terjadi. Dalam
konflik yang melibatkan kelompok suporter banyak dipengaruhi oleh banyak hal.
Apabila yang seharusnya menjadi milik kelompok misalnya
kelompok lain, hal ini dapat menimbulkan konflik karena konflik merupakan
ketidaksesuaian tujuan yang dialami oleh kelompok.
Identitas sosial sebuah kelompok yang melekat pada individu akan
mempengaruhi individu individu untuk melakukan kategorisasi terhadap
kelompok kelompok lain berdasarkan keanggotaan individu terhadap
keanggotaan kelompoknya. Kategori yang dilakukan oleh kelompok
menimbulkan pola pikir “kita” vs “mereka” dimana “kita” yang merupakan
ingroup akan cenderung memandang kelompok lebih positif dibandingkan
dengan kelompok lainnya (outgroup), lebih parahnya lagi outgroup dipersepsikan
sebagai musuh atau yang mengancam ingroup. Dantidak jarang kategorisasi
terhadap kelompok lain berpengaruh terhadap terjadinya konflik antar kelompok.
Pola pikir “kita” vs “mereka” akan semakin diperkuat oleh adanya
sejarah masa lalu atau ingatan kelompok akan kejadian yang tidak
menyenangkan misalkan menerima tidakan kekerasan di masa lalu. Sebagai
kelompok yang mendapat perlakua kekerasan akan semakin menganggap jika
outgroup yang melakukan kekerasan tersebut adalah musuh dan ingroup
cenderung akan memiliki keinginan untuk melakukan pembalasan di kemudian
hari. Hal ini semakin memperbesar kemungkinan munculnya konflik yang
termanifestasikan dalam bentrokan antar suporter dan berpotensi selalu
terulangya konflik tersebut.
Dengan melihat maraknya konflik yang terjadi di masyarakat terutama
memaparkan dalam bentuk deskripsi mengenai bagaimana terjadinya konflik
yang melibatkan suporter sepakbola dan mengapa konflik tersebut selalu
23 BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Penelitian yang membahas mengenai konflik yang terjadi pada suporter
sepakbola ini menggunakan metode kualitatif. Pilihan menggunakan metode ini
dirasa peneliti tepat untuk memenuhi tujuan penelitian, yaitu untuk
menggambarkan bagaimana konflik antar suporter bisa terjadi dan konflik antar
suporter tersebut selalu terulang, karena penelitian kualitatif berusaha untuk
mengeksplorasi, mendeskripsikan maupun menginterpretasikan maksud dari suatu
fenomena maupun pengalaman personal dan sosial yang dialami oleh subjek
penelitian (Creswell, 2007). Senada dengan Creswell, Smith (2006) penelitian
kualitatif bertujuan untuk menggambarkan suatu kejadian yang disadari dan
bertujuan untuk mendiskripsikan atau menangkap sedekat mungkin bagaimana
fenomena tersebut dialami dalam konteks terjadinya fenomena tersebut. Desain
penelitian kualitatif yang bersifat alamiah dengan tidak berusaha untuk
memanipulasi setting penelitian juga dinilai sesuai untuk penelitian ini.
Selain itu, ada beberapa pertimbangan yang mengarahkan peneliti untuk
memilih pendekatan kualitatif terkait dengan ciri-ciri penelitian kualitatif. Di
dalam perspektif teoritis ilmu-ilmu sosial, peneliti kualitaitf biasanya berada di
bawah payung paradigma interpretative atau fenomenologis (Poerwandari ,
menginterpretasi dan berusaha untuk memahami kehidupan sosial yang dialami
oleh subjek.
Penelitian kualitatif ini data yang digunakan adalah data kualitatif yang
berbentuk seperti data wawancara dan data hasil dari observasi seperti yang di
ungkapkan Poerwandari (2005) yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang bersifat deskriptif
seperti traskrip wawancara, catatan lapangan, gambar foto, rekaman video, dan
lain sebagainya. Secara sederhana, penelitian ini adalah penelitian yang datanya
tidak diperoleh melalui statistik melainkan berdasarkan wawancara dan observasi
(strauss & Corbin, 2009). Dalam penelitian kualitatif ini, data yang dihasilkan
berupa traskrip wawancara kemudian data akan diolah menjadi bentuk deskripsi
sehingga penelitian ini memenuhi syarat untuk menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif.
Dalam penelitian ini penulis bermaksud memberi gambaran atau
mendeskripsikan mengenai konflik yang terjadi antar suporter apa yang
menyebabkan konflik antar suporter selalu terulang
B.Fokus Penelitian
Fokus penelitian atau batasan penelitian dalam penelitian kualitatif berguna
untuk memberi batasan sampai sejauh mana suatu penelitian diteliti. Dalam
konflik tersebut melibatkan suporter sepakbola dan apa saja yang menyebabkan
konflik tersebut selalu terjadi dan berulang.
C.Subjek Penelitian
Subjek atau informan dalam penelitian ini adalah orang yang tergabung
dalam sebuah kelompok suporter yang berada di Yogyakarta. Keseluruhan
subjekidu yang telah bergabung dengan kelompok suporter lebih dari 5 tahun dan
pernah terlibat dalam sebuah konflik antar suporter yang terwujud dalam
bentrokan antar suporter dengan har pan subjek mengetahui dinamika dalam
kelompok suporter tersebut. Kriteria tersebut dinilai peneliti sesuai dengan
pengalaman atas fenomena yang akan di teliti, terlebih individu dalam kelompok
(Creswell, 2007).
D.Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode wawancara guna memperoleh data.
Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dimaksudkan unruk memperoleh
pengetahuan tentang makna subjektif yang dipahami oleh individu terkait dengan
topic penelitian dan akan mengeksplorasi isu yang muncul (Banister et al, dalam
Poerwandari 2005)
Wawancara yang akan digunakan peneliti adalah wawancara semi
terstruktur dengan panduan pertanyaan umum, yaitu selama proses wawancara
pertanyaan wawancara tersebut mencantumkan isu yang terkait dengan topik
penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dimana panduan pertanyaan wawancara
tersebut bertujuan guna menentukan urutan pertanyanyaan maupun bentuk
pertanyaan eksplisit. Panduan wawancara tesebut juga bertujuan untuk
mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus
sebagai pengecek apakah semua aspek yang ingin diungkap sudah ditanyakan
(Poerwandari, 2005).
Meskipun dilakukan dengan wawancara semi terstruktur, peneliti tetap
membuat panduan daftar pertanyaan terlebih dahulu sehingga akan membuat
peneliti tetap fokus pada topik ataupun kajian yang akan diteliti. Panduan daftar
wawancara disusun menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya terbuka
namun tetap berdasar pada topik ataupun fokus penelitian.
Tabel 2
Panduan Wawancara
1. Tolong ceritakan pengalaman saudara selama menjadi
suporter? (disertai dengan elaborasi)
2. Pernahkah saudara terlibat dalam konflik yang terjadi antar
suporter? (disertai elaborasi)
3. Tolong saudara ceritakan krologis terjadinya konflik pada
saat pertandingan sepakbola? (disertai dengan elaborasi)
saudaa tergabung ketika terjadi konflik dengan suporter
lain? (disertai elaborasi)
Proses wawancara ini akan dilakukan melalui beberapa tahap,yaitu:
1. Mencari subjek sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh peneliti dan
bersedia untuk berpartisipasi menjadi subjek penelitian.
2. Membangun repport, menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian
dan kembali memastikan kesediaan subjek untuk berpartisipasi setelah
mengungkapkan maksud dan tujuan penelitian.
3. Menentikan waktu dilakukannya wawancara berdasarkan kesepakatan
antara subjek dan peneliti.
4. Menyusun panduan wawancara yang akan di berikan kepada subjek
wawancara.
5. Melakukan wawancara.
Selama proses wawancara, data wawancara akan direkan dengan
menggunakan digital recorder guna mengantisipasi ketika peneliti lupa dan
selanjutnya akan disalin dalam bentuk arsip verbatim.
E.Prosedur Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif tidak ada rumusan baku untuk melakukan
analisis data. Namun, terdapat beberapa hal yang yang harus diperhatikan dalam
proses dan prosedur analisis data secara jujur dan selengkap mungkin senada
dengan yang diungkapkan Patton (dalam Poerwandari, 2005) .
Berikut iniadalah langkah analisis data dalam penelitin ini:
1. Organisasi Data.
Organisasi data diawali dengan memindahkan data rekaman hasil
wawancara setiap subjek dari digital voice recorder kedalam bentuk tulisan
dan menghasilkan transkrip verbatim yang berbentuk kolom.pengetikan
traskrip verbatim dilakukan segera setelah proses wawancara selesai.
Langkah pertama yang akan dilakukan peneliti adalah membaca narasi yang
telah di traskrip tersebut dengan cermat kemudian melakukan
pengelompokan data.
2. Pengkodean (codding)
Setelah data mentah hasil wawancara disusun menjadi transkrip
verbatim, peneliti melakukan penomoran untuk setiap baris kemudian
dilanjutkan dengan pemberian kode. Kode diberikan dibelakan jawaban
subjek. peneliti melakukan pengkodean untuk mengenali mana data yang
relevan dengan fokus penelitian. Pada tahap pengkodean ini peneliti tidak
mengubah esensi kalimat yang diucapkan subjek dan yang bisa diakukan
adalah mengeluarkan kata-kata atau kalimat kunci.
3. Interpretasi dan Pembahasan
Setelah fase deskripsi, penulis masuk pada fase interpretatife
2009) dan menuliskan analisis penelitiannya ke dalam bentuk narasi. Penulis
lebih tertarik untuk menyebutnya sebagai analisis dan bukan “hasil” karena
analisis dalam penelitian kualitatif merupakan suatu rangkaian penafsiran
yang terbuka terhadap pertanyaan (Parker, 2008)
Peneliti akan memasukan pengalaman personal ke dalam narasi
kesimpulan tanps mengubah alur dan inti dari analisis penelitian (Creswell,
1998), serta mencantumkan berbagai referensi dan beberapa perspektif baru
sehingga memungkinkan untuk mengembangkan sebuah penelitian kualitatif
(Parker, 2008)
F. Verifikasi Data 1. Kredibilitas
Untuk mendapatkan kredibilitas pada penelitian ini peneliti
menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong,
2008). Peneliti mencari referensi dari penelitian penelitian yang berhubungan
dengan konflik antar kelompok. Peneliti juga mencari data data dan fakta yang
berkaitan dengan konflik antar suporter.
Pada penelitian kualitatif ini, selain menggunakan teknik triangulasi
untuk memperoleh kredibilitas penelitijuga menggunakan konsep validitas
komunikatif. Validitas komunikatif, artinya untuk memperoleh validitas yang
pada subjek penelitian sehingga peneliti mendapatkan feedback untuk proses
pengecekan kembali.
2. Dependabilitas
Dalam penelitian ini, daya konsistensi atau dependabilitas dapat
diperoleh dengan cara diskursus yaitu dengan cara mendiskusikan hasil temuan
penelitian serta analisis yang dilakukan oleh peneliti dengan orang yang
ahli.dalam penelitian ini, pihak yang menjadi konsultan/auditor saya adalah
dosen pembimbing. Dosen pembimbing menjadi mentor peneliti agar peneliti
melakukan penelitian yang konsisten dan objektif. Dosen pembimbing sebagai
mentor juga member arahan-arahan kepada penelitia dalam melakukan
31 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Proses Penelitian
1. Persiapan Penelitian
Peneliti melakukan persiapan sebelum melakukan penelitian. Proses
persiapan yang dilakukan oleh peneliti adalah:
a. Peneliti mencari subjek yang merupakan suporter sepakbola yang
berasal dari klub sepakbola yang ada di Yogyakarta. Informasi
mengenai orang yang merupakan suporter diperoleh peneliti dengan
bantuan teman. Peneliti melakukan rapport pada subjek dengan cara
bertemu langsung maupun dengan berkomunikasi melelui SMS
b. Setelah Peneliti mengetahui dan memeastikan subjek adalah seorang
suporter yang cukup aktif dalam setiap pertandingan yang dilakukan
oleh klub yang didukungnya, peneliti meminta kesediaan subjek untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini.
c. Setelah subjek bersedia untuk berpartisipasi menjadi subjek penelitian,
peneliti meminta subjek untuk membaca surat persetujuan untuk terlibat
dalam penelitia dan peneliti juga mengatakan kepada subjek jika peneliti
menjamin kerahasiaan semua data yang diberikan oleh subjek yang akan
d. Peneliti mempersiapkan digital voice recorder sebagai alat yang
digunakan untuk merekam setiap sesi wawancara dengan subjek. selain
itu peneliti juga memastikan jika baterai digital voice recorder yang
digunakan mencukupi selama proses wawancara.
e. Peneliti membuat janji secara langsung dengan subjek untuk melakukan
wawancara.
2. Pelaksanaan Penelitian a. Proses Pengambilan Data
Penelitian dilakukan mulai sekitar bulan oktober 2014 sampai
januari 2015. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah subjek yang
memnuhi criteria yang telah disebutkan dalam persiapan pernelitian.
Subjek merupakan suporter sepakbola yang tergabung dalamkelompok
sepakbola yang berada di Yogyakarta.
Wawancara pertama dilakukan bersama saudara kecik yang
merupakan salah satu suporter dari tim yang berada di Yogyakarta.
Subjek selalu mendukung kesebelasan yang didukungnya ketika
bertanding. Subjek juga merupakan karyawan swasta di sebuah
perusahaan yang bertempat di Yogyakarta. Wawancara dilakukan pada
tanggal 18 Oktober 2014. Dari hasil wawancara dengan subjek diperoleh
beberapa catatan mengenai pengalaman subjek sebagai seorang suporter
Subjek merupakan orang yang terbuka, ketika peneliti datang ke
rumah subjek peneliti di sambut dengan terbuka. Mungkin karena
pendekatan yang dilakukan peneliti sebelum proses wawancara
dilakukan. Hal tersebut mebuat subjek mampu mengungkapkan
pengalaman selama menjadi suporter dengan terbuka kepada peneliti.
Wawancara dilakukan di rumah subjek. sekitar pulun 18.30
wawancara dilakukan oleh peneliti dengan subjek. Sebagai seorang
suporter yang sudah cukup lama mendukung sebuah kesebelasan sepakola
membuat subjek dengan lancar menceritakan pengalamannya sebagai
suporter.
Selama subjek menjadi suporter, subjek menceritakan mengenai
suka dan dukanya menjadi suporter. Mendapat lemparan batu , botol,
maupun mendapat pemukulan menjadi hal yang wajar menurut subjek
ketika menjadi seorang suporter yang sedang mendukung tim nya
bertanding. subjek juga merupakan suporter yang selalu mengawal
timnya ketika bertanding baik bertanding di dalam kota maupun melaway
ke kota lain. Subjek selalu menyempatkan mengawal tim yang
didukungnya bertanding.
Wanwancara selanjutnya dilakukan pada tanggal 30 Oktober
2014 bersama dengan saudara gilang yang merupakan supoerter
sepakbola juga tentunya. Saudara Gilang merupakan seorang karyawan
subjek selau menyempatkan datang ke stadion untuk menonton sepakbola
ketika tim yang didukungnya bertanding terutama ketika bertanding di
Yogyakarta.
Wawancara dilakukan di rumah subjek pada malam hari karena
kesibukan subjek sebagai karyawan. Setelah beberapa menit dilakukan
wawancara dengan subjek, diketahui banyak kejadian yang dialami
subjek selama subjek menjadi subjek menjadi suporter. Ada banyak
kejadian yang dialami oleh subjek ketika menjadi seorang suporter. Baik
kejadian yang menyenangkan maupun kejadian yang menurut subjek
kurang menyenangkan.
Subjek cukup lancar dan terbuka dalam menceritakan
pengalaman subjek selama menjadi suporter. Hal tersebut terjadi
dikarenakan peneliti sudah cukup lama mengenal subjek sehingga
suasana dalam proses wawancara menjadi lebih santai. Penyampaian
yang terbuka dan saling kenalnya peneliti dengan subjek sangat
membantu jalannya wawancara atau dengan kata lain suasana bercerita
yang nyaman semakin tercipta ketika prosos wawancara dengan subjek.
Wawancara selanjutnya dilakukan sekitar bulan November 2014
dengan saudara Genjo. Saudara genjo merupakan seorang mahasiswa
tingkat akhir si perguruan tinggi swasta. Kesibukan subjek selain masih
mengambil beberapa mata kuliah, subjek juga sudah mulai mengerjakan
menurut subjek akhir-akhir ini subjek jarang menyaksikan pertandingan
tim yang didudukungnya langsung di stadion karena kesibukan di kampus
dan di luar kampus yang harus dijalani oleh subjek.
Wawancara dengn subjek dilakukan pada malam hari di sebuah
gereja dimana subjek juga merupakan anggota OMK di gereja tersebut.
Wawancara dilakukan dalam kondisi yang santai, dan kondisi lingkungan
yang sepi karena memang waktu wawancara yang dilakukan pada malam
hari. Wawancara dengan subjek berjalan dengan lancar. Lancarnya
wawancara dengan subjek dikarenakan peneliti sudah terlebih dahulu
mengenal subjek sebelum proses wawancara. Kenalnya subjek dengan
peneliti membuat subjek dapat menceritakan pengalaman selama manjadi
suporter dengan gamblang dan terbuka.
Subjek banyak menceritakan pengalaman menjadi seorang
suporter sepakbola mulai dari awal subjek tertarik untuk menonton
sepakbola. Menurut subjek, banyak kejadian yang dialami oleh subjek
ketika menjadi seorang suporter bola. Banyak kejadian menyenangkan
maupun kejadian yang tidak menyenangkan yang dialami oleh subjek.
Subjek juga menceritakan pengalaman mendukung tim bertanding hingga
keluar kota, menurut subjek itu adalah hal yang menyenangkan. Namun,
disisi lain subjek juga menceritakan pengalaman yang kurang
menyenangkan ketika subjek terlibat saling ejek ketika pertandingan
menceritakan pengalaman ketika bentrok dengan suporter pendukung
kesebelasan lawan ketika pertandingan sedang berlangsung maupun
ketika pertandingan sudah selesai.
Wawancara selanjutnya dilaksanakan sekitar pertengahan bulan
November 2014, dengan saudara giyanto. Wawancara dilakukan di rumah
saudara giyanto pada malam hari sekitar pukul 21.00 WIB. Awalnya,
peneliti tidak mengenal saudara giyanto. Namun, mendapat informasi dari
teman akhirnya peneliti bertemu dengan subjek dan berkenalan dengan
subjek. Pertemuan pertama peneliti dengan subjek keduanya terlihat
canggung. Namun, setelah beberapa hari berkomunikasi subjek akhirnya
bersedia untuk terlibat dalam penelitia ini.
Wawancara dilakukan di rumah subjek. Subjek merupakan orang
yang terbuka walaupun awalnya merasa canggung. Dalam proses
wawancara, subjek menceritakan pengalaman selama menjadi suporter.
Setelah beberapa menit wawancara dilakukan, dari hasil berbincang
diketahui jika subjek pernah menjadi korban dalam bentrok antar kedua
suporter pendukung tim sepakbola. Namun subjek mengatakan hal
tersebut adalah hal yang wajar ketika pertandingan sepakbola.
b. Jadwal Pengambilan Data
Berikut ini adalah jadwal wawancara guna mendapatkan data
Tabel 3
Jadwal wawancara dengan subjek I (Kc)
Hari, tanggal Waktu Tempat Kegiatan
04 November
2015
19.30 WIB Rumah
Subjek
Memastikan subjek
untuk ikut terlibat
dalam penelitian serta
meminta persetujuan
subjek untuk
diwawancarai,
melakukan rapport
05 November
2015
18.30 WIB Rumah
Subjek
Menanyakan hal-hal
yang berkaitan dengan
fokus penelitian
Table 4
Jadwal wawancara dengan subjek II (GL)
Hari, tanggal Waktu Tempat Kegiatan
09 November
2015
19.00 WIB Rumah
Subjek
Memastikan subjek
untuk ikut terlibat
meminta persetujuan
subjek untuk
diwawancarai,
melakukan rapport
10 November
2015
21.30 WIB Rumah
Subjek
Menanyakan hal-hal
yang berkaitan dengan
fokus penelitian
Table 5
Jadwal wawancara dengan subjek III (GJ)
Hari, tanggal Waktu Tempat Kegiatan
16 November
2015
21.00 WIB Rumah
Subjek
Memastikan subjek
untuk ikut terlibat
dalam penelitian serta
meminta persetujuan
subjek untuk
diwawancarai,
melakukan rapport
19 November
2015
22.00 WIB Gereja Menanyakan hal-hal
yang berkaitan dengan
Table 6
Jadwal wawancara dengan subjek IV (GY) Hari, tanggal Waktu Tempat Kegiatan
23 November
2015
19.00 WIB Rumah
Subjek
Memastikan subjek
untuk ikut terlibat
dalam penelitian serta
meminta persetujuan
subjek untuk
diwawancarai,
melakukan rapport
25 November
2015
21.30 WIB Rumah
Subjek
Menanyakan hal-hal
yang berkaitan dengan
B. Analiis Data
1. Harga diri kelompok
a. Harga diri kelompok saat kedua suporter saling ejek.
Harga diri kelompok karena saling ejek sering terjadi pada saat
pertandingan sepakbola sehingga tidak jarang hal ini menimbulkan konflik
antara kedua belah suporter.
Kalau masalah secara,,seperti apa dahulunya saya tidak tahu tapi yang saya ikuti sekarang itu dari suporter lawan saling mengejek kita bahkan tim kita di ejek dihina hina dan dari suporter kita ya tetep nggak terima balik ngehina lagi tetep sampai sekarang masih seperti itu. (subjek Gl)
Tidak hanya subjel Gl yang mengatakan jika terkadang saling ejek
antar suporter dapat menimbulkan konflik. Dari pemaparan subjek Gj
juga mengatakan jika terkadang keadaan saling ejek antar kelompok
dapat menimbuklan konflik
dengan kelompok besar itu akan apa ya ya akan yo merasa hebat ya meraka akan yo pasti keberaniannya itu akan yo muncul mereka akan dengan kelompok besar akan salaing ngejek dan biasanya berakhir dengan bentrok. (subjek Gj)
Banyak permasalahan konflik antar suporter ketika pertandingan
berlangsung yang disebabkan karena saling ejek antara kedua belah
suporter, seperti yang dikatakan subjek Gy
ehmm mungkin saling ejek atau gimana karena iitu bisa memacu ketika suporter sudah berada dipengaruhi oleh yang namannya minuman alkohol.
(subjek Gy)
Saling mengejek yang dilakukan oleh kelompok suporter yang
menyinggung bahkan sampai merendahkan kelompok lain tidak menutup
kemungkinan akan berujung pada sebuah konflik yang terwujud dalam
bentrokan antar suporter seperti yang diungkapkan oleh beberapa subjek
diatas.
b. Harga diri kelompok suporter maupun tim yang didukung.
Kekalahan tim ketika bertanding juga tidak jarang membuat
suporter geram. Mereka tidak terima ketika tim yang didukungnya kalah
pada sebuah pertandingan.beberapa subjek mengungkapkan hal tersebut.