• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KERJASAMA TIM DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN AFEKTIF GURU SMK NEGERI DI KABUPATEN DELI SERDANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KERJASAMA TIM DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN AFEKTIF GURU SMK NEGERI DI KABUPATEN DELI SERDANG."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KERJASAMA TIM

DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP

KOMITMEN AFEKTIF GURU

DI SMK NEGERI KABUPATEN

DELI SERDANG

Tesis

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan Pascasarjana UNIMED

OLEH :

JHON HERICSON PURBA NIM. 8136132026

PRODI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Jhon Hericson Purba. Pengaruh Budaya Organisasi, Kerjasama Tim dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Afektif Guru SMK Negeri di Kabupaten Deli Serdang. Tesis. Medan: Prodi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana. UNIMED. 2015

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui (1) Pengaruh langsung positif budaya organisasai terhadap kepuasan kerja guru; (2). Pengaruh langsung positif kerjasama tim terhadap kepuasan kerja guru; (3). Pengaruh langsung positif budaya organisasai terhadap komitmen afektif guru; (4) Pengaruh langsung positif kerjasama tim terhadap komitmen afektif guru; (5) Pengaruh langsung positif kepuasan kerja guru terhadap komitmen afektif guru.Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, model yang digunakan adalah analisis jalur dengan teknik analisis data deskriptif dan inferensial. Populasi adalah seluruh guru SMK Negeri di Kabupaten Deli Serdang sebanyak 534 orang. Sampel berjumlah 118 orang yang ditentukan dengan menggunakan random sampling proporsional berstrata. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket. Instrument di uji validitasnya dengan product momen dengan tingkat penerimaan 95% atau pada taraf signifikan 0,05. Reliabilitas dihitung dengan rumus koefisien alpha (r11). Data penelitian ini terlebih dahulu diuji normalitas distribusi variabelnya dengan rumus Liliforce. Untuk menguji linieritas dan keberartian persamaan regresi diuji dengan Analisis Varians (ANAVA). Uji Independensi dilakukan dengan rumus Product Moment. Untuk menguji hipotesis secara keseluruhan sub struktur 1 dan 2 dilakukan dengan distribusi F. sedangkan pengujian secara individual sub struktur 1 dan 2 dilakukan dengan uji-t. Uji model jalur dilakukan dengan Chi kwadrat.

(6)

ii

ABSTRACT

Jhon Hericson Purba. The Effect of Organization Culture, Team Work and Job Statisfaction on Teacher’s Affactive Commitment in SMK N Kabupaten Deli Serdang. Thesis. Medan. Magister Program Education of Administration. UNIMED. 2015

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan YME yang telah memberikan kekuatan,

kebijaksanaan, kesabaran dan limpahan rahmat-Nya kepada penulis sehingga tesis

ini dapat diselesaikan. Dalam proses penulisan tesis ini, penulis tentu banyak

menghadapai kendala dan keterbatasan. Namun berkat bimbingan, arahan dan

motivasi dosen pembimbing, dan calon istriku, keluarga besarku, serta rekan-rekan

mahasiswa pascasarjana yang pada akhirnya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Dr. Sukarman Purba, S.T, M.Pd selaku Pembimbing I dan Prof. Dr. Berlin

Sibarani, M.Pd selaku pembimbing II yang dalam kesibukannya selalu

meluangkan waktu kapan dan dimana saja untuk membimbing dan memberikan

arahan serta memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan penulisan tesis

ini, sehingga pada akhirnya tesis ini dapat selesai lebih baik.

2. Prof. Dr. H Abdul Muin Sibuea,M.Pd, Prof. Dr. Paningkat Siburian, M.Pd, Dr.

Eka Daryanto, M.T sebagai narasumber atau dosen penguji yang telah banyak

memberikan arahan dan masukan sehingga tesis ini dapat selesai lebih baik.

3. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

4. Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur, Dr. Arif Rahman, M.Pd

selaku Asdir I Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

5. Dr. Darwin, M.Pd selaku Ketua Prodi dan Prof. Dr. Paningkat Siburian, M.Pd

selaku Sekretaris Prodi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana

(8)

iv

6. Seluruh Dosen pengajar dan seluruh staf administrasi Program Pascasarjana,

khususnya kepada Munjir, M.Si selaku staf di Prodi Administrasi Pendidikan.

7. Dra. Wastianna Harahap selaku Kadisdikpora Kab.Deli Serdang, Drs. H. Idris,

M.Pd selaku Sekdisdikpora Kab.Deli Serdang, Kasni, M.Pd sebagai Ka.SMK N

1 Percut Sei Tuan, Elyas, M.Pd sebagai Ka.SMKN 1 Beringin, Sugeng, S.Pd,

M.Si sebagai Ka.SMKN 1 Galang, Drs.Kiniken,M.Pd sebagai Ka.SMKN 1

Lubuk Pakam, Drs.Kasril sebagai Ka.SMKN 1 Pantai Labu, Syahrun, M.Pd

sebagai Ka.SMKN 1 Kutalimbaru, Tiopan Saragih, S.Pd, MM sebagai

Ka.SMKN 1 biru- biru, Hj. Hafrida Hanum, S.Pd, M.Pd sebagai Ka.SMKN 1

Patumbak, yang telah memberikan izin melakukan uji coba dan penelitian di

sekolah yang dipimpin.

8. Drs. Jamden Purba selaku Irban II, Drs. A. Bangun, SH, M.Si selaku Irban I,

Iwan Siregar, S.Ipdn. M.Si, selaku staf ahli Inspektorat Kab.Deli Serdang yang

telah banyak membantu dalam proses penelitian di lapangan.

9. Orang tua tercinta Drs. Jamden Purba dan T. br. Tampubolon (+) serta kakak

saya Freddy Rolam Simamora, S.Kom / Chrisdelita M. br. Purba,S.Kom, Favian

G. Togatorop, S.Pd / Efni Valenna br. Purba, S.Si, dan adik saya Mila Theresia

br. Purba, Am.Keb, yang selalu mendukung dan mendorong terus untuk belajar

serta selalu mendoakan agar dapat mengikuti perkuliahan dengan

sebaik-baiknya. Hal inilah yang menjadi semangat sehingga dapat menghasilkan karya

terbaik dengan bantuan Tuhan Yang Maha Esa yang penulis persembahkan buat

orang tua tercinta.

10.Calon Istri tercinta Eka Agustin br.Tampubolon,S.Pd yang selalu mendukung

dan mendorong untuk terus belajar serta selalu mendoakan agar segera

(9)

v

bulan november 2015. Hal inilah yang menjadi semangat sehingga dapat

menghasilkan karya terbaik penulis dengan bantuan Tuhan Yang Maha Esa

yang penulis persembahkan buat calon Istri tercinta.

11.Rivai Manimbul Simanjuntak S.Pd, M.Pd beserta Roslita br Situmorang, S.Pd

selaku rekan kerja di SMKN 1 Percut Sei Tuan, sekaligus mentor yang telah

banyak memberikan wawasan dan pencerahan dalam penulisan tesis.

12.Rekan seperjuangan mahasiswa Pascasarjana Program Studi Administrasi

Pendidikan Angkatan Ke-XXII Kelas B1 Tahun 2013 (Nelly, Yosefin, Dina,

Yuni, Pak Rustam, Pak Izhar, Dini, Elly, Arbie, Mutia, Jay, Jul, hendra, ziah,

reza dll) yang selalu memberikan motivasi dan bantuan, serta kontribusi ide

yang sangat berharga di saat perkuliahan terlebih dalam penyelesaian penulisan

tesis ini.

Akhir kata penulis dengan sepenuh hati juga mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang namanya tidak dituliskan satu persatu

yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini. Semoga bantuan dan

kontribusi yang diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Tuhan YME.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan, oleh

karena itu penulis mohon saran dan kritikan yang membangun guna kesempurnaan

penulisan selanjutnya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya

kemajuan pendidikan di Kabupaten Deli Serdang.

Medan, Agustus 2015 Penulis.

(10)

vi

BAB II KAJIAN TEORETIS, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Guru ... 52

2. Pengaruh Kerjasama Tim terhadap Kepuasan Kerja Guru ... 53

3. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Komotmen Afektif Guru ... 55

(11)

vii 5. Pengaruh Kepuasan Kerja Guru terhadap

Komitmen Afektif Guru ... 57

2. Uji Linearitas dan Keberartian Regresi Sederhana ... 74

3. Perhitungan Analisis Jalur ... 75

4. Pengujian Jalur ... 75

5. Uji Model Jalur ... 76

6. Hipotesis Statistik ... 77

(12)

viii

H. Keterbatasan Penelitian ... 107

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ... 109

B. Implikasi ... 110

C. Saran ... 113

(13)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Peringkat Prestasi LKS SMK Negeri Kabupaten Deli Serdang... 3

Tabel 3.1 Data jadwal kegiatan penyusunan tesis ... 60

Tabel 3.2 Data jumlah guru SMK Negeri Kabupaten Deli Serdang... 62

Tabel 3.3 Jumlah Sampel Berdasarkan Masa Kerja, Golongan dan gender -- 63

Tabel 3.4 Indikator Variabel Budaya Organisasi... 67

Tabel 3.5 Indikator Variabel Kerjasama Tim... 67

Tabel 3.6 Indikator Variabel Kepuasan Kerja... 67

Tabel 3.7 Indikator Variabel Komitmen Afektif Guru... 67

Tabel 4.1 Ringkasan Karakteristik Data Dari Setiap Variabel Penelitian --- 79

Tabel 4.2 Ditribusi Frekuensi Variabel Budaya Organisasi (X1) --- 80

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Kerjasama Tim (X2) --- 81

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Variabel Kepuasan Kerja (X3) --- 82

Tabel 4.5 Ditribusi frekuensi Variabel Komitmen Afektif guru (X4) --- 83

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor dari Variabel Komitmen Budaya Orgaisasi (X1) --- 85

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor dari Variabel Kerjasama Tim (X2) --- 86

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor dari Variabel Kepuasan Kerja (X3) --- 86

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor dari Variabel Komitmen Afektif guru (X4) --- 87

Tabel 4.10 Ringkasan Anava untuk Persamaan Regresi X3 atas X1 --- 88

Tabel 4.11. Ringkasan Anava untuk Persamaan Regresi X3 atas X2 --- 89

Tabel 4.12. Ringkasan Anava untuk Persamaan Regresi X4 atas X1 --- 90

Tabel 4.13. Ringkasan Anava untuk Persamaan Regresi X4 atas X2 --- 91

Tabel 4.14. Ringkasan Anava untuk Persamaan Regresi X4 atas X3 --- 92

Tabel 4.15 Ringkasan Analisis Perhitungan Uji Normalitas Variabel Penelitian --- 94

Tabel 4.16 Perhitungan Koefisien Korelasi (r) antar Variabel Penelitian --- 96

Tabel 4.17. Perhitungan Koefisien Jalur Antar Variabel Penelitian --- . 97

Tabel 4.18. Rangkuman Koefisien Struktur 1 --- . 99

(14)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Teori Jalur Sasaran Menurut Colquitt, LePine, Wasson--- 13

Gambar 2.1 Faktor –faktor Pembentuk Komitmen Organisasi --- 25

Gambar 2.2 Ringkasan dari Empat Teori Tentang Kepuasan --- 47

Gambar 2.3 Paradigma Penelitian --- 59

Gambar 3.1 Diagram Jalur Variabel Penelitian --- 77

Gambar 4.1 Histogram Distribusi Skor Variabel Budaya Organissi (X1) 80 Gambar 4.2 Histogram Distribusi Skor Variabel Kerjasama Tim (X2) -- 82

Gambar 4.3 Histogram Distribusi Skor Variabel Kepuasan Kerja (X3) - 83 Gambar 4.4 Histogram Distribusi Skor Variabel Komitmen Afektif Guru (X4) --- 84

Gambar 4.5 Persamaan Variabel Kepuasan Kerja (X3) Atas Budaya Organisasi (X1) --- 89

Gambar 4.6 Persamaan Variabel Kepuasan Kerja (X3) Atas Kerjasama Tim (X2) --- 90

Gambar 4.7 Persamaan Variabel Komitmen Afektif Guru (X4) Atas Budaya Organisasi (X1) --- 91

Gambar 4.8 Persamaan Variabel Komitmen Afektif Guru (X4) Atas Kerjasama Tim (X2) --- 92

Gambar 4.9 Persamaan Variabel Komitmen Afektif Guru (X4) Atas Kepuasan Kerja (X3) --- 93

(15)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Instrumen Variabel Budaya Organisasi (X1) --- 122

Lampiran 2 Instrumen Variabel Kerjasama Tim (X2) --- 125

Lampiran 3 Instrumen Variabel Kepuasan Kerja (X3) --- 127

Lampiran 4 Instrumen Variabel Komitmen Afektif Guru (X4) --- 130

Lampiran 5 Tabel Uji Coba Instrumen Variabel Budaya Organisasi (X1) --- 133

Lampiran 6 Tabel Uji Coba Instrumen Variabel Kerjasama Tim (X2) --- 134

Lampiran 7 Tabel Uji Coba Instrumen Variabel Kepuasan Kerja (X3) --- 135

Lampiran 8 Tabel Uji Coba Instrumen Variabel Komitmen Afektif Guru (X4) - 136

Lampiran 9 Perhitungan Validitas Angket Budaya Organisasi (X1) --- 137

Lampiran 10 Perhitungan Validitas Variabel Kerjasama Tim (X2) --- 140

Lampiran 11 Perhitungan Validitas Variabel Kepuasan Kerja (X3) --- 143

Lampiran 12 Perhitungan Validitas Variabel Komitmen Afektif Guru (X4) --- 146

Lampiran 13 Perhitungan Reliabilitas Variabel Budaya Organisasi (X1) --- 149

Lampiran 14 Perhitungan Reliabilitas Variabel Kerjasama Tim (X2) --- 151

Lampiran 15 Perhitungan Reliabilitas Variabel Kepuasan Kerja (X3) --- 153

Lampiran 16 Perhitungan Reliabilitas Variabel Komitmen Afektif Guru (X4) - 155

Lampiran 17 Data Hasil Penelitian Variabel Budaya Organisasi (X1) --- 157

Lampiran 18 Data Hasil Penelitian Variabel Kerjasama Tim (X2) --- 160

Lampiran 19 Data Hasil Penelitian Variabel Kepuasan Kerja (X3) --- 163

Lampiran 20 Data Hasil Penelitian Variabel Komitmen Afektif Guru (X4) --- 166

Lampiran 21 Data Ubahan Penelitian --- 169

Lampiran 22 Perhitungan Mean, Standar Deviasi, Modus, dan Median dari Variabel Budaya Organisasi (X1) --- 171

Lampiran 23 Perhitungan Mean, Standar Deviasi, Modus, dan Median dari Variabel Kerjasama Tim (X2) --- 174

Lampiran 24 Perhitungan Mean, Standar Deviasi, Modus, dan Median dari Variabel Kepuasan Kerja (X3) --- 177

Lampiran 25 Perhitungan Mean, Standar Deviasi, Modus, dan Median dari Variabel Komitmen Afektif Guru (X4) --- 180

(16)

xii Lampiran 27 Uji Kelinearan dan Keberartian Variabel Kepuasan Kerja

(X3) atas Variabel Budaya Organisasi (X1) --- 186

Lampiran 28 Uji Kelinearan dan Keberartian Variabel Kepuasan Kerja (X3) atas Variabel Kerjasama Tim (X2) --- 191

Lampiran 29 Uji Kelinearan dan Keberartian Variabel Komitmen Afektif Guru (X4) atas Variabel Budaya Organisasi (X1) --- 196

Lampiran 30 Uji Kelinearan dan Keberartian Variabel Komitmen Afektif Guru (X4) atas Variabel Kerjasama Tim (X2) --- 201

Lampiran 31 Uji Kelinearan dan Keberartian Variabel Komitmen Afektif Guru (X4) atas Variabel Kepuasan Kerja (X3) --- 206

Lampiran 32 Perhitungan Uji Normalitas Distribusi Data Ubahan Penelitian --- 211

Lampiran 33 Perhitungan Uji Independensi Variabel Budaya Organisasi (X1) Dengan Variabel Kerjasama Tim (X2) --- 224

Lampiran 34 Perhitungan Koefisien Korelasi antar Variabel Penelitian --- 225

Lampiran 35 Perhitungan Koefisien Jalur antar Variabel Penelitian --- 229

Lampiran 36 Perhitungan Uji Hipotesis--- 232

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah sebagai suatu institusi atau lembaga pendidikan yang merupakan

sarana melaksanakan tujuan pendidikan dengan melaksanakan proses pembelajaran

dan dipandang sebagai suatu organisasi yang membutuhkan pengelolaan oleh

orang-orang yang profesional. Kegiatan inti organisasi sekolah mengelola SDM

yang diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas, sesuai dengan kebutuhan

masyarakat. Sekolah didirikan bertujuan membantu masyarakat. Sekolah

merupakan wadah tempat proses pendidikan, memiliki sistem yang kompleks dan

dinamis. Keberadaannya dimaknai berbeda-beda oleh siswa dan orang tua yang

menyekolahkan anaknya. Namun secara umum semua sekolah memiliki cita-cita

agar anak didiknya berkualitas dalam banyak hal dan atau dibidang tertentu.

Cita-cita itulah yang membuat orang tua siswa percaya terhadap sekolah.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Dapat diartikan secara jelas bahwa pendidikan

tersebut sangat tergantung terhadap perencanaan yang tepat dan benar untuk

menghasilkan mutu pendidikan yang diharapkan. Proses pendidikan di sekolah

memerlukan strategi yang handal oleh seluruh tenaga kependdidikan terutama

“guru”, karena guru langsung berhadapan dengan pelbagai karakter siswa dalam

(18)

2

Namun pada kenyataannya, terdapat umpan balik dan bahan introspeksi

mengenai kondisi pendidikan di Indonesia. Menurut catatan UNESCO pada tahun

2012 melaporkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 berdasarkan

penilaian Education Development Index (EDI) atau Indeks Pembangunan

Pendidikan. Total nilai EDI itu diperoleh dari rangkuman perolehan empat kategori

penilaian, yaitu angka partisipasi pendidikan dasar, angka melek huruf pada usia 15

tahun ke atas, angka partisipasi menurut kesetaraan gender, angka bertahan siswa

hingga kelas V Sekolah Dasar. Sementara itu The United Nations Development

Programme ( UNDP ) tahun 2013 juga telah melaporkan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM ) atau Human Development Index (HDI) Indonesia mengalami

penurunan dari peringkat 108 pada 2010 menjadi peringkat 124 pada tahun 2012

dari 180 negara. 14 Maret 2013 dilaporkan naik tiga peringkat menjadi urutan

ke-121 dari 185 negara, (http://hdr.undp.org/en/statistic/).

Berdasarkan hasil observasi empirik Pendidikan Menengah Kejuruan

(Dikmenjur SMK, 2004:1), mengindikasikan bahwa sebagian besar lulusan

pendidikan kejuruan kurang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan maupun

perkembangan ilmu dan teknologi, sulit untuk bisa dilatih kembali, dan kurang bisa

mengembangkan diri. Studi juga memperoleh gambaran, bahwa sebagian lulusan

SMK tidak bisa diserap di lapangan kerja karena kompetensi yang mereka miliki

belum sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Sedangkan menurut Badan Pusat

Statistik (BPS) dalam Renstra SMK (2006:9), setiap tahun sekitar 52,16% tamatan

pendidikan kejuruan tidak dapat diserap pasar kerja, diakibatkan kompetensi

tamatan kurang sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan dunia usaha dan

(19)

3

Hal itu merupakan cerminan dari menurunnya mutu pendidikan di Indonesia.

Begitu juga terhadap mutu pendidikan di SMK Negeri Kabupaten Deli Serdang,

prestasi yang di capai semakin menurun dan merosot, hal ini dapat terlihat dalam

data yang diperoleh melalui salah satu indikator mutu pendidikan di SMK Negeri

Kabupaten Deli Serdang adalah prestasi yang di capai dalam kejuaraan bergilir

Lomba Keterampilan Siswa (LKS) yang diadakan setiap tahunnya.

Tabel 1.1. Peringkat Prestasi LKS SMK Negeri Kabupaten Deli Serdang

Sumber : Buku Informasi Sekolah SMK N 1 Percut Sei Tuan 2014

TAHUN

2011 2012 2013 2014

PRESTASI JUARA I LKS

TINGKAT PROPINSI KEAHLIAN 6 PROG KEAHLIAN 4 PROG KEAHLIAN 4 PROG KEAHLIAN 4 PROG

JUARA I LKS

TINGKAT NASIONAL KEAHLIAN 1 PROG KEAHLIAN 1 PROG – –

Data di atas menunjukkan kualitas pendidikan yang semakin lama semakin

menurun dan merosot. Belum lagi hasil UN yang diperoleh siswa SMK Negeri

Kabupaten Deli Serdang, terjadinya jual beli kunci jawaban UN oleh pihak- pihak

yang tidak bertanggung jawab, bahkan terkaitnya guru dan kepala sekolah dalam

pemberian kunci jawaban terhadap peserta ujian yang merupakan rahasia umum

yang kita dengar. Tentu sangat merisaukan dan menjadi pekerjaan rumah atau

masalah yang harus dipecahkan untuk kita semua secara umum dan secara khusus

bagi setiap profesionalisme di bidang pendidikan di Kabupaten Deli Serdang.

Hal itu sependapat dengan Purba (2010:91) yang menyatakan salah satu

persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa kita adalah persoalan mutu

pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Menurunnya mutu

pendidikan di Indonesia mengharuskan pemerintah untuk lebih memperhatikan dan

mengevaluasi system pendidikan itu sendiri. Sistem yang sudah dibuat mulai dari

(20)

4

system yang di buat sudah direncanakan dengan baik, hanya saja permasalahan

dilapangan belum sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari pendidikan itu

sendiri.

Sudah banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan

kualitas pendidikan di Indonesia diantaranya dengan melengkapi sarana dan

prasarana sekolah, meningkatkan mutu guru melalui pelatihan-pelatihan, studi

banding, lokakarya atau sejenisnya, serta memberikan beasiswa kepada guru untuk

peningkatan jenjang pendidikan. Issu yang diangkat tentang rendahnya gaji guru

membuat pemerintah menyediakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

yang cukup besar untuk guru melalui program sertifikasi guru. Pemberian

penambahan penghasilan sebesar satu kali gaji pokok kepada guru yang sudah

tersertifikasi belum juga membuat guru tersebut melaksanakan tugasnya dengan

baik. Persoalan diatas juga sama dengan yang dikatakan Malau (2012:132) bahwa

pemicu rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah; tenaga pendidik,

keengganan bersekolah, buku pelajaran yang kurang dan mahal, ketidak setaraan

genre.

Kemudian Menurut pendapat Mutaminah (2008:3) salah satu unsur penting

dan utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Gurulah yang menjadi

garda terdepan dalam menciptakan sumber daya manusia. Begitu juga menurut

Sikumbang (2011:73) guru merupakan bahagian penting dalam organisasi

pendidikan dan memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan

pembelajaran di sekolah. Malau (2012:132) juga sependapat bahwa guru merupakan

salah satu komponen utama yang mendukung peningkatan sumber daya manusia

melalui pendidikan. Ginting (2009:49) dalam penelitiannya juga mengatakan guru

(21)

5

pendidikan tertentu, sehingga upaya peningkatan mutu pendidikan harus dimulai

dari aspek “guru” dan tenaga kependidikan lainnya.

Oleh sebab itu profesionalisme guru menjadi tantangan setiap sekolah. Hal

itu menjadi keuntungan sekaligus masalah untuk dunia pendidikan. Beruntung

apabila mereka berkualitas, sangat merugikan apabila bekerja menjadi guru hanya

karena mencari upah. Dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No.16 tahun

2007, bahwa guru harus memiliki minimal empat standart kompetensi untuk

menuju pada profesionalitas guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di

Indonesia. Kompetensi tersebut adalah:(1) Kompetensi Pedagogik antara lain;(a)

pemahaman wawasan atau landasan pendidikan, (b) pemahaman terhadap peserta

didik, (c) pengembangan kurikulum, (d) perancangan pembelajaran,(e) pelaksanaan

pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (f) evaluasi hasil belajar, (g)

pengembangan peserta didikuntuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya. (2) Kompetensi Kepribadian antara lain; (a) mantap, (b) stabil, (c)

dewasa, (d) arif dan bijaksana, (e) berwibawa, (f) berakhlak mulia, (g) menjadi

teladan bagi peserta didik dan masyarakat, (h) mengevaluasi kinerja sendiri, (i)

mengembangkan diri secara berkelanjutan.

(3) Kompetensi Sosial, antara lain; (a) berkomunikasi secara lisan dan

tulisan, (b) menggunakan teknologi komunikasi informasi secara fungsional, (c)

bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga pendidik,

orang tua/wali peerta didik, (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

(4) Kompetensi Profesional kemampuan penguasaan antara lain: (a) konsep,

struktur, model keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi

ajar, (b) materi ajar yang ada didalam kurikulum sekolah, (c) hubungan konsep

(22)

6

kehidupan sehari-hari, dan (e) kompetensi secara profesional dalam konteks global

dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.

Dengan mempedomani dan melaksanakan peraturan pemerintah diatas,

selayaknya mutu pendidikan melalui lulusan yang berkualitas menjadi hasil mutlak

yang kian kita capai, namun pada kenyataanya yang ditemukan pada awal observasi

di SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang pada bulan Februari

2015, serta hasil studi kunjungan di beberapa SMK Negeri Kabupaten Deli Serdang

bulan Maret 2015 yang lalu, kenyataannya pendidikan di sini masih bermasalah.

Ditemui kerjasama diantara sesama guru masih kurang kompak, dimana sebagian

guru ada yang tidak peduli terhadap sesama temannya guru demi keselamatan

kepentingan pribadinya di sekolah. Guru yang terlebih dahulu memperoleh

informasi yang terbaru tidak saling berbagi, bahkan cenderung menutup-utupi

informasi. Seperti dalam proses pengerjaan lembar S12 dalam situs Padamusiap

Online, bagi guru yang masih dikategorikan muda, cenderung lebih paham terhadap

teknologi dan informasi sedangkan untuk guru yang sudah tua cenderung dikatakan

gaptek (gagap teknologi) merasa sangat sulit melakukan pengisian data dalam situs

padamusiap online. Begitu juga dengan hasil wawancara dengan waka ketenagaan

bahwasanya masih ditemukan absensi yang dimanipulasi, sehingga menimbulkan

budaya ketidak jujuran yang semakin berlarut- larut.

Hal tersebut diatas menandakan kebijakan-kebijakan yang dibuat dalam

pengambil keputusan di sekolah oleh kepala atau para pembantu kepala sekolah,

tanpa disadari sering merugikan pihak guru sehingga terkadang timbul kesalah

pahaman di antara guru dengan guru atau guru dengan kepala sekolah yang

kemudian menjadi berkembang/berlarut larut dan berakibat negatif untuk keadaan

(23)

7

Negeri Kabupaten Deli Serdang belum tercipta dengan baik. Sehingga tujuan untuk

meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan akan tercapai dengan baik. Begitu

juga dengan apa yang dikatakan Ambarita (2013: 24) Budaya organisasi berfungsi

sebagai perekat sosial dalam mempersatukan para anggota dan menentukan norma

atau nilai-nilai yang harus dijunjung dalam bersikap dan bertindak guna mencapai

tujuan organisasi.

Pengamatan selanjutnya dilakukan melalui wawancara dengan beberapa

orang guru bahwa kenyataannya dalam satu tim teacing (mengajar) sering dijumpai

guru senior lebih membebankan tanggung jawab bahkan kerjaan kepada junior,

padahal dalam satu tim, kerjasama antar individu itulah yang menciptakan

kreativitas dan ide-ide baru dalam mengembangkan proses pembelajaran. Begitu

juga dengan sesama guru senior saling beradu argumen, tanpa ada pelaksanaan. Hal

ini mengakibatkan perpecahan dan pembentukan kubu di antara guru, sehingga guru

tidak lagi memiliki kerjasama tim yang tangguh ketika menghadapi persoalan.

Permasalahan-permasalahan yang kecilpun sering tidak terpecahkan, karena

kurangnya kekompakan tim dalam bekerjasama. Sebaliknya kerjasama Tim guru

dalam sekolah dapat menjadi kekuatan untuk meningkatkan kinerja dan komitmen

guru bila kerjasama itu dapat dikelola dengan baik.

Menurut Schermerhorn (2003:194) mengatakan bahwa “work team is

Occurs when group members work together in ways that utilize their skill well to

accomplish apurpose”, yang menjelaskan kerjasama tim adalah kegiatan ketika

anggota kelompok bekerjasama dalam cara-cara yang menginspirasikan keahlian

mereka dengan baik untuk mencapai tujuan. Kekuatan kerjasama tim dapat

digunakan oleh guru untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhanya, tempat

(24)

8

sebagai ruang belajar, ruang kerja dan tempat bermain atau bercanda dan

sebagainya. Ketidak serasian antara guru dalam kerjasama tim membuat

komunikasi tim tidak berjalan dengan baik. Ketidak serasian komunikasi dalam tim

dapat diakibatkan oleh perbedaan usia, perbedaan pendapat, ide dan perbedaan

kepentingan. Sahertian (2000:6) mengatakan bahwa guru yang telah lama mengabdi

tidak mau memberi petunjuk, bimbingan pengarahan, nasihat atau pun pelajaran dan

pengetahuan kepada guru baru. Penyebab semua itu sepertinya guru-guru tua

mungkin takut bersaing dengan guru-guru muda.

Di sisi lain dari pengamatan yang dilakukan bahwa guru-guru belum berada

di ruang kelas padahal jam pembelajaran sudah berlangsung beberapa menit,

dimana guru tersebut masih terlihat ngobrol di ruang guru, sebahagian ada yang

ngobrol di kantin atau bahkan belum hadir di sekolah. Ada juga guru yang

mengutamakan usaha sampingannya atau urusan keluarga. Kemudian ada juga

ditemui siswa hanya mencatat dari layar di infokus sedangkan gurunya pergi ke

kantin ngopi sambil ngobrol dengan teman sesama guru selama proses

pembelajaran di dalam kelas. Ketika diwawancarai, guru menjawab dengan alasan

“pemerintah saja tidak memperhatikan guru, sehingga untuk apa kita terlalu serius

dalam proses pembelajaran”. Artinya guru menunjukkan ketidakpuasan terhadap

apa yang diperoleh dari pekerjaannya.

Ketika diwawancarai, guru mengeluh akan ketidakpuasan mereka terhadap

sertifikasi yang terlambat keluarnya, kemudian kurangnya sosialisasi terhadap

kurikulum yang baru untuk kejuruan bahkan ditambah lagi dengan sulitnya

pengurusan kenaikan golongan dengan keluarnya peraturan baru pemerintah

PERMENNEGPAN & RB No. 16/2009 tentang kewajiban membuat suatu

(25)

9

golongan. Akibat ketidakpuasan guru sehingga, guru merasa mengajar bukan lagi

suatu prioritas mereka, tetapi melengkapi berkas dan syarat-syarat lah yang menjadi

fokus utama guru.

Dari fenomena yang terjadi di atas mengindikasikan bahwa kepuasan kerja

guru sangat rendah. Kepuasan kerja menurut Robins (2003;101) merupakan suatu

sikap umum seorang undividu terhadap pekerjaannya. Semakin rendah kepuasan

kerja guru, maka semakin sulit tercapainya tujuan organisasi sekolah yaitu

menghasilkan lulusan yang berkualitas. Sehingga dari semua fenomena yang

diuraikan di atas mengindikasikan adanya masalah mutu pendidikan yang didasari

oleh adanya kesenjangan antara harapan atau standart yang harus dilaksanakan

seorang tenaga pendidik dengan kenyataan yang terjadi selama proses observasi.

Permasalahan yang ditemui mulai dari budaya organisasi sekolah yang tidak baik,

kerjasama tim guru yang tidak solid hingga rendahnya kepuasan kerja yang dimiliki

guru mempengaruhi komitment guru untuk tetap dan teguh dalam mencapai tujuan

organisasi sekolah.

Menurut Purba (2010;72) mengatakan “komitmen merupakan suatu sikap

kerja (job attitude) atau keyakinan yang mencerminkan kekuatan relative dan

keberpihakan dan keterlibatan individu pada suatu organisasi” Sadar atau tidak

disadari, komitmen awal guru untuk tetap dan teguh dalam mencapai tujuan

organisasi sekolah semakin lama semakin memudar. Hal itu ditandai dengan

temuan – temuan selama observasi dilapangan, seperti tingginya absen ketidak

hadiran dan keterlambatan guru, proses belajar mengajar yang tidak standart, guru

tidak membuat perencanaan pembelajaran (RPP), bahkan pembicaraan untuk

(26)

10

lagi memiliki komitmen untuk tetap melaksanakan empat kompetensi yang harus

dimiliki seorang tenaga pendidik atau guru.

Rendahnya komitment yang dimiliki guru hendaknya tidak boleh dibiarkan

berlarut – larut. Harus segera dilakukan pemecahan atau solusi melalui penelitian

yang dapat mempengaruhi komitmen guru. Guru akan kesulitan melakukan peran

dan tanggung jawabnya sebagai pendidik apabila tidak memiliki komitmen. Hal ini

sejalan dengan Undang –undang Guru dan Dosen No.14 tahun 2005 pasal 7 (ayat

1b), bahwa “guru harus memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,

keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia”. Apabila komitmen guru rendah, maka

proses pembentukan SDM yang bermutu dan pencapaian tujuan pendidikan

nasional akan terganggu. Seperti yang dikatakan Kruger dalam Ambarita (2013;7)

bahwa memperoleh komitmen dari seluruh pegawai yang ada dalam organisasi

merupakan prasyarat bagi terwujudnya tujuan – tujuan organisasi, dan hal ini

terwujud manakala seluruh individu di dalam organisasi mau terlibat secara penuh

dan tidak pernah mengalami kesulitan dalam saling membagi pengalaman yang

mereka peroleh selama ini untuk melaksanakan berbagai perbaikan system dan

proses yang ada. Sedangkan Schatz (1995) dalam Ambarita (2014:145) menyatakan

bahwa komitmen merupakan hal yang paling mendasar bagi setiap orang dalam

pekerjaannya, tanpa adanya suatu komitmen, tugas-tugas yang diberikan kepadanya

sukar untuk terlaksana dengan baik.

Menurut Luthans (2006:218) komitmen organisasi terdiri dari tiga komponen

yaitu : (1) komitmen afektif (affective commitment), adalah komitmen organisasi

yang lebih menekankan pada pentingnya kongruensi antara nilai dan tujuan

karyawan dengan nilai dan tujuan organisasi; (2) komitmen kontiniu (continuance

(27)

11

meninggalkan organisasi karena melihat adanya pertimbangan rasional dari segi

untung dan ruginya; dan (3) komitmen normatif (normative commitment) adalah

komitmen organisasi dimana pekerja bertahan dalam organisasi karena ia

merasakan adanya suatu kewajiban.

Dari ketiga jenis komitmen di atas, bila dibandingkan dengan situasi yang

terjadi di SMK Negeri Kabupaten Deli Serdang, nampaknya diakibatkan oleh

kurangnya komitmen afektif dari para guru. Menurut Meyer dan Allen (1990: 15)

Komitment Afektif adalah bagian dari komitment organisasi yang lebih

menekankan pada pentingnya kongruensi antara nilai dan tujuan karyawan dengan

nilai dan tujuan organisasi. Artinya bila organisasi mampu menimbulkan keyakinan

dalam diri karyawan yaitu nilai dan tujuan pribadinya memiliki kesamaan dengan

nilai dan tujuan organisasi maka akan makin tinggi komitment karyawan pada

organisasi tempat dia bekerja. Begitu juga terhadap komitment afektif guru, apabila

budaya oraganisasi disekolah, kerjasama tim guru disekolah serta kepuasan kerja

guru secara keseluruhan berjalan dengan baik, maka akan menimbulkan keyakinan

atau komitment afektif dalam diri setiap tenaga pendidik.

Dengan memiliki komitment afektif yang tinggi guru akan memiliki rasa

mencintai profesi sebagai guru dan akan bangga menjadi guru. Selayaknya guru

yang berkomitment afektif tinggi akan meluangkan waktu dan tenaga atau bahkan

materinya untuk tujuan organisasi, guru akan mengerjakan pekerjaan sekolah

walaupun di luar jam dinas karena memang dorongan emosional dari dalam diri

guru tersebut, kemudian menjadikan profesi guru sebagai kebutuhan yang harus

dipenuhi sehingga akan menimbulkan suatu perasaan yang kurang jika di hari libur

sekolah tiba. Diduga menumbuhkan komitment afektif gurulah jawaban dalam

(28)

12

Selanjutnya Summers dan Acito (dalam Sutrisno, 2010:293) mengemukakan

komitmen afektif adalah tingkat keterkaitan secara psikologis dengan organisasi

berdasarkan seberapa baik perasaan mengenai organisasi. Komitmen efektif muncul

dan berkembang oleh dorongan adanya kenyamanan, kemanan dan manfaat lain

yang dirasakan dalam suatu organisasi yang tidak di dapat di organisasi lain.

Pentingnya komitmen afektif sangat terkait dengan pengalaman dalam pekerjaan

yang dapat memuaskan kebutuhan individu secara psikologis sehingga mereka

merasa nyaman dan kompeten dalam menjalankan peran mereka dalam pekerjaan.

Banyak faktor yang mempengaruhi komitmen. Streers dan Porter (dalam

Sopiah, 2008:164) mengemukakan ada sejumlah faktor yang memengaruhi

komitmen karyawan pada organisasi, yaitu: (1) Faktor personal, yang meliputi job

expectations, psychological contract, job choice factors, karaktristik personal.

Keseluruhan faktor itu akan membentuk komitmen awal; (2) Faktor organisasi,

meliputi initial works experiences, job scope, supervision, goal consistency

organizational. Semua faktor itu akan membentuk atau memunculkan tanggung

jawab; (3) Non - organizational faktors, yang meliputi availabity of alternative

jobs. Faktor yang bukan berasal dari dalam organisasi, misalnya ada tidaknya

alternatif pekerjaan lain.

Sedangkan Minner, (1992:98) mengemukakan empat faktor yang

memengaruhi komitmen karyawan pada organisasi, yaitu: (1) Faktor personal,

misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, kepribadian;

(2) Karakeristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan dalam pekerjaan,

konflik peran dalam pekerjaan, tingkat kesulitan dalam pekerjaan; (3) Karakteristik

struktur, misalnya besar/kecilnya organisasi, bentuk organisasi seperti sentralisasi,

(29)

13

terhadap karyawan; (4) Pengalaman kerja, karyawan yang sudah beberapa tahun

bekerja dan karyawan yang baru beberapa tahun bekerja dalam organisasi tentu

memiliki tingkat komitmen yang berlainan.

Menurut penelitian Colquitt, Lepine, Wasson, (2009:34) mengemukakan

bahwa komitmen dapat di pengaruhi oleh Organizational mechanisms, group

mechanisms, individual charakteristics, dan individual mechanisms. Selanjutnya

dapat di lihat dalam gambar skema berikut ini:

Gambar 1.1 Integrative Model of Organizational Behavior.

Sumber : Colquitt Jasson A. , Jeffery A. Lepine, Michael J. Wesson. 2009. p.34

Mekanisme organisasi diatas diantaranya mencakup struktur budaya

organisasi, struktur organisasi. Mekanisme tim mencakup perilaku dan gaya

(30)

14

kepemimpinan, kekuasaan dan pengaruh kepemimpinan, proses tim, dan

karateristik tim. Karateristik individu mencakup kepribadian dan nilai – nilai etika

dan kemampuan berupa kecerdasan/intelegensi termasuk kecerdasan emosional.

Mekanisme individu termasuk kepuasan kerja, stress/tekanan, motivasi, keadilan,

dan pengambilan keputusan. Sedangkan hasil yang diharapkan adalah kinerja dan

komitmen organisasi. Hasil analisis terhadap penelitian ini ditemukan bahwa secara

empirik terdapat beberapa perbedaan variable yang mempengaruhi komitment

organisasi. Sehingga dalam melakukan penelitian tentang komitmen organisasi

maka variable yang paling dominan dan mendapat peluang sebagai alternatif

pemecahan masalah melalui teori integrative model of organizational behavior

adalah budaya organisasi, kerjasama tim, dan kepuasan kerja.

Faktor budaya organisasi dapat berpengaruh terhadap komitmen, sebagai

mana Stum (dalam Sopiah, 2008:164) menyatakan ada lima faktor yang

berpengaruh terhadap komitmen organisasi: (1) budaya keterbukaan; (2) kepuasan

kerja; (3) kesempatan personal untuk berkembang; (4) arah organisasi; dan (5)

penghargaan kerja yang sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya Robbins (2006:719)

menyatakan bahwa setiap organisasi mempunyai budaya, dan bergantung kepada

kekuatannya, budaya dapat mempunyai pengaruh yang bermakna pada sikap dan

perilaku anggota-anggota organisasi.

Selain budaya organisasi, kerjasama tim juga dapat mempengaruhi

komitmen seseorang. Colquitt, Lepine, Wasson (2009:420) mengataka bahwa

kerjasama tim mengacu pada kegiatan interpersonal yang memfasilitasi pencapaian

tujuan. Menurut Purba (2010:69) kerja tim adalah keinginan dan kemampuan untuk

bekerja sama dengan orang lain secara kooperatif yang menjadi bagian yang

(31)

15

Selanjutnya Yulk (2007: 369) berpendapat bahwa komitmen tugas akan lebih

tinggi saat tim menganggap sasaran itu penting dan para anggota memiliki

keyakinan atas kemampuan dari tim untuk mencapainya. Dari itu dapat dikatakan

bahwa kerjasama tim yang solid akan menjadikan komitmen seseorang lebih

meningkat.

Kepuasan kerja juga berpengaruh terhadap komitmen guru. Menurut teori

Integrasi Perilaku Organisasi (Collcuitt and Wasson, 2009:8) menjelaskan bahwa

budaya organisasi, kepemimpinan dan kemampuan berkomunikasi secara langsung

mempengaruhi motivasi dan kepuasan kerja. Sehingga dapat diartikan bahwasanya

jika kepuasan kerja guru tinggi, maka akan sangat mudah mencapai tujuan yang

diharapkan secara sempurna. (Robbin, 2006:107) mengatakan ketika data dan

produktivitas dikumpulkan pada suatu organisasi, ditemukan bahwa organisasi yang

mempunyai lebih banyak karyawan yang puas cenderung lebih efektif daripada

organisasi yang mempunyai lebih sedikit karyawan yang puas. Temuan ini

mengindikasi bahwa makin banyak guru yang merasa puas dalam bekerja, maka

guru akan lebih giat dalam melaksanakan tugas, guru juga akan merasa menjadi

bagian yang tidak terpisahkan dari organisasi, serta memiliki komitmen yang tinggi

untuk melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab.

Jika dugaan ini teruji maka konsep tentang hubungan keempat variable

budaya organisasi, kerjasama tim, kepuasan kerja, dan komitmen afektif guru dapat

digunakan untuk menjelaskan dan menemukan alternatif dalam memecahkan

masalah komitment afektif yang dimiliki guru di SMK Negeri Deli Serdang.

Beranjak dari pemikiran ini, maka direncanakan suatu penelitian yang berjudul

”Pengaruh Budaya Organisasi, Kerjasama Tim, dan Kepuasan Kerja

(32)

16

B. Identifikasi Masalah

Dengan memperhatikan hal-hal dikemukakan dalam latar belakang masalah

tersebut di atas, yaitu budaya organisasi yang belum tepat diterapkan, kerjasama tim

yang kurang kompak, kepuasan kerja guru yang belum terpenuhi, maka dapat

diidentifikasikan sebagai masalah, yang berhubungan dengan komitmen afektif

guru. Hal ini mengandung sejumlah pertanyaan-pertanyaan tentang ditemukannya

kesenjangan pada komitmen afektif guru tersebut. Di antaranya adalah : (1) factor –

factor apa yang dapat mempengaruhi komitmen afektif guru SMK Negeri

Kabupaten Deli Serdang?; (2) apakah kerjasama tim guru dapat mempengaruhi

kepuasan kerja guru SMK Negeri Kabupaten Deli Serdang?; (4) apakah budaya

organisasi dapat mempengaruhi kepuasan kerja guru SMK Negeri Kabupaten Deli

Serdang?; (5) apakah kerjasama tim dapat mempengaruhi komitmen afektif guru

SMK Negeri Kabupaten Deli Serdang?; (6) apakah budaya organisasi dapat

mempengaruhi komitmen afektif guru SMK Negeri Kabupaten Deli Serdang?; (7)

apakah kepuasan kerja dapat mempengaruhi komitmen afektif guru SMK Negeri

Kabupaten Deli Serdang? (8) apakah kerjasama tim dan kepuasan kerja dapat

mempengaruhi komitmen afektif guru SMK Negeri Kabupaten Deli Serdang?; (9)

apakah budaya organisasi dan kepuasan kerja dapat mempengaruhi komitmen

afektif guru SMK Negeri Kabupaten Deli Serdang?; (10) apakah Kepemimpinan

Kepala Sekolah dapat mempengaruhi komitment afektif guru SMK Negeri

Kabupaten Deli Serdang?; (11) apakah motivasi kerja dapat mempengaruhi

komitmen afektif guru SMK Negeri Kabupaten Deli Serdang?; (12) apakah budaya

organisasi, kerjasama tim, dan kepuasan kerja dapat mempengaruhi komitmen

(33)

17

C. Pembatasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan arah penulisan penelitian ini kepada tujuan

penulisan, maka pembatasan masalah sangat diperlukan. Dari identifikasi masalah

di atas banyak faktor-faktor yang mempengaruhi sekaligus mendukung komitmen

afektif guru, namun dalam lingkup penelitian ini yang diteliti hanya membatasi

sampai sejauh mana pengaruh budaya organisasi, kerjasama tim dan kepuasan kerja

dapat mempengaruhi komitmen afektif guru SMK Negeri Kabupaten Deli Serdang.

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan permasalahan di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap kepuasan kerja?

2. Apakah kerjasama tim berpengaruh langsung terhadap kepuasan kerja?

3. Apakah budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif

guru?

4. Apakah kerjasama tim berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif

guru?

5. Apakah kepuasan kerja berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif

guru ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah budaya organisasi, kerjasama tim dan kepuasan kerja

berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif guru.

2. Untuk mengetahui apakah budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap

(34)

18

3. Untuk mengetahui apakah kerjasama tim dapat berpengaruh langsung terhadap

kepuasan kerja guru.

4. Untuk mengetahui apakah budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap

komitmen afektif guru.

5. Untuk mengetahui apakah kerjasama tim berpengaruh langsung terhadap

komitmen afektif guru.

6. Untuk mengetahui apakah kepuasan kerja berpengaruh langsung terhadap

komitmen afektif guru.

F. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoretis

Memberi informasi untuk menyadarkan guru atau tenaga pendidik dalam

menerapkan budaya organisasi ketika melaksanakan tugasnya dan meningkatkan

kerjasama tim guru ketika melaksanakan tugasnya baik ketika di sekolah maupun di

luar sekolah, serta meningkatkan kepuasan kerja guru dalam melaksanakan

tugasnya sehingga komitmen afektif guru akan semakin baik. Dengan demikian

perilaku organisasi dalam dunia pendidikan akan semakin baik.

b. Manfaat praktis

1. Bagi para guru dapat memberi manfaat dalam pengembangan diri, hal ini

penting karena dengan mengetahui sebab-sebab dan cara-cara meningkatkan

komitmen afektif guru dapat meningkatkan kualitas kompetensi sehingga akan

meningkat output pendidikan yang diselenggarakan di SMK Negeri Kabupaten

Deli Serdang.

2. Bagi Kepala Sekolah sebagai otoritas pengambil keputusan, hasil penelitian ini

(35)

19

kebijakan sehingga menimbulkan budaya organisasi yang baik serta

meningkatkan kerjasama tim guru sehingga kepuasa kerja guru meningkat dan

secara signifikan komitmen afektif guru pun meningkat.

3. Bagi para stake holders dan pihak-pihak yang yang terkait termasuk dinas

pendidikan, penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan dalam

pengambilan keputusan dalam hubungannya dengan hal-hal yang menyangkut

komitmen afektif guru.

4. Bagi peneliti lainnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan untuk

penelitian selanjutnya dan dapat dikembangkan dengan variabel-variabel yang

(36)

109

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada Bab IV, maka kesimpulan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Terdapat pengaruh langsung positif antara budaya organisasi terhadap kepuasan

kerja guru SMK Negeri di Kabupaten Deli Serdang sebesar 40%, dan sisanya

sebesar 60% diluar budaya organisasi, hal ini menandakan semakin tinggi

budaya organisasi, maka semakin tinggi pula kepuasan kerja guru SMK Negeri

di Kabupaten Deli Serdang.

b. Terdapat pengaruh langsung positif antara kerjasama tim terhadap kepuasan

kerja guru SMK Negeri di Kabupaten Deli Serdang sebesar 48%, dan sisanya

sebesar 52% diluar kerjasama tim, hal ini menandakan semakin tinggi dan

semakin baik kerjasama tim guru, maka semakin tinggi pula kepuasan kerja

guru SMK Negeri di Kabupaten Deli Serdang.

c. Terdapat pengaruh langsung positif antara budaya organisasi terhadap komitmen

afektif guru SMK Negeri di Kabupaten Deli Serdang sebesar 25%, dan sisanya

sebesar 75% diluar budaya organisasi, hal ini menandakan semakin tinggi

budaya dalam organisasi sekolah, maka semakin tinggi pula komitmen afektif

guru SMK Negeri di Kabupaten Deli Serdang.

d. Terdapat pengaruh langsung positif antara kerjasama tim terhadap komitmen

afektif guru SMK Negeri di Kabupaten Deli Serdang sebesar 24%, dan sisanya

sebesar 76% diluar kerjasama tim, hal ini menandakan semakin tinggi kerjasama

tim, maka semakin tinggi pula komitmen afektif guru SMK Negeri di

(37)

110

e. Terdapat pengaruh langsung positif antara kepuasan kerja terhadap komitmen

afektif guru SMK Negeri Kabupaten Deli Serdang sebesar 50%, dan sisanya

sebesar 50% diluar kepuasan kerja, hal ini menandakan semakin tinggi kepuasan

kerja, maka semakin tinggi pula komitmen afektif guru SMK Negeri di

Kabupaten Deli Serdang.

B. Implikasi

1. Upaya peningkatan komitmen afektif guru melalui budaya organisasi

Untuk meningkatkan komitmen afektif guru melalui budaya organisasi

diperlukan upaya-upaya dari berbagai pihak:

Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah sudah selayaknya untuk menciptakan

budaya yang baik dalam sekolah. Menciptakan suatu kebiasaan baik yang dapat

ditiru, dicontoh dan dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah demi terciptanya

tujuan yang diharapkan sekolah. Kebiasan baik yang terlaksana secara terus

menerus akan menjadi suatu kebiasaan yang mencerminkan budaya organisasi

sekolah itu sendiri. Dalam menciptakan budaya organisasi sekolah yang baik,

kepala sekolah sebaiknya menjalin rasa kekeluargaan yang harmoni. Begitu juga

dalam mengambil suatu keputusan atau kebijakan, kepala sekolah sebaiknya

melibatkan banyak pihak dan sesuai dengan prosedur atau mekanisme yang benar.

Karena dengan menciptakan budaya organisasi yang kondusif akan dapat

menciptakan komitmen afektif dalam diri seorang guru secara perlahan sehingga

ketika guru sudah berkomitmen yang kuat maka akan mencapai hasil yang

(38)

111

2. Upaya peningkatan komitmen afektif guru melalui kerjasama tim guru.

Untuk meningkatkan komitmen afektif guru melalui kerjasama tim guru,

diperlukan upaya kepala sekolah sebagai pemimpin yang berperan penting

menyangkut pengambilan kebijakan di lingkungan sekolah. Kepala sekolah perlu

memperhatikan managemen sekolah semaksimal mungkin. Mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Kepala sekolah perlu merencanakan

kegiatan kebersamaan untuk menjalin silahturahmi, kemudian kepala sekolah

tanggap atas kebijakan yang menyangkut keharmonisan sesama guru. Karena

terciptanya keharmonisan sejalan dengan kerjasama yang baik sesama tim guru

baik dalam lingkup bidang studi yang sama dan yang berbeda sehingga proses

pembelajaran akan maksimal. Kerjasama yang baik dalam sebuah tim guru

perlahan menimbulkan komitmen afektif yang kuat untuk tetap bertahan dan

mencintai profesi sebagai seorang guru.

3. Upaya peningkatan komitmen afektif guru melalui kepuasan kerja guru

Untuk meningkatkan komitmen afektif guru melalui kepuasan kerja guru,

diperlukan upaya kepala sekolah sebagai pemimpin yang berperan penting

menyangkut pengambilan kebijakan di lingkungan sekolah. Kepala sekolah perlu

memperhatikan pemenuhan kebutuhan guru baik sarana prasarana, moril dan

materil, penghargaan yang merupakan bagian dari proses pembelajaran. Karena

dengan dipenuhinya hal- hal tersebut, mampu membangkitkan semangat guru

dalam mengajar serta merangsang kreatifitas yang tinggi sehingga terciptalah suatu

kepuasan kerja guru itu sendiri. Dengan timbulnya suatu kepuasan yang dirasakan

guru baik dalam memperoleh kebutuhan maupun kepuasan atas kreatifitas

(39)

112

tumbuh dan semakin kuat sehingga keinginan untuk tetap mengabdi dan berkarya

sebagai guru akan terus terjalin.

4. Upaya peningkatan kepuasan kerja guru melalui budaya organisasi.

Untuk meningkatkan kepuasan kerja guru melalui budaya organisasi,

diperlukan upaya kepala sekolah sebagai pemimpin yang berperan penting

menyangkut pengambilan kebijakan di lingkungan sekolah dan upaya dari dalam

diri guru itu sendiri. Guru perlu melaksanakan dan mematuhi kebijakan yang

diambil kepala sekolah. Guru juga perlu menerapkan kompetensi yang dimiliki

yaitu kepribadian yang baik dan sosial antar sesama guru yang baik pula. Sehingga

sesama guru akan menciptakan suatu budaya khas yang baik di lingkungan sekolah.

Dengan terciptanya budaya organisasi yang baik, maka rasa nyaman, aman dan

tentram akan mewakili kepuasan kerja yang diharapkan oleh guru itu sendiri

5. Upaya peningkatan kepuasan kerja guru melalui kerjasama tim guru.

Untuk meningkatkan kepuasan kerja guru melalui kerjasama tim guru,

diperlukan upaya kepala sekolah sebagai pemimpin yang berperan penting

menyangkut pengambilan kebijakan di lingkungan sekolah dan upaya dari dalam

diri guru itu sendiri. Guru perlu bertanggung jawab atas tugas yang diembannya

dengan cara menerapkan empat kompetensi profesional guru. Dengan menerapkan

kompetensi itu, kerjasama dalam suatu tim guru akan tercipta dengan solid. Saling

menghargai, menghormati dan saling memiliki sesama rekan guru menciptakan

suasana bekerja yang nyaman sehingga kerjasama tim akan terjalin dengan baik.

Seiring dengan terciptanya rasa nyaman, keharmonisan dan kerjasama tim guru

yang solid, secara perlahan didalam diri masing- masing guru akan timbul suatu

kepuasan dalam bekerja. Kepuasan kerja yang dirasakan oleh guru menghasilkan

(40)

113

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi, maka ada beberapa saran yang

dikemukakan:

1. Dinas Pendidikan tentang :

1.1 Dinas Pendidikan sebagai lembaga yang menduduki level makro dalam

sistem pendidikan di daerah, yang artinya salah satu lembaga yang memiliki

kekuasaan tertinggi dalam pengambilan kebijakan dalam dunia pendidikan,

sudah tentu menjadi pusat pelayanan administrasi untuk kebutuhan lembaga

pendidikan yang menaunginya. Dinas pendidikan sebaiknya memiliki

komitmen yang kuat, memberikan contoh dalam melaksanakan budaya

organisasi yang baik secara konsisten mulai dari pelayanan administrasi yang

terstruktur, kemudahan dalam pengurusan administrasi tanpa adanya

pengutipan atau imbalan berupa hadiah atau uang. Sehingga kemudian

menerapkannya kepada sekolah- sekolah yang menaunginya. Dinas

pendidikkan juga sebaiknya menunjukkan budaya organisasi yang baik salah

satunya dengan mengangkat jabatan kepala sekolah yang benar- benar

kredibel, memiliki kemampuan, wawasan serta melalui prosedur pemilihan

yang seuai dengan aturan yang berlaku. Sehingga budaya organisasi yang

baik akan dicontoh dan diterapkan keseluruh sekolah yang menaunginya

demi mencapai tujuan pendidikan yang berkarakter.

1.2 Dinas Pendidikan sebaiknya menunjukkan kepedulian terhadap tim-tim kerja

guru dengan meningkatkan kepengawasan atau pengarahan akan tupoksi guru

agar tidak melenceng dari yang sebenarnya. Kemudian melakukan kontrol

secara rutin dan memperhatikan segala kebutuhan guru demi menciptakan

(41)

114

dicapai oleh kerjasama tim, sehingga menimbulkan rasa puas dan nyaman

didalam diri guru untuk selalu berkreatifitas dan bekerjasama meningkatkan

mutu pendidikan yang berkarakter.

1.3 Dinas Pendidikan dan olahraga sebaiknya memperhatikan pemenuhan

kebutuhan guru. Guru yang merasakan kebutuhannya telah terpuaskan akan

termotivasi untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan dengan baik. Para guru

sepakat bahwa karena bekerja dipengaruhi oleh kebutuhan, para guru

mengarahkan perilaku mereka ke arah pencapaian tujuan tersebut. Guru yang

merasa kebutuhannya tidak terpuaskan, berusaha untuk memuaskan dengan

cara mengarahkan perilakunya sehingga tujuan (kepuasan) dapat dicapai.

Namun apabila guru merasa diperhatikan maka guru akan termotivasi untuk

melaksanakan pekerjaan dengan baik dan akan menunjukkan komitmen

afektif untuk tetap bertahan dan mengembangkan kreatifitas dibidang

pendidikan itu sendiri.

2. Kepala Sekolah tentang:

2.1 Kepala sekolah sebagai pucuk pimpinan yang paling berwenang dan

bertanggung jawab atas pengambilan kebijakan di lingkungan sekolah, sudah

tentu menjadi peran utama untuk menciptakan budaya yang baik dalam

sekolah. Menciptakan suatu kebiasaan baik yang dapat ditiru, dicontoh dan

dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah demi terciptanya tujuan yang

diharapkan sekolah. Kebiasan baik yang terlaksana secara terus menerus akan

menjadi suatu kebiasaan yang mencerminkan budaya organisasi sekolah itu

sendiri. Dalam menciptakan budaya organisasi sekolah yang baik, kepala

sekolah sebaiknya menjalin rasa kekeluargaan yang harmoni. Begitu juga

(42)

115

melibatkan banyak pihak dan sesuai dengan prosedur atau mekanisme yang

benar. Karena dengan menciptakan budaya organisasi yang kondusif akan

dapat menciptakan komitmen afektif dalam diri seorang guru secara perlahan

sehingga ketika guru sudah berkomitmen yang kuat maka akan mencapai

hasil yang masksimal. mempertinggi budaya partisipatif. Keikutsertaan

pihak-pihak akan mempertinggi rasa tanggung jawab terhadap hasil

keputusan yang dibuat.

2.2 Kepala sekolah sebaiknya menunjukkan sikap peduli terhadap hasil

kerjasama tim guru baik dari segi prestasi yang dicapai tim guru ataupun

persoalan yang muncul dalam melaksanakan proses kerjasama tersebut.

Kepala sekolah perlu merencanakan kegiatan kebersamaan untuk menjalin

silahturahmi, kemudian kepala sekolah tanggap atas kebijakan yang

menyangkut keharmonisan sesama guru. Karena terciptanya keharmonisan

sejalan dengan kerjasama yang baik sesama tim guru baik dalam lingkup

bidang studi yang sama dan yang berbeda sehingga proses pembelajaran akan

maksimal. Kerjasama yang baik dalam sebuah tim guru perlahan

menimbulkan komitmen afektif yang kuat untuk tetap bertahan dan mencintai

profesi sebagai seorang guru

2.3 Kepala sekolah perlu memperhatikan pemenuhan kebutuhan guru baik sarana

prasarana, moril dan materil, penghargaan yang merupakan bagian dari

proses pembelajaran. Karena dengan dipenuhinya hal- hal tersebut, mampu

membangkitkan semangat guru dalam mengajar serta merangsang kreatifitas

yang tinggi sehingga terciptalah suatu kepuasan kerja guru itu sendiri.

Dengan timbulnya suatu kepuasan yang dirasakan guru baik dalam

(43)

116

dihasilkannya, maka dengan perlahan komitmen afektif guru akan tumbuh

dan semakin kuat sehingga keinginan untuk tetap mengabdi dan berkarya

sebagai guru akan terus terjalin.

3. Guru tentang :

3.1 Sebaiknya guru konsisten menciptakan dan melaksanakan budaya organisasi

yang telah dibangun oleh seluruh warga sekolah, misalnya patuh terhadap

aturan-aturan yang sudah dibuat tidak menempatkan kepentingan pribadi atau

keluarga diatas kepentingan sekolah sehingga melanggar aturan-aturan yang

sudah dibuat dengan beralaskan kepentingan keluarga.

3.2 Sebaiknya guru perlu menjalin kerjasama tim yang baik dan kompak dan juga

memahami perasaan orang lain, menerima sudut pandang orang lain, dan

menghargai perbedaan dalam cara mereka mengekspres/ikan perasaannya

terhadap berbagai hal dan segera memperbaiki diri jika ada kesalahan yang

diperbuat serta mengutamakan kepentingan tim daripada kepentingan pribadi.

3.3 Sebaiknya guru memiliki dorongan yang kuat untuk mencapai keberhasilan

yang terbaik sesuai standar yang ditelah ditetapkan demi kesuksesan tugasnya

sebagai guru dan tanggung jawabnya dalam mencapai tujuan pendidikan.

Guru seharusnya lebih bersyukur atas apa yang telah diterima dan kemudian

lebih mengutamakan kepuasan terhadap kreatifitas dan prestasi yang dicapai

dibandingkan kepuasan terhadap penghargaan atau imbalan yang diperoleh.

4. Peneliti lain:

Sebaiknya untuk para peneliti lainnya dapat menjadi bahan pertimbangan

baginya dalam mengembangkan penelitian tentang bagaimana meningkatkan

komitmen afektif guru diluar variabel budaya organisasi, kerjasama tim dan

(44)

117

DAFTAR PUSTAKA

Aditya Risky, Wulandari. 2011. Kepuasan Kerja Guru. Medan: USU Press.

Allen, N.J. and Meyer, J.P., 1990, “The Measurement and Antecedents of Affective, continuance and Normative Commitment”, Journal of Occupational

Psychology, 63, 1, pp.1-18

Ambarita Biner, Paningkat Siburian. Benyamin Situmorang, Sukarman Purba. 2014

Perilaku Organisasi. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, S . 2003. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka

Cipta.

Brahmasari, I. A. dan Suprayetno, A., 2008. Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan serta Dampaknya pada Kinerja Perusahaan (Studi kasus pada PT. Pei Hai International Wiratama Indonesia). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan,

Vol.10, No. 2. Hal: 124-135.

Buku Informasi Sekolah SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan.2014

Colquitt Jasson A. , Jeffery A. Lepine, Michael J. Wesson. 2009. Organizational

Behavior. New York : Mc Graw Hill.

Cooper, Robert dan Ayman Sawaf. 1997. Executive EQ, Emotional Inteligence in

Business. London: Orion Business Book.

De Campos, Luiz Carlos. 2012.Project Approaches To Learning in Engineering.

Education: The Practice of Teamwork. Rotterdam: Sense Publisher

Dikmenjur, 2004, Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.

Echols, John M.. 2003. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia

George R Terry. 1990. Prinsip-Prinsip Manajemen. Terjemahan J. Smith D.F.M.

Jakarta: Bumi Aksara.

Gibson, Ivancevich, Donnelly, 1997. Organisasi , Prilaku, Struktur, Proses.

Terjemahan Agus Dharma. Jakarta: Erlangga.

Gibson, James l, Jhon M. Ivancevich, and James H Donnelly, Jr. 1996 Organisasi:

Perilaku, Struktur, dan proses. Terjemahan Agus Dharma. Jakarta:

Erlangga.

(45)

118

Binjai”. Jurnal Kajian Manajemen Pendidikan. No.2, Vol. 13. PPs Unimed

& ISPI Sumut.

Greenberg, Jerald and Robert A.Baron.1997. Behavior Organization. New Jersey:

Prentice-Hall.Inc

Handoko. T.H. 2004. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,

Yogyakarta: BPFE

Harun Al-Rasjid. 1994. Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung: Universitas

Padjadjaran.

Hasan, Bahtiar. 2007. Hubungan Antara Komitmen Terhadap Tugas Dan Iklim Organisasi Dengan Disiplin Kerja Guru Madrasah Aliyah Kabupaten Aceh Timur. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Hastuti, S dan Wijayanti, L., 2009. Kinerja Manajerial: Hasil Kerjasama Tim dan Perbaikan Berkesinambungan. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis, Vol. 9, No.

1. Hal: 10-18.

Hersey, Paul and Kenneth H. Blanchard. 1988. Management of Organizational

Behaviour: Utilizing Human Resources. New Jersey: Prentice Hall, Inc

Hung L, Cheng W. 2012 “The Relationship between Affective and Continuance Oganizational Commitment” Jurnal Of Asian Economic and Social Society.

No.5, Vol.2. HWA Hsia Institute of Technology. Taiwan

Ivancevich, Jhon M, Robert K, and Michael T.M. 2006. Perilaku dan Manajemen

Organisasi. Alih Bahasa: Gina Gania. Jakarta: Erlangga.

Jaros, Stephen. 2007 “Meyer and Allen Model of Organizational Commitment: Measurement Issues” icfai Jurnal Of Organizational Behavior. No.4,

Vol.VI. Southern University College Of Business, Baton Rouge, Lousiana. USA

Kusnendi. 2005. Analisis Jalur Konsep dan Aplikasi dengan Program SPSS &

Lisrel 8. Bandung: UPI.

Lumban Gaol, Masdiana, 2010. ” Pengaruh Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja, dan Pengendalian Stres Terhadap Komitmen Guru” Tesis. PPs Unimed.

Luthans, Fred. 1998. Organization Behavior: Third Edition. London:McGraw Hill

International Book Company.

2006. Perilaku Organisasi: Edisi kesepuluh terjemahan..

(46)

119

Malau, Hartaty. 2012. “Pengaruh Budaya Sekolah dan Pengelolaan Stress terhadap Komitmen Guru SMP Negeri Kecamatan Sumbul” Jurnal Kajian

Manajemen Pendidikan. No.2, Vol. 13. PPs Unimed & ISPI Sumut.

Manurung, Sari. 2011. “Pengaruh Iklim Organisasi, Empati, dan Kebutuhan Berprestasi Terhadap Komitmen Afektif Guru” Tesis. PPs Unimed.

Miner, John B., 1992. Industrial Organizational Psychology. New York: Random

Grawhill, Inc.

Mulyana, D dan Rakhmat, J. 2003. Komunikasi Antar Budaya: Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung:

Rosdakarya.

Mulyasa, E. 2005. Standar Kompetensi dan sertifikasi Guru. Bandung: Remaja

Rosda Karya.

Mutaminah, Sri. 2008. “Memberdayakan Potensi Guru Melalui Standart Kompetensi dan Sertifikasi Pendidik” Jurnal Bandung.PPs Upi.

Mowday, R.T., Porter, L.W., & Steers, R.M.1992. Employee-organization

linkages:The psychology of commitment, absenteeism, and turnover. New

York: Academic Press.

Ndraha, T. 2003. Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta

Newstrom John W. and Davis, Keiths. 1989. Perilaku Dalam Organisasi. Edisi

Ketujuh. Alih Bahasa: Agus Dharma. Jakarta: Erlangga.

Oktapiani Marliza. 2009. Hubungan antara Lingkungan Kerja dan Kerjasama Tim dengan Kepuasan Kerja Guru Raudhatul Athfal Duren Sawit. Jurnal

Manajemen Pendidikan.

Pedhazur Elazar J. 1982. Multiple Regression In Behavioral Research. Explanation

and Prediction. Secon Edition. New York. CBS Colleg Publishing

Penn, Jeremy D. 2011. Assasing Complex General Education Student Learning

Outcomes, California: Wiley Periodicals Inc.

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007, Tentang Standart Kompetensi yang harus dimiliki Guru.

Permennegpan & Rb No. 16/2009 tentang kewajiban membuat suatu penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai syarat mengajukan kenaikan golongan

Purba Sukarman. 2010. Kinerja Pimpinan Jurusan di Perguruan Tinggi.

Yogjakarta: LaksBang Pressindo.

Gambar

Tabel 1.1. Peringkat Prestasi LKS SMK Negeri Kabupaten Deli Serdang
Gambar 1.1 Integrative Model of Organizational Behavior. p.34

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik

From the result, can be seen that bioplastic with adding chitosan as filler and sorbitol as plasticizer had increasing wave number of OH group in which the increase of O-H group is

Transfer depo yang diharapkan dapat mempercepat pengangkutan sampah, ternyata sebagian masih berfungsi sebagai tempat pembuangan sampah sementara (TPS) karena

Setiap warga negara memiliki kebebasan yang cukup untuk berperan serta dalam masalah-masalah politik (publik), mempunyai sikap kritis yang sehat dan harga diri yang cukup dan

dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, karena guru tidak meningkatkan kualitas.. pengajarannya

Berdasarkan penjabaran data di atas, peneliti ingin mengetahui motif remaja Surabaya dalam mengakses media sosial Instagram dalam akun @indozone.id di Surabaya sebagai pengguna

Adapun Faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi kasus penyakit ISPA adalah adanya industri dan usaha peternakan yang diperkirakan dapat berpengaruh karena

Dimana sampel yang menjadi bahan penelitian sebanyak 5 ekor dari setiap jenis udang yang tertangkap oleh nelayan sungai Blang Balee, kemudian sampel tersebut