EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI PADA
PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT
INAPRUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI
TAHUN 2014
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
AYU ANGGRAENY
K100110010
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI PADA
PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDITAHUN 2014
EVALUATION OF HYPERTENSION THERAPY MANAGEMENT OF
INPATIENT CHRONIC KIDNEY DISEASE AT DR. MOEWARDI
REGIONAL GENERAL HOSPITAL IN 2014
Ayu Anggraeny*, Nurul Mutmainah
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Jl. Ahmad Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 57102 *E-mail: Ayuanggraeny.ayra@gmail.com
ABSTRAK
Hipertensi merupakan masalah serius yang sering diderita oleh jutaan orang di belahan dunia karena dapat menyebabkan komplikasi pada organ-organ penting di dalam tubuh. Penatalaksanaan terapi yang tepatakan mengurangi angka morbiditas dan mortalitas dari penyakit ginjal kronis dengan hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ketepatan obat, dosis dan pasien dalam penatalaksanaan terapi hipertensi pada pasien penyakit ginjal kronisdi Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi tahun 2014.Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan pengumpulan data dilakukan secara retrospektif.Teknik pengambilan sampel dengan metode
purposive sampling dan diambil berdasarkan data rekam medik yang berisi nomor rekam medik, identitas pasien, diagnosis, obat hipertensi, obat lain, regimen dosis (dosis, rute dan frekuensi pemberian obat), serta data laboratorium.Karakteristik pasien, penyakit penyerta, pola penggunaan obat dan evaluasi data penggunaan obat dicatat dan dihitung persentasenya.Hasil persentase dihitung secara deskriptif kemudian dievaluasi tepat obat, tepat dosis dan tepat pasien berdasarkan JNC 7, BNF, Henry Ford CKD Booklet Edisi 6 dan KDIGO 2013.Hasil penelitian terhadap 90 pasien terdiagnosis penyakit ginjal kronis dengan hipertensi menunjukkan antihipertensi yang digunakan adalah loop diuretik furosemid (93,33%), klonidin (54,44%) dan kaptoril (30%). Penggunaan antihipertensi 45,56% memenuhi parameter tepat obat, 55,56% memenuhi parameter tepat dosis dan 100% memenuhi parameter tepat pasien.
Kata kunci:hipertensi, penyakit ginjal kronis, RSUD Dr. Moewardi Surakarta
ABSTRACT
Hypertension is a serious problem that is often suffered by millions of people around the world because can lead to several complications in vital organs of the body. Management of appropriate therapy will reduce morbidity and mortality of hypertension in chronic kidney disease patient. The purpose of this study was to determine the accuracy of the dose, drug and patients of the hypertension therapy management conducted on Inpatient with chronic kidney disease at Dr. Moewardi Regional General Hospital in 2014.This is a descriptive research design which use retrospective data collection. The sampling method was purposive sampling.Data was obtained from medical records which include medical record number, patient identity, diagnose, type of antihypertensive drugs, other medications, dose regimen (dose, route of administration, the frequency of drug administration) and also laboratory data.The percentage of patient characteristics, comorbidities, the pattern of drug use and drugs usage data were recorded and calculated. The percentage results were calculated descriptively and evaluated the accuracy of drug, dose and patient based on the JNC 7, Henry Ford CKD Booklet Issue 6 and KDIGO 2013.The result of study in 90 patients diagnosed with chronic kidney disease hypertension showed that antihypertensive used were a loop diuretic furosemide (93.33%), clonidine (54.44%) and captoril (30%). Evaluation of accuration result were 45.56% for accuracy of drug, 55,56% for accuracy of dose and 100% for accuracy of patient.
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan faktor yang berkontribusi terhadap banyak penyakit lainnya
termasuk Myocardial Infraction (MI), stroke, gagal jantung, gagal ginjal,retinopatidan
merupakan penyebab utama kematian (Martin, 2008).Terdapat hubungan yang kuat antara
penyakit ginjal kronis dengan tekanan darah tinggi, masing-masing dapat menyebabkan
atau memperburuk kondisi satu dengan yang lainnya.Tekanan darah yang meningkat akan
menyebabkan tekanan dalam ginjal juga meningkat, sehingga terjadi kerusakan pada
nefron (peningkatan interglomerular pressure) yang dapat menyebabkan proteinuria
(adanya protein dalam urin). Kontrol tekanan darah merupakan dasar dari perawatan pasien
dengan CKD (chronic kidney disease) dan relevan pada semua tahap CKD terlepas dari
penyebab yang mendasari (KDIGO, 2012).
Penderita hipertensi dengan gangguan ginjal menempati posisi dengan angka
kejadian terbesar (35%) dibandingkan dengan hipertensi yang menyebabkan komplikasi
pada organ lain. Terdapat 5654 kasus pada penyakit ginjal hipertensi yang dilaporkan
sepanjang tahun 2012 (PERNEFRI, 2012). Angka kejadian yang semakin meningkat
tersebut secara tidak langsung menuntut ketepatan penatalaksanaan terapi pada pasien
dengan lebih baik lagi untuk tahun-tahun yang akan datang.Penelitian sebelumnya di
Instalasi Rawat Inap RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto hanya dilakukan
penelitian tentang gambaran penggunaan obat pada penderita gagal ginjal kronis (Lestari,
2006). Namun pada penelitian tersebut tidak melakukan penelitian secara detail tentang
evaluasi penggunaan antihipertensi pada pasien penyakit ginjal kronis. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa agen antihipertensi yang digunakan pada pasien gagal ginjal
kronis di Rumah Sakit tersebut adalah kalium losartan sebanyak 3 kasus (1,97%), kaptopril
sebanyak 1 kasus (0,66%) dan loop diuretik furosemid dalam bentuk injeksi sebesar
80,26% (Lestari, 2006).
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi karena
merupakan rumah sakit rujukan tertinggi di daerah Surakarta. Berdasarkan data yang
tercantum di Bagian Rekam Medis RSUD Dr. Moewardi, hipertensi dengan penyakit ginjal
kronis merupakan kasus urutan ke-17 yang paling banyak diderita oleh pasien, dengan 976
kasus selama tahun 2014. Selain itu, belum ada penelitian yang dilakukan tentang evaluasi
penatalaksanaan terapi hipertensi pada pasien penyakit ginjal kronis di Rumah Sakit
tersebut, sehingga lebih mendorong peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui
ketepatan penatalaksanaan terapi yang diberikan kepada pasien hipertensi dengan penyakit
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian noneksperimental (berdasarkan data tanpa
adanya perlakuan pada subjek uji), dengan rancangan penelitian secara desktiptif.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Data diperoleh dari
penelusuran catatan rekam medik secara retrospektif pada pasien penyakit ginjal kronis
dengan hipertensi di Instalasi Rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi
Surakarta pada tahun 2014.
B. Penentuan Jumlah Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling,yaitu cara
pengambilan sampel berdasarkan ciri-ciri yang sesuai kriteria inklusi. Sampel
yangmemenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:
1. Pasien terdiagnosis penyakit ginjal kronis dengan hipertensi.
2. Pasien yang mendapatkan pengobatan antihipertensi.
3. Pasien rawat inap di RSUD Dr. Moewardi tahun 2014.
4. Data laboratorium serum kreatinin sebagai indikasi umum pasien terdiagnosis
penyakit ginjal kronis.
Hasil setelah dilakukan pengambilan sampel dari catatan rekam medik pasien
berdasarkan kriteria inklusi diatas, didapat 90 pasien yang memenuhi kriteria tersebut.
C. Analisa Data
Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif untuk mengetahui
gambaran pengobatan pada pasien penyakit ginjal kronis dengan hipertensi di Bagian
Rekam Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2014.Semua data yang diperoleh
disajikan dalam bentuk tabel. Data yang akan digunakan terdiri dari identitas pasien,
golongan dan jenis antihipertensi, regimen dosis (dosis, rute pemberian, dan frekuensi
pemberian obat), dan obat lain, kemudian dibuat persentasenya dari masing-masing data.
evaluasi ketepatan pemilihan obat, data-data seperti golongan dan jenis obat, regimen dosis
(dosis, rute pemberian dan frekuensi pemberian obat) dibandingkan dengan standar yang
digunakan yaitu JNC 7, BNF, Henry Ford CKD Booklet Edisi 6dan KDIGO 2013,
D. Proses Penelitian
1. Perizinan penelitian
Tahap perizinan penelitian dimulai dengan pengajuan surat izin penelitian dari
Fakultas Farmasi UMS yang ditujukan kepada pimpinan RSUD Dr. Moewardi Surakarta
dengan menyertakan proposal penelitian.
2. Observasi
Setelah mendapat izin penelitian di RSUD Dr. Moewardi, dilakukan observasi ke
bagian rekam medis untuk mengetahui jumlah pasien yang didiagnosa penyakit ginjal
kronis dengan hipertensi dan menjalani rawat inap tahun 2014.
3. Pengambilan data
Pengambilan data dilakukan dengan melihat catatan rekam medis pasien selama
tahun 2014 terhadap semua kasus hipertensi pada pasien penyakit ginjal kronis, dengan
atau tanpa penyakit penyerta.Data yang diambil dari catatan rekam medis adalah
karakteristik pasien dan tata laksana pengobatan hipertensi pada pasien penyakit ginjal
kronis yang diterima pasien selama dirawat.Karakteristik pasien meliputi jenis kelamin,
umur dan berat badan pasien. Tata laksana pengobatan pasien meliputi gejala yang dialami,
diagnosis, data laboratorium (serum kreatinin), data penggunaan obat yang diberikan
selama proses perawatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan terhadap data rekam medik pasien rawat inap, didapat 90
data pasien yang memenuhi kriteria dari jumlah keseluruhan 976 pasien yang terdiagnosa
penyakit ginjal kronis di RSUD Dr. Moewardi.
A. Karakteristik Pasien
1. Distribusi pasien berdasarkan usia
Pasien dikelompokkan berdasarkan umur seperti yang ditunjukkan pada tabel
1.Pengelompokan ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran rentang umur kasus
kejadian penyakit ginjal kronis dengan hipertensi yang dapat terjadi pada populasi uji.
Tabel 1. Distribusi Pasien Penyakit Ginjal Kronis dengan Hipertensi Berdasarkan Usia di Instalasi Rawat Inap RSUD
Dr. Moewardi Surakarta Tahun Tahun 2014
No Kelompok Umur (tahun) Jumlah Pasien Persentase (N = 90)
1. < 20 1 1,11%
2 20 – 39 24 26,67%
3 40 – 59 50 55,56%
4 ≥ 60 15 16,66%
Total 90 100%
Penderita penyakit ginjal kronis dengan hipertensi mengalami peningkatan jumlah
kasus pada umur diatas 20 tahun. Jumlah paling banyak terjadi pada umur 40 – 59 tahun
yaitu sebesar 55,56% dibandingkan pada umur 20–39 tahun (sebesar 26,67%) atau ≥ 60
(sebesar 16,66%).
2. Deskripsi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Pengambilan data jenis kelamin pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui
perbandingan pasien penyakit ginjal kronis dengan hipertensi, perempuan dan laki-laki
yang menjalani rawat inap di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2014. Data distribusi
jenis kelamin ditunjukkan dalam tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Pasien Penyakit Ginjal Kronis dengan Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun Tahun 2014
No Jenis Kelamin Jumlah Pasien Persentase (N = 90)
1. Laki-laki 50 55,56%
2 Perempuan 40 44,44%
Total 90 100%
Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah pasien laki-laki (55, 56%) yang terdiagnosis
penyakit ginjal kronis dengan hipertensi lebih besar dibandingkan jumlah pasien
perempuan (44,44%).
B. Penyakit Penyerta
Penyakit ginjal kronis atau CKD (Chronic Kidney Disease) sering disertai dengan
berbagai penyakit penyerta. Data distribusi berdasarkan ada atau tidaknya penyakit
penyerta ditunjukkan dalam tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Pasien Penyakit Ginjal Kronis dengan Hipertensi Berdasarkan Ada Tidaknya Penyakit Penyerta di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun Tahun 2014
No Diagnosis Jumlah Pasien Persentase (N = 90)
1. Penyakit hipertensi ginjal kronis dengan penyakit penyerta
72 80%
2 Penyakit hipertensi ginjal kronis tanpa penyakit penyerta
18 20%
Total 90 100%
Hasil diagnosis dokter dari 90 pasien pada tabel 10, diklasisifikasikan dalam dua
kriteria yaitu penyakit hipertensi ginjal kronis dengan penyakit penyerta sebesar 80% dan
penyakit hipertensi ginjal kronis tanpa penyakit penyerta sebesar 20%.
Tabel 4. Distribusi Pasien Penyakit Ginjal Kronis dengan Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun Tahun 2014 Berdasarkan Penyakit Penyerta
No Diagnosis Jumlah Pasien Persentase (N = 90)
1. Oedema Pulmo 28 31,11%
2. CHF (Congestive Heart Failure) 27 30%
3. Diabetes Melitus 11 12,22%
4. Anemia 11 12,22%
5. Hiperlipidemia 6 6,67%
6. Dispepsia 5 5,56%
7. ISK (Infeksi Saluran Kemih) 5 5,56%
8. Hiperuricemia / Gout 3 3,33%
9. Hepatitis 3 3,33%
Tabel 4. (Lanjutan)
No Diagnosis Jumlah Pasien Persentase (N = 90)
11. Kanker Serviks 2 2,22%
12. Hiperkalemia 2 2,22%
13. Angina 2 2,22%
14. MI (Myocardial Infraction) 2 2,22%
15. LVH (Left Ventricular Hypertrophy) 2 2,22%
16. BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) 2 2,22%
17. Malnutrisi 1 1,11%
18. Takiaritmia 1 1,11%
19. Pneumonia 1 1,11%
20. LBP (Low Back Pain) 1 1,11%
21. Fibrositis 1 1,11%
22. Hipoproteinemia 1 1,11%
23. Kardiomiopati 1 1,11%
24. Asidosis Metabolik 1 1,11%
25. Hidronefrosis Bilateral 1 1,11%
26. Uropati Obstruktif 1 1,11%
27. Multiple Myeloma III 1 1,11%
28. Bone Metastase 1 1,11%
29. Neuropati Perifer 1 1,11%
Tabel 4 menunjukkan sebesar 31,11% pasien penyakit ginjal kronis dengan
hipertensi menderita udem pulmo (kelebihan cairan pada paru-paru) yang dapat
menyebabkan sesak nafas. Terdapat 30% yang menderita penyakit penyerta CHF
(Congestive Heart Failure) yang merupakan akibat dari ketidakmampuan jantung dalam
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Penyakit penyerta lain
yang banyak diderita pasien CKD dengan hipertensi selain udem pulmo dan CHF adalah
diabetes mellitus (12,22%), Anemia (sebesar 12,22%), dan hiperlipidemia (sebesar 6,67%).
Penyakit-penyakit penyerta tersebut harus segera ditangani dengan tepat karena dapat
memperburuk kondisi dari CKD.
Tabel 5. Distribusi Pasien Penyakit Ginjal Kronis dengan Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun Tahun 2014 Berdasarkan Kategori GFR
Tahap GFR Jumlah Pasien Persentase (N = 90)
1 ≥ 90 mL /min per 1,73 m2
- -
2 60–89 mL /min per 1,73 m2
- -
3 30–59 mL /min per 1,73 m2
1 1,11%
4 15–29 mL /min per 1,73 m2
5 5,56%
5 < 15 mL /min per 1,73 m2
84 93,33%
Total 90 100%
Berdasarkan tabel 5, dilihat bahwa 93,33% pasien yang memiliki diagnosis utama
penyakit ginjal kronis tahap 5 atau ESRD (End Stage Renal Disease), 5,56% CKD tahap 4
dan 1,11% CKD tahap 3. Hasil pengamatan pada data rekam medik pasien CKD dengan
hipertensi menunjukkan sebagian besar kondisi pasien CKD dengan hipertensi yang
dirawat inap di RSUD Dr. Moewardi dapat membaik. Hal tersebut dapat dilihat dari
penurunan nilai serum kreatinin, peningkatan nilai klirens kreatinin atau GFR pasien dan
C. Pola Penggunaan Obat
1. Obat Penyerta
Terapi obat yang diberikan kepada pasien ginjal kronis dengan hipertensi sering
ditambahkan obat lain untuk menyembuhkan atau memperbaiki kondisi pasien dari
penyakit penyerta yang diderita pasien.
Tabel 6. Distribusi Pasien Penyakit Ginjal Kronis dengan Hipertensi Berdasarkan Obat Penyerta di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun Tahun 2014
No .
Kelas Terapi Nama Obat Jumlah Persentase
(N = 90)
2. Antibiotik Seftriakson
Amoksisilin
Larutan Infus Natrium Laktat
NaCl 0,9%
Vitamin Vitamin B komplex
Vitamin C
6. Antiinflamasi Novalgin
Metamizole
8. Antihiperlipidemia Simvastatin 6 6,67%
9. Antihistamin dan Antialergi Dexamethason 2 2,22%
10. Antidiabetik Humulog
Insulin
Asam Folat (Anemolat) CaCO3
17. Vasodilator Isosobide Dinitrate (ISDN) 15 16,67%
Tabel 6 menunjukkan obat penyerta yang paling banyak digunakan adalah CaCO3
(Calcium Carbonate) sebesar 81,11%, asam folat sebesar 66,67%, larutan infus D5%sebesar
45%, vitamin B komplek sebesar 15,56% dan Isosorbide Dinitrate (ISDN) sebesar 16,67%.
2. Terapi Antihipertensi
Penatalaksanaan terapi hipertensi pada pasien penyakit ginjal kronis yang tepat dan
efektif merupakan hal penting dalam upaya menurunkan mortalitas dan morbiditas, serta
mencegah biaya yang lebih tinggi. Terapi hipertensi yang dilakukan diharapkan dapat
menurunkan risiko perkembangan tahap penyakit ginjal menjadi stadium akhir penyakit
ginjal atau End-Stage Renal Disease (KDIGO, 2013).
Tabel 7. Distribusi Pasien Penyakit Ginjal Kronis dengan Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi
Surakarta Tahun Tahun 2014 Berdasarkan Golongan dan Jenis Obat Antihipertensi
No Golongan Jenis Obat Jumlah Persentase
(N = 90) 1. ACEI (Angiotension
Converting Enzyme Inhibitor)
Kaptopril
2 ARB (Angiotension II Receptor Blocker)
Loop Diuretik Furosemid 84 93,33%
Diuretik Tiazid Hidroklorotiazid (HCT) 1 1,11%
Total 84 94,44%
CCB (Ca Channel Blocker)
Nondihidropiridin Diltiazem 1 1,11%
Dihidripiridin Amlodipin
β-Blocker Bisoprolol 2 2,22%
Total 2 2,22%
Aldosteron Receptor Blocker Spironolakton 1 1,11%
Total 1 1,11%
Berdasarkan data dalam tabel 7, obat antihipertensi yang paling banyak digunakan
adalah loop diuretikuntuk mengatasi kelebihan cairan (oedema) sebesar 93,33%, kemudian
3. Terapi Kombinasi Antihipertensi
Pasien-pasien dengan penyakit ginjal kronis memerlukan beberapa obat
antihipertensi, diuretik dan ditambah dengan antihipertensi yang ketiga (penyekat beta atau
antagonis kalsium).Penambahan obat kedua dari kelas yang berbeda (beda mekanisme
aksi) dimulai apabila pemakaian obat tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target
tekanan darah (Depkes RI, 2006).
Tabel 8. Distribusi Pasien Penyakit Ginjal Kronis dengan Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun Tahun 2014 Berdasarkan Pola Pemberian Antihipertensi
No Pola Pemberian Jenis Obat Jumlah
2 Obat Kombinasi Furosemid+Clonidin
Furosemid+Amlodipin
Berdasarkan data tabel 8 dapat dilihat bahwa pasien yang mendapat terapi
antihipertensi kombinasi (91,12%) lebih banyak daripada pasien yang mendapat obat
tunggal (8,88%). Kombinasi antihipertensi terbanyak adalah kombinasi furosemid dan
klonidin yaitu sebesar 30%, furosemid dengan amlodipin sebesar 13,34% dan furosemid
dengan kaptopril sebanyak 10%.
Sembilan puluh pasien yang terdiagnosa penyakit ginjal kronis dengan hipertensi
rata-rata memiliki GFR <15 ml/min sehingga sangat dianjurkan menggunakan kombinasi
dengan furosemid (Cohen & Townsend, 2011). Selain itu klonidin sendiri sering
digunakan untuk terapi hipertensi resistan, yaitu hipertensi yang tidak terkontrol walaupun
D. Evaluasi Penggunaan Antihipertensi
Penggunaan obat dapat dikatakan rasional apabila tepat secara medik dan memenuhi
syarat-syarat tertentu. Penggunaan obat yang rasional mensyaratkan setiap pasien berhak
menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinis pasien. Penelitian ini mengevaluasi
penggunaan obat dilihat dari tepat obat, tepat dosis dan tepat pasien.Evaluasi penggunaan
antihipertensi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara antihipertensi yang digunakan
pada pasien rawat inap di RSUD Dr. Moewardi, dibandingkan dengan standar yang
digunakan pada JNC 7, Henry Ford CKD Booklet Edisi 6 dan KDIGO 2013.
Penatalaksanaan terapi hipertensi dapat dilakukan dengan terapi nonfarmakologi dan
terapi farmakologi. Terapi nonfarmakologi hipertensi pada pasien penyakit ginjal kronis
dilakukan dengan cara modifikasi gaya hidup, pengaturan pola makan menurut DASH
(Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium, diet rendah
natrium, serta aktifitas fisik. Terapi farmakologi hipertensi dilakukan dengan obat-obat
antihipertensi yang disesuaikan dengan kondisi pasien penyakit ginjal kronis, berdasarkan
nilai GFR masing-masing pasien.
1. Evaluasi Tepat Obat
Suatu obat dikatakan tepat obat apabila obat yang digunakan merupakan obat pilihan
atau drug of choice bagi kondisi pasien dan kombinasi obat yang tepat. Distribusi tepat
obat pada pasien penyakit ginjal kronis dengan hipertensi dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Distribusi Tepat Obat Pasien Penyakit Ginjal Kronis dengan Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr.
Moewardi Surakarta Tahun Tahun 2014
No Ketepatan Jumlah Pasien Persentase (N = 90)
1. Tepat obat 42 46,67%
2 Tidak tepat obat 48 53,33%
Total 90 100%
Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa ketepatan pemilihan terapi obat pada pasien
penyakit ginjal kronis dengan hipertensi sebesar 46,67% (42 kasus), sedangkan 53,33%
atau sebanyak 48 kasus pasien mendapat terapi antihipertensi yang tidak tepat. Hasil
tersebut merupakan evaluasi perbandingan penatalaksanaan terapi dengan standar yang
digunakan. Alasan dari ketidaktepatan penggunaan terapi antihipertensi pada pasien
penyakit ginjal kronis terbanyak disebabkan pemilihan obat yang tidak sepenuhnya
didasari oleh nilai GFR atau ClCr pasien.
Berdasarkan Henry Ford CKD Booklet Edisi 6 untuk penatalaksanaan hipertensi
pada pasien penyakit ginjal kronis, pasien dengan GFR <60 mL/min/1,73m3 harus
mL/min/1,73m2 mendapatkan terapi lini kedua yaitu penambahan agen loop diuretik
furosemid dengan dosis 2x sehari. Namun sebanyak 38 kasus (42,22%) dari 90 pasien yang
tidak sesuai dengan penilaian berdasarkan nilai GFR pada standar yang digunakan.
2. Evaluasi Tepat Dosis
Evaluasi terhadap tepat dosis yang dilakukan meliputi dosis yang diberikan,
frekuensi dan rute pemberian obat. Dosis obat sangat berpengaruh pada efek obat. Jumlah
yang terlalu kecil menyebabkan obat tidak berefek, sedangkan jika dosis obat berlebih
akan berbahaya atau menyebabkan ketoksikan.
Tabel 10. Distribusi Tepat Dosis Pasien Penyakit Ginjal Kronis dengan Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun Tahun 2014
No Ketepatan Jumlah Pasien Persentase (N = 90)
1. Tepat dosis 50 55,56%
2 Tidak tepat dosis 40 44,44%%
Total 90 100%
Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa ketepatan dosis dalam pemberian terapi
obat pada pasien penyakit ginjal kronis dengan hipertensi sebesar 55,56% (50 kasus),
sedangkan 44,44% atau sebanyak 40 kasus pasien mendapat terapi antihipertensi yang
tidak tepat dari segi tepat dosis dan frekuensi. Hasil tersebut merupakan evaluasi
perbandingan penatalaksanaan terapi dengan standar BNF.
3. Evaluasi Tepat Pasien
Suatu obat dikatakan tepat pasien apabila obat yang digunakan tidak
dikontraindikasikan terhadap keadaan fisiologis dan patologis pasien. Evaluasi ketepatan
dalam pemilihan obat antihipertensi pada pasien CKD untuk melihat kesesuaian antara
obat dan kondisi pasien, yaitu antihipertensi yang diberikan tidak menimbulkan reaksi
yang tidak diinginkan dan tidak memperparah keadaan pasien.
Tabel 11. Distribusi Tepat Pasien pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis dengan Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD
Dr. Moewardi Surakarta Tahun Tahun 2014
No Ketepatan Jumlah Pasien Persentase (N = 90)
1. Tepat pasien 90 100%%
2. Tidak tepat pasien - -
Total 100%
Berdasarkan tabel 11, dapat dilihat bahwa terapi antihipertensi yang diberikan pada
pasien CKD 100% memenuhi kriteria tepat pasien. Hasil tersebut merupakan evaluasi
perbandingan penatalaksanaan terapi dengan standar JNC 7, Depkes RI dalam buku saku
Pharmaceutical Care untuk pasien hipertensidan penyesuaian dengan nilai CrCl pasien
E. Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini hanya mengevaluasi penggunaan obat dilihat dari tepat obat, tepat
dosis dan tepat pasien, sehingga tidak bisa menjelaskan keseluruhan dari persyaratan
terapi rasional.
2. Penelitian secara retrospektif melalui catatan rekam medis pasien, sehingga tidak
bisa memastikan dan memantau kondisi pasien secara langsung.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai penggunaan obat
antihipertensi pada pasien hipertensi dengan komplikasi penyakit ginjal kronis di Instalasi
Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2014, maka diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan obat antihipertensi berdasarkan tepat obat, tepat dosis dan tepat pasien:
a. 45,56% memenuhi parameter tepat obat.
b. 55,56% memenuhi parameter tepat dosis.
c. 100% memenuhi parameter tepat pasien.
B.Saran
Berdasarkan hasil penelitian di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakart,
maka penulis menyarankan kepada :
1. Pihak rumah sakit
a. Mempertimbangkan penggunaan obat antihipertensi yang lebih tepat pada pasien
penyakit ginjal kronis dengan hipertensi.
2. Peneliti selanjutnya
a. Melakukan penelitian tentang evaluasi terapi hipertensi pada pasien penyakit ginjal
kronis dengan mengumpulkan data yang lebih lengkap,melakukan monitoring efek
UCAPAN TERIMA KASIH
Ibu Dra. Nurul Mutmainah, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
mendampingi, memberikan saran dan membagikan ilmu yang bermanfaat dalam
menyelesaikan proses penyusunan skripsi hingga selesai.
DAFTAR PUSTAKA
Alani, H., Tamimi, A., Tamimi, N., 2014, Cardiovascular Co-morbidity in Chronic Kidney Disease: Current Knowledge and Future Research Needs, World Journal
Nephrology; 3(4): 156-168.
Barahimi, H., Aghighi, M., Aghayani, K., Rahimi, F.A., 2014, Chronic Kidney Disease Management Program in Shahreza, Iran,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25362219 (diakses tanggal 11 September 2014).
British National Formulary 54, 2007.
Cohen, D. & Townsend, R., 2011, Hypertension in CKD, Chronic Kidney Disease (CKD): Clinical Practice Recommendations For Primary Care Physicians And
Healthcare Providers - A Collaborative Approach (Edition 6.0), Henry Ford Health System; 19-23.
Depkes RI, 2006, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi, Jakarta, Departemen Kesehatan Republik indonesia.
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M., 2008, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach Seventh Edition, McGraw-Hill Companies, Inc., New York.
Fendasari, N., 2011, Evaluasi Penggunaan Obat Antidiabetik pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. R. Soedjati Soemodiardjo Purwodadi Kabupaten Grobogan Thun 2009, Skripsi, Fakultas Farmasi, UMS.
Iseki, Kunitoshi., 2008, Gender Differences in Chronic Kidney Disease, Kidney International (2008) 74, 415–417. doi:10.1038/ki.2008.261,
http://www.nature.com/ki/journal/v74/n4/full/ki2008261a.html (diakses tanggal 30 Juni 2015).
KDIGO, 2012, KDIGO Clinical Practise Guideline for the Management of Blood Pressure in Chronic Kidney Disease, Official Journal of the International Society of Nephrology, Vol. 2: Issue 5.
KDIGO, 2013, KDIGO Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Managementof Chronic Kidney Disease, Official Jounal of the International Society of
Krol, D.G., 2011, Chronic Kidney Disease Staging and Progression, Chronic Kidney Disease (CKD): Clinical Practice Recommendations For Primary Care
Physicians And Healthcare Providers - A Collaborative Approach (Edition 6.0), Henry Ford Health System; 4-9.
Lestari, P., 2006, Gambaran Penggunaan Obat pada Penderita Gagal Ginjal kronis di Instalasi Rawat Inap RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2004, Skripsi, Fakultas Farmasi, UMS.
Martin, J., 2008, Hypertension Guidelines: Revisiting the JNC 7 Recommendations, The Journal of Lancaster General Hospital, Vol. 3 – No. 3.
National Kidney Disease Education Program, 2015, Estimating GFR,
http://nkdep.nih.gov/lab-evaluation/gfr/estimating.shtml#goto-3 (diakses tanggal 10 Juli 2015)
Notoatmodjo, S., 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta, PT. Rineka Cipta.
PERNEFRI, 2012, Fifth Report Of Indonesian Renal Registry 2012, www.pernefri-inasn.org/gallery.html (diakses tanggal 17 September 2014).
Shrestha, B., and Dhungel, S., 2012, Evaluation of Control of Blood Pressure in Chronic Kidney Disease Patients with Hypertension Attending Echo-lab of Nepal Medical College Teaching Hospital, Nepal Med Coll J; 14(2): 118-124.
The Kidney Foundation of Canada, 2014, What is Kidney Disease?,
http://www.kidney.ca/page.aspx?pid=320 (diakses tanggal 5 Desember 2014).