iv
HAK WARGA DALAM HAL ADANYA KEGIATAN USAHA YANG MENGGANGGU DAN MEMBAHAYAKAN FUNGSI HUNIAN DI LINGKUNGAN PERMUKIMAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO.
1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DAN UNDANG-UNDANG NO. 26 TAHUN 2007
TENTANG PENATAAN RUANG ABSTRAK
Alih fungsi pemanfaatan ruang berupa rumah tinggal menjadi tempat usaha untuk beberapa tahun ini mulai meningkat. Sebuah rumah yang seharusnya bisa menjaga kenyamanan dan privasi penghuni lainnya, namun dengan adanya kegiatan usaha tersebut warga menjadi terganggu dengan adanya dampak berupa gangguan dan pencemaran yang ditimbulkan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui akibat alih fungsi rumah tinggal menjadi tempat usaha terhadap tata ruang wilayah serta tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh warga sekitar yang mengalami kerugian akibat adanya kegiatan usaha di lingkungan permukiman.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif, yaitu menekankan pada norma hukum, disamping itu juga menelaah kaidah-kaidah hukum yang berlaku di masyarakat. Penelitian ini menggunakan spesifikasi bersifat deskriptif analitis, yaitu menggambarkan situasi atau peristiwa yang sedang diteliti dan kemudian menganalisisnya berdasarkan fakta-fakta berupa data primer yang diperoleh dari wawancara dan mendatangi instansi yang berkaitan, data sekunder diperoleh dari bahan hukum primer.
Berdasarkan hasil analisis terhadap permasalahan ini, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan usaha di rumah tinggal yang menyebabkan pencemaran lingkungan akibat limbah grease yang telah melanggar Pasal 49 ayat (1) dan (2) UU Perumahan berakibat terhadap tata ruang wilayah Kota Bogor yaitu pelanggaran di bidang penataan ruang yang merupakan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, berupa memanfaatkan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang dan di lokasi yang tidak sesuai peruntukannya sehingga perlu dilakukan penertiban dalam bentuk diberikannya sanksi, yaitu peringatan tertulis, penghentian sementara kegiatan maupun penutupan lokasi. Selain itu, tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh warga sekitar yang dirugikan terkait adanya kegiatan usaha yang mengganggu dan membahayakan lingkungan secara sukarela memilih cara yang dapat ditempuh melalui litigasi dan nonlitigasi. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan dilakukan dengan cara arbitrase, negosiasi, mediasi, konsiliasi. Penyelesaian sengketa di pengadilan dilakukan atas dasar Pasal 1365 KUH Perdata secara sendiri-sendiri atau dengan mengajukan gugatan kelompok.