• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA, SISWA SMP PGRI ULUWAY KECAMATAN MENGKENDEK KAB.TANA TORAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA, SISWA SMP PGRI ULUWAY KECAMATAN MENGKENDEK KAB.TANA TORAJA"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Prodi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

ISMAYANTI 10519167312

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1437 H/2016 M

(2)
(3)

bawah ini, menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis/

peneliti sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibantu orang lain serara keseluruhan atau sebagian, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya, batal demi hukum.

Makassar 27 juli 2016 Penulis

Ismayanti

Nim :10519167312

(4)
(5)
(6)





Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah Swt. Rabbul

‘alamin karena atas izinnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar siswa Dan Alternatif Pemecahannya, Siswa SMP PGRI Uluway, Kecamatan Mengkendek Kab. Tanah Toraja”.

Salam dan salawat peneliti peruntukkan kepada Baginda Rasulullah Nabi Muhammad Saw. Dengan tuntunan yang dibawanya untuk umat manusia yang menjadikan umat manusia terhindar dari perbuatan perilaku yang menyimpang dari tuntunan sebagai hamba Allah.

Ucapan terimah kasih yang tak terhingga, peneliti hanturkan kepada yang terhormat Drs. H. Mawardi Pewangi M. Pd.I dan Ibu Amirah Mawardi S.Ag, M.Si, selaku pembimbing I dan II, yang penuh kesabarandan keikhlasannya telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan saran, dan motivasi sejak penerimaan judul sampai selesai penulisan skripsi ini.

Peneliti juga ucapkan terimah kasih kepada Drs. H. Mawardi Pewangi M. Pd.I, selaku Dekan Fakultas Agama Islam Unismuh Makassar beserta seluruh pemimpin dan stafnya yang telah membina peneliti dengan penuh pengabdian.Serta Ibu Amirah Mawardi S.Ag, M.Si sebagai

(7)

selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang memberikan fasilitas pendidikan kepada penulis.

Ucapan terimah kasih kepada Kedua orang tua penulis, Bapak Sampe dan Ibu samsia yang telah mengasuh dan memberikan dukungan baik moril maupun materi sejak kecil sampai sekarang sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Semoga allah senantiasa mengasihi dan melindungin mereka sebagaimana mereka mengasihi penulis sejak kecil.

Semoga Allah Swt memberikan pahala yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya.

Akhirnya peneliti memohon hidayah kepada Allah Swt semoga karya yang sangat sederhana ini dapat bermamfaat bagi kita semua, Amin.

Makassar 28 juli 2016 Penulis

Ismayanti

Nim: 10519167312

(8)
(9)

belajar dan alternatif pemecahannya siswa di SMP PGRI Uluway, Kec.

Mengkendek, Kab. Tana Toraja”. ( dibimbing oleh: Amirah Mawardi dan H.

Mawardi Pewangi )

Tujuan penelitian ini mengacu pada tiga pokok permasalahan yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa SMP PGRI Uluway, Kec. Mengkendek, Kab.Tana Toraja.Untuk mengetahui Kendala-kendala yang dihadapi guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa SMP PGRI Uluway, Kec. Mengkendek, Kab.Tana Toraja.Untuk mengetahui cara yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa SMP PGRI Uluway, Kec. Mengkendek, Kab.Tana Toraja.

Penelitian ini adalah suatu penelitian lapangan (survey), dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana data yang diperlukan terdiri atas data teoritis dan data lapangan serta menggunakan fokus penelitian dan sumber data. Dalam proses pengumpulan data di lapangan dipergunakan instrumen penelitian yaitu observasi, dokumentasi, dan wawancara.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab kesulitan belajar SMP PGRI Uluway, Kec.

Mengkendek. Kab. Tana Toraja, ada dua yaitu faktor intern, anak selalu mengantuk bila mengikuti pelajaran, lambatnya anak memahami pelajaran, kurang bergairanya anak mengikuti mata pelajaran, Sedangkan faktor Ekstern adalah, pengaruh dari teman kelasnya, kurangnya buku sebagai sumber belajar yang dimiliki siswa, metode guru yang tidak dimengerti siswa, banyaknya kegiatan di rumah yang membuat siswa tidak mampu berkonsentrasi pada saat belajar. Dalam mengatasi kesulitan belajar beragam kendala yang dihadapi guru,kurangnya fasilitas seperti motivasi siswa yang sangat kurang untuk mengikuti setiap mata pelajaran menjadi kendala dalam mengatasi kesulitan belajar siswa. Cara untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dengan (1) memberikan apresiasi, (2) motifasi kepada siswa yang berprestasi, (3) memberikan bimbingan kusus bagi siswa yang berkesulitan belajar, (4) meningkatkan kehadiran guru dan meningkatkan kedisiplinan siswa SMP PGRI Uluway, Kec. Mengkendek. Kab. Tana Toraja.

(10)
(11)
(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah sebuah hal yang sangat mendasar dalam mencapai sebuah kesuksesan dalam proses pendidikan. Banyak hal yang terkait dengan proses belajar mengajar diantaranya pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, sarana dan prasarana, pengembangan pendidikan yang baik sangat mendukung proses belajar mengajar. Menurut MJ. Langeveld mengemukakan bahwa” Manusia adalah (Homo Educandom) manusia mahluk yang harus dididik dan dapat mendidik” (Arifin,1988:15). Sebagaimana Firman-Nya dalam surat An- Nahal (16):78 dalam Firman-Nya :

































Terjemahnya :

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

(Departemen Agama RI. 2016 )

Dari ayat di atas dapat penulis simpulkan bahwa pendengaran merupakan pemeliharaan yang diperoleh dari orang lain. Penglihatan merupakan pengembangan pengetahuan dengan hasil observasi dan

(13)

penelitian yang berkaitan dengannya. Hati merupakan sarana membersihkan ilmu pengetahuan yang murni. Jika ketiga pengetahuan itu dipadukan, terciptalah ilmu pengetahuan yang sesuai dengan yang dikaruniakan Allah kepada manusia yang hanya dengan ilmu pengetahuan itu manusia mampu mengatasi dan menundukkan mahluk lain agar tunduk pada kehendaknya.

Pendidikan sebagai usaha memanusiakan manusia pada dasarnya adalah upaya mengembangkan kemampuan/ potensi individu sehingga dapat hidup optimal baik sebagai pribadi maupun sebagai anggata masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral dan sosial sebagai pedoman hidupnya. Pendidikan juga dipandang sebagai usaha sadar yang bertujuan mendewasakan anak, kedewasaan sebagai asumsi dasar pendidikan yang mencakup kedewasaan dalam arti fisik saja. Pendidikan sebagai proses sosialisasi untuk mencapai kompetensi pribadi dan sosial sebagai dasar untuk mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. (Arikunto,1994:23).

Pemerintah indonesia memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan, hal ini telah tergambarkan dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pada Bab II Pasal 3 dinyatakan bahwa:

“Tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatip, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”(Departemen Pendidikan Nasional, 2003:7)

(14)

Produk yang ingin dihasilkan oleh proses pendidikan adalah berupa lulusan yang memiliki kemampuan melaksanakan peranan- peranannya untuk masa yang akan datang. Pada dasarnya pertubuhan dan perkembangan peserta didik bergantung pada dua unsur yang saling mempengaruhi, yakni bakat yang dimiliki oleh peserta didik sejak lahir, dan lingkungan yang mempengaruhi hingga bakat itu tumbuh dan berkembang.

Pengembangan sumber daya manusia dilaksanakan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan di semua lembaga pendidikan.

Pengembanga mutu sumber daya manusia tidak hanya berkisar pada siswa yang berpotensi dan normal, namun juga mencakup bagi siswa yang lamban dan berprestasi rendah dalam belajar.

Wijaya (1996:42) mengemukakan bahwa: “ Tantangan, krisis dan kesenjangan belajar berpengaruh terhadap pertumbuhan jumlah siswa yang mengalami kesulitan belajar di sekolah, terutama bagi siswa yang lambat belajar dan berprestasi yang rendah”.

Pada kenyataannya siswa itu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, seperti halnya dalam mencapai tujuan pelajaran, ada siswa yang cepat menguasai pelajaran, namun ada pula siswa yang lamban dalam menguasai pelajaran yang mengakibatkan pencapaian tujuan dari proses tujuan belajarnya.

Kesulitan belajar sebagai masalah pendidikan, terletak dalam hal

“hambatan”, yaitu akibat-akibat yang mungkin akan timbul baik terhadap dirinya maupun lingkungannya bila hambatan ini tidak segera diatasi. Oleh

(15)

karena itu adanya hambatan atau kesulitan belajar ini menuntut usaha- usaha yang harus dilakukan untuk mengatasinya.

Setiap bidang studi tidak selalu diterima dan dipahami dengan baik oleh semua siswa. Selalu saja ada kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi siswa, tentu juga dibarengi oleh faktor-faktor yang menjadi penyebabnya. Sehingga menuntut semua guru untuk mengidantifikasi faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang dimaksud.

Kegiatan pembelajaran di sekolah, guru dihadapkan dengan sejumlah karakteristik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu baik yang bersifat fisikologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah rata-rata dari siswa yang lain.

Masalah anak yang lamban belajar berbeda-beda, sehingga sulit untuk menetapkan secara akurat masalah mereka yang sebenarnya, bahkan belum ada data angka yang tepat dari hasil terapi bagi anak yang lamban belajar. Sebenarnya, masalah ini sangat menarik perhatian para ahli dari berbagai bidang, misalnya para pendidik, psikiater, ahli saraf, dokter anak, dokter spesialis mata dan telinga, juga ahli bahasa. Mereka setelah melihat masalah ini dari sudut pandang yang berbeda-beda,

(16)

akhirnya secara umum dapat di simpulkan ada dua faktor penyebab anak mengalami kesulitan belajar, yaitu faktor penyakit dan faktor perilaku

Dari sudut pandang kedokteran, kelambanan anak dalam belajar dianggab berhubungan erat dengan ketidaknormalan dalam otak. Oleh sebab itu, mereka menjelaskan adanya luka pada otak, kurang darah, dan ketidaknormalan dalam saraf sebagai unsur penyebab kelambanan belajar.

Dari sudut pandang ahli psikologi, mereka berusaha menyelidiki masalah dari perilaku dan kejiwaan anak yang lamban. Mereka menjelaska adanya gangguan dalam masalah kongnitif, yaitu membaca, menghitung, dan berbahasa.

Dalam latar belakang di atas, maka dipandang perlu solusi dari penyebab kesulitan belajar pada siswa, dan penulis akan membahas tentang Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Dan Alternatif Pemecahannya Siswa SMP PGRI Uluway Kec. Mengkendek, Kab Tanah Toraja.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dirumuskan masalah pokok sebagai berikut:

1. Bagaimana faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar siswa SMP PGRI Uluway, Kec.Mengkendek, Kab.TanaToraja?

(17)

2. Bagaimana kendala yang dihadapi guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa SMP PGRI Uluway, Kec. Mengkendek, Kab.

TanaToraja?

3. Bagaimana cara mengatasi kesulitan belajar siswa SMP PGRI Uluway, Kec.Mengkendek, Kab. TanaToraja?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Faktor-Faktor penyebab kesulitan belajar siswa SMP PGRI Uluway, Kec.Mengkendek, Kab.TanaToraja.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa SMP PGRI Uluway, Kec.

Mengkendek, Kab. TanaToraja.

3. Untuk mengetahui cara mengatasi kesulitan dalam belajar siswa SMP PGRI Uluway, Kec.Mengkendek, Kab. TanaToraja.

D. Kegunaan

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa

Membantu anak didik dalam upaya mengatasi kesulitan - kesulitan yang di alaminya dalam menyerap pelajaran yang disampaikan kepadanya, agar lebih mudah di pahami, dimengertidan di analisis sehingga tidak mengalami kesulitan dalam belajar.

2. Bagi Peneliti

(18)

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memperluas pengetahuan yang berkaitan dengan masalah pengajaran yang menggunakan media pembelajaran dan agar guru lebih mudah dalam menyampaikan materi yaitu secara praktis, efektif dan efisien dalam mencapai hasil pembelajaran yang maksimal, serta untuk menambah wawasan tentang penggunaan media pembelajaran.

3. Bagi Lembaga

Penelitian ini diharapkan sebagai bahan acuan dalam rangka memecahkan kesulitan belajar mengajar dalam meningkatkan mutu media pembelajaran disekolah. Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:

a. Dapat memberikan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi oleh tenaga pendidik (guru) secara umum dan sekaligus teman- teman “seprofesi guru”.

b. Dapat menambah pengetahuan dan informasi bagi penyusun, tenaga pendidik, masyarakat mengenai permasalahan yang terjadi di dunia pendidikan.

c. Sebagai dokumentasi dan kontribusi di dalam rujukan problem solving persoalan di dunia pendidikan, khususnya pada saat guru menggunakan media pembelajaran.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesulitan Belajar

1. Pengertian kesulitan belajar

Kesulitan belajar (Learning Difficulty) adalah suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria atau standar yang telah ditetapkan. Kondisi yang demikian umumnya disebabkan oleh faktor-faktor biologis atau fisikologis, terutama berkenaan dengan kelainan fungsi otak yang tidak lazim disebut sebagai kesulitan dalam belajar spesifik, serta faktor psikologis yaitu kesulitan belajar yang berkenaan dengan rendahnya motivasi dan minat belajar.

Kesulitan Belajar adalah hambatan/ gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang siknifikan antara taraf inteligensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai.Hal ini disebabkan oleh gangguan di dalam sistem saraf pusat otak gangguan (neurobiologis) yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan seperti gangguan perkembangan berbicara, membaca, menulis, pemahaman, dan berhitung. Anak-anak disekolah pada umumnya memiliki karakteristik individu yang berbeda, baik dari segi fisik, mental, intelektual, ataupun sosial-emosional.Oleh karena itu mereka juga akan mengalami persoalan belajar masing-masing secara individu, dan akan mengalami berbagai

8

(20)

jenis kesulitan belajar yang berbeda pula, sesuai dengan karakteristik dan potensinya masing-masing.

Kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak dengan kemampuan intelengensi di atas rata-rata, namun memiliki ketidak mampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses presepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian dan penguasaan diri ( Clement,2003:8).

Berdasarkan pandangan Clement maka pengertian kesulitan belajar adalah kondisi yang merupakan sindrom multidimensional yang bermanifestasi sebagai kesulitan belajar spesifik, hiperaktivitas dan masalah emosional. Kelompok anak dengan kesulitan belajar ini, dicirikan dengan adanya gangguan-gangguan tertentu yang menyertai. Gangguan- gangguan tersebut adalah gangguan fisual motorik, pendengaran, berpikir konseptual dan abstrak, bahasa, sosial emosional, dan konsep diri.

Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya:

a. Kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respon-respon yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh:

siswa yang suda terbiasa dengan olahraga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntun gerakan lemah-gemulai.

(21)

b. Disfungsi belajar merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya.

c. Prestasi belajar rendah walaupun sesungguhnya siswa memiliki tingkat potensi intelektual diatas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.

Contoh: siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajar biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.

d. Kelambanan belajar atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

e. Ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar dibawah potensi intelektualnya.

Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek psikomotorik, kongnitif, maupun afektif.

Beberapa perilaku yang merupakan gejala kesulitan belajar pada siswa, antara lain:

(22)

a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau dibawah potensi yang dimilikinya.

b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tetapi nilai yang diperolehnya selalu rendah.

c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.

d. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.

e. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam ataupun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.

f. Menunjukkan gejala emosional kurang wajar, seperti: pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa yang dimaksud kesulitan belajar adalahkeadaan atau suasana dimana seorang siswa yang mempunyai intelegensi di atas rata-rata dibanding siswa yang lain, tetapi mempunyai kegagalan atau kekurangan dalam bidang yang lain yang berkaitan dengan hasil belajar.

(23)

2. Pengertian belajar

Dalam proses pendidikan di sekolah belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian pendidikan banyak ditentukan bagaimana proses belajar yang dialami murid,oleh karena itu sangat perlu di ketahui apa belajar itu?

Menurut Surya (1997:9) menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingka laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih,berubah tingkah lakunya atau tanggab yang disebabkan oleh pengalaman.Belajar sangat penting untuk memperoleh ilmu pengetahuan.Selain Allah memberikan keistimewaan kepada orang yang memiliki ilmu pengetahuan dengan mengangkat derajat mereka, sebagaimna firman-Nya dalam surat Al-Mujadalah (58): 11. Dalam Firman-Nya:































































Terjemahnya:

(24)

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalammajlis",Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:

"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang- orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Departemen Agama RI.2015:)”

Dari pengetahuan diatas dapat dipahami bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang agar mengalami perubahan pada dirinya dari yang tidak tahu menjadi tahu, dengan melalui proses mengenal, mengetahui memahami,dan menganalisis sesuatu yang akan menjadi tujuan dan harapan bagi kehidupannya. Perubahan yang terjadi pada diri yang belajar itu dapat dilihat dari segi kognitif, efektif ataupun pisikomotoriknya.

Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak di perlukan oleh para pendidik. Kekeliruan atau ketidak lengkapan presepsi mereka terhadap prosas belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil belajar yang dicapai peserta didik.

Kesulitan belajar (Learning Difficulty) adalah suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria atau standar yang telah ditetapkan. Kondisi yang demikian umumnya disebabkan oleh faktor-faktor biologis atau fisikologis, terutama berkenaan dengan kelainan fungsi otak yang tidak lazim disebut sebagai kesulitan

(25)

dalam belajar spesifik, serta faktor psikologis yaitu kesulitan belajar yang berkenaan dengan rendahnya motivasi dan minat belajar.

Kesulitan belajar adalah hambatan/ gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang siknifikan antara taraf inteligensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai.Hal ini disebabkan oleh gangguan di dalam sistem saraf pusat otak gangguan (neurobiologis) yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan seperti gangguan perkembangan berbicara, membaca, menulis, pemahaman, dan berhitung. Anak-anak disekolah pada umumnya memiliki karakteristik individu yang berbeda, baik dari segi fisik, mental, intelektual, ataupun sosial-emosional. Oleh karena itu mereka juga akan mengalami persoalan belajar masing-masing secara individu, dan akan mengalami berbagai jenis kesulitan belajar yang berbeda pula, sesuai dengan karakteristik dan potensinya masing-masing.

Clement (2003:8) kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak dengan kemampuan intelengensi di atas rata-rata, namun memiliki ketidak mampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses presepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian dan penguasaan diri.

Berdasarkan pandangan Clement maka pengertian kesulitan belajar adalah kondisi yang merupakan sindrom multidimensional yang bermanifestasi sebagai kesulitan belajar spesifik, hiperaktivitas dan masalah emosional. Kelompok anak dengan kesulitan belajar ini, dicirikan dengan adanya gangguan-gangguan tertentu yang menyertai. Gangguan-

(26)

gangguan tersebut adalah gangguan fisual motorik, pendengaran, berpikir konseptual dan abstrak, bahasa, sosial emosional, dan konsep diri.

B. Metode Belajar Efektif

Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baikuntuk mencapai suatu maksud.

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,berlatih,berubah tingka laku atau tanggap yang di sebabkan oleh pengalaman.

Jadi metode belajar efektif adalah suatu cara yang ditempuh oleh seseorang dengan pemikiran yang baik dan teratur dalam menyikapi pelajar dengan mengharapkan pengaruh atau kesan yang lebih baik dari pada apa yang perna di dapatkan sebelumnya.

Pada pembahasan ini akan di sajikan beberapa petunjuk praktis belajar terutama bagi siswa dan mahasiswa agar dapat belajar lebih optimal.Bayak hal yang membutuhkan usaha-usaha terutama dalam belajar yang erat hubungannya dengan individu yang belajar dan lingkungan yang ada di sekitarnya termasu dalam hal alat-alat yang menentukan tujuan hasil belajar harus dipahami bahwa untuk mencapai kesuksesan akademik,kondisi-kondisi yang mendatangkan proses belajar efektif harus mencakup sikap mental yang positif,fisik,mental yang sehat dan beristirahat yang memadai.Jadi untuk mencapai kesuksesan dibutuhkan suatu kondisi sikap belajar yang efektif,dimana sikap itu

(27)

mengacu pada sikap positif dan optimis yang akan mengantarkan pelajar memiliki rasa percaya diri dalam menentukan sikap-sikap yang seharusnya di tempuh untuk memudahkan seorang pelajar menyikapi bagaimna metode belajar yang sebaiknya dalam rangka pencapaian tujuan belajar itu sendiri.

1. Persiapan Belajar

Untuk memperoleh hasil belajar yang efektif tidak semudah dengan membalik telapak tangan saja,tetapi harus mempunyai komitmen yang kuat yang besar kita laksanakan dan bisa di pertanggung jawabkan dengan melalui berbagai cara usaha yang dapat ditempuh.Adapun usaha- usaha yang harus di kerjakan adalah:

a. Persiapan Diri

Pada hakekatnya semua pekerjaan yang akan kita lakukan harus kita persiapkan terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dari kita sendiri,begitupu halnya dalam belajar.Seseorang yang membantu dalam proses belajar,adapun persiapan mental yang dimaksudkan adalah tekat yang kuat untuk belajar,benar-benar suda siap tidak dibarengi dengan keadaan yang ragu-ragu,serta persiapan kesehatan dengan menjaga stamina tubuh agar kondisi badan tetap kuat.

b. Persiapan Sarana

Dalam belajar kita memerlukan sarana yang minimal karena hal tersebut mempengaruhi keberhasila dalam proses belajar,adapun yang di butuhkan dalam belajar adalah:

(28)

1) Ruang Belajar

Ruang belajar mempunyai peranan yang cukup besar dalam menentukan hasil belajar seseorang.Setiap siswa hendakya memiliki ruang yang memenuhi persyaratan tertentu,ruang belajar tidak perlu yang bagus dan modern cukuplah dengan yang sederhana tetapi bisa memuaskanhatidan tidak menggangu dikala belajar.

2) Perlengkapan belajar yang cukup baik

Untuk dapat belajar dengan baik paling tidak kita membutuhkan meja tulis dan kursinya

2. Teknik Belajar yang Efisien

Setelah memperhatikan kesiapan-kesiapan diatas maka yang harus di tempu untuk menciptakan belajar yang ideal adalah memilih teknik yang efisien meskipun tetap ada orang yang mempunyai gaya dan cara tersendiri dalam belajar apalagi tiap-tiap orang mempunyai minat yang berbeda,maka dapat di mengerti cara belajarnya juga meskipun demikian para ahli sependapat bahwa ada teknik-teknik umum yang perlu diketahui oleh para siswa dalam membantu mereka memperoleh hasil belajar yang efisien.

Adapun teknik belajar yang dianjurkan oleh para ahli pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Setiap kegiatan memerlukan perencanaan, belajar perlu perencanaan, karena pada umumnya perencanaan telah dilaksakan

(29)

dalam kegiatan sehari-hari hanya saja perencanaannya itu tidak sistematis. Pada uaraian berikut akan di sajikan bagaimana perencanaan secara sistematis sehingga apa yang dikerjakan dapat terlaksana .Tujuan utama dalam perencanaan ini adalah agar dapat menggunakan waktu yang ada seefisien dan seefektif mungkin.

Berbicara tentang perencanaan pasti berbicara dengan pengaturan/jadwal waktu, untuk lebih jelasnya:

1) Menetapkan tujuan target

Belajar itu tergantung pada orang yang belajar dalam belajar hendaknya menentukan apa yang menjadi tujuan kita belajar. Tetapkanlah misalnya dalam minggu ini saya harus bisa mengerti Ilmu Tajwid tentang Hukum Alif Lam Ta’rif. Lalu kita kajikan sampai target itu tercapai.Dalam menetapkan tujuan,yang penting kita harus tetapkan “Hari ini kita akan targetkan sampai dimana”. Bukan menetapkan lama dalam artian berapa jam kita belajar hari ini. Dan tentu lebih baik lagi kalau di targetkan tujuan akhir belajar kita. Misalnya untuk belajar pendidikan agama kita harus mendapatkan nilai yang baik (A) pada akhir pelajaran.

Adapun dalam menetapkan tujuan yang perlu kita pertimbangkan adalah tingkat kemampuan yang kita miliki,tingkat kesukaran mata pelajaran dan alokasi waktu yang kita miliki, jangan terlalu ambisius, tampa memperhitungkan kemampuan diri kita terutama jasmani karena tubuh dan otak kita dapat disuruh bekerja terus menerus tanpa batas.

2) waktu-waktu produktif

(30)

Waktu produktif adalah waktu yang telah dihabiskan dengan menghasilkan nilai tamba tertentu pada diri kita, kalau digunakan untuk belajar, pengetahuan akan bertamba dan jika digunakan untuk kerja maka akan mendapat upah.Dan jika kita belajar terus menerus selama berjam- jam maka sebenarnya produktif tapi tidak efektif.

C. Faktor-faktor Kesulitan Belajar

Di dalam belajar tidak sedikit anak yang mengalami kesulitan belajar, namun kesulitan belajarnya bermacam-macam, untuk mengetahui faktor-faktor kesulitan belajar tersebut.

1. Gangguan perkembangan motorik dan perceptual a. Gangguan perkembagan motorik

Dalam psikologi, kata motor digunakan sebagai istilah yang menunjuk pada hal, keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot dan gerakan-gerakannya, juga kelenjar-kelenjar dan sekresinya (pengeluaran cairan/ getah). Secara singkat, motor dapat pula dipahami sebagai segala keadaan yang meningkatkan atau menghasilkan stimulasi/ rangsangan terhadap kegiatan organ-organ fisik.

Kenyataan-kenyataan ini menunjukkan bahwa siswa dapat mengalami hal-hal yang menyebabkan ia tidak dapat belajar atau melakukan kegiatan selama proses pembelajaran sedang berlangsung.

Mungkin juga, si siswa dapat belajar atau melakukan kegiatan selama proses pembelajaran sedang berlangsung, namun tidak maksimal. Faktor

(31)

penyebabnya dapat berasal dari dalam diri si anak sendiri dan dapat juga dari luar.

1) Faktor Fisiologis

Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang berfungsinya otak, susunan syaraf ataupun bagian- bagiantubuh lain. Para guru harus menyadari bahwa hal yang paling berperan pada waktu belajar adalah kesiapan otak dan sistem syaraf dalam menerima, memproses, menyimpan, ataupun memunculkan kembali informasi yang sudah disimpan. Kalau ada bagian yang tidak beres pada bagian tertentu dari otak seorang siswa, maka dengan sendirinya si siswa akan mengalami kesulitan belajar. Bayangkan kalau sistem syaraf atau otak anak kita karena sesuatu dan lain hal kurang berfungsi secara sempurna.

Akibatnya ia akan mengalami hambatan ketika belajar. Di samping itu, siswa yang sakit-sakitan, tidak makan pagi, kurang baik pendengaran, penglihatan ataupun pengucapannya sedikit banyak akan menghadapi kesulitan belajar. Untuk menghindari hal tersebut dan untuk membantu siswanya, seorang guru hendaknya memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kesulitan siswa ini. Seorang siswa dengan pendengaran ataupun penglihatan yang kurang baik, sebaiknya menempati tempat di bagian depan. Untuk para orang tua, terutama ibu,

(32)

makanan selama masa kehamilan akan sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik putra-putrinya. Makanan yang dapat membantu pertumbuhan otak dan sistem syaraf bayi yang masih di dalam kandungan haruslah menjadi perhatian para orang tua.

2) Faktor Sosial

Merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah jika orang tua dan masyarakat sekeliling sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar dan kecerdasan siswa sebagaimana ada yang menyatakan bahwa sekolah adalah cerminan masyarakat dan anak adalah gambaran orang tuanya. Oleh karena itu ada beberapa faktor penyebab kesulitan belajar yang berkait dengan sikap dan keadaan keluarga serta masyarakat sekeliling yang kurang mendukung siswa tersebut untuk belajar sepenuh hati. Sebagai contoh, orang tua yang sering menyatakan bahwa Bahasa Inggris adalah bahasa setan (karena sulit) akan dapat menurunkan kemauan anaknya untuk belajar bahasa pergaulan internasional itu. Kalau tidak menguasai bahan tersebut ia akan mengatakan “ Ah Bapak saya tidak bisa juga.” Untuk itu, setiap guru tidak seharusnya menyatakan sulitnya mata pelajaran tertentu di depan siswanya. Tetangga yang mengatakan sekolah tidak penting karena banyak sarjana menganggur, masyarakat yang selalu minum-minuman keras dan melawan hukum, orang tua yang selalu marah, nonton TV setiap saat, tidak terbuka ataupun kurang menyayangi anaknya dengan

(33)

sepenuh hati dapat merupakan contoh dari beberapa faktor sosial yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa.

Intinya, lingkungan di sekitar siswa harus dapat membantu mereka untuk belajar semaksimal mungkin selama mereka belajar di sekolah. Dengan cara seperti ini, lingkungan dan sekolah akan membantu para siswa, harapan bangsa ini untuk berkembang dan tumbuh menjadi lebih cerdas. Siswa dengan kemampuan cukup seharusnya dapat dikembangkan menjadi siswa berkemampuan baik, yang berkemampuan kurang dapat dikembangkan menjadi berkemampuan cukup. Sekali lagi, orang tua, guru, dan masyarakat, secara sengaja atau tidak sengaja, dapat menyebabkan kesulitan bagi siswa. Karenanya, peran orang tua dan guru dalam membentengi para siswa dari pengaruh negatif masyarakat sekitar, disamping perannya dalam memotivasi para siswa untuk tetap belajar menjadi sangat menentukan.

3) Faktor Kejiwaan

Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkaitan dengan kurang mendukungnya perasaan hati (emosi) siswa untuk belajar secara sungguh-sungguh. Sebagai contoh, ada siswa yang tidak suka mata pelajaran tertentu karena ia selalu gagal mempelajari mata pelajaran itu.

Jika hal ini terjadi, siswa tersebut akan mengalami kesulitan belajar yang sangat berat. Hal ini merupakan contoh dari faktor emosi yang menyebabkan kesulitan belajar. Contoh lain adalah siswa yang

(34)

rendah diri, siswa yang ditinggalkan orang yang paling disayangi dan menjadikannya sedih berkepanjangan akan mempengaruhi proses belajar dan dapat menjadi faktor penyebab kesulitan belajarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang dapat mempelajari suatu mata pelajaran dengan baik akan menyenangi mata pelajaran tersebut. Begitu juga sebaliknya, anak yang tidak menyenangi suatu mata pelajaran biasanya tidak atau kurang berhasil mempelajari mata pelajaran tersebut.

Karenanya, tugas utama yang sangat menentukan bagi seorang guru adalah bagaimana membantu siswanya sehingga mereka dapat mempelajari setiap materi dengan baik.

Yang perlu mendapatkan perhatian juga, hukuman yang diberikan seorang guru dapat menyebabkan siswanya lebih giat belajar, namun dapat juga menyebabkan mereka tidak menyukai guru mata pelajaran tersebut. Dapat juga terjadi, si siswa lalu membenci sama sekali mata pelajaran yang diasuh guru tersebut. Kalau hal seperti ini yang terjadi, tentunya akan sangat merugikan si siswa tersebut. Peran guru memang sangat menentukan.

Seorang siswa yang pada hari kemarinnya hanya mampu mengerjakan 3 dari 10 soal dengan benar, lalu dua hari kemudian ia hanya mampu mengerjakan 4 dari 10 soal dengan benar, gurunya harus menghargai kemajuan tersebut. Guru hendaknya jangan hanya melihat hasilnya saja, namun hendaknya menghargai usaha kerasnya. Dengan cara seperti ini, diharapkan si siswa akan lebih berusaha lagi. Intinya,

(35)

tindakan seorang guru dapat mempengaruhi perasaan dan emosi siswanya. Tindakan tersebut dapat menjadikan seorang siswa menjadi lebih baik, namun dapat juga menjadikan seorang siswa menjadi tidak mau lagi untuk belajar satu mata pelajaran.

4) Faktor Intelektual

Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkaitan dengan kurang sempurna atau kurang normalnya tingkat kecerdasan siswa. Para guru harus meyakini bahwa setiap siswa mempunyai tingkat kecerdasan berbeda. Ada siswa yang sangat sulit menghafal sesuatu, ada yang sangat lamban menguasai materi tertentu, ada yang tidak memiliki pengetahuan prasyarat dan juga ada yang sangat sulit membayangkan dan bernalar.

5) Faktor Kependidikan

Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkaitan dengan belum mantapnya lembaga pendidikan secara umum.

Guru yang selalu meremehkan siswa, guru yang tidak bisa memotivasi siswa untuk belajar lebih giat, guru yang membiarkan siswanya melakukan hal-hal yang salah, guru yang tidak pernah memeriksa pekerjaan siswa, sekolah yang membiarkan para siswa bolos tanpa ada sanksi tertentu,

(36)

adalah contoh dari faktor-faktor penyebab kesulitan dan pada akhirnya akan menyebabkan ketidak berhasilan siswa tersebut.

Berdasar penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa, bapak dan ibu guru sudah seharusnya menyadari akan adanya beberapa siswa yang mengalami kesulitan atau kurang berhasil dalam proses pembelajarannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor tertentu, sehingga mereka tidak dapat belajar dan kurang berusaha sesuai dengan kekuatan mereka. Idealnya, setiap guru harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk membantu siswanya keluar dari setiap kesulitan yang menghimpitnya. Namun hal yang perlu diingat, penyebab kesulitan itu dapat berbeda-beda. Ada yang karena faktor emosi seperti ditinggal saudara kandung tersayang ataupun karena faktor fisiologis seperti pendengaran yang kurang.

Untuk itu, para guru harus mampu mengidentifikasi kesulitan dan penyebabnya lebih dahulu sebelum berusaha untuk mencarikan jalan pemecahannya.

Pemecahan masalah kesulitan belajar siswa sangat tergantung pada keberhasilan menentukan penyebab kesulitan tersebut. Sebagai contoh, siswa A yang memiliki kesulitan karena penglihatan atau

(37)

pendengaran yang kurang sempurna hanya dapat dibantu dengan alat optik atau alat elektronik tertentu dan mereka diharuskan duduk di bangku depan. Namun para siswa yang mengalami kesulitan belajar karena faktor lingkungan dan faktor emosi tidak memerlukan kacamata seperti yang dibutuhkan siswa A namun mereka membutuhkan bantuan dan motivasi lebih dari gurunya. Pengalaman sebagai guru telah menunjukkan bahwa ada siswa yang sering membuat ulah di kelas dengan maksud agar diperhatikan guru dan temannya. Setelah diselidiki ternyataia kurang mendapat perhatian dari orang tuanya. Untuk anak seperti ini, sudah seharusnya para guru lebih memberikan perhatian dan kasih sayang.

Sekali lagi, kesabaran, ketekunan dan ketelatenan para guru sangat diharapkan di dalam menangani siswa yang mengalami kesulitan belajar.

Guru dapat menyarankan orang tua siswa tertentu untuk memberi tambahan pelajaran khusus di sore hari untuk siswa yang lamban. Yang lebih penting dan sangat menentukan adalah peran guru pemandu, kepala sekolah, pengawas maupun kepala kantor depdiknas di dalam menangani kesulitan belajar siswa yang disebabkan oleh faktor-faktor kependidikan.

Pada akhirnya penulis meyakini bahwa pengetahuan tentang faktor-faktor

(38)

penyebab kesulitan belajar ini akan sangat bermanfaat bagi bapak dan ibu guru.

b. Gangguan perkembangan perceptual

Perceptual adalah batasan yang digunakan pada proses memahami dan menginterprestasikan informasi sensorik, atau kemampuan intelek untuk menciptakan makna dan data yang diterima oleh berbagai indera (learner).

Muhibin Syah (2000:175) dalam gangguan perceptual ada 2 bagian pengertian yang memiliki implikasi bagi pelajaran anak yang berkesulitan belajar,yaitu konsep modalitas perceptual dan sistem perceptual bermuatan lebih.

1) Konsep modalitas perceptual

Gangguan proses perceptual yang berkaita dengan kesulitan merupakan bagian yang sangat penting pada awal perkembangan kajian kesulitan belajar sebab konsep tersebut didasarkan pada premis bahwa auditif, ada yang lebih baik belajar dan mengigat melalui penglihatan disebut tipe visual, ada yang belajar lebih baik melalui perabaan disebut tipe taktik, ada yang belajar lebih baik melalui gerak disebut kinestik, sebenarnya banyak anak yang berkualitas belajar yang memiliki kemampuan dalam menggunakan suatu saluran perspektual tetapi sangat Kurang dalam menggunakan saluran perspektual lainnya.

2) Sistem perceptual bermuatan lebih

Sistem perceptual bermuatan lebih berarti bahwa penerimaan informasi dan suatu modalitas mengganggu informasi yang sedang

(39)

datang dan modalitas lain. Adapun berbagai gejala dan muatan berlebihan tersebut dapat berupa kebingugan, kemiskinan ingatan, kemunduran, menolak tugas, kurang perhatian, atau anak menjadi ngambek.

3) Kesulitan belajar kognitif

Kesulitan belajar kognitif adalah salah satu bentuk kesulitan belajar yang bersifat perkembangan kesulitan belajar perakademik.

Perkembangan kognitif anak dipengaruhi dari segi umur, semakin matang umur anak semakin baik pula perkembangan kognitif anak tersebut,pada masa kongkrit-operasional (7-10 tahun) anak dapat melaksanakan tugas-tugas konsentrasi dengan baik, pada saat umur tersebut anak suda mengenal identitas benda-benda dan dapat menghitung jumlahnya untuk menentukan sama atau tidak sama. Anak berkesulitan belajar sering tidak mengikuti pola perkembangan kognitif seperti yang telah dikemukakan,pada hal kurikulum sekolah didasarkan pada pola perkembangan kognitif akibatnya, anak berkesulitan belajar tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas kognitif yang di tuntut oleh sekolah. Oleh karena itu, berikut ini akan dibahas keterkaitan antara kesulitan belajar dengan gaya kognitif anak.

a. Gaya kognitif inpulsif dan refleksi

Gaya kognitif dan refleksi terkait dengan penggunaan waktu yang digunakan oleh anak untuk menjawab persoalan dan jumlah kesalahan yang dibuat. Anak yang implusif cenderung menjawab pertanyaan dengan lambat. Gaya kognitif inpulsif ini yang menjadi penyebab timbulnya

(40)

problem yang bukan hanya akademik tetapi juga dalam perilaku anak sehari-hari. Anak yang muda umumnya inplusif sedangkan anak yang lebih tua umumnya lebih reflektif.

b. Strategi Pengembangan kognitif

Salah satu dasar penting dan kondisi adalah ingatan atau memori sedangkan memori tersebutlah yang mempunyai peranan penting dalam pencapaian prestasi belajar akademik. Untuk itu, perlu kiranya dibahas strategi pengembangan keterampilan metakognisi yang merupakan bagian yang sangat penting bangi pengembangan kognitif.

1) Strategi pengembangan memori

Banyak berkualitas belajar yang mengalami kesulitan memori sehingga muncul ungkapan dari guru “masuk di telinga kanan keluar di telinga kiri”. Ada dua memori yaitu memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Memori jangka panjang akan terjadi jika ada pengulangan atau penerapan dalam kehidupan sehari-hari sedangkan memori jangka pendek dapat diukur dengan menyuruh anak mengamati objek-objek visual atau auditif dalam waktu sigkat misalnya 20 detik, dan selanjutnya anak diminta untuk mengigat kembali objek-objek yang baru saja dilihat atau didengar.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hallahan, Kauffman, dan Lioyd menyimpulkan bahwa anak berkesulitan belajar pada kognitif memori adalah:

(41)

a. Anak berkesulitan belajar memperlihatkan kesulitan yang lebihbesar dalam tugas-tugas memori bila dibandingkan dengan anak yang tidak berkesulitan belajar.

b. Problema ini anak berkesulitan belajar dapat dikaitkan dengan kegagalan dalam menggunakan strategi tertentu yang biasa digunakan oleh anak yang tidak berkesulitan belajar.

c. Anak berkesulitan belejar cenderung menggunakan strategi menghafal atau mengulang dalam mengorganisasikan materi yang harus diingat.

Dan kesimpulan tersebut diatas yang dikemukakan oleh para ahli mengenai anak yang lemah dalam kognitif memorinya, hal tersebut dapat menjadi acuan kepada guru untuk memperhatikan kondisi siswa yang dihadapinya, bagi siswa yang mengalami hal tersebut hendaknya mendapatkan perhatian lebih dibanding siswa yang lain:

2) Strategi pengembangan strategi kognitif

Metamemori berkenan dengan pengetahuan tentang proses memorinya sendiri dan penggunaannya, baik dalam hal mendengarkan atau cara memperhatikan suatu pembicaraan yang disampaikan orang lain kepadanya atau berkenan dengan pengetahuan seorang tentang proses memahami bacaan yang dilakukannya sendiri.

Adapun ciri anak yang berkenan dengan matamemori kognitif

a. Anak berkesulitan belajar umumnya memiliki masalah pada metamemori dalam memecahkan berbagai problema memori,

(42)

contoh anak tidak bisa menghafal nomor telpon kecuali dengan mencatatnya.

b. Anak yang berkesulitan belajar pada metalistening sering memperhatikan kekurangan dalam mendengar. Contoh dengan menjawab pertanyaan yang tidak sesuai dengan pertayaan, akibat dan keadaan semacam ini anak berkesulitan belajar sering dianggab oleh guru dan teman-temannya sebagai anak yang ngawur. Artinya menjawab tanpa pertimbangan kelengkapan informasi.

c. Anak berkesulitan belajar pada metecomprehension dalam membaca, berkesulitan belajar karena sering tidak mampu membedakan antara jenis bacaan yang satu dengan jenis bacaan yang lainnya, sehingga mereka menggunakan strategi yang sama untuk jenis dan taraf kesulitan belajar yang berbeda.

Dari ciri gangguan yang menyebabkan kesulitan belajar diatas baik itu yang memiliki metamemori, metalistening dan metacomprehension pada kenyataan mereka sering mengalami kesulitan dalam memecahkan problem memori karena mereka memiliki kekurangan dalam menentukan strategi memori yang tepat. Oleh karena itu anak berkesulitan belajar perlu diajar secara langsung dan diberi latihan untuk mengembangkan metamemori dan metakognitifnya secara menyeluruh dan sistematis secara tahap per tahap.

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan adalah Field Research yaitu metode pengumpulan data yang digunakan dengan jalan mengadakan penelitian secara langsung kelokasi yang menjadi tempat penelitian.

Metode deskriptif yang menggambarkan hasil penelitian seauai dengan apa yang ada dilapangan.

Menurut Sukmadinata (2007 : 60) mendifinisikan bahwa penelitian Kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang, fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan dan pemikiran orang secara individual ataupun kelompok.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi atau tempat penulis meneliti adalah SMP PGRI Uluway, Kecamatan Mengkendek, Kabupaten Tana Toraja. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Siswa.

(44)

C. Fokus Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus dalam skripsi lebih di dasarkan pada Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dan Alternatif pemecahannya siswa SMP PGRI Uluway, Kecamatan Mengkendek, Kabupaten Tana Toraja.(lapangan). Studi ini menitik beratkan bagaimana seorang guru harus mengetahui penyebab kesulitan belajar yang dialami oleh setiap siswa. Tapi pada kenyataannya masih banyak guru yang belum mampu memahami apa yang menjadi penyebab terhambatnya seorang anak dalam memahami mata pelajaran yang diajarka. Fokus yang sebenarnya dalam penelitian kualitatif di peroleh setelah peneliti melakukan grand tour observation dan grand tour question atau yang disebut dengan penjelajahan umum. Dari penjelajahan umumini peneliti akan memperoleh gambaran umum menyeluruh yang masih pada tahap permukaan tentang faktor penyebab kesulitan belajar pada siswa.

Fokus juga bisa di artikan sebagai domia tunggal atau beberapa domain yang terkait dengan situasi sosial. Menurut Sugiyono (2014:34) pembatasan masalah dan topik dalam penelitian kualitatif lebih didasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi dan feasibility masalah yang akan dipecahkan, selain juga faktor keterbatasan tenaga, dan adanya waktu.

Suatu masalah di katakana penting apa bilamasalah tersebut tidak dipecahkan melalui penelitian akan semakin menimbulkan masalah baru.

32

(45)

Penelitian ini difokuskan pada Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dan Alternatif pemecahannya siswa SMP PGRI Uluway, Kecamatan Mengkendek, Kabupaten Tana Toraja.

D. Deskripsi Fokus Penelitian

Deskripsi fokus penelitian dimaksud untuk membatasi ruang lingkup yang telah diteliti agar tidak terjadi salah penafsiran dalam peneliti dan untuk pengukuran atau pengamatan terhadap variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument. Adapun deskrifsi focus penelitian sebagaiberikut :

1. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria atau standar yang telah ditetapkan.

2. Faktor penyebab kesulitan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor yang menyebabkan terhambatnya seorang siswa dalam memahami pelajaran baik yang berhubungan dengan keadaan yang berasal atau berada dari luar diri siswa yang meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko fisik siswa maupun dari kondisi lingkungan siswa yang tidak kondusif bagi terwujudnya aktivitas-aktivitas belajar.

3. Alternatif pemecahannya maksudnya adalah bagaimana seorang guru harus mengenali gejala secara cermat terhadap fenomena- fenomena yang menunjukkan adanya kemungkinan kesulitan belajar dan untuk mengetahui guru harus melakukan observasi

(46)

untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran, memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa, mewawancaraiorang tua siswa, dan memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.

perspektif :

1. Kesulitan belajar

2. Faktor-Faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar 3. Caramengatasi kesulitan belajar bagi siswa

E. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dimana data diperoleh Sugiono (2014:220) Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang akan penulis teliti.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh periset untuk menjawab masalah risetnya. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur yang terkait topic penelitian.

Perlunya sumber data yang akan memberikan informasi diantaranya yaitu:

1. Sumber data primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan kepalah sekolah, guru dan Siswa SMP PGRI Uluway, Kecamatan Mengkendek, Kabupaten Tana Toraja.

(47)

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi yang didapatkan dari data atau arsip dari kantor SMP PGRI Uluway, Kecamatan Mengkendek, Kabupaten Tanah Toraja.

F. Instrumen Penelitian

Kemampuan suatu penelitian sangat ditentukan oleh instrumen penelitian yang digunakan, istrumen berguna sebagai alat pengumpul atau informasi baik untuk mengumpulkan hasil data yang relevan dengan personal yang dihadapi. Artinya data yang berkaitan mengenai keadaan dan tempat. Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Pedoman Observasi

Bungin (2013: 142) Yang dimaksud dengan pedoman obsevasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Oleh karena itu observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pencaindra lainnya

b. Pedoman Wawancara

Menurut Sugiono (2014: 137) pedoman wawancara merupakan sebagai teknik pegumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan

(48)

juga apabila peneliti melakukan hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil

c. Pedoman Dokumentasi

Husain Usmandan Purnomo Setiady Akbar, Cet.4 (2003: 73).

Teknik pengumpulan data dengan pedoman dokumentasi ialah pengambilan data dengan dokumen-dokumen. Keuntungan menggunakan dokumentasi ialah biayanya relative murah, waktu dan tenaga lebih efisien. Sedangkan kelemahannya ialah data yang diambil dari dokumen cenderung sudah lama, dan kalau ada yang salah cetak, maka peneliti ikut salah pula mengambil datanya.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis/ peneliti mengunakan beberapa teknik dan metode dalam memperoleh data dari responden diantaranya :

1. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam mengumpulkan data diantaranya:

a. Observasi, dengan melakukan observasi secarah langsung pada objek yang diobservasi yaitu dengan mengamati secarah langsung keadaan lapangan yang akan di jadikan tempat penelitian dan berkomunikasi langsung dengan sumber informasi tentang objek penelit tersebut.

b. Wawancara/ Interview, yaitu dengan melakukan wawancara langsung terhadap subjek yang menjadi objek yang akan diteliti

(49)

dalam mengetahui pemahaman mereka mengenai pengaruh kesulitan belajar yang mereka alami.

c. Dokumentasi, yaitu dengan mengambil data-data yang ada di lapangan tersebut secara langsung, dengan jalan dicatat atau di minta pada kantor SMP PGRI Uluway tersebut sebagai pelengkap dari penelitian yang dilakukan

H. Teknik Analisis Data

Setelah melakukan pengumpulan data, langkah dari strategi penelitian ini adalah pengguna ananalisis data yang tepat dan relevan dengan pokok permasalahan. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Aktivitas dalam analisis data meliputi:

1. Reduksi data (data reduction) yang berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Hal ini untuk memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data selanjutnya karena reduksi ini memberikan gambaran yang lebih jelas.

2. Penyajian data (data display) dalam penelitian ini penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori, flowchart dan sejenisnya, tetapi yang sering dipakai adalah dengan teks yang bersifat naratif. Penyajian data ini memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.

(50)

3. Verification atau penarikan kesimpulan, teknik ini merupakan rangkaian analisis data puncak, dan kesimpulan membutuhkan verifikasi selama penelitian berlangsung. Oleh karena itu ada baiknya suatu kesimpulan ditinjau ulang dengan cara memverifikasi kembali catatan-catatan selama penelitian dan mencari pola, tema, model, hubungan dan persamaan untuk ditarik sebuah kesimpulan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Objektif Lokasi Penelitian

Pada pembahasan ini, penulis akan menguraikan tentang hasil penelitian, namun sebelum terlalu jauh menguraikannya, maka penulis terlebih dahulu mengemukakan kondisi objektif lokasi penelitian sebagai berikut:

1. Sejarah Berdirinya SMP PGRI Uluway Kec. Mengkendek Kab.Tana Toraja

SMP PGRI Uluway Kec. Mengkendek, Kab. Tana Torajah didirikan pada Tanggal 01 Januari 1980 di atas tanah yang luas 3680 M yang merupakan tanah wakaf dari beberapa anggota masyarakat yang

(51)

ada di desa uluway barat. SMP PGRI Uluway, Kec. Mengkendek, Kab.

Tana Toraja mulai beroprasi pada Tanggal 01 Januari 1980. Kepala sekolah yang pertama yakni Bapak Jonas Barre.

Pada awal berdirinya, bangunan sekolah ini sangat sederhana yang terbuat dari bilik bambu dan berlantai tanah sampai beberapa tahun.Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1994 sudah mulai mengalami perubahan menjadi gedung yang layak digunakan sampai sekarang. SMP PGRI Uluway berkembang cukup pesat sampai sekarang dengan beberapa prestasi yang dicapai oleh siswa-siswinya.

a. Visi

Dengan menganalisa potensi yang ada di SMP PGRI Uluway baik dari segi input/ peserta didik baru, kompetensi tenaga pendidik, tenaga kependidikan, lingkungan sekolah, peran serta masyarakat dan out come/

keberhasilan lulusan SMP PGRI Uluway serta masyarakat sekitar sekolah yang religius, serta melalui komunikasi dan koordinasi yang intensif antara sekolah dengan warga sekolah maupun dengan stakeholder, tersusunlah visi sekolah.

Adapun visi SMP PGRI Uluway adalah : Menciptakan insan berprestasi, berbudaya yang berwawasan IPTEK dengan mengedepankan IMTAQ.

b. Misi

a. Menjalankan nilai-nilai agama dan berperilaku sopan dalam kehidupan sehari-hari.

(52)

b. Menumbuhkan kegemaran dan kebiasaan membaca, menulis, dan berkarya serta menumbuhkan semangat berprestasi kepada seluruh warga sekolah.

c. Memotivasi peserta didik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang efektif, aktif, kreatif, kritis dan menyenangkan.

d. Membimbing dan mengembangkan bakat dan minat peserta didik.

e. Menumbuhkan sikap bertanggung jawab terhadap peraturan, sekolah, agama, hukum, serta norma-norma yang berlaku di masyarakat.

2. Keadaan Guru

Guru dan siswa merupakan faktor yang paling penting dalam sebuah lembaga pendidikan termasuk di SMP PGRI Uluway. Guru dan siswa merupakan faktor yang mempengaruhi berdirinya sekolah, tanpa kedua hal tersebut maka sekolah tidak dapat berdiri dan berfungsi sebagaimana mestinya. Disisi lain, guru memang mempunyai peranan paling penting dalam perkembangan suatu sekolah, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Guru yang jumlahnya banyak dan mempunyai kualitas yang bermutu akan mampu meningkatkan kualitas lulusan atau outputnya. Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

(53)

Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran, yaitu: membuat ilustrasi, mendefinisikan, menganalisis, mensintesis, bertanya, merespon, mendengarkan, menciptakan kepercayaan, memberikan pandangan yang bervariasi, menyediakan media untuk mengkaji materi standar, menyesuaikan metode pembelajaran, memberikan nada perasaan. Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar. Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Guru harus berusaha mencari umpan balik agar siswa mau mendengarkan penjelasan materi yang disampaikannya. Apa yang keluar dari mulut guru selalu diarahkan untuk mencapai tujuan belajar, yakni perubahan tingkah laku. Oleh karena itu dalam setiap proses mengajar, guru perlu mendapatkan umpan balik, apa tujuan yang ingin dicapai sudah dikuasai oleh siswa atau belum, apakah proses atau gaya bicara guru dapat dimengerti atau tidak. Hal ini sangat diperlukan untuk proses perbaikan mengajar yang telah dilakukannya.

SMP PGRI Uluway Kec. Mengkendek, Kab. Tana Toraja sekarang dipimpin oleh bapak Linus Ranga,S.Pd, yang mempunyai tenaga pendidik/

(54)

guru sebanyak 14 orang dimana terdiri dari 5 orang laki-laki dan 9 orang perempuan. Untuk mengetahui data guru dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL I

Keadaan Guru di SMP PGRI Uluway Kec. Mengkendek, Kab. Tana Toraja

No Nama Jabatan Status

(55)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Linus ranga, S.Pd Salmawati, S.Pd

Hariana, S.Pd Syarifuddin B.S.C

Firman A.MA Jonas barre Herman ma’guling

Adriana,ST Hajrah Yestin,SE Ester manggan Junresky franklin

Nopita parante Halima L.P

Kepala sekolah Bhs.Inggris

Matematika Sejarah

PAI Matematika

Olahraga Biologi

Mulok Ekonomi Agama Kristen

Senibudaya Fisika PPKN

PNS PNS Guru honor Guru honor Guru honor Guru honor Guru honor Guru honor Guru honor Guru honor Guru honor Guru honor Guru honor Guru honor

Sumber Data: Papan potensi Guru Tahun 2015/2016

Dari tabel I di atas menunjukkan bahwa guru yang ada pada SMP PGRI Uluway Kec.Mengkendek, Kab. Tana Toraja sebanyak 14 orang yang terdiri dari: 1 kepala sekolah dan 13 tenaga pengajar / guru.

3. Keadaan Siswa

Siswa merupakan salah satu komponen yang sangat penting dan tidak kalah pentingnya dalam proses belajar mengajar, karena siswa

(56)

menjadi objek pendidikan dan pengajaran. Tujuan dari pendidikan dan pengajaran adalah merubah anak didik ke arah kematangan kepribadian.

Siswa yang belajar di sekolah ini berasal dari latar belakang keluarga dan pekerjaan orang tua yang bermacam-macam, dari petani, pedagang. Sementara jumlah siswa di SMP PGRI Uluway, Kec.

Mengkendek, Kab. Tana Toraj keseluruhan sebanyak 89 orang, dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL II

Data Siswa SMP PGRI Uluway, Kec.Mengkendek, Kab. Tana Toraja Tahun Pelajaran 2015/2016

No Populasi Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Kelas VII 14 17 31

2 Kelas VIII 14 13 27

3 Kelas IX 16 15 31

Jumlah 44 45 89

Sumber Data: Tahun 2015/2016

Dari tabel II di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa SMP PGRI Uluway Kec. Mengkendek, Kab. Tana Toraja sebanyak 89 siswa.

Dengan rincian sebagai berikut: jumlah siswa kelas VII sebanyak 31 siswa, kelas VIII sebanyak 27 siswa, kelas IX sebanyak 31 siswa.

4. Sarana dan Prasarana

(57)

Sarana dan prasarana sangat menunjang proses belajar mengajar. Dengan kata lain bahwa keberhasilan pengajaran bukanlah semata-mata ditentukan oleh tingkat kemampuan siswa menerima pelajaran dan kepiawaian guru selaku sutradara dalam proses pengajaran, namun ada faktor lain yang tidak bisa diabaikan, yakni fasilitas atau sarana dan prasarana yang ada pada sekolah tersebut.

Fasilitas yang dimiliki SMP PGRI Uluway, Kec. Mengkendek, Kab.

Tana Toraja belum memadai untuk berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif dan kondusif. Hal ini dapat dilihat dari belum adanya fasilitas penunjang, seperti perpustakaan, laboratorium, listrik, musollah dan fasilitas pendukung lainnya yang semua itu dapat mendukung kualitas pembelajaran. Berikut ini gambaran tentang sarana dan prasarana yang ada di SMP PGRI Uluway, Kec. Mengkendek, Kab. Tana Toraja

TABEL III

Data Sarana Dan Prasarana SMP PGRI Uluway Kec. Mengkendek, Kab. Tana Toraja Tahun Ajaran 2015/2016

No Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan

(58)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Ruang Guru Ruang Kelas Papan Tulis Lemari Guru Meja Guru Kursi Guru Meja Siswa Kursi Siswa WC

1 3 3 3 3 3 90

90 1

Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik

Sumber Data: Data Siswa SPM PGRI Uluway Kec. Mengkendek, Kab.

Tana Toraja Tahun 2015/2016

Dari tabel III tersebut dapat diketahui bahwa fasilitas atau sarana dan prasaran yang dimiliki SMP PGRI Uluway, Kec. Mengkendek, Kab.

Tana Toraja sudah cukup memadai yaitu: Ruang guru 1 buah, Kelas 3 buah, Papan tulis 3 buah, Lemari guru 3 buah, Meja guru 3 buah, Kursi guru 3 buah, Meja siswa 90 buah, Kursi siswa 90 buah, dan WC 1 buah.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana sekolah cukup memadai.

B. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar siswa SMP PGRI Uluway, Kec. Mengkendek, Kab. Tana Toraja

Setiap guru mendambakan para siswanya dapat belajar dengan baik.Namun kenyataannya tidaklah demikian. Sehingga guru mungkin

Gambar

TABEL II
TABEL III

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penilaian observer terhadap keterlaksanaan LKS hasil pengembangan, rata-rata tanggapan guru dan rata-rata tanggapan siswa yang berkriteria sangat

(2004) yang menguji pengaruh pemilihan metode akuntansi persediaan terhadap price earnings ratio, dengan menggunakan 68 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Ruang Terbuka Hijau wilayah kecamatan Jagakarsa terdiri dari : fasilitas olahraga di wilayah permukiman, sarana pendidikan, taman lingkungan, tempat pemakaman umum

Menurut ketentuan yang berlaku sesuai dengan pasal 206 KUH Dagang, tenggang waktu berlakunya suatu cek adalah selama 70 (tujuh puluh) hari, dan karenanya usaha yang dilakukan

Kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi yang menduduki jabatan Penyuluh Sosial Pertama pangkat Penata Muda golongan ruang III/a untuk menjadi Penata Muda Tingkat

Jenis tertinggi pada tingkat pohon adalah jenis Rambutan Hutan ( Nephelimus mutabile ) sebesar = 0,025, tingkat tiang Indeks Dominansi (C) sebesar = 0,238, jenis tertinggi pada

Dari hasil penelitian di Dusun 12 Translok Desa Margasari Lampung Timur terdapat 7 jenis tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat antara lain api-api (Avicennia marina) untuk

Apakah ada hubungan antara karakteristik (usia ibu, paritas, riwayat perdarahan postpartum, rujukan dan asuransi pemerintah) dengan luaran maternal (anemia, syok, cara