• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELESTARIAN DAN PENGEBANGAN SAPI BALI DI BALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELESTARIAN DAN PENGEBANGAN SAPI BALI DI BALI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

PELESTARIAN DAN PENGEBANGAN SAPI BALI DI BALI

PUSAT KAJIAN SAPI BALI UNIVERSITAS UDAYANA

2017

(2)

2

Secara historis sapi bali berasal dari famili Bovidae yang sudah dijinakan sejak ribuan tahun yang lalu di Indonesia. Nenek moyangnya adalah Bos Javanicus atau Bibos Banteng atau Bos Sundaicus. Domestikasi banteng dilakukan di Bali dan Jawa, tetapi yang masih murni secara genetis hingga saat ini diyakini hanya ada di Bali. Itulah sebabnya jenis sapi ini disebut sapi Bali.

Untuk mempertahankan keaslian sapi bali tersebut, beberapa peraturan yang mendasari akan pelestarian sapi bali, al:

 Kesepakatan Dewan Raja-Raja Tgl. 25 Juli 1947

 UU No. 5 Th.1990, Tt : Konservasi Sumber daya alam

 PP Mentri Pertanian No. 35/Permentan/OT.140/8/2006

Tt: Pedoman Pelestarian dan pemanfaatan Sumber Daya Genetik Ternak

 SK Mentri Pertanian No. 325/Kpts/OT.140/1/2010 , tgl. 22 Januari 2010 Tt: Sapi Bali Sebagai rumpun asli Indonesia

Pemerintah Provinsi Bali telah membuat Pergub. No. 45 Tahun 2004, tentang Pelestarian Sapi Bali, yang pada pasal 2 disebutkan setiap orang atau badan usaha tidak diperbolehkan untuk melakukan usaha memasukan sapi potong dari luar Bali ke pulau Bali atau melakukan tindakan untuk menyilangkan sapi bali dengan sapi jenis lain, kecuali untuk penelitian.

Sapi bali masih dimurnikan di Bali hingga saat ini. Sapi bali murni menjadi plasma nutfah yang dibanggakan oleh semua pihak. Atas dasar keunggulan itu pula, pemerintah kemudian berniat menyebarkan sapi bali ke seluruh Indonesia. Hingga sekitar 60% dari populasi sapi di Indonesia adalah jenis sapi bali.

Sapi bali dipelihara secara tradisional, dengan cara pemeliharaan sederhana (konvensional) pada kandang individu yang sederhana atau kandang koloni (simantri), disesuiakan dengan lokasi pemeliharaan, disayangi dimandikan, diberi pakan hijauan rumput- rumputan yang dicampur dengan dedaunan, leguminosa, batang pisang, dan bahan pakan lain yang ada disekitarnya. Kenyataannya, sapi bali hidup sejahtera dan tumbuh gemuk sehat dan besar- besar, yang dibuktikan pada acara lomba, ditemukannya sapi bali dengan bobot badan lebih dari 600 kg.

Sapi bali mempunyai banyak keunggulan antara lain, sangat mudah beradaptasi dengan lingkungan yang agak mencekam, masih mampu tumbuh pada kondisi sumber pakan yang terbatas, conception rate termasuk tinggi sehingga mampu melahirkan anak sekali dalam setahun,

(3)

3

dressing percentage karkas cukup tinggi sekitar 55%, rasa daging enak, cukup kuat untuk diperkerjakan membajak sawah atau lahan pertanian, dan lain-lain. Sapi bali juga sering digunakan sebagai bahan upacara keagamaan, khususnya upacara Bhuta yadnya. Dengan keunggulan- keunggulan dan kegunaan tersebut, maka sapi bali sudah menyatu dalam kehidupan masyarakat petani Bali sehingga sapi bali akan selalu hadir dan bertahan hidup di Bali bersama petani di Bali.

Daerah provinsi lain di Indonesia karena mempunyai keleluasaan untuk melakukan silangan dengan berbagai jenis sapi apa pun, sudah berupaya menyilangkan sapi bali dengan jenis lainya. Tujuannya adalah untuk memperoleh hasil keturunan sapi yang lebih unggul dengan bobot badan lebih besar, namun tetap memiliki sifat-sifat unggul yang ada pada sapi bali. Sehinggga kenyataanya hingga saat ini belum ada laporan keberhasilan. Bahkan muncul berbagai permasalahan, sehingga cenderung gagal dan ingin kembali kepada sapi bali murni.

Suatu kondisi yang ironis, dimana pemeliharaan sapi bali seperti saat ini, yang oleh pemerintah diduga kurang menguntungkan peternak, kenyatannya tetap saja dilakukan oleh petani peternak di Bali, bahkan populasi sapi bali di bali termasuk cukup banyak di Indonesia.

Berbeda jenis (ras), berbeda pula kebutuhan akan nutrisi. Untuk menghasilkan kualitas daging sapi bali yang setara dengan daging sapi luar, suatu keniscayaan yang bisa diwujudkan.

Segala metode dan manajemen pemeliharaan, nutrisi dan praktek baik pemeliharaan sapi luar kita aplikasikan pada sapi bali, mengapa tidak. Ini perlu komitmen bersama. Pola ini tentu tidak bisa diaplikasikan ditingkat petani peternak. Oleh karena itu, perlu stasion riset (demo plot) untuk mengaplikasikan rencana besar tersebut.

Peningkatan kualitias daging tidak harus dengan persilangan. Peningkatan kualitas nutrisi, management, dengan mengembangkan sekolah peternakan rakyat, bahkan pada tingkat penanganan pascapanen yang baik akan menghasilkan kualitas daging yang baik pula. Metode sejenis sudah pernah dilakukan penelitian dengan rekayasa pemeliharaan dan kualitas pakan atau nutrisi pakan yang baik. Hasilnya adalah daging sapi bali menjadi lebih baik, lebih empuk dan tetap enak. Beberapa penelitian menunjukkan kualitas daging sapi bali dengan sapi luar (eks.

Wagyu) tidak jauh berbeda, kecuali pada parameter marbling, karena adanya lemak intramuskuler, dan ini termasuk factor genetic.

Dari kesehatan hewan, persilangan sapi bali dengan sapi luar bisa jadi kemungkinan akan menurunkan keunggulan sapi bali seperti : penurunan daya tahan, kerentanan terhadap penyakit tinggi, rentan terhadap penyakit sehingga memungkinkan penyakit baru muncul dan menambah

(4)

4

penyakit baru. Bahkan kemungkinan muncul masalah treproduksi seperti : penurunan fertilitas dan diskokia. Keadaan ini bisa terjadi mengingat sapi bali mempunyai performans lebih kecil dibandingkan dengan sapi luar.

Dari segi genetik, persilangan dikhawatirkan menyebakan reduksi genetik, dan sifat resesif yang tidak diinginkan dapat muncul dan memberikan hasil pada performance sapi bali. Namun kenyataannya saat ini, walaupun belum dilakukan persilangan penurunan mutu genetic sudah ditemukan dan banyaknya muncul kelainan fenotifik sapi bali di beberapa tempat ( di Nusped sapi bali poleng) dan secara umum terjadi penurunan produktivitas. Pemurnnian genetic perlu dilakukan dengan menyilangkan kembali sapi bali dengan nenek moyangnya yakni Banteng.

Dari segi sosial ekonomi, keunggulan sapi bali belum memberi keuntungan dari segi ekonomi pada peternak, sehinggga peternak tidak tertarik untuk memelihara dan bahkan generasi muda ingin meninggalkannya. Jika pemurnian sapi bali terus menerus dilakukan dengan seperti kondisi sekarang, tanpa memberi peningkatan kesejahteraan pada petani peternak, maka lambat laun sapi bali akan ditinggalkan, dan seperti bom waktu sapi bali akan punah. Atas dasar tersebut, persilangan sapi bali dengan sapi jenis lainnya, perlu dipikirkan dengan pertimbangan ekonomis dan kajian yang mendalam, agar benar-benar dapat memberikan keuntungan bagi petani peternak.

Bagi pemerintah (Gubernur) pasti meletakkan kesejahtraan masyarakat diatas segala-galanya.

Sehubungan dengan pemikiran tentang perlu tidaknya sapi bali disilangkan dengan sapi luar (eks. Wagyu), Jepang dengan tujuan ekonomis yang mampu memberi keuntungan lebih baik dan lebih besar kepada petani peternak, sampai saat ini belum ada yang melalukan riset maupun kajian yang mendalam (sebatas informasi ). Penelitian secara intensif persilangan sapi bali dengan sapi wagyu masih memungkinkan dilakukan yang mengarah kepada upaya menghasilkan keunggulan-keunggulan yang secara ekonomis memberi keuntungan pada peternak. Untuk isu tersebut, para peserta diskusi grup menyarankan dilakukan pada suatu lokasi, membentuk Demoplot dan Pulau Bali masih tetap menjadi ikon sapi bali murni.

Pengembangan sapi bali dengan persilangan sapi luar (eks. Wagyu) perlu dipikirkan dengan mempertimbangkan beberapa hal : tetap terjaganya sumber dayagenetik asli Indonesia (plasma nutfah), pasar (hotel dan restaurant) pariwisata, masalah legalitas (banyak aturan yang sudah ditetapkan), adaptasi untuk hidupnya, dan kesiapan peternak untuk memelihara, adanya persilangan perlu perubahan prilaku cara beternak.

(5)

5

Manusia Mriga Satwa Sewaka : semua ilmu dan teknologi ujungnya untuk kesejahtraan.

Ilmu pengetahuan, teknologi dan semua pernyataan diatas menjadi tidak berguna apabila tidak bisa mensejahtrakan masyarakatnya, maka Pusat Kajian Sapi Bali Unud memberikan solusi untuk melakukan kajian secara mendalam, focus dan bertanggungjawab, berkolaborasi dengan Pemda Prov. Bali, selama minimum 3 tahun.

Adapun implementasi pelaksanannya sebagai berikut

1. Untuk mempertahankan sapi bali sebagai sumber dayagenetik (plasma nutfah) asli Indonesia, perlu dilakukan persilangan dengan banteng atau satu wilayah dikembangkan untuk kemurnian (Nusped Kab. Klungkung)

2. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas daging sapi bali, dilakukan pengembangan dengan menerapkan praktek baik managemen pemeliharaan (Kab.

Jembrana (BPTU dan Denpasar)

3. Untuk pembuktian ilmu pengetahuan, perlu dilakukan persilangan sapi bali dengan luar (eks. Wagyu) dan menerapkan semua management pemeliharaan dengan baik (Kab. Badung (Sobangan) dan Kab. Buleleng (Grokgak).

4. Untuk pembuktian dapat meningkatkan kesejahtraannya, perlu dilakukan persilangan sapi bali dengan luar (eks. Wagyu) dengan pemeliharaan berbasis peternak (konvensional) dan terintegrasi dengan lingkungan (Kab. Gianyar, Tabanan).

5. Untuk dapat bersaing pada MEA dan AFTA, maka Bali Beef Organik saat ini dilaksanakan, karena alasan carrying capacity dan cara pemeliharaan sangat sesuai dengan peternak (Kr.Asem dan Bangli)

Pelaksanaan seluruh kegiatan penelitian dan pengkajian dalam berbagai aspek, perlu dibuat demoplot (1-2 kab/kota), dengan melihat potensi masing-masing wilayah. Dalam hal ini yang terpenting adalah pemerintah konsisten, komitmen dan bertanggungjawab untuk mensejahtrakan masyarakat, maka astungkara semua dilancarkan.

(6)

6

Referensi

Dokumen terkait

Ruang lingkup penelitian identifikasi karakteristik genetik sampel sapi Bali dari tiga pusat pembibitan sapi Bali, BPTU Bali, BPT-HMT Serading Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, dan

Tujuan penelitian adalah mengetahui karakteristik dan dampak ekonomis Calving Interval (CI) pada usaha peternakan sapi bali pada kelompok tani ternak Sakinah di

Sehubungan dengan penyampaian dokumen kualifikasi saudara pada Paket Pekerjaan Pengadaan Sapi Bali Bibit Dinas Pertanian, Kehutanan dan Ketahanan Pangan Provinsi

Sehubungan dengan hasil evaluasi penawaran saudara, perihal penawaran Pekerjaan Pengadaan Sapi Bali Bibit, dimana perusahaan saudara telah dinyatakan lulus evaluasi

Sapi-sapi inilah bersama dengan pendahulunya menjadi cikal bakal sapi Bali di Sulawesi Selatan yang telah berkembang menjadi propinsi dengan jumlah sapi Bali terbanyak di

Berdasarkan hasil penelitian, sapi bali jantan lebih ekonomis untuk dipotong karena memiliki persentase bobot karkas yang lebih tinggi daripada betina serta diperlukan

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa sapi bali dan wagyu memperlihatkan adanya perbedaan karakteristik protein (ketebalan dan jumlah pita) serta perbedaan yang nyata

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa sapi bali dan wagyu memperlihatkan adanya perbedaan karakteristik protein (ketebalan dan jumlah pita) serta perbedaan yang nyata dari