• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milk Negara (BUMN) PT Garuda Indonesia (persero) Tbk-Deloitte

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milk Negara (BUMN) PT Garuda Indonesia (persero) Tbk-Deloitte"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Diskusi ini dimotivasi oleh pelaksanaan diskursus mahasiswa dan dosen dalam beberapa kali pertemuan, kasus yang terjadi terkait penyimpangan laporan keuangan diantaranya kasus penyimpangan pada pelaporan keuangan Maskapai Badan Usaha Milk Negara (BUMN) PT Garuda Indonesia (persero) Tbk-Deloitte pada tahun 2018 terjadi kecacatan laporan keuangan, tercatat perusahaan menghasilkan laba bersih US$ 809,85 ribu atau setara dengan Rp 11,33 miliar (kurs Rp 14.000 per dolar Amerika Serikat) perubahan secara signifikan tersebut dinilai sangat mencurigakan karena data yang seharusnya rugi menjadi tercatat laba (Sugianto, 2019). Kasus ke dua adalah kasus korupsi asabri yang mencapai Rp 17 Triliun dan merugikan negara hingga Rp 23,73 Triliun, dalam kasus tersebut terlibat tiga akuntan publik yang aktif bekerja di Kantor Akuntan Publik dan beberapa pihak yang terlibat juga dengan kasus asuransi Jiwasraya (Suhendra, 2020). Dan kasus SNP Finance–Deloitte kredit fiktif yang terjadi pada tahun 2018-2020 merugikan negara hingga Rp 148 miliar dilakukan oleh beberapa petinggi perusahaan yang melibatkan salah seorang akuntan dengan motif mendapatkan keuntungan pribadi (Petrus, 2021).

Sebagai seorang akuntan yang profesional harus mematuhi standar etika yang di tetapkan dalam “Kode Etik Akuntan” dalam menjalankan tugas profesionalnya, namun kasus yang terjadi pada perusahaan-perusahaan negara bahkan swasta yang melibatkan akuntan dari kantor akuntan publik ternama seperti kasus SNP, PT Garuda Indonesia (persero) Tbk, dan korupsi asabri dinilai sangat mengecewakan

(2)

karena pelanggaran yang dilakukan pada dasarnya merupakan kesengajaan dalam melanggar kode etik. Keputusan yang dipilih para akuntan tersebut sangat tidak sesuai dengan nilai-nilai religiositas, intelektualitas, dan humanitas yang telah ada dalam surat Al-Baqarah dan Pancasila.

Kasus-kasus tersebut mencerminkan menurunnya kualitas moral dalam kehidupan bermasyarakat, dengan penyalahgunaan kekuasaan dan kepercayaan untuk kepentingan pribadi dengan membudayakan budaya permisif yang berarti menghalalkan segala cara dengan pergerakan terstruktur dan melanggar hukum.

Tindakan dan sikap atas sesuatu dapat di kontrol oleh keyakinan yang kita miliki, Negara Indonesia yang memiliki beragam kepercayaan pun tidak ada satupun yang memberikan izin pemeluknya untuk melakukan hal-hal yang merugikan orang lain dan melakukan keburukan. Dari banyaknya kasus yang terjadi pada profesi akuntan khususnya Indonesia mengarahkan kepada target utama perusahaan yaitu mendapatkan laba maksimal dengan menghiraukan kecerdasan sosial salah satunya pada kepercayaan islam yang mampu menggambarkan hubungan seorang hamba yaitu habluminallah bernilaikan keagamaan, habluminannas bernilaikan Pancasila dan kebudayaan, dan hamluminalalam sebagai wadahnya (G. D. Wibowo, 2021).

Akuntan merupakan profesi yang memberikan fasilitas berupa jasa menyediakan pengelolaan dan pengauditan laporan keuangan entitas atau perusahaan (Cambridge Dictionary, 2021).

Ikatan Akuntan Indonesia sebagai wadah profesi Akuntan Indonesia bertanggung jawab untuk menyelenggarakan ujian sertifikasi profesi akuntan, mengawal kompetensi dengan memberikan pembinaan profesional, merumuskan

(3)

dan menetapkan kode etik, standar profesi, dan standar akuntan, meningkatkan kedisiplinan anggota, dan mengembangkan profesi akuntan Indonesia. IAI (2020) tertuliskan bahwa “kode etik akuntan Indonesia diadopsi dari Handbook of International Code of Etjics for Professional Accountants Edition 2018 yang

diterbitkan oleh International Ethics Standar Board For Accountants (IESBA) dari International Federation of Accountants (IFAC)”. Indonesia merupakan salah satu

pendiri dan anggota dari IFAC, sehingga standar kode etik tersebut menjadi standar akuntansi di Indonesia dan menjadi kewajiban untuk menerapkan sebagai bentuk kepatuhan, dampak dari penerapan metode pendidikan barat yang sangat berbeda dengan budaya Indonesia, yaitu The International Financial Reporting Standards (IFRS) sebagai pedoman yang di buat oleh Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB) dimana IFRS ditujukan untuk memfasilitasi pertumbuhan pasar dengan memberikan laporan keuangan berkualitas untuk memenuhi kebutuhan investor dan perusahaan.

Di Indonesia, pendidikan akuntansi mengajarkan mengenai cara memeriksa, menganalisa, membuat laporan keuangan, dan mendesain sistem informasi akuntansi merujuk pada peningkatan kualitas aktivitas akuntansi dan hasil laporan keuangan yang di produksi. Tidak hanya hasil dari jasa berupa laporan namun sebagai penyedia layanan jasa akuntan juga harus memperhatikan etika kerjanya.

Pendidik akuntansi kini mengajarkan teori dan praktik praktis, dalam realita yang terjadi pada pendidikan tersebut sebagai bentuk persiapan menciptakan tenaga kerja saja dengan mengikuti standar yang telah ada tidak mengembangkan dan memperbaiki praktik. Menurut Sterling (1973) hubungan praktik dan pendidikan

(4)

adalah harmonis, namun antara pendidikan-praktik dan riset adalah terisolasi.

Pendidikan yang di tempuh oleh calon akuntan akan menjadi rutinitas sehari-hari sehingga melahirkan profesi akuntan yang cakap akan pelaporan sesuai standar yang ada. Leniwati (2019) menjelaskan bahwa keberadaan ilmu akuntansi modern mengedepankan materi dan bebas nilai sehingga menggiring pada nilai-nilai materialistik, egoistik, sekuleristik, dan atheistik. Secara kualitas menghasilkan laporan profesi akuntan mampu memenuhi standar, namun sistem pendidikan dengan pola tersebut berdampak pada logika dan kepribadian akuntan dalam berpikir, pengambilan keputusan yang bersifat materialisme kapitalisme serta ketidakmampuan menjawab kebutuhan dan permasalahan di Indonesia, tampak menunjukkan gagalnya profesi akuntan memenuhi kepercayaan masyarakat karena kualitas dari akademisi akuntan. Nilai-nilai yang tertanam merupakan nilai asing, hal tersebut menggeser nilai-nilai religiositas kebangsaan yang merupakan karakter masyarakat Indonesia, hilangnya pemaknaan penghambaan dan karakter nasionalis.

Pembahasan mengenai prinsip dasar akuntan cukup memiliki perhatian dari mahasiswa dan dosen program studi akuntansi di Indonesia, peneliti menelusuri penelitian terdahulu yang membahas pada konsentrasi prinsip dasar akuntan berdasarkan Al-Baqarah (Islam) dan Pancasila (Nasionalisme), namun peneliti hanya menemukan beberapa penelitian yang membahas berdasarkan islam saja atau nasionalisme saja dan penelitian lain yang tidak sama persis namun masih dalam lingkup prinsip dasar akuntan. Penelitian yang dilakukan penulis memiliki konsentrasi pada pandangan Al-Baqarah dan Pancasila tentang prinsip dasar akuntan untuk mewujudkan akuntan yang bernilai profetik. Keinginan peneliti

(5)

untuk memaknai lebih dalam dan memunculkan nilai-nilai baru pada prinsip dasar akuntan, karena Al-Qur’an berisikan aturan Tuhan yang ditujukan kepada manusia (makhluk berakal) sebagai prinsip dasar untuk mencapai kesejahteraan dunia akhirat dan Pancasila sebagai manifestasi serta praksis dari Al-Qur’an yang mengusung nilai Bhineka Tunggal Ika (persatuan diatas perbedaan) bervisikan religiositas kebangsaan untuk memecahkan persoalan kehidupan manusia. Maka dari itu nilai agama dan budaya terdapat hubungan penting pada tiap nilai – nilai dalam Al-Qur’an dan Pancasila pada etika profesi khususnya yang akan diteliti pada lingkup profesi.

Menurut Triyuwono (2002) mengingat pentingnya etika sosial atau dalam islam karakter profetik (karakter kenabian) yaitu humanis (kemanusiaan), emansipatoris (cerdas dan adil), transendental (dapat dipercaya dan menyamaikan kebenaran), serta teleologikal (ikhlas dan teladan), sifat tersebut dibangun berdasarkan budaya manusia itu sendiri. Refleksi agama, moral, dan budaya yang selama ini hanya dianggap doktrin mengasingkan nilai utama kehidupan menjadi asing, hal tersebut terjadi karena terdapat kepentingan besar dibalik grand desain kebijakan dengan “membenarkan praksis” yang menguntungkan pihak tertentu.

Penelitian yang dilakukan penulis memiliki konsentrasi pada pandangan Al- Baqarah tentang kode etik profesi akuntan untuk mewujudkan akuntan yang bernilai profetik. Keinginan peneliti untuk memaknai lebih dalam mengenai korelasi habluminnallah, hablumminnas, dan hablumminalalam yang merupakan satu kesatuan utuh sebagai elemen keberadaan ilmu pengetahuan yang menghasilkan buatu budaya (nilai), serta Al-Baqarah sebagai Fustatul Qur’an yang

(6)

memuat beberapa hukum Allah utamanya menjadi pengingat hakikat keberadaan hamba dan manusia untuk beribadah dan berbuat baik yang mengusung nilai ketuhanan, kemanusiaan, dan keummatan. Nilai-nilai pada Al-Baqarah berbicara tentang nilai moral mengenai iman, ibadah, akhlak yang harus di pelajari serta diamalkan. Maka dari itu pentingnya nilai-nilai dalam Al-Baqarah pada etika profesi khususnya yang akan diteliti pada lingkup profesi.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: “Berdasarkan Al- Baqarah dan Pancasila, bagaimana pertanggungjawaban akuntan terhadap nilai- nilai prinsip dasar akuntan Indonesia?”

1.3 Tujuan Penelitian

Dengan adanya rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertanggungjawaban akuntan terhadap nilai-nilai prinsip dasar berdasarkan Al-Baqarah dan Pancasila

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaaat baik secara teoritis dan praktis oleh berbagai pihak. Adapun manfaat penelitian ini, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat berkontribusi bagi pembaca dalam pengembangan ilmu akuntansi khususnya fokus pada prinsip dasar akuntan Indonesia serta menjadi referensi untuk penelitian sejenis.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Ikatan Akuntan Indonesia

(7)

Penelitian ini dapat menjadi referensi Ikatan Akuntan Indonesia untuk menyusun prinsip dasar akuntan Indonesia dengan mempertimbangkan budaya dan permasalahan yang terjadi di Indonesia.

Dikarenakan adanya akuntan syariah maka di prinsip dasar akuntan berlandaskan nilai-nilai Islam.

b) Bagi Lembaga Pendidikan

Selaku fasilitator calon akuntan khususnya Universitas Muhammadiyah Malang dapat menambah pendidikan kode etik calon akuntan, tidak hanya softskill dan hardskill mahasiswa/i namun diperlukan kualitas kepribadian sumber daya manusianya. Dengan penerapan pendidikan tersebut sejak dini mampu menjaga kualitas calon akuntan.

Referensi

Dokumen terkait

kelapangan untuk melakukan wawancara kepada pegawai BAZNAS Kabupaten Enrekang. Sumber data berdasarkan pada data langsung dari subyek lapangan, baik data primer

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan lokasi yang paling tepat untuk dikembangkan sebagai Taman Penyembuhan di Universitas Sumatera Utara dan menemukan karakter serta

Setiap kelompok praktikum wajib menyerahkan laporan singkat (tulis tangan/ ketik komputer dengan seizin dosen pembimbing) atau laporan lengkap (wajib diketik komputer)

Didalam tanggung jawab pengangkut atas kerusakan barang tersebut diwujudkan melalui pemberian ganti rugi, seperti yang tercantum dalam pasal 472 KUHD sebagaimana

Grup A&B Kuliah: “Pencitraan pada Kelainan Sistem Kardiovaskuler Secara Umum” dr.Rozetti, Sp.Rad Grup A&B Kuliah: ”Penyakit Jantung Bawaan Non

terhadap skripsi yang penulis ajukan yang berjudul "PENGARUH BELAJAR MUHADATSAH TERFIADAP BELAJAR BAT{ASA ARAB SISWA KELAS II PUTRI MAKN SURAKARTA." Maka

Pada saat Undang-Undang ini berlaku, seluruh permohonan dan/atau gugatan yang diterima Mahkamah Agung dan belum diputus berdasarkan ketentuan Pasal III Aturan Peralihan

Kaplan dan Norton menyatakan bahwa Balanced Scorecard terdiri dari kartu skor (scorecard) dan berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk