~ 45 ~
MAJELIS DIKTI DAN LITBANG PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ENREKANG
SK Mendikbud RI Nomor: 300/M/2020, 19 Februari 2020
Volume 2 Nomor 2 (2020) ISSN Online : 2716-4446
Pengembangan Pendekatan Creative Problem Solving
Pratiwi: Haslinda; Khalik; Tri Wijaya; M. Yasdar; Syaparuddin; Elihami;
Ilham: Tasri: Husni: Haerullah; Hasnidar;
Abstrak
Kemampuan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa yang merupakan kompetensi yang harus dikembangkan untuk menghadapi masa depan di era revolusi industry 4.0.
Pelaksanaan penelitian pada mahasiswa mahasiswa semester tiga Pendidikan Nonformal Universitas MUhammadiyah Enrekang. Tujuan dari aktivitas mahasiswa dan dosen selama proses perkulihaan dengan pendekatan saintifik, mendeskripsikan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa melalui pendekatan saintifik. Penelitian ini menggunakan critical review melalui field research. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan aktivitas mahasiswa dan dosen selama pembelajaran dan lembar tes berpikir kreatif mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa dengan presentase 70 % pada tahap awal menjadi 76 % pada tahap kedua, aktivitas dosen juga mengalami peningkatan dari 79% pada tahap pertama menjadi 81% pada tahap kedua. Sedangkan aktivitas mahasiwa meningkat dari 75% pada tahap pertama menjadi 78 pada tahap kedua. Berdasarkan hasil penelitian ini dosen disarankan dapat menerapkan pendekatan saintifik untuk mengembangkan kompetensi lain yang dibutuhkan di era masyarakat 5.0.
Kata Kunci: Mahasiswa; Pendekatan Saintifik, Berpikir kreatif Abstract
Students' creative thinking skills are competencies that must be developed to face the future in the era of the industrial revolution 4.0. The research was carried out on the third semester students of Nonformal Education at the University of MUhammadiyah Enrekang. The purpose of student and lecturer activities during the lecture process with a scientific approach is to describe students' creative thinking skills through a scientific approach. This study uses a critical review through field research. The instruments used in this study were student and lecturer activity observation sheets during learning and student creative thinking test sheets. The results showed that there was an increase in students' creative thinking skills with a percentage of 70% in the initial stage to 76% in the second stage, lecturer activity also increased from 79% in the first stage to 81% in the second stage. Meanwhile, student activity increased from 75% in the first stage to 78 in the second stage. Based on the results of this study, lecturers are advised to apply a scientific approach to develop other competencies needed in the era of society 5.0.
Keywords: Students; Scientific approach, creative thinking
~ 1 ~ Latar Belakang
Pendidikan merupakan cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang bermartabat dan berdimensi spiritual dalam pembangunan negara secara universalitas, (Elihami, E., &
Syahid, A, 2018). Oleh karena itu, pendidikan harus mendapatkan prioritas utama dari pemerintah dan masyarakat yang mengacu pada kurikulum 2013, (Hami, E., & Idris, M, 2015). Ironisnya, pendidikan di Indonesia pada umumnya masih
menggunakan proses
pembelajaran konvensional yang menyebabkan rendahnya kemampuan berpikir peserta didik (Nikmah, Wildan &
Munatri, 2015). Padahal menurut Abidin (2013), pada abad 21 minimal ada empat kompetensi yang harus dikuasai yakni kemampuan berpikir kreatif, kemampuan pemahaman yang tinggi, berkomunikasi serta kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berkolaborasi.
Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kompetensi yang sangat diperlukan untuk menghadapi masa persaingan global.
Kemampuan berpikir kreatif merupakan suatu proses berpikir yang menghasilkan suatu ide, gagasan yang baru secara luas dan bermacam-macam. Proses berpikir tersebut melibatkan unsur–unsur kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility), orisinalitas (originality), dan kerincian (elaboration).
Kemampuan berpikir kreatif sangat dipengaruhi keyakinan diri pada peserta didik itu sendiri. Menurut hasil penelitian Kisti dan Aini (2012) terdapat hubungan yang signifikan antara kretivitas dan self efficacy. Keyakinan diri yang dimaksud adalah self efficacy. Self efficacy merupakan suatu keyakinan dari seseorang untuk menampilkan tindakan baru yang digunakan untuk mengatasi suatu masalah dalam rangka mencapai tujuan.
Menurut Bandura self efficacy terbagi menjadi tiga dimensi, yakni dimensi level, strenght, dan generality (Masraroh, 2012).
Minimnya peserta didik yang menyampaikan pendapat disebabkan karena kurangnya ragam pendapat yang disebabkan sedikitnya ide-ide yang muncul. Ide-ide yang muncul sangat erat kaitannya dengan kemampuan berpikir kreatif, (Yasdar, 2020). Seperti yang dinyatakan Munandar (2012) salah satu ciri tingginya kemampuan berpikir kreatif di antaranya adalah kemampuan menyampaikan
pendapat/gagasan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketidakmampuan peserta didik dalam memberikan gagasan pemecahan masalah menunjukkan masih rendahnya kemampuan berpikir kreatif peserta didik dikelas tersebut.
Berdasarkan
dokumentasi data yang penulis kumpulkan selama mengajarkan
~ 2 ~ materi Analisis Vektor diperoleh nilai tes tertulis selama 3 (tiga) tahun terakhir tentang menganalisis gerak parabola, dan gerak melingkar dengan menggunakan vektor, materi ajar kinematika dengan analisis vektor, diketahui bahwa hasil jawaban peserta didik ketika mengerjakan soal berupa
uraian, kemampuan
menjabarkan jawaban secara kreatif, detail, dan tepat kurang dari standar nilai yang ditetapkan setelah proses pembelajaran. tahun pelajaran 2018/2019 jumlah peserta didik yang tuntas belajar Ilmu Pendidikannya mencapai 57,35% dengan nilai rata-rata kelas 54,25. Pada tahun akademik 2018/2019 jumlah peserta didik yang tuntas belajar Ilmu Pendidikannya mencapai 64,72% dengan nilai rata-rata kelas 60,57. Pada tahun pelajaran 2016/2017 jumlah peserta didik yang tuntas belajar Ilmu Pendidikannya mencapai 62,85% dengan nilai ratarata kelas 63,43.
Nilai-nilai yang diperoleh rata-rata, yaitu C.
Mencermati permasalahan di atas, menunjukkan bahwa dalam melaksanakan proses pembelajaran Ilmu Pendidikan masih dibutuhkan suatu perencanaan yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan baik secara individu maupun kelompok. Untuk
meningkatkan kondisi tersebut, salah satu upaya nyata yang dapat dilakukan guru adalah melakukan suatu tindakan berupa pendekatan problem solving di kelas. Tindakan itu diperbuat oleh seorang guru dan dapat berjalan dengan baik jika dalam proses pembelajaran diikuti dengan penggunaan model pembelajaran yang saling berkaitan. Penggunaan model pembelajaran itu adalah model Creative Problem Solving (CPS).
Metode Penelitian
Berpedoman dari perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang dilakukan yakni qualitative research. Waktu pelaksanaan penelitian pada semester gasal Tahun Pelajaran 2018/2019.
Subjek penelitian adalah mahasiswa pendidikan Nonformal melalui ilmu
pendidikan Tahun
akademik2018/2019 yang berjumlah 44 orang, terdiri dari 24 orang siswa laki-laki dan 20 orang siswa perempuan. Objek penelitian ini adalah pendekatan CPS yang diterapkan dalam proses pembelajaran Ilmu Pendidikan Tahun Pelajaran 2018/2019.
Dalam penelitian ini data diolah menggunakan analisis statistik deskriptif
~ 3 ~ Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penggunaan model pembelajaran CPS yang sesuai akan berdampak terhadap pendekatan problem solving dalam proses pembelajaran sehingga materi Ilmu Pendidikan yang akan diajarkan dan dibelajarkan oleh guru melalui penyampaian dan komunikasi yang baik diharapkan dapat memberikan kesempatan lebih banyak kepada peserta didik, membuka wawasan berpikir kreatif untuk memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi. Peserta didik tidak lagi bosan belajar Ilmu Pendidikan, bahkan peserta didik yang tadinya membenci pelajaran ini menjadi bersemangat dan mulai menyukai Ilmu Pendidikan sedikit demi sedikit. (Hikmah dan Natsir, 2009). Myrmel (2003) mengatakan Teachers should spend time discussing the thinking process. This would
help students to begin to “think about thinking.” Students learn about facts and figures from a young age and need to be exposed to creative problem solving styles of thinking.
Pernyataan itu menggambarkan
bahwa pada
pembelajarantertentu,
penggunaan creative problem solving memberikan suatu solusi bagi dosen dan mahasiswa untuk membantu para peserta didik kreatif dalam belajar memahami suatu fakta dan gambar gambar dalam menyelesaikan masalah yang semakin hari semakin komplek, (Husni, dkk., 2020).
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, dapat memberikan suatu gambaran bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar Ilmu Pendidikan terletak pada tindakan yang diperbuat oleh guru, yakni melalui pendekatan CPS di kelas, (Wijaya, dkk., 2020). Jadi yang diperlukan adalah kesempatan peserta didik untuk dilatih melalui pembelajaran Ilmu Pendidikan, (Tahir, dkk., 2020). Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti harus melakukan tindakan melalui penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Berpikir Kreatif Dan Hasil Belajar Ilmu Pendidikan Melalui Pendekatan Creative Problem Solving (CPS), (Syaripuddin, dkk., 2020). Pendidikan nasional diarahkan dengan tujuan untuk mengembangkan keterampilan
~ 4 ~ peserta didik dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam UU No 20 pasal 03 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa salah satu tujuan Pendidikan nasional adalah terciptanya peserta didik yang kreatif. Pada era globalisasi, keterampilan berpikir kreatif menjadi bekal Dalam menyongsong revolusi industri 4.0.
Mata kuliah Ilmu Pendidikan terapan sebagai bagian dari sains dalam menghadapi revolusi industri di era globalisasi membekali peserta didik dengan kompetensi teori dan konsep Ilmu Pendidikan agar menunjang terciptanya keterampilan berpikir kreatif. Ilmu Pendidikan terapan pada hakikatnya tidak hanya mengajarkan pengetahuan (kognitif) saja, tetapi juga melatihkan sikap dan keterampilan yang dibutuhkan peserta didik dalam mengatasi berbagai masalah yang ada dan belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Jika selama ini Ilmu Pendidikan dianggap sebagai ilmu tentang rumus dan soal-soal, maka sudah saatnya bagi peserta didik untuk menjadi lebih akrab dengan Ilmu
Pendidikan. Untuk
menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik maka proses pembelajaran di dalam kelas harus diselenggarakan dengan baik dan bermutu
Realita di lapangan, beberapa permasalahan yang terjadi adalah peserta didik masih kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan Ilmu Pendidikan yang menuntut cara berpikir luwes dalam menghubungkan formulasi dan aplikasi dalam kehidupan sehari- hari. Berdasarkan analisis dari hasil wawancara, bahwa permasalahan yang terjadi disebabkan karena rendahnya kemampuan peserta didik dalam mengeksplorasi pengetahuan dan keterbatasan daya nalar yang berdampak pada rendahnya keterampilan berpikir kreatif peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan Ilmu Pendidikan. Selain itu, dalam proses pembelajaran peserta didik kurang dilatih menggunakan keterampilan berpikir dengan bahasa sendiri dan mereka terbiasa dengan sistem pembelajaran seperti mendengarkan penjelasan dosen dan mengerjakan latihan soal yang berbasis tingkat pemahaman saja. Pembelajaran masih berpusat pada dosen dan Peserta didik tidak memiliki
kesempatan untuk
mengembangkan cara berpikir dan memvariasikan tingkat pemahamannya dalam menelaah materi yang diperoleh selama proses pembelajaran di dalam
~ 5 ~ kelas. secara tidak langsung hal ini membatasi ruang lingkup peserta didik dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif yang dimiliki
Menumbuhkan
keterampilan berpikir kreatif sangat penting dalam dunia pendidikan, karena dengan adanya keterampilan berpikir kreatif peserta didik akan mampu mengambil keputusan yang tepat dalam suatu permasalahan. lima indikator berpikir kreatif, yaitu: 1.
Kepekaan (problem sensitivity), adalah keterampilan mendeteksi, mengenali, dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi, atau masalah; 2.
Kelancaran (fluency), adalah
keterampilan untuk
menghasilkan banyak gagasan; 3.
Keluwesan (flexibility), adalah
keterampilan untuk
mengemukakan bermacam-
macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah; 4.
keaslian (originality), adalah keterampilan untuk mencetuskan gagsan dengan cara-cara yang asli, tidak klise, dan jarang diberikan kebanyakan orang; 5.
Elaborasi (elaboration), adalah keterampilan menambah suatu situasi atau masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang didalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar, model dan kata-kata.
Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pendekatan sintifik adalah proses pembelajaran yang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, (Rustiani, dkk., 2020), hukum atau prinsip melalui tahapan- tahapan mengamati(untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah)
merumuskan masalah, (Rahman, dkk., 2020), mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan, (Ismail, dkk. , 2020).
Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik (Husni, dkk., 2020).
~ 6 ~ Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductivereasoning).
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik berpusat pada peserta didik, melibatkan keterampilan proses Sains, melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi dan dapat mengembangkan karakter peserta didik, sedangkan beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: Pembelajaran berpusat pada peserta didik, pembelajaran membentuk student self concept, pembelajaran terhindar dari verbalisme, pembelajaran memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengasimilasi dan
mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip, pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir peserta didik, pembelajaran mendorong motivasi peserta didik dan motivasi mengajar guru, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih kemampuan dalam komunikasi, adanya proses validasi terhadap konsep, hukum dan prinsip yang dikonstruksi peserta didik dalam struktur kognitifnya.
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan saintifik adalah Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi, untuk membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistemik, terciptanya kondisi pembelajaran di mana peserta didik merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan, diperolehnya hasil belajar yang tinggi, untuk melatih peserta didik dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah, untuk mengembangkan karakter peserta didik.
Berikut ini Penjabaran langkah-langkah Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran tematik terpadu. Kegiatan pertama adalah mengamati (Observing), kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat).
Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi (Kemdikbud, 2013). Observing adalah kegiatan studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Selanjutnya yaitu menanya (Questioning), Langkah kedua dalam pendekatan saintifik adalah menanya (Questioning). Kegiatan belajar
~ 7 ~ menanya dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Kegiatan ketiga yaitu mengumpulkan
informasi/Eksperimen
(Mencoba), kegiatan
“mengumpulkan informasi”
merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Dalam Kemdikbud (2014:72), "mengumpulkan informasi/eksperimen kegiatan pembelajarannya antara lain melakukan eksperimen;membaca sumber lain selain buku teks;
mengamati
objek/kejadian/aktivitas; dan wawancara dengan narasumber.”
Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengumpulkan informasi/ eksperimen adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara
yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat (Hosnan, 2014:57).
Langkah berikutnya dalam pendekatan saintifik adalah menalar/mengolah informasi.
Menurut Hosnan (2014:67) Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Hal ini menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan perilaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru.
Kegiatan terakhir adalah mengkomunikasaikan, kegiatan belajar mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Kompetesi yang dikembangkan
dalam tahapan
mengkomunikasikan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
Ruggiero (1998) mengartikan berpikir sebagai suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan (fulfill a desire to understand).
~ 8 ~ Pendapat ini menunjukkan bahwa ketika seseorang merumuskan suatu masalah, memecahkan masalah, ataupun ingin memahami sesuatu, maka ia melakukan suatu aktivitas berpikir.
Berpikir kreatif adalah proses mengetahui masalah-masalah atau gap-gap dalam informasi, membentuk ide-ide atau hipotesa-hipotesa, menguji dan mengidentifikasi hipotesa- hipotesa tersebut, dan mengkomunikasikan hasil- hasilnya. Berpikir kreatif melibatkan kemampuan untuk memproduksi ide-ide orisinil, merasakan hubungan-hubungan baru dan tidak dicurigai atau membangun sebuah rangkaian unik dan baik diantara faktor- faktor yang nampaknya tidak saling berkaitan. Berpikir kreatif tidak melibatkan hanya satu jenis perilaku manusia. Mungkin saja semua semua orang yang memiliki daya berpikir kreatif, tetapi pada tingkatan yang berbeda. D.N Perkins juga menyebutkan bahwa kreativitas itu tidak sendirian, kemampuan khusus atau talenta, dan produk yang kreatif tidak bergantung kepada satu sifat saja, yaitu ide yang baru.
Pengertian ini
menunjukkan bahwa berpikir kreatif merupakan suatu proses yang digunakan ketika seorang individu mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru untuk memecahkan masalah. Ide baru tersebut merupakan
gabungan ide-ide sebelumnya yang belum pernah diwujudkan.
Pengertian berpikir kreatif ini ditandai adanya ide baru yang dimunculkan sebagai hasil dari proses berpikir tersebut. Berdasar pendapat-pendapat tersebut, maka berpikir kreatif dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan seorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru.
Karakteristik berpikir kreatif bisa mengakomodir personalan terkini dan kompleks, (Khalik, M. F.dkk., 2020) meliputi, Pertama Orisinalitas, kategori orisinalitas mengacu pada keunikan dari respon apapun yang diberikan.
Orisinalitas yang ditunjukkan oleh sebuah respon yang tidak biasa, unik dan jarang terjadi.
Berpikir tentang masa depan bisa juga memberikan stimulasi ide- ide orisinil. Jenis-jenis pertanyaan yang digunakan untuk menguji kemampuan ini adalah tuntutan penggunaan-penggunaan yang menarik dari obyek-obyek umum.
Ciri-ciri orisinalitas diantaranya, 1) mampu melahirkan ungkapan baru atau unik, 2) mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim pada bagian- bagian atau unsur-unsur, 3) memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri (Abbas, M. A. A., Sari, N., Nasra, N., & Elihami, E, 2020).
Kedua Elaborasi yaitu kemampuan untuk menguraikan sebuah obyek tertentu (Elihami,
~ 9 ~ E., & Saharuddin, A. , 2017).
Elaborasi adalah jembatan yang harus dilewati oleh seseorang untuk mengkomunikasikan ide kreatifnya kepada masyarakat.
Faktor inilah yang menentukan nilai dari ide apapun yang diberikan kepada orang lain diluar dirinya. Elaborasi ditunjukkan oleh sejumlah tambahan dan detail yang bisa dibuat untuk stimulus sederhana untuk membuatnya lebih kompleks.
Ciri-ciri elaborasi adalah 1) mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan, 2) memperinci detail-detail atau objek/gagasan sehingga menjadi
menarik, 3) mampu
memperkaya dan
mengembangkan suatu gagasan/produk.
Ketiga kelancaran, Guilford (dalam Filsaime: 2008) menyatakan bahwa kelancaran adalah kemampuan untuk menciptakan segudang ide. Ini mungkin merupakan salah satu indikator yang paling kuat dari berpikir kreatif, karena semakin banyak ide, maka semakin besar kemungkinan yang ada untuk memperoleh sebuah ide signifikan.
Ciri-ciri kelancaran diantaranya, 1) mencetuskan banyak ide, jawaban, 2) penyelesaian masalah atau pertanyaan, 3) memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, 4) selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. Keempat fleksibilitas, karakteristik ini menggambarkan kemampuan seseorang individu
untuk mengubah perangkat mentalnya ketika keadaan memerlukan untuk itu, atau kecenderungan untuk memandang sebuah masalah secara instan dari berbagai perspektif. Fleksibilitas adalah kemampuan untuk mengatasi rintangan-rintangan mental, mengubah pendekatan untuk sebuah masalah. Tidak terjebak dengan mengasumsikan aturan- aturan atau kondisi-kondisi yang tidak bisa diterapkan pada sebuah masalah.
Fleksibilitas memiliki ciri-ciri 1) menghasilkan gagasan, 2) jawaban dan pertanyaan yang bervariasi, 3) dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, 4) mampu mengubah suatu pendekatan atau pemikiran.
Keempat karakteristik berpikir kreatif memberikan suatu pandangan tentang proses kreatif yang akan membantu individu untuk menciptakan ide- ide kreatif dan menyelesaikan masalah-masalah tertentu didalam proses hidup. Ada beberapa aspek penting dalam berpikir kreatif. Pertama dia mampu menemukan ide untuk membuat sesuatu. Kedua dia mampu menemukan bahan yang akan digunakan dalam membuat produk tersebut. Ketiga dia mampu melaksanakannya, dan terakhir mampu menghasilkan sesuatu.
Berpikir kreatif dan meningkatkan daya berpikir kreatif dapat menghilangkan penghalang-penghalang dari
~ 10 ~ daya berpikir kreatif, membuat mereka sadar akan asal usul berpikir kreatif, mengenalkan dan mempraktikkan strategi- strategi berpikir kreatif, (Hasnidar, H., & Elihami, E., 2019). Adapun langkahnya dengan menciptakan sebuah lingkungan kreatif.
Sedangkan penghalang- penghalang itu diantaranya, ketakukatan akan kegagalan, terlalu menekankan pada evaluasi dan motivasi internal.
Brainstorming adalah teknik yang bertujuan membantu kelompok kecil supaya dapat menghasilkan ide yang bermutu.
Ia berdasar pada sebuah konsep bahwa ide yang baik harus dipisahkan dari penilaian atau evaluasi terhadap mutu ide tersebut (Djafar, S., Nadar, N., Arwan, A., & Elihami, E., 2019).
Karena itu dalam brainstorming tidak ada kritik terhadap ide apapun, ide harus ditulis tanpa diedit, (Saharuddin, dkk, 2020), ide yang liar, lucu atau kurang berbobot dapat diterima, semua jenis saran dan pendapat sangat diharapkan dan memberikan kontribusi bersarkan pendapat dari orang lain dapat diterima, (Elihami, E., Rahamma, T., Dangnga, M. S., & Gunawan, N.
A. , 2019).
Model HOTS (High Order Thinking Skills) kemampuan berpikir tingkat tinggi yang menyebutkan bahwa berpikir kreatif tidak dapat dilihat (Eskarya, dkk., 2020), tetapi produk/hasil dari berpikir kreatif tersebut yang dapat dilihat.
Dengan model HOTS ini seseorang dapat melangkah dari tingkatan ilmu yang sangat dasar kepada tingkatan ilmu umum (generative) yang dianggap sebagai sesuatu yang diciptakan dan baru. Maka kalau ilmu umum telah dihasilkan berarti proses berpikir kreatif telah terjadi. Dari model HOTS dikembangkan menjadi model SHEMAP. SHEMAP adalah singkatan dengan mengambil huruf pertama dari perkataan berikut, Spekulasi, Hipotesis, Ekspansi, Modifikasi, Analogi, Prediksi. Kata-kata tersebut apabila dibuat sebagai kata kerja merupakan ketrampilan yang dibutuhkan untuk menjadi kreatif, dan tindakan membuat analogi dianggap sebagai ketrampilan yang pada akhirnya menciptakan kemampuan SHEMAP. Yang lebih penting setiap ketrampilan dapat menghasilkan pemikiran baru.
Berpikir spasial, sesorang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dengan melakukan aktitivitas berpikir spasial yaitu berpikir dengan cara mengubah ide yang ditulis dalam bentuk prosa ke nonprosa.
Kesimpulan
Model pembelajaran yang
dapat menumbuhkan
keterampilan berpikir kreatif peserta didik. Solusi yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran mata kuliah Ilmu Pendidikan terapan adalah memperbaiki
~ 11 ~ proses pembelajaran dengan
menggunakan model
pembelajaran yang sesuai yang dapat menumbuhkan aspek afektif, kognitif dan psikomotoris peserta didik. Model pembelajaran yang sesuai untuk menumbuhkan kemamapuan berpikir kreatif peserta didik pada mata kuliah Ilmu Pendidikan terapan adalah model Project Based Learning (PjBL). PjBL merupakan sebuah model yang mengatur pembelajaran melalui proyek-proyek tertentu. Proyek adalah tugas yang diberikan berdasarkan pertanyaan atau masalah yang menantang, melibatkan peserta didik dalam perancangan, pemecahan masalah, memberikan keputusan, atau menyelidiki aktivitas, memberikan hak secara otonomi selama periode waktu untuk
mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman dalam beraktifitas secara nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, M. A. A., Sari, N., Nasra, N., &
Elihami, E. (2020). PERANAN LAPANGAN PERLEMBAGAAN DI LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN DIAN AYU DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 122-138.
Alif, S., Irwan, A., & Elihami, E. (2020).
FORMING CHARACTERS OF EARLY CHILDREN IN NON-
FORMAL EDUCATION
UNITS. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 88-94.
Asbar, A., Kasdir, K., & Elihami, E.
(2020). Blended of Learning Styles through creative and
critical thinking. Edumaspul:
Jurnal Pendidikan, 4(2), 46-50.
Assidiq, I., Sulaiman, F., & Elihami, E.
(2020). Improving Learning Outcomes in Chemistry through Authentic Assessments of Students. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 4(2), 13-18.
BAHARUDDIN, B., ELIHAMI, E., ARIFIN, I., & WIYONO, B. B.
(2017). Kepemimpinan Moral Spiritual Kepala Paud Dalam Meningkatkan Pembelajaran Karakter Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Islam, 8(2), 103-122.
Baharuddin, E. Reading Approach Use, Effectiveness And EFL Reading Comprehension In University Muhammadiyah Of Parepare.
Busa, Y., Agusriandi, A., Elihami, E., &
Mutmainnah, M. (2020). FACING COVID-19 IN INDONESIA:
VARIATIONS OF LEARNING MEDIA AND ONLINE TEACHING LEARNING THROUGH YOU
TUBE AND ZOOM
APPLICATION. Journal of Critical Reviews, 7(19), 7427-7432.
Djafar, S., Nadar, N., Arwan, A., &
Elihami, E. (2019, October).
Increasing the Mathematics Learning through the Development of Vocational Mathematics Modules of STKIP Muhammadiyah Enrekang.
In International Conference on Natural and Social Sciences (ICONSS) Proceeding Series (pp.
246-251).
Elihami, E. (2016). Meningkatkan Hasil Belajar Al-Islam Dan Kemuhammadiyahan Melalui Kuis Dengan Umpan Balik Pada Mahasiswa Kelas. SAFINA:
Jurnal Pendidikan Agama Islam, 1(2), 27-37.
Elihami, E. (2019). Implementasi Layanan Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan Higher of Think Mahasiswa Berbasis Kampus Merdeka. EduPsyCouns:
Journal of Education, Psychology and Counseling, 1(1), 79-86.
Elihami, E. (2020). DEVELOPING THE NONFORMAL EDUCATION OF LEARNING IN MUHAMMADIYAH
UNIVERSITY OF
ENREKANG. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(2), 32-40.
~ 12 ~ Elihami, E. (2020). MANHAJ IJTIHAD
AND CHARACTERS OF
NONFORMAL EDUCATION STUDENTS IN DEALING WITH
INDUSTRIAL ERA
CHALLENGES 4.0. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(2), 51-60.
Elihami, E. Initiative of Thoughts from Indonesia to the world of the covid era. Novateur Publication.
Elihami, E., & Ekawati, E. (2020).
PERSEPSI REVOLUSI MENTAL ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(2), 16-31.
Elihami, E., & Firawati, F. (2017).
Transformasi Sosial dalam Nilai- Nilai Pendidikan Islam di Kabupaten Sidenreng Rappang. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 1(2), 51-60.
Elihami, E., & Ibrahim, I. (2020).
TEACHING TO VARIATION IN LEARNING FOR NON FORMAL EDUCATION
DEPARTMENT. JURNAL
EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 29-40.
Elihami, E., & Ismail, I. (2017).
INCREASING
STUDENTS’READING
COMPREHENSION THROUGH COGNITIVE STRATEGIES OF SENIOR HIGH SCHOOL OF
SIDENRENG RAPPANG
REGENCY. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 1(2), 61-70.
Elihami, E., & Saharuddin, A. (2017).
Peran Teknologi Pembelajaran Islam Dalam Organisasi Belajar. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 1(1), 1-8.
Elihami, E., & Suparman, S. (2020).
IMPROVING THE SKILLS OF CHILDREN MOZAIK THROUGH MERONCE IN MEDINA. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 29-32.
Elihami, E., & Syahid, A. (2018).
Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Karakter Pribadi yang Islami. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 2(1), 79-96.
Elihami, E., & Syarif, I. (2017, November). Leadership Management And Education
Planning: Developing The Entrepreneurship Training Of Islamic Education. In International Conference On Education (Vol. 1, No. 1).
Elihami, E., Ismail, I., Suparman, S., &
Patintingan, A. (2018). EFFECTS OF PUBLICATION ON SINTA RISTEKDIKTI IN INDONESIA
HIGHER EDUCATION
INSTITUTIONS. EFFECTS OF PUBLICATION ON SINTA RISTEKDIKTI IN INDONESIA
HIGHER EDUCATION
INSTITUTIONS, 15(1), 22-22.
Elihami, E., Mulyadi, M., & Busa, Y.
CHILDREN'S TALKING BY USING FLANNEL PAPER MEDIA IN PLAY GROUPS.
Elihami, E., Nurdin, N., Syam, N. I., Saidang, S., & Mustakim, M.
(2020). THE USEFULNESS OF EDUCATIONAL MEDIA FOR TEACHING
EVALUATION. Journal of Critical Reviews, 7(9), 657-661.
Elihami, E., Rahamma, T., Dangnga, M.
S., & Gunawan, N. A. (2019, October). Increasing Learning Outcomes of the Islamic Education through the Buginese Falsafah in Ajatappareng Region.
In International Conference on Natural and Social Sciences (ICONSS) Proceeding Series (pp.
429-435).
Elihami, E., Suparman, S., Busa, Y., &
Saharuddin, A. (2019).
Pembelajaran Kooperatif Model Think-Pair-Share Dalam Dunia Iptek. Prosiding, 4(1).
Elihami, S. P. (2019). Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Melalui Pendidikan Karakter.
Rasibook.
Eskarya, H., & Elihami, E. (2020). THE INSTITUTIONAL ROLE OF
FARMER GROUPS TO
DEVELOP THE PRODUCTION OF COCOA. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 81-87.
Faisal, F., & Elihami, E. (2020).
DEVELOPING THE CAPACITY OF SOCIAL SCIENCES TEAHAERS IN BRINGING LIFE TO THE CLASS THROUGH INTESIVE CLINICAL. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 115-121.
~ 13 ~ Faisal, F., Risal, A., Hardianto, H., &
Elihami, E. (2020). NONFORMAL EDUCATION AND REDUCTION OF POVERTY IN RURAL AREAS. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 106-114.
Firawati, F. (2017). Transformasi Sosial dalam Nilai-Nilai Pendidikan Islam di Kabupaten Sidenreng Rappang. Edumaspul-Jurnal Pendidikan, 1(1), 25-35.
Hami, E. (2016). Korelasi Antara Kemampuan Berpikir Ilmiah Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Jurusan Bimbingan Dan Konseling. Istiqra: Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam, 3(2).
Hami, E., & Idris, M. (2015). Pengaruh Implementasi Kurikulum 2013 Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik Dalam Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di Sman 1 Panca Lautang Sidrap. Istiqra: Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam, 2(2).
Haslinda, H., & Elihami, E. (2020).
DEVELOPING OF CHILDRENS PARK PROGRAM ‘SITTI KHADIJAH’IN ENREKANG DISTRICT. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 41-47.
Hasnidar, H., & Elihami, E. (2019). The management Model of National Character Education for Early Childhood Education through
based on
Democracy. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 3(1), 15-19.
Hasnidar, H., & Elihami, E. (2020).
PENGARUH PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR PKn MURID SEKOLAH DASAR. Mahaguru: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1(1), 42-47.
Hasnidar, H., Sulihin, S., & Elihami, E.
(2020). Developing of Multiple Intelligences in students with the Two Stay Two Strays Type. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 4(2), 7-12.
Husni, H., & Elihami, E. (2020). THE MULTI-FUNCTIONAL
APPLICATION OF
TEACHERS. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 148-153.
Ismail, I., & Elihami, E. (2019). Pelatihan Penyusunan Artikel Publikasi Ilmiah bagi Mahasiswa Perguruan Tinggi STKIP Muhammadiyah Enrekang. MASPUL JOURNAL
OF COMMUNITY
EMPOWERMENT, 1(1), 12-20.
Ismail, I., Elihami, E., & Mustakim, M.
(2019). Students’ Perceptions of the Benefits of Mobile Polling Technology in Teaching and Learning in College: Implications of Students’ Participation and academic Performance. Jurnal Pendidikan Progresif, 9(1), 89- 104.
Jabri, U., Elihami, E., & Ibrahim, I.
(2020). THE EFFECTS OF APPROACH INSTRUCTION ON
STUDENT’S READING
PERFORMANCE. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 72-80.
Khalik, M. F., Asbar, A., & Elihami, E.
(2020). THE QUALITY OF
HUMAN RESOURCE IN
ENREKANG DISTRICT. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 63-71.
Meutia, F. S., Sulaiman, F., Elihami, E.,
& Syarif, S. (2020). Leadership Education and Economic Planning: Motivation the Entrepreneurship
Learning. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 4(2), 90-95.
Mustakim, M., & Elihami, E. (2020).
UNDERSTANDING INDONESIA LANGUAGE AND CULTURE AT
LONGQI ELEMENTARY
SCHOOL TAINAN–TAIWAN ROC. MASPUL JOURNAL OF COMMUNITY
EMPOWERMENT, 1(1), 54-61 Mustakim, M., Musdalifah, M., &
Elihami, E. (2020). TEACHING INDONESIA LANGUAGE FOR KUN SHAN UNIVERSITY
STUDENTS AND
VOLUNTEERING FOR CAMPUS GUESTS FROM INDONESIAN UNIVERSITIES TAINAN–
TAIWAN ROC. MASPUL
JOURNAL OF COMMUNITY EMPOWERMENT, 1(1), 42-53.
Patintingan, A., Elihami, E., Mustakim, M., & Lateh, N. (2020).
INFORMAL LEARNING AND NONFORMAL EDUCATION IN
~ 14 ~
RANTE LIMBONG
COMMUNITY. JURNAL
EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 166-172.
Rahman, M. I., Assidiq, I., Ismail, I., &
Elihami, E. (2020). THE
IMPLEMENTATION OF
ENGLISH LANGUAGE
TUTORING" ENGLISH IS EASY"
AND CHEAP": Activity as a Method to Improved English Language Skill of Children and Adolescents at Makassar City. MASPUL JOURNAL OF COMMUNITY
EMPOWERMENT, 1(1), 62-69.
Rahman, M. I., Mustakim, M., & Elihami, E. (2020). THE CAPABILITY ENHANCEMENT TRAINING READING COMPREHENSION:
First and Second Grade in Enrekang Regency through Pictorial Story Media and SQ3R Method. MASPUL JOURNAL OF COMMUNITY
EMPOWERMENT, 1(1), 70-79.
Rustiani, R., Djafar, S., Rusnim, R., Nadar, N., Arwan, A., & Elihami, E. (2019, October). Measuring Usable Knowledge: Teacher’s Analyses of Mathematics for Teaching Quality and Student Learning. In International Conference on Natural and Social Sciences (ICONSS) Proceeding Series (pp. 239-245).
Saharuddin, A., Wijaya, T., Elihami, E.,
& Ibrahim, I. (2020). LITERATION
OF EDUCATION AND
INNOVATION BUSINESS ENGINEERING
TECHNOLOGY. JURNAL
EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 48-55.
Sulaiman, F., & Elihami, E. (2020).
Teaching Variation Development through tutoring in optimizing student achievement. Edumaspul:
Jurnal Pendidikan, 4(2), 102-107.
Syahrir, S. (2020). STORY METHOD IN ISLAMIC EDUCATION IN EARLY CHILDREN'S
EDUCATION. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 100-105.
Syaparuddin, S., & Elihami, E. (2020).
IMPROVING STUDENT
LEARNING MOTIVATION THROUGH THE UTILIZATION OF VIDEO MEDIA IN
EDUCATION
STUDENTS. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(2), 228-235.
Syaparuddin, S., & Elihami, E. (2020).
PENINGKATAN KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) DAN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) SISWA SEKOLAH DASAR SD NEGERI 4 BILOKKA SEBAGAI
UPAYA MENINGKATKAN
KUALITAS DIRI DALAM PROSES PEMBELAJARAN PKn. Mahaguru: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1(1), 11-29.
SYAPARUDDIN, S., MELDIANUS, M., &
Elihami, E. (2020). Strategi Pembelajaran Aktif dalam Meningkatkan Motivasi Belajar PKn Peserta Didik. Mahaguru:
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1(1), 30-41.
Syarif, I., & Elihami, E. (2020).
Pengadaan Taman Baca dan Perpustakaan Keliling sebagai Solusi Cerdas dalam Meningkatkan Minat Baca Peserta Didik SDN 30 Parombean Kecamatan Curio. MASPUL JOURNAL OF COMMUNITY EMPOWERMENT, 1(1), 109-117 Tahir, M., & Elihami, E. (2020).
PENINGKATAN VARIASI MENGAJAR PADA PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA SEMESTER TIGA DI PRODI PENDIDIKAN NONFORMAL
STKIP MUHAMMADIYAH
ENREKANG. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 201-209.
Tasrim, T., & Elihami, E. (2020).
MOTIVASI KERJA PENDIDIK
DALAM MENINGKATKAN
MANAJEMEN LEMBAGA
PENDIDIKAN DASAR. Mahaguru:
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1(1), 48-53.
Wijaya, T., Elihami, E., & Ibrahim, I.
(2020). STUDENT AND FACULTY OF ENGAGEMENT IN NONFORMAL
EDUCATION. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 139-147.
Yasdar, M., Djafar, S., Elihami, E., &
Faisal, F. (2020). Teaching Methods Used by Teachers in
Primary Schools
Inclusive. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 4(2), 108-114.