• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN ORANG TUA TERHADAP PENGETAHUAN SEKS PADA ANAK USIA DINI (STUDI KASUS DI DESA CAMBAYA KECAMATAN UJUNG TANAH MAKASSAR) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN ORANG TUA TERHADAP PENGETAHUAN SEKS PADA ANAK USIA DINI (STUDI KASUS DI DESA CAMBAYA KECAMATAN UJUNG TANAH MAKASSAR) SKRIPSI"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Meraih Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

ANDI NUR ANDRIANI ACHMAD 10538 2491 12

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI Oktober 2016

i

(2)

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ANDI NUR ANDRIANI ACHMAD

NIM : 10538 2491 12 Jurusan : Pendidikan Sosiologi Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, saya yang menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam penyusunan skripsi ini, saya selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi ini.

4. Apabila melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian surat perjanjian ini saya buat dengan sebenarnya dan penuh kesadaran.

Makassar, Agustus 2016 Yang membuat perjanjian

Andi Nur Andriani Achmad NIM : 10538 2491 12 Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi

Dr. H. Nursalam, M.Si NBM: 951829

vi

(3)

Peran orang tua terhadap pengetahuan seks pada anak usia dini (studi kasus di desa cambaya kecamatan ujung tanah Makassar).

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Skripsi :

Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama : ANDI NUR ANDRIANI ACHMAD

NIM : 10538 2491 12

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Setelah diteliti dan diperiksa ulang, skripsi ini telah memenuhi syarat untuk dipertanggung jawabkan di depan tim penguji skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Oktober 2016 Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

SULFASYAH, M.A., Ph.D Muhammad Nawir, S.Ag.,M.Pd

Mengetahui,

Dekan FKIP Ketua Jurusan

Universitas Muhammadiyah Makassar Pendidikan Sosiologi

Dr. A. Sukri Syamsuri, M.Hum Dr. H. Nursalam, M.Si

NBM. 858 625 NBM: 951829

(4)

Peran orang tua terhadap pengetahuan seks pada anak usia dini (studi kasus di desa cambaya kecamatan ujung tanah Makassar).

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi :

Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama : ANDI NUR ANDRIANI ACHMAD

NIM : 10538 2491 12

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Setelah diteliti dan diperiksa ulang, skripsi ini telah memenuhi syarat untuk dipertanggungjawabkan di depan tim penguji skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Agustus 2016 Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

SULFASYAH, M.A., Ph.D Muhammad Nawir, S.Ag.,M.Pd

Mengetahui,

Dekan FKIP Ketua Jurusan

Universitas Muhammadiyah Makassar Pendidikan Sosiologi

Dr. A. Sukri Syamsuri, M.Hum Dr. H. Nursalam, M.Si

NBM. 858 625 NBM: 951829

(5)

Peran Orang Tua Terhadap Pengetahuan Seks Pada Anak Usia Dini (Studi Kasus Di Desa Cambaya Kecamatan Ujung Tanah Makassar)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ANDI NUR ANDRIANI ACHMAD

Stambuk : 10538 2491 12 Jurusan : Pendidikan Sosiologi Judul Skripsi :

Dengan ini menyatakan bahwa:

Skripsi yang saya ajukan di depan Tim Penguji adalah hasil karya sendiri, bukan hasil jiplakan atau dibuatkan oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Agustus 2016 Yang membuat pernyataan

Andi Nur Andriani Achmad Diketahui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Sulfasyah, M.A., Ph.D.. Muhammad Nawir, S.Ag.,M.Pd.

v

(6)

KARTU KONTROL BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Andi Nur Andriani Achmad

Stambuk : 10538 2491 12

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Fakultas : Keguruan Dan Ilmu pendidikan Pembimbing : Sulfasyah, M.A., Ph.D

Judul Skripsi : Peran orang tua terhadap pengetahuan seks pada anak usia dini (studi kasus di desa cambaya kecamatan ujung tanah Makassar)

Konsultasi Pembimbing I

No. Hari/Tanggal Uraian Perbaikan Tanda

Tangan

Catatan:

Mahasiswa hanya dapat mengikuti ujian skripsi jika sudah konsultasi ke dosen pembimbing minimal 3 kali.

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi

Dr. H. Nursalam,M.Si.

NBM. 951 829

(7)

KARTU KONTROL BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Andi Nur Andriani Achmad

Stambuk : 10538 2491 12

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Fakultas : Keguruan Dan Ilmu pendidikan Pembimbing :Muhammad Nawir, S.Ag., M.Pd.

Judul Skripsi : Peran orang tua terhadap pengetahuan seks pada anak usia dini (studi kasus di desa cambaya kecamatan ujung tanah Makassar)

Konsultasi Pembimbing II

No. Hari/Tanggal Uraian Perbaikan Tanda

Tangan

Catatan:

Mahasiswa hanya dapat mengikuti ujian skripsi jika sudah konsultasi ke dosen pembimbing minimal 3 kali.

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi

Dr. H. Nursalam,M.Si.

NBM. 951 829

(8)
(9)

MAN JADDA WAJADA

Siapa Bersungguh-Sunggu Pasti Berhasil

MAN SHABARA ZHAFIRA

Siapa Yang Bersabar Pasti Beruntung

MAN SARA ALA DARBI WASHALA

Siapa Menapaki Jalan-Nya Akan Sampai Ke Tujuan

Karena Kesuksesan Hanya Dapat Diraih Dengan Segala Upaya Dan Usaha Yang Disertai Dengan Doa, Karena Sesungguhnya Nasib Seseorang Manusia Tidak Akan Berubah Dengan Sendirinya Tanpa Berusaha.

karya sederhana ini

kupersembahkan kepada ayahanda Achmad dan ibunda Ina, dan saudariku (lulu dan lili) dan orang-orang yang telah mencurahkan kasih sayang yang tulus, yang selalu berdoa untuk keselamatan, yang mencintai dan menyayangiku dengan sepenuh hati.

viii

(10)

Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Nomcr: 120 Tahun r43g Hi 2016 M, sebagai salah satu syarat $ma mempercleh Gelar sarjana peudidiknn pada

Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ihnu pendidikao Universitas Muhamrnadiyah Makassar, yudisium pada hari senin, 14 November 2016.

2ti Rabiul Awal. I438 i-l ber 2016 M

Fi

T}A}{ITIA UJL{N

Fengawas Limum Keam

Sekretaris Penguji

: Fr. Fi. ,ti:d. Rahrqar: ftahirn. S. E," h.{hd

:i}r'. H. Aitdi Srikri Sy;rn:suri. &..{.Fiux:.

: Khx*nrddin. S.Fd.. Lt.pri

1. Sulras.r,ah MA.. ph,D

2. Dra. H-i. SyahribLrlat K, M.pd.

i.

Fr:ofl Er. Ir, Derrrawan Salman. L4.S

4. 'lastif'Akili. B.pd". &{.f?d.

&4engetalrui

/--"

Y

t

( i

i

)

.|

\

E;etr:a Jurusan

.i*"':$

NB*I:951829

.\{akassar.

fr__

Sosi+i*gl

(11)

Nama

NIM

Jurusan

: Ardi Nur Andriani Achrnad :10538219112

: Pendidikan Sosiologi

F-i:l:r-rltas

: Keguruan dan lhnLr pendid|kan

Setelah ilitelrti dan dtipenksa ulang, skrtpsi

ini

telal"r memenuhi syarat untuk riipertalrggLurg jawabkan di depan tim pengtgi skripsi Fakultas Keglman dal lirng Pendidikan {-h' versitas Muhammadiyair Makassar.

L,{akassar, 20 Desember 2*li>

Pernbimtrine

il ,ru,

^/n

/\ /tv

v

-D. f, &I!r!ia tlrma {l It*atllii

r.,

I,tg.

i*u.["Je.Jk u 7+r6g,.,n rrFt

IientttJurus*n Pendidikan Scsiclogi

BM;9$1ff29

(12)

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji hanya bagi Allah Rabb semesta alam, Dialah satu-satunya zat yang yang pantas disembah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya. Dialah yang telah memberikan nikmat yang tiada terkira kepada seluruh hamba-Nya yaitu nikmat iman dan Islam. Kepada-Nya penulis haturkan rasa syukur yang tak terbatas yang dengannya penulis bisa menyelesaikan tugas ini dengan judul:

“Peran Orang Tua terhadap pengetahuan seks pada anak usia dini (studi kasus di desa cambaya kecamatan ujung tanah Makassar)”

Shalawat dan Salam kepada baginda Rasulullah Muhammad Shallallaahu

‘alaihi Wasallam sebagai suri tauladan yang telah mengantarkan manusia untuk

merasakan keindahan dan kesempurnaan Islam serta pada para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan orang-orang yang tetap istiqomah memperjuangkan Islam dan menegakkan syari’at Islam di muka bumi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

‘sempurna’, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan dari pembaca agar skripsi ini dapat bermanfaaat bagi kita semua.

Penulis menyadari pula bahwa selama penyusunan skripsi ini, tidak sedikit bantuan yang diterima dari berbagai pihak. Oleh karena itu, lewat kesempataan ini dengan segenap cinta dan kasih sayang serta hormat, penulis haturkan banyak terimah kasih dan penghargaaan yang teristimewa kepada Dr. H. Abd. Rahman

x

(13)

Muhammad Akhir, S.Pd., M.Pd., Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Sosiologi atas segala bantuannya dalam administrasi maupun dalam perkuliahan, Sulfasyah, M.A., Ph.D., dan Muhammad Nawir, S.Ag., M.Pd sebagai Dosen Pembimbing pertama dan kedua dan Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya Jurusan Pendidikan Sosiologi yang telah mendidik dan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

Ayahanda Achmad H.Tika dan ibundaku A. Hamsina atas bantuan yang tak ternilai dengan apapun, cinta dan kasih sayang yang tulus, membesarkan serta mendoakan keberhasilan penulis. Kepada Saudariku Andi Nur Afdaliah Achmad dan Andi Nur Aqlia Achmad atas dukungan fisik dan psikis maupun mendoakan keberhasilan penulis. Kepada pengurus dan masyarakat di kelurahan Cambaya kecamatan Ujung Tanah kota Makassar yang telah memberikan informasi dan membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini serta masyarakat yang telah meluangkan waktunya. Rekan-rekan mahasiswa jurusan pendidikan sosiologi khususnya kelas F tanpa terkecuali yang telah bersama-sama penulis menjalani masa-masa perkuliahan, atas sumbangan saran dan motivasinya yang telah memberi warna dalam hidup penulis selama ini. Semoga persaudaraan kita tetap abadi untuk selamanya.

Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak sempat disebutkan satu-persatu terima kasih atas bantuannya.

xi

(14)

kepada penulis mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah subhanallahu wa ta’allah. Mudah-mudahan kita semua senantiasa mendapatkan rahmat dan

hidayah-Nya. Amin.

Akhir kata, penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat ikut mewarnai ilmu dunia pengetahuan serta bernilai ibadah di sisi-Nya. Amin

Makassar, Oktober 2016

ANDI NUR ANDRIANI ACHMAD

xii

(15)

Pengetahuan Seks Pada Anak Usia Dini (Studi Kasus Di Desa Cambaya Kecamatan Ujung Tanah Makassar)”. Skripsi. Dibimbing oleh Sulfasyah dan Muhammad Nawir.

Masalah utama dalam penelitian ini adalah setiap orang tua harus berperan penting dalam mendidik anak tentang pendidikan seks kepada anak namun masih ada beberapa orang tua yang menganggap tabuh. Penelitian ini dilakukan di kota Makassar, dengan memilih lokasi penelitian di Kelurahan Cambaya Kecamatan Ujung Tanah Makassar yang bertujuan untuk mendapatkan hasil mengenai peran orang tua terhadap pengetahuan seks anak usia dini. Dengan jumlah responden tigabelas orang. Penelitian ini merupakan penelitian sosial budaya (PSB). Sasaran penelitian ini menggunakan teknik wawancara (interview) dan dokumentasi.

Untuk menganalisis data ini digunakan tehnik analisis data kualitatif.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran orang tua terhadap pengetahuan seks pada anak usia dini, peran orang tua dalam mendidik anak terhadap pengetahuan seks memang harus diterapkan mulai dari sedini mungkin agar anak dapat memahami tentang bagian-bagian dan fungsi dari alat-alat refroduksinya termaksud dalam menjaga, melindungi dan merawat alat-alat refroduksinya dan agar terhindar dari tendakan kekerasan seksual yang sedang marak terjadi. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memahami peran orang tua terhadap pendidikan seks anak usia dini. Informasi ditentukan secara purposive sampling, berdasarkan karakteristik informan yang telah ditetapkan yaitu orang tua yang mempunyai anak Usia Dini.

Teknik pengumpulan data yaitu observasi, dokumentasi dan wawancara mendalam. Teknik analisis data melalui berbagai tahapan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan, sedangkan teknik keabsahan data menggunakan triangulasi sumber, waktu dan teknik.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak tentang pendidikan seks anak usia dini agar anak dapat mengetahui fungsi-fungsi alat refroduksinya dan anak dapat menjaga diri jika berada diluar rumah dan anak dapat mewaspadai orang-orang yang berada disekitarnya baik itu orang yang tidak dikenalinya maupun orang yang dikenalinya. Adapun kendala orang tua dalam melakukan sosialisasi pendidikan seks kepada anak yaitu karena terlalu tingginya bahasa yang orang tua sampaikan kepada anak sehingga anak tidak dapat memahami apa yang dikatakan oleh orang tua, dan juga karena kurangnya perhatian anak kepada orang tua dalam menerima pengajaran pendidikan seks anak ini.

Kata kunci : peran orang tua, pendidikan seks, anak usia dini.

ix

(16)

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

LEMBAR PENGESAHAN...iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv

SURAT PERNYATAAN...v

SURAT PERJANJIAN... vi

KARTU KONTROL BIMBINGAN SKRIPSI...vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN...viii

ABSTRAK...ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI...xiii

DAFTAR TABEL... xviii

DAFTAR BAGAN...xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian yang Relevan... 11

B. Peran Orang Tua...14

C. Pendidikan Seks... 16

xiii

(17)

E. Anak Usia Dini...28

F. Landasan Teori Sosiologi... 32

G. Kerangka Pikir ...33

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 36

B. Lokasi Penelitian...37

C. Informan Penelitian...37

D. Fokus Penelitian...38

E. Instrumen Penelitian... 38

F. Jenis dan Sumber Data Penelitian... 39

G. Teknik Pengumpulan Data... 40

H. Teknik Analisis Data... 41

I. Teknik Pengabsahan Data... 42

BAB IV DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN DAN DESKRIPSI KHUSUS LATAR PENELITIAN A. Deskripsi Umum Kota Makassar sebagai Daerah Penelitian... 45

B. Deskripsi Khusus Kelurahan Cambaya Kecamatan Ujung Tanah... 51

(18)

A. Peran Orang Tua Dalam Keluarga ... 55 B. Peran Orang Tua Dalam Memberikan Pendidikan Seks Bagi Anak

Usia Dini ...57

BAB VI KENDALA ORANG TUA DALAM MELAKUKAN

SOSIALISASI PENDIDIKAN SEKS PADA ANAK USIA DINI DI DESA CAMBAYA KECAMATAN UJUNG TANAH

A. Pendidikan Seks Anak Usia Dini Perlu Diterapkan... 62 B. Kendala Dalam Memberikan Penjelasan Mengenai Pendidikan Seks

Bagi Anak Usia Dini...65

BAB VII PERAN ORANG TUA TERHADAP PENGETAHUAN SEKS PADA ANAK USIA DINI SEBUAH PEMBAHASAN TEORETIS

A. Peran Orang Tua Terhadap Pengetahuan Seks Pada Anak Usia Dini ...67 B. Kendala Orang Tua Dalam Melakukan Sosialisasi Pendidikan Seks

Bagi Anak Usia Dini ... 69

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan... 71 B. Saran... 72

xvi

(19)

xvii

(20)

Tabel 3.1...39 Tabel 4.5 fasilitas pendidikan yang tersedia di kelurahan Ujung Tanah... 53

xviii

(21)

Halaman

Bagan 2.1...35

xiv

(22)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Hubungan terkecil dari suatu masyarakat yang memiliki suatu keterkaitan satu sama lain, biasa disebut keluarga. Keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak.

Pengertian dari keluarga sendiri meupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi yang menciptakan peran-peranan sosial bagi sang suami dan istri, putra dan putri, saudara laki-laki dan saudara perempuan peran sosial dalam setiap keluarga berbeda-beda, salah satunya peran orang tua dalam memberikan pendidikan.

karena pada dasarnya Pendidikan adalah hal mutlak yang wajib dimiliki oleh semua individu, di dalam setiap ajaran agama menganjurkan agar setiap individu wajib berusaha untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan dapat diperoleh melalui jalur formal, non formal dan informal.

Pendidikan formal lebih difokuskan pada pemberian keahlian atau skill guna terjun ke masyarakat Dalam lingkungan formal ini setiap individu akan mendapatkan pendidikan yang lebih luas mengenai pedoman dan etika moral kemanusiaan untuk bekalnya dalam menghadapi pergaulan di masyarakat.

Lingkungan ketiga yang menjadi penentu sukses tidaknya pendidikan individu adalah lingkungan masyarakat (Nonformal), lingkungan ini menuntut pengaplikasian pendidikan yang telah didapat oleh seorang individu baik dari lingkungan keluarga maupun dari lingkungan formal.

1

(23)

Pendidikan non formal merupakan mekanisme yang memberikan peluang bagi setiap orang untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran seumur hidup. Pendidikan nonformal adalah setiap kesempatan dimana terdapat komunikasi yang teratur dan terarah di luar sekolah. Dalam pergaulannya di masyarakat, individu harus mempunyai etika dan sopan santun.

Pendidikan dalam lingkungan keluarga (In-formal) memiliki peranan yang sangat penting. Ini karena setiap individu mendapatkan pendidikan yang pertama berasal dari lingkungan keluarga.Di dalam keluarga individu dididik untuk menjadi seorang anak yang baik, yang tahu sopan santun dan etika serta mempunyai moral sifat yang terpuji. Selain dari keluarga pendidikan dapat diperoleh pula dari lingkungan formal, dalam hal ini sekolah atau lembaga formal lainnya yang berkompeten dalam bidang pendidikan. Pendidikan formal yang sering disebut pendidikan persekolahan, berupa rangkaian jenjang pendidikan yang telah baku misalnya PAUD, SD, SMP, SMA dan PT (Perguruan Tinggi).

Dan manusia harus mulai dididik sejak usia dini, karena pada Masa usia dini sering dikatakan sebagai masa keemasan atau golden age. Masa keemasan adalah masa dimana anak memiliki kemampuan penyerapan informasi yang sangat pesat, dibandingkan tahap usia selanjutnya. Kepesatan kemampuan otak anak dalam menyerap berbagai informasi di sekitarnya juga diiringi dengan rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Rasa ingin tahu yang sangat tinggi ditunjukkan anak dengan aktif bertanya tentang berbagai hal yang mereka temui, serta mencari tahu berbagai jawaban yang mereka inginkan dengan bereksplorasi.

(24)

Rasa ingin tahu anak meliputi beragam bidang termasuk hal yang berkaitan dengan seksualitas. Menurut Andriana (2006: 81) perkembangan gender dan seksualitas pada anak-anak dimulai dari hal yang paling mendasar, antara lain pada usia tiga tahun anak sudah dapat membedakan jenis kelamin dan perbedaan fisik yang menyertainya. Seksualitas berkembang sejak masa anak-anak, remaja, sampai dewasa. Perkembangan ini meliputi perkembangan fisik dan psikis, perkembangan secara psikis berupa perkembangan psikoseksual yang terjadi pada masa anak-anak (Nurani, 2013: 59).

Sigmund Freud dalam (Nurani, 2013: 59) membagi perkembangan psikoseksual pada masa anak-anak menjadi empat fase, yaitu fase oral,fase anal, fase falik, dan fase laten. Pada fase oral berlangsung sejak bayi lahirhingga usia 1- 2 tahun. Pada fase ini, mulut merupakan pusat kenikmatan bagi bayi, oleh karena itu bayi senang mengisap jari ke dalam mulutnya. Adapun fase anak berlangsung mulai usia sekitar 2-4 tahun. Pada fase ini, daerah dubur dan sekitarnya merupakan pusatkenikmatan. Sedangkan fase falus/falik, mulai dari usia 4-6 tahun, pada tahap ini anak merasakan alat kelaminnya sebagi bagian yang menyenangkan. Oleh karena itu, pada pada fase ini anak senang bereksplorasi dengan alat genitalnya. Dan yang terakhir yaitu fase laten, yang berlangsung pada usia sekolah Pada bagaian awal fase ini, anak tidak lagi memusatkan perhatian pada alat genitalnya.

Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati (2009: 85) pada salah satu TK di Mojokerto membuktikan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks dini

(25)

dengan perilaku seks pada anak usia 3 sampai 6 tahun. Oleh karena itu peran orang tua sebagai pemberi informasi awal mengenai seks pada anak menjadi salah satu faktor yang akan mempengaruhi perkembangan dan kehidupan anak pada masa yang akan datang.

Pendapat lain dikemukakan oleh Zuraiq (2004: 108) bahwa sebenarnya pendidikan seks bukanlah masalah yanng harus dilaksanakan oleh orang tertentu dan hanya menjadi tanggung jawab perseorangan. Namun ia merupakan tindakan saling melengkapi yang melibatkan orang tua , tanpa membedakan apakah anak itu laki-laki atau perempuan.

Anak usia prasekolah berada pada tahap falik, dimana selama tahap ini genital menjadi area tubuh yangmenarik dan sensitif. Anak mengetahuiperbedaan jenis kelamin dan menjadi ingin tahu tentang perbedaan tersebut. Fase yang sangat penting pada perkembangan seksual pada masa ini yaitu, mengenal identitas dan kepercayaan seksual individu secara menyeluruh. Anak usia prasekolah menguatkan rasaidentitas gender danmulai membedakan perilaku sesuai gender yang didefinisikan secarasosial. Proses pembelajaran ini terjadi dalam perjalanan interaksi normal orang dewasa dan anak dari boneka yang diberikan kepada anak, pakaian yang dikenakan, permainan yang dimainkan, dan respon yang dihargai.

Anak juga mengamati orang dewasa, mulai untuk meniru orang tua yang berjenis kelamin sama, dan mempertahankan atau memodifikasi perilaku yang didasarkan pada umpan balik orang tua.Pada tahap ini eksplorasi tubuh merupakan perkembangan yang sedang dialami anak. Eksplorasi dapat mencakup mengelus

(26)

diri sendiri, memanipulasi genital, memeluk boneka, hewan peliharaan atau orang disekitar mereka, dan percobaan sensual lainnya. Sementara mempelajari bahwa tubuh itu baik dan bahwa stimulasi tertentu itu menyenangkan anak dapat juga diajarkan perbedaan perilaku yang bersifat pribadi. Permainan dengan pasangan jenis kelamin dapat ditangani dengan cara seperti apa adanya Orang tua dapat menginterpretasi rasa keingin tahuan yang ditunjukkan sebagai suatu indikasi yang menandakan bahwa anak telah siap untuk belajar tentang perbedaan dan nama-nama yang sesuai untuk genitalia perempuan dan laki-laki.

Seiring dengan perkembangan peran seks anak yang mulai muncul pada usia 3 tahun, membuat anak mulai terdorong untuk melakukan eksplorasi genital dan apabila hal tersebut dibiarkan dapat menjadi kebiasaan buruk hingga anak dewasa pengalaman seks yang keliru yang diperoleh anak, serta anak-anak yang tidak memperoleh bimbingan dan arahan yang tepat dapat mengembangkan persepsi yang keliru tentang alat kelamin, proses reproduksi, dan seksualitas. Dari pengalaman seks yang keliru yang diperoleh sejak anak usia dini, seseorang dapat berpotensi mengalami penyimpangan seksual. Penyimpangan atau perilaku seksual yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak dapat dikatakan sebagai kekerasan seksual terhadap anak.

Kekerasan seksual pada anak (sexual abuse) merupakan salah satu bentuk kekerasan yang dapat mengakibatkan trauma yang cukup beratbaik secara fisik mau psikis dan dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama. Beberapa perilaku seksual anak yang dianggap tidak wajar kerap dijumpai dalam tayangan berita diberbagai media informasi, kolom konsultasi psikologi, maupun laporan

(27)

langsung para orang tua terhadap guru di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sejumlah kasus kekerasan seksual pada anak usia dini kian marak terjadi, salah satu kasus yang terjadi di sekolah bertaraf internasional, yaitu kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh petugas kebersihan sekolah dan guru terhadap murid Taman Kanak-Kanak Jakarta International School (TK JIS), selanjutnya kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh Emon di Suka bumi yang mengorbankan lebih dari 100 anak di bawah umur. Meskipun alasan terjadinya tindak kekerasan seksual bervariasi, setidaknya terdapat dua penyebab utama yang dapat memicu seseorang melakukan tindak pelecehan seksual kepada anak di bawah umur, yaitu faktor utama yang dipercaya sebagai pemicu seseorang berperilaku seks menyimpang dengan melibatkan anak sebagai korbannya adalah faktor trauma yang berkepanjangan dan faktor keluarga.

Lingkungan keluarga merupakan tempat individu bersosialisasi, lingkungan keluarga dipercaya dapat memegang peranan yang penting bagi individu dalam melakukan tindakan kekerasan seksual terhadap anak. Namun fatalnya, perilaku seksual kepada anak di bawah umur adalah orang-orang terdekat anak itu sendiri. Minimnya kehangatan hubungan emosional antar anggota keluarga dapat memicu seseorang mengalami gangguan orientasi seksual.

Untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual terhadap anak perlunya peran orang dewasa atau orang terdekat anak, dalam hal ini yaitu orang tua agar dapat memberikan informasi mengenai pendidikan seks terhadap anak. Banyak orang tua yang bersikap reaktif ketika mengetahui anaknya melakukan eksplorasi genital. Padahal anak hanya ingin mengetahui dan ingin mencoba hal yang

(28)

baru mereka temukan dengan mengeksplorasi bagian tubuh mereka. Seringkali kita temui ketika anak melakukan eksplorasi genital dengan segera orang tua memberikan peringatan kepada anak, dengan melarang anak mengulangi hal tersebut, bahkan tidak sedikit yang membentak dan memberikan hukuman.

Orang tua kerapkali menutup rapat-rapat kesempatan anak untuk memperoleh jawaban akan rasa ingin tahunya berkaitan dengan seksualitas dengan menganggap bahwa pendidikan seks tidak perlu diberikan sejak dini karena hal tersebut masih dianggap tabu untuk diberikan terhadap anak. Pendapat seperti ini merupakan kekeliruan yang sudah mengakar kuat dalam masyarakat kita.

Mayoritas orang menganggap bahwa pendidikan seks dimulai sejak anak menginjak remaja atau sedikit lebih awal. Akan tetapi penelitian modern menyatakan bahwa anggapan itu salah dan berlebihan. Sebenarnya pendidikan seks dimulai sejak anak usia dini. Sejalan dengan itu Zuraiq (2004: 106) mengungkapkan bahwa: “Pendidikan seks dimulai semenjak manusia lahir kemudian diperluas secara bertahap seiring dengan pertumbuhannya. Seorang anak belum memasuki masa kematangan seksual, kecuali persiapannya telah cukup dan dibekali informasi memadai, yang pada gilirannya ia mampu melewati masa ini dengan lancar”. Maka dalam hal ini diperlukan bekal orang tua untuk menjadi lebih terbuka serta informatif terhadap anak khususnya mengenai pendidikan seksual agar dapat memberikan pendampingan yang baik bagi anak dan diharapkan anak terhindar dari perilaku penyimpangan seksual.

Dengan demikian, dari jurnal di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan seks bagi anak usia dini sangat penting bagi pekembangan anak, dan juga untuk

(29)

mencengah kekeasan seksual yang terjadi pada anak usia dini dan diharapkan bagi orang tua agar tidak menganggap tabu dengan memberi pendidikan kepada anak tentang pengetahuan seks agar anak bisa menjaga diri sendiri ketika berada diluar rumah dengan atau tanpa adanya pengawasan orang tua, karena sangat penting bagi orang tua untuk menjelaskan perbadaan jenis kelamin antara perempuan dan laki-laki agar anak mengerti dampak dari kekerasan seksual.

Berdasarkan uraian masalah yang telah dikemukakan di atas maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran Orang Tua Terhadap Pengetahuan Seks Pada Anak Usia Dini (Studi Kasus Di Desa Cambaya Ujung Tanah Makassar)”. Judul tersebut mengacu pada permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Pada penjelasan yang telah diuraikan dalam latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana peran orang tua terhadap pengetahuan seks pada anak usia dini, di Desa Cambaya Kecamatan Ujung Tanah Makassar?

2. Apa kendala orang tua dalam melakukan sosialisasi pendidikan seks bagi anak usia dini di Desa Cambaya Kecamatan Ujung Tanah Makassar?

(30)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Bagaimana peran orang tua terhadap pengetahuan Seks pada anak usia dini, di Desa Cambaya Kecamatan Ujung Tanah Makassar?

2. Untuk mengetahui Apa kendala orang tua dalam melakukan sosialisasi pendidikan seks bagi anak usia dini di Desa Cambaya Kecamatan Ujung Tanah Makassar?

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan sosial pada umumnya dan sosiologi pada khususnya.

2. Manfaat Praktis a. Bagi anak

aga anak dapat menambah wawasan pengetahuan terhadap pendidikan seks yang islami dan dapat melindungi dirinya dari predator-predator anak.

b. Bagi orang tua

diharapkan dapat memberikan arahan dan bimbingan tentang pentingnya pendidikan seks bagi anak usia dini kepada orang tua sebagai pendidikan awal bagi anak.

(31)

c. Bagi masyarakat

diharapkan dapat membantu orang tua dalam membimbing, mengajarkan dan mengarahkan anak-anak mereka dalam masalah seksual, sehingga dapat dijadikan upaya untuk mencegah dan menghindari adanya penyelewengan dan penyimpangan seksual.

d. Bagi lembaga terkait

diharapkan agar dapat digunakan sebagaiacuan dalam pnelitian yang berkaitan.

e. Bagi Peneliti

Sebagai pengetahuan dan pengalaman serta latihan dalam berpikir bagi peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yang didapatkan selama duduk di bangku perkuliahan. Selain itu, peneliti diharapkan dapat memberikan motivasi kepada rekan-rekan mahasiswa untuk melakukan penelitian dari sisi lain dan dapat menjadi rujukan bagi peneliti selanjutnya.

(32)

BAB II Kajian Pustaka A. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan adalah penelitian yang menjadi masukan bagi peneliti sebelum melakukan sebuah penelitian dan melengkapi penelitian yang akan dilakukan, adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :

1. Yuniati (2008), “Pendidikan seks yang islami bagi anak-anak (Kajian atas pemikiiran Abdullah Nashih Ulwan”. Hasil penelitian menunjukkan:

Konsep pemikiran Abdullah Nashih Ulwan tentang pendidikan seks yang Islami bagi anak-anak ialah bahwa Islam itu telah mengatur segala hal yang berhubungan dengan pendidikan seksual,khususnya bagi anak-anak. Islam sangat memperhatikan kesucian, baik dalam hal pemberian pendidikan seks maupun proses anak menuju pernikahan yaitu pranikah, nikah, dan pasca nikah telah diatur Islam secara komplit. Nashih Ulwan membahas berbagai masalah sekaligus memberikan solusi tentang masalah-masalah seksual seperti tidak menikah, keperawanan, perkosaaan, dan khitan perempuan. Juga memberi arahan tentang bagaimana cara menjaga kesucian (dalam hal menahan dorongan seksual jika belum mampu menikah dan kesuciandalam perkawinan), etika seksual, dan teknik seks serta membahas tentang bagaimana seks itu berkaitan dengan ibadah/ritus yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dan juga membahas tentang revolusi seksual yang terjadipada masa lampau, yang perpengaruh terhadap perkembangan seksual akhir-akhir ini.

11

(33)

2. Kustiasari (2011) “Peran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Terhadap Sosialisasi Anak di Dalam Keluarga”. Berdasarkan hasil temuan lapangan, keberadaan PAUD dipandang secara positif bagi keluarga yang menyekolahkan anaknya di PAUD. PAUD memiliki banyak manfaata, baik bagi anak dak keluarga. PAUD telah menanamkan nilai-nilai yang nantinya akan berpengaruh pada perkembangan mereka. Dampak yang dirasakan dalam memberikaan sosialisasi setelah anaknya masuk PAUD ternyata turut dipengaruhi oleh latar belakang kelas sosial keluarga . dalam penelitian ini diketaahui bahwa dengan latar belakang yang bebeda akan menghasilkan pandangan dan dampak yang berbeda pula.

3. AlWahdania (2013), “Pola Pendidikan Seks Dalam Keluarga Bagi Anak Usia Remaja (Studi Kasus Keluarga Dari Tingkat Pendidikan Atas, Menengah, Dan Bawah (Di Kelurahan Manggala, Kota Makassar))”. Hasil penelitian ini yaitu bahwa tidak semua orang tua mengetahui tentang pengertian seks itu sebenarnya, karena pengertian seks yang mereka tahu hanyalah hal-hal yang tidak baik.

4. Herjanti (2014), “Pola Asuh Orang Tua Tentang Pendidikan Seks Anak Usia Dini”. Hasil penelitian dari 60 responden. berdasarkan pendidikan orangtua denggan pola asuh anak didapatkan pendidikan sebanyak 34 responden (56,7%), pendidikan tinggi sebanyak 26 (43,3%) ada hubungan pendidikan dengan pola asuh (P=0,00) OR 7,2 86. Pada pengetahuan rendah tentang pendidikan seks anak sebanyak 37 (61,7%), pengetahuan tinggi 23 (38,3%). Ada hubungan pengetahuan rendah dengan pola asuh (P=0,002) OR 5,833. Pada sikap

(34)

buruk pada pendidikan seks anak sebanyak 32 (53,3%), sikap baik seb anyak 28 (46,7%) Ada hubunggan tentang sikap rendah pada pola asuh (P=0,011) OR 4,00.

Pada sumber informasi didapatkan dari media sebanyak 40 (66,7%), non media sebanyak 20 (33,3%). Ada hubunggan pada sumber informasi pada pola asuh (P=0,025) OR 3,500. Pada Nakes sebanyak 26 (43,3%), baik sebanyak 34 (56,7%). Ada hubunggan yang bermakna pada dukunggan nakes dengan pola asuh (P=0,004) OR 5,320. Berdasarkan penelitian ini maka dapat di sarankan untuk meningkatkan pola asuh orang tua pada anak yang baik.

5. Sulistiani (2012) “Peran Orang Tua Dalam Pencegahan Perilaku Seks Bebas”. Dari hasil penelitian didapatkan 45% sebanyak 27 responden mempunyai peran baik dalam pencegahan perilaku seks bebas pada remaja, dan setengahnya lagi 55% sebanyak 34 responden mempunyai peran buruk dalam pencegahan perilaku seks bebas pada remaja.

6. Lestari (2015), “peran orang tua dalam pendidikan seks pada anak”.hasil dari penelitian, Subjek dalam penelitian ini adalah 3 pasang orang tua dan 3 anak. Kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: a) Pemahaman orangtua terhadap seks meliputi seks merupakan hal yang terkait persoalan biologis dan fisik, psikologis, kultural dan moral, serta sosial. b) Cara mengkomunikasikan persoalan seks pada anak dapat dilakukan dengan tanpa ada waktu khusus, dengan memanfaatkan momentum, disampaikan dengan lengkap, sertadimulai sejak usia batita. Pendidikan seks juga diberikan menyesuaikan dengan kebutuhan anak dan tanpa harus diawali dari sebuah peristiwa. Penyampaian disampaikan dengan sharing dan interaksi terjalin

(35)

dalam suasana akrab. c) Peran orang tua dalam pendidikan seks antara lain peran kerjasama, evaluator, pendididik, pendamping, dan pemantau dalam persoalan seksual. d) Materi pendidikan seks meliputi perbedaan jenis kelamin, etika pergaulan, belajar bertanggung jawab dan penyakit-penyakit seksual.

Penyampaian materi dilakukan secara bertahap sesuai perkembangan anak, e) Anak respon positif terhadap pendidikan seks yang diberikan orangtua karena suasana kondusif sebaliknya tanggapan anak menjadi negatif karena moment tidak tepat saat diberikan pendidikan seks

B. Peran Orang Tua

Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Lingkungan yang berhubungan dengan anak adalah orang tuanya, saudara- saudaranya yang lebih tua (jika ada), serta mungkin kerabat dekatnya yang tinggal serumah. Melalui lingkungan tersebut si anak akan mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari. Keluarga juga memiliki fungsi majemuk bagi terciptanya kehidupan sosial dalam masyarakat. Dalam keluarga, diatur hubungan antara anggota-anggotanya sehingga setiap anggota keluarga mempunyai peran dan fungsinya yang jelas. peranan adalah perilaku yang diharapkan oleh pihak lain dalam melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan status yang dimilikinya. Status dan peranan tidak dapat dipisahkan karena tidak ada peranan tanpa statuss dam tidak ada status tanpa peranan. Menurut Nurhayati (2007), tanggung jawab orang tua tidak hanya mencakup atau terbatasi pada kebutuhan materi saja, tetapi sesungguhnya mencakup juga kepada seluruh aspek kehidupan anaknya, termasuk di dalamnya aspek pendidikan seksual. Di dalam

(36)

suatu keluarga, peran orang tua sangatlah penting bagi seorang anak. Hal tersebut dikarenakan dengan peran yang dimiliki oleh orang tua tersebut maka akan dapat mempengaruhi perilaku anak. Ketika seorang anak ingin berperilaku maka anak tersebut akan menyesuaikan perilakunya dengan perilaku orang-orang di sekitarnya. Apabila orang tua dapat menjalankan peran dengan baik dengan memberikan contoh perilaku-perilaku yang baik dan benar maka akan mempengaruhi anak untuk bertindak atau berperilaku yang sama dengan kedua orang tuanya (Nurdin, dkk 2015).

terdapat beberapa fungsi keluarga yaitu melahirkan anak sebagai kelanjutan identitas keluarga, mempertahankan ekonomi keluarga, membesarkan anak, meletakan dasar-dasar sosialisasi, merupakan wadah pendidikan informal, tempat terselenggaranya transmisi (pemindahan) kebudayaan dari generasi ke generasi, dan sebagai tempat rekreasi kehangatan serta kontrol terhadap keluarga.

Dengan demikian, orang tua di dalam keluarga merupakan suatu unit yang paling efektif untuk dapat mengendalikan perilaku sang anak dan memberikan pendidikan kepada anak, serta anak dituntut untuk mematuhi segala perintah dan aturan yang diberikan atau dibuat oleh orang tua. Dengan begitu, secara tidak langsung bahwa pola perilaku dan sikap anak dibangun di dalam lingkungan keluarga terutama oleh kedua orang tuanya. Dalam menjalankan perannya, orang tua hendaknya dapat menanamkan nilai-nilai positif kepada anak-anaknya. Dalam keluarga, orang tua harus bisa mendidik anaknya sesuai dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat.

(37)

C. Pendidikan Seks

1. Pengertian Pendidikan Seks

Pendidikan Seks (sexeducation) adalah suatu pengetahuan yang kita ajarkan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin. Ini mencakup mulai dari pertumbuhan jenis kelamin (Laki-laki atau wanita).

Bagaimana fungsi kelamin sebagai alat reproduksi. Bagaimana perkembangan alat kelamin itu pada wanita dan pada laki-laki. Tentang menstruasi,mimpi, basah dan sebagainya, sampai kepada timbulnya birahi karena adanya perubahan pada hormon-hormon. Termasuk nantinya masalah perkawinan, kehamilan dan sebagainya.

Sehingga pendidikan seks sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak agar anak-anak dapat membedakan mana yang boleh diperlihatkan kepada orang dan mana yang tidak, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Ini penting untuk mencegah kekerasan seksual bagi anak usia dini, sex education maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dikalangan masyarakat .Kita ketahui bahwa manusia itu diciptakan berjenis-jenis, yaitu laki-laki dan perempuan. Kalau kamu ditanya apa seks kamu,tentu kamu menjawab laki-laki dan perempuan.

Sedangkan ciri- ciri, sifat atau peranan dari masing- masing jenis kelamin itulah yang disebut dengan seksualitas. Seksualitas juga bias diartikan sebagai dorongan atau kehidupan seks itu sendiri, yakni segala sesuatu alia stotalitas dari kehidupan seseorang laki- laki dan perempuan meliputi penampilan fisik, emosi, psikologi, juga intelektual mereka. Seks dan Seksualitas itu sesuatu yang alami terjadi pada manusia karena itu adalah sesuatu hal yang sangat normal.

(38)

2. Sosialisasi Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini

Rasa ingin tahu (curiosit), tidak hanya milik para ilmuan dan peneliti.

Namun, rasa ingin tahu yang besar sebenarnya ada pada diri anak–anak. Dalam kehidupan sehari–hari, kita menyaksikan betapa anak–anak memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka akan menanyakan sesuatu mengapa begitu, mengapa begini, bagaimana hal itu terjadi, dan apa sebabnya. Sebagai orang dewasa, kita sering terhenyak dan kelabakan Maka kita harus waspada terhadap jawaban yang keliru karena apa yang kita jelaskan pada anak akan terusdi ingat anak sampai dewasa. Karena itu, kita harus menjawab pertanyaan anak dengan benar dan dapat dipertanggung jawabkan. Informasi tentang seks diberikan sedikit demi sedikit, hari demi hari, agar pertanyaan anak dapat dijawab secara jujur dan jelas. Menurut Dr. Wilson W. Grant, Dalam bukunya “From Parent to Child About Sex”

menyatakan bahwa cara menerapkan pendidikan seks pada anak-anak ialah dengan penjelasan sedikit demi sedikit, dari hari kehari. “Menurut para ahli (pakar) ilmu jiwa, perkembangan masa anak-anak adalah masa meniru dan mencontoh. Karena apa yang dilihatdan didengar oleh anak-anak akan ditirunya”.

(Afra,2011)

Lebih-lebih bila yang dilihat dan didengarnya itu perbuatan orang tuannya.

Ini akan melekat pada memori anak yang masih kosong dan ia akan mudah dan cepat menirukannya, karena dalam pandangan anak, orang tua adalah idola dan symbol kebanggannya yang segala ucapan dan tindakannya harus diikuti dan dicontoh. Apabila orang tuanya tanpa sadar dan tidak sengaja melontarkan kata–

kata kotor maka secara otomatis anak dengan latah akan mengikutinya. Dengan

(39)

demikian, orang tua harus waspada dan bersikap selektif dalam mendidik anak.

Jangan sampai anak dibiarkan melihat dan mendengar hal-hal jelek, yang akan merusak kepribadiannya. Dalam hal ini orang tuapun memperhatikan lingkungan dan pergaulan anak karena kedua hal itu ikut membentuk kepribadian anak.

Meskipun orang tua menerapkan disiplin yang ketat dalam mendidik anak dirumahnya, akan tetapi bila lingkungan dan pergaulan diluar rumahnya tidak mendukung, maka orang tuapun akan merasa kesulitan dalam mengarahkan pembentukan kepribadian yang positif dan konstruktif. Termasuk dalam hal ini bagaimana kecakapan dan kesigapan orang tua dalam memberikan pendidikan dan bimbingan seks pada anak.

Barangkali diantara kita bertanya–Tanya, apakah anak sudah mempunyai kecendrungan dan naluri seksual sehingga harus diberi pendidikan dan bimbingan seks? Jawabannya adalah “ya” karena pada dasarnya setiap anak yang lahir membawa fitra dan naluri yang sama. Namun dalam perkembangannya ada yang cepat adapula yang lambat, tergantung kepekaan anak untuk beradaptasi dan bersosialisasi serta kepandaian orang tua untuk mengarahkannya. Potensi tersebut berkembang seirama dengan perkembangan anak itu sendiri. Tentu potensi dan bakat anak yang baru lahir akan sangat berbeda dengan anak yang menginjak usia dini.

“Menurut Syaikhul Islam Imam Ibnu Taimiyah, Bahwa setiap manusia memiliki tiga potensi (naluri) yang senangtiasa melekat pada dirinya. Ketiga potensi tersebut adalah quwwatul’ aqil (potensi nalar dan intelektual), quwwatulghadha (potensi untuk berbuat negative dan destruktif), dan quwwatusy

(40)

syahwat (potensi untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan hidup sehingga

hidupnya dinamis, agresif dan progresif) termasuk dalam kategori ini adalah naluri seksual”. Dalam Buku Seksologi (Irianto,2010)

Juga dikuatkan oleh teori Sigmund Freud, bagi yang membenarkannya bahwa manusia dalam hidupnya hanya diarahkan demi pemenuhan naluri seksualnya. Dari permasalahan ini sebaiknya dikaitkan dalam religi atau ajaran dalam agama pada suatu permasalahan anak yang tertulis dalam Al’Quran dan Hadits. Maka setiap orang tua muslim hendaknya mengupayakan dalam memberikan pendidikan seks kepada anaknya yang belum dewasa agar tidak

“dewasa sebelum waktunya” karena pada zaman sekarang tak jarang anak-anak usia PAUD, SD dan SMP yang menurut ukuran belum baligh sudah terangsang naluri seksualnya ketika melihat hal–hal yang sensual sehingga tak sedikit pula dari mereka yang melakukan penyimpangan dan pelecehan seksual, bahkan ada pula yang berani berkencang layaknya suami istri.

Hal ini diakibatkan kurangnya perhatian orang tua terhadap pentingnya pendidikan seks bagi anak, disamping pengaruh lingkungan dan pergaulan anak yang tidak terkontrol dan tersaring. Oleh karena itu, semestinya orang tua mengajarkan pendidikan seks kepada anak sejak dini. Pendidikan seks ini bukan saja dilakukan melalui kata–kata atau nasihat yang terkadang tidak disukai oleh anak, akan tetapi dengan cara tindakan konkrit, yakni mengingatkan anak agar jangan sembarangan memasuki kamar orang tua, pada saat–saat tertentu ia harus minta izin bila hendak memasukinya karena ada kepentingan dan keperluan yang mendesak misalnya. Ini sejalan dengan etika dan tata karma yang diajarkan oleh

(41)

Al-Qur’an berikut ini: “Hai orang- orang yang beriman, hendaklah budak–budak (pria dan wanita) yang kamu miliki, dan orang–orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum shalat subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar) mu ditengah hari dan sesudah shalat isya’. (itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebagian kamu ada (keperluan) kepada sebagian yang lain. Demikian Allah menjelaskan ayat–

ayatNya bagikamu. Dan Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Bijaksana. (QS.An–

Nur24 – 58 ).

Seperti kita ketahui bahwa aurat perempuan itu seluruh tubuh, kecuali muka dan kedua telapak tangan. Aurat ini harus selalu tertutup, lebih-lebih bila perempuan itu hendak keluar rumah atau bepergian. Namun bila sedang berada didalam rumah dan berkumpul dengan anggota keluarganya atau sanak familinya yang muhrim, boleh auratnya terbuka; misalnya tidak mengenakan kerudung.

Akan tetapi pada tiga waktu yang disebutkan dalam ayat di atas (sebelum shalat shubuh, pada tengah hari dan sesudah shalat isya’) sekali–kali anak jangan memasuki kamar orang tuanya, karena pada ketiga waktu itu biasanya aurat orang tuanya sedang terbuka dan ini akan melihatnya berkali-kali maka dikhwatirkan naluri seksual anak terangsang, dan anak berusaha mencari penyalurannya diluar.

Maka ini tentu tidak dikehendaki oleh semua orang tua.

Seks dan Seksualitas itu sesuatu yang alami terjadi pada manusia karena itu adalah sesuatu hal yang sangat normal. Dan Allahpun Berfirman dalam surah An Nisaa’(4):1 yaitu: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kamu kepada tuhanmu

(42)

yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan padanya Allah menciptakan istrinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak…”.

Dalam ayat tersebut dijelaskan, bahwa Allah menciptakan Adam dan istrinya (Hawa) yang kemudian keduanya menikah, dan memiliki keturunan berupa laki–laki dan perempuan yang banyak. Jadi, kemampuan seksualitas adalah sebuah karunia dari Allah SWT yang diberikan kepada setiap orang, sesuai dengan jenisnya masin–masing, yang ditujukan agar manusia bias berkembang biak, sehingga keberadaanya bisa tetap lestari. Dan untuk mengantisipasi agar hal tersebut tidak berlanjut kepada dosa, kalian harus lebih bias menjaga pandangan.

Karena seksualitas memiliki tujuan yang mulia, yaitu mempertahankan kelestarian umat manusia. Bayangkan jika satu kaum tidak memiliki generasi penerus, berarti ia akan terancam punah, jadi seksualitas itu suatu hal yang sangat penting untuk kita ketahui, kita pahami, sehingga kita bisa menjalankannya sesuai dengan aturan, artinya kita tidak semaunya menjadikan diri kita keluar dari batas-batas syariat.

Sebagaimana syari’at islam, dalam banyak ayat Al-Qur’an dan riwayat, menyerukan pentingnya menunaikan tanggung jawab pendidikan seksual kepada anak pada masa pubertas dan remajas ebagai pendahuluan dalam menghadapi perubahan fase seksual. Demikian pula syari’at islam mengajak untuk memulai pendidikan seksual bagi ayah, Ibu, maupun pendidik terlebih dahulu. Sebab mereka merupakan perantara dalam menjelaskan pendidikan seksual kepada generasi muslim. Dengan demikian, baik atau buruknya hubungan seksual antara

(43)

kedua orang tua dapat mempengaruhi kepribadian seksual anak. Walaupun ajaran islam, dalam mengatur masalah seksual ini telah sempurna, namun islam tidak menghalangi usaha-usaha yang benar menurut para ulama dalam upaya menyampaikan pendidikan seks kepada anak. Mereka dapat memperbarui wawasan dengan menggunakan aturan-aturan kontemporer yang sesuai dengan perkambangan zaman. Islam juga tidak menolak fakta-fakta ilmiah yang diperoleh melalui ilmu syari’at, Ilmuh ayat (biologi), ilmujiwa (psikologi), kesehatan seksual, perbedaan individual antara laki-laki dan perempuan serta orang dewasa dan anak-anak, serta kaidah-kaidah etika dan social yang dicapai oleh manusia dengan kecerdasan naluriahnya dan dengan perasaan akhlaknya yang bening.

Menurut syari’at islam pendidikan ini erat dikaitkan dengan pendidikan akhlak. Adapun metode pendidikan seks pada anak adalah:

a. Metode ceramah

Yang dimaksud dengan metode ceramah adalah suatu metode di dalam pendidikan dimana cara menyampaikan pengertian kepada anak didik dengan jalan menerangkan dan penuturan secara lisan. Di dalam memberikan materi pendidikan seks kepada para remaja perlu sekali menggunakan metode ceramah.

Dengan menggunakan kata-kata yang jelas sehingga mudah dipahami oleh anak didik sebab guru merupakan pusat komunikasi didalam kelas. Metode ini digunakan untuk menjelaskan semua materi pendidikan seks kepada anak, baik materi yang umum maupun khusus.

(44)

b. Metode tanya-jawab

Metode Tanya jawab ialah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada anak didik tentang bahan pelajaran yang sudah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca, sedangkan anak didik memberikan jawaban berdasarkan fakta

c. Metode pemberian contoh atau teladan

Rasulullah SAW merupakan contoh pendidik yang baik. Bahkan beliau berpredikat uswatun hasanah yang berarti suri tauladan yang baik. Maka dari itu, seorang pendidik harus memberikan teladan dalam pendidikan seks ini terutama hal-hal yang berkaitan dengan akhlak, seperti Cara berpakaian, pergaulan dengan lawan jenis, dan tingkah laku mereka. Anak pada usia remaja telah memiliki daya piker dan nalar yang kritis. Mereka akan sulit mempercayai hal-hal yang tidak masuk akal seperti halnya materi pendidikan seks yang disampaikan oleh orang yang perilaku seksualnya maupun akhlaknya tidak sesuai dengan teori yang disampaikan. Dengan teladan yang baik, pembelajaran lebih mudah diterima dan dapat mendorong mereka untuk ikut mempraktikkannya sesuai ajaran agama.

d. Metode dengan menyampaikan mauidhoh

Yang dimaksud dengan metode mauidhoh ialah suatu cara atau tehnik mendidik dengan memberikan nasihat-nasihat (ajaran-ajaran) yang baik kepada anak didik. Dalam pendidikan seks, metode ini digunakan dalam memberikan nasihat atau peringatan kepada anak agar mereka menghindari perilaku seksual yang menyimpang. Misalnya memberikan nasihat tentang larangan onani dan

(45)

masturbasi serta menerangkan bahayanya, memberikan nasihat tentang dampak hubungan seks pranikah, seks bebas, dan lain-lain.

e. Metode praktis (melatih untuk mengamalkan)

Dalam memberikan materi pendidikan seks ,metode ini sangat penting diterapkan. Menurut Al-Ghazali bahwa ”metode mendidik/mengajar melalui latihan anak-anak adalah termasuk sekian banyak yang penting dan sangat penting”. Dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat menggugah akhlak yang baik pada jiwa anak sehingga ia tumbuh menjadi pribadi yang lebih istiqamah dan berakhlak mulia. Sebab pelatihan bertujuan untuk membiasakan anak berperilaku sesuai norma islam. Kebiasaan dan aqidah yang kuat tentu dapat membentengi anak dari pengaruh negative dari lingkungan terutama menyangkut masalah seksual yang semakin berbahaya dengan berkembangnya teknologi.

D. Fungsi Keluarga

Keluarga sebagai suatu sub–sistem social memerlukan adanya perhatian khusus terhadap pendekatan yang akan digunakan untuk mempelajarinya. Adapun fungsi keluaga yaitu:

1. Fungsi agama

Keluarga sebagai tatanan sosial terkecil dalam masyarakat memiliki fungsi sebagai tempat memperkenalkan dan mengajarkan kepercayaan akan keber- Tuhan-an. Keluarga berperan untuk membentuk generasi masyarakat yang agamis, yang beriman, dan percaya terhadap keberadaan Tuhan Yang Maha Esa.

(46)

2. Fungsi sosial

Keluarga sebagai basis untuk membentuk generasi yang mengerti aturan sosial. Mengenai norma-norma yang berlaku di masyarakat, mengenai aturan- aturan tak baku bagaimana cara bersosialisasi terhadap sesama manusia, bagaimana menghargai alam, dan kehidupan sosial. Diharapkan anak-anak, sebagai generasi penerus dari sebuah keluarga, diberikan pendidikan mengenai tingkah laku sesuai dengan fase perkembangan mereka.

3. Fungsi cinta kasih

Dalam satu keluarga, diharapkan akan saling memberikan perhatian dan kasih sayang. Dengan berlimpahnya kasih sayang, diharapkan akan terbentuk manusia-manusia yang memiliki kecerdasan emosional yang baik sehingga tercipta keluarga yang berkualitas, dan seterusnya akan terbentuk generasi- generasi yang berkualitas sehingga akan menciptakan suasana yang nyaman dalam sebuah kehidupan bermasyarakat.

4. Fungsi perlindungan

Keluarga menjadi satu tempat yang memberikan perlindungan yang nyaman bagi anggotanya. Melindungi setiap anggotanya dari tindakan-tindakan yang kurang baik. Sehingga anggota keluarga merasa nyaman dan terlindung dari hal-hal yang tidak menyenangkan.

5. Fungsi ekonomi

serangkaian dari fungsi lain yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah keluarga. Fungsi ini dilakukan dengan cara mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penggunaan penghasilan

(47)

keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa datang.

6. Fungsi pendidikan

Keluarga sebagai tempat pendidikan pertama bagi anak-anak generasi penerusnya. Sebuah keluarga idealnya mampu menjadi tempat dimana terjadi interaksi yang mendidik.Suami terhadap istri, atau orang tua terhadap anak- anaknya.Memberikan pendidikan pada anak-anak sesuai dengan tahapan usiaadalah salah satu fungsi pendidikan dalam sebuah keluarga. Fungsi pendidikan ini dapat diaplikasikan dengan cara menyekolahkan anak-anaknya sesuai dengan perkembangan usia. Diharapkan, dengan diberikan pendidikan melalui sekolah, anak-anak akan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan perkembangan tingkah laku sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.

7. Fungsi pelestarian lingkungan

Seperti fungsi-fungsi lainnya, fungsi pelestarian lingkungan merupakan satu dari delapan fungsi keluarga. Dalam fungsi ini, keluarga memberikan pengetahuan mengenai norma terhadap lingkungan sehingga diharapkan generasi penerus keluarga tersebut akan lebih santun terhadap alam dan lingkungannya.

8. Fungsi reproduksi

Fungsi ini merupakan fungsi yang paling hakiki dalam sebuah keluarga karena harus dapat melanjutkan keturunannya dan yang diharapkan adalah keturunan yang berkualitas. Memelihara, membesarkan anak, dan merawat keluarga juga termasuk dalam fungsi reproduksi ini..

(48)

Keluarga batih mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. sebagai wadah berlangsung sosialisasi primer, yakni di mana anak-anak dididik untuk memahami dan menganut kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyrakat

2. sebagai unit yang mengatur hubungan seksual yang seyogya

3. sebagai unit sosial-ekonomis yang membentuk dasar kehidupan sosial ekonomis bagi anak-anak.

4. Sebagai wadah tempat berlindung agar supaya kehidupan berlangsung secara tertib dan tentram, sehingga manusia hidup dalam kedamaian (Soekanto,1982:85).

Marham Muhammadiyah (32:14) menyebutkan bahwa fungsi-fungsi keluarga adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Biologik.

Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi biologik orang tua ialah melahirkan anak. Fungsi ini adalah dasar kelangsungan hidup masyarakat.

2. Fungsi Afeksi.

Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi. Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hungan cinta kasih yang menjadi dasar perkawinan. Dari hubungan cinta kasih ini lahirlah hubungan persaudaraan, persahabatan, kebiasaan, identifikasi, persamaan pandangan mengenai nilai-nilai. Dasar cinta kasih dan hubungan afeksi ini merupakan faktor penting bagi perkembangan pribadi anak. Dalam masyarakat yang makin impersonal, sekuler dan asing, pribadi sangat membutuhkan hubungan.

(49)

3. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi ini menunjuk peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya.

E. Anak Usia Dini

1. Pengertian anak usia dini

Pengertian Anak usia dini secara umum adalah anak-anak yang berusia di bawah 6 tahun. Jadi mulai dari anak itu lahir hingga ia mencapai umur 6 tahun ia akan dikategorikan sebagai anak usia dini. Beberapa orang menyebut fase atau masa ini sebagai “golden age” karena masa ini sangat menentukan seperti apa mereka kelak jika dewasa baik dari segi fisik, mental maupun kecerdasan.

Pengertian anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun (Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 dalam Alwahdania 2013:37) dan sejumlah ahli pendidikan anak memberikan batasan 0-8 tahun. Anak usia dini didefinisikan pula sebagai kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya (Mansur, 2005 dalam Alwahdania, 2013:43) Pada masa tersebut merupakan masa emas (golden age), karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat dan tidak tergantikan pada masa mendatang. Menurut banyak penelitian bidang neurologi ditemukan bahwa 50% kecerdasan anak terbentuk pada kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah usia 8

(50)

tahun, perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai 100% (Suyanto, 2005 dalam Alwahdania, 2013:43). Mengacu pada Undang- undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14, upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak usia 0-6 tahun tersebut dilakukan melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan melalui pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur formal berbentuk taman kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini jalur nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), sedangkan PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan lingkungan seperti bina keluarga balita dan posyandu yang terintegrasi PAUD atau yang kita kenal dengan Satuan PAUD Sejenis (SPS). Berbagai pendidikan untuk anak usia dini jalur non formal terbagi atas tiga kelompok yaitu kelompok Taman Penitipan Anak (TPA) usia 0-6 tahun); Kelompok Bermain (KB) usia 2-6 tahun; kelompok SPS usia 0-6 tahun.

Dari uraian pengertian anak usia dini menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga diperlukan stimulasi yang tepat agar dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal. Pemberian stimulasi tersebut melalui lingkungan keluarga, PAUD jalur non formal seperti tempat penitipan anak (TPA) atau kelompok bermain (KB) dan PAUD jalur formal seperti TK dan RA. Karakteristik Anak Usia Dini.

(51)

Kartono (1985:89) mendiskripsikan karakteristik anak usia dini sebagai berikut :

a. Bersifat egoisantris naif

Anak memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri, dibatasi oleh perasaan dan pikirannya yang masih sempit. Maka anak belum mampu memahami arti sebenarnya dari suatu peristiwa dan belum mampu menempatkan diri ke dalam kehidupan orang lain.

b. Relasi sosial yang primitif

Relasi sosial yang primitif merupakan akibat dari sifat egoisantris naif.

Ciri ini ditandai oleh kehidupan anak yang belum dapat memisahkan antara dirinya dengan keadaan lingkungan sosialnya.Anak pada masa ini hanya memiliki minat terhadap benda-benda atau peristiwa yang sesuai dengan daya fantasinya.

Anak mulai membangun dunianya dengan khayalan dan keinginannya sendiri.

c. Kesatuan jasmani dan rohani yang hampir tidak terpisahkan

Anak belum dapat membedakan antara dunia lahiriah dan batiniah. Isi lahiriah dan batiniah masih merupakan kesatuan yang utuh.Penghayatan anak terhadap sesuatu dikeluarkan atau diekspresikan secara bebas, spontan dan jujur baik dalam mimik, tingkahlaku maupun pura-pura, anak mengekspresikannya secara terbuka karena itu janganlah mengajari atau membiasakan anak untuk tidak jujur.

(52)

d. Sikap hidup yang disiognomis

Anak bersikap fisiognomis terhadap dunianya, artinya secara langsung anak memberikan atribut atau sifat lahiriah atau sifat konkrit, nyata terhadap apa yang dihayatinya. Kondisi ini disebabkan karena pemahaman anak terhadap apa yang dihadapinya masih bersifat menyatu (totaliter) antara jasmani dan rohani.

Anak belum dapat membedakan antara benda hidup dan benda mati.Segala sesuatu yang ada disekitarnya dianggap memiliki jiwa yang merupakan makhluk hidup yang memiliki jasmani dan rohani sekaligus, seperti dirinya sendiri.

2. Perbedaan jenis kelamin

Bagian besar anak putra, kenaikan pesat dalam dorongan seksual sukar untuk dihindari dan cenderung berorientasi genital. Dorongan seks yang dirasakan sendiri oleh pria mencapai puncak, demikian pula kekerapan penyaluran seksual total.

Dikalangan anak putri, tampaknya terdapat jajaran perbedaan individual yang jauh lebih luas. Sebagian mengalami keinginan seksual seperti halnya pria pada umumnya. Tetapi untuk sebagian besar dari mereka, perasaan seksual lebih membaur dan lebih dekat berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan lain, seperti harga diri, penentraman,kasih sayang dan cinta (Bell,1980 dalam Alwahdania, 2013:49). Ada peningkatan yang bermakna dalam minat dan perilaku seksual dikalangan kedua jenis kelamin. Walaupun kegiatan seksual pada umumnya dan masturbasi pada khususnya lebih banyak terdapat dikalangan pria dari pada kalangan wanita, perbedaanya semakin menipis dalam beberapa tahun terakhir ini (Chillman, 1978 dalam Alwahdania, 2013:49). Dalam kajian tentang moralitas

(53)

seksual, wanita muda secara khas memperlihatkan sikap yang lebih konsevatif dibandingkan pemuda. Sebagai contoh, dikalangan mahasiswa Amerika tahun pertama pada tahun 1980, dua pertiga pria, tetapi hanya sepertiga wanita yang setuju dengan pernyataan, “seks boleh saja, asal saling suka” (Astin, 1981 dalam Alwahdania, 2013:50). Sebaliknya, bila terdapat keterlibatan yang mendalam hal hidup bersama sebelum menikah, perbedaanya jauh lebih kecil. Hanya 32 persen remaja putrid Amerika dan 21 persen remaja putra yang menyatakan mereka tidak mau bersanggama dalam keadaan demikian (Norman,1981 dalam Alwahdani, 2013:50).

F. Landasan Teori Sosiologi 1. Teori Interaksi

Teori interaksi atau perkembangan ditemukan oleh piaget. Piaget percaya bahwa anak-anak itu membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan. Anak-anak bukan merupakan objek penerima pengetahuan yang pasif, melainkan mereka dengan aktif melakukan pengaturan penglaman mereka kedalam struktur mental yang kompleks.

Selanjutnya Piaget menguraikan tentang pemikiran anak-anak mengenai konsep asimilasi, akomodasi dan keseimbangan. Asimilasi terjadi ketika anak melakukan pencocokan informasi kekategori yang sudah ada. Jika kemudian diberikan pengetahuan tentang kucing maka anak akan menciptakan suatu kategori baru dimana bukan hanya anjing hewan berbulu yang dapat digendong ditimang. Mnciptakan suatu kategori baru adalah bagian dari akomodasi anak

(54)

yang mana secepatnya menciptakan suatu struktur mental yang berkaitan dengan semua hewan yang ada.

Pendukung teori Piagetian menggolongkan pengetahuan sebagai berikut yaitu perkembangan fisik, social atau logika matematika. (wikipedia.org/wiki) 2. Teori Pengaruh

Jhon Ames Comenius sangat percaya bahwa pendidikan harus dimulai sejak dini karena Seorang anak akan berkembang secara menyeluruh.

Perkembangan disuatu area pasti memengaruhi perkembangann direa lain, contoh ketika anak menjadi gesitnya membuka lebih banyak lagi hal-hal lain dari berbagai kemungkinan untuk melakukan eksplorasi dan belajar tentang lingkungan. Anak-anak yang merasaakan bahwa mereka sedang belajar dengan sukses atau anak-anak yang merasa yakin tentang kemampuan fisik mereka memiliki kepercayaan diri yang baik. Anak-anak yang belajar untuk mampu mengendalikan perilaku mereka yang impulsive dapat berinteraksi dengan orang lain atau alat-alat permainan dalam waktu yang lebih lama, dimana hal inijugaberpengaruh terhadap perkembangan intelektual mereka. Perkembangan social, fisik dan intelektual selalu berkitan. (academia.edu/10078537/)

G. Kerangka Pikir

Keluarga merupakan bagian dari jaringan social yangl ebih besar sebab kita selalu berada dibawah pengawasan saudara–saudara kita,yang merasakan bebas untuk mengkritik, menyarankan, memerintahkan, membujuk, memuji, atau mengancam, agar kita melakukan kewajiban yang telah dibebankan kepada kita.

Referensi

Dokumen terkait

Berpedoman pada Parisada Hindu Dharma Indonesia sebagai Majelis Tertinggi Agama Hindu di Indonesia dalam peran utamanya sebagai lembaga bhisama dan pembinaan keagamaan, baik

Pusat kota yang dulunya identik dengan daerah kawasan kegiatan usaha, industri, kantor pemerintahan, pelayanan, dan gudang, saat ini sudah mengalami pergeseran. Kemampuan pusat

Pembayaran rumah oleh pembeli dapat dilakukan secara tunai dan cicilan.Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kelayakan dari indikator nilai saat ini, internal

Ajaran dalam agama selalu dianggap sebagai akar kepada segala ketidakadilan atau diskriminasi terhadap perempuan, sedangkan kenyataannya bukanlah seperti demikian,

Menurut Pengadu Jawaban Para Teradu sangat keliru, para Teradu memang tidak diputus sebagai pihak yang bersalah dalam putusan tersebut, akan tetapi ada keterkaitan dengan

Kriteria: Ketepatan, kesesuaian, ketelitian dan ketajaman mengolah dan menganalisis data Kemampuan menjelaskan filosofi keilmuan terkait bahan kajian/materi pelajaran

Menggunakan aturan yang berkaitan dengan fungsi eksponen dan logaritma dalam pemecahan masalah. Menggunakan sifat-sifat fungsi eksponen dan logaritma dalam

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan dalam penulisan buku ini, yaitu bahwa