• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA PEMASARAN KOMODITAS BERAS DI DESA BONTOTANGA KECAMATAN BONTOTIRO KABUPATEN BULUKUMBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA PEMASARAN KOMODITAS BERAS DI DESA BONTOTANGA KECAMATAN BONTOTIRO KABUPATEN BULUKUMBA"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA PEMASARAN KOMODITAS BERAS DI DESA BONTOTANGA

KECAMATAN BONTOTIRO KABUPATEN BULUKUMBA

EVI ASHARI ROSPA 105961107517

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2022

(2)

ii ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA PEMASARAN

KOMODITAS BERAS DI DESA BONTOTANGA KECAMATAN BONTOTIRO KABUPATEN BULUKUMBA

EVI ASHARI ROSPA 105961107517

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2022

(3)
(4)
(5)

v PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pemasaran Komoditas Beras di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba” adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulisan lain telah disebut dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Makassar, April 2021

Evi Ashari Rospa 105961107517

(6)

vi ABSTRAK

Evi Ashari Rospa 105961107517. Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pemasaran Komoditas Beras di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba. Dibimbing oleh JUMIATI dan SUMARNI B.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) struktur pasar, (2) perilaku pasar, dan (3) kinerja pasar komoditas beras di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba.

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 20 petani yang ditentukan dengan menggunakan teknik sampel jenuh, 5 pedagang pengumpul dan 10 pedagang pengecer yang ditentukan dengan menggunakan teknik snowball sampling.

Dimana teknik snowball sampling adalah teknik pengambilan sumber data yang pada awalnya sedikit menjadi banyak. Sehingga jumlah responden dalam penelitian ini adalah 35 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) struktur pasar yang dianalisis dengan menggunakan pangsa pasar yang memiliki nilai sebesar 53,31% dan konsentrasi pasar sebesar 99,9%. (2) perilaku pasar (3) dan kinerja pemasaran yang dianalisis dengan menggunakan margin pemasaran yang memiliki nilai sebesar Rp 2.000/Kg dan farmer share sebesar 80,95% dimana nilai margin pemasaran yang sangat rendah maka yang diterima petani sangat tinggi.

Kata Kunci : Struktur, Perilaku, Kinerja, Pemasaran, Beras

(7)

vii ABSTRACT

Evi Ashari Rospa 105961107517. Analysis of the Structure, Behavior, and Marketing Performance of Rice Commodities in Bontotanga Village, Bontotiro District, Bulukumba Regency. Supervised by JUMIATI and SUMARNI B.

This study aims to analyze (1) market structure, (2) market behavior, and (3) market performance of rice commodities in Bontotanga Village, Bontotiro District, Bulukumba Regency.

The sample in this study amounted to 20 farmers who were determined using the saturated sample technique, 5 collectors and 10 retailers who were determined using the snowball sampling technique. Where the snowball sampling technique is a technique for taking data sources which at first became a lot. So the number of respondents in this study were 35 people.

The results showed that (1) the market structure was analyzed using a market share which had a value of 53.31% and a market concentration of 50.35%.

(2) market behavior (3) and marketing performance were analyzed using a marketing margin which has a value of Rp. 2,000/Kg and a farmer share of 80.95%, where the value of the marketing margin is very low, so that what is received by farmers is very high.

Keywords: Structure, Behavior, Performance, Marketing, Rice

(8)

viii KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah- Nya yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga sahabat dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pemasaran Komoditas Beras di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak Akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Jumiati, S.P., M.M selaku pembimbing utama dan Sumarni B, S.P., M.Si selaku pembimbing pendamping yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi dapat diselesaikan dengan baik.

2. Prof. Dr. Ir. Hj. Ratnawati Tahir, M.Si selaku penguji I dan Akbar, S.P., M.Si selaku penguji II yang senantiasa memberikan masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

(9)

ix 4. Dr. Sri Mardiyati., S.P., M.P selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Kedua orang tua ayahanda Muh. Aris dan Ibunda Rosmala serta segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan segudang ilmu kepada penulis.

7. Kepada pihak pemerintah Kecamatan Bontotiro khususnya kepada Kepala Desa Bontotanga beserta jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.

8. Semua pihak termasuk sahabat yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.

Makassar, April 2021

Evi Ashari Rospa

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN KOMISI PENGUJI ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Pemasaran ... 7

2.2 Komponen Pemasaran... 7

2.2.1 Kualitas Produk ... 7

2.2.2 Harga Produk ... 9

2.2.3 Distribusi ... 10

2.2.4 Permintaan ... 11

(11)

xi

2.3 Volume Penjualan ... 11

2.4 Struktur Pasar ... 12

2.5 Perilaku Pasar ... 13

2.6 Kinerja Pasar ... 15

2.7 Beras ... 17

2.8 Peneltitian Terdahulu ... 18

2.9 Kerangka Pikir ... 20

III. METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 22

3.3 Sumber Data ... 22

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.5 Metode Analisis Data ... 23

3.5.1 Analisis Struktur Pasar ... 23

3.5.2 Analisis Perilaku Pasar ... 24

3.5.3 Analisis Kinerja Pasar ... 25

3.6 Definisi Operasional ... 27

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 29

4.1. Kondisi Georafis ... 29

4.2. Keadaan Demografis ... 30

4.2.1. Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin ... 30

4.2.2. Tingkat Penduduk Menurut Pendidikan ... 31

4.2.3. Sarana Prasarana ... 32

4.2.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata pencaharian ... 33

V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 35

(12)

xii

5.1. Identitas Responden ... 35

5.1.1. Umur Responden ... 35

5.1.2. Tingkat Pendidikan Responden ... 36

5.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 37

5.1.4. Pengalaman Bertani ... 37

5.2. Analisis Struktur Pasar ... 38

5.2.1. Analisis Pangsa Pasar ... 38

5.2.2. Konsentrasi Pasar ... 40

5.3. Perilaku Pasar ... 41

5.4. Kinerja Pasar ... 42

5.4.1. Margin Pemasaran ... 44

5.4.2. Farmer Share ... 45

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

6.1. Kesimpulan ... 46

6.2. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN ... 50

(13)

xiii DAFTAR TABEL

1. Penelitian Terdahulu ... 18

2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 30

3. Tingkat Penduduk Menurut Pendidikan ... 31

4. Sarana dan Prasarana ... 32

5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 33

6. Umur Responden ... 35

7. Tingkat Pendidikan Responden ... 36

8. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 37

9. Pengalaman Bertani ... 37

10. Hasil Analisis Pangsa Pasar ... 38

11. Margin Pemasaran ... 44

(14)

xiv DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pikir ... 20

2. Saluran Pemasaran ... 42

3. Peta Lokasi Desa Bontotanga ... 55

4. Foto Wawancara Petani Padi ... 58

5. Foto Tanaman Padi ... 56

6. Foto Proses Pemanenan Padi ... 59

(15)

xv DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Untuk Petani Padi, Pedagang Pengumpul dan

Pedagang Pengecer ... 51

2. Peta Desa Bontotanga ... 55

3. Identitas Responden ... 35

4. Identitas Pedagang Pengumpul ... 57

5. Identitas Pedagang Pengecer ... 57

6. Dokumentasi ... 58

(16)

1 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan dasar masyarakat dimana ketahanan pangan diartikan sebagai kemampuan individu untuk mengakses dan memanfaatkan pangan yang tersedia. Dengan demikian, ketahanan pangan individu tidak lepas dari upaya mewujudkan ketahanan pangan daerah. Negara berkewajiban untuk senantiasa memenuhi ketersediaan, keterjangkauan, dan pemanfaatan pangan masyarakat di suatu daerah secara aman, memadai, dan bergizi dengan memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan potensi lokal (BKP Jawa Timur, 2014).

Pangan adalah komoditas penting bagi kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Kebutuhan pangan harus diupayakan dalam jumlah yang cukup, kualitas yang layak, aman dikonsumsi dan mudah didapat dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Oleh karena itu tujuan utama pembangunan pertanian adalah untuk memperkuat ketahanan pangan dan pembangunan agribisnis sehingga akses masyarakat terhadap pangan terjamin dengan baik untuk gaya hidup sehat (Darmadjati, 2001).

Beras adalah salah satu komoditas yang memiliki nilai strategis, baik dari segi ekonomi, lingkungan, sosial dan politik. Dalam konteks ketahanan pangan, stabilisasi pasokan dan harga beras merupakan salah satu elemen penting dalam mewujudkan ketahanan pangan sebagai salah satu prioritas pembangunan nasional. Dalam pembangunan ekonomi Indonesia, beras selalu diperlakukan sebagai komoditas ekonomi, sosial, dan politik (Suryana et al, 2014).

(17)

2 Beras merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Erwidodo (2006) mengutip data Susenas yang menunjukkan bahwa 98% penduduk indonesia mengkonsumsi beras sebagai bahan makanan pokoknya.

Sementara itu kebijakan pemerintah dalam perberasan mempunyai pengaruh yang sangat besar pada stabilitas ekonomi dan politik di Indonesia. Beras merupakan salah satu unsur yang sangat penting yang menentukan tingkat inflasi pada gilirannya tingkat stabilitas perekonomian normal.

Beras nasional secara sederhana dapat diestimasi dengan menghitung total jumlah beras untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan cadangan. Konsumsi beras rumah tangga perkapita cenderung mengalami penurunan, namun kebutuhan beras untuk konsumsi penduduk masih tinggi karena jumlah oenduduk yang terus bertambah. Kebutuhan beras nasional berdasarkan estimasi baik ton maupun perkapita mengalami penurunan pada tahun 2002-2007 (Sudarmono, 2006).

Sulawesi Selatan yaitu salah satu daerah penghasil padi terbesar di kawasan Indonesia Timur dan merupakan sentra produksi beras urutan kempat di Indonesia serta paling besar di Pulau Sulawesi. Sektor pertanian tidak lepas dari fungsi utamanya sebagai sumber penyediaan bahan pangan. Jumlah konsumsi masyarakat yang tiap tahunnya semakin meningkat disebabkan karena jumlah penduduk yang semakin meningkat (Badan Pusat Statistik, 2007).

Struktur pasar merupakan jumlah penjual dan pembeli, pangsa pasar, tingkat penguasaan teknologi, elastisitas permintaan terhadap suatu produk, lokasi, hambatan masuk pasar, dan tingkat efesiensi. Struktur pasar ini akan memengaruhi kemampuan produsen atau pedagang dalam penentuan harga.

(18)

3 Produsen atau pedagang tidak mempunyai kekuatan untuk memengaruhi harga pasar persaingan sempurna (price taker) berbeda ketika struktur pasar persaingan tidak sempurna dimana produsen atau pedagang dapat memengaruhi harga.

Struktur pasar komoditas pertanian tidak sempurna sehingga pedagang mempunyai kekuatan untuk memengaruhi harga pasar (Rahayu, 2013).

Perilaku pasar ialah tindakan-tindakan individu yang melibatkan pembelian penggunaan barang dan jasa termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut sebagai pengalaman dengan produk, pelayanan dari sumber lainnya (Peter, 2014). Sinaga dkk, (2014) menyebutkan bahwa perilaku pasar merupakan aktivitas yang dilakukan dalam pasar yang melibatkan fungsi-fungsi pemasaran seperti fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Perilaku pasar ini merupakan pola tingkah laku lembaga-lembaga pemasaran dalam struktur pasar tertentu yang meliputi kegiatan pembelian dan penjualan, penentuan dan pembentukan harga, kerjasama lembaga pemasaran, serta praktek fungsi pemasaran (Dahl & Hammond, 1977).

Kinerja pemasaran adalah keadaan sebagai akibat dari struktur dan perilaku pasar yang ditunjukkan dengan harga, biaya, dan volume produksi yang pada akhirnya dapat memberkan penilaian baik atau tidaknya suatu system pemasaran. Drucken (1995) dan Ferdinand (2000) menyatakan bahwa kinerja pemasaran merupakan faktor yang sering kali digunakan untuk mengukur dampak dari strategi yang diterapkan perusahaan dimana kinerja pemasaran yang baik dinyatakan dalam tiga besaran utama nilai, yaitu nilai penjualan, pertumbuhan penjualan, dan porsi pasar.

(19)

4 Desa Bontotanga merupakan desa yang dominan masyarakatnya melakukan perdangan beras. Dimana produk beras ini merupakan salah satu kebutuhan pangan masyarakat. Salah satu tempat yang digunakan masyarakat untuk berdagang beras yaitu di Pasar Tradisonal Desa Bontotangan Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba. Dimana penduduk masyarakat Desa Bontotanga yang berjumlah sebanyak 3.979 orang yang pemenuhan sumber pangannya semakin hari semakin meningkat dan harga beras juga semakin tinggi.

Badan Litbang Pertanian (2005) menyatakan bahwa beras yang merupakan komoditas strategis memiliki peran penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, serta merupakan basis utama revitalisasi pertanian di masa yang akan datang. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, kebutuhan beras pada periode 2005-2025 diproyeksikan akan terus meningkat. Jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 216 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan 1,7% per tahun, angka ini menunjukkan jumlah pangan yang harus tersedia. Kebutuhan yang besar jika tidak diimbangi dengan peningkatan produksi pangan justru akan menghadapi masalah bahaya laten, yaitu meningkatnya laju produksi dalam negeri yang terus menurun. Bisa dipastikan jika tidak ada cara untuk meningkatkan produksi pangan akan terjadi masalah antara permintaan dan ketersediaan dengan jurang yang semakin lebar.

Harapan saya terhadap pedagang beras untuk memenuhi atau melebihi keinginan dari pelanggan atau konsumen. Selera atau keinginan konsumen pada komoditas beras akan selalu berubah hingga kualitas beras juga harus berubah atau disesuaikan. Perubahan kualitas beras, diperlukan perubahan atau

(20)

5 peningkatan keterampilan tenaga kerja, perubahan proses produksi, serta perubahan lingkungan perusahaan hingga beras dapat memenuhi atau melebihi keinginan.

Beras adalah bahan makanan pokok yang dikonsumsi hampir 90%

penduduk Indonesia. Dari sini kita dapat mengetahui bahwa penduduk Indonesia juga banyak yang memasarkan komoditas beras karna permintaan beras yang semakin meningkat. Pemasaran komoditas beras di daerah ini melalui pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Berdasarkan permasalahan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pemasaran Komoditas Beras di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian proposal ini adalah:

1. Bagaimana struktur pemasaran komoditas beras di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba?

2. Bagaimana perilaku pemasaran komoditas beras di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba?

3. Bagaimana kinerja pemasaran komoditas beras di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba?

(21)

6 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui struktur pemasaran komoditas beras di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabuoaten Bulukumba

2. Untuk mengetahui perilaku pemasaran komoditas beras di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba

3. Untuk mengetahui kinerja pemasaran komoditas beras di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan, wawasan, informasi dan pengalaman.

2. Bagi pemerintah dan pihak terkait, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pola harga komoditas beras.

3. Manfaat bagi masyarakat setempat penelitian yaitu diharapkan ada hal yang positif yang bisa diterapkan dalam sistem yang akan datang.

(22)

7 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemasaran

Pemasaran adalah fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi (Keller, 2008). Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran produk yang berharga (Kotler dan Amstrong, 2008).

Pemasaran pada dasarnya adalah proses dalam memasarkan produk.

Pemasaran merupakan aktivitas penting yang dilakukan oleh perusahaan dalam upaya mempertahankan keunggulan dan kelangsungan hidup serta memperoleh keuntungan (Pristyo, 2013).

2.2. Komponen Pemasaran

2.2.1. Kualitas Produk

Kualitas produk adalah faktor terpenting untuk pemilihan masing- masing merek terutama dalam lingkungan pasar yang tingkat persaingannya sangat tinggi ketat. Namun, sulit untuk memenuhi ekspektasi pelanggan akan kualitas karena hal ini pemahaman mereka beragam dan tidak konsisten (Shaharudin et al., 2011). Kualitas adalah sejauh mana suatu produk atau layanan memenuhi spesifikasi-spesifikasi, (Lupiyoadi dan Hamdani, 2009).

(23)

8 Kualitas adalah keseluruhan dari fitur dan karakteristik suatu produk atau jasa tergantung pada kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan yang disebutkan atau tersirat. Penjual dikatakan memberikan kualitas saat produk atau layanan memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Kualitas produk dan layanan, kepuasan pelanggan dan profitabilitas perusahaan merupakan tiga hal yang sangat erat kaitannya.

Semakin tinggi tingkat kualitas, semakin tinggi pula tingkat kepuasan konsumen diproduksi, (Keller, 2008).

Banyaknya jenis beras yang beredar di pasaran menimbulkan permintaan pada peningkatan mutu baik penampilan, mutu masakan, maupun aromanya, (Wongpornchai et al., 2004). Promosi juga memiliki peran penting. Proporsi hara terbesar pada beras retak terdapat pada lapisan terluar pada dedak yang hilang saat dimasak. Beras retak kulit kaya nutrisi kurang disukai karena penampilan kurang menarik, tekstur kasar, dan sulit untuk dikunyah. Ini akan memperbaiki tampilan nasi menjadi tampilan yang lebih menarik secara visual kualitas juru masak, aroma dan rasa lebih diutamakan, (Mohapatra dan Bal, 2007). Dilihat dari kepentingan konsumen, lapisan luar beras yang memiliki kandungan gizi tinggi dan sebaiknya tidak 2AP dipisahkan sepenuhnya. Sebaliknya, lapisan dedak atau aleuron yang tinggi mengurangi umur simpan beras.

Oleh karena itu, proses menggurui itu penting yang perlu diperhatikan, agar kandungan gizi dan aroma nasi tetap ada penampilan disukai oleh konsumen, (Tarigan dan Kusbiantoro, 2011).

(24)

9 Beras merupakan yang paling banyak dikonsumsi dan disukai oleh masyarakat Desa Bontotanga adalah beras yang sifatnya pulen sampai beras sedang, teksturnya empuk, dan protein yang cukup (Wibowo et al., 2007). Umumnya penduduk Pulau Jawa Relatif seperti nasi dengan kandungan amilosa rendah sampai sedang. Semakin Semakin rendah kandungan amilosa beras maka semakin tinggi pula tingkat kepulenannya, (Damardjanti dalam Wibowo et al., 2007). Biji-bijian adalah hasil pecahan dari bulir kepala dan butir pecah. Semakin banyak kepala dan biji-bijian pecah yang pecah, semakin banyak butir belibis, (Setyawan dan Doddy, 2011).

2.2.2. Harga Produk

Harga adalah jumlah uang (mungkin ditambah beberapa barang) diperlukan untuk mendapatkan beberapa kombinasi produk dan layanan yang menyertainya (Hariadi, 2013). Penetapan harga produk adalah sesuatu yang sangat penting bagi perusahaan untuk memberikan keuntungan yang baik bagi perusahaan untuk menentukan suatu sasaran baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang perusahaan (Pristyo, 2013).

Harga adalah nilai yang ditukar konsumen untuk diperoleh manfaat memiliki atau menggunakan produk. Perusahaan memiliki beberapa strategi penetapan harga yang bisa diambil. Harga selalu menjadi bagian penting dalam keputusan pemasaran (Khulud et al., 2016). Harga untuk komoditas beras adalah untuk menghasilkan pendapatan dari penjualan

(25)

10 dan faktor penentu bagi konsumen melakukan pembelian. Saat menentukan harga produknya, perusahaan harus melihat situasi pasar serta harga pesaing dan kualitas barang yang akan dituju untuk dijual (Malik, 2015).

Harga adalah jumlah uang yang harus dikeluarkan konsumen dapatkan produk atau layanan. Harga juga merupakan pesan menunjukkan bagaimana sebuah merek memposisikan dirinya di pasar (Suddin, 2013).

Salah menentukan harga yang sudah kompetitif di pasar salah satu upaya perusahaannya untuk meningkatkan volume penjualan dan laba diterima.

Jika harga yang ditawarkan memang sudah bersaing di pasaran Konsumen akan melihat barang atau produk yang diberikan apakah sudah sesuai harga yang ditawarkan dengan kondisi barang yang ditawarkan harus berkualitas baik agar konsumen punya pilihan dalam membeli jadi tidak perlu melihat ke perusahaan lain (Ardiansyah, 2013).

2.2.3. Distribusi

Distribusi adalah kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan membuat produk tersedia untuk pelanggan sasaran (Kotler dan Amstrong, 2008). Distribusi dapat didefinisikan sebagai aktivitas pemasaran yang diupayakan memfasilitasi dan memfasilitasi pengiriman barang dan jasa dari produsen ke konsumen sehingga penggunaannya sesuai dengan yang dibutuhkan (jenis, jumlah, harga, tempat dan saat dibutuhkan) (Tjiptono, 2008).

(26)

11 Distribusi mencakup aktivitas perusahaan dalam menyediakan produknya di pasar sasaran. Strategi tempat termasuk transportasi, perdagangan, pengaturan inventaris, dan cara memesan untuk konsumen (Suddin, 2013). Aliran produk pertanian dari produsen awal ke tangan konsumen akhir dan sebaliknya memfasilitasi aliran uang, nilai produk diciptakan oleh aktivitas produktif agen pemasaran melakukannya, dari tangan ke tangan konsumen akhir produsen awal dalam sistem komoditas (Sa'id et al., 2004).

2.2.4. Permintaan

Permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang dan jasa yang diminta (bisa dibeli) seseorang atau individu dalam waktu tertentu di berbagai tingkat harga (Ahman dan Rohmana, 2009). Meningkatkan kenaikan harga mahal untuk barang atau jasa akan menyebabkan konsumen berkurang konsumsi barang atau jasa tersebut. Sebaliknya, semakin murah harga barang atau jasa, konsumen akan setia dalam mengkonsumsi barang atau jasa tersebut (Rahardja dan Manurung, 2008).

2.3. Volume Penjualan

Penjualan adalah pendapatan umum di perusahaan dan volume pungutan bruto kepada pelanggan atas barang dan jasa (Simamora, 2004). Volume penjualan merupakan faktor penting dalam menentukan ukuran pendapatan yang diperoleh perusahaan (Pristyo, 2013). Volume penjualan bisa digambarkan

(27)

12 sebagai umpan balik dari kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan (Rachmawati, 2011).

Volume penjualan adalah barang yang dijual secara tunai jangka waktu tertentu dan di dalamnya memiliki strategi pelayanan yang baik. Tingkat volume penjualan yang menguntungkan adalah tujuan dari konsep ini pemasaran, artinya keuntungan diperoleh melalui pemasaran konsumen (Suddin, 2013). Faktor yang mempengaruhi volume penjualan adalah harga jual, faktor harga jual sangat penting dan berpengaruh penjualan barang dan jasa yang diproduksi (Kotler, 2002).

Volume penjualan adalah pencapaian yang dinyatakan secara kuantitatif aspek fisik atau volume atau unit produk. Volume penjualan adalah sesuatu yang menunjukkan naik turunnya penjualan dan dapat dinyatakan dalam satuan, kilo, ton atau liter (Rangkuti, 2009). Volume penjualan adalah jumlah unit penjualan riil perusahaan dalam periode tertentu. Jadi, volume penjualan adalah hasil penjualan yang diukur dalam satuan (Asri dalam Nurcahyo, 2016).

2.4. Struktur Pasar (Market Share)

Struktur pasar menurut undang-undang No 5 tahun 1995 adalah keadaan pasar yang memberi petunjuk tentang aspek yang memiliki pengaruh penting terhadap perilaku usaha dan kinerja pasar. Aspek-aspek yang menentukan struktur pasar yaitu jumlah penjual dan pembeli, hambatan masuk keluar pasar, keragaman produk, sistem distribusi dan penguasaan market power. Di dalam teori ekonomi makro terdapat empat bentuk struktur pasar yaitu:

(28)

13 1. Pasar persaingan sempurna adalah pasar dimana persaingannya berada dilevel yang paling besar. Ekonom Neo-klasik berpendapat bahwa pasar persaingan sempurna yang akan menghasilkan hasil terbaik bagi konsumen dan masyarakat.

2. Pasar persaingan tidak sempurna dikatakan menopoli ketika hanya terdapat satu produsen tanpa adanya pesaing baik langsung maupun tidak langsung. Kuncoro dan Suhardjono (2007) mengatakan dalam pasar perbankan bentuk demikian hanya berada di daerah terpencil.

3. Pasar oligopoly adalah struktur pasar dimana ada beberapa pelaku pasar yang mendominasi. Ketika pasar dibagi ke beberapa perusahaan, maka pasar akan sangat terkonsentrasi. Meskipun hanya sediki perusahaan yang mendominasi, aka nada kemungkinan bahwa banyak perusahaan kecil juga dapat beroperasi di pasar.

4. Pasar persaingan monopolistik sebagai struktur pasar pertama kali diidentifikasikan Edward Chamberlin, dan Joan Robinson pada tahun 1930. Persingan monopolistic dideskripsikan bahwa di mana perusahaan memiliki banyak pesaing namun masing-masing menjual beberapa produk yang sedikit berbeda.

2.5. Perilaku Pasar

Perilaku pasar dalam efesiensi pemasaran adalah bagaimana perilaku pasar yakni produsen, konsumen, dan lembaga pemasaran yang terlibat dalam penyesuain diri terhadap situasi pembelian dan penjualan yang berlangsung di pasar. Terdapat tiga pelaku pasar yang memiliki kepentingan berbeda ketika

(29)

14 menganalisis perilaku pasar. Produsen menginginkan harga yang tinggi, tersedia waktu dan informasi pasar yang cukup, serta kekuatan tawar menawar yang kuat.

Lembaga pemasaran menginginkan keuntungan yang maksimal. Konsumen menginginkan tersedianya produk pertanian sesuai dengan kebutuhan dan harga yang wajar (Sudiyono, 2020).

Untuk melakukan analisis mengenai perilaku perusahaan biasanya diukur dengan melalui variabel rasio modal terhadap tenaga kerja (Capital Labor Ratio/CLR). Perilaku industri tercermin dengan sangat jelas melalui proses penentuan harga, strategi produk, riset dan inovasi, dan periklanan. Unsur-unsur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Perilaku Harga (Pricing Behavior)

Selain persaingan sempurna dapat melakukan kerja sama berupa kolusi dalam penentuan harga. Misalnya dengan cara membatasi output produk, maka harga akan lebih tinggi sehingga laba yang dicapai adalah maksimal.

2. Strategi Produk (Product Strategy)

Strategi ini dilakukan untuk menjawab keinginan perusahaan apakah akan tetap fokus pada lini produk yang sudah ada atau mendiversifikasi produk kearah perubahan produk-produk baru.

3. Riset dan Inovasi (Research and Inovation)

Riset dan inovasi ini dapat dilakukan untuk menciptakan produk yang benr-benar baru atau mencari cara berproduksi yang lebih efisisen.

(30)

15 4. Periklanan (Advertising)

Periklanan merupakan aktifitas untuk menyampaiakan informasi berkenaan produk perusahaan. Selain sebagai sarana promosi, iklan juga untuk meningkatkan diferensiasi produk dan loyalitas pelanggan.

5. Capital To Labour Ratio (CLR)

Salah satu variabel yang dapat digunakan dalam melihat perilaku dalam industri adalah rasio modal terhadap tenaga kerja atau Capital To Labour Ratio (CLR). CLR adalah pengukuran terhadap besarnya penggunaan pengeluaran untuk model dan pengeluaran untuk tenaga kerja.

2.6. Kinerja Pasar

Kinerja pasar merupakan hasil keputusan akhir yang dapat diambil dan berhubungan dengan proses tawar menawar serta persaingan pasar. Fungsi dari keragaan atau kinerja pasar adalah proses pemasaran hasil pertanian. Keragaan pasar juga merupakan salah satu indikator dalam melihat suatu efesiensi pemasaran. Untuk melihat efesiensi dalam pendekata kinerja pasar terdapat beberapa indikator yaitu harus terdapat kemajuan teknologi, adanya orientasi untuk perkembangan lembaga-lembaga pemasaran, adanya efesiensi peningkatan penggunaan sumber daya, dan adanya kualitas produk yang maksimasi jasa pemasaran dengan biaya serendah mungkin (Sudiyono, 2002).

Kinerja pasar menurut Teguh (2006) dalam (Sulastri & Suhono, 2016), merupakan reaksi yang diakibatkan karena terjadinya tindakan-tindakan para pesaing pasar guna bersaing menguasai pasar. Keuntungan dan efesiensi suatu

(31)

16 perusahaan yang telah dicapai dapat mengukur kinerja pasar dari perusahaan tersebut. Produsen pada umumnya akan berproduksi pada saat harga sama dengan biaya marginal dan biaya rata-rata. Dalam kinerja pemasaran terdapat komponen fundamental untuk melatih kinerja pemasaran yaitu:

1. Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran merupakan saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen ke konsumen. Suatu barang dapat berpindah dari tangan produsen sampai ke tangan konsumen dengan distribusi yang digunakan untuk menyalurkan barang-barang (Samsuddin, 2010).

2. Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran menurut Saifuddin (2002) merupakan perbedaan harga yang diterima produsen dengan harga yang dibayar konsumen terdiri dari biaya-biaya untuk menyalurkan atau memasarkan dengan keuntungan lembaga pemasaran atau marjin yaitu perbedaan harga pada suatu tingkat pasar dari harga yang dibayara dan harga yang diterima.

3. Share Biaya dan Share Keuntungan Lembaga Pemasaran

Share biaya dan share keuntungan pemasaran dapat pula digunakan untuk menganalisis efesiensi pemasaran. Apabila perbandingan share biaya dan share keuntungan pemasaran masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran merata dan cukup logis maka sistem pemasaran dikatakan efesien (Dyanasari et all, 2010).

(32)

17 4. Farmer's Share

Farmer's share adalah persentase perbandingan antara pembagian harga yang diterima oleh pedagang dengan bagian harga di konsumen akhir.

Farmer's share antara komoditas yag satu dengan komoditas yang lain berbeda. Tergantung dari jumlah kegunaan bentuk, tempat dan waktu ditambahkan oleh petani dan pedagang perantara yang terhubung dalam suatu saluran pemasaran (Widiastuti, 2013).

2.7. Beras

Beras adalah hasil olah dari produk pertanian yang disebut padi (Oryza sativa L). Beras merupakan komoditas pangan yang dijadikan makanan pokok bagi bangsa Asia, khususnya Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, Jepang, dan Myanmar. Biji padi terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian yang dapat dimakan (rice caryopsis) dan kulit (hull atau husk), (Ambarinanti, 2007).

Gabah dan beras merupakan biji-bijian yang dihasilkan oleh tanaman Oryza sativa. Penemuan padi tertua di Indonesia berada di wilayah Papua pada 7.000 tahun silam (Levetin, 2008). Beras diperoleh melalui beberapa tahapan penanaman padi, meliputi tahap panen dan pasca panen padi atau Oryza sativa.

Pada tahap panen padi menghasilkan jenis gabah yang beragam sesuai ciri fisik bulir padi, salah satunya adalah jenis gabah konsumsi. Gabah konsumsi memiliki ciri-ciri seluruh tanamaan Nampak kuning, bulu-bulu berwarna hijau hanya pada bagian atas dari semua bagian tanaman, dan disini gabah sudh keras tetapi mudah pecah dengan kuku (Kementan, 2015).

(33)

18 Tahap pasca panen, gabah konsumsi menghasilkan beras pecah kulit.

Beras pecah kulit merupakan beras yang telah mengalami proses pemisahan isi dengan kandung lembaga. Beras giling merupakan beras yang telah mengalami proses penghilangan sekam, lapisan aleuron (dedak) dan kotiledon. Beras giling juga disebut sebagai beras sosoh (Kementan, 2015).

Beras giling biasanya digunakan sebagai olahan nasi untuk konsumsi.

Beras giling ini lebih dikenal masyarakat sebagai beras pada umumnya. Beras telah dikonsumsi oleh 26 negara padat penduduk (China, India, Indonesia, Pakistan, Banglades, Malaysia, Thailand, dan Vietnam), atau lebih separuh penduduk dunia (Koswara, 2009).

2.8. Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Jenis

Penelitian Hasil Penelitian 1 Sinaga (2012) Analisis

Struktur,

Perilaku, dan Kinerja

Pemasaran Beras Granola di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

Kuantitatif Pemasaran beras granola memiliki Sembilan saluran pemasaran,dimana posisi petani sebagai penerima harga dan adanya hambatan masuk pasar karena peranan pedagang pengumpul, pasar menunjukkan kinerja yang relatif efisien dengan nilai margin rata-rata sebesar 27,64%

dan farmer share rata-rata sebesar

(34)

19

No Nama Judul Jenis

Penelitian Hasil Penelitian 72,36%

2 Esa (2018) Analisis Struktur,

Perilaku, dan Kinerja Industri

Kayu di

Gunungkidul

Deaskriptif Kualitatif

Analisis struktur pasar dengan menggunakan CR4 dan hambatan pasar.

Hasil analisis struktur pasar di sentra IKM mebel kayu di Desa Kedung Keris dengan CR4 dan CR8 sebesar 92%

dan 99% bersifat pasar dengan perusahaan

dominan karena terdapat salah satu perusahaan yang menguasai pasar 3 Muda Restu

Pratama (2017)

Analisis Struktur- Conduct- Performance (SCP) pada Industri Kecil dan Menengah Makanan

Olahan Kota Pekan Baru di Kecamatan Pyung Sekaki

Kuantitatif Struktur pasar mengarah pada struktur pasar monopolistik

dengan hasil perhitungan CR4 35,35% , dan IHH sebesar 562,82%.

Untuk variabel perilaku

menggunakan perhitungan CLR yang menghasilkan 6,142%

menunjukkan

bahwa dalam

industri tahu di Sekaki merupakan

(35)

20

No Nama Judul Jenis

Penelitian Hasil Penelitian perusahaan padat modal industri 4 Dwi Yuniarti

(1019)

Analisis Stuktur dan Perilaku

Padi pada

Pemasaran Beras Organik di Kabupaten Boyolali

Kuantitatif Pasar beras organik di Kabupaten Boyolali didominai oleh penggilingan padi umum dengan pagsa pasar sebesar 70,33%. Sedangkan 29,67% merupakan pangsa pasar dari

dua lembaga

pemasaran organik yaitu pedagang pengumpl desa dan koperasi

2.9. Kerangka Pikir

Beras adalah biji-bijian baik berkulit, tidak berkulit, diolah atau tidak diolah yang berasl dari Oriza Sativa L. Pada defenisi ini beras mencakup gabah, beras giling, dan beras pecah kulit. Sedangkan defenisi umum, beras merupakan bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam dan dedak atau bekatul (Kementan, 2015).

Pada tahap panen padi menghasilkan jenis gabah yang beragam sesuai ciri fisik bulir padi, salah satunya adalah jenis gabah konsimsi. Gabah konsumsi memiliki ciri-ciri: seluruh tanaman tampak kuning, bulu-bulu berwarna hijau hanya pada bagian atas dari semua bagian tanaman, dan isi gabah sudah keras tetapi mudah pecah dengan kuku (Kementan, 2015).

(36)

21 Pada tahap pasca panen, gabah konsumsi menghasilkan beras pecah kulit.

Beras pecah kulit merupakan beras yang telah mengalami proses pemisahan isi dengan kandung lembaga. Beras giling merupakan beras yang telah mengalami proses penghilangan sekam, lapisan aleuron (dedak) dan kotiledon. Beras giling juga disebut sebagai beras sosoh (Kementan, 2015).

Kerangka pikir dari penelitian ini dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

Gambar 1. Kerangka Pikir Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pemasaran Komoditas Beras di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba

Perilaku Pasar 1. Harga 2. Transisi

Harga

Kinerja Pasar 1. Margin

Pemasaran 2. Farmer Share Struktur Pasar

1. Pangsa Pasar 2. Konsentrasi

Pasar

Komoditas Beras

Pemasaran Beras

(37)

22 III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba. Penelitian berlangsung selama 3 bulan yaitu dari bulan Oktober - Desember 2021.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini diambil dari petani padi di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba. Sampel penelitian yang berjumlah 20 orang petani padi, kemudian dari banyaknya petani padi akan diambil semua karena jumlah petani hanya berjumlah 20 orang. Dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel jenuh dimana semua petani padi digunakan sebagai sampel karena jumlah populasi yang relatif kecil.

Responden ditentukan dengan menggunakan teknik snowball sampling.

Dimana pedagang pengumpul berjumlah 5 orang dan pedagang pengecer berjumlah 10 orang. Jadi total keseluruhan responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 35 orang.

3.3. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan metode survei. Responden dari penelitian ini adalah pedagang beras di Pasar Tradisional Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

(38)

23 1. Data primer dikumpulkan melalui wawancara secara langsung kepada para pedagang beras yang terpilih sebagai sampel berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disiapkan.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui dokumen atau laporan- laporan tertulis yang menyangkut dengan tujuan penelitian.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:.

1. Observasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui pengamatan secara langsung terhadap para pedagang beras di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba.

2. Wawancara, yaitu kumpulan data yang diperoleh melalui wawancara dengan para pedagang beras di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba.

3. Dokumentasi, yaitu mengambil data-data langsung dan dokumen atau arsip yang ada di Kantor Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba.

3.5. Metode Analisis Data

3.5.1 Analisis Struktur Pasar

Analisis struktur pasar dapat dilihat dari:

1. Pangsa pasar

Pangsa pasar menunjukkan bagian pasar yang dikuasai oleh suatu lembaga pemasaran. Pangsa pasar suatu lembaga dapat dirumuskan sebagai berikut:

(39)

24 MSi = 𝑆𝑖

𝑆𝑡𝑜𝑡 𝑥 100 Keterangan:

MSi : Pangsa pasar suatu lembaga pemasaran (%) Si : jumlah penjualan lembaga pemasaran ke-I (Kg) Stot : total penjalan seluruh lembaga pemasaran (Kg) 2. Konsetrasi pasar

Konsentrasi pasar dapat dihitung dengan menggunakan analisis CR5. Hirschey (2009) menjelaskan nilai CR 8 ≥ 0,8 menunjukkan industri terkonsentrasi kuat. Untuk nilai CR 8 antara 0,5 < CR 8< 0,8 menunjukkan pasar terkonsentrasi sedangdan nilai CR 8 ≤ 0,5 menujukkan pasar terkonsentrasi lemah. Analisis struktur pasar dengan pendekatan CR5 pernah dilakukan (Asmara dan Ardhiani, 2010).

CR5 = S1+S2+S3+S4+S5 Keterangan:

CR5: Konsetrasi Rasio

Si : Pangsa Pasar oleh pedagang 1,2,3,4,5 (ton/tahun)

3.5.2 Analisis Perilaku Pasar

Analisis pasar dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis secara deskriptif yaitu menjelaskan praktik penentuan harga beras dan bentuk hubungan yang terjadi antara sesama lembaga pemasaran. Analisis secara kuantitatif dilakukan untuk melihat korelasi harga dan transmisi harga antara harga beras ditingkat pedagang dan harga beras ditingkat

(40)

25 konsumen. Keeratan hubungan antara harga beras ditingkat pedagang dan harga beras ditingkat konsumen ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi.

Adapun rumus koefisisen korelasi yaitu:

r = [n ∑ 𝑋𝑖 𝑌𝑖−(∑ 𝑋𝑖)(∑𝑌𝑖)]

√[n ∑ 𝑋𝑖²−( ∑ 𝑋𝑖)² ⎥ n ∑ 𝑌𝑖²−(∑ 𝑌𝑖)²]

Keterangan :

r : Korelasi harga beras ditingkat pabrik dan harga ditingkat pedagang

n : jumlah sampel

Xi : Harga beras ditingkat pedagang akhir (Rp/Kg) Yi : Harga padi ditingkat konsumen akhir (Rp/Kg) 3.5.3 Analisis Kinerja Pasar

Ferdinand (2000), kinerja pemasaran adalah faktor yang digunakan mengukur dampak dari strategi yang diterapkan perusahaan. Strategi perusahaan selalu diarahkan menghasilkan kinerja pemasaran yang baik dan juga kinerja keuangan yang baik.

Wibowo (2014), mengatakan bahwa Tobin's Q tidak hanya memberikan gambaran pada aspek fundamental saja, tetapi juga sejauh mana pasar menilai perusahaan dari berbadgai aspek yang dilihat oelh pihak luar termasuk investor. Maka rasio Tobin's Q dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Wibowo, 2014):

Tobin's Q (Q)= 𝑀𝑉𝑆+𝐷

𝑇𝐴

(41)

26 Dimana:

MVS : Market Value of all outstanding shares D : Debt

TA : Total Asset

Analisis kinerja pemasaran dapat dilihat dari:

1. Margin pemasaran merupakan selisih harga ditingkat konsumen dan harga ditingkat produsen. Untuk menghitung marjin dari setiap lembaga pemasaran digunakan rumus:

Mp =Pr – Pf Keterangan:

Mp : Marjin pemasaran (Rp/Kg)

Pr : Harga rata-rata beras ditingkat konsumen (Rp/Kg) Pf : Harga rata-rata beras ditingkat produsen (Rp/Kg) 2. Farmer Share

Fs = Pf

Pr 𝑥 100%

Keterangan:

Fs: Farmer share

Pf: Harga rata-rata ditingkat produsen (Rp/Kg) Pr: Harga rata-rata ditingkat konsumen (Rp/Kg)

(42)

27 3.6 Definisi Operasional

1. Padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting yang dilakukan di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba.

2. Beras adalah salah satu bahan makanan pokok yang sangat dibutuhkan masyarakat untuk dikonsumsi sehari-hari dan merupakan suatu sumber gizi bagi manusia.

3. Petani padi sawah adalah orang yang bekerja menggarap suatu lahan sawah untuk ditanami benih padi yang merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat.

4. Struktur pasar adalah informasi tentang perilaku usaha dan kinerja pasar yang dijelaskan melalui keadaan pasar.

5. Perilaku pasar adalah tindakan yang dilakukan oleh pelaku usaha dlaam kapasitasnya sebagai pemasok atau pembeli barang atau jasa mencapai tujuan perusahaan, antara lain pencapaian laba, pertumbuhan asset, target penjualan, dan metode persaingan yang digunakan.

6. Kinerja pasar merupakan prestasi atau target yang dicapai oleh pasar dengan adanya hubungan dengan struktur pasar.

7. Pangsa pasar adalah total permintaan terhadap suatu produk oleh sekelompok konsumen tertentu.

8. Konsentrasi pasar disini menunjukkan bahwa seberapa besar pengaruh pasar terhadap penjualan di dalam pasar secara keseluruhan.

9. Harga adalah suatu nilai tukar ysng disamakan dengan uang dan manfaat dari barang lain bagi seseorang pada waktu tertentu dan tempat tertentu.

(43)

28 10. Transisi harga merupakan peralihan suatu produk pemasaran dari petani

sampai kekonsumen akhir.

11. Margin pemasaran adalah perbedaan harga dari tingkat petani atau produsen dengan harga yang diberikan terhadap tingkat konsumen akhir.

12. Farmer share merupakan persentase dari harga jual yang diberikan petani terhadap harga ditingkat pedagang pengecer atau harga yang dibayar oleh konesumen akhir.

(44)

29 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Kondisi Geografis

4.1.1. Luas dan Letak Wilayah

Desa Bontotanga merupakan salah satu desa di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba, dengan luas wilayah 5,31 km², desa yang merupakan jalan poros ke Kota Kabupaten yang dilalui oleh kendaraan lain seperti Kecamatan Kajang dan Kecamatan Herlang, jarak tempuh Desa Bontotanga ke ibu Kota Kecamatan sekitar 10 km sedangkan jarak dari ibu Kota Kabupaten sekitar 37 km. Secara topografi wilayah Desa Bontotanga yang merupakan daerah dataran tinggi yang pemikiman di atas laut 100-150 meter di atas permukaan laut,yang terdiri dari 4 Dusun diantaranya adalah:

1. Dusun Tunumbeng 2. Dusun Timbula 3. Dusun Jatia 4. Dusun Bilamporoa 5. Dusun Bonto Suka

Wilayah Desa Bontotanga termasuk desa yang beriklim sedang.

Kelembapan udara yang berkisar sekitar 95% - 99% dengan temperature berkisar 230⁰C - 370⁰C. Sehingga penduduk desa banyak yang berpotensi sebagai petani dan berdagang dengan memanfaatkan lahan yang sangat

(45)

30 cocok untuk bertani padi dan tanaman jangka panjang seperti kakao, kelapa, cengkeh, dan lainnya. Batas wilayah Desa Bontotanga adalah:

1. Sebelah Utara : Desa Bontobarua 2. Sebelah Timur : Desa Bontobulaeng 3. Sebelah Selatan : Desa Tamalanrea 4. Sebelah Barat : Desa Bontomarannu 4.2 Keadaan Demografis

4.2.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Kepadatan penduduk di Desa Bontotanga hampir sama dengan kepadatan penduduk ibu kota kecamatan yaitu sekitar 20 orang per kilometer persegi, dimana kepadatan penduduk Kecamatan Bontotiro berkisar 20 orang per kilometer persegi. Dusun yang terpadat penduduknya dalah Dusun Timbula dengan kepadatan 60 orang per kilometer persegi, sedangkan yang paling rendah adalah Dusun Jatia dengan kepadatan hanya sekitar 15 orang per kilometer persegi. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk berdasarkan tabel jenis kelamin di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba, 2021

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Presentase (%) 1.

2.

Laki-Laki Perempuan

1.490 1.989

42,83 57,17

Total 3.479 100

(46)

31 Sumber: Kantor Desa Bontotanga, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba,

2021

Tabel 1, menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa Bontotanga adalah 3.479 jiwa. Dari jumlah tersebut mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak 1.989 orang, sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1.490 orang.

4.2.2 Tingkat Penduduk Menurut Pendidikan

Fasilitas pendidikan di Desa Bontotanga relatif lengkap. Sarana pendidikan informal (Taman Kanak-Kanak/TK) dan sarana pendidikan formal dari tingkat SD sampai SLTA telah tersedia. Tingkat pendidikan mempengaruhi kinerja seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dan sebaliknya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorangmaka semakin mampu mengatur kehidupan masyarakat pedesaan pada umumnya. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan masyarkat dapat dilihat pada Tabel 2:

Tabel 2. Tingkat Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba, 2021

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Presentase (%) 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Tidak/Belum Sekolah Tamat SD/MI

Tamat SMP/MTS Tamat SMA/MA/SMK Tamat DI/DII

Tamat DIII/Sarjana Muda Tamat Sarjana

715 1.250

433 1.214

42 78 247

17,96 31,41 10,88 30,51 1,06 1,98 6,20

Total 3.979 100

(47)

32 Sumber: Kantor Desa Bontotanga, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba,

2021

Tabel 2 menunjukkan jumlah keseluruhan dimana yang tamat SD/MI sebanyak 1.250 orang atau dan yang paling terendah adalah yang tamat DI/DII sebanyak 42 orang.

4.2.3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan parasarana merupakan faktor yang terpenting dalam kebutuhan masyarakat. Dalam ketersediaan sarana dan parasarana tersebut akan memperlancar kegiatan masyarakat, karena berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan jasmani maupun rohani.

Tabel 3. Sarana dan Prasarana di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba, 2021

No. Sarana dan Prasarana Umum Jumlah (Unit) Presentase (%) 1.

2.

3.

4.

5.

6.

Masjid Puskesmas Pustu Posyandu TK

SD

6 1 1 5 1 5

31,58 5,26 5,26 26,32

5,26 26,32

Total 19 100

Sumber: Kantor Desa Bontotanga, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba, 2021

Tabel 3 menunjukkan jumlah masjid yang ada di Desa Bontotanga sebanyak 6 masjid. Selain masjid terdapat juga 1 unit puskesmas, 1 pustu, 5 posyandu, TK, SD.

(48)

33 4.2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Mata pencaharian diartikan pula sebagai aktivitas manusia dalam memberdayakan potensi sumber daya alam.

Uraian mengenai mata pencaharian yang ada di Desa Bontotangan Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba dapat dilihat pada Tabel 4:

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Presentase (%) 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

Petani Buruh Tani Buruh Migrain Pegawai Negeri Sipil

Pedagang Barang Kelontong Peternak

Montir

Ahli Pengobatan Alternatif TNI

POLRI

Pedagang Keliling Tukang Kayu Tukang Batu

Karyawan Perusahaan Swasta Wiraswasta

Pengrajin Gula Merah Pelajar

Purnawirawan/Pensiunan Perangkat Desa

Buruh Jasa Perdagangan Bumi Sopir

Karyawan Honorer Pelaut

Yang Tidak Bekerja

875 40 93 24 13 354

4 2 2 2 2 6 8 2 12 21 39 4 3 1 2 1 5 699

39,52 1,80

4,2 1,08

0,5 15,98

0,18 0,09 0,09 0,09 0,09 0,27 0,36 0,09 0,54 0,94 6,27 0,18 0,13 0,04 0,09 0,04 0,22 27,05

Total 2.214 100

Sumber: Kantor Desa Bontotanga, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba, 2021

(49)

34 Tabel 4 menunjukkan bahwa mata pencaharian di Desa Bontotanga memiliki potensi dan pendapatan yang berbeda-beda. Di Desa Bontotangan petani merupakan mata pencaharian yang lebih banyak yang berjumlah 875 orang atau 39,52% . Hal ini didukung dengan keadaan desa yang memiliki lahan yang cukup luas sehingga dimanfaatkan sebagai mata pencaharian.

(50)

35 V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Identitas Responden

Pada penelitian ini menggunakan beberapa metode penelitian yaitu metode observasi, metode wawancara, dan metode dokumentasi. Dimana metode observasi ini digunakan untuk mengamati kondisi di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba, seperti keadaan penduduk Desa, mata pencaharian, dan sarana prasarana. Kemudian metode wawancara digunakan untuk memperoleh data responden, karakteristik responden, dan pemasaran komoditas beras yang ada di Desa Bontotanga Keacamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba. Metode dokumentasi digunakan peneliti untuk memperoleh data-data dari Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba selama melakukan penelitian dilapangan.

5.1.1. Umur Responden

Umur responden sangat berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat.

Pemahaman mengenai informasi dan inovasi baru yang lebih cepat dimengerti dan diterapkan walaupun pengalaman yang dimiliki masih kurang memadai. Adapun penentuan umur responden dapat dilakukan dengan hitungan tahun. Umur responden dapat dilihat pada Tabel 5.

(51)

36 Tabel 5. Identitas Responden Berdasarkan Umur

No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Presentase (%) 1.

2.

3.

4.

35 – 45 46 – 56 57 – 66 67 – 77

7 10

2 1

35,00 50,00 10,00 5,00

Jumlah 20 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

Tabel 5 menunjukkan bahwa petani padi di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba yang lebih banyak berada pada usia 46 – 56 tahun dengan jumlah 10 orang dengan presentase (50,00%).

5.1.2. Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan juga sangat berperan penting dalam suatu proses pembelajaran dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang petani padi di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba agar lahan yang dimilikinya dapat diolah dengan baik. Dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan wawan yang dimiliki akan semakin luas. Pada tingkat pendidikan responden dapat dilahat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Presentase (%) 1.

2.

3.

SD SMP SMA

13 2 5

65,00 10,00 25,00

Jumlah 20 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

(52)

37 Tabel 6 menunjukkan bahwa petani padi di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba yang lebih dominan adalah pendidikan SD sebanyak 13 orang dengan presentase (65,00%).

5.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga merupakan jumlah anggota keluarga yang berfungsi sebagai tenaga kerja yang digunakan dalam pengolahan lahan pertanian.

Di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba para petani banyak yang menggunakan anggota keluarga sendiri sebagai tenaga kerja. Dimana semakin banyak jumlah anggota keluarga semakin banyak pula tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga No Jumlah Tanggungan

Keluarga (Orang) Jumlah (Orang) Presentase (%) 1.

2.

3.

0 – 2 3 – 5 6 – 7

2 17

1

10,00 85,00 5,00

Jumlah 20 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

Tabel 7 menunjukkan bahwa petani padi di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba yang mempunyai jumlah tanggungan keluarga yang paling banyak terdapat pada usia 3 - 5 tanggungan keluarga sebanyak 17 orang dengan presentase (85,00%).

(53)

38 5.1.4. Pengalaman Bertani

Pengalaman bertani menunjukkan bahwa keberhasilan seseorang dalam mengolah lahan pertaniannya. Karena dalam pengalaman bertani bisa menjadi pedoman untuk bisa lebih maju lagi kedepannya. Pengalaman bertani seorang petani padi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Responden Berdasarkan Pengalaman Bertani No Pengalaman Bertani

(Tahun) Jumlah (Orang) Presentase (%) 1.

2.

3.

5 – 15 16 – 26 27 – 37

4 8 8

20,00 40,00 40,00

Jumlah 20 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

Tabel 8 menunjukkan bahwa petani padi di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba yang paling banyak jumlah tanggungan keluarganya terdapat pada usia 16 – 26 tahun sebanyak 8 orang dengan presentase (40,00%) dan juga pada usia 27 – 37 tahun sebanyak 8 orang dengan presentase (40,00%).

5.2. Analisis Struktur Pasar

Struktur pasar dapat dianalisis dengan dua pokok elemen, yaitu pangsa pasar dan konsentrasi pasar. Adapun hasil pada penelitian ini dengan melihat dari analisis struktur pasar di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba adalah sebagai berikut:

(54)

39 5.2.1. Analisis Pangsa Pasar

Menurut Fuad dalam Jaya (2011) Pangsa pasar menggambarkan persentase penjualan masing-masing pasar dengan penjualan dari total yang ada dalam industri. Pangsa pasar diukur melalui penjualannya, dalam bentuk persentase dari seluruh penjualan pasar yang berkisar antara 0 persen hingga 100 persen (Jaya, 2011). Semakin tinggi pangsa pasar, maka semakin tinggi kekuatan pasar yang dimiliki dan dikatakan oligopsoni. Bila pangsa pasar yang dimiliki oleh pasar kecil, maka pasar tersebut mempunyai kekuatan oligopsoni pasar yang kecil.

Penguasaan pangsa pasar yang besar akan dimanfaatkan dan semakin menguasai pasar. Penguasaan pasar yang semakin besar pada akhirnya akan mencapai keuntungan maksimal.

Dalam pemasaran beras di Desa bontotanga memiliki tiga jenis lembaga pemasaran. Pada Tabel 9 dapat dilihat data pangsa pasar pemasaran beras.

Tabel 9. Hasil Analisis Pangsa Pasar Pemasaran Beras di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba

No Lembaga Penjualan (Kg/Bulan) Pangsa Pasar (%) 1.

2.

3.

Petani

Pedagang Pengumpul Pedagang Pengecer

5.552,08 7.140 15.089

19,98 25,70 54,31

Jumlah 27.781,28 100

Sumber : Data Primer 2021 (Diolah)

Menurut data di Desa Bontotanga jumlah petani sebesar 20 orang, jumlah pedagang pengumpul berjumlah 5 orang pedagang dan pedagang pengecer berjumlah 10 orang pedagang. Sehingga pedagang pengecer memiliki jumlah beras yang lebih besar dibandingkan petani. Hal tersebut menunjukkan bahwa

(55)

40 lembaga pemasaran pedagang pengecer terbesar dalam pemasaran beras di Desa Bontotanga bentuk sebuah pasar oligopsoni. Pasar oligopsoni merupakan jenis pasar yang terdapat beberapa pembeli tetapi penjualan banyak.

Dalam pasar ini pembeli merupakan pelaku usaha yang membeli bahan mentah dan menjualnya kembali kepada konsumen akhir. Hal ini sesuai dengan kondisi di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba dimana jenis barang yang dijual oleh petani adalah produk mentah yaitu beras dan pembeli beras adalah distributor yaitu seperti pedagang pengumpul dan tidak ada konsumen membeli secara langsung ke petani.

5.2.2. Kosentrasi Pasar

Konsentrasi rasio lima lembaga terbesar Concentration Ratio for Biggest Five (CR5) menjelaskan perwakilan dari empat lembaga pedagang pengumpul terbesar pemasaran beras yang ada di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba maka melalui pedagang pengecer terbesar tersebut terhadap total penjualan keseluruhan lembaga pedagang pengecer pada penelitian ini. Jika konsentrasi pasar berkisar dari 40-60 persen maka pasar tersebut berkonsentrasi pada pasar oligopsoni.

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dilihat dari perhitungan:

CR5 = S1+S2+S3+S4+S5

= 16,73+31,37+17,93+13,39+20,5 = 99,9%

(56)

41 konsentrasi rasio 5 pedagang pengumpul di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba adalah sebesar 99,9% oligopsoni. Hal ini, disebabkan karena terjadinya persaingan antar sesama pedagang pengecer karena banyaknya pedagang pengecer yang ada di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba.

5.3. Analisis Perilaku Pasar

Perilaku pasar adalah pola tingkah laku lembaga-lembaga pemasaran yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana lembaga tersebut melakukan kegiatan penjualan dan pembelian serta bentuk-bentuk keputusan yang diambil dalam menghadapi struktur pasar tersebut. Perilaku pasar meliputi sistem penentuan harga, kerja sama antara lembaga pemasaran, dan saluran pemasaran.

5.3.1 Sistem Penentuan Harga

Berdasarkan hasil penenlitian di Desa Bontotanga harga ditingkat petani di tentukan oleh pedagang pengumpul, karena petani mengandalkan pedagang pengumpul untuk memasarkan hasil panen beras, dengan pertimbangan kemudahan dalam akses pengangkutan menuju pasar. Pada kegiatan penentuan harga dilokasi, antar pedagang pengumpul dan pedagang pengecer didasarkan pada harga yang berlaku dipasar.

Proses terjadinya harga yaitu pedagang pengumpul akan menghubungi pedagang pengecer untuk mengetahui harga yang bersedia diterima oleh pedagang pengecer. Sebelum melakukan pembelian kepada petani. Setelah itu

(57)

42 pedagang pengumpul mengadakan kesepakatan harga dengan petani.

Pencapaian harga tidak terlalu sulit dan memakan waktu yang tidak lama karena terbatasnya informasi yang sampai kepada petani sehingga petani cenderung sebagai penerima harga (price taker). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Melisa (2017) menunjjukkan bahwa petani sebagai pihak price taker dalam penentuan harga.

5.4. Kinerja Pasar

Kinerja pasar dapat dilihat dari tingkat harga yang terbentuk di pasar serta penyebaran harga ditingkat produsen sampai konsumen. Kinerja pasar dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu margin pemasaran dan farmer share.

5.4.2. Margin Pemasaran

Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga ditingkat konsumen dengan harga yang diterima petani (Tomek dan Robinson, 1990). Dengan kata lain marjin pemasaran beras merupakan selisih antara harga jual pada setiap lembaga pemasaran dengan harga pembelian pada setiap lembaga. Besar kecilnya marjin pemasaran sangat berhubungan dengan panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui, dalam hal ini beras sampai kepada konsumen. Marjin pemasaran yang ada di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba dapat dilihat pada Tabel 11.

(58)

43

Tabel 11. Margin Pemasaran dan Farmer Share, Pada Pemasaran di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba

Lembaga Pemasaran

Harga Beli (Rp/Kg)

Harga Jual (Rp/Kg)

Margin (Rp/Kg) Produsen

Pedagang Konsumen

- 8.500 10.500

8.500 10.500

-

- 2.000

- Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

Tabel 11 menunjukkan bahwa margin pemasaran yang ada di Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba harga rata-rata pada petani sebesar 8.500 Rp/Kg kemudian harga jual pada pedagang sebesar 10.500 Rp/Kg, maka margin yang didapatkan pada pemasaran beras di Desa Bontotanga yaitu 2.000 Rp/Kg. Margin pemasaran didapatkan dari harga tingkat konsumen dikurangi harga ditingkat produsen.

5.4.3. Farmer Share

Farmer share merupakan perbandingan persentase antara harga yang diterima oleh petani dan harga yang diterima oleh konsumen akhir. Hasil dari farmer share dapat dilihat pada rumus berikut:

Fs = Pf

Pr 𝑥 100%

= 8.500

10.500 𝑥 100%

= 0,80 x 100%

= 80,95%

Berdasarkan perhitungan farmer share hasil pemasaran dapat diketahui sebesar 80,95%. Disini petani menjual hasil panennya ke pedagang dengan harga

(59)

44 8.500 Rp/Kg dibagi dengan harga ditingkat pedagang untuk mengetahui hasil farmer share. Pengukuran margin pemasaran dapat dilihat dari, apabila margin pemasaran semakin tinggi maka bagian yang diterima petani semakin rendah dan begitu juga sebaliknya apabila margin pemasaran rendah maka yang diterima petani semakin tinggi.

Menurut Setyowati (2010) menyatakan bahwa farmer share ≤ 50%

merupakan belum efisien sedangkan farmer share ≥ 50% sudah efisien. Jadi nilai farmer share yang didapatka pada lokasi penelitian sebesar 80,95% sudah efisien karena lebih besar dari 50%. Nilai 80,95% adalah harga yang diterima oleh petani.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis data dan pembahasan pupuk organik cair ekstrak daun lamtoro, ekstrak tauge dan urine sapi, maka dapat disimpulkan bahwa kandungan makronutrien

Pelaksanaan perumusan penetapan kebijakan daerah dan penyusunan perencanaan program kegiatan perencanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan, pengembangan adat

Pada uji ini terdapat hubungan yang signifikan antara penurunan kadar glukosa darah dengan peningkatan asupan energi selama intervensi (p&lt;0,05)... Korelasi IMT

Skripsi berjudul: Perilaku Pasar dan Keragaan Pemasaran pada Komoditas Kedelai di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember, telah diuji dan disahkan oleh

Hukum waris adalah kumpulan peraturan yang mengatur hukum mengenai kekayaan karena wafatnya seseorang, yaitu mengenai perpindahan kekayaan yang ditinggalkan oleh si mati dan akibat

Selain itu, perencanaan bendung ini juga perlu memperhitungkan faktor-faktor hidrologi, kondisi topografi, kondisi hidraulik dan morfologi sungai agar didapat desain

Dalam penelitian yang berjudul Analisis Determinan Permintaan Komoditas beras di Kabupaten Gowa ada beberapa variabel yang berpengaruh terhadap permintaan Komoditas Beras

09 Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Broiler Indonesia&amp;nbsp; Pendekatan Model Simultan 10 Analisis Pendapatan Usahatani Padi dan Sistem Pemasaran Beras di