• Tidak ada hasil yang ditemukan

INVENTARISASI PARASITOID LARVA HAMA PENGGULUNG DAUN PISANG (Erionota thrax L.) DI DESA SAMPALI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "INVENTARISASI PARASITOID LARVA HAMA PENGGULUNG DAUN PISANG (Erionota thrax L.) DI DESA SAMPALI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

INVENTARISASI PARASITOID LARVA HAMA PENGGULUNG DAUN PISANG (Erionota thrax L.) DI DESA SAMPALI KECAMATAN

PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

OLEH :

M. HAFIZHAN LUBIS 140301222

HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

INVENTARISASI PARASITOID LARVA HAMA PENGGULUNG DAUN PISANG (Erionota thrax L.) DI DESA SAMPALI KECAMATAN

PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

OLEH :

M. HAFIZHAN LUBIS 140301222

HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021

(3)

Judul : Inventarisasi Parasitoid Larva Hama Penggulung Daun Pisang (Erionota thrax L.) Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

Nama : M. Hafizhan Lubis

NIM : 140301222

Prodi : Agroteknologi

Minat : Hama dan Penyakit Tumbuhan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing:

(4)

ABSTRACT

M. Hafizhan Lubis. 2021: “Inventory of Parasitoid Larvae of Banana Leaf Roller Pest (Erionota thrax L.) in Sampali Village, Percut Sei Tuan District, Deli Serdang Regency”. Under the guidance of Ameilia Zuliyanti Siregar and Mukhtar Iskandar Pinem.

Deli Serdang is the district with the highest banana production in North Sumatra. The main pest is Erionota thrax. And one of the natural enemies used for control is parasitoids. The purpose of this study was to determine the parasitoid larvae of the banana leaf rolling pest (Erionota thrax L.) and to calculate the level of pest attack in Sampali Village, Percut Sei Tuan District, Deli Serdang Regency and insect identification activities were carried out at the Pest and Plant Disease Laboratory, Faculty of Agriculture, University North Sumatra. The research method used a random sampling method, carried out in Sampali Village, Percut Sei Tuan District, Deli Serdang Regency. By calculating pest population density and pest attack rate. The results showed that there were two types of parasitoids, namely Cotesia erionotae and Brachymeria lasus. The highest population density of Erionota thrax in Barangan banana was 1.63, the highest population density of Erionota thrax in Kepok banana was 1.45. The attack rate of Erionota thrax on Barangan bananas reached 95%, and the attack rate of Erionota thrax on Kepok bananas reached 97.5%.

Keywords: inventory, Erionota thrax L., parasitoid, Barangan banana, Kepok banana

(5)

ABSTRAK

M. Hafizhan Lubis. 2021: “Inventarisasi Parasitoid Larva Hama Penggulung Daun Pisang (Erionota thrax L.) Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang”. Di bawah bimbingan Ameilia Zuliyanti Siregar dan Mukhtar Iskandar Pinem.

Deli Serdang merupakan Kabupaten dengan produksi Pisang tertinggi di Sumatera Utara. Hama utamanya adalah Erionota thrax. Dan salah satu musuh alami yang dimanfaatkan untuk pengendalian adalah parasitoid. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui parasitoid larva hama penggulung daun Pisang (Erionota thrax L.) serta menghitung tingkat serangan hama di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dan kegiatan identifikasi serangga dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Metode penelitian menggunakan metode random sampling, dilakukan di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Dengan menghitung kepadatan populasi hama dan tingkat serangan hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua jenis parasitoid yaitu Cotesia erionotae dan Brachymeria lasus. Kepadatan populasi Erionota thrax tertinggi pada pisang Barangan yaitu 1.63, Kepadatan populasi Erionota thrax tertinggi pada pisang Kepok yaitu 1.45. Tingkat serangan Erionota thrax pada pisang Barangan mencapai 95%, Tingkat serangan Erionota thrax pada pisang Kepok mencapai 97.5%.

Kata Kunci: inventarisasi, Erionota thrax L., parasitoid, pisang Barangan, pisang Kepok

(6)

RIWAYAT HIDUP

Muhammad Hafizhan Lubis, dilahirkan di Medan pada tanggal 25 Juni 1996 dari ayahanda Abdul Latif dan ibunda Sri Mulyati. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah SD Harapan 1 Medan lulus tahun 2008, SMP Harapan 1 Medan lulus tahun 2011 dan tahun 2014 penulis lulus dari SMA Harapan 1 Medan dan pada tahun yang sama lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru melalui jalur UMBPTN pada program studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK).

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Smart Pernantian, Kebun Pernantian, Labuhan Batu Utara dari bulan Juli hingga Agustus 2017.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari Usulan Penelitian ini adalah “Inventarisasi Parasitoid Larva Hama Penggulung Daun Pisang (Erionota Thrax L.) Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu Ameilia Zuliyanti Siregar, S.Si., M. Sc., Ph.D., selaku Ketua Komisi Pembimbing dan kepada Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M. Agr. Selaku Anggota Komisi Pembimbing telah banyak memberikan arahan dalam pelaksanaan Penelitian.

Ucapan terimakasih kepada kedua orangtua atas kasih sayang, semua dukungan moril dan materil serta doa nya kepada penulis serta kepada teman – teman yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini.

Penulis menyadari usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna, maka itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih. Semoga penelitian ini bermanfaat.

Medan, Juli 2020

Penulis

(8)

DA FTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pisang (Musa Spp) ... 6

Syarat Tumbuh ... 8

Iklim ... 8

Tanah ... 8

Hama Penggulung Daun Pisang (Erionota Thrax L.) ... 9

Biologi Hama ... 9

Gejala Serangan ... 12

Parasitoid ... 14

Klasifikasi Parasitoid ... 15

Pengendalian ... 17

Pengendalian Hayati Dengan Parasitoid ... 18

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

Bahan dan Alat ... 19

Pelaksanaan Penelitian ... 19

Pengambilan Sampel ... 19

Identifikasi Serangga ... 20

Metode Analisis Data ... 20

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Parasitoid larva Erionota Thrax L ... 22

Kepada tan Populasi Erionotha Thrax L. Pada Dua Jenis Pisang ... 24

Tingkat Serangan Erionota Thrax L. Pada Dua Jenis Pisang ... 24

Identifikasi Parasitoid Larva Erionota Thrax L. ... 27

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 33

Saran ... 33 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Parasitoid larva Erionota Thrax L. pada dua jenis tanaman

pisang………..………. 22

2. Kepadatan populasi dan tingkat serangan larva Erinota Thrax L.

pada dua jenis tanaman pisang.………... 24

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Tanaman pisang……….. 6

2. Erinota Thrax L.………. 10

3. Siklus hidup Erionota Thrax L.……….. 12

4. Gejala serangan Erionota Thrax L.………. 14

5. Parasitoid larva Erionota Thrax L. (Cotesia erionotae) dan (Brachymeria lasus)..………... 23

6. Larva Erionota Thrax L. yang terparasit dan sehat..……….. 28

7. Populasi larva Erionota Thrax L. dan parasitoid pengamatan bulan Maret-Mei..………... 29 8. Populasi larva Erionota Thrax L. dan parasitoid pengamatan bulan

November-Desember ………...

31

DAFTAR LAMPIRAN

(12)

No. Halaman 1. Jumlah larva Erionota Thrax L. pada pisang barangan pada minggu

1- minggu 4..………. 37

2. Jumlah larva Erionota Thrax L. pada pisang kepok pada minggu 1-

minggu 4……… 38

3. Jumlah dan jenis parasitoid pada pisang kepok pada minggu 1-

minggu 4..……….. 39

4. Jumlah dan jenis parasitoid pada pisang barangan pada minggu 1-

minggu 4..……….. 39

5. Berdasarkan hasil penelitian Pasrah (2020) jumlah larva Erionota

Thrax L. dan parasitoid pada bulan Maret - Mei..………... 39 6. Jumlah larva Erionota Thrax L. dan parasitoid pada bulan November

- Desember..………... 40 7. Data Curah Hujan, Suhu, dan Kelembapan Udara di Kabupaten Deli

Serdang bulan November - Desember 2020………. 40 8. Tanaman pisang di desa sampali kabupaten deli serdang..…………... 41 9. Pengambilan sampel daun pisang ……… 42 10. Sampel Erionota Thrax L. pada tanaman pisang Kepok dan pisang

Barangan……… 43

11.

12.

Sampel Erionota Thrax L. pada tanaman pisang yang terparasit…….

Parasitoid yang muncul dari larva Erionota Thrax l...………..

44 45

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Salah satu komoditas hortikultura dari kelompok buah - buahan yang saat ini cukup diperhitungkan adalah tanaman pisang. Pengembangan komoditas pisang bertujuan memenuhi kebutuhan akan konsumsi buah-buahan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dimana pisang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Selain rasanya lezat, bergizi tinggi dan harganya relatif murah, pisang juga merupakan salah satu tanaman yang mempunyai prospek cerah karena di seluruh dunia hampir setiap orang gemar mengkonsumsi buah pisang (Komaryati dan Adi, 2012).

Menurut jenisnya, tanaman pisang yang buahnya dapat dimakan dikelompokkan dalam tiga golongan besar, yaitu: (1) Musa paradisiaca var.

sapientum dan Musa nona L. atau Musa cavendishii; (2) Musa paradisiaca var.

formatika; dan (3) Musa brochycarpa. Pisang dari golongan 1, buahnya enak dimakan dalam keadaan segar seperti pisang mas, pisang ambon, pisang raja, pisang susu, dan lainnya. Pisang dari golongan 2, buahnya enak dimakan setelah dimasak dulu (direbus atau digoreng), seperti pisang kepok, pisang sobo, pisang siem, dan pisang tanduk. Pisang dari golongan 3 termasuk golongan pisang yang mempunyai biji, misalnya pisang klutuk atau pisang batu (Soedirdjoatmodjo 1985). Diantara banyaknya jenis pisang yang terkenal di Indonesia, terdapat dua jenis pisang yang paling banyak digemari oleh masyarakat, yaitu pisang barangan dan pisang kepok.

Pisang Barangan adalah salah satu jenis pisang yang sangat digemari oleh

(14)

konsumen pisang barangan terus meningkat tetapi tidak diiringi dengan peningkatan kualitas dan luas areal tanam. Ada beberapa jenis pisang Barangan, yaitu: pisang Barangan meskipun harganya lebih mahal dibandingkan dengan jenis lainnya. Permintaan akan merah, kuning dan putih. Ciri khas setiap jenis ini dibedakan dengan mudah dari warna dan aroma daging buahnya sedangkan morfologi tanaman hampir seragam.Daging buah pisang Barangan Merah berwarna kuning kemerah-merahan, pisang Barangan Kuning daging buahnya berwarna kuning muda, sedangkan pisang Barangan Putih daging buahnya berwarna putih, lebih kecil dan tidak harum sehingga kurang diminati konsumen. Pisang Barangan Merah sangat disukai masyarakat karena aromanya lebih harum dan lebih manis dibandingkan barangan kuning dan putih (Pramana, 2018).

Tanaman pisang kepok (Musa paradisiaca L.) merupakan tanaman dalam golongan terna monokotil tahunan berbentuk pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu ini merupakan tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat dan teratur. Percabangan tanaman bertipe simpodial dengan meristem ujung memanjang dan membentuk bunga lalu buah. Bagian bawah batang pisang menggembung berupa umbi yang disebut bonggol. Pucuk lateral (sucker) muncul dari kuncup pada bonggol yang selanjutnya tumbuh menjadi tanaman pisang (Tjitrosoepomo, 2000).

Pisang merupakan komoditi yang cukup menarik untuk dikembangkan dan ditingkatkan produksinya, jika ditinjau dari aspek perdagangan internasional.

Namun, Indonesia yang tercatat sebagai negara produsen ranking keenam dunia, belum tercatat sebagai eksportir buah pisang. Sedangkan beberapa negara importir justru tercatat juga sebagai negara eksportir, contohnya yang menonjol dari negara-

(15)

negara importir buah pisang yang juga menjadi eksportir adalah Belgia, Amerika Serikat, Jerman, dan Francis (Rusdiansyah, 2013).

Produksi pisang di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 6.279.290 ton atau mengalami peningkatan sebesar 90238 ton atau sekitar 1,45% dibandingkan tahun 2012. Sementara itu produksi pisang di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2013 yaitu sebesar 342.298 ton. Sumatera Utara merupakan provinsi penghasil pisang terbesar kedua di Sumatera setelah provinsi Lampung. Dan di Sumatera Utara sendiri pisang merupakan tanaman buah dengan produksi paling tinggi dibanding tanaman buah lainnya (Badan Pusat Statistik, 2015).

Deli Serdang merupakan kabupaten dengan produksi pisang tertinggi di Provinsi Sumatera Utara yaitu sebesar 367.431 kuintal pada tahun 2013. Kecamatan dengan produksi pisang tertinggi adalah Sinembah Tanjung Muda Hilir sebesar 182.840 kuintal, disusul oleh Sinembah Tanjung Muda Hulu sebesar 120.720 kuintal dan kecamatan Percut Sei Tuan sebesar 32.125 kuintal (Dinas Pertanian Deli Serdang, 2015)

Salah satu hama yang sering menyerang tanaman pisang adalah hama penggulung daun pisang (Erionota thrax L). E. thrax menyerang bagian daun pisang dan apabila dibiarkan tanaman akan menjadi gundul serta hanya tampak tulang daunnya. Larva dari hama penggulung daun pisang berwarna hijau muda dan ditutupi lapisan tepung berwarna putih dengan panjang sekitar 7 cm. Larva ini begitu keluar dari telur akan memotong lamina daun mulai dari pinggir dan menggulungnya hingga akhirnya daun menjadi kering, sobek-sobek serta

mengakibatkan tanaman mati bila dibiarkan terus menerus (Satuhu dan Supriyadi, 2007).

(16)

Pengendalian hayati merupakan pengendalian hama dengan memanfaatkan musuh alami yang berada di alam. Salah satu musuh alami yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan hama adalah parasitoid. Parasitoid merupakan serangga yang hidup menjadi parasit di dalam atau pada tubuh serangga inang, dan membunuhnya secara pelan-pelan. (Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2002).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menginventarisasi parasitoid larva hama penggulung daun pisang (Erionota thrax L.) serta menghitung tingkat serangan hama Erionota thrax L. di lahan Petami Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menginventarisasi parasitoid larva hama penggulung daun pisang (Erionota thrax L.) serta menghitung tingkat serangan hama di lahan petani di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

Hipotesis Penelitian

1. Adanya beberapa jenis parasitoid larva hama penggulung daung pisang (Erionota thrax L.) pada pisang barangan dan pisang kepok di lahan petani di Desa Sampali,

Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

2. Tingginya tingkat serangan Erionota thrax L. pada pisang barangan dan pisang kepok.

3. Parasitoid larva Erionota thrax L. dapat mengendalikan hama penggulung daun pisang.

Kegunaan Penelitian

(17)

Sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pisang

(18)

Sistematika tanaman pisang adalah sebagai berikut, Kingdom : Plantae ; Divisi : Spermatophyta ; Sub divisi : Angiospermae ; Kelas : Monocotyledoneae ; Famili : Musaceae ; Genus : Musa ; Spesies : Musa Spp (Prihatman, 2000). Pohon pisang berakar rimpang dan tidak mempunyai akar tunggang. Akar ini berpangkal pada umbi batang. Akar terbanyak berada di bagian bawah tanah. Akar ini tumbuh menuju bawah sampai kedalaman 75-150 cm. Sedang akar yang berada dibagian samping umbi batang tumbuh ke samping atau mendatar. Dalam perkembangannya akar samping bisa mencapai 4-5 meter (Satuhu dan Ahmad, 1999).

Gambar 1. Tanaman Pisang (Dokumentasi Pribadi,2020)

Batang pisang sesungguhnya terdapat didalam tanah, yaitu yang sering disebut bonggol. Pada sepertiga bagian bonggol sebelah atas terdapat mata calon tumbuh tunas anakan. Sementara pada bagian bawah bonggol terdapat perakaran serabut yang lunak. Sedangkan batang yang terdapat diatas merupakan batang semu

(19)

yang sebenarnya merupakan dasar dari pelepah daun yang dapat menyimpan banyak air (sukulenta) (Sunarjono, 2002).

Daun pisang letaknya tersebar, helaian daun berbentuk lanset memanjang.

Pada bagian bawahnya berlilin. Daun ini diperkuat oleh tangkai daun yang panjangnya antara 30-40 cm. Daun pisang mudah sekali robek atau terkoyak oleh hembusan angin yang keras karena tidak mempunyai tulang-tulang pinggir yang menguatkan lembaran daun (Satuhu dan Ahmad, 1999).

Bunga pisang berupa tongkol yang disebut jantung. Bunga ini muncul dari primordia yang terbentuk pada bonggolnya. Perkembangan primordia bunga memanjang keatas hingga menembus inti batang semu dan keluar diujung batang semu tersebut. Bunga pisang terdiri dari beberapa lapisan yang disebut seludang (bractea). Seludang umumnya berwarna merah tua. Diantara lapisan seludang bunga terdapat bakal buah yang disebut sisiran tandan (Sunarjono, 2002).

Sesudah bunga keluar, akan terbentuk sisir pertama, kemudian memanjang lagi dan terbentuk sisir kedua, ketiga dan seterusnya. Jantungnya perlu dipotong sebab sudah tidak bisa menghasilkan sisir lagi (Satuhu dan Ahmad, 1999).

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman pisang dapat ditanam dan tumbuh dengan baik pada berbagai macam topografi. Produktivitas pisang yang optimum akan dihasilkan pisang yang

(20)

ditanam pada tanah datar pada ketinggian di bawah 500 m di atas permukaan laut (dpl) dan keasaman tanah pada pH 4,5 - 7,5. Suhu harian berkisar antara 250 ºC - 270 ºC dengan curah hujan 2000-3000 mm/tahun (Cahyono, 2002).

Suhu yang optimum bagi tanaman pisang adalah diantara 25oC-28oC dan tiupan angin tidak melebihi 15km/jam. Tanaman pisang memerlukan air diantara 1500-2500 mm/tahun. Keperluan air ini adalah amat kritikal pada peringkat berjantung (Ashikin dan Wahab, 2013).

Tanah

Tanah sangat berperan penting bagi tumbuhan yaitu sebagai media tumbuh tanaman darat. Tanah menyediakan berbagai macam mineral yang 9 digunakan oleh tumbuhan untuk tumbuh. Namun tanah juga dapat menjadi salah satu faktor pembatas bagi tanaman. Hal ini dapat disebabkan karena adanya bermacam kondisi fisik maupun kimiawi tanah yang berbeda-beda dimana setiap tumbuhan memiliki persyaratan tumbuh yang berbeda-beda pula. Tanah yang subur akan berpengaruh baik pada besar dan panjangnya tandan pisang, sedangkan tanah yang tidak subur akan mengakibatkan tandan pisang kecil dan pedek (Suyanti dan Supriyadi, 2008).

Tanaman pisang dapat ditanam dan tumbuh dengan baik pada berbagai macam topografi tanah, baik tanah datar atau pun tanah miring. Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Tanaman pisang dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 1000 m dpl. Produktivitas pisang yang optimum akan dihasilkan pisang yang ditanam pada tanah datar pada ketinggian di bawah 500 m di atas permukaan laut (dpl) dan keasaman tanah pada pH 4,5 - 7,5. Suhu harian berkisar antara 250 ºC - 270 ºC dengan curah hujan 2000-3000 mm/tahun. Pisang

(21)

merupakan tanaman yang berbuah hanya sekali, kemudian mati. Tingginya antara 2-9 m, berakar serabut denganbatang bawah tanah (bongol) yang pendek. Dari mata tunas yang ada pada bonggol inilah bisa tumbuh tanaman baru. Pisang mempunyai batang semu yang tersusun atas tumpukan pelepah daun yang tumbuh dari batang bawah tanah sehingga mencapai ketebalan 20-50 cm (Cahyono, 2002)

Tanaman pisang menghendaki tanah yang subur. Namun, ditanah kritis pun masih dapat menghasilkan, meski hasilnya kurang memuaskan. Walau tidak menyukai tanah kering, pisang juga tidak menghendaki air yang menggenang terus- menerus. Jenis tanah yang disukai tanaman pisang adalah tanah liat yang mengandung kapur atau tanah alluvial dengan pH antara 4,5-7,5. Karenanya, tanaman pisang yang tumbuh ditanah berkapur sangat baik (Satuhu dan Ahmad, 1999).

Hama Penggulung Daun Pisang (Erionota thrax L.) Biologi Hama

Di antara jenis hama pada tanaman pisang, ulat penggulung daun, Erionota thrax L. merupakan hama yang serangan dan kepadatannya cukup tinggi

(Hasyim et al, 2013).

Menurut Feakin, (1972), klasifikasi ulat penggulung daun pisang adalah:

Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Hesperiidae Genus : Erionata

Spesies : Erionota thrax L.

(22)

Gambar 2. Erionota thrax L. (Setiawan, 2019)

Hama ini juga termasuk hama utama pisang. Ulat yang baru menetas segera menyobek pinggiran daun, menggulungnya, hidup dalam gulungan, dan makan jaringan daun dari dalam gulungan. Serangan paling parah terjadi pada musim hujan (Novianti 2008). Jika makanan atau daun cukup tersedia maka larva dapat hidup terus sampai membentuk pupa dalam satu gulungan daun. Bila populasi hama ini tinggi dapat menyebabkan semua daun dimakan habis dan yang tertinggal hanya tulang daun. Hama ini dapat menyebabkan kerusakan secara ekonomi, karena daun tanaman dimakan habis maka fotosintesis akan berkurang. Kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama penggulung daun pisang bervariasi antara 10-30% (Hasyim et al, 2013).

Morfologi dari ulat penggulung daun adalah Kupu-kupu mengisap madu bunga pisang dan melakukan kopulasi sambil berterbangan pada waktu sore dan pagi hari serta bertelur pada malam hari. Telur diletakkan berkelompok sebanyak ± 25 butir pada daun pisang yang masih utuh, pada vase telur biasanya 6-7 hari. Ulat yang masih muda warnanya sedikit kehijauan, tubuhnya tidak dilapisi lilin.

Sedangkan ulat yang lebih besar berwarna putih kekuningan dan tubuhnya dilapisi

(23)

lilin. Pupa berada di dalam gulungan daun, berwarna kehijauan dan dilapisi lilin.

Panjang pupa lebih kurang 6 cm dan mempunyai belalai (probosis) (Arief, 1994).

Larva yang baru menetas berwarna kelabu-hijau dan akan berubah menjadi hijau pucat. Larva ditutupi dengan rambut halus pendek dan zat tepung putih, yang berasal dari sisa metabolisme Larva. Kepalanya berwarna coklat gelap-hitam.

Panjang larva sekitar 2 inci. Periode larva berlangsung selama 25 sampai 30 hari (Mau dan Martin, 1993). Larva yang masih muda warnanya sedikit kehijauan dan tubuhnya tidak dilapisi lilin. Larva yang ukurannya lebih besar berwarna putih kekuningan dan tubuhnya dilapisi lilin. Larva muda yang baru menetas memotong daun pisang secara miring mulai dari bagian tepi daun lalu menggulung potongan tersebut (Kalshoven, 1981).

Stadium larva berlangsung selama 28 hari. Larva makan dari bagian dalam gulungan tersebut, kemudian membentuk gulungan yang lebih besar sesuai dengan perkembangan larva sampai instar akhir. Mortalitas larva cukup tinggi pada larva muda karena pada permukaan tubuhnya belum ditutupi lilin dan gulungan daunnya masih terbuka (Kalshoven, 1981).

Stadium prapupa lamanya adalah tiga hari, sedangkan stadium pupa selama tujuh hari. Serangga berkepompong dalam gulungan daun (Samoedi & Indarto, 1969 dalam Nurzaizi, 1986). Pupa berada di dalam gulungan daun, berwarna kehijauan, dan dilapisi lilin. Panjang pupa lebih kurang 6 cm dan mempunyai belalai (probosis). Pupa berwarna coklat muda panjang dan ramping yang ditutupi dengan zat tepung putih. Pupa terdapat dalam batas – batas daun yang menggulung.

Siklus hidup pupa sekitar 10 hari (Mau dan Martin, 1993).

(24)

Ngengat dewasa ditandai dengan kepala besar dan dilengkapi antena dengan ujung bengkok. Sayap depan berwarna coklat tua dengan tiga tambalan tembus- kuning yang menonjol dan lebar sayap sekitar 3 inci (75 mm). Panjang rentangan sayapnya kira-kira 7,5 cm (Feakin, 1972). Imago menghisap madu atau nektar bunga pisang. Imago aktif pada sore hari dan pagi hari. Siklus hidup 5 – 6 minggu.

Sayap belakang berwarna coklat gelap (Mau dan Martin, 1993).

Telur E. thrax Larva E. thrax

Imago E. thrax Pupa E. thrax

Gambar 3. Siklus hidup E. thrax (Soviani, 2012) Gejala Serangan

Gejala serangan yang ditimbulkan adalah daun yang diserang ulat biasanya digulung, sehingga menyerupai tabung dan apabila dibuka akan ditemukan ulat di dalamnya. Ulat yang masih muda memotong tepi daun secara miring, lalu digulung hingga membentuk tabung kecil. Di dalam gulungan tersebut ulat akan memakan

(25)

daun. Apabila daun dalam gulungan tersebut sudah habis, maka ulat akan pindah ke tempat lain dan membuat gulungan yang lebih besar. Apabila terjadi serangan berat, daun bisa habis dan tinggal pelepah daun yang penuh dengan gulungan daun (Jumar, 2000).

Daun yang diserang ulat biasanya digulung sehingga menyerupai tabung, dan apabila dibuka akan ditemukan larva di dalamnya. Larva memotong bagian tepi daun kemudian digulung mengarah ke dalam. Larva yang masih muda memotong tepi daun secara miring, lalu digulung hingga membentuk tabung kecil. Apabila daun dalam gulungan tersebut sudah habis, maka larva akan pindah ke tempat lain dan membuat gulungan yang lebih besar. Di dalam gulungan tersebut larva akan memakan daun dan biasanya gulungan tersebut menjadi layu. Larva ditutupi oleh semacam lilin berwarna putih. Kepompongnya berwarna coklat. Apabila serangan berat, daun akan habis dan tinggal pelepah daun yang penuh dengan gulungan daun sehingga dapat menurunkan produksi pisang (Feakin, 1972).

(26)

Gambar 4. Gejala Serangan Erionota thrax L. (Sutiyoso, 2010)

Parasitoid

Parasitoid adalah serangga yang stadia pradewasanya menjadi parasit pada atau di dalam tubuh serangga lain, sementara imago hidup bebas mencari nektar dan embun madu sebagai makanannya. Serangga yang diparasit atau inangnya akhirnya mati ketika parasitoid menyelesaikan perkembangan pradewasanya.

Parasitoid biasanya berukuran lebih kecil daripada inangnya (Hoffmann

& Frodsham, 1993).

Musuh alami seperti parasitoid, sering digunakan untuk mengendalikan hama. Pengendalian hayati ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan cara kimia, antara lain tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Siklus

(27)

hidup parasitoid yang lebih pendek dibandingkan inangnya dapat menekan laju pertumbuhan inangnya (Hoffmann & Frodsham, 1993).

Salah satu famili dari ordo Hymenoptera yang dapat digunakan sebagai pengendali hama adalah famili Chalcididae. Famili ini terdiri dari bermacam macam genus, dan salah satunya adalah Brachymeria. Brachymeria sp. dapat dijadikan sebagai pengendali hayati terhadap hama-hama terutama dari ordo Lepidoptera dan ordo Diptera dengan teknik pengendalian secara konservasi.

Eksplorasi parasitoid Brachymeria sp. untuk mengendalikan hama terutama dari ordo Lepidoptera dapat dilakukan pada stadia pupa, dimana hama atau inang sedang berkembang menjadi pupa, sedangkan pada ordo Diptera dilakukan pada stadia larva instar akhir (Goulet & Huber, 1993).

Klasifikasi Parasitoid

Salah satu hal yang menjadi dasar dalam mengklasifikasikan parasitoid adalah dimana telur diletakkan dan letak stadia pradewasanya berkembang.

Klasifikasi ini membagi parasitoid menjadi dua jenis yaitu endoparasit dan ektoparasit. Endoparasit adalah parasitoid yang memasukkan telurnya kedalam tubuh inang. Contoh parasitoid yang termasuk endoparasit adalah Trichogramma spp, Brachymeria lasus, dan Cotesia glomerata. Parasitoid yang mematikan inangnya terlebih dahulu dengan menusukkan ovipositornya kemudian meletakkan telur dipermukaan atau di dekat inangnya disebut ektoparasitoid (Purnomo, 2010).

Contoh ektoparasitoid adalah Phytoditus yang menyerang larva Lepidoptera, Chepalonia stephanoderes yang tergolong parasitoid larva pada hama

(28)

buah kopi Hyphotenemus hampei, dan Chepalonia stephanoderes merupakan ektoparasit pada larva-larva instar akhir (Purnomo, 2010).

Klasifikasi lain dari parasitoid adalah berdasarkan jenis stadia inang.

Beberapa parasitoid dari ordo Hymenoptera dapat menyerang inang pada stadia yang berbeda. Parasitoid telur adalah parasitoid yang memarasit (meletakkan telur) pada inang yang masih stadia telur. Contoh parasitoid telur adalah Trichogramma sp. yang menyerang telur dari hama Scirpophaga incertulas. Parasitoid larva adalah parasitoid yang meletakkan telur pada inang yang masih stadia larva. Contoh parasitoid larva adalah Eriborus argenteopilosus yang memarasit larva dari Crocidolomia binotalis. Parasitoid pupa, nimfa dan bahkan imago masing masing

meletakkan telur pada inang stadia pupa, nimfa, dan imago. Parasitoid Hymenoptera juga dapat meletakkan telur pada stadia tertentu dan muncul pada stadia berikutnya. Salah satu contoh parasitoid ini adalah Holcothorax testaceipes yang meletakkan telur pada inang stadia telur dan muncul pada saat inang stadia larva atau biasa disebut parasitoid telur-larva. Adapula parasitoid larva-pupa seperti Tetrastichus howardi pada Pluttela xylostella (Godfray, 1993).

Parasitoid larva, adalah parasitoid yang berkembang mulai dari telur hingga larva Parasitoid. Larva adalah parasitoid yang inangnya stadium larva. Parasitoid meletakkan telur dalam tubuh inang ketika inang pada stadia larva dan parasitoid menyelesaikan perkembangan pradewasanya dalam tubuh larva inang. Larva E.

thrax yang terparasit dan yang tidak terparasit dapat dibedakan dari warnanya.

Larva yang terparasit warnanya berubah menjadi hitam. Larva yang terparasit biasanya masih hidup kemudian lama kelamaan akan mati. Parasitoid keluar dari

(29)

dalam tubuh Erionota Thrax L. Kemudian membentuk kokon berwarna putih dan keluar imago parasitoid (Novianti, 2008).

Berdasarkan jumlah imago yang berkembang dalam satu inang, parasitoid dibagi menjadi parasitoid soliter dan gregarius. Apabila hanya satu parasitoid yang berkembang pada satu inang maka parasitoid tersebut adalah parasitoid soliter, sedangkan parasitoid gregarius dalam satu inang dapat berkembang lebih dari satu imago parasitoid (Purnomo, 2010).

Pengendalian

Pengendalian E. thrax dapat dilakukan dengan cara mekanis dan kimia.

Pengendalian mekanis dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan telur, larva dan daun yang menggulung, kemudian melenyapkannya. Pengendalian ini kurang efisien karena tidak cocok pada pertanaman yang luas. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan insektisida racun kontak maupun racun perut misalnya insektisida yang mengandung bahan aktif diazinon, endosulfan, dieldrin dan

dimethoathe. Penyemprotan dilakukan pada saat telur baru menetas (Satuhu & Supriyadi, 1999).

Pengendalian serangga E. thrax secara kimia tidak menguntungkan karena larva terlindung atau berada di dalam gulungan daun. Pengendalian yang efektif dilakukan dengan mengumpulkan dan membakar bagian daun yang berisi larva atau pupa. Terdapat juga pengendalian alami terhadap E. thrax oleh musuh alaminya yaitu Ooencyrtus, Agiommatus dan Anastatus yang merupakan parasitoid telur E.

thrax (Feakin, 1972).

(30)

Pengendalian Hayati dengan Parasitoid

Pengendalian hayati dengan parasitoid adalah upaya pengendalian menggunakan musuh alami berupa parasitoid. Pengendalian hayati ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan cara kimia, antara lain tidak menimbulkan pencemaran lingkungan (Wanta, 2004).

Sebagian besar parasitoid merupakan ordo Hymenoptera. Hymenoptera parasit merupakan kelompok terbesar dari serangga parasit yang larvanya berkembang pada atau dalam tubuh inangnya yang juga berupa serangga yang lain.

Hymenoptera parasit berjumlah ribuan spesies di seluruh dunia dan memiliki biologi yang kompleks dan menarik. Parasitoid mempunyai satu sifat yang sama yang membedakannya dari serangga karnivor yang lain (predator), yaitu hanya memerlukan satu individu inang selama perkembangannya, sedangkan predator membutuhkan lebih dari satu mangsa untuk perkembangannya (Pudjianto, 1994).

Beberapa parasitoid berkembang dan makan di dalam tubuh inang dan dikenal sebagai endoparasitoid. Parasitoid yang lain makan dan berkembang di luar tubuh inang dan disebut ektoparasit. Parasitoid dapat juga dibedakan berdasarkan stadia inangnya seperti parasitoid telur yaitu parasitoid yang memarasit inangnya pada stadia telur, parasitoid larva yaitu parasitoid yang memarasit inangnya pada stadia larva, dan parasitoid pupa yaitu parasitoid yang memarasit inangnya pada stadia pupa (Novianti, 2008).

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

(31)

Penelitian dilaksanakan di lahan Kelompok Tani Masyarakat Bersatu Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dan Laboratorium Ilmu Hama Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ± 32 m dpl. Penelitian dilaksanakan dari bulan November 2020 sampai dengan Desember 2020.

Bahan dan Alat

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun pisang yang terserang hama, alkohol 70%, air destilasi.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroskop stereo, mikroskop binokuler, kaca pembesar (loup), pinset, kamera digital, stoples, botol koleksi, kain kasa, karet gelang, pisau, gunting, plakat nama, alat-alat tulis, buku identifikasi yaitu, Ika Rochdjatun (2015), Goulet & Huber (1993).

Pelaksanaan Penelitian Pengambilan Sampel

Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan. Metode penelitian menggunakan metode random sampling. Lahan yang di teliti teridiri dari 2 blok, dimana blok 1 pisang kepok (Musa balbisiana) dengan jumlah tanaman yang diamatai 40 tanaman pisang. Dan blok 2 pisang barangan (Musa acuminata) dengan jumlah tanaman yang diamati 40 tanaman pisang. Waktu Pengambilan sampel tiap seminggu sekali sampai 4 minggu. Kemudian larva penggulun daun pisang (Erionota thrax L.) yang diambil di rearing dengan cara diletakkan dalam toples dengan memberi tissue basah di dalam toples dan di atas toplesnya ditutup dengan kain kasa. Kemudian diamati perkembengan larva

(32)

Erionota thrax L. tersebut untuk mengetahui ada tidaknya parasitoid untuk di teliti

lebih lanjut.

Identifikasi Parasitoid

Parasitoid yang keluar dari larva dimasukkan ke dalam alkohol 70%, kemudian dilakukan identifikasi dengan menggunakan buku identifikasi yaitu, Ika Rochdjatun (2015), Goulet & Huber (1993). Dalam melakukan identifikasi digunakan mikroskop cahaya. Parasitoid diidentifikasi sampai famili dan dikoleksi dalam bentuk koleksi basah.

Metode Analisa

Kepadatan Populasi Erionota thrax L.

Adapun rumus yang dapat digunakan dalam menghitung kepadatan populasi menurut (Setiawan 2019) adalah sebagai berikut:

Dimana:

KP = Kepadatan Populasi KH = Jumlah Hama

TP = Jumlah Tanaman yang Diamati

Pengamatan Tingkat Serangan Hama Erionota thrax L.

Pengamatan dilakukan secara langsung dengan mengamati tanaman pisang yang terserang Erionota thrax L. dan luas serangan dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

x 100 %

(33)

Pengamatan tingkat serangan hama ulat penggulung daun pisang (Erionota thrax L.) dilakukan menghitung gulungan pada daun tanaman pisang dengan indikasi setiap gulungan terdapat hama ulat penggulung daun pisang (Erionota thrax L.).

HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitoid Larva Erionota thrax L. pada Dua Jenis Pisang

(34)

Terdapat beberapa jenis parasitoid larva hama penggulung daun pisang (Erionota thrax L.) pada tanaman pisang barangan dan pisang kepok di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang pada Tabel 1.

Tabel 1. Parasitoid Larva Erionota thrax L. Pada Dua Jenis Tanaman Pisang

No Ordo Famili Spesies

1 Hymenoptera Braconidae Cotesia erionotae

Chalcididae Brachymeria lasus

Parasitoid larva yang muncul pada dua jenis tanaman pisang di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang terdiri dari dua spesies dari ordo Hymenoptera yaitu Cotesia Erionotae dan Brachymeria lasus.

Cotesia Erionotae tergolong dalam famili Braconidae dan Brachymeria lasus

tergolong dalam famili Chalcididae. Dari hasil penelitian pasrah (2020) parasitoid yang memarasit hama ulat penggulung daun pisang di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Yaitu ordo Hymenoptera dengan 3 spesies (Brachymeria lasus, Cotesia erionotae, Xanthoplimpla gampsura ) dan Ordo Diptera 1 spesies (Tachinidae). ke dua ordo tersebut ditemukan pada setiap jenis pisang.

Parasitoid E. thrax L. vase larva yang paling banyak ditemukan di tanaman pisang kepok maupun barangan berdasarkan hasil penelitian adalah famili Braconidae (Gambar 5a). Ciri-ciri famili Braconidae adalah panjang tubuh 0,3 cm,

berwarna hitam, ovipositor pendek, antena tipe filiform berbentuk melengkung.

Menurut Pracaya (1997) famili Braconidae memiliki tubuh dengan panjang kurang lebih 2-12 mm, dengan panjang ovipositor umumnya sama dengan badannya dan

(35)

femur tidak bergerigi, Larva yang terparasit oleh Braconidae biasanya hidup kemudian akan mati.

Famili Chalcididae (Gambar 5b), memiliki ciri femur belakang membesar dan terdapat gigi pada tepi ventral. tubuhnya berwarna hitam. Kaki belakang memiliki tanda berwarna kekuning-kuningan atau keputih-putihan. Famili ini berukuran sedang (panjangnya 2-7) mm. Menurut Goulet & Huber, (1993) famili Chalcididae biasanya memiliki tubuh berwarna hitam dengan berbagai tanda, tetapi tidak pernah metalik dan berukuran panjang sekitar 0,2 – 0,3 cm.

Parasitoid Brachymeria lasus famili Chalcididae ditemukan melimpah karena parasitoid ini bersifat gregarious, yaitu dari satu inang dapat keluar lebih dari satu individu parasitoid (Goulet & Huber, 1993). Hal ini sesuai dengan penelitian dari Wibowo dkk. (2015), bahwa dari satu inang yang terparasit dapat keluar 25 individu parasitoid Brachymeria lasus. Selain itu, menurut penelitian dari Hasyim et. al. (2003), ditemukan bahwa parsaitoid dari famili Chalcididae banyak memarasit stadia pradewasa Erionota thrax di Sumatera.

(a) (b)

Gambar 5. Parasitoid E. thrax (a. Cotesia Erionotae; b. Brachymeria lasus) Kepadatan Populasi dan Tingkat Serangan Erionota thrax L. pada Dua Jenis Pisang

(36)

Kepadatan populasi dan tingkat serangan hama ulat penggulung daun pisang yang terjadi di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dapat disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kepadatan Populasi dan Tingkat Serangan Erionota thrax L. pada dua jenis Tanaman Pisang pada Minggu ke 1 – Minggu 4

Jenis Minggu ke-

Erionota thrax L.

Jumlah Tanaman Terserang

KP* Tingkat Serangan(%)

Barangan

1 65 33 1.63 82.50

2 60 38 1.50 95.00

3 62 34 1.55 85.00

4 61 37 1.53 92.50

Kepok

1 54 36 1.35 90.00

2 56 35 1.40 87.50

3 54 38 1.35 95.00

4 58 39 1.45 97.50

*KP = Kepadatan Populasi

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa kepadatan populasi hama ulat penggulung daun pisang (Erionota thrax L.) pada tanaman pisang barangan dengan sampel tanaman yang diamati 40 tanaman pisang. Kepadatan populasi tertinggi terjadi pada minggu ke 1 yaitu 1.63 dengan jumlah ulat penggulung daun pisang sebanyak 65 ekor. Sedangkan kepadatan populasi terendah terjadi di minggu ke 2 yaitu, 1.5 dengan jumlah ulat penggulung daun pisang sebanyak 60 ekor.

Tingginya populasi dari Erionota thrax L. pada tanaman pisang dikarenakan hama ini merupakan salah satu hama yang sering menyerang tanaman pisang. E thrax menyerang bagian daun pisang dan apabila dibiarkan tanaman akan menjadi gundul serta hanya tampak tulang daunnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Satuhu dan Supriyadi (2007) yang menyatakan bahwa salah satu hama yang menyerang tanaman pisang adalah hama penggulung daun pisang (Erionota

(37)

thrax L.). Larva dari hama penggulung daun pisang berwarna hijau muda dan

ditutupi lapisan tepung berwarna putih dengan panjang sekitar 7 cm. Larva ini begitu keluar dari telur akan memotong lamina daun mulai dari pinggir dan menggulungnya hingga akhirnya daun menjadi kering, sobek-sobek serta mengakibatkan tanaman mati bila dibiarkan terus menerus.

Kepadatan populasi hama ulat penggulung daun pisang (Erionota thrax L.) pada tanaman pisang kepok dengan sampel tanaman yang diamati 40 tanaman pisang. Kepadatan populasi tertinggi terjadi pada minggu ke 4 yaitu 1.45 dengan jumlah ulat penggulung daun pisang sebanyak 58 ekor. Sedangkan kepadatan populasi terendah terjadi di minggu ke 1 dan 3 yaitu 1.35 dengan jumlah ulat penggulung daun pisang sebanyak 54 ekor.

Tingginya populasi hama Erionota thrax L. pada tanaman pisang dikarenakan tingginya ketersediaan makanan dari hama tersebut yaitu daun pada tanaman pisang. Hal ini dapat menyebabkan populasi hama tinggi dan menyebabkan daun-daun pada pisang dimakan habis oleh hama Erionota thrax L.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Hasyim, etl al (2013) yang menyatakan bahwa jika makanan dari daun pisang cukup tersedia maka larva dapat hidup terus sampai membentuk pupa dalam satu gulungan daun. Bila populasi hama ini tinggi dapat menyebabkan semua daun dimakan habis dan yang tertinggal hanya tulang daun.

Hama ini dapat menyebabkan kerusakan secara ekonomi, karena daun tanaman dimakan habis maka fotosintesis akan berkurang. Kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama penggulung daun pisang bervariasi antara 10-30%.

Tingkat serangan hama ulat penggulung daun pisang (Erionota thrax L.) pada tanaman pisang barangan dengan sampel tanaman yang diamati 40 tanaman

(38)

pisang. Tingkat serangan tertinggi terjadi pada minggu ke 2 yaitu 95% dengan jumlah tanaman pisang yang terserang ulat penggulung daun sebanyak 38.

Sedangkan Tingkat serangan terendah terjadi di minggu ke 1 yaitu 82.5% dengan jumlah tanaman pisang yang terserang ulat penggulung daun sebanyak 33.

Serangan hama ulat penggulung daun (E. thrax L.) paling tinggi terjadi pada saat musim hujan. Pada saat penelitian, intensitas hujan di daerah penelitian cukup tinggi sehingga serangan hama E. thrax L. tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Novianti (2008) yang menyatakan bahwa serangan paling parah hama Erionota thrax L. terjadi pada musim hujan. Ulat yang baru menetas segera menyobek

pinggiran daun, menggulungnya, hidup dalam gulungan, dan makan jaringan daun dari dalam gulungan.

Tingkat serangan hama ulat penggulung daun pisang (Erionota thrax L.) pada tanaman pisang kepok dengan sampel tanaman pisang yang diamati 40 tanaman pisang. Tingkat serangan tertinggi terjadi pada minggu ke 4 yaitu 97.5%

dengan jumlah tanaman pisang yang terserang ulat penggulung daun pisang sebanyak 39. Sedangkan Tingkat serangan terendah terjadi di minggu ke 2 yaitu 87.5% dengan jumlah tanaman pisang yang terserang ulat penggulung daun sebanyak 35.

Tingkat serangan hama ulat penggulung daun pisang (Erionota thrax L.) tertinggi di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dari pengamatan pada minggu 1-4 terdapat pada pisang kepok yaitu 92.5%

Serangan Erionota thrax L. yang tinggi dapat mengakibatkan daun pada tanaman pisang akan habis. Hal ini dibuktikan pada saat penelitian, daun-daun pada tanaman pisang mulai habis dan tinggal pelepah daun saja akibat serangan dari

(39)

hama Erionota thrax L. Hal ini sesuai dengan pernyataan Feakin (1972) yang mengatakan bahwa apabila serangan berat, daun akan habis dan tinggal pelepah daun yang penuh dengan gulungan daun sehingga dapat menurunkan produksi pisang.

Identifikasi Parasitoid Larva Erionota thrax L.

Parasitoid larva adalah parasitoid yang inangnya stadium larva. Parasitoid meletakkan telur dalam tubuh inang ketika inang pada stadia larva dan parasitoid menyelesaikan perkembangan pradewasanya dalam tubuh larva inang. Larva E.

thrax yang terparasit dan yang tidak terparasit dapat dibedakan dari warnanya.

Biasanya larva yang tidak terparasit masih berwarna hijau dan kemudian berkembang menjadi pupa.

Larva E. thrax ditemukan di dalam gulungan daun yang berukuran besar maupun kecil ada juga yang berukuran sedang. Gulungan yang berisi larva retakannya kurang kencang dan daunnya masih berwarna hijau. Larva yang ditemukan biasanya masih hidup dan tubuhnya berwarna hijau dan ditutupi tepung berwarna putih (Gambar sebelah kanan). Ukuran larva yang besar mencapai 4-5 cm, larva yang berukuran kecil (<4 cm) tubuhnya belum ditutupi oleh tepung berwarna putih. Pada saat di lapangan, ditemukan larva yang terparasit. Ciri-ciri larva yang terparasit yaitu tubuh larva apabila disentuh tidak bergerak, tepung yang biasanya menyelimuti Erionota thrax L., apabila sudah terparasit tepung tersebut akan menghilang (Gambar sebelah kiri). Larva stadia1 biasanya belum terlihat tepung yang biasanya menyelimuti larva. Mortalitas larva biasanya cukup tinggi pada larva yang masih muda karena permukaan tubuhnya belum ditutupi lilin dan gulungan masih terbuka (Kalshoven, 1981). Larva E. thrax ditemukan dilapangan

(40)

pada saat pengamatan ukuran larva berbeda-beda 3-6 cm. Larva ditemukan ada yang terparasit dan ada juga yang sehat.

Gambar 6. Gambar sebelah kiri Larva E. thrax yang terparasit; dan Gambar sebelah kanan Larva E. thrax yang sehat.

Parasitoid larva adalah parasitoid yang inangnya stadium larva. Parasitoid meletakkan telur dalam tubuh inang ketika inang pada stadia larva dan parasitoid menyelesaikan perkembangan pradewasanya dalam tubuh larva inang. Larva E.

thrax yang terparasit dan yang tidak terparasit dapat dibedakan dari warnanya.

Biasanya larva yang tidak terparasit masih berwarna putih, kemudian berkembang menjadi pupa.

Larva yang terparasit warnanya berubah menjadi putih bening tidak memiliki tepung dibagian tubuhnya, dan warnanya sedikit berubah menjadi kecoklatan. Larva yang terparasit biasanya masih hidup kemudian lama kelamaan akan mati. Parasitoid keluar dari dalam tubuh larva E. thrax kemudian membentuk kokon berwarna putih dan keluar imago parasitoid, tingkat parasitasi larva tidak berfluktuasi.

(41)

Parasitoid larva yang muncul terdiri dari dua spesies yaitu berasal dari Ordo Hymenoptera. Spesies pertama tergolong dalam famili Braconidae dan spesies kedua tergolong dalam famili Chalcididae.

Berdasarkan hasil penelitian Pasrah (2020) adapun histogram populasi larva Erionota thrax L. dan parasitoid di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan

Kabupaten Deli Serdang pada pengamatan minggu 1-4 bulan Maret-Mei 2020 dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Histogram Populasi Larva Erionota thrax L. dan Parasitoid Pada

Pengamatan Minggu 1-4 Bulan Maret-Mei 2020

Gambar 7 menunjukkan bahwa jumlah populasi larva Erionota thrax L.

pengamatan minggu ke 1-4 pada penelitian sebelumnya bulan Maret-Mei 2020 terbukti lebih banyak dibandingkan dengan jumlah populasi larva Erionota thrax L. penelitian ini pada pengamatan minggu ke 1-4 pada bulan November-Desember 2020 (Gambar 4). Hal ini menunjukkan adanya penurunan populasi larva ulat penggulung daun (Erionota thrax L.) di daerah penelitian dari penelitian sebelumnya bulan Maret sampai dengan penelitian ini bulan Desember 2020.

212 223 226

211

97 92

82 96

0 50 100 150 200 250

M1 M2 M3 M4

JUmlah populasi

Erionota thrax Parasitoid

(42)

Penurunan populasi Erionota thrax L. diakibatkan oleh adanya parasitoid yang digunakan sebagai musuh alami untuk dapat mengendalikan hama ulat penggulung daun (Erionota thrax L.). Hal ini sesuai dengan pernyataan Direktorat Perlindungan Perkebunan (2002) yang menyatakan bahwa salah satu musuh alami yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan hama adalah parasitoid. Parasitoid adalah serangga yang hidup menjadi parasit di dalam atau pada tubuh serangga lain, dan membunuhnya secara pelan-pelan.

Selain dikarenakan rendahnya populasi hama Erionota thrax L., faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya jumlah parasitoid antara lain faktor lingkungan seperti suhu, curah hujan, dan kelembaban, penyemprotan pestisida. Suhu di lahan penelitian yang rendah pada bulan November-Desember 2020 dikarenakan musim penghujan mengakibatkan parasitoid tidak efektif melakukan metabolisme sehingga parasitoid yang ditemukan pada 4 pengamatan lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian sebelumnya bulan Maret-Mei 2020 yang merupakan musim kemarau. Hal ini sesuai dengan pernyataan Novianti (2008) yaitu faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya jumlah parasitoid antara lain faktor lingkungan seperti suhu, cura hujan, kelembaban, dan kelimpahan populasi inang Erionota thrax L. dapat mempengaruhi kelangsungan hidup parasitoid di lapangan.

Dari hasil penelitian adapun histogram populasi larva Erionota thrax L. dan parasitoid di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang pada pengamatan minggu 1-4 November-Desember 2020 dapat dilihat pada Gambar 8.

(43)

Gambar 8. Histogram Populasi Larva Erionota thrax L. dan Parasitoid Pada Pengamatan Minggu 1-4 Bulan November-Desember 2020

Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa jumlah parasitoid Erionota thrax L.

pada 4 pengamatan di bulan November sampai Desember 2020 lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah parasitoid Erionota thrax L. yang ditemukan di lahan penelitian pada penelitian sebelumnya bulan Maret sampai Mei 2020. Penurunan ini diakibatkan oleh menurunnya populasi hama Erionota thrax L. di lahan penelitian pada bulan November-Desember 2020 menurun dibandingkan dengan penelitian sebelumnya bulan Maret-Mei 2020. Penurunan populasi hama diakibatkan karena kehadiran parasitoid larva Erionota thrax L. yang terdapat di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Direktorat Perlindungan Perkebunan (2002) yang menyatakan bahwa salah satu musuh alami yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan hama adalah parasitoid.

Faktor lain yang menyebabkan perbedaan jumlah parasitoid antara bulan Maret-Mei 2020 dengan bulan November-Desember 2020 adalah karena populasi

119 116 116 119

38

59 56

47

0 20 40 60 80 100 120 140

M1 M2 M3 M4

jumlah populasi

Erionota thrax parasitoid

(44)

hama penggulung daun pisang bulan Maret-Mei 2020 pada penelitian sebelumnya lebih banyak dibandingkan dengan bulan November-Desember 2020 di lahan penelitian sehingga kematian yang disebabkan oleh musuh alami semakin tinggi.

Menurut Susilo (2007), semakin tinggi tingkat populasi hama maka semakin tinggi pula tingkat kematian hama tersebut akibat musuh alami atau daya kendali musuh alami semakin tinggi pada populasi hama yang semakin padat. Hal ini disebut dengan terpaut kepadatan.

Populasi larva Erionota thrax L. dan parasitoid pada pengamatan sebelumnya pada bulan Maret-Mei yang merupakan musim kemarau menurun pada pengamatan di bulan November-Desember yang merupakan musim penghujan dikarenakan di musim penghujan pertumbuhan parasitoid tidak efektif dibandingkan dengan musim kemarau. Hal ini sesuai dengan pernyataan Riyanto et al. (2011) yang menyatakan bahwa pertumbuhan parasitoid lebih optimal pada musim kemarau dibandingkan dengan musim hujan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

(45)

1. Terdapat 2 spesies parasitoid pada tanaman pisang barangan dan pisang kepok yaitu Cotesia erionotae (Hymenoptera: Braconidae) dan Brachymeria lasus (Hymenoptera: Chalcididae).

2. Tingkat serangan Erionota thrax L. tertinggi pada tanaman pisang di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang terdapat pada pisang kepok yaitu 92.5%

3. Musuh alami dari Erionota Thrax L. pada pisang Barangan dan Kepok yaitu Cotesia erionotae dan Brachymeria lasus

4. Populasi Erionota thrax L dan parasitoid lebih tinggi pada musim kemarau dan lebih rendah pada musim hujan.

Saran

Erionota thrax L. berhubungan erat dengan musuh alami di lahan Desa

Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan dan mempertahankan keragaman musuh alami dari ulat penggulung daun pisang (Erionota thrax L.)

DAFTAR PUSTAKA

(46)

Arief, A. 1994. Perlindungan Tanaman Hama Penyakit dan Gulma. Usaha Nasional. Surabaya.

Ashikin, C.N. dan A.Wahab. 2013. Panduan Menanam Pisang. Pusat Pertanian Bumbung Lima. Malaysia.

Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Tanaman Pisang Seluruh Provinsi. Diakses dari bpd.go.id pada tanggal 14 Maret 2015.

Borror, D.J., Triplehorn, C.A., dan Johnson N.F. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi Keenam (Terjemahan). Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Cahyono. 2002. Pisang Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta.

1 : 78.

Dinas Pertanian Deli Serdang. 2015. Produksi Tanaman Hortikultura Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013. Lubuk Pakam. Deli Serdang.

Direktorat Perlindungan Perkebunan dan Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan Departemen Pertanian. 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Lada. Proyek Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan Rakyat. Jakarta.

Feakin, S.D. 1972. Pest Control in Bananas Pans Manual No. 1. London. England.

Godfray HCJ. 1993. Parasitoids behavioral and Evolutionary Ecology. New Jersey : Princenton University Press.

Goulet, H. dan J.T. Huber. 1993. Hymenoptera Of The World: An Identification Guide To Families. Research Branch Agriculture. Canada.

Hasyim, A., Kamisar., Nakamura, R. 2013. Mortalitas Sta dia Pradewasa Hama Penggulung Daun Pisang Erionota thrax (L) yang Disebabkan oleh Parasitoid. J. Hort 13(2) : 114-119.

Hidayat, O. et al.. (2003). Dasar-dasar Entomology. IMSTEP-JICA.

Hoffmann MP, Frodsham AC. 1993. Natural Enemies of Vegetable Insect Pests.

Cooperative Extension, Cornell University, Ithaca, NY. 63 pp.

Ibrahim, R.H. dan A.G. Ibrahim. 1990. Hanbook on identification of fruit flies in the tropics. Universiti Pertanian Malaysia Press. Selangor Darul Ehsan.

Ika Rochdjatun. 2015. Penyakit Dan Hama Pada Tanaman Pisang. Penerbit Universitas Brawijaya Press.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka cipta, Jakarta.

Kalshoven, LGE. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. Jakarta: Ichtiar Baruvan Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesia.

Komaryati dan Adi. S. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Adopsi Teknologi Budidaya Pisang Kepok (Musa paradisiaca) di Desa Sungai Kunyit Laut Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak. J.

Iprekas : 53-61

(47)

Lizmah SF, Buchori D, Pudjianto, Razali A. 2018. Kompleksitas lanskap pertanian dan pengaruhnya terhadap keanekaragaman Hymenoptera parasitika. J.

Entomologi Indonesian Journal of Entomology. 15(3): 124–133.

Magurran, A.E. 2004. Measuring Biological Diversity. Blackwell Science Ltd.

Malden USA:100-130https://www2.ib.unicamp.br/profs/thomas/N E002_2011 /maio10/Magurran%202004%2 0c2-4.pdf. Diakses 08 Maret 2019.

Mau, R.F.L. dan Martin, L.J.K. 1993. Pelopidas thrax L. Dep. Ento. Honolulu, Hawai.

Novianti F. 2008. Hama Penggulung Daun Pisang Erionota thrax Linnaeus (Lepidoptera: Hesperiidae) dan Musuh Alaminya di Tempat-Tempat dengan Ketinggian Berbeda. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Nurzaizi, H. 1986. Pengamatan hama Nacoleia octasema Meyrick (Lepidoptera:

Pyralidae) dan Erionota thrax Linneaus (Lepidoptera: Hesperidae) pada tanaman pisang di Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon Jawa Barat: Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Jawa Barat.

Pasrah. 2020. Inventarisasi Keragaman Musuh Alami Erionota thrax L. Pada Beberapa Jenis tanaman Pisang Bermikoriza Di Lahan Kelompok Tani Masyarakat Bersatu Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

Pracaya. 1997. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.

Pramana Fauzi, 2018. Efektivitas Aplikasi Pupuk Hijau Limbah Sawi (Brassica SP) Dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan Bibit Pisang Barangan (Musa acuminata L.). Repository Universitas Medan Area.

Medan, Sumatera Utara.

Prihatman,K. 2000. Pisang (Musa spp.). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Jakarta.

Pudjianto. 1994. Psyllaephagus yaseeni Noyes (Hymenoptera: Encyrtidae) pada kutu loncat lamtoro Heteropsylla cubana Crawford (Homoptera:

Psyllidae). [Tesis]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Purnomo H. 2010. Pengantar Pengendalian Hayati. Yogyakarta: Penerbit Andi Riyanto, S.Herlinda, C.Irsan, dan A. Umayah. 2011. Kelimpahan dan

Keanekaragaman Spesies Serangga Predator dan Parasitoid Aphis gossypii di Sumatera Selatan. Palembang. J.HPT. 11(1): 57-68.

Rusdiansyah. D. 2013. Potensi dan Peluang Investasi serta Permasalahan Komoditi Pisang di Kalimantan Timur. Badan Perijinan Penanaman Modal Daerah Provinsi Kalimantan Timur.

Satuhu, S. dan A. Supriyadi. 2007. Pisang Budidaya, Pengolahan, dan Prospek Pasar. Penebar Swadaya. Jakarta.

(48)

Satuhu. S dan Ahmad. S. 1999. Pisang Budidaya, Pemgolahan dan Prospek Pasar.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Setiawan. 2019. Keragaman Parasitoid Erionota thrax L. Pada Dua Jenis Tanaman Pisang Bermikoriza Di Lahan Kelompok Tani Masyarakat Bersatu Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

Soedirdjoatmodjo, 1985 dalam Munif A. 1988. Serangan Erionota thrax Linneaus (Lepidoptera: Hesperidae) dan Anisoderma sp. (Coleoptera: Hispidae) pada tanaman pisang (Musa sp.) jenis Angleng dan Apu di Desa Sukalaksana dan Sukarame, Kecamatan Sukanagara Kabupaten Cianjur Jawa Barat [Laporan Praktek Lapang]. Bogor: Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Soviani Evi, 2012 Identifikasi Parasitoid pada Erionota thrax yang terdapat dalam daun pisang (Musa paradiciaca). Universitas Pendidikan Indonesia.

Sunarjono. H. 2002. Budi Daya Pisang dengan Bibit Kultur Jaringan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Susilo, 2007.Pengendalian Hayati Dengan Memberdayakan Musuh Alami Hama Tanaman. Graha Ilmu, Yogyakarta

Sutiyoso, Y. 2010. Hama dan Penyakit Tanaman Deteksi Dini dan Penanggulangan.

Bogor.

Suyantis & Supriyadi, Ahmad. (2008). Pisang, Budidaya, Pengolahan & Prospek Pasar. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta

Tjitrosoepomo, G.. 2000, Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada.

University Press.

Wanta NN. 2004. Jenis Dan Parasitisasi Hama Penggulung Daun Pisang Erionota thrax Linnaeus (Lepidoptera: Hesperiidae) Di Kecamatan Pineleng Dan Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara. Manado: Fakultas Pertanian UNSRAT Manado.

Wibowo, L Dkk. 2015. Kemelimpahan Dan Keragaman Jenis Parasitoid Hama Penggulung Daun Pisang Erionota thrax L. Di Kabupaten Lampung Selatan. Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jumlah larva Erionota Thrax L. pada pisang kepok pada minggu 1- minggu 4

Sampel

Jumlah Larva Erionota thrax L.

Pada Pisang Kepok

M1 M2 M3 M4

1 2 2 2 2

2 1 1 2 1

(49)

3 1 0 1 2

4 1 1 1 2

5 0 1 2 2

6 1 2 1 1

7 2 1 1 2

8 1 0 2 1

9 1 2 1 1

10 2 2 2 2

11 1 1 2 2

12 1 1 2 1

13 0 1 1 1

14 1 2 1 2

15 1 3 1 1

16 2 1 1 1

17 3 3 1 2

18 2 0 1 1

19 1 1 2 2

20 2 3 3 1

21 0 1 1 1

22 0 1 2 1

23 2 0 1 2

24 2 1 1 1

25 1 1 2 1

26 2 1 1 2

27 2 3 2 1

28 1 1 1 2

29 2 4 1 1

30 1 3 0 1

31 2 1 1 0

32 1 2 2 2

33 1 1 1 2

34 2 2 2 1

35 1 2 1 1

36 2 1 1 2

37 2 1 2 3

38 1 0 0 2

39 2 1 1 1

40 1 1 1 1

Total 54 56 54 58

Rataan 1.35 1.4 1.35 1.45

(50)

Lampiran 2. Jumlah larva Erionota Thrax L. pada pisang kepok pada minggu 1- minggu 4

Sampel

Jumlah Larva Erionota thrax L.

Pada Pisang Barangan

M1 M2 M3 M4

1 2 1 3 1

2 2 1 1 1

3 0 0 1 2

4 1 1 2 1

5 2 2 1 1

6 2 1 0 1

7 0 2 1 1

8 2 2 4 1

9 3 1 0 2

10 2 2 3 1

11 3 1 3 3

12 4 1 3 2

13 3 2 1 1

14 2 2 2 3

15 2 0 2 3

16 1 3 1 1

17 0 1 1 2

18 2 1 2 2

19 2 1 0 1

20 2 2 1 3

21 1 2 2 2

22 2 1 0 1

23 1 1 2 0

24 2 1 1 2

25 2 2 1 1

26 0 2 2 2

27 2 2 2 0

28 2 1 3 2

29 0 2 1 3

30 1 1 2 1

31 2 2 0 2

32 1 3 2 2

33 0 2 1 1

34 1 1 1 2

35 3 2 2 1

36 3 1 0 3

37 2 1 2 1

38 0 2 1 1

(51)

39 2 2 3 0

40 1 2 2 1

Total 65 60 62 61

Rataan 1.625 1.5 1.55 1.525

Lampiran 3. Jumlah dan jenis parasitoid pada pisang kepok pada minggu 1 – minggu 4

Ordo Famili

Pengamatan Pada

Pisang kepok Total

1 2 3 4

Hymenoptera Braconidae 10 15 12 14 51 Chalcididae 0 2 5 0 7

Total 10 17 17 14 58

Lampiran 4. Jumlah dan jenis parasitoid pada pisang barangan pada minggu 1 – minggu 4

Ordo Famili

Pengamatan Pada

Pisang Barangan Total

1 2 3 4

Hymenoptera Braconidae 28 38 36 32 134

Chalcididae 0 4 3 1 8

Total 28 42 39 33 142

Lampiran 5. Berdasarkan hasil penelitian Pasrah (2020) Jumlah larva Erionota Thrax L. dan parasitoid pada bulan Maret – bulan Mei 2020

Maret-Mei 2020 pengamatan Jumlah Larva E. thrax

L. Parasitoid

M1 212 97

M2 223 92

M3 226 82

M4 211 96

Lampiran 6. Jumlah larva Erionota Thrax L. dan parasitoid pada bulan November – bulan Desember 2020

November-Desember 2020

pengamatan Jumlah Larva E thrax

L. Parasitoid

M1 119 38

M2 116 59

Gambar

Gambar 5. Parasitoid E. thrax  (a. Cotesia Erionotae; b. Brachymeria lasus)  Kepadatan Populasi dan Tingkat Serangan Erionota thrax L
Gambar 6. Gambar sebelah kiri Larva E. thrax yang terparasit; dan Gambar sebelah  kanan Larva E
Gambar  7  menunjukkan  bahwa  jumlah  populasi  larva  Erionota  thrax  L.
Gambar 8. Histogram Populasi Larva Erionota thrax L. dan Parasitoid Pada  Pengamatan Minggu 1-4 Bulan November-Desember 2020

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dapat diketahui kondisi bangunan-bangunan bersejarah perkebunan tembakau Deli Maatschappij di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang ada

Oleh karena itu dilakukan kajian “Analisis Strategi Pengelolaan Sedimentasi Di Muara Sungai Percut Terhadap Potensi Ekonomi Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang” ,

Dimana proses kehidupan nelayan saling berbagi, sehingga pelanggan yang datang ke daerah penelitian bisa menikmati wisata kuliner yang dimiliki Desa Percut Sei Tuan ini,

Muhammad Prawira : Kajian Saluran Irigasi Tersier di Desa Percut Daerah Irigasi Bandar Sidoras Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dibimbing oleh SUMONO dan

Data suhu udara rata-rata bulanan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang pada

Judul Skripsi : KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI NELAYAN DESA BAGANPERCUT KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG (Studi Kemiskinan Keluarga Nelayan Desa Bagan Percut).. Nama

Kawasan hutan mangrove di stasiun riset Yayasan Gajah Sumatera (YAGASU) Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan dipilih sebagai tempat penelitian karena

Hasil Survey yang dilakukan di Kecamatan Percut Sei Tuan di 5 Desa yaitu Desa Percut, Sampali, Bandar Khalifah, Saentis dan Amplas menunjukkan bahwa terdapat beberapa