• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 7 BONE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 7 BONE"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 7 BONE

SKRIPSI

WIHDATUL AULIYAH 10539 1109616

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKSSAR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2021

(2)

i

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 7 BONE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

WIHDATUL AULIYAH 10539 1109616

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKSSAR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2021

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

(6)

v

(7)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN مي ِحهرلا ِنَمْحهرلا ِ هاللَّ ِمْسِب

Motto

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”

(Al-Baqarah: 286)

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Al-Insyirah: 5-6)

“Di tengah kesulitan selalu terdapat kesempatan”

(Albert Einstein)

Persembahan

Kupersembahkan skripsi ini sebagai tanda baktiku kepada:

Ayahanda Muchtar dan Ibunda Suhaena yang telah memberikan kasih sayang, serta dukungan, ridho, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tidak mungkin kubalas hanya dengan selembar kertas bertuliskan persembahan.

Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat kalian bahagia.

(8)

vii ABSTRAK

Wihdatul Auliyah. 2021. Analisis Keterampilan Berpikir Kreatif Fisika Peserta Didik Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 7 Bone. Skripsi. Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pembimbing I Nurlina dan Pembimbing II Tri Hastiti Fiskawarni

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu seberapa besar keterampilan berpikir kreatif Fisika peserta didik pada materi Fluida Statis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterampilan berpikir kreatif Fisika peserta didik kelas XI IPA 1 SMA Negeri 7 Bone pada materi Fluida Statis tahun ajaran 2020/2021

Jenis penelitian ialah penelitian Expost Facto yang bersifat deskriptif.

Penelitian ini hanya memakai satu variabel saja tanpa menghubungkan dengan variabel lain. Sampel penelitian ini ialah peserta didik kelas XI IPA 1 SMA Negeri 7 Bone yang berjumlah sebanyak 30 peserta didik yang ditentukan dengan Cluster Random Sampling. Instrumen penelitian yang dipakai ialah tes keterampilan berpikir kreatif Fisika yang memenuhi kriteria valid sebanyak 8 item soal. Hasil penelitian berdasarkan analisis deskriptif memperlihatkan bahwasanya rata-rata tingkat keterampilan berpikir kreatif peserta didik sejumlah 36,5.

Sedangkan akumulasi perolehan skor rata-rata untuk tiap-tiap indikator yang diteliti secara berturut-turut adalah berpikir lancar sebesar 8,22, berpikir luwes sebesar 9,67, berpikir orisinil 9,93, dan memerinci sebesar 8,00.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat keterampilan berpikir kreatif Fisika peserta didik kelas XI IPA 1 SMA Negeri 7 Bone pada materi Fluida Statis masuk dalam kategori sedang. Adapun saran agar penelitian berikutnya dapat memakai indikator berpikir kreatif yang berbeda.

Kata Kunci: Keterampilan Berpikir Kreatif, Fluida Statis

(9)

viii

KATA PENGANTAR

مي ِحهرلا ِنَمْحهرلا ِ هاللَّ ِمْسِب

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam, penulis panjatkan kehadirat-Nya. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, serta para sahabat, keluarga, dan orang-orang yang senantiasa mencari ridha hingga akhir zaman.

Skripsi dengan judul “Analisis Keterampilan Berpikir Kreatif Fisika Peserta Didik Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 7 Bone” diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Berbekal dari kekuatan dan ridha dari Allah SWT semata, maka penulisan skripsi ini dapat terselesaikan meski dalam bentuk yang sangat sederhana. Tidak sedikit hambatan dan rintangan yang penulis hadapi, akan tetapi penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada keberhasilan tanpa kegagalan.

Teristimewa dan tersayang penulis sampaikan ucapan terima kasih yang tulus untuk kedua orang tua tercinta Ayahanda Muchtar dan Ibunda Suhaena atas segala pengorbanan dan do’a yang begitu tulus yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyelesaian studi akhir ini, walaupun dengan berbagai rintangan dan cobaan. Semoga apa yang mereka berikan kepada penulis mendapatkan kebaikan dan keberkahan di dunia dan di akhirat. Dengan pertolongan yang Maha Kuasa yang hadir lewat uluran tangan serta dukungan dan do’a dari orang-orang yang tulus mendo’akan penulis,

(10)

ix

karenanya penulis ucapkan terima kasih yang tidak terhingga atas segala bantuan spiritualnya yang telah diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih dan penghargaan istimewa juga penulis sampaikan kepada Ibunda Dr. Nurlina, S.Si., M.Pd dan Ibunda Tri Hastiti Fiskawarni, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan semangat kepada penulis sejak penyusunan proposal hingga terselesaikannya skripsi ini.

Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar

2. Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D, selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Ibu Dr. Nurlina, S.Si., M.Pd dan Bapak Ma’ruf, S.Pd., M.Pd, selaku Ketua dan Sekretaris Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar

4. Ibu Dewi Hikmah Marisda, S.Pd., M.Pd selaku Penasehat Akademik, dosen- dosen Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, serta seluruh civitas akademik yang telah memberikan nasehat dan ilmunya kepada peneliti dalam masa perkuliahan 5. Ibu Aisyah Amin, S.Pd., M.Pd selaku kepala sekolah SMA Negeri 7 Bone

yang telah memberikan izin penulis mengadakan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

(11)

x

6. Ibu Fatmawati Hamid, S.Pd selaku guru bidang studi Fisika di SMA Negeri 7 Bone, yang telah memberikan izin kepada penulis mengadakan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

7. Peserta Didik kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bone atas kesediannya menjadi subjek penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

8. Kak Muhammad Iqbal Y.P, S.Pd atas segala bantuan, do’a yang tulus serta saran, dukungan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini 9. Rekan-rekan mahasiswa prodi Pendidikan Fisika angkatan 2016 (Dispersi),

terkhusus Dispersi C, serta teman-teman yang tidak sempat saya sebut namanya yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini 10. Sahabat-Sahabatku Yellow Kost Anita Lestari, Mariam, Sri Widayanti, dan

Suci Rahmadani, atas segala bantuan dukungan dan perhatiannya mendengarkan keluh kesah penulis sehingga penulis semangat menyelesaikan skripsi ini

11. Teman seperjuanganku sekaligus sahabat ditanah rantauan Nurul Ainun Maudil Khawair, Kiki Reski Amelia, Hardianti, Rismawati Basman, Sri Restika, Riska, Deli Anggraeni Lubis, dan Miftahul Khairah atas segala bantuan dan kebersamaan selama mengerjakan tugas akhir ini yang penuh suka dan duka. Do’a tulusku untuk kalian semoga kelak menjadi orang sukses dan bermanfaat

12. Seluruh petugas Perpustakaan Jurusan Fisika Unismuh atas segala kerjasamanya kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini

Akhirnya, sebagai penutup penulis menyadari bahwa skripssi ini masih jauh dari kata kesempurnaan, karena sebagai manusia yang hina dini dan bingin

(12)

xi

berjuang untuk mencapai kesempurnannya. Oleh karena itu, penulis masih serta- merta mengharap kritikan demi untuk mengembangkan wawasan penulis kedepannya. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan ridha-Nya kepada kita semua. Aamiin. Billahi Taufiq Walhidayah

Wassalamualaikum Wr. Wb

Makassar, 22 April 2021 Penulis

Wihdatul Auliyah

(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 5

3. Tujuan Penelitian ... 5

4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 7

1. Pembelajaran Abad 21 ... 7

2. Karakteristik Pembelajaran Abad 21 ... 10

3. Keterampilan Berpikir ... 15

4. Keterampilan Berpikir Kreatif ... 16

5. Keterampilan Berpikir Kreatif dalam Fisika ... 18

6. Ciri-Ciri Berpikir Kreatif ... 18

7. Faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kreatif ... 19

(14)

xiii

8. Teori Kreativitas ... 19

9. Indikator Berpikir Kreatif ... 22

10. Hasil Penelitian yang Relevan ... 24

B. Kerangka Pikir ... 25

BAB III PENUTUP A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

C. Prosedur Penelitian ... 28

D. Definisi Operasional Variabel ... 29

E. Instrumen Penelitian ... 29

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

G. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 38

Analisis Deskriptif ... 38

B. Pembahasan ... 43

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49 LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Aktivitas-Aktivitas Peserta Didik pada Saat Kegiatan Proses Pembelajaran

Berlangsung di SMA Negeri 7 Bone ... 4

3.1 Kriteria Penskoran dengan Melihat Relevansi Butir dengan Indikator ... 31

3.2 Hasil Uji Validitas Tes Keterampilan Berpikir Kreatif... 32

3.3 Kriteria Tingkat Reliabilitas Item ... 34

3.4 Pengelompokkan Nilai Hasil Tes ... 36

4.1 Statistik Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kreatif Fisika pada Peserta Didik Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 7 Bone ... 39

4.2 Pengelompokkan Nilai Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kreatif Fisika Peserta Didik Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 7 Bone ... 39

4.3 Nilai Rata-Rata Hasil Tes Untuk Setiap Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif ... 41

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pikir ... 25 4.1 Diagram Pengelompokkan dan Persentase Nilai Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kreatif Fisika Peserta Didik Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 7 Bone ... 40 4.2 Diagram Nilai Rata-Rata Untuk Setiap Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif Fisika ... 42

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

LAMPIRAN A

1. Kisi-Kisi Tes Keterampilan Berpikir Kreatif ... 54

2. Kisi-Kisi Soal Keterampilan Berpikir Kreatif Sebelum Validasi ... 55

3. Kisi-Kisi Soal Keterampilan Berpikir Kreatif Setelah Validasi ... 67

4. Soal Keterampilan Berpikir Kreatif Sebelum Uji Coba ... 75

5. Soal Keterampilan Berpikir Kreatif Setelah Uji Coba ... 79

LAMPIRAN B 1. Uji Gregory ... 87

2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 89

LAMPIRAN C Analisis Deskriptif ... 96

LAMPIRAN D Dokumentasi ... 103

LAMPIRAN E Persuratan ... 108

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan dunia abad 21 memerlukan adanya perubahan kompetensi, yang ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam segala hal kehidupan, termasuk dalam proses pembelajaran. Kemampuan berpikir kreatif, memecahkan masalah, dan berkolaborasi menjadi kompetensi penting dalam memasuki kehidupan abad 21 mengharuskan pemerintah untuk meningkatkan sumber daya manusia.

(Ambrawati, 2018: 196-200) mengemukakan bahwa kegiatan belajar mengajar abad 21 di sekolah merujuk pada 4C, yaitu communication, collaboration, critical thinking, and creativity. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas pendidikan yang berfokus pada pengembangan keterampilan dan kemampuan berpikir kreatif peserta didik.

Berpikir kreatif dapat dikembangkan melalui pembelajaran di kelas khususnya dalam pembelajaran Fisika.

Tuntutan akan berpikir terutama berpikir tingkat seberapa tingkat ini bahkan juga terdapat dalam ajaran agama. Bila dilihat, bahwa sangat banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang berbicara tentang berpikir, dan jika dilihat indikator berpikir yang disebutkan pada ayat-ayat tersebut semuanya mengacu pada berpikir tingkat seberapa besar tingkat, bukan berpikir biasa.

Diantara ayat-ayat yang menerangkan pentingnya berpikir adalah sebagai berik

(19)

Artinya:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah, sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata, “Ya Tuhan Kami, tidaklah Engkap menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka”. (Q.S. Ali ‘Imran: 190-191)

Keterampilan berpikir kreatif sangat penting bagi peserta didik khususnya pada pembelajaran Fisika, karena keterampilan berpikir kreatif memungkinkan peserta didik untuk mempelajari permasalahan secara mendalam, mampu mempertahankan pendapat dan perspektif yang berbeda dengan alasan yang kuat dan membantu peserta didik dalam meningkatkan pemahaman konsep Fisika berdasarkan hasil temuannya sehingga peserta didik mampu menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Disisi lain berpikir kreatif pada peserta didik sangat penting karena dapat menumbuhkan kreatifitas peserta didik dan membangkitkan semangat belajar dan dapat meningkatkan mutu dan kualitas belajar dan akan lebih mudah bagi peserta

(20)

didik dalam memahami materi pelajaran. Oleh karena itu, peserta didik yang kreatif tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber dan tidak hanya menerima ide-ide dari luar tanpa adanya kepahaman dan evaluasi yang signifikan.

Setiap orang memiliki potensi dan karakteristik berpikir kreatif yang berbeda-beda. Stimulus yang tepat diharapkan mampu mengembangkan potensi berpikir kreatif tersebut. Namun berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 7 Bone bahwa jarang melibatkan aktivitas peserta didik secara langsung dalam kegiatan proses pembelajaran dan pengajaran Fisika masih didominasi dengan soal-soal yang menggunakan rumus perhitungan, sehingga pemahaman konsep yang dimiliki peserta didik kurang terkembangkan padahal pemahaman konsep dapat dijadikan sebagai landasan untuk mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik khususnya keterampilan berpikir kreatif peserta didik.

Hal ini menyebabkan bahwa begitu banyak peserta didik yang pasif pada saat kegiatan proses pembelajaran. Peserta didik yang pasif dalam proses pembelajaran terlihat dari aktivitas-aktivitasnya. Berikut beberapa aktivitas-aktivitas peserta didik pada saat kegiatan proses pembelajaran berlangsung.

Tabel 1.1 Aktivitas-Aktivitas Peserta Didik pada Saat Kegiatan Proses Pembelajaran Berlangsung di SMA Negeri 7 Bone

No Aktivitas Peserta Didik f %

1 Mampu mengajukan pertanyaan 10 33,33

2 Mampu memberikan argumen 6 20

3 Mampu menyelesaikan soal-saol yang bersifat analisis 5 16,67 4 Mampuu mengerjakan soal-soal secara mandiri 9 30 Sumber: Hasil observasi di SMA Negeri 7 Bone

(21)

Berdasarkan tabel 1.1 mengenai aktivitas-aktivitas peserta didik pada saat kegiatan proses pembelajaran berlangsung di SMA Negeri 7 Bone terlihat bahwa peserta didik yang tertera pada tabel 1.1 dilakukan oleh peserta didik yang sama. Sehingga dapat dikatakan bahwa minimnya peserta didik yang mampu mengajukan pertanyaan pada saat proses pembelajaran padahal salah satu indikasi peserta didik kreatif adalah banyak bertanya. Adapun bentuk pertanyaan yang diajukan adalah lebih mengindikasi bahwa peserta didik tidak paham konsep dari materi yang diajarkan dan minimnya peserta didik yang mampu memberikan argumen pada saat proses pembelajaran berlangsung sehingga sebagian besar peserta didik hanya menerima begitu saja informasi-informasi yang diperoleh dari penjelasan guru dan penjelasan buku, tanpa ada keinginan untuk mengembangkan informasi tersebut dengan cara berdiskusi dengan peserta didik yang lain atau adanya timbal balik antara pendidik dengan peserta didik. Selain itu, sebagian besar peserta didik belum mampu menyelesaikan soal-soal yang bersifat analisis atau yang membutuhkan pemikiran tingkat tinggi (higher order thinking) baik dalam bentuk tes lisan maupun tertulis dan sebagian besar peserta didik hanya menunggu jawaban dari temannya. Situasi tersebut harus ditanggapi serius oleh pendidik untuk mencari altertaif pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik dan faktor apa yang menyebabkan sehingga begitu banyak peserta didik yang pasif pada saat kegiatan proses pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan dari aktivitas-aktivitas peserta didik diatas, dengan demikian perlu dilakukannya analisis mengenai keterampilan berpikir kreatif yang dimiliki peserta didik sehingga dapat memberikan informasi data

(22)

status pencapaian tingkat keterampilan berpikir kreatif peserta didik dengan indikator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu keterampilan berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisini, dan memerinci (elaborasi) yang diadopsi dari Munandar (2009).

Berdasarkan uraian pemaparan diatas, maka peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian yang berjudul Analisis Keterampilan Berpikir Kreatif Fisika Peserta Didik Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 7 Bone.

B. Rumusan Masalah

Dengan mengacu pada latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini ialah:

Seberapa besar keterampilan berpikir kreatif Fisika peserta didik kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 7 Bone ?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini ialah, untuk menganalisis keterampilan berpikir kreatif Fisika pada peserta didik kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 7 Bone untuk mengetahui sejauh mana tingkat keterampilan berpikir kreatif yang dimiliki oleh peserta didik.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini ialah : 1. Bagi Pendidik

Menambah pengetahuan pada pendidik tentang kemampuan keterampilan berpikir kreatif Fisika, sehingga pendidik dapat

(23)

Menyampaikan upaya dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif Fisika.

2. Bagi Peserta Didik

Dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kreatif Fisika sesuai dengan perkembangan berpikirnya.

3. Bagi Sekolah

Menyampaikan sumbangan pemikiran alternatif dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran terutama pada mata pelajaran Fisika.

4. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman, pengetahuan, dan menyampaikan gambaran pada peneliti sebagai calon pendidik tentang sistem pembelajaran yang

Menambah pengalaman, pengetahuan, dan Menyampaikan gambaran pada peneliti sebagai calon pendidik tentang sisrem pembelajaran yang baik di sekolah.

(24)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka

1. Pembelajaran Abad 21

Dalam perkembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Abad 21, kemampuan menghafal fakta dan prosedur tidaklah cukup untuk sukses.

Pekerja yang berpendidikan membutuhkan pemahaman konseptual tentang konsep yang kompleks, dan kemampuan untuk bekerja dengan kreatif untuk menghasilkan ide-ide baru, teori baru, produk baru, dan bahkan pengetahuan baru. Mereka harus dpat secara kritis mengevaluasi apa yang mereka baca, mampu mengekspresikan diri mereka dengan jelas baik secara lisan, maupun tulisan, dan memahami pemikiran secara ilmiah dan matematis. Mereka perlu untuk mempelajari berbagai pengetahuan yang terintegrasi dan dapat digunakan di dunia nyata.

Mereka harus dapat mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri yang berkelanjutan seumur hidup. Tidak hanya berfokus pada segi pendidikan formal saja tetapi menggali pengetahuan dari dan dimana saja. (Hayani, 2019: 11)

Menurut PISA (Programm for International Student Assesment), sistem sekolah saat ini tidak luar biasa berhasil dalam mempersiapkan peserta didik untuk memiliki kemampuan dan keterampilan yang membangun pondasi untuk pembelajaran seumur hidup. Pencapaian PISA menjelaskan pernyataan ini karena mereka didasarkan pada model dinamis dimana “pengetahuan Gan keterampilan baru yang diperlukan

(25)

untuk beradaptasi dengan sukses dengan dunia yang berubah terus menerus diperoleh melalui pembelajaran sepanjang hidup” (PISA 2003), dari pada mengukur prestasi dalam hal kurikulum tertentu. Dengan fokus pada membaca , matematika, “Urasi” ilmiah, PISA menekankan pada penguasaan peserta didik pada proses, pemahaman konsep, dan kemampuan untuk berfungsi dalam situasi yang berbeda di setiap domain, dari pada kepemilikan pengetahuan khusus. Oleh karena itu, menciptakan generasi yang sadar akan pembelajaran seumur hidup dan mampu beradaptasi dengan perubahan jauh lebih penting dari sekedar ritual pelaksanaan belajar mengajar dari sebuah materi pembelajaran.

Pembelajaran di abad 21 diharapkan mampu mempersiapkan peserta didik tidak hanya pengetahuan secara teoritis saja tetapi lebih jauh lebih lagi adalah menjadikan mereka generasi yang siap pakai, kritis dalam memahami segala informasi yang ada dan juga menjadi inovator.

Pengetahuan sekolah tidak sebatas teori tanpa adanya keterkaitan materi dengan dunia nyata dan perkembangan masyarakat saat ini.

Sejalan dengan hal ini Mustapa (Hayani, 2019: 13), menyatakan beberapa tujuan dari kegiatan pembelajaran abad 21 yaitu:

a. Mempersiapkan orang dalam dunia pasang surut, dinamis, unpredictabel (tidak biasa diramalkan)

b. Perilaku yang kreatif

c. Membebaskan kecerdasan individu yang unik d. Menghasilkan inovator

(26)

Dengan demikian, kegiatan proses pembelajaran yang dilaksanakan pada masa lalu di era industrialisasi sudah dianggap tidak cocok lagi untuk dilaksanakan pada abad pengetahuan saat ini. Apalagi dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini menghantarkan peranan terbarukan dari penggunaan teknologi dalam pengembangan metode pembelajaran di era pengetahuan.

Terjadinya pergeseran paradigma pendidikan dalam abad 21 yang lebih menitikberatkan pada empat komponen yakni, informasi, komputasi, otomasi, dan komunikasi. Keempat hal ini merupakan ciri-ciri dari pelaksanaan pembelajaran abad 21 yang menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dalam sebuah pembelajaran. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menyatakan bahwa keempat komponen diatas merupakan ciri dari pendidikan abad 21.

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, penerapan Kurikulum 2013 menjadi hal yang tidak diragukan lagi urgensinya. Dengan tujuan untuk dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif dan efektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi. Disadari atau tidak bahwasanya telah terjadi pergeseran ciri dan model pembelajaran khususnya di abad 21 sekarang ini. Hal inilah yang kemudian menjadi bahan perhitungan dalam penerapan Kurikulum 2013.

Dengan demikian bukan saatnya lagi kita mempelajari tentang apa itu komputer dan teknologi informasi, tetapi lebih pada bagaimana

(27)

memanfaatkan atau menggunakan komputer dan teknologi informasi untuk belajar dan memperoleh pengetahuan. Kesemuanya ini merupakan kecakapan hidup abad 21 yang memang mengarahkan sumber daya manusia untuk memiliki 3 kecakapan hidup yaitu, kecakapan belajar dan inovasi, kecakapan informasi, media dan teknologi, serta kecakapan hidup dan karir. Dalam kecakapan belajar dan inovasi, setiap kita diharapkan memiliki pemikiran kreatif dan inovatif, memiliki kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi serta berpikir kritis dan memecahkan masalah (problem solving). Kecakapan informasi dalam perkembangan informasi pengetahuan saat ini sangatlah diperlukan apalagi banyaknya informasi yang tidak valid yang membutuhkan kita untuk memiliki literasi informasi, media dan tekonologi formasi.

Kecakapan hidup dan karir sangat dibutuhkan untuk dapat bertahan dalam menghadapi era 4H (era informasi dan pengetahuan) yaitu keluwesan dan mampu beradaptasi dengan perubahan, memiliki inisiatif dan mengembangkan diri (self initiative) memiliki kemampuan sosial dan lintas budaya serta produktif dan akuntabel. (Hayani, 2019: 15)

2. Karakteristik Pembelajaran Abad 21

Kegiatan pembelajaran seyogianya memberikan pondasi kepada peserta didik untuk menjadi pembelajar seumur hidup (lifelong learners).

Tidak hanya menjadi pembelajar ketika berada di satuan pendidikan saja tetapi lebih jauh lagi dapat tetap memiliki semangat untuk belajar dimana saja untuk memperoleh pengetahuan walaupun dalam kegiatan sehari- hari. Untuk mencapai hal tersebut, Kurikulum 2013 memberikan ruang

(28)

untuk penguatan pendidikan karakter di sekolah dimana kegiatan ini harus dapat menumbuhkan karakter peserta didik untuk dapat berpikir kritis, kreatif, mampu berkomunikasi, dan berkolaborasi, dan mampu bersaing di abad 21. Dengan demikian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru haruslah memberikan ruang guru bagi peserta didik untuk menumbuh kembangkan karakter abad 21.

Karakteristik pembelajaran abad 21 bermula dari kecakapan belajar yang haruslah dimiliki oleh peserta didik yang disebut 4C, yaitu Critical Thinking (berpikir kritis), Problem Solving (menyelesaikan masalah), Creativity (kreatif), Communication Skills (mampu untuk berkomunikasi, dan Collaboratively (mampu bekerja dalam kelompok). (Kemendikbud, 2017).

Sejalan dengan hal ini, Abidin (Wijaya, 2016: 270) menyatakan bahwa karakteristik pembelajaran abad 21 pembelajaran mengandung dua karakteristik utama yaitu:

a. Proses pembelajaran melibatkan proses mental peserta didik secara maksimal yang menghendaki aktivitas peserta didik untuk berpikir b. Pembelajaran diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan

kemampuan berpikir peserta didik yang pada gilirannya kegiatan berpikir itu dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri

Pembelajaran yang ada bukan hanya dilakukan sebagai ritual transfer pengetahuan saja, tetapi juga harus membuat peserta didik berpikir secara aktif dan kritis. Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat

(29)

membangun sebuah pemahamannya sendiri terhadap sebuah pengetahuan. Dengan demikian, segala potensi yang dimiliki peserta didik dapat secara optimal digunakan dan dikembangkan untuk memperoleh konstruksi orisinil dari pengetahuan.

Kurikulum 2013 sebenarnya telah menggambarkan karakteristik pembelajar abad 21 ini yaitu:

a. Fokus Pembelajaran dari Materi ke Proses

Proses atau kegiatan peserta didik dalam memperoleh pengetahuan jauh lebih penting ketimbang pencapaian materi itu sendiri. Seberapa jauh proses pembelajaran memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk menunjukkan dan mengembangkan kecakapan dirinya, maka sebaik itu pula kualitas pembelajaran dapat tergambarkan. Proses pemerolehan pengetahuan yang dilakukan peserta didik memberikan pengaruh yang kuat untuk tertanamnya pemahaman akan pengetahuan. Paradigma ini membuat guru tertantang untuk mempersiapkan kegiatan pembelajarannya lebih baik lagi.

b. Pembelajaran Berpusat pada Peserta Didik

Peserta didik memiliki peranan utama dalam pelaksanaan pembelajaran. Merekalah yang harus menentukan kegiatan pemerolehan pengetahuan mereka sendiri. Guru hanyalah menjadi fasilitator dan pendamping dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik dengan segala potensinya diarahkan oleh guru untuk menggunakan potensi itu dalam memahami dan memperoleh sebuah

(30)

pengetahuan. Mereka mencari sumber informasi sendiri, berkolaborasi, memahami, dan mengkonstruksi pengetahuan baru.

c. Berpikir Tingkat Tinggi (High Order Thinking Skills)

Pembelajaran yang hanya berpusat pada pertanyaan “apa” akan menghasilkan luaran yang hanya penuh dengan hafalan materi tanpa dapat melakukan apa-apa. Perubahan pola pikir dari “apa” menjadi

“seperti apa”, “bagaimana, dan “mengapa” akan memberikan luaran yang tidak hanya mampu berpengetahuan tetapi juga dapat memiliki kecakapan untuk bersikap dan bebuat. Pembelajaran tidak hanya diarahkan untuk siswa menjawab soal-soal ujian tulis belaka, tetapi lebih jauh lagi agar dapat memberikan pemecahan terhadap permasalahan yang mereka hadapi didunia nyata.

d. Multi Sumber Sebuah Pengetahuan

Guru tidak satu-satunya sumber pengetahuan. Paradigma ini menuntut peserta didik untuk dapat mengeksplorasi berbagai sumber pengetahuan seperti buku sumber maupun pemanfaatan internet.

Kemudahan memperoleh akses informasi akan membuat peserta didik memiliki berbagai macam jenis informasi terhadap sebuah pengetahuan. Guru sebagai fasilitator, harus dapat mengarahkan peserta didik dalam memilah dan mengolah berbagai informasi menjadi pengetahuan baru bagi mereka

e. Peserta Didik Aktif Menjadi Pasif

Kegiatan pembelajaran menitik beratkan pada apa yang dilakukan oleh peserta didik, semakin “aktif” mereka dalam kegiatan

(31)

pembelajaran, maka kompetensi yang mereka peroleh akan semakin baik. Keaktifan disini memiliki artian bahwasanya peserta didik ikut berperan serta dalam pencapaian pemahaman pengetahuan dalam proses pembelajaran melalui kegiatan kolaboratif. Tidak hanya diam dan menunggu informasi yang diberikan oleh guru saja, tetapi juga aktif menjelajah, meneliti dan menelaah informasi dari berbagai sumber.

f. Belajar dari Sebuah Kesalahan

Kesalahan dalam sebuah pembelajaran menjadi alat pemerolehan pengetahuan itu sendiri. Masalah yang dulu dianggap sebagai hal yang harus dihindari menjadi tantangan untuk dapat digali informasi dan dicarikan jalan keluar. Dengan kata lain, pembelajaran abad 21 memberikan ruang untuk peserta didik belajar dari kesalahan- kesalahan yang ada

g. Kelas yang Fleksibel dan Merangkul

Kegiatan pembelajaran yang selama ini hanya berpusat didalam kelas saja dan terpaku pada materi dari buku, menjadi fleksibel tanpa harus menjadi kelas yang terkesan kaku. Pembelajaran dapat dilaksanakan diluar kelas dengan pemanfaatan segala hal yang dapat dijadikan sumber belajar oleh peserta didik. Hal ini menuntut seorang guru untuk berkreasi dengan segala potensi yang dimilikinya untuk mengarahkan peserta didik belajar dengan nyaman dan santai

(32)

h. Learning To Know dan Learning To Do

Dalam pembelajaran abad 21 tidaklah hanya terfokus pada pengetahuan saja, tetapi juga pada keterampilan dan sikap. Hal ini membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan hanya sebatas belajar teori saja. (Musfiqon & Nurdyansyah, 2015: 22)

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran abad 21 memiliki karakter, pembelajaran berpusat pada peserta didik (guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan pendamping)

3. Keterampilan Berpikir

Rita Atkinson dkk (Piater dkk, 2011: 18) berpikir adalah aktivitas idealistis menggunakan simbol-simbol dalam memecahkan masalah berupa deretan ide dan bentuk bicara. Melalui berpikir orang selalu meletakkan hubungan antara pengertian dan logika berpikir. Artinya, melalui berpikir orang mampu memberikan pengertian, asumsi, dan menarik kesimpulan. Berpikir menjadi ukuran keberhasilan seseorang dalam belajar, berbahasa, berpikir dan memecahkan masalah. Dengan berpikir seseorang akan menjadi lebih mudah dalam menghadapi berbagai persoalan. Berpikir membutuhkan kemampuan untuk membayangkan atau menggambarkan benda peristiwa yang secara fisik tidak ada.

Ada tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu (1) berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari pelaku, (2) berpikir merupakan sebuah proses yang melihatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif, (3)

(33)

berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan atau diarahkan pada solusi.

Berpikir adalah perilaku yang timbul dari dalam diri seseorang yang diarahkan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi dan menghasilkan ide-ide yang baru.

(Nurlaila dkk, 2016) keterampilan berpikir adalah keterampilan berpikir yang relatif spesifik dalam memikirkan sesuatu yang diperlukan seseorang untuk memahami sesuatu informasi berupa gagasan, konsep teori dan sebagainya. Pengetahuan dan keterampilan berpikir merupakan suatu kesatuan yang saling menunjang. Edward de Bono (2007) mengemukakan bahwa berpikir kreatif adalah keterampilan 1) merancang, 2) melakukan perubahan dan perbaikan, 3) memperoleh gagasan baru. Keterampilan berpikir kreatif adalah keterampilan mengembangkan atau menemukan ide atau gagasan asli, estetis dan konstruktif yang berhubungan dengan pandangan dan konsep serta menekankan pada aspek berpikir intuitif dan rasional khususnya dalam menggunakan informasi dan bahan untuk memunculkan atau menjelaskannya dengan perspektif asli pemikir.

4. Keterampilan Berpikir Kreatif

Keterampilan berpikir kreatif terdiri dari tiga kata yaitu, keterampilan, berpikir, dan kreatif. Skillscan (Silalahi dkk, 2020: 8) menyatakan “A skill is an ability to perform an activity in a competent manner”. Sedangkan berpikir adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang

(34)

dalam ingatan sebelum mengambil sesuatu keputusan. Johnson mendefinisikan bahwa berpikir adalah proses otak mengolah dan menterjemahkan informasi (stimulus) yang masuk melalui panca indra ke bagian otak sadar atau bawah sadar yang menghasilkan arti dan sejumlah konsep.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menerangkan bahwa kreatif adalah memiliki daya cipta; memiliki kemampuan utnuk menciptakan; bersifat atau mengandung daya cipta; pekerjaan yang menghendaki kecerdasan dan imajinasi. Weisberg dalam cara berpikir yang membawa sesuatu yang baru (inovasi). Proses berpikir yang mendasari produk inovasi adalah sama dengan proses berpikir yang mendasari kegiatan sehari-hari (ordinary thinking). Dan orang kreatif adalah seseorang yang memproduksi inovasi. Santrock (Silalahi dkk, 2020: 9) menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara-cara yang baru dan tidak biasa serta melahirkan suatu solusi yang unik terhadap masalah-masalah dihadapi.

Sedangkan Fatmawiyati sendiri mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan intelektual individu dalam menciptakan dan mengembangkan suatu hal yang baru dari kumpulan pengalaman, pengetahuan, dan konsep yang pernah didapatkan. Selain menghasilkan hal-hal baru, Stenberg (Silalahi dkk, 2020: 19) menyatakan bahwa berpikir kreatif juga merupakan kemampuan terlihat suatu hubungan yang tidak dilihat orang lain, serta mampu menganalisis idenya atau kualitas karya pribadinya. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan

(35)

bahwa keterampilan berpikir kreatif adalah kemampuan menggunakan akal budi untuk menimbang dan memutuskan sesuatu hal agar tercipta hal baru atau memiliki nilai kebaharuan dengan cara yang berbeda.

5. Keterampilan Berpikir Kreatif dalam Fisika

Kreatifitas belajar fisika adalah keterampilan seseorang untuk memunculkan gagasan-gagasan baru dari suatu masalah yang diperoleh dari latihan-latihan melalui pembelajaran Fisika sehingga dapat, meningkatkan diri dalam memecahkan atau menjawab suatu masalah.

Kreatifitas belajar dapat dikembangkan dengan memberikan tindakan intensif secara terus-menerus. Skala sikap positif dapat dioperasionalkan melalui keterbukaan terhadap pengalaman baru, kelenturan dalam berpikir. Kebebasan dalam ungkapan diri, menghargai fantasi, minat terhadap kegiatan kreatif , kepercayaan terhadap gagasan sendiri dan kemandirian dalam memberi pertimbangan.

Kreatifitas berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran Fisika. Siswa yang kreatif cenderung aktif dalam pelajaran, berani memunculkan gagasan yang dimiliki, merumuskan pertanyaan dengan mengacu pada materi dan mencari solusi dari setiap permasalahan yang mungkin terjadi saat pembelajaran berlangsung.

6. Ciri-Ciri Berpikir Kreatif

Sudiarta dalam jurnalnya memberikan ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif sebagai berikut: 1) Kelancaran (Fluency) yaitu kemampuan untuk membangkitkan sebuah ide sehingga terjadi peningkatan sebuah solusi atau hasil karya, 2) Fleksibelitas (Flexibility) yaitu kemampuan untuk

(36)

memproduksi atau menghasilkan suatu produk, persepsi, atau ide yang bervariasi terhadap masalah, 3) Elaborasi (Elaboration) yaitu kemampuan untuk mengembangkan atau menumbuhkan suatu ide atau hasil karya, 4) Orisinalitas (Originality) yaitu kemampuan untuk menciptakan ide-ide, hasil karya yang berbeda atau betul-betul baru, 5) Kompleksitas (Complexity) yaitu kemampuan memasukkan suatu konsep, ide, atau hasil karya yang sulit, ruwet, berlapis-lapis atau berlipat ganda ditinjau dari berbagai segi, 6) Keberanian mengambil resiko (Risk Tasking) yaitu kemampuan bertekad dalam mencoba sesuatu yang penuh resiko, 7) Imajinasi (Imagination) yaitu kemampuan untuk berimajinasi, mengkhayal, menciptakan barang-barang baru melalui percobaan yang dapat menghasilkan produk sederhana, dan 8) Rasa ingin tahu (Curiosity) yaitu kemampuan mencari, meneliti, mendalami, dan keinginan mengetahui tentang sesuatu lebih jauh.

7. Faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kreatif

Menurut Rogers (dalam Panjaitan, 2017: 5) faktor-faktor yang dapat mendorong terwujudya kreatifitas individu diantaranya:

a. Dorongan dari dalam diri sendiri (inovasi intrinsik) b. Dorongan dari luar (motivasi ekstrinsik)

8. Teori Kreativitas

(Mackler & Shontz, 1970) mengemukakan bahwa dalam studi kreativitas ada 6 (enam) teori pokok kreativitas, yaitu:

(37)

a. Teori Psikonalis

Teori Psikonalis dikembangkan oleh Freud dengan konsep sublimasi sebagai titik tolaknya. Kemampuan sublimasi merupakan kemampuan merubah tujuan asli menjadi tujuan lain. Perbedaan ini individu dapat terjadi karena kekuatan instink dan kemampuan sublimasi tersebut. Menurut Freud dalam upaya mengadaptasi kesukaran hidup terdapat tiga alat atau cara yang dapat ditempuh yaitu:

a) Peralihan minat yang sangat kuat b) Gratifikasi substantif, dan

c) Substansi yang memabukkan

Kreativitas dalam hal ini dipandang sebagai pengganti yaitu alat yang dapat melepaskan diri dari kesukaran sehingga dapat mencapai berbagai tingkat kepuasan dalam waktu yang terbatas

b. Teori Assosiasionistik

Teori Assosiasionistik berkenaan dengan kreativitas yang dipelopori oleh Ribot yang merupakan pelopor Assosiasionist. Assosiasionist menunjukkan pada proses mental sehingga suatu proses cenderung menimbulkan proses mental lainnya.

c. Teori Gestalt

Teori Gestalt memfokuskan perhatiannya terhadap proses terjadinya persepsi dan pengertian pada manusia. Teori ini mengemukakan bahwa pengalaman manusia terstruktur yang terbentuk dalam suatu

(38)

keseluruhan. Manusia mengamati stimulus dalam keseluruhan yang terorganisir, bukan dalam bagian-bagian yang terpisah

d. Teori Eksistensial

Teori Eksistensial menjelaskan bahwa pribadi kreatif dalam momen- momen kreatifnya. Teori Eksistensial tidak mencoba mengurangi keseluruhan menjadi segmen-segmen dan menjelaskan proses secara keseluruhan. Jika teori Gestalt memberikan konsep kekuatan medan, struktur, Gestalt dan vektor-vektor maka teori Eksistensial hanya memberikan konsep encounter (pertemuan)

e. Teori Interpersonal

Teori Interpersonal memandang kreativitas menekankan pada creator dan inovator dan orang lain yang mengenal dan mengakui kreasinya. Dengan kata lain teori ini memandang penting arti nilai dalam karya kreatif karena nilai mengimplementasikan penguatan dan kontrol sosial

f. Teori Trait

Karakteristik pada individu yang dapat diteliti melalui suatu pendekatan yang menekankan pada perbedaan individual. Guilford menjelaskan bahwa Trait utama pada manusia berkaitan dengan kreativitas. Trait tersebut mencakup antara lain: sensitivitas terhadap masalah, kelancaran berpikir, keluwesan berpikir, orisinalitas berpikir, redefinisi, dam elaborasi.

(39)

9. Indikator Berpikir Kreatif

Kepekaan berpikir kreatif dapat diukur dengan indikator-indikator yang telah dikemukakan para ahli, salah satunya menurut Guilford.

Menurut Guilford kemampuan berpikir kreatif terbagi menjadi lima hal, yaitu:

a. Kepekaan (Problem Sensitivity) adalah kemampuan mendeteksi, mengenali, dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau masalah

b. Kelancaran (Fluency) adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan

c. Keluwesan (Flexibility) adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah d. Keaslian (Originality) adalah kemampuan untuk mencetuskan

gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise, dan jarang diberikan kebanyakan orang

e. Elaborasi (Elaboration) adalah kemampuan menambah suatu situasi atau masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang didalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar, model, dan kata-kata

(Munandar, 2009: 192) yang mengutarakan bahwasanya keterampilan berpikir kreatif antara lain; (1) Keterampilan berpikir lancar (Fluency), (2) Keterampilan berpikir luwes (Flexibility), (3) Keterampilan berpikir orisinil (Originality), (4) Keterampilan

(40)

memperinci (Elaboration), dan (5) Keterampilan mengevaluasi (Evaluation)

Berdasarkan indikator keterampilan berpikir kreatif yang telah dikemukakan sebelumnya, maka indikator keterampilan berpikir kreatif dalam penelitian ini meliputi:

a. Kemampuan berpikir lancar (Fluency)

Kemampuan berpikir lancar (Fluency) adalah peserta didik dapat mengajukan banyak gagasan dan mampu mengemukakan ide-ide yangs serupa untuk memecahkan suatu masalah. Contohnya, pesawat sederahan diberikan beberapa peristiwa yang berhubungan dengan konsep pesawat sederhana. Kemudian dari peristiwa tersebut, peserta didik dapat mengemukakan gagasan dan membuat pertanyaan

b. Kemampuan berpikir luwes (Flexibility)

Kemampuan berpikir luwes (Flexibility) adalah peserta didik dapat memberikan bermacam-macam pemafsiran terhadap suatu gambar.

Contohnya, peserta didik diberikan suatu gambar tuas, kemudian dari gambar tuas tersebut peserta didik diberikan suatu masalah yang berhubungan dengan keuntungan tuas itu sendiri

c. Kemampuan berpikir orisinil (Originality)

Kemampuan berpikir orisinil (Originality) adalah peserta didik dapat memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar dan memikirkan hal-hal yang tak pernah terpikirkan oleh orang lain.

Contohnya, peserta didik diberikan suatu gambar permasalahan, sehingga dari permasalahan tersebut peserta didik menafsirkan

(41)

gambar yang berbeda dengan jawaban teman yang lainnya tetapi konsepnya sama

d. Kemampuan memerinci (Elaboration)

Kemampuan memerinci (Elaboration) adalah peserta didik dapat mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain dan menyusun langkah-langkah secara terperinci. Contohnya, peserta didik membuat soal yang berkaitan dengan pesawat sederhana, kemudian dari soal tersebut peserta didik menjawab dengan caranya sendiri, dari jawaban tersebut diberikan penjelasan baik berupa hitungan maupun penjelasan berupa alasan yang lainnya yang dapat menguatkan jawaan yang dibuat peserta didik tersebut (Nursito, 2000) 10. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Pramudita Sari dkk (2016) dilaksanakan di SMA Negeri 9 Malang dengan judul penelitian “Analisis Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA Pada Materi Fluida Statis”

memperlihatkan dari presentase yang hanya sejumlah 39,76%. Maka dapat dinyatakan bahwasanya keterampilan berpikir kreatif siswa kelas X MIPA SMA Negeri 9 Malang masih tergolong rendah . Secara detail bisa dijelaskan untuk tiap-tiap tingkatan keterampilan berpikir kreatif pada siswa ialah fluency sejumlah 33,80%, originality sejumlah 38,43%, elaborate sejumlah 38,89%, dan flexibility sejumlah 47,92%.

Penelitian yang dilakukan oleh Arif Hidayat dkk (2018) dilaksanakan di SMA Negeri 9 Malang dengan judul penelitian

“Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA dalam Pembelajaran Project

(42)

Based Learning (PJBL) Pada Materi Fluida Statis memperlihatkan bahwasanya terdapat perbedaan keterampilan berpikir kreatif siswa sebelum dan sesudah pembelajaran PJBL pada materi Fluida Statis secara signifikan, dimana keterampilan berpikir kreatif peserta didik mengalami perubahan positif pada saat posttest dengan persentase ketercapaian indikator keterampilan berpikir kreatif.

B. Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Skema Alur Kerangka Pikir

Keterampilan berpikir kreatif ialah kemampuan peserta didik untuk memunculkan dan mengembangkan pendapat ataupun ide-ide yang baru untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya. Untuk mngetahui keterampilan berpikir kreatif peserta didik dalam penelitian ini, ada empat indikator yang dipakai sebagai tolak ukur yaitu kemampuan berpikir lancar (fluency), kemampuan berpikir luwes (flexibility), kemampuan berpikir orisinil (originality), dan kemampuan

Pembelajaran Fisika

Pemberian tes keterampilan berpikir kreatif berdasarkan 4 indikator,

- Kemampuan berpikir lancar - Kemampuan berpikir luwes - Kemampuan berpikir orisinil

- Kemampuan memerinci

Analisis Keterampilan Berpikir Kreatif

(43)

memaparkan (elaboration). Berdasarkan hasil analisis, maka dapat diperoleh informasi tinggi rendahnya keterampilan berpikir kreatif peserta didik pada pembelajaran Fisika

(44)

27 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu penelitian yang disurvei (Ex Post Facto) yang bersifat deskriptif untuk mendapatkan data kuantitatif sebab responden tidak menerima perlakuan, sehingganya penelitian ini hanya smengungkap variabel itu apa adanya tanpa menghubungkan dengan variabel lain.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di SMAN 7 Bone, Jl. Wiyatamandala, Kelurahan Lonrae, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi ialah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek ataupun subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014: 80). Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bone tahun ajaran 2020/2021 yang terdiri dari kelas XI IPA1, XI IPA2, dan XI IPA3 yang berjumlah 92 peserta didik.

2. Sampel

Sampel ialah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2014: 81). Teknik pengambilan sampel

(45)

dalam penelitian ini ialah cluster random sampling dimana pengambilan secara utuh ataupun hanya dalam satu kelas ataupun secara kelompok berdasarkanpopulasinya dan terpilihlah kelas XI IPA1 SMA Negeri 7 Bone yang berjumlah 30 orang yang terdiri dari 24 orang perempuan dan 6 orang laki-laki.

C. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini meliputi 3 tahap yaitu, tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir.

1. Tahap Persiapan

a. Berkomunikasi terlebih dahulu dengan pihak sekolah yaitu kepada kepala sekolah dan guru mata pelajaran yang bersangkutan untuk meminta izin melaksanakan penelitian terhadap peserta didik di SMA Negeri 7 Bone

b. Berkonsultasi dengan guru bidang studi Fisika untuk mengetahui bagaimana keadaan peserta didik kelas XI IPA dan memberitahukan materi Fisika yang akan dijadikan tes keterampilan berpikir kreatif serta memberitahukan waktu pelaksanaan penelitian

c. Menyusun instrumen penelitian keterampilan berpikir kreatif berupa soal, instrumen ini dipakai untuk memperoleh data keterampilan berpikir kreatif fisika peserta didik

2. Tahap Pelaksanaan

Membagikan instrument tes keterampilan berpikir kreatif peserta didik kepada seluruh subjek penelitian, dalam pembagian instrumen tersebut peneliti membagikannya melalui Whats App. Hal ini disebabkan

(46)

peneliti tidak dapat melaksanakan pertemuan secara langsung oleh subjek disebabkan kondisi yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakan di sekolah sebab proses pembelajaran berlangsung secara virtual disebabkan kondisi pandemik COVID-19 saat ini yang menganjurkan kegiatan pembelajaran dilaksanakan di rumah saja

3. Tahap Akhir

Setelah seluruh pelaksanaan penelitian telah selesai, langkah selanjutnya yang dilakukan yaitu:

a. Mengolah data hasil penelitian yang diperoleh b. Menganalisis dan membahas hasil penelitian

c. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data keterampilan berpikir kreatif Fisika peserta didik

D. Definisi Operasional Variabel

Keterampilan berpikir kreatif ialah kemampuan peserta didik memunculkan dan mengembangkan pendapat ataupun ide-ide baru untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya. Dalam hal ini, peserta didik memperoleh nilai yang diperoleh dari menyelesaikan soal-soal Fisika dan mengisi kuesioner yang terjaring melalui instrumen keterampilan berpikir kreatif, dengan empatcakupan indikator yaitu berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir orisinil (originality), dan memerinci (elaboration)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan yaitu berupa tes keterampilan berfikir kreatif yakni sejumlah pertanyaan ataupun latihan dalam bentuk uraian ataupun

(47)

essay yang dipakai untuk mengetahui sejauh mana tingkat keterampilan berpikir kreatif pada peserta didik kelas. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan tes keterampilan berpikir kreatif ialah sebagai berikut.

1) Tahap Awal

Menyusun instrumen tes keterampilan berpikir kreatif sebanyak 15 soal dalam bentuk Essay

2) Tahap Kedua

Instrumen tes yang telah disusun dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Kemudian melaksanakan uji validiasi oleh dua orang pakar, yang selanjutnya dianalisis memakai Uji Gregory dengan tujuan mengetahui apakah instrumen yang dipakai layak ataupun tidak untuk dipakai. Berikut persamaan Gregory yang dipakai.

R = 𝐷

𝐴+𝐵+𝐶+𝐷

(Retnawati, 2015: 33) Keterangan :

R = Nilai Realibilitas uji pakar

A = Relevansi lemah-lemah, jika validator 1 menyatakan nilai = 1 dan validator 2 = 1

B = Relevansi kuat-lemah, jika validator 1 menyatakan nilai = 3 ataupun 4 dan validator 2 = 1 ataupun 2

C = Relevansi lemah-kuat, jika validator 1 menyatakan nilai = 1 ataupun 2 dan validator 2 = 3 ataupun 4

D = Relevansi kuat-kuat, jika validator 1 menytakann nilai = 3 ataupun 4 dan validator 2 = 3 ataupun 4

(48)

Jika R ≥ 0,75 maka instrumen layak untuk dipakai. Berikut kriteria penilaian berdasarkan relevansi butir dengan indikator

Tabel 3.1 Kriteria Penskoran dengan Melihat Relevansi Butir dengan Indikator

Nilai Validator Tingkat Kevalidan

1 Relevansi Rendah (Tidak Valid)

2 Relevansi Cukup (Kurang Valid)

3 Relevan (Valid)

4 Sangat Relevan (Sangat Valid)

(Retnawati, 2015: 33) Hasil uji validasi oleh pakar ahli telah dipaparkan pada lampiran dan diperoleh nilai R = sehingga R ≥ 0,75 maka instrumen keterampilan berpikir kreatif ini layak dipakai.

3) Tahap Ketiga

Melaksanakan uji coba lapangan dengan Menyampaikan tes kepada kelas non-sampel di SMA Negeri 7 Bone dengan jumlah soal sebanyak 15 butir soal essay. Data yang diperoleh dari hasil uji coba lapangan kemudian dianalisis dengan uji validitas dan uji reliabilitas

a) Uji Validitas

Suatu instrumen pengukuran dapat dikatakan valid jika instrumen dapat mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur. Teknik analisis yang dapat dipakai untuk menguji validitas soal yang telah di uji coba lapangan ialah dengan memakai rumus Produt Moment

r = 𝑁 ∑ 𝑥𝑦 − (∑𝑥)(∑𝑦)

√[𝑁 ∑ 𝑥2− (∑𝑥)2][∑ 𝑦2− (∑𝑦)2]

(Sugiyono, 2012: 228)

(49)

Keterangan :

r = Koefisien korelasi product moment x = Jumlah nilai butir kelompok 1 y = Jumlah nilai butir kelompok 2

x2 = Jumlah nilai yang dikuadratkan kelompok 1 y2 = Jumlah nilai yang dikuadratkan kelompok 2 xy = Jumlah hasil kali nilai x dengan nilai

N = Banyaknya sampel Distribusi (Tabel r) untuk α = 0,05

Kaidah keputusan: Jika rhitung> rtabel berarti valid Jika rhitung< rtabel berarti tidak valid

Uji Validitas yang dipakai peneliti yaitu memakai bantuan aplikasi Microsoft Excel. Adapun hasil uji validitas dengan memakai 30 responden sebagai berikut:

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Tes Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik

No. Soal Nilai Validitas Keterangan

1 0,839 Valid

2 0,578 Valid

3 0,264 Tidak Valid

4 0,063 Tidak Valid

5 0,547 Valid

6 0,113 Tidak Valid

7 0,565 Valid

8 0,751 Valid

9 0,032 Tidak Valid

10 0,094 Tidak Valid

11 0,252 Tidak Valid

12 0,794 Valid

13 0,146 Tidak Valid

14 0,557 Valid

15 0,697 Valid

Sumber: data hasil pengolahan (2020)

(50)

Berdasarkan tabel di atas dengan jumlah responden (N) 30 maka sesuai dengan r tabel product moment dengan taraf signifikan 0,05%

maka butir tes keterampilan berpikir kreatif peserta didik dikatakan valid apabila mempunyai hasil minimal 0,361. Jadi jika diperoleh hasil dimana rhitung> rtabel maka butir soal pada instrumen dikatakan valid ataupun layak dipakai, namun ketika rhitung< rtabel maka butir soal pada instrumen tidak layak untuk dipakai. Dari hasil uji lapangan yang telah dilakukan diperoleh sebanyak 8 butir soal yang valid, dan 7 butir soal yang dinyatakan tidak valid dari jumlah total butir soal sebanyak 15 butir soal.

b) Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui apakah instrumen yang dipakai dalam penelitian dapat dipercaya sebagai alat pengumpulan data, maka harus ditentukan reabilitasnya. Darmayanti (2020: 127) mengutip kalimat yang dikemukakan oleh Sudjana (2010) dalam bukunya yang mengutarakan bahwasanya reliabilitas alat penilaian ialah ketepatan ataupun keajengan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya, artinya kapan pun alat penilaian tersebut dipakai akan Menyampaikan hasil yang relatif sama. Item soal yang dinyatakan valid berdasarkan dari hasil analisis dengan memakai rumus product moment, selanjutnya di analisis untuk melihat reabilitas dari suatu soal tersebut. Reliabel artinya dapat dipercaya sehingga layak untuk dipakai sebagai alat pengumpul data dari tes keterampilan berpikir

(51)

kreatif. Teknik analisis yang dapat dipakai untuk menentukan reliabilitasnya ialah dengan memakai rumus Uji Alpha Cronbach

ri = 𝑘

𝑘 −1{1 − ∑𝑆𝑖2

𝑆𝑡2}

(Riduwan, 2009: 125) Keterangan

r = Koefisien reliabilitas k = Jumlah butir tes St2 = Variansi nilai total tes Si2 = Jumlah variansi butir tes

Item yang memenuhi kriteria valid mempunyai koefisien reliabilitas yang tinggi dan dapat dipakai sebagai alat evaluasi keterampilan berpikir kreatif peserta didik yang diamati dari nilai tes keterampilan berpikir kreatif peserta didik sebagaimana yang dikehendaki oleh peneliti. Setelah diperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya ialah menyesuaikan angka tersebut dengan tabel interpretasi nilai r sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Reliabilitas Item

Rentang Nilai Tingkatan

> 0,80 Sangat Tinggi

0,70 < 𝑟𝑖 ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < 𝑟𝑖 ≤ 0,70 Cukup

0,20 < 𝑟𝑖 ≤ 0,40 Rendah

≤ 0,20 Sangat Rendah

(Sugiyono, 2016: 186) Berdasarkan hasil dari perhitungan Uji Reliabilitas dengan bantuan aplikasi Microsoft Excel, bahwasanya diperoleh nilai reliabilitas tes yaitu 0,705 dan berada pada rentang 0,70 < 𝑟𝑖 ≤ 0,80

(52)

sehingga dapat diambil kesimpulan bahwasanya tes keterampilan berpikir kreatif peserta didik mempunyai tingkatan reliabilitas tinggi.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memberikan tes keterampilan berpikir kreatif pada masing-masing peserta didik, dilakukan untuk memperoleh data keterampilan berpikir kreatif peserta didik yang kemudian dianalisis yang mencakup 4 indikator berpikir kreatif yang meliputi, berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir orisinil (originality), dan memerinci (elaboration).

G. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini diolah dengan memakai analisis statistik yakni statistika deskriptif. Statistik deskriptif dipakai untuk mendeksripsikan karakteristik responden penelitian. Untuk menghitung rata- rata, standar deviasi, pengkategorian, dan persentase digunakan persamaan sebagai berikut:

Analisis Deskriptif

Berikut ini rumus yang dipakai untuk setiab sub sebagai berikut:

1) Menghitung Rentang Data Rentang Data (R) = xt - xr

Keterangan :

xt = Nilai Maksimum xr = Nilai Minimum

2) Menghitung Jumlah Kelas Interval Jumlah Kelas Interval(K) = 1 + 3,3 log n

(53)

3) Menghitung Panjang Kelas Panjang Kelas = 𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑎𝑡𝑎

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙

4) Menghitung Rata-Rata Rata-rata (X) = ∑𝑓𝑖.𝑋𝑖

∑fi

5) Menghitung Standar Deviasi

S = √∑𝑓𝑖.𝑋𝑖

2(∑𝑓𝑖.𝑋𝑖)2 𝑛 (𝑛−1)

(Sugiyono, 2012: 58) 6) Pengelompokan Penilaian

Akan ada 5 tingkatan yang dipakai untuk mengelompokkan tingkat hasil tes keterampilan berpikir kreatif yakni sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah yang didapatkan dari data hasil tes keterampilan berpikir kreatif peserta didik, dimana rentang nilainya 0-80 dari jumlah nilai yang diharapkan 80.

Tabel 3.4 Pengelompokan Nilai Hasil Tes

Interval Nilai Tingkatan

0 Sangat Rendah

21 – 40 Rendah

41 – 60 Sedang

61 – 80 Tinggi

81 – 100 Sangat Tinggi

(Riduwan, 2018: 41)

Cara yang dipakai untuk menghitung panjang kelas ataupun kisaran nilai yang dipakai agar sesuai dengan lima ukuran yang dipakai dalam pengkategorian yaitu nilai maksimum ideal dibagi dengan banyaknya ukuran yang dipakai, sedangkan untuk mendapat persentase maka dipakai rumus sebagai berikut:

(54)

Persentase = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑘𝑜𝑟 (𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖)

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘 x 100%

(Sudijono, 2012: 86-176)

(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Bab ini menyajikan proses pengolahan data yang menggunakan analisis statistik deskriptif.

Menurut Sugiyono (2014: 147) analisis deskriptif ialah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeksripsikan ataupun menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum ataupun generalisasi.

Analisis deskriptif dilakukan dengan memakai bantuan aplikasi Microsoft Excel sehingga diperoleh data statistik deksriptif keterampilan berpikir kreatif peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bone.

1. Analisis Deskriptif Keterampilan Berpikir Kreatif

Semua nilai hasil tes keterampilan berpikir kreatif Fisika pada peserta didik kelas XI IPA 1 SMA Negeri 7 Bone bisa diamati pada lampiran C.

Adapun gambaran analisis deskriptif peserta didik kelas XI IPA 1 tahun ajaran 2020/2021 semester ganjil yang telah dilaksanakan untuk mengetahui tingkat keterampilan berpikir kreatif fisika peserta didik diringkas pada tabel 4.1.

(56)

Tabel 4.1 Statistik Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kreatif Fisika pada Peserta Didik Kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 7 Bone

Statistik Nilai-Nilai Statistika

Jumlah Sampel 30

Banyaknya Kelas Interval 6

Panjang Kelas Interval 6

Nilai Maksimum Ideal 80

Nilai Minimum Ideal 0

Nilai Maksimum 52

Nilai Minimum 20

Rentang Data 32

Nilai Rata-Rata 36,5

Standar Deviasi 8,95

Dari tabel 4.1 mengenai statistika deskriptif keterampilan berpikir kreatif Fisika peserta didik kelas XI IPA 1 SMA Negeri 7 Bone, memperlihatkan bahwasanya nilai maksimum yang didapat oleh peserta didik setelah diberikan tes, ialah 52 dari nilai maksimum idealnya 80 serta nilai minimum yang didapat peserta didik ialah 20 dari nilai minimum idealnya 0 yang mungkin didapat. Nilai rata-rata 36,5 dan standar deviasi yaitu 8,95.

Jika hasil tes keterampilan berpikir kreatif Fisika peserta didik kelas XI IPA 1 SMA Negeri 7 Bone dibuat dalam tabel distribusi frekuensi maka bisa juga dibuat tabel untuk mengetahui tingkatan penilaian hasil tes keterampilan berpikir kreatif peserta didik yang dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Pengelompokkan Nilai Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kreatif Fisika Peserta Didik Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 7 Bone

No Interval Nilai Tingkatan Frekuensi Persentase

1 0 – 16 Sangat Rendah 0 0

2 17 – 33 Rendah 11 36,67%

3 34 – 50 Sedang 15 50%

4 51 – 66 Tinggi 4 13,33%

5 67 – 80 Sangat Tinggi 0 0

Berdasarkan tabel 4.2 mengenai tingkatan serta persentase nilai hasil tes keterampilan berpikir kreatif Fisika di atas memperlihatkan bahwasanya dari

(57)

30 peserta didik yang menjadi sampel penelitian, tidak ada peserta didik yang berada dalam tingkatan sangat rendah dan sangat tinggi. Dimana 11 peserta didik berada pada kategori rendah dengan persentase 36,67%, 15 peserta didik berada pada kategori sedang dengan persentase 50%, dan 4 peserta didik (13,33%) berada dalam kategori tinggi dengan persentase 13,33%

Adapun gambaran tentang persentase nilai hasil berpikir kreatif Fisika peserta didik yang disusun berdasarkan tingkatan pada tabel 4.2 dapat diamati dalam bentuk diagram batang pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Diagram Pengelompokkan dan Persentase Nilai Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kreatif Fisika Peserta Didik Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 7 Bone

0

36,67

50

13,33

0

0 10 20 30 40 50 60

Sangat Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Kategori

Frekuensi Persentase(%)

Referensi

Dokumen terkait

Sintering adalah pemanasan yang lebih tinggi dari pada tahap kalsinasi yang bertujuan agar butiran- butiran (grains) dalam partikel – partikel yang berdekatan dapat

“Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam aktiva lancar yang diharapkan akan menjadi kas dalam waktu setahun atau kurang dan net working capital adalah

2.1 air bebas mineral air yang diperoleh dengan cara penyulingan ataupun proses demineralisasi sehingga diperoleh air dengan konduktivitas lebih kecil dari 2 μS/cm 2.2 blind

Tujuan saya menampilkan 5 editor terbaik adalah untuk memberikan referensi, khususnya yang ingin belajar mengedit video dan ingin membuat video nya menjadi lebih

Di samping itu, pengguna harus juga dikelompokkan dalam segmentasi yang lebih rinci, seperti siapa yang menggunakan jalan tol sebagai bagian utama dan bagian

Dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok

Informan : Solusinya untuk yang pertama, kami sudah menyampaikan kepada bapak/ibu guru terutama yang dari mata pelajaran umum kami dan Ibu Umi Muslikhah, S.Ag

Besamya total kontribusi variabel Manajemen Berbasis Sekolah dan metode pembelajaran terhadap motivasi mengajar guru SMP Negeri 1 Tigabinanga mencapai 40,3%, sedangkan