• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FK USU STAMBUK 2021 TERHADAP PENCEGAHAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FK USU STAMBUK 2021 TERHADAP PENCEGAHAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 SKRIPSI"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FK USU STAMBUK 2021 TERHADAP PENCEGAHAN

DIABETES MELLITUS TIPE 2

SKRIPSI

Oleh :

ANGGUN CASTIKA 180100236

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FK USU STAMBUK 2021 TERHADAP PENCEGAHAN

DIABETES MELLITUS TIPE 2

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

ANGGUN CASTIKA 180100236

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)

ii

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya, sebagai salah satu syarat untuk mencapai kelulusan Sarjana Kedokteran Program Studi Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memaparkan landasan pemikiran dan konsep menyangkut penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK USU stambuk 2021 Terhadap Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2”.

Dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si.,, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Fitriani Lumongga M.Ked (PA), Sp.PA , selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan serta masukan mulai dari awal penyusunan penelitian, pelaksanaan penelitian dan pembuatan laporan hasil, sehingga selesainya laporan hasil penelitian ini dengan baik.

4. dr. Meriza Martineta, M.Gizi dan dr. Pimpin Utama Pohan, Sp.B(K), Onk selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang sangat membangun dan membantu penulis untuk mendapatkan hasil yang terbaik pada penelitian ini.

5. dr., Sri Amelia M.Kes selaku dosen penasihat akademik penulis yang telah banyak memberikan bimbingannya dan pembelajaran kepada penulis selama perkuliahan hingga terselesainya masa studi penulis.

(5)

iv

6. Kedua orang tua yang penulis hormati dan sayangi, Ayahanda tercinta Muhammad Ridwan dan ibunda tersayang Agustina br. Saragih telah banyak memberikan dorongan moral, motivasi, doa, materiil serta pengorbanannya sehingga bisa mengantarkan penulis sampai titik ini.

7. Seluruh staf pengajar FK USU yang telah banyak memberikan bimbingannya dan pembelajaran kepada penulis selama perkuliahan hingga terselesainya masa studi penulis.

8. Kakak saya Anggi Purnama Sari, Abang saya Angga Romando dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan, saran dan motivasi sehingga penulis tetap semangat untuk menjalani dan menyelesaikan penelitian ini.

9. Sahabat-sahabat saya, Sabila Toyibah Nst, Audrey Fabianisa Mirza, Dara Pseunang, Indira Ulfa Dunand, Sofie Arkania Avany, Mazaya Adani Aqita, Nurul Fitriyah Harahap, Jannatun Arabiah, Nurin Fakhrieza, Amelia Rizkika yang senantiasa menemani dan memberikan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan dan proses penulisan skripsi.

10. Sejawat-sejawat penulis, Mahasiswa FK USU Angkatan 2018 yang mana telah menjadi sejawat sekaligus responden penelitian saya di masa pandemi ini .

11. Adik-Adik angkatan 2021 yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini sehingga penelitian ini bisa berjalan dengan baik.

Demikianlah skripsi ini penulis selesaikan. Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar lebih baik lagi kedepannya. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun orang lain khususnya dalam perkembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang kedokteran.

Medan, 26 Oktober 2021

Anggun Castika 180100236

(6)

v

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Daftar Isi ... ii

Daftar Gambar ...iv

Daftar Tabel ... v

Daftar Lampiran ...vi

Daftar Singkatan ... vii

Abstrak ...ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 2

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus... 3

1.4 Manfaat Penelitian... 3

1.4.1 Bagi Peneliti ... 3

1.4.2 Bagi Pendidikan ... 3

1.4.3 Bagi Masyarakat ... 3

1.4.4 Bagi Mahasiswa ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Diabetes Mellitus ... 5

2.1.1 Diabetes Mellitus ... 5

2.1.2 Faktor Risiko ... 5

2.1.3 Klasifikasi Diabetes Mellitus ... 10

2.1.4 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe 2 ... 12

2.1.5 Gejala Klinis... 14

2.1.6 Diagnosis ... 14

2.1.7 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus ... 16

2.1.7.1 Terapi Non Farmakologis ... 16

2.1.7.2 Edukasi ... 16

2.1.7.3 Terapi Gizi Medis ... 16

2.1.7.4 Latihan Fisik ... 17

2.1.7.5 Terapi Farmakologi ... 18

2.1.8 Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2... 20

2.1.8.1 Pencegahan Primer ... 20

2.1.8.2 Pencegahan Sekunder ... 22

2.1.8.3 Pencegahan Tersier ... 22

2.2 Pengetahuan ... 23

2.2.1 Tingkat Pengetahuan ... 23

2.3 Kerangka Teori ... 26

2.4 Kerangka Konsep ... 27

(7)

vi

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Rancangan Penelitian ... 28

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 28

3.2.2 Waktu Penelitian ... 28

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

3.3.1 Populasi Target ... 28

3.3.2 Populasi Terjangkau... 28

3.3.3 Sampel Penelitian ... 28

3.3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 29

3.3.4.1 Kriteria Inklusi ... 29

3.3.4.2 Kriteria Ekslusi ... 29

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.5 Metode Pengolahan Data ... 30

3.6 Definisi Operasional ... 31

BAB IV JADWAL PENELITIAN... 32

4.1 Jadwal Penelitian ... 32

4.2 Biaya Penelitian ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

LAMPIRAN ... 37

(8)

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 The Egregious Eleven ... 15 Gambar 2.2 Kerangka Teori ... 32 Gambar 2.3 Kerangka Konsep ... 33

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus ... 16

Tabel 2.2 Kadar Test Laboratorium Untuk Diagnosis Diabetes dan Pradiabetes ... 17

Tabel 2.3 Definisi Operasional ... 37

Tabel 4.1 Jadwal Penelitian ... 38

Tabel 4.2 Biaya Penelitian ... 39

(10)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A : Lembar Daftar Riwayat Hidup ... 40

Lampiran B : Lembar Pernyataan Orisinalitas ... 41

Lampiran C : Lembar Persetujuan Komisi Etik ... 42

Lampiran D : Lembar Surat Izin Penelitian ... 43

Lampiran E : Lembar Penjelasan ... 44

Lampiran F : Lembar Persetujuan ... 45

Lampiran G : Lembar Kuesioner ... 48

Lampiran H : Lembar Data Induk Responden ... 52

Lampiran I : Output SPSS ... 54

(11)

x

DAFTAR SINGKATAN

ABCs : A1c, Blood Pressure, Cholestero, Smooking ADA : American Diabetic Association

ADI : Accepted Daily Intake AE : Adverse Events

ATPase : Adenosine Triphosphatase AGI : Alpha Glukosidase Inhibitor Ca2+ : Kalsium

CKD : Chronic Kidney Disease CME : Continuing Medical Education DCGI : Drug Controller General of India DM : Diabetes Melitus

DMT1 : Diabetes Melitus tipe 1 DMT2 : Diabetes Melitus tipe 2 DMG : Diabetes Melitus Gestasional

DSME : Diabetes Self Management Education DPP4 : Dipeptidyl Peptidase 4

DPP : Diabetes Prevention Progamme eGFR : Epidermal Growth Factor Receptor ER : Endoplasmic Retikulum

FFA : Free Fatty Acid

GIP : Gastric Inhibitory Polypeptide GI : Glycemic index

GL : Glycemic Load

GLP1 : Glucagon Like Peptide1 GWAS : Genome Wide Asosiasi Studi HbA1c : Hemoglobin A1c

HDL : High Density Lipoprotein

HDL-C : Cholestrol High Density Lipoprotein

(12)

xi

IAPP : International Association for Preventive Pediatrics IDF : International Diabetes Federation

IL1 : Interleukin1

IP3 : Inositol Triphosphat 3 IMT : Indeks Massa Tubuh KGD : Kadar Gula darah K+ : Kalium

LDL : Low Density Lipoprotein mRNA : Messenger Ribonucleic Acid MR : Modified Release

MUFA : Monounsaturated Fatty Acid

NGSP : National Glycondemoglobin Standarization Program NIS : National Insulin Summit

OAD : Obat Anti Diabetes

OGTT : Oral Glucose Test Tolerance PUFA : Polyunsaturated Fatty Acid RCT : Randomized Controlled Trial ROS : Reactive Oxygen Species SAFA : Saturated Fatty Acid SES : Status Ekonomi Sosial

SGLT2 : Sodium Glukosa co-Transporter 2 TZD : Tiazolidinedion

WHO : World Health Organization

(13)

xii

ABSTRAK

Latar Belakang. Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) adalah gangguan metabolisme heterogen yang ditandai dengan hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Pada tahun 2019, Indonesia menempati negara pada urutan ketujuh teratas pada orang dewasa dengan jumlah DM terbanyak didunia. Pada tahun 2018 jika dibandingkan pada tahun 2013 Riskesdas mengumumkan prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter dengan usia > 15 tahun didapatkan tertinggi diprovinsi DKI Jakarta dan yang terendah di provinsi NTT Tujuan. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU stambuk 2021 terhadap pencegahan diabetes melitus tipe 2 Metode.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional study Pengambilan data dilakukan menggunakan data primer yang didapatkan secara langsung melalui google form. Teknik simple random sampling digunakan untuk menentukan besar sampel dengan menggunakan rumus slovin. Hasil. Dari hasil penelitian yang diperoleh mahasiswa FK USU stambuk 2021 sebagian besar berjenis kelamin perempuan, mahasiswa FK USU stambuk 2021 sebagian besar tidak memiliki riwayat keluarga DM. Tingkat Pengetahuan mahasiswa FK USU stambuk 2021 sebagian besar berada pada kategori baik. Kesimpulan. Dari penelitian ini disimpulkan tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU stambuk 2021 terhadap pencegahan diabetes mellitus tipe 2 termasuk dalam kategori baik.

Kata kunci : Diabetes Melitus tipe 2, Gambaran tingkat pengetahuan, Pencegahan

(14)

xiii

ABSTRAK

Background. Diabetes Mellitus Type 2 (DMT2) is a heterogeneous metabolic disorder characterized by hyperglycemia that occurs due to abnormalities in insulin secretion, insulin action or both. In 2018 when compared to 2013 Riskesdas announced the prevalence of DM based on doctor's diagnosis with age > 15 years, the highest was found in DKI Jakarta province and the lowest was in the province of NTT Destination. Knowing the description of the level of knowledge of USU Medical Faculty students in 2021 on the prevention of type 2 diabetes mellitus Method. This research is a descriptive study with a cross sectional study design. Data collection was carried out using primary data obtained directly through google form. Simple random sampling technique was used to determine the sample size using the Slovin formula. Results From the results of the research, most of the students of the USU Stambuk FK 2021 were female, the majority of the FK USU Stambuk 2021 students did not have a family history of DM. The knowledge level of the FK USU Stambuk 2021 students was mostly in the good category. Conclusion. From this study, it was concluded that the level of knowledge of USU Medical Faculty students in 2021 on the prevention of type 2 diabetes mellitus was included in the good category.

Keywords: Type 2 Diabetes Mellitus, Description of knowledge level, Prevention

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) adalah gangguan metabolisme heterogen yang ditandai dengan hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya dan baik secara genetik maupun klinis dengan gejala kurangnya toleransi karbohidrat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa DM secara umum dapat dinyatakan sebagai kumpulan masalah anatomi dan kimia yang diakibatkan oleh beberapa faktor dimana terdapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin (ADA, 2014).

Pada tahun 2019, Indonesia menempati negara pada urutan ke tujuh teratas pada orang dewasa dengan rentang usia 20-79 tahun dengan DM terbanyak di dunia setelah Cina, India, Amerika Serikat, Pakistan, Brazil, dan Meksiko dengan jumlah penderita sebanyak 10,7 juta. Prevalensi DM untuk wanita usia 20-79 tahun diperkirakan 8,4% yang sedikit lebih rendah dibandingkan pria 9,1 % yaitu sekitar 17,1 juta lebih banyak pria daripada wanita dengan perbandingannya adalah 221,0 juta pria dan 203,9 juta pada wanita (IDF, 2019).

Berdasarkan data yang ditunjukkan dari Hasil Riskesdas 2018 jika dibandingkan pada tahun 2013, prevalensi DM di Indonesia berdasarkan diagnosis oleh dokter pada penduduk dengan usia ≥ 15 tahun meningkat menjadi 2%. Prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter pada usia ≥ 15 tahun didapatkan prevalensi terendah di Provinsi NTT, yaitu sebesar 0,9%, sedangkan prevalensi DM tertinggi di Provinsi DKI Jakarta sebesar 3,4%. Selain itu, penyandang DM di Indonesia lebih banyak pada individu dengan jenis kelamin perempuan (1,8%) daripada laki-laki (1,2%). Kemudian untuk daerah domisili lebih banyak penyandang DM yang bertempat tinggal dikota (1,9%) dibandingkan tinggal di pedesaan (1,0%). Di provinsi Sumatera Utara sendiri cukup tinggi yaitu 2%

(Khairani, 2019).

(16)

Individu dengan diabetes yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang perawatan diri diabetes, cenderung memiliki kontrol glikemik jangka panjang yang lebih baik (Islam et al., 2015). Kurangnya pengetahuan adalah salah satu hambatan manajemen diri dan kepatuhan pengobatan di antara populasi (Ahola & Grop, 2013). Penelitian yang dilakukan di Yordania menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pasien yang terdiagnosis diabetes melitus tipe 2 masih rendah. Sehingga diperlukan program dasar untuk pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang diabetes (Kassahun et al., 2016).

Sebuah studi yang dilakukan oleh Islam et al. (2016), melihat pengetahuan tentang diabetes dan kontrol glikemik dengan diabetes di perkotaan Dhaka, ibu kota, menunjukkan bahwa 46% memiliki pengetahuan yang baik, 38% sedang, dan 17% buruk tentang diabetes. Dalam studi di pedesaan Bangladesh menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan terkait manajemen serta risiko masih rendah, ditemukan bahwa setengah dari populasi penelitian yang mempunyai pengetahuan bahwa diabetes dapat menyebabkan penyakit mata dan dapat dikendalikan dengan olahraga teratur (Islam et al.,(2014).

Elza Anggriani Siregar 2017 melakukan penelitian kepada Siswa SMA Kelas XII tentang pengetahuan terhadap pencegahan DM Tipe 2 di SMAN 1 Medan mengatakan bahwa tingkat pengetahuan paling banyak pada kategori sedang.

Menurut WHO peningkatan jumlah penderita DM di dunia semakin tinggi dikarenakan faktor gaya hidup dan diet yang tidak baik. WHO memiliki misi khusus untuk menangani DM yaitu pencegahan khususnya pada Diabetes Mellitus Tipe 2 dan bertujuan untuk meminimalisir komplikasi yang terjadi serta memaksimalkan kualitas hidup untuk orang yang sudah terdiagnosis diabetes melitus. (WHO, 2016). Upaya yang dilakukan untuk mencegah komplikasi pada penyandang dm sangat tergantung dari pengetahuan individu tentang penyakitnya, pengetahuan individu dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia, pendidikan, pekerjaan, pengalaman, informasi, sosial budaya dan ekonomi (Fajeriani, 2019).

Melihat hal ini membuat peneliti tertarik untuk melihat lebih jauh bagaimana gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa fk usu stambuk 2021 terhadap pencegahan diabetes melitus tipe 2.

(17)

3

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU stambuk 2021 terhadap pencegahan Diabetes Mellitus tipe- 2?.

1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU Stambuk 2021 Terhadap Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe-2.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU stambuk 2021 terhadap pencegahan Diabetes Mellitus Tipe-2 berdasarkan jenis kelamin.

2. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU stambuk 2021 terhadap pencegahan Diabetes Mellitus Tipe-2 berdasarkan riwayat keluarga.

1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Bagi Peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai sumber data dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2.

1.4.2 Bagi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan sebagai tempat (sarana) untuk peneliti, dimana tujuannya adalah untuk melatih diri dalam proses berpikir secara logistik dan terstruktur dan dapat menyelenggarakan metode yang baik dan benar.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang benar bagi masyarakat luas.

(18)

1.4.4 Bagi Mahasiswa

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pencegahan DM tipe-2 dan dapat mengedukasi serta mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan yang sudah didapat ,sehingga dapat menjadi acuan untuk melindungi diri terhadap penyakit kronik yaitu Diabetes Melitus tipe-2.

(19)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DIABETES MELITUS TIPE 2 2.1.1 Definisi

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak yang sangat merugikan yang membebani perekonomian setiap negara di dunia dengan jumlah yang meningkat secara global. Sebagai biaya urbanisasi, status diabetes secara keseluruhan menunjukkan bahwa saat ini terdapat 425 juta orang dewasa dengan diabetes dan 352 juta orang dewasa dengan gangguan toleransi glukosa di seluruh dunia (IDF, 2017).

Diabetes melitus tipe 2 (kadang-kadang disebut non-insulin-dependent atau adult-onset diabetes) terjadi ketika tubuh tidak mampu menggunakan insulin yang dihasilkan secara efektif. Seringkali dapat dicegah, ini dapat terjadi akibat kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas fisik, dan kadang-kadang, kecenderungan genetik. Belakangan ini diabetes melitus tipe 2 semakin banyak dilaporkan pada anak-anak dan remaja, sehingga di beberapa belahan dunia diabetes tipe 2 menjadi diabetes tipe utama pada anak-anak. Kenaikan global obesitas dan aktivitas fisik anak secara luas diyakini memiliki peran penting (WHO, 2016).

Diabetes mellitus (DM) mengintegrasikan kelompok heterogen gangguan metabolisme yang ditandai dengan ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan homeostasis glukosa. Pada tahun 2019, masalah kesehatan masyarakat ini mempengaruhi 463 juta orang dewasa, dan ini akan meningkat menjadi 700 juta pada tahun 2045 (IDF, 2020).

2.1.2 Faktor Risiko

Faktor lingkungan dan gaya hidup tambahan berkontribusi pada peningkatan risiko DMT2. Secara umum diyakini bahwa diet gaya barat yang padat energi

(20)

dalam hubungannya dengan gaya hidup menetap adalah penyebab utama DMT2 (Chatterjee S et al., 2017). Kedua faktor ini juga bertanggung jawab atas epidemi obesitas global saat ini, yang terkait erat dengan peningkatan angka kejadian DMT2 (Ng M et al., 2014). Pada analisis yang dilakukan pada penelitian mengatakan bahwa indeks massa tubuh (IMT) yang tinggi tampaknya berkontribusi lebih sedikit terhadap peningkatan risiko DMT2 dibandingkan dengan adanya peningkatan obesitas visceral ( Neeland IJ et al., 2012) dan/atau lemak ektopik (lemak hati) (Ballestri S et al., 2016). Ini sesuai dengan pengamatan bahwa orang gemuk tanpa disregulasi metabolik memiliki sedikit obesitas viseral atau lemak hati (Roberson LL et al., 2014 ). Sebaliknya, orang yang mengembangkan DMT2 meskipun hanya kelebihan berat badan atau dalam kisaran berat badan normal, seperti di Asia, menunjukkan obesitas visceral dan deposisi lemak ektopik dan pengurangan massa otot, bersama-sama menghasilkan IMT normal atau mendekati normal (Ding C et al., 2016). Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan penyakit DMT2 yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah, dan faktor risiko yang dapat diubah.

Faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat keluarga dengan DM, status sosial ekonomi, usia dan etnis sedangkan faktor risiko yang dapat diubah meliputi obesitas, kurang aktifitas fisik, hipertensi, dislipidemia, dan kebiasaan merokok (Ding C et al., 2016).

1. Riwayat keluarga dengan DM

Riwayat keluarga DMT2 diakui sebagai faktor risiko DMT2 penting yang tidak dapat dimodifikasi, merupakan penanda yang mudah dinilai dari predisposisi genetik DMT2 yang mendasarinya ( Zheng Y et al., 2018).

riwayat diabetes ibu memberikan risiko DMT2 yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan ayah, karena kontribusi yang lebih besar dari faktor gaya hidup, diet dan adipositas (Abbasi A, 2011). sekarang ada bukti kuat dari penelitian dengan keluarga dan kohort kembar bahwa faktor genetik sangat berdampak pada risiko DMT2, sementara studi asosiasi genome- wide (GWAS) yang meningkat pesat telah mengidentifikasi lebih dari 300 varian genetik yang sangat terkait dengan DMT2 (Zheng Y et al., 2018).

(21)

7

Namun, karena sifat DMT2 yang sangat kompleks dan poligenik, hal ini hanya menjelaskan sebagian kecil dari heritabilitas DMT2, sedangkan sisanya dapat dikaitkan dengan faktor lain (misalnya interaksi gen- lingkungan antara lokus genetik terkait T2DM dan paparan/penentu lingkungan) (Zheng Y et al., 2018).

2. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi rendah (SES), dinilai terutama berdasarkan pendapatan, pekerjaan dan tingkat pendidikan, merupakan faktor risiko DMT2 independen (Weisman A et al., 2018 ; Volaco A et al., 2018).

Mekanisme pasti yang menghubungkan SES rendah dengan peningkatan risiko DMT2 masih dalam penyelidikan, dengan faktor kunci DMT2 yang dapat dimodifikasi (misalnya obesitas, diet, aktivitas fisik, dan asupan alkohol) menyumbang 33 hingga 50% dari hubungan ini (Spencer Bonilla G et al., 2016). Bagian yang tersisa dapat dikaitkan dengan berbagai faktor lain yang berkaitan dengan stres psikososial, keputusasaan, kekurangan materi, otonomi terbatas, dan akses terbatas ke makanan sehat, fasilitas olahraga, dan layanan kesehatan (Volaco A et al., 2018).

3. Umur

Harapan hidup telah meningkat di sebagian besar negara, dengan harapan hidup global saat lahir telah meningkat dari 65,6 tahun pada tahun 1990 menjadi 73 tahun pada tahun 2017 (GBD, 2017). Setelah menggabungkan pernyataan ini untuk populasi yang semakin menua di seluruh dunia dengan epidemi diabetes global dan kemajuan terbaru dalam kelangsungan hidup pasien dengan diabetes, tidak mengherankan bahwa usia yang lebih tua sekarang diakui sebagai faktor risiko DMT2 yang semakin penting (Cho NH, 2017 ; International Diabetes Federation, 2017). Penuaan meningkatkan risiko pengembangan DMT2 dengan mengganggu sekresi insulin dan meningkatkan resistensi insulin melalui obesitas dan sarcopenia (Lee PG ; Halter JB, 2017). Selain itu, bertambahnya usia juga telah terbukti secara independen memprediksi tingkat aktivitas fisik harian yang lebih rendah (Harris TJ et al., 2009). Dengan tingkat aktivitas fisik

(22)

yang tidak mencukupi, peningkatan waktu duduk dan penurunan aktivitas fisik menjadi lebih menonjol di antara orang dewasa yang lebih tua (Colberg SR et al., 2016). Saat ini, orang dewasa yang lebih tua (usia 65 tahun) menunjukkan prevalensi DMT2 tertinggi di antara semua kelompok usia, sementara kasus diabetes pada kelompok usia ini di seluruh dunia diperkirakan akan meningkat dari 122,8 juta pada 2017 menjadi 253,4 juta pada 2045 (Cho NH et al., 2017).

4. Etnis

Etnisitas merupakan faktor risiko DMT2 tambahan yang tidak dapat dimodifikasi, dengan kelompok etnis tertentu menunjukkan risiko DMT2 yang lebih tinggi secara inheren terlepas dari negara tempat tinggal (Weisman A et al., 2018). Terlepas dari perbedaan gaya hidup dan parameter terkait sosial ekonomi, perbedaan terkait etnis dalam prevalensi DMT2 ini dikaitkan dengan kecenderungan genetik DMT2 yang lebih tinggi dan peningkatan kerentanan untuk komplikasi kardio-metabolik dalam hubungannya dengan komposisi tubuh, distribusi lemak sentral dan obesitas (Meeks KA et al., 2016). Dengan demikian, risiko resistensi insulin dan DMT2 yang secara signifikan lebih tinggi telah dicatat pada individu Asia Selatan, Cina dan Jepang dengan kelebihan berat badan atau obesitas dibandingkan dengan kontrol yang sesuai dengan berat badan asal Kaukasia (Goff LM, 2019).

5. Obesitas

Obesitas (indeks massa tubuh (BMI) >30 kg/m2) adalah faktor risiko terkuat untuk DMT2 dan berhubungan dengan kelainan metabolik yang mengakibatkan insulin resistensi (Bellou V et al., 2018). Karena meningkatnya tingkat prevalensi DMT2 selama beberapa dekade terakhir telah melacak obesitas di seluruh dunia (IDF, 2017). Obesitas sekarang diakui sebagai faktor risiko paling penting yang dapat dimodifikasi untuk pradiabetes dan DMT2, yang tergantung pada derajat, distribusi, waktu dan durasi kelebihan berat badan, secara progresif dapat menyebabkan spektrum manifestasi sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskular

(23)

9

(Kyrou I et al., 2018). Sebagai catatan, di luar dampak peningkatan indeks massa tubuh (BMI) pada risiko DMT2, hubungan positif independen juga telah didokumentasikan dengan jelas antara obesitas sentral/visceral dan DMT2 (Kyrou I et al., 2018). Dengan demikian, akumulasi lemak visceral dan ektopik (misalnya di hati, otot rangka, dan jantung) sekarang dianggap sebagai faktor kunci yang berkontribusi terhadap peningkatan risiko DMT2, yang berkorelasi langsung dengan hiperinsulinemia dan resistensi insulin (Kyrou I et al., 2018).

6. Kurang aktifitas fisik

Aktivitas fisik adalah latihan fisik atau exercise rutin minimal 2-3 kali seminggu. Ada tiga manfaat utama aktivitas fisik pada penundaan onset DMT2. Pertama, kontraksi sel otot rangka menginduksi peningkatan aliran darah ke otot, sehingga dapat meningkatkan pengambilan glukosa dari plasma ( Venkatasamy V.V et al., 2013). Kedua, aktivitas fisik mengurangi lemak intra-abdomen yang terkenal merupakan faktor risiko yang diketahui yang memicu resistensi insulin (Strasser B, 2013). Ketiga, aktivitas fisik dapat meningkatkan penyerapan glukosa dan sensitivitas insulin tetapi juga dapat meningkatkan atau bahkan membalikkan peradangan dan stres oksidatif, yang merupakan faktor predisposisi DMT2 (Venkatasamy V.V et al., 2013).

7. Hipertensi

Mengenai komorbiditas, hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang kuat dan independen untuk diabetes mellitus. Dalam penelitian dikatakan, peluang menderita diabetes pada orang dengan riwayat hipertensi 3,84 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat hipertensi. Temuan ini mirip dengan penelitian yang dilakukan di seluruh dunia. Studi yang dilakukan oleh Stanifer et al. di Tanzania juga mengamati tingginya prevalensi hipertensi pada orang dewasa dengan diabetes. Sebuah studi cross sectional yang dilakukan di Guilin, Cina juga menunjukkan bahwa hipertensi adalah salah satu faktor

(24)

risiko yang signifikan untuk diabetes tipe 2 (Stanifer JW et al., 2016);

(Zou D et al., 2017).

8. Dislipidemia

Dislipidemia merupakan kondisi dengan keadaan kadar lemak yang meningkat dalam darah. Dislipidemia merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular, stroke, dan diabetes melitus tipe 2 (DMT2) ( Qi L et al., 2015). tetapi dapat dimodifikasi dengan perubahan gaya hidup dan pengobatan. Gangguan ini ditandai dengan profil lipid yang abnormal, yang dapat mencakup peningkatan kadar kolesterol plasma, trigliserida, atau keduanya, atau penurunan kadar kolesterol high-density lipoprotein (HDL-C) (Houston Mark, 2018). Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko komplikasi vaskular pada pasien diabetes karena meningkatkan fluks asam lemak bebas sekunder akibat resistensi insulin dan diperparah oleh peningkatan kadar adipokin inflamasi (Chehade JM et al., 2013).

9. Kebiasaan Merokok

Kebiasaan merokok merupakan faktor risiko dalam berbagai penyakit termasuk DMT2. Penelitian mengemukakan bahwa sensitivitas insulin dapat menurun oleh nikotin dan bahan kimia berbahaya lain yang terdapat dalam kandungan rokok. Nikotin dapat meningkatkan kadar hormon katekolamin dalam tubuh, antara lain adrenalin dan noradrenalin. Naiknya tekanan darah, denyut jantung, glukosa darah, dan pernapasan merupakan efek yang ditimbulkan dari pelepasan adrenalin tersebut. (Kusnadi G, 2017).

2.1.3 Klasifikasi Diabetes Melitus

Menurut American Diabetic Association Diabetes Melitus diklasifikasikan beberapa jenis, yaitu :

1. Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes Melitus Tipe 1 (DMT1) disebabkan oleh reaksi autoimun dimana sistem kekebalan tubuh menyerang sel tubuh yang sehat yaitu sel beta

(25)

11

pankreas yang menghasilkan insulin. Oleh karena itu, tubuh akan menghasilkan sedikit atau tidak sama sekali menghasilkan insulin sehingga terjadi defisiensi insulin secara absolut. DMT1 dapat mengenai semua umur, tetapi lebih sering terjadi pada anak-anak dan remaja. Pasien DMT1 membutuhkan injeksi insulin untuk mempertahankan kadar glukosa dalam darah karena tidak dapat menghasilkan cukup insulin. Pembagian DMT1 dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu Immune Mediated Diabetes dan Diabetes Idiopatik (ADA, 2018).

a. Immune-Mediated Diabetes

Immune-Mediated Diabetes yang juga dikenal sebagai “insulin- dependent diabetes” atau “juvenile-onset diabetes” adalah tipe DM yang disebabkan oleh terbentuknya reaksi autoimun pada tubuh yang merusak sel beta pankreas (ADA, 2018).

b. Diabetes Idiopatik

Diabetes Idiopatik adalah diabetes yang tidak diketahui penyebabnya serta tidak didapatkan adanya reaksi autoimun terhadap sel β pankreas (ADA, 2018).

2. Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes Melitus tipe 2 (DMT2) yang juga disebut “non insulin dependent diabetes” atau “adult-onset diabetes”. DMT2 merupakan tipe DM dengan angka kejadian terbanyak yaitu mencapai 90% pada kasus DM didunia.

Sebagian besar pasien DMT2 mengalami overweight yang diketahui menjadi faktor penting yang utama karena menyebabkan terjadinya resistensi insulin akibat hiperinsulinemia. Pada penyandang DMT2 tidak terjadi reaksi autoimun seperti DMT1, tetapi sel-sel tubuh mengalami ketidakmampuan dalam merespon insulin secara keseluruhan (ADA,2018).

3. Diabetes Melitus Gestasional

Diabetes Melitus Gestasional (DMG) adalah peningkatan KGD yang pertama kali dideteksi selama masa kehamilan. DMG dapat menetap ataupun dapat menghilang setelah kelahiran bayi. Bayi yang dilahirkan

(26)

dari seorang ibu yang menderita DMG biasanya ukuran bayi lebih besar dari bayi yang lahir bukan dari ibu yang DMG (ADA, 2018).

4. Diabetes Melitus Tipe lain

Diabetes Melitus Tipe lainnya terjadi oleh karena penyebab lain yang bukan termasuk pada golongan penyebab yang telah dijelaskan sebelumnya. Contohnya penyakit DM tipe lainnya yaitu, Sindroma diabetes monogenik, penyakit eksokrin pankreas, dan disebabkan oleh obat atau zat kimia. (ADA, 2018).

2.1.4 Patogenesis Diabetes Melitus Tipe 2

Mengenai patofisiologi penyakit DMT2, gangguan fungsi loop umpan balik antara kerja insulin dan sekresi insulin menghasilkan kadar glukosa darah yang tinggi secara abnormal (Stumvoll M et al., 2005). Dalam kasus disfungsi sel, sekresi insulin berkurang, membatasi kapasitas tubuh untuk mempertahankan kadar glukosa fisiologis. Di sisi lain resistensi insulin berkontribusi pada peningkatan produksi glukosa di hati dan penurunan pengambilan glukosa baik di otot, hati, dan jaringan adiposa. Bahkan jika kedua proses berlangsung di awal patogenesis dan berkontribusi pada perkembangan penyakit, disfungsi sel biasanya lebih parah daripada resistensi insulin. (Stumvoll M et al., 2005).

Namun, ketika kedua disfungsi sel dan resistensi insulin hadir, hiperglikemia diperkuat mengarah ke perkembangan DMT2 (Cerf M.E, 2013; Zheng Y, 2018).

a. Mekanisme yang Menyebabkan Disfungsi sel beta

Disfungsi sel secara umum dikaitkan dengan kematian sel (Christensen A.A; Gannon M, 2019). Dalam keadaan gizi yang berlebihan, seperti yang ditemukan pada individu obesitas, hiperglikemia dan hiperlipidemia sering mendukung terjadiresistensi insulin dan peradangan kronis. Dalam keadaan ini, sel, karena perbedaan dalam kerentanan genetiknya, tunduk pada tekanan toksik termasuk peradangan, stres inflamasi, stres ER, stres metabolik / oksidatif, stres amiloid, dengan potensi yang pada akhirnya menyebabkan hilangnya integritas pulau (Christensen A.A; Gannon M, 2019). Kelebihan FFA dan hiperglikemia menyebabkan disfungsi sel

(27)

13

dengan menginduksi stres ER melalui aktivasi jalur respon protein terbuka (UPR) apoptosis (Yamamoto W.R et al., 2019). Faktanya, lipotoksisitas, glukotoksisitas dan glukolipotoksisitas yang terjadi pada obesitas, menginduksi stres metabolik dan oksidatif yang mengarah pada kerusakan sel (Halban P.A et al., 2014). Stres yang berasal dari FFA jenuh tingkat tinggi dapat mengaktifkan jalur UPR melalui beberapa mekanisme termasuk penghambatan sarco/ endoplasmic reticulum Ca2+ ATPase (SERCA) yang bertanggung jawab untuk mobilisasi ER Ca2+; aktivasi reseptor IP3 atau gangguan langsung homeostasis ER. Selain itu, kadar glukosa tinggi yang berkelanjutan meningkatkan biosintesis proinsulin dan polipeptida amiloid pulau (IAAP) dalam sel , yang menyebabkan akumulasi insulin dan IAAP yang salah lipat dan meningkatkan produksi spesies oksigen reaktif yang dimediasi oleh lipatan protein oksidatif (ROS) (Yamamoto W.R et al., 2019). Efek ini mengubah mobilisasi ER Ca2+

fisiologis dan mendukung sinyal proapoptosis, degradasi mRNA proinsulin dan menginduksi pelepasan interleukin (IL)-1 yang merekrut makrofag dan meningkatkan inflamasi pulau lokal (Halban P.A et al., 2014). Dalam kondisi patogen, mekanisme yang dijelaskan di atas pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan integritas/organisasi pulau, mengganggu komunikasi sel-ke-sel yang optimal dalam pulau pankreas, berkontribusi pada regulasi pelepasan insulin dan glukagon yang buruk dan akhirnya memperburuk hiperglikemia. Cacat dalam sintesis setiap prekursor insulin, atau insulin itu sendiri, serta gangguan mekanisme sekresi, dapat menyebabkan disfungsi sekresi insulin, pendorong utama kegagalan sel , dan dasar dari DMT2. Misalnya, penurunan ekspresi pada transporter glukosa GLUT2 akan mempengaruhi jalur sinyal hilir ( Hoang Do O ; Thorn P, 2015). Sementara kegagalan dalam pelipatan proinsulin adalah temuan lain yang umumnya terkait dengan defisiensi produksi insulin dan diabetes (Liu M et al., 2018).

(28)

Gambar 2.1 The Egregious Eleven Sumber : Perkeni 2019

Schwartz pada tahun 2016 mengatakan terjadi nya DM tipe 2 disebabkan oleh sebelas organ (egregious eleven) yang terlibat, bukan hanya sel otot, hepar, serta sel beta pankreas saja. (PERKENI, 2019).

2.1.5 Gejala Klinis

Ditemukan beberapa keluhan yang dialami oleh penyandang diabetes mellitus. Kecurigaan adanya DM dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti :

1. Poliuria (banyak buang air kecil), polidipsia (banyak minum), polifagia (banyak makan) (Brunner & Suddarth, 2018).

2. Keletihan dan kelemahan, penglihatan secara mendadak berubah , rasa kesemutan atau kebas didaerah tangan atau kaki, kulit kering, lesi kulit yang sulit sembuh atau infeksi berulang (Brunner & Suddarth, 2018).

2.1.6 Diagnosis

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan glukosa darah pada individu. Pemeriksaan glukosa darah yang direkomendasikan pada saat ini ialah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena.Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan glukometer.

(29)

15

Diagnosis tidak dapat tegak atas dasar adanya glukosa didalam urin (glukosuria).

(PERKENI 2019).

DMT2 dapat didiagnosis dengan salah satu dari kriteria berikut:

1. Indeks glikemik plasma puasa >126 mg/dL (Quitian H et al., 2015).

2. Indeks glikemik plasma dua jam setelah mengonsumsi 75 g glukosa anhidrat yang dilarutkan dalam air >200 mg/dL. Ini adalah tes toleransi glukosa oral (OGTT), di mana dua pengukuran dilakukan: satu pengukuran basal, dan yang kedua dua jam setelah mengambil dosis (Quitian H et al., 2015).

3. HbA1c >6,5% setiap saat (Quitian H et al., 2015).

4. Dengan adanya gejala (poliuria, polidipsia, dan penurunan berat badan), tes glikemik plasma acak (sewaktu) >200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis (Quitian H et al., 2015).

Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus

Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus

1. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL. Puasa adalah tidak ada masuk makanan/minuman minimal 8jam.

2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dL (2 jam post prandial/ 2 jam setelah tes toleransi glukosa oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.

3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL disertai adanya keluhan klasik

4. Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh National Glycondemoglobin Standarization Program (NGSP).

Sumber : Perkeni 2019

Tidak semua laboratorium di Indonesia memenuhi standard NGSP, Laboratorium yang melakukan tes HbA1c harus memenuhi standar internasional, menjamin bahwa yang tersedia di negara tersebut dengan metode yang digunakan dan disertifikasi oleh NGSP (National Glycohemoglobin Standardization Program). Dalam kasus di mana kecurigaan klinis diabetes mellitus tinggi pada tes skrining dan HbA1c lebih rendah dari 6,5%, OGTT harus dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis atau untuk menetapkan adanya faktor yang meningkatkan risiko diabetes (pradiabetes) jadi bahwa pasien tersebut dapat dimasukkan dalam program pencegahan DMT2 (Perkeni, 2019).

(30)

Kategori berisiko lebih tinggi untuk diabetes:

a. Indeks glikemik puasa abnormal: antara 100 dan 125 mg/dL.

b. Intoleransi glukosa: indeks glikemik setelah 2 jam antara 140 dan 199 mg/dL dalam TTGO.

Tabel 2.2 Kadar Test Laboratorium Darah untuk Diagnosis Diabetes dan Pradiabetes

Metode Pengukuran

Gula Darah Normal

Pradiabetes Diabetes Gula Darah Puasa 70-99 mg/dl 100-125 mg/dl >126 mg/dl Gula Darah 2 Jam

Setelah Makan (TTGO)

70-139 mg/dl

140-199 mg/dl >200 mg/dl

HbA1c <5,7% 5,7%-6,4% >6,5%

Sumber : Perkeni 2019

2.1.7. Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Tujuan pada penatalaksanaan DM adalah untuk meningkatkan daripada kualitas hidup penyandang diabetes, mengurangi risiko komplikasi baik komplikasi akut, mikroangiopati dan makroangiopati pada penderita, dan juga untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit diabetes melitus.

Berdasarkan Perkeni 2019 penatalaksanaan diabetes melitus secara umum dibagi menjadi lima yaitu :

2.1.7.1 Terapi Non Farmakologis 2.1.7.2 Edukasi

Edukasi terhadap pasien diabetes melitus merupakan pendidikan dan pelatihan yang diberikan terhadap pasien guna menunjang perubahan perilaku, tingkat pemahaman pasien sehingga tercipta kesehatan yang maksimal dan optimal serta kualitas hidup pasien meningkat (PERKENI, 2019).

2.1.7.3 Terapi Gizi Medis

Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengan diabetes memperbaiki kebiasaan sehari-hari untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik, mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal, mencapai kadar serum lipid yang optimal, memberikan energi yang cukup untuk

(31)

17

mencapai atau mempertahankan berat badan yang memadai dan meningkatkan tingkat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.

Standar dalam asupan nutrisi makanan seimbang yang sesuai dengan kecukupan gizi baik adalah sebagai berikut :

a. Karbohidrat : 45 - 65 % total asupan energi (terutama karbohidrat berserat tinggi )

b. Lemak : 20 – 25 % kebutuhan kalori, dan tidak diperkenankan melebihi 30 % total asupan energi

c. Protein : 10 - 20 % total asupan energi d. Natrium : < 1500 mg per hari

e. Serat : 14 gram/1000 kal atau 20 – 35 gram per hari

Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan oleh penyandang DM, antara lain dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang berkisar 25-30 kal/kgBB ideal. Jumlah kebutuhan kalori tersebut ditambah atau dikurangi bergantung dari beberapa faktor yaitu : jenis kelamin, umur, aktivitas dan berat badan.

2.1.7.4 Latihan Fisik

Latihan fisik merupakan aktifitas yang dilakukan seseorang untuk meningkatkan atau memelihara kebugaran pada tubuh. Dengan melakukan aktifitas fisik rutin maka dapat menjaga berat badan agar tetap ideal serta dapat menurunkan risiko penyakit kronis termasuk diabetes melitus. Program latihan aerobik secara rutin diperlukan untuk membantu dalam memperbaiki sensitivitas kerja insulin dan melancarkan pembuluh darah.Yang termasuk kedalam latihan fisik ini bukan kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Program latihan fisik yang dimaksud adalah olahraga rutin secara teratur yang dilakukan 3-5 hari seminggu dengan waktu berkisar 30-45 menit dan total secara keseluruhan dalam 1 minggu adalah 150 menit. Disarankan kepada penderita untuk melakukan pengecekan gula darah sebelum melakukan latihan fisik. Jika pada penderita ditemukan hasil pengecekan adalah <100 mg/dL maka dianjurkan penderita untuk makan terlebih dulu. dan jika ditemukan hasil pengecekan adalah >250 mg/dL maka penderita

(32)

dianjurkan untuk tidak melakukan latihan jasmani. Latihan fisik yang direkomendasikan untuk dilakukan pada penyandang DM adalah latihan fisik yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50-70% denyut jantung maksimal), contohnya: seperti jalan kaki dengan durasi lumayan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Pada penyandang DM tanpa ditemukan kontraindikasi lain seperti (hipertensi yang tidak terkontrol, osteoarthritis, retinopati, dan nefropati) dianjurkan juga untuk melakukan resistance training (latihan beban) 2-3 perminggu. Latihan fisik sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani penyandang DM, pada penyandang DM yang relatif sehat latihan fisik dapat ditingkatkan sedangkan pada penyandang DM dengan adanya komplikasi intensitas latihan fisik perlu dikurangi dan disesuaikan masing- masing individual. (PERKENI 2019).

2.1.7.5 Terapi Farmakologi

Terapi farmakologi diberikan bersama dengan pola pengaturan makanan dan latihan jasmani. Terapi farmakologi terdiri dari obat hipoglikemik oral dan injeksi insulin. Pemakaian obat oral dan injeksi insulin dapat membantu pemakaian gula dalam tubuh penderita diabetes (PERKENI, 2019).

a. Obat Antihiperglikemia Oral

Golongan sulfonilurea dapat membantu menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes tipe 2 secara adekuat tetapi tidak pada diabetes tipe 1. Contohnya adalah glibenclamid, gliclazid, glimepirid, glipizid.

Obat ini menurunkan kadar gula darah dengan meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Obat lainnya adalah metformin, tidak mempengaruhi pelepasan insulin tetapi meningkatkan respon tubuh terhadap insulinnya sendiri dengan cara mengurangi produksi glukosa hati dan memperbaiki ambilan glukosa di jaringan perifer. Obat hipoglikemik oral diberikan pada penderita diabetes tipe 2 jika terapi tanpa obat (diet dan olahraga) gagal menurunkan kadar gula darah dengan cukup (PERKENI, 2019).

b. Obat Antihiperglikemia Suntik

(33)

19

Terapi insulin diberikan apabila perubahan gaya hidup dan obat antihiperglikemia oral gagal untuk mengendalikan kadar gula darah pada penderita diabetes. Berbeda halnya pada pasien diabetes tipe 1, dimana pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga harus diberikan insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat diberikan melalui suntikan. Ada enam jenis insulin berdasarkan durasi kerja nya yang dapat digunakan pada pasien diabetes mellitus yaitu, insulin kerja cepat , insulin kerja pendek, insulin kerja menengah, insulin kerja panjang, insulin kerja ultra panjang, insulin campuran tetap (kerja pendek dengan menengah dan kerja cepat dengan menengah), insulin campuran tetap (kerja ultra panjang dengan kerja cepat). (PERKENI, 2019).

2.1.8 Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 2.1.8.1 Pencegahan Primer

1. Sasaran pencegahan primer :

Pencegahan primer melibatkan tindakan yang dilakukan sebelum terjadinya masalah kesehatan. Pencegahan jenis ini ditujukan untuk kelompok yang berisiko tinggi , misalnya pada mereka yang belum terkena DM tetapi berpotensi untuk menderita DM tipe 2 dikemudian hari dan intoleransi glukosa (PERKENI, 2019).

2. Materi Pencegahan Primer Diabetes Melitus Tipe 2

Pencegahan primer melibatkan tindakan aspek promosi kesehatan dan perlindungan yang ditujukan untuk kelompok masyarakat yang memiliki faktor pencetus dan intoleransi terhadap glukosa. Upaya pencegahan yang dapat dimulai dengan perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup harus ditekankan pada masyarakat agar menjadikan intervensi pertama yang harus dilakukan, terutama bagi seseorang yang mempunyai faktor pencetus. Berbagai bukti yang kuat menunjukkan bahwa dengan memodifikasi gaya hidup yang sehat dan seimbang dapat mencegah terjadinya DM tipe 2. Perubahan gaya hidup yang sehat juga sekaligus dapat memperbaiki komponen faktor risiko diabetes dan sindroma

(34)

lainnya seperti obesitas, dislipidemia, hiperglikemia, dan hipertensi.

Studi Diabetes Prevention Programme (DPP) menunjukkan bahwa intervensi gaya hidup yang intensif dapat menurunkan 58% insiden DM tipe 2 dalam 3 tahun (PERKENI, 2019).

Berdasarkan PERKENI 2019 modifikasi gaya hidup yang disarankan untuk mereka yang mempunyai faktor risiko untuk terjadinya DM tipe 2 dan intoleransi glukosa sebagai berikut:

a. Pengaturan pola makan

Karbohidrat kompleks merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan seimbang sehingga tidak menimbulkan puncak (peak) glukosa darah yang tinggi setelah makan. Komposisi diet sehat mengandung sedikit lemak jenuh dan tinggi serat larut.

b. Latihan Fisik

Latihan fisik sebaiknya dikerjakan minimal selama 150 menit perminggu dengan latihan aerobik sedang (mencapai 50-70% denyut jantung maksimal) atau 90 menit/minggu dengan latihan aerobik berat (mencapai denyut jantung >70% maksimal.

c. Berhenti untuk merokok

d. Kelompok dengan risiko tinggi diperlukan intervensi farmakologis.

2.1.8.2 Pencegahan Sekunder

Pencegahan Sekunder ini dapat dilakukan dengan mendeteksi sedini mungkin penyakit yang mungkin diderita oleh individu. Bertujuan agar mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut, jika dilihat kesannya lebih mudah karena populasinya lebih kecil, yaitu pasien diabetes yang sudah diketahui dan sudah berobat, tetapi fakta nya tidak begitu , tidak mudah untuk membuat pasien termotivasi agar dapat kontrol secara teratur, dan menerima kenyataan bahwa penyakitnya tidak bisa sembuh. Syarat untuk mencegah komplikasi adalah mengatur ABCs, A untuk mengukur A1c setiap 2-3 bulan sekali, B

(35)

21

untuk mempertahankan Blood Pressure (Tekanan Darah) dibawah 140/90 mmHg (atau sesuai dengan rekomendasi dokter), C untuk mengontrol kadar Cholesterol (Kolesterol), dan S untuk berhenti merokok.

Selain mengatur ABCs, pasien juga diedukasi untuk mengurangi berat badan apabila mengalami overweight dengan diet gizi seimbang atau sesuai anjuran dokter, melakukan latihan fisik seperti olahraga rutin minimal 150 menit perminggu atau 30 menit perhari, memakan obat secara teratur, dan rutin untuk konsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan lain secara teratur (Suyono, 2006; CDC, 2019).

2.1.8.3 Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi berbagai dampak negatif yang mungkin terjadi dari suatu penyakit yang dialami penderita. Pencegahan ini juga bertujuan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi atau kecacatan dan meningkatkan kualitas hidup penderita yang mengalami penyakit. Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan berkembang dan akhirnya menetap. Penyuluhan pada pasien dan keluarganya memegang peranan penting dalam upaya pencegahan tersier. Penyuluhan dapat dilakukan dengan pemberian materi mengenai upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk mencegah kecacatan lebih lanjut. Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan berkolaborasi antara tenaga medis.

Kolaborasi yang baik antara para ahli diberbagai disiplin (jantung dan ginjal, mata, bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi, rehabilitasi medis, gizi, podiatris, dan lain sebagainya) sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan pencegahan tersier (Prasetyorini, 2015).

2.2 PENGETAHUAN

Pengetahuan merupakan ranah yang sangat penting untuk terbentuknya sosok individu. Pengetahuan seseorang dapat diperoleh melalui panca indera, baik indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai ukuran atau tingkatan yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2013). Pengetahuan pada dasarnya akan terus bertambah dan

(36)

beragam sesuai dengan pengalaman manusia yang dialami. Ada tiga aspek proses pengetahuan tersebut yaitu proses mendapatkan informasi, proses transformasi dan proses evaluasi. Informasi baru yang didapatkan merupakan pengganti pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau merupakan penyempurnaan informasi sebelumnya (Mubarak, 2013).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Wawan dan Dewi, 2016). Pengetahuan merupakan pilar terutama yang penting untuk keberhasilan melakukan pencegahan diabetes dan pengobatan yang sempurna. Seseorang yang mempunyai pengetahuan yang kurang tentang diabetes melitus akan lebih sulit untuk mencegah terjadinya penyakit diabetes melitus dan apabila seseorang yang menderita diabetes melitus dengan pengetahuannya kurang akan lebih rentan untuk menderita komplikasi di kemudian hari (Wawan dan Dewi, 2016).

2.2.1 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan (Notoatmodjo, 2012) :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya, tahu bahwa buah jeruk kaya akan kandungan vitamin C, jamban adalah tempat untuk mengeluarkan kotoran air besar oleh manusia (BAB), penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepty, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu tentang objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dengan benar tentang objek yg diketahuinya tersebut. Misalnya, orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M (mengubur, menutup, menguras) tetapi harus dapat

(37)

23

menjelaskan mengapa harus menutup, menguras dan sebagainya tempat- tempat penampungan air tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi dimaksudkan pada orang yang sudah memahami objek yang dimaksud serta dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, seseorang yang memahami tentang proses perencanaan, ia harus dapat merancang perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau dimana saja.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menguraikan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah mampu membedakan atau memisahkan, mengelompokan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi- formulasi yang telah ada. Misalnya dapat membuat atau menyusun dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengarkan.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya seorang ibu dapat menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak.

(38)

2.3 KERANGKA TEORI

Gambar 2.3 Kerangka Teori

DIABETES MELITUS TIPE 2 DM TIPE 2

Tingkat Pengetahuan : 1. Tahu (Know) 2. Memahami

(Comprehension) 3. Aplikasi

4. Analisis (Analysis) 5. Sintesis (Synthesis) 6. Evaluasi

Faktor Resiko

Dapat Diubah 1. Obesitas

2. Kurang Aktifitas fisik 3. Hipertensi

4. Dislipidemia

5. Kebiasaan Merokok

1. Riwayat Keluarga Dengan DM

2. Status Sosial Ekonomi 3. Umur

4. Etnis

Tidak Dapat Diubah

Faktor - faktor yang mempengaruhi

pengetahuan : 1. Usia

2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Pengalaman 5. Informasi 6. Sosial budaya 7. Ekonomi

Gejala Klinis Keluhan

Klasik

Keluhan Lain 1. Poliuria

2. Polidipsia 3. Polifagia

1. Kelelahan 2. Kesemutan

3. Luka Yang Sulit Sembuh 4. Pandangan Kabur

5. Infeksi Berulang, dll Diagnosis GDP >126 mg/dL, GD 2 jam

PP > 200 mg/dL, GDS > 200 mg/dL disertai gejala klasik, HbA1c > 6,5%

Penatalaksanaan Terapi Tanpa Obat Edukasi, Terapi gizi

medis, Latihan fisik Terapi Dengan Obat Obat

Antihiperglikemia Oral dan Obat Antihiperglikemia Suntikan (Insulin)

Pencegahan Primer Sekunder

Tersier

(39)

25

2.4 KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep yang menjadi pengarah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

Gambaran Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK USU

Stambuk 2021

Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2

(40)

26 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 RANCANGAN PENELITIAN

Jenis dari penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional. Artinya pada penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2021 terhadap pencegahan Diabetes Melitus tipe 2. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah dengan pendekatan potong lintang (cross sectional study).

3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kota Medan, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. yang dilakukan secara online (daring) dengan mengisi kuisioner melalui google form.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Desember 2021.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1 Populasi Target

Populasi adalah objek penelitian yang menyeluruh atau suatu objek yang akan diteliti (Notoatmojo, 2012). Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.3.2 Populasi Terjangkau

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2021.

3.3.3 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah bagian tertentu yang akan diteliti dari keseluruhan populasi. Pada penelitian ini pengambilan sampel menggunakan teknik simple

(41)

27

27

random sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan secara random (acak) pada seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2021 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang ditentukan sebagai berikut :

3.3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2021 yang bersedia menjadi responden.

2. Mahasiswa yang sehat dan kooperatif . 3.3.4.2 Kriteria Eksklusi

1. Mahasiswa yang tidak mengisi kuisioner dengan lengkap.

Besar sampel minimum yang diperlukan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut :

𝑛 = N

1 + N (e)² Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi mahasiswa FK USU Angkatan 2021 adalah 241 orang e = Tingkat kesalahan (margin of error 10%)

Dengan hasil perhitungan sebagai berikut :

𝑛 = 241

1 + 241 (0,1)2 = 71 orang

Jadi, sampel minimal yang digunakan dalam penelitian ini adalah 71 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2021.

3.4 METODE PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode simple random sampling dengan populasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2021. Jenis data yang diambil menggunakan

(42)

data primer yang didapatkan secara langsung dengan menggunakan google form oleh responden penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang dikumpulkan bertujuan untuk melihat gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2021 terhadap pencegahan Diabetes Melitus tipe-2.

Validitas dan reliabilitas kuisioner telah diuji dan digunakan oleh penelitian Elza Anggriani Siregar, 2017. Tahapan uji validitas isi kuisioner dilakukan oleh penelitian sebelumnya yang berguna untuk menilai keakuratan data isi pernyataan dalam kuisioner tersebut untuk digunakan mengukur pengetahuan mengenai DM tipe-2.

3.5 METODE PENGOLAHAN DATA

Kuisioner yang telah diisi terlebih dulu dikumpulkan kemudian diperiksa kelengkapannya, dimasukkan dan diolah menggunakan program komputer dengan alat bantu uji statistik dengan melalui beberapa tahap sebagai berikut :

1. Editing

Editing adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengecek dan memperbaiki isian data dari kuisioner sebelum data dimasukkan, agar data yang kurang baik dapat diidentifikasi/klarifikasi oleh responden.

2. Coding

Coding adalah kegiatan mengklasifikasikan data dan kemudian diberi kode untuk masing-masing pertanyaan , kode yang diberikan akan menjadi panduan oleh responden untuk menentukan skor yang didapat responden.

3. Entery Data

Entery merupakan kegiatan memasukkan data (jawaban) dari tiap responden kemudian dimasukkan kedalam program komputer dengan alat bantu menggunakan program SPSS.

4. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan membersihkan data dari kesalahan memasukkan data.Apabila semua data dari tiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek ulang guna untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan data, dan lainnya, kemudian diperlukan perbaikan atau koreksi (Notoatmojo, 2012).

(43)

29

3.6 DEFINISI OPERASIONAL

Tabel berikut ini akan diuraikan variabel penelitian dalam bentuk definisi operasional.

Tabel 3.1 Definisi operasional

No Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala Ukur 1. Jenis

kelamin

Jenis kelamin adalah karakteristik seksual responden

Kuisioner Laki laki perempuan

Nominal

2. Riwayat keluarga

Ada atau tidak dalam keluarga yang terdiagnosis dengan diabetes melitus

Kuisioner Ada Tidak

Nominal

3. Pengetahuan Hal- hal yang diketahui oleh responden terkait dengan diabetes melitus

Kuisioner Baik : apabila menjawab benar 21- 15

Sedang : apabila menjawab benar 14-8 Kurang : apabila menjawab benar 7-0

Ordinal

(44)

30 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL PENELITIAN

4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan kuesioner dan metode wawancara. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara berdiri pada tanggal 20 Agustus 1952 dan berlokasi di Jalan Dr. Mansyur No. 5, Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada bulan September-Oktober 2021.

4.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah mahasiswa aktif Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kedokteran, Angkatan 2021 yang bersedia menjadi sampel serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan peneliti.

Jumlah sampel adalah 71 orang.

4.1.2.1 Distribusi Data Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki laki 27 38

Perempuan 44 62

Total 71 100

Pada penelitian ini distribusi data berdasarkan jenis kelamin dari keseluruhan sampel penelitian ini terdiri dari laki-laki dan perempuan. Terdapat 27 (38%) responden berjenis kelamin laki laki dan 44 (62%) responden berjenis kelamin perempuan.

(45)

31

4.1.2.2 Distribusi Data Berdasarkan Riwayat Keluarga

Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan riwayat keluarga

Riwayat Keluarga Frekuensi Persentase (%)

Ya 22 31

Tidak 49 69

Total 71 100

Pada penelitian ini distribusi data berdasarkan riwayat keluarga didapati bahwa jumlah responden dengan riwayat DM pada keluarga berjumlah 22 orang (31%), sedangkan responden yang tidak memiliki riwayat DM pada keluarga berjumlah 49 orang (69%).

4.1.2.3 Distribusi Data Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat pengetahuan

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Baik 48 67,6

Sedang 19 26,8

Kurang 4 5,6

Total 71 100

Pada penelitian ini distribusi data berdasarkan tingkat pengetahuan didapati bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak terdapat 48 orang (67,6%), sedangkan 19 orang (26,8%) memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan 4 orang (5,6%) memiliki pengetahuan yang kurang.

4.1.2.4 Distribusi Data Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.4 Distribusi tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin Jenis

Kelamin

Kelompok Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang Jumlah

Laki-Laki Perempuan

15 (55,5%) 33 (75,0%)

10 (37,1%) 9 (20,5%)

2 (7,4%) 2 (4,5%)

27 (100,0%) 44 (100,0%)

Total 48 (67,6%) 19 (26,8%) 4 (5,6%) 71 (100,0%)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kedua Ketetapan pemenang ini dibuat dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam pengadaan Barang/Jasa. Ditetapkan di

brainwriting ini merupakan suatu proses pembelajaran menulis yang dipadukan dengan sebuah permainan agar dapat memotivasi siswa dalam mempelajari menulis cerita bahasa

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung Nomor: 07/BAHPL/PPBJ/PPKB/2014 Tanggal 05 September 2014 dan Penetapan Pelaksana/ Penyedia Nomor : 07/PEN/PPBJ/BPPKB/2014 Tanggal

TRAJECTORY PLANNING FOR PERIODIC STEADY-STATE MOTION The dynamic model developed above was used in [13] to design feasible periodic trajectories that extend beyond the static

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian suplemen multivitamin dengan status gizi balita usia 1-5 tahun di posyandu Pala VII Notoprajan

Comparative research will help us dis- cover critical structure and weights in a hybrid bio-machine memory system, which can enhance the learning and memory functionalities of

aksesnya cepat, Aspek Ergonomi dari sisi Pengguna OPAC tergolong Baik sehingga pemustaka merasa nyaman berada dalam ruangan perpustakaan, dan Peran Pustakawan dalam