• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV  RENCANA IMPLEMENTASI 

   

4.1. Analisis Kesiapan Implementasi 

Untuk  menerapkan  Sistem  Manajemen  Kinerja  yang  diusulkan  maka  sebelumnya  perlu  diketahui  dulu  apa  peluang  dan  hambatan  yang  dihadapi  untuk menerapkan sistem ini. 

 

4.1.1. Peluang Implementasi 

Sebagai perusahaan terbuka tentunya kinerja dari perusahaan juga akan sangat  mempengaruhi  harga  saham  dan  keputusan  investor  untuk  membeli  saham. 

Sehingga  Sistem  Manajemen  Kinerja  yang  mampu  memberikan  gambaran  kinerja  organisasi  secara  keseluruhan  dan  dapat  memacu  setiap  Departemen  di  dalamnya  sangatlah  dibutuhkan.  Sehingga  beberapa  peluang  implementasi  dapat diperoleh mengingat  Sistem Manajemen Kinerja yang dimiliki Dynaplast  saat ini memiliki beberapa kelemahan: 

‐ SMK  yang  ada  hanya  untuk  Departemen  di  pabrik  sedangkan  untuk  Departemen atau Divisi yang berada di kantor pusat seperti Supply Chain,  HRD, IT dan Accounting tidak memiliki SMK atau Quality Objective. 

‐ Tidak ada peninjauan secara periodik atas kriteria yang digunakan untuk  SMK, kriteria yang digunakan cenderung tetap, masih konvensional dan  kurang relevan dengan perkembangan industri serta tuntutan stakeholder 

‐ SMK yang cenderung lebih untuk melaporkan kinerja masa lampau 

‐ SMK  lebih  berorientasi  jangka  pendek,  karena  lebih  pada  melihat  dampaknya atas net profit periode yang lalu 

(2)

‐ Ukuran  kinerja  dan  sistem  review  yang  ada  tidak  memicu  proses  perbaikan 

 

Oleh  karena  itu  di  Dynaplast  peluang  untuk  mengimplementasikan  SMK  berdasarkan pendekatan IPSM dan PRISM sangat mungkin untuk direalisasikan. 

Tetapi  mengingat  SMK  yang  ada  pada  projek  akhir  ini  dibatasi  hanya  variabel  kinerja  non  finansial  untuk  business  unit  Plant  VI‐Cikarang,  maka  peluang  improvement ke depan yang dapat dilakukan adalah : 

‐ menyusun  SMK  mulai  dari  level  corporate  hingga  operasional  dengan  melengkapi variabel kinerja baik finansial maupun non finansial, di mana  contoh  variabel  kinerja  usulan  dengan  menambahkan  variabel  finansial  untuk  level  business  unit  dapat  dilihat  pada  Tabel  4.1  dan  secara  ditail  pada Lampiran 12. 

 

Tabel 4.1. Usulan Variabel Kinerja Berdasarkan Finansial 

DEPT VARIABEL KINERJA FORMULA

ENGINEERING Biaya kerusakan alat Biaya yang dikeluarkan karena kerusakan pada periode waktu tertentu

ENGINEERING Biaya maintenance % biaya perawatan terhadap total biaya operasi

ENGINEERING Biaya pemakaian sparepart terhadap

penjualan % biaya pemakaian sparepart terhadap total penjualan per bulan ENGINEERING Biaya utility terhadap penjualan % biaya utility terhadap todal penjualan per bulan

HRD Biaya training total biaya training yang dikeluarkan per karyawan pada periode waktu tertentu

MANAGEMENT Biaya relokasi infrastruktur Rata-rata biaya untuk memindahkan mesin ke lokasi baru

NPD Biaya R&D % biaya R&D terhadap penjualan pada periode waktu tertentu

NPD Keuntungan dari produk baru % profit yang diperoleh dari produk baru pada periode waktu tertentu

PERS&GA Penjualan sampah %Penjualan sampah per bulan terhadap pemakaian material

PERS&GA %Biaya lembur terhadap total penjualan Total biaya lembur terhadap total penjualan per bulan

PROPOSED SMK

 

‐ menyusun  prosedur  evaluasi  SMK  sehingga  siklus  PDCA  dapat  berjalan  dengan efektif seperti Gambar 4.1 berikut ini. 

 

(3)

PENGUKURAN KINERJA

EVALUASI KINERJA AKTUAL TERHADAP TARGET

PROSES PERUBAHAN 

FUNDAMENETAL EVALUASI PENYEBAB TERJADINYA GAP PROSES PERBAIKAN 

BERKELANJUTAN

DIGANOSIS PROSES PERBAIKAN

TINDAK LANJUT

FISHBONE ANALYSIS

WHY-WHY ANALYSIS

Gambar 4.1. Prosedur PDCA Sistem Manajemen Kinerja   

‐ karyawan  harus  menjadi  asset  bukan  alat  bagi  perusahaan,  sehingga  potensi  yang  ada  di  setiap  diri  karyawan  dapat  dikelola  dan  dikembangkan  sesuai  kompetensi  yang  dimiliki  dan  kebutuhan  pekerjaan,  untuk  itu  dapat  dibuat  carrer  path  dan  training  need  based  on  competencies  dengan  membaginya  menjadi  soft  competencies  seperti  Tabel  4.2 dan hard competencies seperti Tabel 4.3 

 

Tabel 4.2 Soft Competencies and Training Need Based On Comptencies 

CODE SOFT (STRUCTURAL) Weight No. TRAINING REQUIREMENT

Interpersonal Skill Mgr SH/SPV INS Mgr SH/SPV INS 1 Basic Mentality

Open Minded x x x 5 4 3 2 Developing Emotional Intelligence (EQ)

Self Confident x x x 5 4 3

Initiative x x x 5 4 3

Self Motivation x x x 5 4 3

Teamwork x x x 5 4 3

Stress Management x x 5 4

Organization Behavior x x 5 4

COMPETENCIES STANDARD

0.4 ISS

TARGET LEVEL PROFILE

(4)

   Lanjutan Tabel 4.2 Soft Competencies and Training Need Based On Comptencies 

Tabel 4.3. Hard Competencies and Training Need Based On Comptencies 

COMPETENECIES STANDARD

CODE HARD (FUNCTIONAL) Weight No. TRAINING REQUIREMENT

Engineering Software Application Skill 0.15 Mgr SH/SPV INS Mgr SH/SPV INS 1 Basic MS.Office

Microsoft Office (Ms. Word, Ms. Excel, Ms. Power Point) x x - 3-4 1-2 - 2 SAP Logistic

Technical Database Application (SAP Logistic) x x x 3 2 1-2 3 SPSS/MiniTab

SPSS x x - 3 1-2 -

Information Technology (E-mail) x x - 3 2 -

PROFILE

ESAH

TARGET LEVEL

Makna Umum setiap angka level pada soft competency adalah:

Level 1 : Sangat membutuhkan pelatihan dan tidak memenuhi standar minimum perilaku yang dipersyaratkan.

Level 2 : Membutuhkan pelatihan meskipun mungkin memenuhi sebagian/beberapa standar minimum perilaku yang dipersyaratkan, namun masih memerlukan peningkatan pada

beberapa indikator perilaku yang kritis.

Level 3 : Sudah memenuhi standar dan mampu membina diri sendiri sehingga dapat melaksanakan tugas-tugasnya.

Level 4 : Mampu membina gugus kerja (Grup/Section)), sehingga dapat meningkatkan prestasi gugus kerja.

Level 5 : Mampu membina unit bisnis (Dept./Div.) sehingga dapat meningkatkan prestasi unit bisnis.

Level 6 : Mampu membina organisasi (BU/Corporate) sehingga dapat meningkatkan prestasi organisasi.

Makna Umum setiap angka level pada hard competency, adalah:

Level 1 : Concept (Mengenal konsep dasar tentang pengetahuan atau keterampilan di bidang tersebut).

Level 2 : Applied Concept (Mengetahui secara menyeluruh penerapan konsep tersebut di perusahaan).

Level 3 : Working (Mampu menerapkannya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, dapat mengatasi masalah-masalah yang bersifat rutin, namun memerlukan bantuan bila masalah yang dihadapi bersifat istimewa.

Level 4 : Advanced (Berpengalaman dalam menerapkannya, dapat mengatasi masalah rutin maupun non-rutin di dalam organisasinya tanpa memerlukan bantuan, dapat menjadi pelatih bagi karyawan yang lain.

Level 5 : Mastery (Sangat berpengalaman dalam menerapkannya, punya otoritas dalam bidang tersebut yang diakui dalam lingkup perusahaan, dapat mengatasi situasi yang komplek (melibatkan organisasi yang lain) yang belum pernah terjadi sebelumnya).

Level 6 : Leading (Mampu mengembangkan sistem dan prosedur di perusahaan yang berhubungan dengan bidang tersebut, mampu mengintegrasikan berbagai bidang lain dengan bidang tersebut untuk perbaikan proses bisnis perusahaan.

(5)

Detail carrer  path  dan  training  need  based  on  competencies  bisa  dilihat  pada  Lampiran 13. 

 

4.1.2. Hambatan Implementasi 

Untuk  mengimplementasikan  SMK    yang  diusulkan,  ada  beberapa  hambatan  yang teridentifikasi diantaranya: 

‐ Keterbatasan  data,  masih  ada  variabel  kinerja  yang  saat  ini  tidak  dapat  diukur karena tidak adanya data yang dibutuhkan 

‐ Keterbatasan  sumber  daya,  dalam  hal  ini  tidak  hanya  manusia  sebagai  peng‐input  data  tetapi  juga  belum  adanya  media  kuesioner  atau  form  yang  dapat  digunakan  untuk  mengumpulkan  data  sebagai  dasar  pengukuran kinerja 

‐ Sosialisasi,  mengingat  SMK    yang  diusulkan  merupakan  alat  pengukur  kinerja  yang  baru  digunakan  maka  tujuan,  cara  pengukuran  dan  konsekuensi  dari  SMK  ini  harus  disosialisasikan  dengan  baik  kepada  semua karyawan yang terlibat. 

‐ Komitmen  dari  manajemen  dan  seluruh  karyawan.,  dalam  hal  ini  jika  SMK ingin digunakan dengan efektif maka harus ada bentuk reward dan  punishment  sebagai  bentuk  tindak  lanjut  dari  hasil  pengukuran  kinerja. 

Sehingga seluruh karyawan pada seluruh level memiliki komitmen untuk  mencapai kinerja yang sudah ditargetkan. Untuk memacu karyawan agar  mencapai  target  kinerja  yang  diharapkan  maka  sebaiknya  pencapaian  kinerja  juga  dikaitkan  dengan  performance  appraisal    sampai  ke  level  operasional.   

 

Beberapa  cara  untuk  menghadapi  hambatan  untuk  mendukung  implementasi  SMK yang diusulkan akan dibahas pada sub bab Kebutuhan Sumber Daya. 

(6)

4.2. Kebutuhan Sumber Daya 

Untuk menjalankan Sistem Manajemen Kinerja dengan baik maka siklus PDCA  seperti  yang  dapat  dilihat  pada  Gambar  4.1.  harus  dilakukan.  Dan  untuk  menjalankan SMK yang sudah dirancang tersebut maka diperlukan sumber daya  seperti  metode  pengumpulan  data,  sistem  pelaporan,  sosialisasi,  pelatihan  dan  komitmen.  Komitmen  manajamen  dan  seluruh  karyawan  memegang  peranan  penting, karena kesuksesan SMK terletak pada rasa kepemilikan terhadap sistem  yang dibangun, perubahan budaya kerja dan rancangan SMK yang terintegrasi.  

Tanpa  adanya  komitmen  untuk  mau  berubah  maka  SMK  ini  akan  menjadi  sia‐

sia. 

 

4.2.1. Pengumpulan Data 

Berdasarkan  Variabel  Kinerja  yang  diusulkan  maka  pengumpulan  data  untuk  mengukur kinerja dapat diperoleh dari: 

1. Form 

Dalam hal ini harus dibuat form yang dapat digunakan untuk membantu  input data. Di mana form tersebut dapat bersifat 

o laporan rutin harian, mingguan atau bulanan  

o laporan  non  rutin,  karena  dibuat  per  projek  atau  per  kasus  dalam  bentuk log book.  

Contoh log book dapat dilihat pada Lampiran 14  Form yang digunakan dapat berupa: 

o hard copy, di mana karyawan mengisi data manual pada form yang  disediakan  sesuai  periode  waktu  yang  ditentukan  (untuk  laporan  rutin)  atau  sesuai  tahap  penyelesaian  proyek  (untuk  laporan  non  rutin). 

Contoh form hard copy dapat dilihat pada Lampiran 15 dan 16 

(7)

o soft  copy,  di  mana  karyawan  mengisi  data  pada  program  yang  sudah  disiapkan,  misalnya  dengan  MS‐Access  sehingga  data  akan  langsung  tersimpan  di  komputer  dan  dapat  dicetak  jika  sewaktu‐

waktu dibutuhkan. 

Contoh  tampilan  form  yang  sudah  menggunakan  soft  copy  MS‐

Access dapat dilihat pada Gambar 4.2.  

 

  Gambar 4.2. Contoh Form dengan Soft Copy MS‐Access 

         

(8)

Dengan  menggunakan  soft  copy  MS‐Access  seperti  contoh  diatas  pengerjaan  outgoing inspection bisa menjadi lebih efisien, yaitu: 

‐ lembar  inspeksi  dari  dua  halaman  menjadi  tidak  membutuhkan  kertas  sama sekali karena semua data tersimpan di komputer dan dicetak hanya  jika diperlukan 

‐ waktu  pencatatan  per  produk  semula  sekitar  lima  sampai  enam  menit  menjadi cukup dua sampai tiga menit saja 

‐ jumlah  outgoing  inspector  dari  empat  orang  per  shift  menjadidua  sampai  tiga  orang  per  shift  dan  pekerjaan  mereka  bisa  lebih  fokus  untuk  patroli  kualitas di lapangan 

‐ pembuatan  laporan  bulanan  ke  manajemen  tidak  perlu  lagi  diinput  manual  ke  MS‐Excell  tetapi  cukup  menarik  data  yang  dibutuhkan  dari  program MS‐Access tersebut. 

 

2. Kuesioner  

Untuk  data  yang  sifatnya  kualitatif  maka  pengumpulan  data  dapat  dengan  menggunakan  kuesioner  yang  harus  diisi  oleh  departemen  atau  karyawan yang terkait. 

  3. SAP 

Untuk  data‐data  yang  base‐nya  sudah  ada  di  SAP,  maka  sistem  pengumpulan  data  dapat  dibuat  terintegrasi  dengan  SAP  yang  sudah  diimplementasikan di Dynaplast 

       

(9)

4. Wawancara 

Cara ini diperlukan jika data yang diperlukan bersifat persuasive di mana  diperlukan  data  kualitatif  yang  ditail  dan  perlu  adanya  komunikasi  dua  arah. 

 

Contoh  metode  pengumpulan  data  untuk  masing‐masing  varibel  kinerja  dapat  dilihat pada Tabel 4.4. 

 

Tabel 4.4. Contoh Metode Pengumpulan Data yang Digunakan 

VARIABEL KINERJA FORMULA SUMBER DATA

Keluhan Pelanggan Berulang % complaint atau defect yang berulang terjadi

Log book

Ketepatan kualitas % produk yang dikirim tanpa defect ke customer

SAP

Keluhan pelanggan & retur Jumlah customer complaint/returm pada periode waktu tertentu SAP

Tingkat layanan Jumlah komplain yang dapat diselesaikan dan memuaskan, dalam

kesempatan pertama FORM Identifikasi Masalah

Daya tanggap Rata-rata waktu yang diperlukan untuk merespon komplain

konsumen Log book

Efektifitas penanganan Keluhan Pelanggan % customer complaint yang berhasil diselesaikan

Log book

Waktu penyelesaian keluhan pelanggan Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan customer

complaint Log book

Cacat produk Jumlah produk 'gagal produksi' dibandingkan dengan total produk

yang diproduksi FORM Penyimpangan Mutu

Jumlah complaint baru per bulan Jumlah complaint yang merupakan isue baru pada item yang baru

setiap bulan Log book

Critical defect Jumlah retur karena ditemukan critical defect dicustomer

MS Access

Major defect Jumlah retur karena ditemukan major defect dicustomer

MS Access Minor defect Jumlah retur karena ditemukan minor defect dicustomer

MS Access  

           

(10)

4.2.2. Sistem Pelaporan 

Laporan harus dipilah untuk keperluan manajemen puncak, menengah ataukah  level operasi. 

1. Bagi manajemen puncak, laporan meliputi: 

o trend pencapaian dalam periode waktu tertentu  o perbandingan dengan kinerja internal masa lalu  o perbandingan dengan kinerja pesaing (jika ada)  o target jangka panjang 

o periode laporan  kuartal, semester atau tahunan  2. Bagi manajemen menengah, laporan meliputi: 

o laporan paling rinci untuk keperluan internal perusahaan  o memuat semua aspek untuk keperluan pengambilan keputusan  o periode laporan mingguan sampai bulanan 

3. Bagi level operasi, laporan meliputi: 

o laporan  stasiun  operasi  yang  bersangkutan  dan  stasiun  operasi  yang terkait langsung 

o efek  yang  ditimbulkan  akibat  ketidaktercapaian  kinerja  yang  ditargetkan 

o periode laporan harian hingga satu bulan ke depan. 

 

Sistem  pelaporan  harus  dirancang  hingga  dapat  dikomunikasikan  dengan  riil  (real  time  operating)  dan  dengan  dukungan  sistem  terhubung  (on‐line  sistem),  di  mana  untuk  Dynaplast  dapat  menggunakan  sistem  SAP  yang  sudah  ada  atau  membuat program khusus menggunakan MS‐Access dan program lainnya. 

     

(11)

Media pelaporan yang dapat digunakan meliputi: 

1. Brifeing harian (morning meeting) untuk level operasional  2. Meeting mingguan untuk manajemen menengah 

3. Meeting  bulanan,  kwartal  (Management  review  meeting)  dan  tahunan  (Annual  Operating  Plan)  untuk  manajemen  menengah  dan  manajemen  puncak. 

 

Isi  Laporan  harus  menunjukkan  siklus  PDCA  yang  sudah  dijalankan  yaitu  meliputi: 

1. Kinerja aktual terhadap target 

2. Identifikasi penyebab terjadinya gap antara aktual dengan target, di mana  penyebab  yang  disampaikan  sudah  harus  melalui  fishbone  analysis  atau  why‐why  analysis  sehingga  penyebab  sudah  ditinjau  dari  segi  manusia,  mesin, proses, mold, material, money, lingkungan 

3. Tindakan  perbaikan  dan  pencegahan  yang  akan  dilakukan  beserta  penanggung jawab dan target waktu penyelesaiannya 

4. Status  dan  evaluasi  atas  tindakan  perbaikan  dan  pencegahan  untuk  memperbaiki kinerja periode sebelumnya 

5. Perubahan atau tambahan atas tindakan perbaikan dan pencegahan yang  sudah  dilakukan  agar  dapat  mencapai  target,  disertai  dengan  penanggung jawab dan target waktu penyelesaiannya 

 

4.2.3. Sosialisasi 

Sebagus  apapun  SMK  yang  dibuat  jika  tidak  disosialisasikan  dengan  intensif  tidak akan berdaya guna. Sosialisasi sangat penting karena biasanya antara leval  manajemen  puncak  dan  operasional  ada  gap  yang  cukup  besar  dalam  hal  pengetahuan  dan  pemikiran  jangka  panjang  yang  dimiliki  manajemen  puncak 

(12)

dengan  kebutuhan  ketrampilan  dan  tindakan  yang  harus  dilakukan  di  level  operasional. 

 

Media sosialisasi yang dapat digunakan di Dynaplast diantaranya: 

‐ melalui poster yang menonjolkan tujuan dari penerapan SMK yang baru 

‐ rapat pagi (morning meeting) 

‐ rapat koordinasi (mingguan) 

‐ public folder 

‐ kotak saran   

Keefektifan  sosialisasi  harus  terus  dipantau  dengan  melakukan  wawancara  secara acak kepada wakil seluruh level karyawan ataupun audit internal seperti  ISO  untuk  memastikan  sejauh  mana  pemahaman  karyawan  akan  tujuan  SMK,  metode dan prosedur dari SMK itu sendiri dalam kaitannya dengan visi dan misi  perusahaan. 

 

4.2.4. Analisis Manfaat Variabel Kinerja 

Didalam  siklus  PDCA  khususnya  tahap  evaluasi  (check)  di  mana  dilakukan  evaluasi  kinerja  aktual  terhadap  target  tentunya  akan  dapat  ditemukan  kondisi  di  mana  masih  begitu  banyak  variabel  yang  targetnya  belum  tercapai.  Apabila  semua  tindakan  perbaikan  dilakukan  secara  bersamaan  akan  sangat  memakan  waktu,  biaya  dan  tenaga  di  mana  efektifitasnya  juga  dapat  diragukan  akibat  tindakan  yang  dilakukan  kurang  fokus.  Untuk  itu  perlu  dilakukan  penentuan  prioritas variabel mana yang perlu didahulukan dilakukan perbaikan. Salah satu  cara  untuk  menentukan  prioritas  adalah  dengan  memberikan  pembobotan  terhadap  masing‐masing  variabel  kinerja.  Akan  tetapi  karena  besarnya  bobot 

(13)

yang  diberikan  bersifat  sangat  subyektif  maka  pembobotan  dilakukan  dengan  metode Group Decision Making‐Multi Criteria, yaitu: 

1. Memberikan variabel kinerja usulan ke tiap Departemen 

2. Setiap  Departemen  menunjuk  lima  orang  yang  dapat  mewakili  seluruh fungsi baik dari dalam Departemen tersebut maupun dari  Departemen  lain  yang  memiliki  kepentingan  atas  pencapaian  variabel  kinerja  untuk  melakukan  pembobotan  pada  masing‐

masing variabel 

3. Setiap variabel kinerja diberi bobot 1 – 10, variabel yang dianggap  paling penting diberikan bobot yang paling besar sedangkan bobot  yang  kurang  penting  diberikan  bobot  lebih  rendah.  Total  bobot  untuk semua variabel kinerja harus sama dengan 100 

4. Jumlahkan  bobot  dari  semua  penilai  dan  hitung  rata‐rata  bobot  dari masing‐masing variabel 

5. Urutkan  variabel  kinerja  mulai  dari  yang  rata‐rata  bobotnya  terbesar  hingga  yang  terkecil  untuk  menggambarkan  tingkat  kepentingan varaibel kinerja mulai dari yang paling prioritas atau  paling penting. 

 

Selanjutnya  tindakan  perbaikan  diprioritaskan  pada  variabel  yang  belum  mencapai target dengan bobot terbesar. Dan untuk variabel kinerja dengan bobot  yang sama maka tindakan perbaikan didahulukan untuk variabel yang gap‐nya  terbesar. 

Contoh  pemberian  bobot  dapat  dilihat  pada  variabel  kinerja  Departemen  QA  pada Tabel 4.5. 

   

(14)

Tabel 4.5. Contoh Pembobotan Variabel Kinerja 

VARIABEL KINERJA FORMULA

PENILAI-1 PENILAI-2 PENILAI-3 PENILAI-4 PENILAI-5 TOTAL RATA-RATA Keluhan Pelanggan Berulang % complaint atau defect yang

berulang terjadi

9 10 10 9 10 48 9.6

Tingkat layanan

Jumlah komplain yang dapat diselesaikan dan memuaskan,

dalam kesempatan pertama 10 9 9 10 9 47 9.4

Efektifitas penanganan Keluhan Pelanggan % customer complaint yang

berhasil diselesaikan 9 10 9 9 10 47 9.4

Waktu penyelesaian keluhan pelanggan

Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan customer

complaint 10 9 9 9 10 47 9.4

Critical defect Jumlah retur karena ditemukan

critical defect dicustomer 10 9 10 9 9 47 9.4

Daya tanggap

Rata-rata waktu yang diperlukan untuk merespon komplain

konsumen 9 10 9 10 8 46 9.2

Ketepatan kualitas % produk yang dikirim tanpa defect ke customer

8 9 10 8 8 43 8.6

Keluhan pelanggan & retur Jumlah customer complaint/returm

pada periode waktu tertentu 7 6 9 7 8 37 7.4

Cacat produk

Jumlah produk 'gagal produksi' dibandingkan dengan total produk

yang diproduksi 7 8 7 7 8 37 7.4

Major defect Jumlah retur karena ditemukan

major defect dicustomer 8 8 7 8 6 37 7.4

Jumlah complaint baru per bulan

Jumlah complaint yang merupakan isue baru pada item

yang baru setiap bulan 7 7 7 7 8 36 7.2

Minor defect Jumlah retur karena ditemukan

minor defect dicustomer 6 5 4 7 6 28 5.6

TOTAL 100.0 BOBOT

4.2.5. Pelatihan yang Diperlukan 

Pelatihan  dapat  berupa  lingkup  pemahaman  secara  global  SMK  itu  sendiri  sampai  dengan  penggunaan  alat‐alat  bantu  yang  akan  digunakan.  Sehingga  secara  spesifik  kebutuhan  pelatihan  untuk  menerapkan  SMK  di  Dynaplast  meliputi: 

1. Pelatihan cara pengumpulan data dan input data baik yang menggunakan  hard copy maupun soft copy 

2. Pelatihan  untuk  menyamakan  persepsi  data  yang  digunakan  untuk  mengukur kinerja 

3. Pelatihan penggunaan formula dalam mengevaluasi kinerja 

4. Pelatihan untuk menyamakan persepsi mengenai target yang dimaksud  5. Pelatihan  bagaimana  cara  menggunakan  data  variabel  kinerja  untuk 

mengevaluasi hasil kerja dan rencana perbaikan ke depan. 

(15)

6. Pelatihan  mengenai  tools  yang  dapat  digunakan  untuk  meningkatkan  kinerja  seperti  Fishbone  analysis,  Why‐why  analysis,  SPC,  7  QC  Tools,  Six  Sigma, R&R Gage Analysis dan lain‐lain 

7. Pelatihan  untuk  meningkatkan  kompetensi  karyawan  baik  soft  competencies maupun hard competencies 

8. Pelatihan  untuk  meningkatkan  kinerja  saat  ini  seperti  pelatihan  trouble  shooting, total productive maintenance dan safety  

 

4.2.6. Alokasi Sumber Daya 

Penentuan  sumber  daya  berkaitan  dengan  siapa  yang  bertanggung  jawab  mengukur,  mengevaluasi  dan  mendiagnosis  serta  mengambil  keputusan  untuk  menindaklanjuti penyimpangan yang terjadi. Hal ini penting ditekankan karena  sebaiknya  ada  pihak  independent  sehingga  evaluasi  dan  diagnosiss  dilakukan  secara  obyektif.  Proses  pengukuran,  pengumpulan  data  dan  evaluasi  sedapat  mungkin dibuat secara komputerisasi agar tidak menyita waktu kerja produktif. 

Dynaplast  dapat  menunjuk  Departemen  ISO  yang  berada  dibawah  Business  Development untuk melakukan audit secara reguler untuk memastikan kebenaran  data  yang  digunakan  untuk  pengukuran  variabel  kinerja,  tindak  lanjut  atas  variabel kinerja yang belum tercapai, efektifitas dari tindakan yang direncanakan  serta  memastikan  variabel  kinerja  ditinjau  secara  regular  untuk  disesuaikan  dengan kondisi persaingan dan tuntutan stakeholder.  

 

4.2.7. Display 

Pencapaian  kinerja  harus  disosialisasikan  agar  setiap  karyawan  terlibat  mengetahuI sampai sejauh mana kinerja yang dihasilkan, dan apa yang menjadi  target.  Akan  lebih  baik  lagi  jika  display  tersebut  dilengkapai  dengan  rencana  tindakan perbaikan dan pencegahan yang mencantumkan PIC (Person In Charge), 

(16)

target  dan  status  sehingga  semua  team  yang  terlibat  concern  untuk  melaksanakannya. 

Display  sebaiknya  juga  tidak  mencantumkan  banyak  uraian  yang  bersifat  kualitatif,  sedapat  mungkin  berupa  angka  atau  grafik  yang  sederhana,  mudah  dibaca dan mudah dimengerti. Contoh display dapat dilihat pada Lampiran 18. 

 

4.2.8. Performance Appraisal 

Untuk  menjalankan  SMK  dengan  konsisten  maka  dibutuhkan  komitmen  dari  semua  level  karyawan  untuk  mencapai  kinerja  yang  sudah  ditargetkan.  Salah  satu  cara  untuk  memacu  karyawan  agar  mencapai  target  kinerja  yang  diharapkan  maka  sebaiknya  pencapaian  kinerja  juga  dikaitkan  dengan  performance  appraisal.  Saat  ini  Dynaplast  telah  memiliki  sistem  performance  appraisal  dua  tahun  sekali  yaitu  di  ulan  Juni  dan  Desember,  akan  tetapi  sistem  performance  appraisal  yang  ada  belum  cukup  obyektif,  belum  dikaitkan  dengan  pencapaian  kinerja  dan  belum  sampai  level  operasional.  Untuk  memperbaiki  sistem performance appraisal saat ini maka dapat dilakukan beberapa hal berikut: 

1. Membuat acuan penilaian untuk setiap aspek Performance Appraisal seperti  yang tertera di Form Penilaian (Performance Appraisal) pada Lampiran 19. 

Untuk  setiap  aspek  performace  appraisal  kemudian  dibuatkan  acuan  penilaian  agar  setiap  penilai  memiliki  standard  penilain  yang  sama  seperti contoh acuan penilaian Performance Appraisal pada Lampiran 20. 

2. Untuk memacu karyawan agar mencapai target kinerja yang diharapkan  maka  sebaiknya  pencapaian  kinerja  juga  dikaitkan  dengan  performance  appraisal    sampai  ke  level  operasional.    Contoh  acuan  penilaian  dalam  hubungannya  dengan  pencapaian  kinerja  level  operasional  dapat  dilihat  pada Lampiran 21. 

(17)

3. Membuat  Form  Catatan  Karyawan  agar  penilaian  dilakukan  secara  obyektif,  berdasarkan  data  dan  bukan  berdasarkan  subyektifitas  atau  ingatan  penilai.  Contoh  Form  Catatan  Karyawan  dapat  dilihat  pada  Lampiran 22. 

                                             

Referensi

Dokumen terkait

Dengan beberapa permasalahan di atas, dapat dirasakan bahwa perencanaan dan perancangan kampus Fakultas Teknik UNISKI di Kayuagung sangatlah dibutuhkan,

Dalam praktiknya, dengan adanya program lapor bupati masyarakat lebih mudah menyalurkan keluhan serta aspirasinya, Masyakarat lebih dipermudah untuk mengirimkan

Hasil tersebut menyimpulkan bahwa algoritma yang sudah digunakan pada penelitian sebelumnya terbukti keakuratannya dan hasil dari pengolahan saluran termal citra

Melalui kegiatan diskusi, peserta didik dapat membuat peta pikiran tentang pencegahan penyakit yang menyerang organ pencernaan manusia dengan baik3.

Dalam penelitian ini dilakukan perkawinan silang antara itik Alabio dan Mojosari untuk meningkatkan performa itik lokal terutama dalam hal produksi dan kualitas telur

Setelah mengobservasi pada pembelajaran menulis, ditemukan ada beberapa masalah yang mengakibatkan hasil keterampilan menulis siswa kelas III SD Negeri 1 Grenggeng

kalisari damen Surabaya, 10 Desember 2017.. Jadi, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat baca anak di taman baca kampung pemulung kalisari damen Surabaya antara

Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan kompos sampah kota berpengaruh nyata terhadap berat basah tajuk, berat kering tajuk, berat basah akar dan