PENGENDALIAN KEHILANGAN AIR JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PDAM TIRTA DHARMA
KOTA MALANG
CONTROL OF WATER LOSS DISTRIBUTION NETWORK
Ervando Tommy Al-Hanif dan Arya Rezagama
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro E-mail :*ervandot@gmail.com
Abstrak
Kehilangan Air merupakan salah satu penyebab buruknya kinerja Perusahaan Air Minum. Umumnya PDAM yang kehilangan airnya tinggi, tidak akan mampu memenuhi permintaan kebutuhan air yang tidak pernah menurun, selalu meningkat. Akibatnya PDAM kekurangan biaya. Karena kekurangan biaya, maka PDAM tidak mempu mengaklokasikan dana untuk program penurunan kehilangan air, sehingga dengan sendirinya kehilangan air tidak pernah turun, bahkan akan semakin meningkat. Zona dieng 1B yang dibahas tentang kehilangan air. Maka untuk mengurangi atau meminimalkan tingkat kehilangan air dibutuhkan solusi yang tepat. Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah metode pengendalian NRW (Non Revenue Water), selain itu dengan metode infrastructure leakage index (ILI). Tingkat kehilangan dapat dinyatakan dengan perbandingan antara kehilangan air dan jumlah air yang didistribusikan ke dalam pipa jaringan distribusi. Tingkat kehilangan air dapat diketahui melalui kehilangan air fisik dikurangi kehilangan non fisik. Nilai ILI dihitung dengan menggunakan Tabel Matriks Target Kehilangan Air. Hasil analisis menunjukan bahwa tingkat kehilangan air di DMA Dieng 1B PDAM Tirta Dharma Kota malang sebesar 6579,4 m³/3 bulan dengan kerugian Rp 26.642.094,3 ,-/ 3 bulan. Nilai ILI sebesar 45,3 dengan tekanan inlet rata-rata 4,95m termasuk dalam golongan D. Nilai ILI berdasarkan Tabel Matriks Target Kehilangan Air yang menunjukan nilai >16 yang berarti nilai kebocoran 200 l/sambungan/hari.
Kata kunci : PDAM Tirta Dharma Kota Malang, Zona Dieng 1B, Kehilangan, air, Non Revenue Water
Abstract
Water loss is one causes of the poor performance of the drinking water company.
Generally PDAM who loses the water high , it won’t be able to meet demand for water that never decreasing, will always increase. As a result pdam lack of the cost. Because lack of the cost, make PDAM can’t allocating the fund to reduction water losses program, so water losses never decrease by self, even will increase. Dieng 1B Zone that will be discussed abaut waterlosses. To reduce or minimize water losses rate needed the right solution. One of the solutions that can be applied is a method of controlling NRW (Non Revenue Water), besides that with insfrastructure leakage index (ILI) method. Water losses for can be expressed with a comparison between the loss of water and the amount of water that is distributed into the pipeline distribution network. The rate of water losses can be known through reduced physical water loss loss non physical. The value is calculated using ILI Matrix Target water losses table. The result shows if rate of water losses from Dieng 1B Zone PDAM Tirta Dharma Kota Malang is 6579,4 m³/3 months with financial loss Rp 26.642.094,3 ,-/ 3 month.
The value of ILI is 45,3 with pressure an inlet of the average 4,95 m included in group D.
The matrix ILI from the table target loss of water showing value>16 which means value leakage 200 l / connection / day .
Keywords: PDAM Tirta Dharma Kota Malang, Dieng 1B Zone, Losses, water, Non Revenue Water.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Air minum adalah salah satu kebutuhan dasar bagi kualitas dan keberlanjutan kehidupan manusia. Oleh karenanya air minum mutlak harus tersedia dalam kuantitas (jumlah) dan kualitas yang memadai. Saat ini, air yang ada terganggu jumlah dan kualitasnya akibat aktivitas manusia sehingga tidak layak dikonsumsi secara langsung.
Diperlukan prasarana dan sarana air minum untuk merekayasa agar air yang disediakan oleh alam dapat aman dan sehat dikonsumsi (Permen PU No.20,2006). Hal inilah yang dijadikan pertimbangan untuk mengelola sumber daya air dan penggunaannya untuk kelangsungan masa depan. Maka perlu diadakan suatu sistem dimana sistem tersebut dapat mengelola dan memberi suplai air bagi konsumen.Sistem yang diperlukan adalah Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) merupakan usaha untuk membuat suatu jaringan pipa transmisi air yang mengalirkan air baku ke tempat pengolahan air minum yang kemudian menyalurkan air minum kepada masyarakat (konsumen) agar dapat menerima pasokan air dalam jumlah yang merata melalui jaringan pipa distribusi.
Pengolahan air dapat dilakukan dengan sistem sederhana maupun dengan pengolahan kompleks, sesuai dengan tingkat kaulitas air baku yang memperngaruhi tingkat pengolahannya dan juga kebutuhan air yang diperlukan.
Oleh karena itu, dalam penyaluran dibutuhkan sistem distribusi air ke pelanggan, harus bekerja dengan baik agar air dapat mencukupi kebutuhan
pelanggan. Aspek sistem distribusi adalah hal penting yang harus diperhatikan.
Di dalam sistem penyediaan air bersih, salah satu hal yang harus diperhatikan adalah masalah kehilangan air selama proses distribusi. Mengingat kehilangan air dapat diasumsikan dengan kehilangan pendapatan pihak PDAM, serta mengurangi jumlah pasokan air ke konsumen, maka pemahaman terhadap jenis-jenis kehilangan air serta cara mengatasinya sangat di perlukan.
Air Tak Berekening (ATR) merupakan salah satu penyebab buruknya kinerja Perusahaan Air Minum. Bila dihitung sebagai persentase selisih air yang terjual terhadap air yang diproduksi.
Tingkat kehilangan air PDAM di Indonesia sangat bervariasi. Beberapa PDAM memiliki tingkat kehilangan air hanya sekitar 20 persen bahkan kurang, tetapi banyak juga yang mencapai 60 persen atau lebih. Menurut data resmi Departemen Pekerjaan Umum, rata-rata kehilangan air PDAM di Indonesia mencapai sekitar 37 persen, Dengan tingkat kehilangan air 37 persen, peluang pendapatan yang hilang mencapai Rp 1,139 triliun per tahun.
Secara lebih rinci, tingkat kehilangan air di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1 dibawah ini.Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa hanya 4 persen PDAM yang kehilangan airnya kurang dari 100 liter per sambungan per hari. Sedangkan yang kehilangan air antara 100 hingga 400 liter per sambungan per hari mencapai 76 persen.
Yang kehilangan airnya sangat tinggi, di atas 400 liter per sambungan per hari mencapai 23 persen.
Tabel 1. Tingkat Kehilangan Air di Indonesia
Kehilangan Air
(liter/samb/hari) Jumlah PDAM (%)
Volume Air
(m3/tahun) Nilai (Rp)*)
<100 4 3.728.447 5.592.670.500
100-200 36 42.214.047 63.321.070.500
200-400 40 157.354.48 236.031.972.000
400-600 13 79.866.384 119.799.576.000
> 600 10 476.563.637 714.845.455.500 Total 759.727.163 1.139.590.744.500
*) Asumsi : Harga air rata-rata Rp 1.500 per meter kubik
Sumber : BPPSPAM Kementrian PU, 2008
Bila diasumsikan harga air rata- rata Rp 1.500 per meter kubik, maka kerugian yang timbul akibat air yang hilang mencapai Rp 1,139 triliun per tahun. Total kerugian tertinggi yang mencapai Rp 714 miliar ditanggung oleh 10 persen PDAM, dengan volume air yang hilang mencapai 476 juta meter kubik per tahun.
Umumnya PDAM yang
kehilangan airnya tinggi, tidak akan mampu memenuhi permintaan kebutuhan air yang tidak pernah menurun, selalu meningkat. Akibatnya PDAM kekurangan biaya. Karena kekurangan biaya, maka PDAM tidak mempu mengaklokasikan dana untuk program penurunan kehilangan air, sehingga dengan sendirinya kehilangan air tidak pernah turun, bahkan akan semakin meningkat.
Demikian siklus ini selalu berulang, sehingga semakin lama kehilangan air semakin bertambah buruk (lihat gambar 1.1.).
Siklus itu akan berbalik, apabila PDAM bersedia mengalokasikan dana untuk program penurunan kehilangan air.
Akibatnya, kehilangan air akan menurun, sehingga PDAM mampu memenuhi permintaan kebutuhan air yang selalu meningkat. Pendapatan PDAM akan meningkat akibat PDAM bisa menjual air lebih banyak, sehingga mampu membiayai program kehilangan air.
Siklus ini menyebabkan kehilangan air akan menurun, dan pendapatan semakin lama semakin meningkat terus. Keadaan ini yang harus diciptakan oleh setiap pengelola penyedia air, syaratnya memahami tentang kehilangan air dan
dampaknya bagi operasi pengelolaan penyedia air minum.
Sesungguhnya air tak berekening di Indonesia lebih besar pada permasalahan kehilangan air fisik, yang disebabkan oleh infrastruktur yang sudah tua, bahan pipa yang kurang baik dan kurangnya pemeliharaan. Kehilangan air komersial yang ada, kurang lebih mengakibatkan kehilangan setengah dari kehilangan fisik, sehingga perlu perhatian khusus. Penyebab kehilangan air di Indonesia, antara lain sebagian besar PDAM tidak memiliki meter induk yang akurat, meter air yang tidak pernah diganti sehingga akurasinya menurun, dan pencurian air (Pedoman Penurunan Non Revenue Water (Nrw) Atau Air Tak Berekening (Atr), Kementrian Pekerjaan Umum,2008).
Gambar 1. Lingkaran Setan Kehilangan Air
Sumber : BPPSPAM Kementrian PU, 2008
Di Indonesia PDAM yang menjadi percontohan dalam pengendalian kehilangan air salah satunya adalah PDAM Tirta Dharma Kota Malang. Manajemen dalam pengendalian kehilangan air yang dilakukan oleh PDAM Tirta Dharma Kota Malang telah menunjukan fluktuasi persentase kehilangan yang menurun dimana pada tahun 2009 sebesar 38,8% , tahun 2010 sebesar 41,56%, tahun 2011 sebesar 33,6%, tahun 2012 sebesar 31,43%, tahun 2013 sebesar 25,66%, tahun 2014 sebesar 19,05%, dan tahun 2015 sebesar 18,6%. Penurunan kehilangan air PDAM Tirta Dharma melngalami penurunan yang signifikan dimana dari tahun 2009 sebesar 38,8% dan pada tahun 2015 bisa diturunkan hingga ke angka 18,6%. Namun, persentase angka tersebut berdasarkan rata-rata kehilangan air dari zona-zona pelayanan PDAM Thirta Dharma Kota Malang, dalam strategi penurunan kehilangan air PDAM Tirta
Dharma Kota Malang membagi wilayah zona menjadi SubZona atau disebut District Meter Area (DMA) agar memper mudah dalam analisi neraca air untuk kehilangan air. (PDAM Thirta Dharma Kota Malang, 2016).
Dalam laporan kerja praktik ini, wilayah studi yang penulis analisis pengendalian kehilangan air adalah wilayah pelayanan zona Dieng pada DMA Dieng 1B.
Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dari kegiatan kerja praktik adalah :
Tingkat kehilangan air pada Distribusi DMA Dieng 1B di PDAM Tirta Dharma Kota Malang
Strategi Penurunan Kehilangan Air di PDAM Tirta Dharma Kota Malang.
Penanggulangan Kehilangan Air di PDAM Tirta Dharma Kota Malang.
Tujuan Kerja Praktik
Tujuan dari kerja praktik ini adalah :
1. Menganalisis Tingkat Kehilangan Air pada Sistem Distribusi DMA Dieng 1B di PDAM Tirta Dharma Kota Malang.
2. Mengkaji strategi Penurunan Kehilangan Air di PDAM Tirta Dharma Kota Malang.
3. Mengkaji penanggulangan Kehilangan Air di PDAM Tirta Dharma Kota Malang.
GAMBARAN UMUM
Sejarah PerusahaanSistem penyediaan air bersih di Kota Malang sudah ada sejak zaman Pemerintahan Belanda dan kegiatan penyediaan air minum untuk kota besar Malang dimulai sejak tanggal 31 Maret 1915, yang kemudian egiatan persediaan air minum tersebut dikenal dengan nama Waterleiding Verordening Kota Besar Malang.
Pemerintah Belanda memanfaatkan air dari sumber air Karangan yang saat ini
terletak di wilayah Kabupaten Malang untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Kota Malang. Pada tahun 1928 dengan menggunakan sistem penyadap berupa Broncapturing, air yang berasal dari sumber-sumber tersebut ditransmisikan secara gravitasi pada reservoir Dinoyo dan Betek.
Akibat perkembangan penduduk yang semakin pesat dan kebutuhan akan air bersih yang semakin meningkat, pada tahun 1935 Pemerintah Daerah Kota Malang menyusun program peningkatan debit air produksi dengan memanfaatkan sumber Binangun yang saat ini terletak di wilayah Kota Batu sebesar 215 liter / detik.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 1974 Tanggal 18 Desember 1974, Unit Air Minum berubah status menjadi Perusahaan Daerah Air Minum. Sejak itu Perusahaan Daerah Air Minum Kota Madya Malang mempunyai status Badan Hukum dan mempunyai hak otonomi dalam pengelolaan air minum.
Pertumbuhan jumlah penduduk Kota Malang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan air bersih, sehingga untuk memenuhi dan demi menjaga kelangsungan pelayanan air pada konsumen selama 24 jam secara terus menerus, PDAM Kota Malang menambah kapasitas produksi dengan mengelola Sumber Air Wendit yang berada di wilayah Kabupaten Malang dan beberapa mata air di Kota Malang dengan menggunakan sistem perpompaan.
Menjawab isu strategis nasional dimana air minum merupakan kebutuhan dasar manusia untuk memenuhi aspek kesehatan disamping sebagai faktor pendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatkan derajat secara nasional sangat tergantung pada kemampuan dalam pelayanan penyediaan air minum, maka Perusahaan Daerah Air Minum Kota Malang berupaya meningkatkan pelayanan pada masyarakat akan pemenuhan kebutuhan air minum yang memenuhi baku mutu syarat kualitas air minum.
Sebagai salah satu perwujudan peningkatan pelayanan khususnya dalam peningkatan kualitas air yang diproduksi oleh PDAM Kota Malang, diterapkan program Zona Air Minum Prima (ZAMP) dengan pilot projek di Perumahan Pondok Blimbing Indah Kota Malang. Program ini secara teknis dibantu oleh Perpamsi bekerjasama dengan United States Agency for Internasional Development (USAID).
Pada program ZAMP ini air bisa langsung diminum dari kran tanpa harus melalui proses pengolahan secara konvensional yaitu dimasak. Program ini telah dikembangkan untuk daerah pelayanan dari Tandon Mojolangu yang saat ini sudah mencapai 15.000 pelanggan. Hal dimaksud sebagai upaya penerapan PP Nomor 16 Tahun 2005 dimana air yang didistribusikan oleh PDAM kepada masyarakat pada tahun 2008 harus berkualifikasi air minum.
Proses Distribusi-Transmisi
Proses transmisi dan distribusi air bersih PDAM Kota Malang dilakukan dengan dua sistem, yaitu perpompaan dan gravitasi. Hal ini disesuaikan dengan kondisi bentang alam yang ada, seperti kontur unit-unit di lapangan.
Gambar 2. Diagram Proses Produk Sumber Air dan Kapasitas Reservoir
PDAM Kota Malang memiliki beberapa sumber air dalam melayani keseluruhan wilayah cakupan Kota Malang. Terdapat 14 sumber titik air dan 19 reservoir yang melayani 13 zona pelayanan.
Berikut data debit yang dihasilkan sumber air dan volume masing-masing reservoir yang ada di Kota Malang:
Tabel 2 Produksi Air PDAM Kota Malang Tahun 2015
Tabel 3. Volume Reservoir
Sumber : PDAM Kota Malang
Strategi Pengendalian Kebocoran Kehilangan air atau kebocoran air harus ditangani secara serius karena menimbulkan kerugian bagi PDAM.
Strategi PDAM Kota Malang untuk memperkecil angka kebocoran air yaitu dengan mambagi zona-zona kawasan bermeter atau District Meter Area(DMA).
Hal ini memudahkan PDAM Kota Malang untuk menganalisis tekanan dan aliran air dalam jaringan perpipaan di wilayah- wilayah yang bermasalah sehingga angka kebocoran air dapat diperkecil.
Gambar 3. Konsep DMA PDAM Kota Malang
Sumber : PDAM Kota Malang Pressure Management
Pressure Management (manajemen tekanan) ialah strategi memperkecil angka kehilangan air dengan memperhatikan besarnya tekanan yang ada di dalam pipa transmisi. Karena sebagian besar kebocoran terjadi karena tekanan di pipa yang terlau tinggi sehingga menyebabkan pipa tidak dapat menahan tekanan yang sedang terjadi.
Penerapan manajemen tekanan dapat dilakukan dengan menggunakan PRV (Pressure Reducer Valve). PRV diletakkan pada tiap pipa-pipa induk (tambahin grafik PRV)
Water Balance
Water Balance atau Neraca Air adalah salah satu bentuk audit air yang sederhana dimana pada PDAM Kota Malang ini neraca air pada Manajemen Kehilangan air digunakan untuk mengontrol air yang didistribusi ke pelanganggan dikorelasikan dengan debit air yang dikoreksi sehingga dapat memantau tingkat kehilangan air pada sistem distribusi, dalam neraca air pada lapangannya juga memeriksa akan tekanan di titik kritis dan perawatan DMA guna untuk memantau peralatan dan sistem distribusi di jaringan distribus.
Water Balance juga mengatur dititik-titik mana perlu dilakukan pengecekan kebocoran baik dengan cara menberikan tugas ke bagian ALC untuk kehilangan fisik dan CM untuk kehilangan Non-fisik, karena semua data kehilangan air akan dipantau dan diaudit di bagian ini.
Comercial Losses
Salah satu bentuk upacaya dalam penangan kehilangan air secara non-fisik, dimana pada bagian ini sangat penting karena air yang hilang tidak terlihat maka perlu dilakukan pemantaun setiap hari dengan cara pemantauan pada meteran air, maupun pada sambungan yang ditutup.
Paling tidak setiap hari ada sekitar 100 SR yang diperiksa sesuai indikasi kebocoran yang diberikan oleh bagian water balance.
Response Work Order
Bagian ini adalah penangan keluhan pelanggan apabila ada air yang mengalir atau bertekanan kecil sehingga pada jam puncak kadang tidak mengalir sama sekali, maka diperlukan pengcekan penyebab terjadinya aliran tidak mengalir sebelum melakukan pengecekan pada pelanggan maka perlu pengecekan pasokan air pada daerah tersebut, pengecekan dilakukan pada meteran air, juga tekanan pada meteran terdekat lainnya.
Active Leakage Control
Penting bagi pengelolaan kebocoran yang efektif dari segi biaya dan efisien. Konsep memantau aliran-aliran ke dalam zona-zona, atau kawasan bermeter (DMA) – dimana semburan dan kebocoran tidak dilaporkan – saat ini merupakan satu teknik yang sudaa lama ada dan diterima di tingkat internasional untuk menentukan dimana aktivitas-aktivitas lokasi kebocoran harus dilakukan. Semakin cepat operator menganalisis data aliran DMA, semakin cepat semburan atau kebocoran dapat diketahui lokasinya.Ini, bersama dengan perbaikan yang cepat, membatasi total volume air yang hilang.
Dalam pelaksanaanya PDAM Kota Malang memiliki penjadwalan tiap minggunya dalam melakukan deteksi kebocoran. Pelaksanaan dilaksanakan tiap 3 hingga 4 kali dalam satu minggu.
Awareness Locate Repair (ALR)
Tidak hanya mencari lokasi saja, PDAM Kota Malang juga melakukan perbaikan langsung terhadap lokasi-lokasi yang dianggap dan telah terdeteksi kebocoran. Hal ini dilakukan dengan
segera karena PDAM Kota Malang sadar bahwa sangat penting menanggulangi kebocoran air yang sudah terdeteksi guna menyelamatkan asset perusahaan agar tidak menjadi kerugian.
Manajemen Aset
Kualitas alat-alat yang digunakan juga berpengaruh tinggi terhadap efektifitas operasional. Dengan alat-alat seperti water meter, RPS, Logger, pipa, dengan kualitas tinggi menunjang operasional jangka panjang. Diharapkan dengan penggunaan alat-alat tersebut PDAM Kota Malang dapat lebih menekan angka kebocoran yang ada.
Fasilitas Penunjang Perusahaan Di fasilitas penunjang terdapat beberapa peralatan penting antara lain:
1. Ruang Chlorinator:
Tempat untuk membubuhkan chlor.
2. Ruang Panel Induk Listrik PLN:
Tempat panel listrik yang utama.
3. Laboratorium:
Sebagai tempat untuk mengecek kualitas air minum sebelum didistribusikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kebijakan dan Strategi Penanggulangan Kebocoran Strategi Top Manajemen
Strategi yang dilakukan PDAM Tirta Dharma Kota Malang dalam penurunan kehilangan air menggunakan strategi “segitiga terbalik”, gambar segitiga terbalik dapat dilihat pada gambar 5.1. Langkah pertama pembentukan DMA atau area sub zona yang kemudian dilihat neraca airnya, maka akan didapatkan nilai kebocorannya, pada pengaplikasiannya langkah pertama ini sudah diterapkan dengan baik, dimana penentuan awal pengendalian kebocoran dilakukan oleh supervisor water balance. Langkah kedua yaitu setelah melakukan perhitungan neraca air maka akan melakukan pengelompokan DMA sesuai tingkat kebocorannya, pada pengaplikasiannya sudah diterapkan dengan benar dimana apa
bila persentase NRW <20 % maka termasuk super DMA, 50 % < NRW > 20
% rekomendasinya adalah tindakan penurunan NRW dengan deteksi kebocoran fisik, jika >50% maka akan dilakukan evaluasi jaringan DMA.
Langkah ketiga adalah deteksi kebocoran langsung pada lapangan, dilapangan pendektesian yang dilakukan oleh PDAM Tirta Dharma Kota Malang dengan melakukan step test, pertama dengan pemasangan ultrasonic flow meter, tetapi pada kenyataanya dilakukan tanpa pemasang ultrasonic flow meter hanya dengan menggunakan logger yang terpasang pada meteran inlet DMA, keadaan ini tidak mempengaruhi dalam pembacaan debit pada steptest, kemudian valve di setiap ruas di dalam DMA ditutup secara sistematik dan berurutan. Tahap ini pasti akan diketahui ruas mana yang ada indikasi kehilangan airnya tertinggi.
dilanjutkan dengan mencari titik bocor di ruas – ruas prioritas hasil dari steptest, dengan menggunakan instrument deteksi kebocoran seperti groundmicrophone.
Pada saat dilapangan strategi yang disusun telah dilaksanakan dengan baik, hal ini menunjukan jika komitmen yang dilakukan oleh PDAM Tirta Dharma Kota Malang telah dilaksanakan dengan sesuai.
Gambar 4. Strategi Segitiga Terbalik Sumber : PDAM Kota Malang, 2016
Selain itu komitmen yang dibangun oleh PDAM Kota Malang yaitu dengan membentuk manajemen kehilangan air maka dari itu akan ada anggaran untuk penurunan kehilangan air dan juga yang lebih penting adalah kebutuhan SDM yang handal untuk mengisi organisasi tersebut karena setiap personel sudah diberi tugas dan tanggung jawab , seperti spv DMA
yang bertugas membentuk dan mengevaluasi DMA begitu juga spv Water balance juga mempunyai tanggug jawab melaporkan neraca air per bulan serta memonitorong semua meter induk DMA.
Pada prakteknya bagian kehilangan air setiap hari melakukan evaluasi DMA secara bergantian dan menganalisis jaringan serta melakukan perwatan dan penindakan perbaikan guna mencegah kebocoran, jadi penanganan kehilangan air atau kebocoran di PDAM Malang merupakan strategi yang dilakukan dan diterapkan secara rutin setiap harinya.
Jadi, komitmen PDAM Tirta Dharma Kota Malang dalam melakukan penurunan kehilangan air telah sesuai dengan strategi yang dibentuk pada lapangannya.
Tren dan Target Kebocoran
Kehilangan air pada PDAM Tirta Dharma Kota Malang telah dapat dikendalikan sehingga kehilangan air bisa ditekan dan tidak perlu menambah produksi, karena pada konsep lama kebocoran air akan ditutup dengan menambah kuantitas produksi dan tidak memperpaiki kebocoran, PDAM Malang sendiri menerapkan pengendalian kebocoran menjadi sebuah manajemen sendiri dimana tahap awal dalam tugasnya adalah memantau neraca air atau water balance, yaitu menghitung NRW di semua DMA yang terbentuk, kemudian dibuat prioritas DMA yang akan diturunkan NRWnya berdasarkan kriteria prosentase NRW tertinggi. Kehilangan air atau NRW PDAM Kota Malang pada tahun 2015 dan 2016 (hingga bulan Juli) dapat dilihat padaa Gambar 5 Grafik Tren NRW PDAM Kota Malang
Gambar 5. Grafik Tren NRW PDAM Kota Malang
Sumber : PDAM Kota Malang, 2016 Dari grafik diatas penurunan NRW dari tahun 2015-2016 mengalami penurunan NRW dimana misal kita ambil contoh pada bulan Juli 2015 sebesar 22,31% dengan bulan Juli 2016 keduanya memiliki selisih sebesar 5,99% dimana Juli 2016 sebesar 16,32%. Grafik tersebut menunjukan tren NRW PDAM Kota Malang secara menyeluruh, bila dijabarkan secara detail maka dapat dilihat pada tabel 4 Laporan Water Balance Tabel 4. Laporan Water Balance
PDAM Kota Malang membuat patokan/range prosentase NRW di DMA bila NRW > 50% rekomendasinya adalah evalusi DMA, sedangkan bila 50 % <
NRW > 20 % rekomendasinya adalah tindakan penurunan NRW. Pada salah satu DMA pada PDAM Tirta Dharma Kota Malang, yaitu DMA Dieng 1B akan menjadi pembahasan yang akan dianalisis kebocorannya. Grafik kebocoran DMA Dieng 1B dapat dilihat dari Gambar 6 Grafik NRW Dieng 1B.
Jan uari
Feb ruar i
Mar etApri
l MeiJuni Juli Agustus Sep tem ber
Okt obe r
Nov em ber
Des em ber NRW Kota Malang 2015 20,722,013,019,811,120,522,319,620,915,718,318,3 NRW Kota Malang 2016 19,916,916,119,917,117,816,3
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
NRW Kota…
Gambar 6 Grafik Dieng 1B Sumber : PDAM Kota Malang, 2016 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebocoran
Berdasarkan pengamatan lapangan dan analisis kehilangan air, maka penyebab kehilangan air di PDAM Tirta Dharma Kota Malang adalah yang pertama akurasi meteran air, yaitu kesesuaian ukuran menter dengan debit penggunaan pelanggan, pada kasus ini bagian manajemen kehilangan air hanya mengevaluasi dan memantau selanjutnya untuk ditugaskan kepada bagian pasang meter yang akan menindak lanjut di lapangan. Tipe kelas Meter, tipe kelas meter di PDAM Kota Malang ini menggunakan tipe Kelas B dimana masih belum sepenuhnya ke tipe ini, dan masih melakukan pergantian, terutama pergantian pada tipe-tipe kelas B yang telah berumur 10 tahun untuk di ganti ke tipe kelas C dimana akurai meter kelas C ±2%.
Kesalahan penanganan data tidak terlalu besar, karena sudah manajemen sistem informatif cukup baik. Namun masih perlu direview dan dievaluasi kembali tatacara untuk pembacaan meter dan penanganan data data pembacaan meter. Untuk sambungan liar atau bypass tidak ditemukan dalam pengamatan selama kerja praktek di PDAM Kota Malang, sehingga gangguan pada faktor ini menjadi seperti tidak ada. Umur pipa dan umur valve juga menjadi faktor kebocoran, dimana penggantian pipa PVC yang sudah tua diganti dengan pipa PE atau HDPE yang memiliki kekuatan lebih dari PVC yang mudah pecah jika terkenan tekanan dari luar, sedangkan gate valve diganti jika valve telah ber umur 10 tahun atau
mengalami kerusakan, biasanya pipa tua mengalami kerusakan seperti macet, sehingga valve tidak bisa di buka atau pun ditutup, bahakan pada valve terjadi rembesan pada sambungan jika karet valve sudah aus, hal ini merupakan salah satu penyebab hilangnya air. Maintenance dan operasional pergantian atau pemasangan valve dan pipa, ini merupakan air yang tak berekning dan tak bermeter karena air akan keluar selama pergantian dan pemasangan kembali pipa dan valve, sehingga air ini merupakan NRW, oleh karena ini kecepatan pengerjaan mempengaruhi juga terhadap kehilangan air.
Strategi Pengurangan Kehilangan Air
Analisis Pembagian Zona / Area Bermeter ( District Meter Area / DMA ) Area Bermeter atau DMA pada PDAM Kota Malang adalah salah satu pendekatan pengendalian kebocoran dimana memantau kebocoran dengan menggunakan pemasangan rangkaian meter induk dalam inlet DMA dengan rangkaian dari inlet yaitu strainer kemudian water mater dilanjutan PRV dimana pada water mater dan PRV terdapat sambungan logger untuk mencatat debit dan tekanan pada inlet DMA tersebut dengan skala setiap 1 jam dan pengiriman data ke kantor satu hari sekali. Rangkaian DMA dapat dilihat pada gambar 7 dibawah ini
Gambar 7. Rangkaian DMA Sumber : PDAM Kota Malang, 2016
Dasar pendekatan DMA pada PDAM Kota Malang yaitu pembagian jaringan kedalam zona-zona hidrolis yang lebih kecil berdasarkan wilayah dan pengukuran secara terus menerus terhadapa pengaliran dan tekanan, dengan
Januar i
Februa ri
Ma ret Apr
il Me i Jun
i Juli NRW DIENG 1B 2016 32,0059,0053,0061,0062,0061,0054,00
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
tujuan sebagai analisa neraca air, memperioritaskan aktifasi deteksi kebocoran, meminilakan kesulitan penanganan apabila terjadi gangguan dalam jaringan distribusi, dan mempermudah dalam pemeliharaan dan menekan tingkat kebocoran yang terjadi.
Tugas dari supervisior DMA pada PDAM Kota Malang adalah sebagai berikut :
Membuat simulasi model hidrolika DMA
Membuat batas-batas perencanaan DMA
Melakukan pemasangan katup batas atau batas permanen pada DMA
Melakukan evaluasi teknan pada titik kritis pada saat pembentukan DMA
Memperbarui GIS jaringan pipa distribusi dan aksesorisnya
Membuat laporan bulanan.
Prosedur dalam melakukan pembentuka DMA PDAM Kota Malang adalah sebagai berikut :
1. Analisi Peta Jaringan ( Titik Rencana batas DMA ).
2. Permodelan Hidrolika (Analisi Jaringan dengan Aplikasi )
3. Analisi Tekanan dilapangan ( Pemasangan Batas Katup DMA dan Pemasangan logger pada titik kritis selama 1 hari) 4. Analisis DMA Sempurna (
Analisis hasil data logger dan Pemasangan Blind Valve ).
Kriteria yang ada dalam mendesain DMA di PDAM Kota Malang, adalah :
1. Peta Jaringan
2. Hanya ada satu inlet dalam satu DMA
3. Jumlah pelanggan 500 SR – 1000 SR
4. Elevasi tanah menjadi pertimbangan untuk daerah dataran tertinggi
5. Pemisahan zona berdasarkan pipa existing
6. Batas DMA berdasarkan untilitas ( Sungai, Selokan, Rel Kereta, Jalan Raya, Topografi)
Konsep Area Bermeter ( District Meter Area / DMA )
DMA dipandang sebagai sistem yang besar dalam kontek untuk memonitor aliran dari sumber(pengolahan air). Dalam ini DMA dibagi menjadi beberapa zona dalam wilayah dan setiap zona dianalisi kehilangan airnya secara terpisah dengan menggunakan neraca air. Dalam pemasangannya DMA pada PDAM Kota Malang meliliki standar DMA sebagai berikut :
1. Satu inlet DMA
2. Isolasi daerah dengan Blind Valve
3. Strainer
4. Meter Induk / Water meter 5. Pressure Relief Valve(PRV) 6. Katup Step Test Resilent Dalam DMA apa bila terdapat lebih dari 1 jaringan sekunder masuk pada DMA maka akan ditutup dengan menggunakan blind valve ini dilakukan agar tidak terjadi aliran balik atau tumpukan aliran, dan saluran sekunder yang dipilih sebagai inlet DMA adalah saluran sekunder yang titik elevasinya yang paling tinggi, tapi tidak menutup kemungkinan bila yang dipilih tidak dengan elevasi tinggi tetapi dengan tekanan yang besar dan dapat memenuhi analisa hidrolika jatringan distribusi dalam pembentukan DMA, dan pada titik terjauh dari inlet atau titik kritis akan dipantau tekanannya agar tetap tepenuhi dengan menggunakan logger.
Di PDAM Kota Malang dibagi menjadi 11 zona wilayah pelayanan seperti pada gambar 8
Gambar 8. Peta Zona Wilayah Jaringan Distribus PDAM Kota Malang Sumber :Data PDAM Tirta Dharma Kota Malang, 2016
Gambar 9 Wilayah Distribusi DMA Dieng 1B
Sumber : Data PDAM Tirta Dharma Kota Malang,2016
Skema jalur distribus sendiri dari DMA 1B Dieng sendiri berada pada zona Istana Dieng. Sumber Zona Dieng Berasal dari mata air Gunung Kawi kemudian disalurkan ke Reservoir Dieng dan disalurkan ke daerah distribusi Zona Dieng. Volume Reservoir Dieng sendiri sebesar 29.856 m³/Bulan. Dari Zona Dieng akan dibagi menjadi 4 DMA yaitu, 1A, 1B, 2, dan 3. Pembagian ini guna untuk mempermudah dalam mengendalikan kebocoran. Skema SPAM Kota Malang sendiri dapat dilihat pada gambar 10
Skematik SPAM Kota Malang ( Rantai Pasok)
Gambar 10 Skematik SPAM Kota Malang ( Rantai Pasok)
Sumber : Data PDAM Tirta Dharma Kota Malang,2016
Pada PDAM Tirta Dharma Kota Malang debit dan tekanan di critical point dapat dilihat pada Gambar 11
Gambar 11 Grafik Tekanan Inlet, Tekanan Critical Point, dan Debit DMA Dieng 1B Sumber : Data PDAM Tirta Dharma Kota
Malang,2016
Dari grafik tekanan dan debit tersebut dapat dilihat dari analisis hidrolika yang dimodelkan terdapat perbedaan sebesar 1,7m. Tekanan dicritical point watercad yaitu sebesar 10,93 dan tekanan Critical Point pada lapangan sebesar 9,23, dimana memenuhi kriteria pada PDAM Tirta Dharma Kota Malang dengan ketentuan minimum sebesar 0,5 bar atau 5,1 m H2O. Analisis dengan menggunakan watrercad dapat dilihat pada Gambar 12 Grafik Tekanan Critical Point Lapangan dengan Analisis Critical Point Watercad.
00.00- 01.0001.00-
02.0002.00- 03.0003.00-
04.0004.00- 05.0005.00-
06.0006.00- 07.0007.00-
08.0008.00- 09.0009.00-
10.0010.00- 11.0011.00-
12.0012.00- 13.0013.00-
14.0014.00- 15.0015.00-
16.0016.00- 17.0017.00-
18.0018.00- 19.0019.00-
20.0020.00- 21.0021.00-
22.0022.00- 23.0023.00-
24.00 DEBIT PEMAKAIAN 2,3 1,6 1,5 1,7 2,2 4,4 9,2 9,6 8,9 6,8 5,6 5,5 5,9 6,7 4,9 5,3 6,1 7,4 8,6 6,0 4,0 3,8 3,0 2,1 Tekanan 5,1 5,1 5,1 5,1 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 5,1 5,1 5,1 5,1 5,1 5,1 5,1 5,1 Tekanan Rata-Rata 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 Tekanan CP 13, 12, 13, 9,9 9,0 7,5 7,0 7,6 7,8 7,8 8,6 8,6 8,6 9,0 8,9 7,9 8,1 7,5 8,8 9,2 9,5 9,6 10, 10, Tekanan Rata-Rata CP 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2
0,00 5,00 10,00
15,00 DEBITPEMAK
AIAN
Gambar 12 Grafik Tekanan Critical Point Lapangan dengan Analisis Critical
Point Watercad
Analisis Water Balance( Neraca Air ) Neraca Air atau bentuk sederhana dalam audit kehilangan air yaitu
memahami seberapa besar air yang memasuki sistem memahi penggunaan air dan air yang hilang.
INPUT SISTEM = KONSUMSI AIR + AIR TAK BEREKENING
Neraca air ini sangat penting karena dapat dijadikan sebagai kerangka dalam menilai kondisi kehilangan air dalam PDAM, sebagai benchmarking dan komunikasi antar PDAM, dan sebagai alat dalam merencanakan dalam strategi penurunan kehilangan air di PDAM.
Dalam Buku Pedoman Penurunan Non-Revenue Water (NRW) Atau Air Tak Berekening (ATR) Departemen Pekerjaan Umum BPP SPAM progam bantu untuk menghitung neraca air menggunakan “WB EASY CALC” yang diterbitkan oleh Limberger and Partener.
Pola pemakaian air dicari dengan mengukur debit yang masuk pada DMA Dieng 1B untuk setiap 24 jam dengan menggunakan alat ukur pada inlet DMA yang tersambung dengan data logger dipasang pada awal jalur distribusi DMA atau sebelum masuk daerah pelayanan dapa dilihat pada Tabel 5 Data Pola Pemakaian Air di DMA Dieng 1B.
Tabel 5. Data Pola Pemakaian Air di DMA Dieng 1B
NO JAM
DEBIT PEMAKAIAN
DEBIT RATA- RATA
l/s l/s
1 00.00-01.00 2,33 5,17
2 01.00-02.00 1,64 5,17
3 02.00-03.00 1,50 5,17
4 03.00-04.00 1,72 5,17
5 04.00-05.00 2,28 5,17
6 05.00-06.00 4,42 5,17
7 06.00-07.00 9,22 5,17
8 07.00-08.00 9,67 5,17
9 08.00-09.00 8,92 5,17
10 09.00-10.00 6,89 5,17
11 10.00-11.00 5,61 5,17
12 11.00-12.00 5,58 5,17
13 12.00-13.00 5,92 5,17
14 13.00-14.00 6,78 5,17
15 14.00-15.00 4,94 5,17
16 15.00-16.00 5,36 5,17
17 16.00-17.00 6,11 5,17
18 17.00-18.00 7,44 5,17
19 18.00-19.00 8,64 5,17
20 19.00-20.00 6,08 5,17
21 20.00-21.00 4,06 5,17
22 21.00-22.00 3,89 5,17
23 22.00-23.00 3,00 5,17
24 23.00-24.00 2,14 5,17
RATA-RATA 5,17 5,17
Jumlah air yang didistribusikan sesuai dengan pembacaan pada data logger meter air DMA Dieng 1B selama bulan Mei-Juli 2016 dapat dilihat pada Tabel 6 Debit air Bulan Mei-Juli 2016
Tabel 6 Debit air Bulan Mei-Juli 2016
Bulan DMA Diameter Q inlet m³ Billing m³ SR
Mei 1B 100 11523,6 4408,6 227
Juni 1B 100 11222,8 4354,6 227
Juli 1B 100 10649,3 4894,6 227
Rata-Rata 11131,9
(m³/3 bln)
4552,6 (m³/3bln) 227
Sumber : Data PDAM Tirta Dharma Kota Malang,2016
Dengan mengacu pada Tabel diatas, kita dapat menghitung persentase
00.00- 01.00 01.00- 02.00 02.00- 03.00 03.00- 04.00 04.00- 05.00 05.00- 06.00 06.00- 07.00 07.00- 08.00 08.00- 09.00 09.00- 10.00 10.00- 11.00 11.00- 12.00 12.00- 13.00 13.00- 14.00 14.00- 15.00 15.00- 16.00 16.00- 17.00 17.00- 18.00 18.00- 19.00 19.00- 20.00 20.00- 21.00 21.00- 22.00 22.00- 23.00 23.00- 24.00 Tekanan CP 13, 12,13, 9,9 9,0 7,5 7,0 7,6 7,8 7,8 8,6 8,6 8,6 9,0 8,9 7,9 8,1 7,5 8,8 9,2 9,5 9,6 10, 10, Tekanan Analisis Watercad CP 10, 10,10, 10,10, 10,10,10, 10,10, 10,10, 10,10, 10,10, 10,10, 10,10,10, 10,10, 10,
0,00 5,00 10,00 15,00
Tekanan CP
atau besarnya kehilangan air, adapun perhitungannya :
NRW = [ (Qinlet – Qbilling) / Qinlet ] x 100%
NRW = [ (11131,9-4552,6) / 11131,9 ] x 100%
=59,1 %
Kebocoran dalam m³ = 59,1% x 11131,9
= 6578,95 m³ / 3bln
= 26315,81 m³ / tahun
= 2192,98 m³ / bln
= 73,09 m³ / hari Menghitung nilai persentase kehilangan air dari pelanggan, dengan akurasi meter air kelas C ± 2% :
% Kehilangan Air Pelanggan
= 2% x 1131,9 m³ / 3 bln
= 22, 638 m³ / 3bln
= 9,552 m³ / tahun
= 7,546 m³ / bln
= 0, 251 m³ / hari
Debit rata-rata antara bulan Mei – Juli 2016 yang masuk sebesar 11131,9 m³/3 bln.
Dari kehilangan di meter pelanggan sebesar 22, 638 m³ / 3bln
PDAM Tirta Dharma Kota Malang, mengenakan tarif air rata-rata sebesar Rp.
4.035,71/ m³,- dan biaya produksi distribusi sebesar Rp. 1.618,13/ m³,- dengan keuntungan per m³ sebesar Rp.
2.417,6 ,-
Dari biaya yang ditagih selama 3 bulan maka harga air
Air terjual = 11131,9 m³ / 3bln x 4.035,71/ m³
= Rp. 44.925.120,15 m³ / 3bln.
Kerugian akibat kebocoran
= 6578,95 m³ / 3bln x 4.035,71/ m³
= Rp. 26.550.734,3,- m³ / 3bln
Kehilangan air pelanggan
= 22, 638 m³ / 3bln x 4.035,71/ m³
= Rp.91.360,- m³ / 3bln.
Kehilangan air total
= Rp. 26.642.094,3,- m³ / 3bln
Untuk investasi dalam pengurangan kehilangan air ini dalam satu DMA bisa diperkerakan sebesar Rp. 200.000.000,- , apabila dalam 3 bulan mengalami kerugian sebesar Rp. 26.642.094,3,- atau sebesar 59,1%, kemudian penanganan kehilangan air ditingkatkan menjadi 20% atau menurunkan persentase sebesar 39,1%
sebesar Rp. 17.626.157,1 ,- per 3 bulan maka bila dalam 5 tahun dapat menghemat sebesar Rp. 352.523.142,- dimana pada investasi dapat balik modal dengan keuntungan sebesar Rp. 152.523.142,- Perhitungan Neraca Air
1. Debit yang masuk Mei-Juli
= 11131,9 m³ / 3bln
2. Konsumsi Bermeter Berekening
= 4552,6 m³ / 3bln
3. Ketidakakuratan meter air
= 22,638 m³ / 3bln
4. Kehilangan Air = Q masuk – konsumsi resmi
= 11131,9-4552,6
= 6579,4 m³ / 3bln
5. Kehilangan Fisik = Kehilangan Air- kehilnagan Non teknis
= 6579,4 – 22,638
= 6556,76 m³ / 3bln
Dari perhitungan dengan diatas dapat dilihat pada tabel 7 Perhitungan Neraca Air :
Dari perhitungan dengan “WB-Easy Calcs” dapat dilihat pada tabel 8 Perhitungan Neraca Air :
Tabel 8. Perhitungan Neraca Air
Dari hasil perhitungan dengan
menggunakan “WB-Easy Calcs” dan juga secara manual didapatkan hasil yang tidak terlalu signifikan dalam analisi nerca air kehilangan air.
Menghitung NRW menggunakan ILI :
Data di DMA 1B Dieng :
Pipa PVC Diameter 150 : 1,3 km Pipa PVC Diameter 75 : 0,2 km Pipa PVC Diameter 50 : 2,7 km Pipa PE Diameter 100 : 0,4 km Pipa PE Diameter 75 : 0,4 km Pipa PE Diameter 50 : 0,2 km JUMLAH TOTAL : 5,2 km Jumlah Sambungan Rumah : 227 SR Tekanan Rata-Rata : 4,59 m Panjang Pipa Dinas : 0,001 km MAAPL (l/hari)
= [ (18 x 5,2 km) + (0,8 x 227) + 25 x 0,227] x 4,59 m
= 1289,2 l/hari x 365
= 470.563,9 l/tahun CAPL
= 6579,4 m³ / 3 bln
= 26.317.600 l/tahun ILI =CAPL / MAAPL
= 26.317.600 l/tahun / 470.563,9 l/tahun
= 45,3
Dengan tekanan rata-rata 4,59m dan nilai ILI 45,3, maka kebocoran di DMA 1B Dieng termasuk dalam golongan D ( Nilai ILI>16). Jika dibandingkan dengan tekanan rata-rata 4,59 m (mendekati 10m), maka didapatkan
kebocoran > 200 l/sambungan/hari.
Sedangkan berdasarkan perhitungan menggunaka “WB-Easy Calcs” kebocoran di DMA 1B Dieng juga termasuk dalam Golongan D, dapat dilihat dari Tabel 9 Indikator Kerja
Tabel 9 Indikator Kerja
Tabel 10 Matriks Target Kehilangan Air
Sumber : BPPSPAM Kementrian PU, 2008 Analisis Comercial Losses ( Kehilangan Air Komersial / Non-Fisik )
Penangan kehilangan air non fisik pada PDAM Kota Malang adalah sebagai salah satu alat kontrol kehilangan air yang disebabkan oleh beberapa masalah yang timbul dikarenakan oleh akurasi meter, kesalahan pembacaan dan penangan data dan sambungan liar serta pencurian, dalam hal ini pengendalian ini lebih ke lapangan melihat penangan langsung serta bekerjasama dengan bagian Manajemen Distribusi tepatnya pada pasang meter.
Dalam hal ini pada saat pemantauan lapangan tidak ditemukan akan pencurian air atau sambungan liar.
Akurasi meter yang ada pada PDAM
Malang berdasarkan meter air kelas B dan C pada pelanggan dengan pemasangan meter air baru dengan meter air kelas B tetapi pada sambungan yang lama masih menggunakan meter air C kelemahan meter air B adalah hanya dapat dipasang secara horizontal dan tidak bisa dipasang secara vertical, berbeda dengan kelas C yang bisa dipasang secara vertikal maupun horizontal dan memilik ketelitian lebih tinggi, main eror dalam kelas C sebesar 2% dan kelas B sebesar 5% atau lebih, ukuran meter di PDAM Kota malang berdasarkan debit yang digunakan oleh pengguna. Kesalahan pembacaan biasanya di back up oleh tenaga yang dikerahkan oleh bagian ini, karena pembacaan dilakukan oleh bagian hubungan dan pelanggan, terkadang masih mengalami kesalahan, maka perlu dilakukan pembacaan ulang oleh tenaga yang dikerahkan di bagian comercial losses tetapi hanya pada beberapa sambungan rumah dalam sehari, yang didasarkan pada pemakaian air yang mencolok selama beberapa bulan kebelakang setelah dipantau rekeningnya, dapat dilihat pada tabel 11 Pemaiakaian Air Pelanggan untuk di Survei.
Tabel 11 Pemakaian Air Pelanggan untuk di Survei
NO nama dma No.sa
luran peri ode
pemakaian pr
d-3 pr d-2
pr d-1
pr d+1
pr d+2
1 IST.
DIENG
1B 1152
20 201
605 90 30 2 0 0
2 IST.
DIENG
1B 1089
79 201
605 0 1 2 0 0
3 IST.
DIENG
1B 1280
88 201
605 0 0 47 0 0
4 IST.
DIENG
1B 1335
02 201
605 1 0 0 0 0
5 IST.
DIENG
1B 1402
31 201
605 21 22 6 0 0
6 IST.
DIENG
1B 1205
22 201
605 53 26 29 1 1
7 IST.
DIENG
1B 1102
14 201
605 13 43 60 45 46
8 IST.
DIENG
1B 1069
30 201
605 3 16 0 0 0
9 IST.
DIENG
1B 0979
90 201
605 17 15 18 11 35 10
IST.
DIENG
1B 0987
39 201
605 2 0 1 0 0
Sumber : Data PDAM Tirta Dharma Kota Malang, 2016
Dapat dilihat diatas sebagai contoh no.saluran 115220 dimana pada periode -3 sebesar 90 L kemudian periode -2 menurun drastis menjadi 30 L, pada periode pantau menjadi 2 L, dan pada periode proyeksi menunjukan penurunan signifikan sebesar 0 L dan 0 L pada periode + 1 dan +2, maka saluran yang menunjukan fluktuasi pemakain yang tidak wajar seperti ini, akan dilakukan survei, untuk melihat dan menindak apakah ada kecurangan pelanggan.
Analisis Active Leakage Control ( Kehilangan Air Fisik )
Analisis Kehilangan Air Fisik yang dilakukan oleh PDAM Tirta Dharma Kota Malang didasarkan pada hasil rekapitulasi data neraca air. Kemudian setelah didapat nilai kehilangan air, dilakukan pemasangan valve pada siang hari.
Pemasangan tersebur dilakukan untuk melakukan step test di beberapa titik jalur distribusi. Step Test sendiri dilakukan pada malam hari antara pukul 23.00 hingga 01.00 WIB. Metode step test dilakukan dengan menggunakan isian blanko seperti pada tabel 12 Tabel Blanko Steptest.
Tabel 12 Blanko Steptest
Sumber : Data PDAM Tirta Dharma Kota Malang, 2016
27/07/2016 WAKTU
V1 V2 V3 V4 JAM Tekanan
MULAI O O O C 23;00 0.9 2,21
STEP 1 C O O C 1 23;10 0.9 1,63 0,589 175 0,0034 Rendah
STEP 2 C C O C 2 23;20 0.9 0,80 0,823 23 0,0358 Tinggi
STEP 3 C C C C 3 23;30 0.9 0,11 0,690 32 0,0216 Tinggi
INLET C C C C Inlet 23;40 0.9 0,00 0,112 4 0,0280 Tinggi
SELESAI O O O C 234
0,001 - 0,0049RENDAH 0,005 - 0,019 SEDANG
0,02 TINGGI
Mengetahui, Disetujui Oleh, Dibuat Oleh,
Manager Kehilangan Air Asmen Pengendalian Kehilangan Air Supervisor ALC Wilayah Barat
SUWITO,ST SUTJIBTO,S.KOM ARIF CHRISTIANSYAH
BLANKO ISIAN STEP TEST DMA PENGUKURAN DENGAN WMA STEP
BOCORAN PIPA YANG DIPANTAU
DEBIT (L/dtk)
KEHILANGAN AIR
(L/dtk) dSR dQ/dSR KELAS BOCOR
Dengan melihat debit aliran yang masuk pada meteran air inlet DMA. Ketika mulai melakukan steptest pertama kita akan melakukan pencatatan debit masuk , setelah itu valve steptest ditutup dari titik yang paling jauh, kemudian dicatat kembali debit yang masuk, kemudian lakukan hal yang sama dengan menutup valve-valve berikutnya, dari blanko tersebut akan diketahui kelas bocornya, pada kelas bocor sedang dan tinggi akan dilakukan deteksi kebocoran dengan deteksi menggunakan ground microphone.
Cara kerja dari ground microphone sendiri adalah dengan mendeteksi getaran, pipa yang bocor biasanya mengeluarkan bunyi getaran yang berbeda dari getaran yang dikeluarkan oleh pipa yang tidak bocor, kemudian suara dari getaran pipa tersebut yang dideteksi, tetapi kelemahan dari ground microphone adalah jika pada saat pendeteksian tersebut terdapat getaran dari luar seperti kendaraan roda dua maka getaran tersebut akan ikut terekam sebagai suara, oleh karena itu dapa saat melakuka step test harus dalam keadaan yang tenang.
Nilai kelas bocor pada PDAM Tirta Dharma Kota malang ini didasarkan pada selisih debit masuk pada setiap penutupan valve dibagi dengan jumlah sambungan rumah yang ada.
Ketika sudah ditemukan titik kebocoran maka akan dilakukan pemberian tanda pada titik tersebut berupa pewarnaan menggunakan pilok dan memberikan order pada bagian perawatan atau ALR (Awareness, Localized,and Repair) untuk dilakukan perbaikan.
Pressure Management ( Manajemen Tekanan )
Manajemen Tekanan yang dilakukan oleh PDAM Tirta Dharma Kota Malang dilakukan untuk memantau berjalannya analisis hidrolika yang dilakukan oleh bagian District Meter Area.
Ketentuan tekanan pada critical point minimum sebesar 0,5 bar pada setiap jalur distribusi DMA. Tekanan berhubungan erat dengan kebocoran, semakin tinggi tekanan maka semakin tinggi kebocoran
juga. Menurunkan tekanan berdampak langsung dengan penurunan kebocoran, sehingga oleh PDAM Tirta Dharma Kota Malang ini melakukan manajemen tekanan pada kebocoran dengan melakukan anilisis data tekanan dan kebocoran setiap hari, kemudian melakukan pengaturan setting PRV pada beberapa titik jalur untuk mendapat tekanan yang memenuhi dan menurunkan kebocoran.
Data awal yang digunakan pada manajemen tekanan ini adalah data persentase dari bagian neraca air. Dengan data tersebut langsung dapat memantau tekanan pada daerah kebocoran yang tinggi untuk segera melakukan pengendalian. Selain itu untuk menjaga keakuratan PRV PDAM Tirta Dharma Kota Malang juga melakukan maintenance yang lakukan setiap harinya, maintenance berupa pembersihan PRV dan kalibrasi PRV, serta pengecekan pada meter air terdekat.Pengukuran tekanan dengan menggunakan data logger selama 24 jam dapat dilihat dari tabel 13 Tabel Data Tekanan, Tekana CP dan Analisis CP Watertacad pada PDAM Tirta Dharma Kota Malang
Tabel 13 Data Tekanan, Tekana CP dan Analisis CP Watertacad pada PDAM Tirta Dharma Kota Malang
Dari tabel tekanan tersebut dapat dilihat dari analisis hidrolika yang dimodelkan terdapat perbedaan sebesar
1,7m. Tekanan dicritical point watercad yaitu sebesar 10,93 dan tekanan Critical Point pada lapangan sebesar 9,23, dimana memenuhi kriteria pada PDAM Tirta Dharma Kota Malang dengan ketentuan minimum sebesar 0,5 bar atau 5,1 m H2O.
Review Utilitas Pemeliharaan dan Operasional
Pipa
Satandar Oprasional Perusahaan PDAM Tirta Dharma Kota Malang adalah seperti berikut setiap penggantian jaringan pipa distribusi harus dilakukan berdasarkan rencana yang dibuat oleh perencanaan teknik dan telah disetujui oleh Direksi. Pelaksanaan penggantian jaringan distribusi harus berdasarkan Surat Perintah Kerja penggantian jaringan pipa distribusi dari Kepala Unit pengembangan distribusi air kepada pelaksana penggantian jaringan pipa distribusi. Diadakan penilaian untuk memastikan bahwa penggantian jaringan pipa distribusi telah sesuai dengan prosedur yang berlaku, dengan cara mencocokkan. Hasil penyelesaian pekerjaan harus dibuatkan berita acara penggantian jaringan pipa distribusi air yang disampaikan oleh pelaksana kepada kepala unitnya dan bagian yang meminta penutupan tersebut. Serta standar jenis pipa yang digunakan dalam jaringan distribusi adalah PE atau HDPE.
Pada lapangan standar tersebut telah diterapkan dengan benar dan baik, tetapi ada beberapa kendala yang memungkinkan untuk tidak mengikuti SOP yang ada, sebagai contoh ketika pergantian pipa berdasarkan jalur peta rencana teknis PDAM ber ukuran 3 dim tetapi ketika pergantian dilapangan ukuran pipa lapangan hanya sebesar 2dim , maka dari itu perlu melakukan pembuatan SPK setelah dilakukan kerja agar tidak terjadi keterlambatan pengerjaan. Jenis Pipa yang digunakan untuk pergantian adalah pipa HDPE atau PE, tetapi pada lapangan masih banyak yang menggunakan pipa PVC.
Gate Valve
Standar Oprasional Perusahaan PDAM Tirta Dharma Kota Malang adalah
seperti berikut, berdasarkan rencana pengendalian aliran air ke suatu wilayah, kepala unit pengendalian distribusi air membuat Surat perintah Kerja (SPK) Penutupan dan penggantian valve jaringan distribusi air. Berdasarkan SPK tersebut pelaksana menuju lokasi valve untuk melakukan penutupan dan atau penggantian valve sesuai dengan kebutuhan untuk menjadikan air mengalir normal ke pelanggan Setelah penutupan valve selesai dilakukan. Pelaksana melengkapi SPK yang sekaligus menjadi laporan bahwa pembukaan valve jaringan distribusi air telah dilaksanakan. Kepala unit Pengendalian Distribusi Air kemudian mencocokkan SPK yang diterima dari pelaksana penutupan atau penggantian dengan SPK yang ada pada arsip sementara untuk menilai bahwa penutupan atau penggantian valve jaringan distribusi air telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Kepala unit Pengendalian Distribusi Air kemudian menyimpan kedua SPK tersebut sebagai dokumen.
Pada lapangan penggantian valve dilakukan untuk valve yang berusia lebih dari 10 tahun dengan valve baru, valve baru yang digunakan bermerk AVK, seperti pada gambar 17.
Penggantian valve dilakukan untuk pembaruan, hal ini dapat untuk mengurangi kehilangan air yang terjadi pada rembesan valve. Deibandingkan dengan SOP yang ada pekerja telah memnuhi standar sop yang ada, karena disetiap pekerjaan supervisior dan asistennya harus mengawasi pengerjaan agar tidak terjadi trouble.
5.3.3 Meteran Air
Meteran air baik pada inlet maupun sambungan rumah di PDAM Tirta Dharma Kota Malang memiliki SOP tersendiri, dimana Meteran pada inlet DMA itu setiap harinya secara ruti pergantian, harus dibersihkan strainernya tetapi pada lapangan ketika ada manhole yang susah untuk dibuka maka strainer tidak dibersihkan untuk sementara waktu.
Sedangkan pada meteran sambungan rumah memiliki ketentuan sendiri, dimana sekarang pemasangan baru menggunakan meteran kelas C dengan merk NWM dan ukuran meterean berdasarkan oleh pemakaian air, tetapi pada kenyataanya terkadang masih ada kesalahan pada penggunaan ukuran meteran air, sehingga mengakibatkan headloss. Penggantian meter air dilakukan setiap 10 tahun sekali dengan kondisi normal, apa bila terdapat gangguan atau masalah pada meter air makan akan dilakukan pergantian.
Spesifikasi Meter air ASM sendiri adalah jenis Rotary Pstone Volumetric.
Mengadopsi prinsip piston rotary volumetric pengukuran dengan kesesuaian dengan ISO 4064 kelas C / D. Sensitivitas tinggi memungkinkan akurat measur ement bahkan pada tingkat aliran rendah dari 41 / jam . Tidak ada batasan lokasi untuk instalasi. Akurasi tidak akan terpengaruh di mana pun dipasang di horisontal, pipa vertikal atau miring.
Daftar disegel dengan cairan khusus untuk menjaga membaca jelas dalam pelayanan jangka panjang. Bagian mekanis menggunakan bahan berkualitas tinggi untuk memastikan kinerja yang stabil.
Meteran volumetrik, pada prinsip rotasi piston, sesuai dengan ISO 4064 Standar Kelas C atau Kelas D. Sensitivitas tinggi, pengukuran yang akurat bahkan pada laju alir rendah 4L / jam. Akurasi yang optimal dan kinerja setiap saat, dalam posisi apapun. Piston mengadopsi bahan berkualitas tinggi untuk memastikan kinerja yang stabil dan tahan lama. Daftar Liquid-disegel, membaca jelas jangka panjang dan mudah. (Anonim, 2016).
5.3.4 PRV
PRV pada jalur distribusi PDAM Tirta Dharma Kota Malang setiap hari juga harus di maintenance secara bergantian pada inlet dan outlet PRV, dimana tekanan harus sesuai dengan analisis hidrolika yang ada pada jaringan distribusi, agar dipastikan dapat berjalanan dengan baik. Sedangkan pada lapangannya untuk mantenance PRV sesuai dengan petunjuk
SOP dimana pengecekan dan perbaikan dilakukan sangat detail dilihat PRV sangat mempengaruhi dalam penyaluran air bersih di PDAM Kota Malang. Perwatan PRV harus dilakukan dari awal distribusi awal hingga mengecheck ke critical point, agar tekanan yang telah diatur dapat sesuai dengan permodelannya.
Pada setiap maintenance PRV harus diawasi oleh supervisior, pada kenyataanya supervisior selalu mengawasi dan memberikan arahan pada setiap tindakan yang dilakukan oleh pekerja.
Apabila supervisior tidak bisa untuk mengawasi maka asistesn supervisior lah yang mengawasi kegiantan maintenance.
Pada setiap kegiatan perawatan dilakukan dipagi hari, dan nanti di sore hari akan dilakukan pengecekan kembali tekanan yang telah dilakukan perawatan sehingga apakah nanti tekanan tersebut stabil atau tidak, pada lapangan tekanan pagi hari dan sire hari tidak mengalami perubahan drastis.
Cara kerja dalam PRV adalah piston atau diafragma, dimana air akan masuk dengan tekanan yang lebih tinggi, menaikan piston sehingga terjadi ekspansi akibat luas permukaan yang lebih besar.
Semakin besar luas permukaan maka semakin kecil tekanan yang dihasilkan.
Oleh sebab itu, tekanan output dari valve lebih rendah. Valve tekanan memiliki sekrup di bagian atas valve. Ini memungkinkan untuk menyesuaikan tekanan yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Data Logger
Data Logger pada PDAM Kota Malang digunakan untuk mencatat debit tekanan pada water meter dan di titik kritis. Data Logger digunakan untuk mencatat pada setiap jamnya dan ter integrasi ke internet sehingga mengirim data kekantor 1 hari sekali. Batrey yang ada di data logger mampu bertahan selama 4 tahun, tetapi pada kenyataannya dilapangan terkadang ada yang 2 bulan harus diganti, hal ini disebabkan karena faktor dari luar seperti kelembaban, suhu,
yang mempengaruhi batrai. Ketika battrey mulai habis maka akan memberikan tanda pada komputer kantor. Pengiriminan data 1 hari sekali juga salah satu upaya penghemtan battrey agar tidak cepat habis.
Data logger juga butuh perwatan dan pembersihan agar keakuratannya tetap terjaga. Perawatan data logger setiap hari dilakukan secara bergantian satu dan lainnya.
Sistem Kontrol
Sistem kontrol pada PDAM Tirta Dharma Kota Malang menggunakan Total Water Utility Integrated Network (TWUIN) dimana semua sistem tersambung dengan internet dan terintegrasi dengan komputer kantor, sehingga kantor lebih optimala dalam mengawasi dan mendeteksi jaringan distribusi. Jadi, semua sistem yang ada saling berkesinambungan satu sama lain seperti yang terlihat pada Gambar 5.19 TWUIN. Dalam pengembangannya sistem yang akan dibuat adalah sistem real monitoring, yaitu dimana semua sistem, mekanis dilapangan, data pada lapangan, dan pemantauan lapangan, dll. Dapat terintergerasi di dalam komputer kantor atau laptop kantor, sehingga dapat mempermudah dalam perawatannya, penanganannya, dll.
KESIMPULAN DAN SARAN
KesimpulanKesimpulan dari hasil analisis pengendalian kehilangan air jaringan distribusi DMA Dieng 1B di PDAM Tirta Dharma Kota Malang yang telah dilaksanakan selama kegiatan kerja praktek adalah :
1. Berdasarkan data lapangan DMA Dieng 1B, dengan membandingkan debit yang masuk kesistem selama 3 bulan dengan rekening yang ditagih didapat nilai NRW (Non Revenue Water) sebesar 6579,4 m³ / 3bln atau sebesar 59,1 % berdasarkan perhitungan analisis water balance.
Dengan kehilangan 59,1 % per 3 bulan, maka pihak PDAM Kota Malang mengalami kerugian sebesar Rp. 26.642.094,3,- m³ / 3bln pada DMA Dieng 1B. Dilihat dari nilai ILI ( Infrastructure Leakage Index ) pada tekanan rata-rata 4,95 m termasuk pada golongan D dan nilai ILI sebesar 45,3, nilai tersebut terletak pada range
>16 maka didapat nilai kebocoran 200 l/sambungan/hari, dimana kebocoran sangat parah, terjadi pemborosan sumber daya yang luar biasa. Program penurunan kebocoran menjadi keharusan dan harus diprioritaskan.
2. Strategi penurunan kehilangan air pada PDAM Tirta Dharma Kota Malang dengan membentuk DMA, kemudian memantau water balance DMA , dengan menghitung NRW setiap DMA dan selanjutnya membentuk skala prioritas DMA yang akan diturunkan NRWnya. PDAM Kota Malang membuat patokan prosentase NRW di DMA bila NRW
> 50% rekomendasinya adalah evalusi DMA, sedangkan bila 50 % < NRW
> 20 % rekomendasinya adalah tindakan penurunan NRW (ALC dan Comercial Losses). Jika <20% maka itu adalah super DMA.
3. Pengendalian dan penanggulangan kehilangan yang dilakukan PDAM Tirta Dharma Kota Malang, melaui evaluasi kerja dari supervisior manajemen kehilangan air.
Supervisior tersebut adalah spv. DMA yang membatasi dan menganalisa jaringan distribusi, spv. ALC mengendalikan kehilangan air fisik melalui Step Test, spv. CL yang mengevaluasi kehilangan air secara non fisik. Spv. PM mengevaluasi tekanan yang ada sehinggga air dapat terdistribusikan tanpa tekanan yang berlebihan atau kekurangan, dan spv.
WB menganalisa dan mengevaluasi NRW dan melakukan pembagian pekerjaan.