• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN INFECTION PREVENTION CONTROL DALAM PERSPEKTIF KEPERAWATAN MENGHADAPI PANDEMI COVID-19 : KAJIAN LITERATUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN INFECTION PREVENTION CONTROL DALAM PERSPEKTIF KEPERAWATAN MENGHADAPI PANDEMI COVID-19 : KAJIAN LITERATUR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN INFECTION PREVENTION CONTROL DALAM PERSPEKTIF KEPERAWATAN MENGHADAPI PANDEMI COVID-19 : KAJIAN LITERATUR

Dewanti Widya Astari1*, Fransisca Sri Susilaningsih2, Iqbal Pramukti2

1PMN RS Mata Cicendo, Jl. Cicendo No.4, Babakan Ciamis, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia 40117

2Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran, Gedung. L1 Lt. 2, Jl. Raya Bandung - Sumedang No.KM. 21, Hegarmanah, Kec. Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Indonesia 45363

*[email protected]

ABSTRAK

Penularan Covid-19 pada tenaga kesehatan hingga April 2020 mencapai 22.073 kasus di 52 negara dengan Case Fatality Rate di Indonesia 8,13 %. Pelaporan infeksi Health Care Workers Covid-19 belum tersampaikan secara akurat kepada WHO, sehingga angka tersebut belum mewakili realita secara global. Infection Prevention Control (IPC) menjadi esensial dimasa pandemi Covid-19 karena perannya sebagai acuan pengendalian infeksi di rumah sakit. Pendekatan ilmiah dan solusi pada IPC dirancang untuk mencegah risiko infeksi baik pada pasien maupun petugas kesehatan. Tujuan artikel ini adalah telaah literature terkait peran IPC dalam menghadapi Covid-19. Penelusuran menggunakan kata kunci (Infection Prevention Control) dan (Nurse) AND (Covid-19) pada 3 database yaitu PubMed, EBSCO dan Google Scholar. Artikel yang digunakan menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Terdapat 10 artikel sesuai kriteria eligibilitas yang telah ditentukan oleh peneliti. 10 artikel menyatakan IPC akan efektif apabila terdapat pelatihan dan pendidikan staf yang baik, kepemimpinan, metode untuk mengdidentifikasi serta proaktif pada tempat berisiko infeksi, kebijakan dan prosedur yang tepat serta koordinasi ke seluruh fasilitas pelayanan kesehatan. Manajemen IPC, Pemenuhan APD dan IPC Surveillance merupakan peran terpenting dalam menghadapi Covid-19.

Kata kunci: covid-19; infection prevention control; perawat

ROLE INFECTION PREVENTION CONTROL IN PERSPECTIVE NURSING FOR PANDEMIC COVID-19: LITERATURE REVIEW

ABSTRACT

Covid-19 transmission to health workers until April 2020 reached 22,073 cases in 52 countries with a Case Fatality Rate in Indonesia of 8.13%. Reporting of Covid-19 Health Care Workers infection has not been accurately conveyed to WHO, so this figure does not represent the reality globally. Infection Prevention Control (IPC) became essential during the Covid-19 pandemic because of its role as a reference for infection control in hospitals. The scientific approach and solutions to IPC are designed to prevent the risk of infection for both patients and healthcare workers. The purpose of this article is to examine the literature regarding the role of IPC in dealing with Covid-19. The search used keywords (Infection Prevention Control) and (Nurse) AND (Covid-19) on 3 databases, namely PubMed, EBSCO and Google Scholar. The articles used are in English and Indonesian. There were 10 articles according to the eligibility criteria determined by the researcher. 10 articles stated that IPC will be effective if there is good staff training and education, leadership, methods to identify and be proactive in places of risk of infection, appropriate policies and procedures and coordination across health care facilities. IPC Management, Compliance with PPE and IPC Surveillance are the most important roles in dealing with Covid-19.

Keywords: covid-19; infection prevention control; nurse

e-ISSN 2549-8134; p-ISSN 2089-0834

http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM

(2)

PENDAHULUAN

Covid-19 menjadi salah satu masalah kesehatan dunia sejak bulan Januari 2020 dan ditetapkan sebagai pandemi oleh World Health Organization pada tanggal 11 Maret 2020.

Pada 10 September 2020 kasus Covid-19 terkonfirmasi 27.738.179 kasus dan 899.916 angka kematian yang menimpa 215 negara (WHO, 2020). Di Indonesia, kasus pertama Covid-19 terkonfirmasi pada tanggal 2 Maret 2020 dan terus bertambah hingga saat ini pada tanggal 16 September terkonfirmasi 229.000 kasus dengan angka kematian 9100 kasus. Case Fatality Rate (CFR) di Indonesia adalah 8,13 % dan Recovery Rate 13,18 % (Herlina J & El- Matury, 2020) .

Perbandingan CFR dan RR merupakan karakteristik sangat penting dari penyakit serta sebagai indikator penting untuk penetapan prioritas dan mengenali kinerja sistem kesehatan.

PPNI pada tanggal 7 Oktober 2020 mencatat 115 dokter dan 96 perawat meninggal akibat Covid-19 (Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2020). Perkembangan kasus di Jawa Barat pada tanggal 7 Oktober 2020, terkonfirmasi 24.910 kasus dan 511 kasus kematian (pikobar.jabarprov.go.id, 2020). Sejak itu, angka kesakitan dan kematian terus bertambah dan berdampak pada tatanan pelayanan kesehatan (WHO, 2020). Dampak pada tatanan pelayanan kesehatan diantaranya dilakukan surveilans, pemeriksaan laboratorium, manajemen klinis, pencegahan dan pengendalian infeksi, pencegahan penularan, komunikasi risiko, pemberdayaan masyarakat dan pelayanan kesehatan esensial dalam menghadapi Covid-19 di semua fasilitas pelayanan kesehatan (Kementrian Kesehatan RI, 2020).

Pelaporan infeksi Health Care Workers Covid-19 belum tersampaikan secara akurat kepada WHO, sehingga angka tersebut belum mewakili realita secara global. Infection Prevention Control (IPC) menjadi bagian esensial dimasa pandemi Covid-19 karena perannya sebagai acuan pengendalian infeksi di rumah sakit. Pendekatan ilmiah dan solusi pada IPC dirancang dengan tujuan mencegah bahaya akibat infeksi baik pada pasien maupun petugas kesehatan.

Konsep epidemiologi, penularan penyakit, ilmu sosial dan penguatan sistem kesehatan menjadi pondasi utama. IPC menjadi perhatian khusus sehubungan dengan tingginya tingkat penularan Covid-19 dan risiko terhadap perawat sebagai tenaga kesehatan dengan jumlah terbanyak di Rumah Sakit. Tujuan dari artikel ini adalah telaah literature terkait peran IPC dalam menghadapi Covid-19.

METODE

Penelusuran literature dilakukan komprehensif menggunakan kata kunci (Infection Prevention Control) dan (Nurse) AND (Covid-19) pada 3 database yaitu PubMed, EBSCO dan Google Scholar. Artikel yang digunakan menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.

HASIL

Terdapat 10 artikel terpilih yang sesuai dengan kriteria eligibilitas yang telah ditentukan oleh peneliti. 10 artikel menyatakan IPC akan efektif apabila terdapat pelatihan dan pendidikan staf yang baik, kepemimpinan, metode untuk mengdidentifikasi serta proaktif pada tempat berisiko infeksi, kebijakan dan prosedur yang tepat serta koordinasi ke seluruh fasilitas pelayanan kesehatan.

Berdasarkan penelitian (Anita D et al., 2020) bahwa penggunaan APD dikaitkan dengan penurunan risiko infeksi dari virus corona. Laporan terbaru diperkirakan risiko terpajan kurang dari 5% terhadap tenaga kesehatan yang secara tidak sengaja terpajan pada pasien yang tidak diketahui positif SARS-CoV-2. Kewaspadaan universal telah direkomendasikan

(3)

Menurut (Chamboredon, Roman, & Colson, 2020) bahwa implikasi untuk praktik keperawatan: yaitu perawat diakui kegiatan sosialnya di Prancis. Namun, penting untuk mempertimbangkan efek jaminan krisis ini pada perawat dan keperawatan dan untuk mengintegrasikan keterampilan keperawatan darurat kesehatan yang ditetapkan selama pandemi ke dalam bidang standar kompetensi keperawatan. Implikasi untuk kebijakan keperawatan: Profesi keperawatan memiliki ekspektasi refleksi dan revisi keterampilan keperawatan serta valorisasinya dalam sistem perawatan kesehatan Prancis. Hasil dari penelitian ini menunjukan review studi lapangan bahwa Prancis mempunyai morbiditas dan mortalitas Covid-19 yang sangat tinggi. Terdapat dampak atau pengaruh terhadap masyarakat, sistem dan profesional kesehatan, termasuk diantaranya kepada perawat. Profesi keperawatan memiliki ekspektasi refleksi dan keterampilan keperawatan sangat berpengaruh terhadap sistem perawatan kesehatan Prancis dalam menangani Covid-19.

Menurut penelitian (Huang, Chen, Chen, & Wang, 2020) di Wuhan China, Pengalaman IPC (Infection Prevention Control) merupakan bagian yang penting dalam mengatasi Covid-19.

Infeksi Covid-19 diantara tenaga kesehatan merupakan hal yang sering terjadi dan fatal dalam sistem kesehatan. Berdasarkan temuan penelitian (Dewi Lelonowati, Tri Mustariningrum, &

Mulyatim Koeswo, 2015) menyatakan bahwa pelatihan berhubungan cukup kuat serta berpengaruh signifikan, motivasi kerja IPCLN tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerjanya, supervisi berhubungan kuat serta berpengaruh signifikan terhadap kinerja IPCLN.

Pelatihan, motivasi kerja, dan supervisi berhubungan kuat dan berpengaruh signifikan terhadap kinerja IPCLN secara simultan. Kinerja IPCLN dapat dijelaskan sebesar 52,6% dari variabel pelatihan, motivasi kerja dan supervisi secara simultan, dan supervisi yang berpengaruh dominan.

Menurut Mireille, Irene, dan Rosa (2019) menunjukan kurangnya bukti yang kuat tentang efektivitas program ICLN (Infection Control Link Nurse). Faktor terkait yang mempengaruhi untuk program ICLN mencakup deskripsi yang jelas tentang profil ICLN, pendidikan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi, implementasi, dan dukungan dari manajemen di bangsal dan rumah sakit. Penelitian di masa depan diperlukan untuk mengevaluasi efek ICLN pada praktik klinis dan untuk pengembangan lebih lanjut untuk program ICLN yang maksimal.

Menurut Lei, Shulan,dan Caixia, 2020) menyatakan semua informasi yang diberikan dalam review adalah untuk memperkuat praktek klinis dalam pengaturan perawatan kritis dan lebih baik melindungi petugas kesehatan lini depan dalam perawatan Pasien Covid-19. Tingkat infeksi medis “zero” di pengalaman kami sulit dimenangkan tetapi layak diperjuangkan.

Menurut Amrit (2020) menunjukkan hasil review bahwa strategi mitigasi Covid-19 harus melibatkan kelompok yang rentan untuk memastikan pemeliharaan hak asasi mereka dan mengurangi ketidakadilan, bukan memperburuk kondisi mereka.

Perawat, sebagai advokat, memainkan peranan penting dalam proses ini. Investasi untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian perawat tidak hanya akan memberikan hasil yang positif sekarang tetapi juga akan menjamin kesiapan untuk menghadapi wabah di masa depan.

Jika ada pelajaran yang dipetik dari keadaan darurat ini, maka biaya dari keterlambatan akan menjadi sangat besar. Dunia kemungkinan besar akan melihat pandemi lain di masa depan.

Upaya yang optimal harus dilakukan untuk memastikan Covid-19 teratasi dengan baik, seperti halnya kasus wabah Ebola 2014, dapat menjadi pelajaran yang bisa diambil.

(4)

Menurut (Santosaningsih et al., 2017) Penelitian dilakukan dari bulan Mei hingga Oktober 2014 dan dibagi menjadi fase pra-intervensi, intervensi, dan pasca-intervensi. Uji coba terkontrol secara acak cluster ini mengalokasikan implementasi tiga intervensi ke departemen, termasuk pelatihan, presentasi , kombinasi pelatihan dan presentasi, dan kelompok kontrol.

Baik observasi langsung dan survei persepsi pengetahuan tentang kebersihan tangan dilakukan dengan menggunakan alat WHO.

Hasil penelitian ini menunjukan pengamatan kepatuhan kebersihan tangan terhadap 2.766 kesempatan membersihkan tangan, dan persepsi pengetahuan dinilai di antara 196 peserta pada pra-intervensi dan 88 pada periode pasca-intervensi. Setelah intervensi, tingkat kepatuhan kebersihan tangan meningkat secara signifikan pada pediatri (24,1% menjadi 43,7%; P <0,001), penyakit dalam (5,2% hingga 18,5%; P <0,001), dan kebidanan-ginekologi (10,1% hingga 20,5%; P <0,001). Penggunaan hand rub yang salah oleh perawat saat memakai sarung tangan juga meningkat (P <0,001). Skor pengetahuan rata-rata meningkat dari 5,6 (SD = 2,1) menjadi 6,2 (SD = 1,9) (P <0,05). Dalam survei persepsi, "bau alkohol yang menyengat" sebagai alasan ketidakpatuhan meningkat secara signifikan di departemen dengan intervensi (10,1% menjadi 22,9%; P = 0,021). Program pendidikan peningkatan kepatuhan dan pengetahuan kebersihan tangan di antara petugas kesehatan pada dua dari tiga departemen intervensi di rumah sakit sangat dibutuhkan. Pelatihan memiliki pengaruh paling besar. Namun, penyesuaian strategi tetap diperlukan untuk lebih meningkatkan kebersihan tangan.

Menurut (Lee, Lee, Lee, & Park, 2020) menunjukan, sebanyak 37 studi dimasukkan dalam sintesis kualitatif. Patogen tunggal yang paling sering dilaporkan adalah virus influenza, diikuti oleh streptokokus grup A (GAS). Dari studi yang mengidentifikasi penyebabnya, sekitar setengah dari mereka mencatat wabah yang ditularkan melalui person to person.

Praktik pengendalian infeksi yang kurang optimal termasuk dekontaminasi yang tidak memadai dan kebersihan tangan yang buruk adalah masalah yang paling sering diangkat yang menyebarkan penularan. Terutama, penyimpangan dalam prosedur perawatan tertentu dikaitkan dengan wabah GAS dan virus hepatitis B dan C. Sekitar 60% dari studi yang disertakan melaporkan kasus yang terkena dampak di antara staf, tetapi hanya sedikit studi yang menerapkan pembatasan kerja selama wabah.

Menurut (Williams et al., 2019) menunjukkan bahwa menilai pengetahuan dan keterampilan, dan mempertimbangkan titik awal, kepercayaan diri dan motivasi perawat tautan potensial merupakan faktor penting untuk diperhatikan selama proses seleksi. Setelah ditetapkan dalam peran tersebut, perawat penghubung harus memiliki akses ke mekanisme dukungan formal dan informal. Dalam pencegahan infeksi, ini termasuk manajemen, rekan kerja, tim pencegahan infeksi dan perawat penghubung lainnya. Sama seperti akar yang sehat menentukan apakah bunga mekar atau layu, dukungan kepemimpinan, budaya tempat kerja yang mendukung, dan mempromosikan perawat penghubung untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan mereka sendiri merupakan titik awal yang penting untuk keberhasilan implementasi program. Temuan ini memberikan bukti lebih lanjut tentang pentingnya faktor konteks, misalnya, gaya kepemimpinan pada keberhasilan atau program serupa (Saint et al., 2008). Kami berharap model ini dapat digunakan sebagai prinsip panduan untuk menetapkan program perawat tautan baru dalam pencegahan infeksi, memaksimalkan peluang keberhasilan implementasi dan keberlanjutan peran.

Sejalan dengan penelitian (Asemahagn, 2020) yang menunjukkan sebagian besar health care

(5)

Covid-19 yang lebih rendah. Sosio-demografi dan akses sumber informasi menjadi faktor pengetahuan tentang Covid-19. Demikian pula, tempat tinggal, kekurangan APD, beban kerja yang tinggi, penyakit penyerta, pengetahuan, dan akses ke pelatihan dan pedoman Infection Prevention merupakan faktor yang membatasi praktik pencegahan. Oleh karena itu, pasokan APD yang konsisten dan peningkatan pengetahuan petugas kesehatan, membuat pedoman Infection Prevention dan sumber informasi tersedia, serta mengelola penyakit kronis sangat penting untuk mencegah Covid-19 di antara Health care workers.

PEMBAHASAN

Infeksi antara sesama tenaga kesehatan dapat mengakibatkan penyebaran transmisi dan kolapsnya seluruh sistem kesehatan. Jadi IPC merupakan bagian terpenting dalam menghadapi pandemi Covid-19, sebagaimana dapat terlihat dari tujuan IPC yaitu mengidentifikasi dan menurunkan risiko infeksi yang didapat serta ditularkan di antara pasien, staf, tenaga profesional kesehatan, tenaga kontrak, tenaga sukarela, mahasiswa, dan pengunjung. Risiko infeksi dan kegiatan program dapat berbeda dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya bergantung pada kegiatan klinis dan pelayanan rumah sakit, populasi pasien yang dilayani, lokasi geografi, jumlah pasien, serta jumlah pegawai. Program IPC akan efektif apabila mempunyai pimpinan yang ditetapkan, pelatihan dan pendidikan staf yang baik, metode untuk mengdidentifikasi serta proaktif pada tempat berisiko infeksi, kebijakan dan prosedur yang memadai, juga melakukan koordinasi ke seluruh rumah sakit. (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2019).

Tim IPC di dalam suatu rumah sakit terdiri dari, IPCD (Infection Prevention and Control Doctor) , IPCN (Infection Prevention and Control Nurse) dan IPCLN (Infection Prevention and Control Linked Nurse) (Kementrian Kesehatan RI, 2017). IPCLN sebagai perawat pelaksana harian atau penghubung bertugas dari tiap unit rawat inap atau unit pelayanan di rumah sakit. Seluruh pelayanan kesehatan saat ini merujuk kepada Pedoman Pencegahan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19). IPCLN sebagai pelaksana program PPI di Rumah Sakit diharapkan menjadi “ëxecutor” untuk memotivasi seluruh karyawan, pasien dan pengunjung dalam pencegahan dan pengendalian infeksi.

Strategi-strategi IPC menurut (WHO, 2020) diantaranya adalah untuk mencegah atau membatasi transmisi, triase, pengenalan awal, dan pengendalian sumber, Kewaspadaan standar (mencuci tangan, penilaian risiko, APD, etiket bersin dan batuk, pencegahan luka jarum suntik, pembersihan lingkungan, pengelolaan linen, pembuangan limbah, peralatan perawatan pasien), kewaspadaan empiris tambahan (kontak, droplet, dan jika sesuai kewaspadaan airborne) untuk kasus Covid-19 suspek, Rekayasa administratif; sosialisasi kepada tenaga kesehatan, kebijakan, dll. Rekayasa lingkungan dan mekanis: ventilasi, pembersihan.

Peran IPC diantaranya adalah 1) Penerapan APD yang tepat : Semua tenaga kesehatan harus menerapkan APD sesuai rekomendasi WHO, 2) Pengaturan Zona Perawatan : Area fasilitas pelayanan kesehatan dibagi menjadi beberapa zona area kerja, 3) Surveillans : Diperlukan seorang pemimpin yang bertugas mengawasi pemakaian dan pelepasan APD, mengidentifikasi langkah-langkah perbaikan, pengaturan limbah medis dan non medis, 4) Manajemen dalam non-occupational setting : memfasilitasi komunikasi dengan menggunakan ponsel, membatasi pertemuan dan kontak antar tenaga kesehatan, desinfeksi rutin terhadap permukaan diantaranya pada telepon genggam, gagang pintu, dll. 5) Pelatihan IPC.

(6)

Delapan pilar tanggapan kesehatan masyarakat menurut (WHO, 2020): 1)Koordinasi, perencanaan dan pemantauan tingkat nasional, 2)Komunikasi risiko dan pelibatan masyarakat, 3)Surveilans, penyelidikan epidemiologis, tanggapan cepat dan penyelidikan kasus, 4)Titik masuk, 5)Laboratorium nasional, 6)Pencegahan dan pengendalian infeksi 7)Manajemen kasus, 8)Dukungan dan logistic operasi, termasuk rencana kontinjensi dan mekanisme pendanaan. Pemahaman terkait risiko pandemi Covid-19 pada tenaga kesehatan sangatlah penting. Prediksi risiko dapat menginformasikan bagaimana cara melindungi tenaga kesehatan seperti rekomendasi penggunaan alat pelindung diri (APD) di tempat kerja atau di masyarakat.

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan (Kementrian Kesehatan RI, 2017). Sementara menurut World Health Organization (WHO) Pencegahan dan pengendalian infeksi adalah pendekatan ilmiah yang disertai solusi praktis untuk mencegah bahaya dari infeksi atas pasien dan tenaga kesehatan didasarkan pada prinsip-prinsip penyakit menular, epidemiologi, ilmu social dan penguatan system kesehatan, dan berakar dalam kualitas layanan keselamatan dan kesehatan pasien (World Health Organization, 2020). Dari definisi yang telah dikemukakan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa IPC adalah suatu usaha untuk pencegahan dan pengendalian sumber infeksi bagi pasien, pengunjung dan tenaga kesehatan berdasarkan evidence based, epidemiologi dan ilmu sosial.

Standar pencegahan IPC diantaranya adalah; 1) Kebersihan tangan (hand hygiene): dengan prinsip 6 Langkah 5 Momen‟ sesuai panduan WHO, 2) Alat pelindung diri (APD): mulai dari masker (surgical atau N95), sarung tangan karet, kacamata pelindung (googles), hingga pakaian/jubah pelindung infeksi sekali pakai, 3) Pencegahan tertusuk jarum atau benda tajam:

terutama pada staff kesehatan dan pasien, diperlukan alur tatalaksana jika terjadi kecelakaan seperti ini, 4) Pembersihan/perawatan lingkungan rumah sakit: untuk memastikan kondisi selalu bersih terutama pada ruangan yang digunakan untuk penangan pasien infeksius. 5) Pencucian dan disenfektan peralatan medis: sebagain sarana pencegahan berpindahnya patogen dari alat kesehatan yang sudah digunakan dan 6) Manajemen pembuangan limbah medis: sampah medis infeksius dibuang pada tempat sampah berwarna kuning dan diberi label „limbah infeksius‟, sementara sampah biasa (non-infeksius) dibuang pada tempat sampah dengan warna gelap dan diberi label „sampah non-infeksius‟ (Morfi, 2020).

Hal ini sejalan dengan peran perawat dalam IPC di fasilitas pelayanan kesehatan yang terdiri dari Infection Prevention Control Nurse (IPCN) dan Infection Prevention Control Link Nurse (IPCLN). Tugas IPCN diantaranya 1) Melakukan kunjungan kepada pasien yang berisiko di ruangan setiap hari untuk mengidentifikasi kejadian infeksi pada pasien di baik rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. 2)Memonitor pelaksanaaan program IPC, kepatuhan penerapan SPO dan memberikan saran perbaikan bila diperlukan. 3)Melaksanakan surveilans infeksi dan melaporkan kepada Komite/Tim IPC. 4)Turut serta melakukan kegiatan mendeteksi dan investigasi KLB. 5)Memantau petugas kesehatan yang terpajan bahan infeksius / tertusuk bahan tajam bekas pakai untuk mencegah penularan infeksi. 6)Melakukan diseminasi prosedur kewaspadaan isolasi dan memberikan konsultasi tentang IPC yang diperlukan pada kasus tertentu yangterjadi di fasyankes. 7)Melakukan audit IPC di seluruh wilayah fasyankes dengan menggunakan daftar tilik. 8)Memonitor pelaksanaan pedoman antibiotika bersama Komite/Tim Program Pengendalian Resistensi Mikroba (PPRA).

9)Mendesain, melaksanakan, memonitor, mengevaluasi dan melaporkan surveilans infeksi

(7)

motivasi kepatuhan pelaksanaan program IPC. 11)Memberikan saran desain ruangan rumah sakit agar sesuai dengan prinsip IPC. 12)Meningkatkan kesadaran pasien dan pengunjung rumah sakit tentang IPC. 13)Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pasien, keluarga dan pengunjung tentang topik infeksi yang sedang berkembang emerging) atau infeksi dengan insiden tinggi. 14)Sebagai coordinator antar departemen/unit dalam mendeteksi, mencegah dan mengendalikan infeksi dirumah sakit. 15)Memonitoring dan evaluasi peralatan medis single use yang di re –use.

SIMPULAN

Semua informasi di dalam literature review ini memperkuat peran IPC yaitu diantaranya Manajemen IPC, Pemenuhan APD dan IPC Surveillance sebagai bagian terpenting dalam pencegahan pengendalian infeksi dalam menghadapi Covid-19. Perlindungan terhadap tenaga kesehatan haruslah diperjuangkan. Penelitian dan studi lebih lanjut terkait manajemen IPC dalam mengatasi tantangan pencegahan pengendalian Covid-19 perlu dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Amrit Kaur Purba. (2020). How should the role of the nurse change in response to Covid-19?

Nursing Time Journal Club.

Anita D, Misra-Hebert, Lara Jehi, AmyS Nowacki, Steven Gordon, & Paul Terpeluk. (2020).

Impact of the COVID-19 Pandemic on Healthcare Workers‟ Risk of Infection and Outcomes in a Large, Integrated Health System. doi:10.1007/s11606-020-06171-9 Asemahagn, M. A. (2020). Factors determining the knowledge and prevention practice of

healthcare workers towards COVID-19 in Amhara region, Ethiopia: a cross-sectional survey. Tropical Medicine and Health, 48, 72. doi:10.1186/s41182-020-00254-3 Chamboredon, P., Roman, C., & Colson, S. (2020). COVID-19 pandemic in France: health

emergency experiences from the field. International nursing review, 10.1111/inr.12604.

doi:10.1111/inr.12604

Dewi Lelonowati, Tri Mustariningrum, & Mulyatim Koeswo. (2015). Kinerja IPCLN dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit: Peran Pelatihan, Motivasi Kerja dan Supervisi. Jurnal Aplikasi Manajemen.

Herlina J, & El- Matury. (2020). PERBANDINGAN KASUS FATAL AKIBAT COVID-19 PADA BEBERAPA NEGARA ASIA TENGGARA. Inovasi Kesehatan Masyarakat, Vol 1 No 2.

Huang, L. H., Chen, C. M., Chen, S. F., & Wang, H. H. (2020). Roles of nurses and National Nurses Associations in combating COVID-19: Taiwan experience. International nursing review, 10.1111/inr.12609. doi:10.1111/inr.12609

Kementrian Kesehatan RI. (2017). Permenkes nomor 27 tahun 2017 tentang Pedoman PPI di Fasyankes.

Kementrian Kesehatan RI. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19).

Komisi Akreditasi Rumah Sakit. (2019). Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit In.

Lee, M. H., Lee, G. A., Lee, S. H., & Park, Y. H. (2020). A systematic review on the causes of the transmission and control measures of outbreaks in long-term care facilities: Back

(8)

to basics of infection control. PLoS One, 15(3), e0229911.

doi:10.1371/journal.pone.0229911

Lei Ye, Shulan Yang, & Caixia Liu. (2020). Infection prevention and control in nursing severe coronavirus disease (COVID-19) patients during the pandemic. BMC health services research. doi:10.1186/s13054-020-03076-1

Mireille Dekker, Irene P. Jongerden, & Rosa van Mansfeld. (2019). Infection control link nurses in acute care hospitals: a scoping review. BMC health services research.

doi:10.1186/s13756-019-0476-8

Morfi, C. W. (2020). Kajian terkini Coronavirus disease 2019 (COVID-19). Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia, 1(1).

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2020). Sebaran Data Kematian Perawat di Indonesia.

Santosaningsih, D., Erikawati, D., Santoso, S., Noorhamdani, N., Ratridewi, I.,

Candradikusuma, D., . . . van Boven, E. (2017). Intervening with healthcare workers‟

hand hygiene compliance, knowledge, and perception in a limited-resource hospital in Indonesia: a randomized controlled trial study. Antimicrobial Resistance & Infection Control, 6(1), 23.

WHO. (2020). Materi Komunikasi Risiko COVID-19 untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

In. Western Pacific Region.

Williams, L., Cooper, T., Bradford, L., Cooledge, B., Elner, F., Fisher, D., . . . Griffiths, H. O.

(2019). An evaluation of an infection prevention link nurse programme in community hospitals and development of an implementation model. Journal of infection prevention, 20(1), 37-45. doi:10.1177/1757177418789480

World Health Organization. (2020). Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) untuk Virus COVID-19.

Referensi

Dokumen terkait

Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan menggunakan instrumen yang

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah intensi turnover atau disebut juga “Variabel Y” yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Sugiyono, 2009: 59).. Variabel

[r]

 Mengkonstruksi Aturan Produksi dari Suatu Finite State Automata  Finite State Automata untuk Suatu Tata Bahasa Regular...

It is also interestingly noted that all the mutations that are present in driver genes are also present in passenger genes, although amino acid contexts are different.. Therefore,

Hal tersebut dikarenakan pembelajaran seni tari sangat sarat dengan nilai-nilai moral yang memungkinkan anak untuk mengembangkan kepribadian mereka sesuai dengan nilai dan norma

Kegiatan  Tujuan asaran  Target asaran Penanggu ng  ja&#34;a# $olume Kegitan  !a%&#34;al Rincian Pelaksanaan &amp;okasi Pelaksana an 'iaya  !KN Rapat perencanaan  !KN

hasil penelitian ini ditemukan beberapa permasalahan pada proses implementasi Posbindu PTM di wilayah Puskesmas Simpang Sungai Duren yakni : 1) pelayanan sistem