• Tidak ada hasil yang ditemukan

Siti Isnaeni. Guru SMKN 1 Cilengkrang. Kata Kunci: Kemampuan analisis, Perlakuan khusus dan Model Problem Based Learning

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Siti Isnaeni. Guru SMKN 1 Cilengkrang. Kata Kunci: Kemampuan analisis, Perlakuan khusus dan Model Problem Based Learning"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

53

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN ANALISIS PERLAKUAN KHUSUS BENIH/BIBIT TANAMAN PANGAN

BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Agribisnis Tanaman Pangan Siswa kelas XI Agribisnis Tanaman Pangan Hortikultura

SMKN 1 Cilengkrang)

Siti Isnaeni Guru SMKN 1 Cilengkrang

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan analisis peserta didik melalui penerapan model Problem Based Learning di kelas XI ATPH SMK Negei 1 Cilengkrang. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar peserta didik. Subjek penelitian adalah kelas XI ATPH yang berjumlah 12 orang peserta didik. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Desain penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc.Taggart yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah instrumen tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan hasil analisis data pada pra siklus kemampuan analisis peserta didik mendapatkan nilai persentase 33,33%, termasuk pada kategori rendah, pada siklus I ada kenaikan menjadi 66.67% dengan kategori sedang, Pada siklus II nilai persentase nya menjadi 91.67% termasuk pada kategori sangat tinggi. Dengan demikian terdapat peningkatan dan aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II.

Kata Kunci: Kemampuan analisis, Perlakuan khusus dan Model Problem Based Learning

PENDAHULUAN

Analisis perlakuan khusus secara kimia, fisik dan mekanik pada benih/bibit tanaman pangan. adalah salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik program keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura. Secara garis besar berisikan tentang berbagai macam cara perlakuan khusus pada tanaman dan bagaimana mengaplikasikannya sehingga tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh, berkembang, dan berproduksi secara optimal.

Beberapa alasan tentang pentingnya kemampuan analisis peserta didik tersebut bahwa secara umum berbagai jenis tanaman mempunyai karakter pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda-beda dalam menyelesaikan siklus hidupnya. Pada dasarnya semua jenis tanaman dapat tumbuh dan berkembang tanpa campur tangan manusia, namun ada beberapa macam tanaman yang pertumbuhannya menjadi lebih optimal bila ada campur tangan manusia.

Untuk mengetahui karakter pertumbuhan tanaman tersebut maka peserta didik harus pahami dulu siklus pertumbuhan dan perkembangan tanaman mulai dari biji hingga menjadi biji lagi. Berdasarkan siklus pertumbuhan tanaman tersebut peserta didik dapat mengidentifikasi karakter pertumbuhan tanaman yang pada satu atau lebih dari tahapan

(2)

54

pertumbuhannya memerlukan perlakuan khusus melalui campur tangan manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Secara spesifik tujuan dari kompetensi tersebut di atas adalah pemahaman peserta didik tentang pemberian perlakuan khusus pada tanaman untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil tanaman.

Seirama dengan pernyataan bahwa: ”Walaupun tanpa diberi perlakuan khusus tanaman sudah dapat tumbuh, berkembang, dan berproduksi namun, dengan diberi perlakuan khusus tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan lebih baik sehingga secara kualitas dan kuantitas hasilnyapun akan meningkat.”

Permasalahan yang terjadi di dalam pembelajaran adalah lemahnya kemampuan analisis peserta didik tentang perlakuan khusus secara kimia, fisik dan mekanik pada benih/bibit tanaman pangan. Permasalahan secara khusus adalah peserta didik kurang memahami tentang karakter pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda-beda dalam menyelesaikan siklus hidupnya, kurang memahami konsep perlakuan khusus, kurang paham tentang cara/teknik secara praktis perlakukan khusus pada tanaman. Belum bisa membedakan jenis teori dan praktik perlakuan tanaman secara kimia, fisik dan mekanik. Hal ini juga diperkuat dengan perolehan nilai peserta didik hampir 50% dibawah KKM.

Hasil refleksi, guru belum mencoba menggunakan model pembelajaran yang berorientasi pada masalah. Komponen pembelajaran yang diberdayakan kurang mengarah pendekatan pembelajaran yang berbasis HOTS (Higher order thinking skill) yang berorientasi pada kegiatan belajar peserta didik/Student Centered Learning, dan tidak berbasis pada penyelesaian masalah.

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka penting perbaikan pembelajaran dilakukan oleh guru. Terutama untuk meningkatkan kemampuam analisis perlakuan khusus secara kimia, fisik dan mekanik pada benih/bibit tanaman pangan. Secara praktis memperbaiki pembelajaran dengan menggunakan model yang berbasis HOTS untuk menganlisis perlakuan tanaman secara kimia, fisik dan mekanik.

Pemilihan Model Problem Based Learning (PBL) sebagai solusi untuk perbaikan pembelajaran. PBL menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Dengan menggunakan model PBL ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan analisis dan ativitas peserta didik, karena kelebihan dari model ini merangsang pikiran serta mendorong peserta didik untuk melakukan pembelajaran yang efektif, kritis dan aktif, merangsang peserta didik untuk bertanya dan menggali pengetahuan secara mendalam, dan mencerminkan sifat alamiah pengetahuan, yaitu: kompleks dan berubah-ubah sesuai kebutuhan, sebagai respons terhadap masalah yang dihadapi.

Merujuk permasalahan di atas peneliti bermaksud melakukan penelitian tindakan kelas untuk perbaikan pembelajaran dengan judul, Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Analisis Perlakuan Khusus Benih/Bibit Tanaman Pangan Secara Kimia, Fisik Dan Mekanik. (Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Agribisnis Tanaman Pangan peserta didik kelas XI Agribisnis Tanaman Pangan Hortikultura SMKN 1 Cilengkrang), dengan harapan meningkatkan pemahaman tentang cara/teknik secara praktis perlakukan khusus pada benih/bibit tanaman Pangan. Peserta didik dapat memiliki

(3)

55

kemampuan analisis perlakuan khusus secara kimia, fisik dan mekanik seara aktif, efektif dan efesian.

Identifikasi permasalahannya, yaitu: Bagaimana Model problem Based learning dapat meningkatkan kemampuan analisis perlakuan khusus secara kimia, fisik dan mekanik pada benih/bibit tanaman pangan peserta didik kelas XI ATPH SMK Negeri 1 Cilengkrang?

Penelitian ini memiliki tujuan mendeskripsikan tentang peningkatan kemampuan analisis perlakuan khusus secara kimia, fisik dan mekanik pada benih/bibit tanaman pangan sebelum dan sesudah menggunakan model problem Based Learning pada peserta didik kelas XI ATPH SMK Negeri 1 Cilengkrang.

KAJIAN TEORI

Hakekat Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, hal ini dijelaskan dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dengan proses pembelajaran yang interaktif diharapkan dapat memberikan motivasi yang tinggi bagi peserta didik untuk aktif. Adanya aktivitas belajar yang tinggi dari peserta didik maka proses pembelajaran dapat efektif. Hal ini sejalan dengan Mulyasa (2004:101), bahwa proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh atau sekurang-kurangnya 75%

peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya.

Kemampuan Analisis

Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia pernah mengalami masalah. Begitu juga peserta didik tidak pernah luput dari masalah yang dihadapinya dalam belajar. Masalah yang dimaksud disini adalah suatu kendala atau persoalan peserta didik dalam mempelajari materi yang harus di pecahkan dengan mengembangkan kemampuan berpikir analitis.

Menurut Sudijono 2009:51 “Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor- faktor lainnya”. Dalam hal ini dapat dicontohkan peserta didik merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang peserta didik di rumah, disekolah dan dalam kehidupan sehari-hari ditengah-tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam. Kebalikan dari analisis yaitu sintesis. Menurut Sudijono 2009:51 “Sintetis Synthetis merupakan proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru”. Menurut Djamarah 2008:70 “berfikir analitis adalah berusaha mengenal sesuatu dengan cara mengenal sesuatu dengan cara mengenali ciri-ciri atau unsur- unsur yang ada pada sesuatu itu ”. Dari pengertian kemampuan analisis yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan analisis adalah kemampuan individu untuk mengenal sesuatu dengan mengidentifikasi dan mampu memahami hubungan di antara bagian- bagian atau faktor- faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lainnya untuk menemukan solusi dari suatu persoalan.

(4)

56

Pembelajaran materi Perlakuan Khusus Benih/Bibit Tanaman Pangan

Usaha untuk meningkatkan hasil pertanian terus berlanjut dengan memperhatikan aspek keamanan lingkungan, kesehatan manusia dan ekonomi. Aktifitas belajar yang tinggi dari peserta didik sangat diperlukan dalam pembelajaran Perlakuan Khusus benih/bibit pada Tanaman Pangan. Kemampuan analisis yang tinggi dapat mendukung usaha untuk meningkatkan hasil pertanian yang memperhatikan aspek lingkungan, kesehatan manusia, dan peningkatan ekonomi.

Pembelajaran Perlakuan khusus secara kimia, fisik dan mekanik pada benih/bibit tanaman pangan sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan budidaya tanaman. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terhambatnya benih untuk berkecambah, diantaranya adalah: benih terifeksi patogen., atau benih mengalami dormansi. Untuk mengatasi terhambatnya benih berkecambah maka sebelum benih dikecambahkan perlu diberi perlakuan khusus terlebih dahulu (Direktorat Pembinaan SMK Kementrian P dan K Republik Indonesia, 2013).

Kemampuan analisis Perlakuan Khusus Secara Kimia, Fisik dan Mekanik pada Benih/Bibit Tanaman Pangan

Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Indra Munawar (01, 2009), kemampuan analisis merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi peserta didik dan dari sisi guru. Dari sisi peserta didik, kemampuan analisis merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Sedangkan dari sisi guru, kemampuan analisis merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

Menurut Oemar Hamalik dalam Indra Munawar(01, 2009) kemampuan analisis adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom kemampuan analisis dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.

Kemampuan analisis peserta didik yang diharapkan adalah sesuai dengan standar atau kriteria ketuntasan minimal pada tiap-tiap kompetensi dasar mata pelajaran Agribisnis Tanaman Pangan. Khususnya kompetensi Perlakuan Khusus Secara Kimia, Fisik, dan Mekanik pada benih/bibit tanaman pangan. Kemampuan analisis peserta didik dapat dilihat pada ulangan harian 1 (siklus 1) dan ulangan harian 2 (siklus 2).

Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dalam materi Perlakuan Khusus Secara Kimia, Fisik dan Mekanik Pada Tanaman Pangan

Pengertian Model Pembelajaran

Model secara sederhana adalah gambaran yang akan dirancang untuk mewakili kenyataan. Model didefinisikan sebagai a replica of the fhenomena it attempts to explain.

Jadi dalam kegiatan pembelajaran model dapat dimaknai sebagai suatu pola atau gambaran yang menjelaskan tentang berbagai bentuk, pandangan yang terkait dengan kegiatan pembelajaran. Kemudian model pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu desain atau rancangan yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan

(5)

57

yang memungkinkan anak berinteraksi dalam pembelajaran, sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri anak. Menurut Kemp dalam buku Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.

Model-model pembelajaran sendiri biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip- prinsip pembelajran, teori-teori lain yang mendukung. Joy dan Weil mempelajari model- model pembelajaran berdasarkan teori belajar yang dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapata digunakan dalam jangka panjang atau pola yang dapat digunakan unuk membuat pola kurikulum., merancang bahan-bahan pelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain.

Model dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan.

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based Learning merupakan metode pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru(Suyatno, 2008). Metode ini juga berfokus pada keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik tidak lagi diberikan materi belajar secara satu arah seperti pada metode pembelajaran konvensional.

Dengan metode ini, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan mereka secara mandiri. PBL juga memberi kesempatan peserta didik untuk mempelajari teori melalui praktek. Peserta didik bukan hanya perlu mencari konklusi tetapi juga perlu menganalisis data. Dengan menggunakan pendekatan PBM ini, peserta didik akan bekerja secara kooperatif dalam kumpulan untuk menyelesaikan masalah sebenarnya dan yang paling penting membina kemahiran untuk menjadi peserta didik yang belajar secara sendiri.

Peserta didik akan membina kemampuan berpikir secara kritis secara kontinu berkaitan dengan ide yang dihasilkan serta yang akan dilakukan (Suyatno, 2008).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan desain penelitian model Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2021/2022, yaitu pada bulan Agustus dan September. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas XI ATPH SMKN Cilengkrang dengan jumlah siswa sebanyak 12 orang. Jumlah ini diambil dari 1/3 jumlah siswa keselurahan, yaitu 36 siswa. Akan tetapi karena sedang ada pemberlakuan Tatap Muka Terbatas, jadi siswa yang berangkat juga dibatasai menjadi 12 orang. Terdisi dari 5 Laki-laki dan 7 perempuan. bjek penelitian adalah kemampuan analisis perlakuan khusus pada benih/bibit tanman pangan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan test. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif model interaktif dari Miles dan Huberman. analisis data kualitatif, yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan/verifikasi kesimpulan, dan disajikan dalam bentuk tabel.

PEMBAHASAN

Kegiatan selain menyajikan materi, guru secara kolaboratif melakukan pembimbingan, memfasilitasi, memotivasi belajar, melakukan evaluasi juga melakukan pengamatan terhadap aktivitas peserta didik bersama guru pengamat (observer).

(6)

58

Pegamatan terhadap kinerja guru dilakukan oleh guru pengamat (observer). Dibawah ini beberapa contoh kegiatan pembelajaran.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, peneliti akan menyajikan hasil penilaian:

Hasil Pelaksanaan Tindakan

Berdasarkan pelaksanaan tindakan selama pra siklus dan 2 siklus berikutnya yang dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan, diperoleh data bahwa kemampuan analsis peserta didik tentang perlakuan khusus secara kimia, fisik dan mekanik terhadap benih/bibit tanaman jagung mengalami peningkatan.

Peningkatan kemampuan analisis diketahui dengan menerapkan model pembelajaran PBL.

Tabel 1. Hasil Perolehan Nilai Kemampuan Analisis Peserta Didik pada pra siklus, Siklus 1 dan Siklus II

KETERANGAN

NILAI

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Jumlah 778 917 979

Rata-rata 64.83 76.67 81.58

Nilai Tertinggi 77 85 87

Tuntas KKM 4 8 11

Belum Tuntas KKM 8 4 1

Persentase Tuntas KKM 33,67% 66.67% 91.67

Berdasarkan table diatas dapat dilihat dari 12 peserta didik pada test awal (PreTest) yang tuntas berjumlah 4 orang dengan persentase 33.33%. Peserta didik yang tidak tuntas berjumlah 8 orang atau dengan persentase 66.67%. Dengan nilai rata-rata kelas 64.83. Jadi ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal pada tes awal (Pre Test) adalah 33.33%.

Pada siklus I (Post Test) yang tuntas berjumlah 8 orang dengan persentase 66.67%. Peserta didik yang tidak tuntas berjumlah 4 orang atau dengan persentase 33.33%. Dengan nilai rata-rata kelas 76.67 sehingga ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal pada siklus I (Post Test) adalah 66.67%. Adapaun pada siklus II (Post Test) dapat diliat bahwa yang tuntas berjumlah 11 orang dengan persentase 91.67%, dengan nilai rata-rata kelas 81.58.

Dari Ketiga Siklus tersebut, terlihat ada kenaikan nilai kemampuan analisis siswa yang dari setiap siklus nya.baik itu dari prasiklus ke siklus 1 ataupaun dari siklus I ke siklus II.

Kategori Ketuntasan Belajar peserta didik dalam meningkatkan kemampuan analsisis perlakuan khusus pada pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 2. Kategori Ketuntasan Belajar Kemampuan Analisis Peserta Didik pada Pra Siklus, Siklus dan Siklus II

Keterangan Pra Siklus Siklus 1 Siklus II

Persentase Tuntas KKM 33.67% 76.67% 91 67%

Kategori Rendah Sedang Sangat Tinggi

Ketuntasan Belajar pada pra siklus masih rendah, sedangkan pada siklus 1 dan siklus II masing-masing kategeri nya Sedang dan Sangat Baik.

(7)

59

Dari hasil ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 91.67%, maka kriteria tingkat keberhasilan belajar peserta didik pada siklus II (Pos Test II) di kategorikan sangat tinggi.

Hal ini sesuai dengan kreteria tingkat keberhasilan belajar peserta didik yang ditetapkan oleh Zainal Aqib yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.13 Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Peserta didik dalam%

Tingkat Keberhasilan (%) Kategori

>80% Sangat Tinggi

60-79% Tinggi

40-59% Sedang

20-39% Rendah

<20% Sangat Rendah

Dari hasil penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus II (Pos Test II) yaitu sebesar 91.67% tergolong sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan analisis perlakuan khusus benih/bibit tanaman pangan peserta didik secara klasikal pada siklus II yaitu sebesar 91.67% telah mencapai ketuntasan kemampuan analisis perlakuan khusus benih/bibit tanaman pangan yang telah ditetapkan oleh Zainal Aqib yaitu 85% atau dengan kata lain sudah berhasil dan sudah mencapai nilai KKM yang telah dibuat oleh sekolah, kemampuan analisis perlakuan khusus benih/bibit tanaman pangan peserta didik sudah meningkat oleh sebab itu, penelitian dianggap selesai sampai siklus II.

Penggunaan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan kompetensi dasar kemampuan analisis perlakuan khusus secara kima, fisik dan mekanik pada benih/bibit tanaman pangan pada siswa kelas XI SMKN 1 Cilengkrang. Dengan demikian menjawab permasalahan pembelajaran sebelumnya. Pembelajaran menjadi terperbaiki, menjadi lebih bermakna, menyenangkan, dan peserta didik karena model pembelajaran PBL melibatkan peserta didik berperan aktif untuk menemukan jawaban suatu permasalahan melalui proses berpikir dan diskusi. Hal ini didukung oleh pendapat Duch (1995,h. 201), Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.. Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat Arends (Trianto, 2007,h. 68), Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya Dengan adanya suasana tersebut, peserta didik dapat lebih termotivasi untuk belajar karena lebih antusias dan tertarik dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, beberapa peningkatan kemampuan peserta didik dapat dilihat sebagai berikut: a.) Memiliki keberanian dalam mengajukan pertanyaan b).Memiliki kemampuan merumuskan masalah c). Aktif melakukan penyelidikan dalam kelompok analisis perlakuan khusus benih/bibit tanaman panganlakuan khusus d).Mampu menyelesaikan permasalahan e). Mampu mempresentasikan hasil diskusi

(8)

60

pemecahan masalah dari analisis perlakuan khusus benih/bibit tanaman panganlakuan khusus benih tanaman.

Refleksi dan Evaluasi

Penelitian Tindakan Kelas dengan Model Pembelajaran Based Learning untuk meningkatkan kemampuan analisis siswa pada perlakuan khusus benih/bibit Tanaman Pangan pada siswa kelas XI ATPH SMKN 1 Cilengkrang berjalan sesuai rencana. Hal tersebut diketahui dari peningkatan nilai dari pre test ke post test pada siklus I, dan dari post test siklus 1 lebih meningkat lagi di post test siklus II

Penelitian Tindakan Kelas dengan Model Pembelajaran Based Learning untuk meningkatkan kemampuan analisis siswa pada perlakuan khusus benih/bibit Tanaman Pangan pada siswa kelas XI ATPH SMKN 1 Cilengkrang telah dilaksanakan dengan baik dan berjalan lancar sesuai dengan tujuan yag diharapkan Karena hasil skala menunjukkan adanya peningkatan.

KESIMPULAN

Kemampuan analisis perlakuan khusus benih/bibit tanaman pangan di kelas X1 ATPH masih rendah sebelum diterapkannya model pembelajaran PBL yaitu dari 12 peserta didik.Peserta didik yang tuntas berjumlah 4 orang dengan presentase 33.33%. Peserta didik yang tidak tuntas berjumlah 8 orang dengan persentase 66.67% dengan rata-rata kelas 64.83. Setelah diterapkannya model pembelajaran PBL yaitu pada Pos Test I (siklus I) dari 12 peserta didik, peserta didik yang tuntas berjumlah 8 orang atau dengan persentase 66.67% dan peserta didik yang tidak tuntas berjumlah 4 orang atau dengan persentase 33.33% dengan nilai rata-rata kelas 76.42

Pos Test II (siklus II) dari 12 peserta didik, peserta didik yang tuntas berjumlah 11 orang atau dengan persentase 91.67% dan peserta didik yang tidak tuntas berjumlah 1 orang atau dengan persentase 8.33%. Dengan nilai rata-rata kelas 81.58. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan analisis perlakuan khusus benih/bibit tanaman pangan peserta didik semakin meningkat dan termasuk pada kategori sangat tinggi,sehingga jelas bahwa pada siklus II kemampuan analisis perlakuan khusus benih/bibit tanaman pangan peserta didik telah mencapai tingkat ketuntasan secara klasikal yang telah ditetapkan Zainal Aqib yaitu sebesar 85%.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pendidiakn Dasar dan Menengah. (2004). Pedoman Pembelajaran Tuntas. Jakarta: Depdiknas

Duch, J.B. (1995). Problems: A Key Factor in PBL. [On Line]. Tersedia:

http://www.udel.edu/pbl/cte/spr96-phys.html [08 Juni 2010]

Mulyasa, E.2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Ristasa, R dan Prayitno. (2006). Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Purwokerto: UPBJJ

Purwokerto.

Sudjana, Nana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar baru Algensindo

(9)

61

Surya, Mohamad. 2004. Psikologi Pembelajaran dan pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy

Trianto. (2007). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka

Zainal Aqib, (2013), Model-model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual, Bandung:

Yrama Widya.

https://mirror.unpad.ac.id/orari/pendidikan/materi-kejuruan/pertanian/budi-daya- tanaman/memberikanperlakuan_khusus_tanaman.pdf

Wardani, IGAK. Wihardi: K & Nasoetion, N. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

Universitas Terbuka

(10)

62

Gambar

Tabel 1. Hasil Perolehan Nilai Kemampuan Analisis Peserta Didik pada pra siklus, Siklus 1  dan Siklus II
Tabel 4.13 Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Peserta didik dalam%

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan tanaman perlakuan kolkisin berbeda nyata dengan kontrol pada karakter warna biji, tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar

Upaya Perpustakaan UNIKOM dalam pengembangan penyelenggaraan perpustakaan dan peningkatkan layanan informasi kepada pemakainya telah mengadakan kerja sama dengan

Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Kegiatan APBD pada Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2012, berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung

Dari Empat (4) Penyedia yang mendaftar pada paket Pengadaan Bekal kantor Polres Ogan Ilir TA.2015 hanya ada 1 (satu) calon penyedia yang mengupload dokumen penawaran

Ilmu kimia berperan untuk mencari materi alternatif, misalnya penggunaan sel bahan baku sebagai bahan bakar alternatif, untuk menggantikan minyak bumi

Belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks. Mengingat kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks, maka tidak mungkin menunjukan dan

RANCANG BANGUN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS GAME DENGAN INQUIRY TRAINING MODEL UNTUK.. MENINGKATKAN PEMAHAMAN

Hasil data yang diperoleh kemudian di analisis menggunakan Certainty of Respond Index (CRI), dimana analisis terhadap data dibedakan kedalam tiga kategori yaitu tahu konsep, tidak