• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A.Gambaran Umum. Arkeologi adalah ilmu budaya ( Manusia ) masa lalu melalui kajian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A.Gambaran Umum. Arkeologi adalah ilmu budaya ( Manusia ) masa lalu melalui kajian"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Gambaran Umum

Arkeologi adalah ilmu budaya ( Manusia ) masa lalu melalui kajian sistematis dari materi data. Sebuah systematis meliputi penemuan,dokumentasi,dan interpretasi artefak. tinggalan arkeologi adalah sisa kehidupan manusia masa lampau yang meliputi situs tempat kehidupan manusia yang pernah berlangsung, sisa manusia,sisa budaya (artefak) dan konsepsi pemikiran serta yang terkandung di dalammya), sisa sumberdaya lingkungan yang diekslorasi untuk memenuhi kebutuhan hidup (fauna,vegetasi,sisa pembakaran dan lain-lain). Sejarah arkeologi dimulai pada abad ke-18, ketika beberapa orang eropa mulai menaruh perhatian pada artefak-artefak dan monument – monument kuna yang ada di Indonesia. Dan sampai sekarang ini.

sejak tahun 1995, kegiatan Penelitian dilakukan oleh Balai Arkeologi Papua.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI nomor : 015/0/1995. Balai Arkeologi Papua ini merupakan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) di daerah, yang berada di bawah Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kantor Balai Arkeologi Papua di resmikan pada tanggal 10 Februari 1995, yang memiliki wilayah kerja di provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.

(2)

Balai Arkeologi Papua dalam kurung waktu selama 22 Tahun telah banyak melakukan kegiatan penelitian arkeologi. Puluhan situs arkeologi dan ratusan artefak hasil temuan dalam penelitian telah dikaji. Kegiatan penelitian tersebut telah dilakukan baik secara mandiri dan kerjasama dengan pusat penelitian arkeologi nasional dan dinas-dinas kebudayaan di daerah.

Hasil-hasil penelitian telah dipublikasikan dalam bentuk laporan, tulisan ilmiah, penerbitan forum arkeologi secara berkala, seminar, pembuatan document tentang situs, pameran dan sosialisasi kepada masyarakat dimana penelitian dilaksanakan. dan masyarakat luas.

B. Dasar Hukum

Keberadaan Balai Penelitian Arkeologi sebagai Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Memiliki nilai strategis bagi pengembangan arkeologi Indonesia. Sebagai perpanjangan tangan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional di daerah, UPT memiliki landasan yang sangat kuat untuk pengembangan arkeologi kedaerahan. Pendirian landasan konstitusi, seperti diamatkan dalam UUD 1945 pasal 32 yang berbunyi : Pemerintah memajukan Kebudayaan nasional merupakan puncak-puncak kebudayaan daerah-daerah seluruh Indonesia.

Berdasarkan ketentuan Pasal 18 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014, setiap laporan akuntabilitas Kinerja ( wajib) menyusun dan menyajikan Laporan Kinerja atas prestasi kerja yang dicapai berdasarkan penggunaan Anggaran yang telah dialokasikan. Penyusunan LAKIP Balai Arkeologi Papua 2017 dilandaskan tiga dasar

(3)

hukum yaitu: 1) Peraturan Presiden no.29 Tahun 2014 tentang petunjuk teknis perjanjian kinerja, pelaporan kinerja dan tata cara reviu atas laporan kinerja instansi pemerintah: 3) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no 9 tahun 2016 tentang sistem akuntabilitas kinerja di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sehubungan dengan ketentuan tersebut, maka disusun laporan kinerja Balai Arkeologi Papua.

C.Tugas pokok dan fungsi serta struktur organisasi

1. Tugas dan Fungsi

Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 27 Tahun 2015, Balai Arkeologi Papua yang membawahi wilayah kerja area Papua dan Papua Barat memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :

1. Tugas

1. Melaksanakan penelitian murni dan terapan untuk kepentingan akademis, strategis dan praktis;

2. Mengolah dan menyebarluaskan hasil penelitian dalam berbagai sarana dan media;

3. Melatih dan membimbing ketenagaan untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang bertaraf nasional dan internasional dibidang kearkeologian;

4. Menyediakan bank data untuk keperluan pendidikan dan penelitian dibidang arkeologi;

5. Menjalin kerja sama internasional di bidang kearkeologian dan ketenagaan;

(4)

6. Memberikan rumusan kebijakan dibidang pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya arkeologi untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara 2. Fungsi adalah :

1. Melakukan pengumpulan, perawatan, pengawetan dan penyajian benda yang bernilai budaya dan ilmiah yang berhubungan dengan penelitian arkeologi;

2. Melakukan urusan perpustakaan, pendokumentasian dan pengkajian ilmiah yang berhubungan dengan penelitian arkeologi;

3. Memperkenalkan dan menyebarluaskan hasil-hasil penelitian arkeologi;

4. Melakukan bimbingan edukatif kultural kepada masyarakat tentang benda arkeologi yang bernilai budaya dan ilmiah;

5. Melakukan urusan tatausaha dan urusan rumah tangga Balai Arkeologi.

b. Struktur Organisasi

Balai Arkeologi Papua merupakan satuan kerja eselon III, yang berada di bawah eselon II Pusat Arkeologi Nasional, dan esalon I Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Balai arkeologi mengalami pergeseran struktur organisasi. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 11 Tahun 2015 tentang organisasi dan Tata kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 22 April 2015, Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 27 tahun 2015, Balai Arkeologi adalah unit pelaksanaan teknis kementerian pendidikan dan

(5)

Kebudayaan di bidang penelitian dan pengembangan dan secara teknis bertanggungjawab kepada kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Permen di atas juga menyebutkan Balai Arkeologi dipimpin oleh seorang Kepala. Susunan Balai Arkeologi terdiri dari kepala, Bagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan fungsional. Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan, program,anggaran,kepegawaian, ketatalaksanaan, persuratan, kearsipan, pengelola Data Arkeologi, hubungan masyarakat, Barang Milik Negara, kerumahtanggaan dan perpustakaan balar.

Struktur Organisasi Balai Arkeologi Papua terdiri dari :

Kepala Balai, Kelompok Fungsional, Kasubag Tata Usaha, yang membawai; Urusan Perpustakaan, Urusan Barang dan Rumah Tangga, Urusan Dokumentasi, Urusan Artefak, Urusan Persuratan dan Kearsipan, Urusan Keuangan, dan Urusan Kepegawaian

(6)

D. Permasalahan Utama.

Balai Arkeologi Papua menyadari bahwa kegiatan penelitian dan pengembangan arkeologi di wilayah kerja hingga saat ini belum optimal. Untuk itu diperlukan kerja keras, untuk meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan arkeologi agar mendapat apresiasi dari masyarakat luas, sehingga sumberdaya

Kelompok Jabatan Fungsional

Kepala Sub TataUsaha

Staf Administrasi KepalaBalai ArkeologiPapua

(7)

arkeologi yang kita miliki dapat dilestarikan dan di maanfaatkan. Beberapa permasalah actual yang menjadi perhatian balai Arkeologi papua saat ini

1. Kegiatan Penelitian dan pengembangan arkeologi di wilayah kerja (Provinsi Papua dan Papua Barat ) belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya jumlah penelitian dan Pengembangan arkeologi apabila dibandingkan dengan luas wilayah kerjanya.

2. Rendahnya perhatian dan kurangnya kebijakan pemerintah daerah terhadap penelitian dan hasil penelitian arkeologi yang berpotensi dikelola dan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.

3. Belum adanya sinergi dengan pemangku kepentingan (stakeholder) di daerah, berkaitan dengan kegiatan penelitian dan pemanfaatan arkeologi kepada masyarakat.

4. Belum maksimalnya sosialisasi hasil penelitian arkeologi kepada masyarakat.

5. Minimnya sarana dan prasarana penunjang kegiatan penelitian dan pengembangan arkeologi di daerah.

Selain melihat permasalah aktual tersebut di atas, kini berkembang pula isu- isu strategis yang berkaitan dengan dunia arkeologi di masyarakat sebagai dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kondisi tersebut mengharuskan Balai Arkeologi Papua mengacu pada berbagai program dan kegiatannya. Isu-isu strategis tersebut antara lain :

1. Berkembangnya penelitian arkelogi maritime, dan pulau-pulau terluar sebagai realisasi dari program nasional perintah yang bertajuk Nawacita.

(8)

2. Perkembangan arkeologi publik menimbulkan tuntutan agar hasil-hasil penelitian dan pengembangan arkeologi dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya ideology, ekonomi dan akademik.

3. Tuntutan adanya kerjasama atau sinergi dalam kegiatan penelitian dan pengembangan arkeologi, antara pemerintah, masyarakat,lembaga sosial masyarakat, dan pemangku kepentingan.

4. Pengembangan publikasi hasil penelitian arkeologi dengan menggunakan berbagai media (multimedia) dan peningkatan kualitas publikasi ilmiah sesuai standar mutu.

5. Pengembagan SDM menuju profesionalisme yang didukung oleh sarana dan perasarana sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan permasalah aktual dan isu-isu strategis di atas, Balai Arkeologi Papua membuat berbagai perencanaan dan program yang dituangkan dalam rencana strategis berupa :

1.Meningkatkan jumlah situs-situs arkeologi yang akan diteliti;

2.Meningkatkan sumberdaya manusia(peneliti Arkeologi) di Balai Arkeologi Papua

3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang makna dan manfaat tinggalan arkeologi;

4.Meningkatkan Pemanfaan sumberdaya arkeologi untuk kepentingan pembangunan;

(9)

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

Perencanan kinerja mempunyai 3 (tiga) manfaat. Pertama, terdapat pedoman kinerja apa yang harus dilakukan. Kedua, terdapat ukuran untuk mengevaluasi pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja. Ketiga, memenuhi prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Rencana suatu organisasi memuat visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, program, kegiatan, dan indicator kinerja yang diperlukan sebagai pedoman pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi tersebut.

Balai Arkeologi berada dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan kementerian pendidikan dan kebudayaan. Balai arkeologi memiliki perjanjian kerja antara kepala Balai Arkeologi Papua (unit eselon III) dengan Kepala Pusat Penelitian Nasional (Puslit Arkenas) selaku eselon II. Program utama Balai Arkeologi Papua adalah program untuk mendukung kinerja Pusat penelitian Arkeologi Nasional selaku eselon II dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan selaku eselon I. selain itu, sebagai bagian dari program Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Arkeologi Papua berupaya memberikan dukungan program dan kegiatan yang dapat menunjang pencapaian target indicator kinerja utama, sehingga bisa mendukung outcome utama yang ditetapkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Program yang telah diterapkan oleh Balai Arkeologi Papua adalah :

(10)

1. Penelitian arkeologi secara termatik, hollitik, dan terpadu antardisiplin arkeologi dan ilmu bantu lainnya.

2. Pendokumentasian hasil-hasil penelitian arkeologi untuk dapat diakses oleh masyarakat berbagai kalangan;

3. Peningkatan kapasitas publikasi atau pemasyarakatan hasil-hasil penelitian arkeologi melalui berbagai media(multimedia)

4. Peningkatan kerjasama antar lembaga terkait (stakeholder) dan pelayanan kepada masyarakat tentang penelitian arkeologi di wilayah kerja balai arkeologi:

5. Peningkatan kualitas sumber daya manusia sesuai bidang keahlian dan profesinya, disertai peningkatan sarana dan prasarana kerja sesuai kepentingan secara proporsional dan operasional.

Implementasi dari program yang telah ditetapkan oleh balai Arkeologi papua, diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan tugas dan fungsi dari balai Arkeologi Papua. Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai outcome/hasil dari program yang ditetapkan.kegiatan-kegiatan yang dilaksankan Balai Arkeologi Papua secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Merencanakan dan melaksanakan penelitian arkelogi;

2. Mengadakan pameran hasil-hasil penelitian arkeologi;

(11)

3. Penyuluhan dan seminar arkeologi;

4. Menerbitkan/mempublikasikan hasil-hasil penelitian arkeologi

Sasaran strategis Balai Arkeologi Papua adalah hasil penelitian dan pengembangan arkeologi. Pelaksanaan program dan kegiatan tidak terlepas dari indicator Kinerja Utama sebagai tolak ukur pencapaian suatu kinerja. Indikantor kinerja Utama ditetapkan guna mendukung pencapaian sasaran strategis Balai Arkeologi Papua pada Tahun 2017. Indikator Utama Balai Arkeologi Papua antara lain:

Sasaran strategis Balai Arkeologi Papua adalah tersedianya penelitian dan pengembangan arkeologi. Pelaksanaan program dan kegiatan tidak terlepas dari indikator kinerja Utama sebagai tolak ukur pencapaian suatu kinerja. Indikator kinerja Utama ditetapkan guna mendukung pencapaian sasaran strategis Balai Arkeologi Papua pada Tahun 2017. Indikator Kinerja Utama Balai Arkeologi Antara Lain :

1 Jumlah dokumen hasil Penelitian arkeologi lintas disiplin 2 Jumlah dokumen rumah peradaban sebagai media pemanfaatan

hasil penelitian arkeologi

3 Jumlah Layanan Dukungan Manajemen Eselon I 4 Jumlah Layanan Internal

5 Jumlah Layanan Perkantoran

Upaya pencapaian kinerja tertuang dalam perjanjian kinerja Balai Arkeologi Papua. Telah disepakati oleh Kepala Balai Arkeologi Papua dengan Kepala Pusat

(12)

Penelitian Arkeologi Nasional. Perjanjian kinerja Balai Arkeologi, tertuang dalam Rencana Kinerja dan Anggaran Kementerian/Lambaga (RKAKL), Berikut Perjanjian Kinerja Balai Arkeologi Papua Tahun 2017

Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Targe t

Anggaran

Tersedianya Hasil Penelitian dan Pengembangan Arkeologi

Dokumen Hasil Penelitian arkeologi

11 Dok

842,100,000

Dokumen Rumah

Peradaban sebagai Media Pemanfaatan Hasil penelitian arkeologi

2 Dok 165,250,000

Dokumen Dukungan Layanan Manajemen Eselon I

4 dok 251,460,000

Dokmen Dukungan Layanan Internal

3 Dok 852,054,000

Perjanjian Kinerja tersebut di atas belum termasuk kegiatan Layanan Perkantoran sebesar Rp. 3,467,448,000 Total Jumlah Anggaran Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Bidang Arkeologi di Balai Arkeologi Papua Tahun 2016 sebesar Rp.

5.578.312.000

(13)

Sebagaimana dijelaskan pada tabel di atas sasaran strategis Balai Arkeologi Papua adalah tersedianya hasil penelitian dan pengembangan arkeologi. Pencapaian sasaran strategis dilakukan diukur melalui empat indikator kinerja yaitu 1) jumlah dokumen hasil penelitian arkeologi lintas disiplin dan tematis: 2) jumlah dokumen rumah peradaban sebagai media pemanfaatan hasil penelitian arkeologi: 3) jumlah layanan dukungan manajemen eselon I; 4) jumlah dukungan layanan internal;

Indikator-indikator yang ada dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2016 di atas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

 Pada indikator peneltian terdapat tiga kegiatan utama yaitu; (1) Penyusunan kerangka acuan penelitian 1 kegiatan, (2) Kegiatan penelitian meliputi 8 volumen kegiatan meliputi:1. Penelitian Peradaban kawasan lembah Baliem Timur dan Utara, Kabupaten Jayawijaya: 2. Penelitian Pola Tata Ruang Situs Gunung Srobu 3. Penelitian gambar cadas di Kabupaten Kaimana, 4;

Penelitian Pengaruh Budaya Dongson di kawasan Jayapura 5: Penelitian arkeologi di wilayah perbatasan Kabupaten Keroom 6: Penelitian arkeologi kawasan terdepan di Pulau Miossu Kabupaten Tambrauw, 7: penelitian arkeologi Maritim Pantai Utara Papua, 8; Seminar Uji materi Mulok. dan (3) Kegiatan Evaluasi hasil penelitian 1 kegiatan. Alokasi anggaran untuk mencapai indikator kinerja jumlah dokumen hasil penelitian arkeologi lintas disiplin dan tematis adalah sebesar Rp. 842,100,000 ( Delapan ratus empat puluh dua juta seratus ribu rupiah)

 Pada indikator Rumah Peradaban sebagai media pemanfaatan hasil penelitian arkeologi kegiatannya terdiri dari 2 kegiatan utama yaitu (1) Kegiatan Sosialisasi nilai tinggalan arkeologi untuk tingkat SMP di Situs megalitik Tutari, Sentani Kabupaten Jayapura (2) Pameran arkeologi yang dilaksanakan di Kampung Khalkote Kabupaten Jayapura. Alokasi anggaran untuk mencapai indikator kinerja jumlah dokumen rumah peradaban sebagai media

(14)

pemanfaatan hasil penelitian arkeologi adalah sebesar Rp 165,250,000 (seratus enam puluh lima juta dua ratus lima puluh ribu rupiah)

 Pada indikator Dokumen layanan Manajemen Eselon I kegiatan ini terdiri dari 4 kegiatan yaitu (1) Penyusunan Rencana Anggaran, (2) Pengelolaan keuangan, (3) Pengelolaan Kepegawaian, dan 4 Kegiatan Pelayanan rumah tangga. Alokasi anggaran untuk mencapai indikator kinerja jumlah dokumen layanan manajemen eselon I adalah sebesar Rp.251,460,000 (dua ratus lima puluh satu juta empat ratus enam puluh ribu rupiah).

 Pada indikator Dokumen layanan internal terdiri dari tiga kegiatan yaitu 1.

Pengdaan Perangkat Pengolah data dan komunikasi 2, pengadaan Peralatan Fasilitas Perkantoran dan gedung dan bangunan. Alokasi anggaran untuk mencapai indikator kinerja jumlah dokumen layanan internal adalah sebesar Rp 852,054,000 (delapan ratus lima puluh dua juta lima puluh empat ribu rupiah

Secara keseluruhan alokasi pagu Balai Arkeologi Papua adalah sebesar Rp.

5,578,312,000 (Lima milyar lima ratus tujuh puluh delapan juta tiga ratus dua belas ribu rupiah).

BAB III

AKUNTABILTAS KINERJA

(15)

A. Capaian Kinerja Organisasi

Setiap sasaran strategis yang telah ditetapkan dan dokumen perjanjian kinerja perlu diketahui tingkat ketercapaiannya, hal ini untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan suatu unit kerja dan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas tugas yang diamanatkan. Berikut tingkat ketercapaian sasaran strategis unit kerja sebagaimana ditetapkan penetapan kinerja.

Sasaran # 1: Tersedianya hasil Penelitian dan Pengembangan arkeologi.

Sasaran strategis ini capaian realisasinya diukur oleh empat indikator kinerja yaitu jumlah dokumen hasil penelitian arkeologi lintas disiplin dan tematis, jumlah rumah peradaban sebagai media pemanfaatan hasil penelitian arkeologi, jumlah dokumen dukungan layanan manajemen eselon I dan jumlah layanan internal.

Berdasarkan data kinerja 2017, dapat dijelaskan bahwa dari keempat indikator kinerja yang ada untuk mengukur sasaran strategis, yang dtetapkan yaitu indikator kinerja jumlah hasil penelitian dan pengembangan arkeologi, indikator kineja jumlah Rumah peradaban sebagai media pemanfaatan hasil penelitian, indikator kinerja jumlah layanan dukungan manajemen eselon I dan indikator kinerja layanan intenal (overhead) telah mencapai target yang ditetapkan.

(16)

Tingkat ketercapaian masing-masing indikator kinerja tahun 2017

Sasaran

strategis Indikator Kinerja

Target 2017

% Target % Realisasi

Tersedianya hasil

penelitian dan pengembanga n arkeologi

1. Jumlah dokummen hasil penelitian arkeologi lintas disiplin dan tematis

100 11 dokumen

96,7 4

11 dokumen

2. Jumlah Rumah

Peradaban sebagai media pemanfaatan hasil penelitian

100 2 Dok 89,4

3

2 dokumen

3. Jumlah layanan Dukungan

Manajemen Eselon I

100 4 dok 98,9

3

4 dokumen

4. Jumlah Layanan overhead

100 3 dok 99,5

6

3 dokumen

Indikator kinerja # 1” jumlah dokumen hasil penelitian arkeologi lintas disiplin dan tematis” telah sesuai target yang ditetapkan yaitu 11 dokumen dengan presentase capaian 96,74%

Adapun kegiatan-kegiatan yang telah terlaksana dalam menunjang capaian indikator kinerja antara lain : A. Desain dan Instrumen yang terdiri dari kegiatan 1) Kerangka Acuan penelitian 2) FGD Penelitian. B Pelaksanaan

(17)

penelitian yang meliputi: 1) Penelitian Peradaban Kawasan Lembah Baliem Timur da Utara, Kabupaten Jayawijaya, 2) Penelitian Pola Tata ruang Situs gunung Srobu Kota Jayapura, 3) Penelitian gambar Cadas di wilayah Kaimana, 4) Penelitian Pengaruh Budaya Dongson di Kawasan Jayapura, 5) Penelitian arkeologi di wilayah Perbatasan Kabupaten Keroom, 6) Penelitian Arkeologi kawasan terdepan di pulau Miossu Kabupaten Tambrauw, 7) Penelitian Arkeologi Maritim Pantai Utara Papua dan 8) Seminar Uji Materi Mulok. Kegaiatn Evaluaasi dan Publikasi yang meliputi: 1) Pengelolaan artefak, 2) Penerbitan Jurnal 3). Pengayaan

Gambar 1. Foto kegiatan penelitian di Pulau Miossu Kabupaten Tambrauw

Penyebab keberhasilan Indikator Kinerja # 1 Jumlah dokumen hasil penelitian adalah tidak terlepas dari adanya semangat dari peneliti beserta tim dalam

(18)

menganalisis permasalahan yang terjadi sehingga pelaksanaan kegiatan tetap berjalan sesuai yang diharapkan.

Gambar 2. Foto kegiatan penelitian gambar cadas di kawasan Danau Kamaka Kabupaten Kaimana

Setiap indikator kinerja memiliki hambatan dan permasalahan dalam proses pencapaian target. Hambatan dan permasalahan indikator kinerja #I. Jumlah dokumen hasil penelitian arkeologi lintas disiplin dan tematis” muncul dari kegiatan penunjang terlaksananya output kegiatan. Pelaksanaan kegiatan penelitian bidang arkeologi, memiliki hambatan yang berbeda-beda antara satu situs dengan situs lainnya. Hal ini

(19)

dikarenakan kondisi geografis, alokasi anggaran, kondisi masyarakat dan adat istiadat setempat. Secara keseluruhan penelitian terkendala oleh kondisi geografis wilayah penelitian. Adapun hambatan dalam setiap pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

 Penyusunan kerangka acuan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan tidak ada hambatan yang berarti

 FGD penelitian hambatan dalam pelaksanaan kegiatan tidak ada hambatan yang berarti mengundang narasumber dari luar

 Pelaksanaan penelitian Peradaban Kawasan Lembah Baliem Timur dan Utara Kabupaten Jayawijaya, hambatan dalam pelaksaan penelitian yaitu medan yang sulit sehingga lokasi situs sulit dijangkau dan masyarakat tertutup sehingga melarang peneliti untuk sampai ke lokasi situs untuk melihat benda budaya karena situs tersebut dianggap sakral

 Pelaksanaan penelitian Pola Tata Ruang Situs gunung Srobu Kota Jayapura, hambatan dalam pelaksanaan penelitian yaitu bebarapa objek telah dirusak, waktu kegiatan penelitian yang terlalu singkat dan kurangnya SDM bagian penggambaran.

 Pelaksanaan Penelitian Gambar Cadas di wilayah Danau Kamaka, Kabupaten Kaimana, hambatan dalam pelaksanaan penelitian jumlah hari penelitian yang kurang, peralatan penelitian kurang memadai,anggota tim yang tidak sesuai objek penelitian, metode pengambilan sampel untuk dating

(20)

 Penelitian Pengaruh Budaya Dongson di kawasan Jayapura, hambatan dalam pelaksanaan penelitian benda-benda budaya yang mendapat pengaruh budaya Dongson telah dijual dan sebagian dihilangkan sehingga sulit untuk mendapatkan data-data sesuai judul penelitian

 Pelaksanaan Penelitian arkeologi di wilayah Perbatasan Kabupaten Keroom, hambatan dalam pelaksanaan penelitian lokasi situs yang sulit dijangkau banyak ular dan lintah

 Pelaksanaan Penelitian kawasan terluar Pulau Miossu Kabupaten Tambraw, hambatan dalam pelaksanaan penelitian yaitu cuaca buruk dan ombak besar sehingga sulit untuk menjangkau pulau terluar dan jalan darat yang menghubungkan ke Kabupaten Tambrauw sangat sulit

 Pelaksanaan penelitian arkeologi Maritim di Pantai Utara Papua, hambatan dalam pelaksanaan penelitian tidak ada transportasi air secara reguler menuju pulau-pulau dan sebagian besar informan kunci sudah meninggal

 Seminar Uji Materi Mulok. Kegiatan seminar uji materi mulok yang pada awalnya adalah kegiatan penelitian gerabah di kampung abar kota Jayapura.

Karena kegiatan mendesak harus dilakukan sehingga dilaksanakan seminar tersebut. Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan tidak ada hambatan yang berarti.

 Pengelolaan Artefak tidak ada hambatan yang berarti

(21)

 Penerbitan Jurnal tidak ada hambatan yang berarti

 Pengayaan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan adalah terbatasnya anggaran untuk mencetak buku dalam jumlah banyak

Untuk mengatasi hambatan dan permasalahan tersebut langkah antisipasi yang diambil adalah sebagai berikut:

 Kerangka Acuan penelitian langkah antisipasi yang diambil melaksanakan kegiatan tidak ada kendala yang berarti

 FGD penelitian langkah antisipasi yang diambil melaksanakan kegiatan FGD selama satu hari

 Penelitian peradaban kawasan lembah Baliem Timur dan Utara Kabupaten Jayawijaya langkah antisipasi yang diambil adalah survei ke situs lain yang berada tidak jauh dari situs tersebut.

 Penelitian Pola Tata Ruang Situs Gunung Srobu Kota Jayapura langkah antisipasi yang diambil memaksimal waktu yang tersedia dan melibatkan mahasiswa geologi untuk melakukan penggambaran situs

 Penelitian gambar cadas di Kabupaten Kaimana langkah antisipasi yang diambil yaitu memaksimalkan waktu yang tersedia, menggunakan peralatan penelitian seadanya dan tetap menggunakan tenagan yang ada dalam tim

(22)

 Penelitian pengaruh budaya Dongson di Kabupaten Jayapura langkah antisipasi yang diambil melakukan penelitian dan memaksimalkan data yang diperoleh saat penelitian.

 Penelitian arkeologi di wilayah perbatasan Kabupaten Keroom langkah antisipasi yang diambil tetap melakukan penelitian walaupun situsnya harus ditempuh dengan berjalan kaki berjam-jam.

 Penelitian arkeologi kawasan terluar pulau Miossu Kabupaten Tambrauw langkah antisipasi yang diambil adalah melakukan penelitian di wilayah yang bisa dijangkau

 Penelitian arkeologi maritim Pantai Utara Papua. Langkah antisipasi yang diambil adalah melakukan penelitian dengan menyewa perahu yang tentunya harganya jauh lebih mahal dan mencari informan lain yang mengerti dan paham akan topik penelitian

 Seminar Uji materi Mulok. Langkah antisipasi yang diambil melakukan perencanaan lebih matang agar pelaksanaan kegiatan berjalan lancar.

 Pengelolaan artefak langkah antisipasi yang diambil tetap melaksanakan kegaiatan

 Penerbitan jurnal langkah antisipasi yang diambil melakukan pencetakan jurnal

(23)

 Pengayaan langkah antisipasi yang diambil memaksimalkan anggaran yang ada dan tetap melakukan pencetakan buku dengan anggaran yang ada

Untuk melihat capaian indikator kinerja Balai Arkeologi Papua secara lebih mendalam dilakukan perbandingan antara capaian indikator kinerja tahun sebelumnya tahun 2016 dengan capaian kinerja tahun 2017. Berikut perbandingan tingkat ketercapaian indikator kinerja di tahun 2016 dan tahun 2017.

Perbandingan Tingkat Ketercapaian Indikator Kinerja

Sasaran strategis Indikator Kinerja Tahun 2016 Tahun 2017

Target realisasi % Target Realisasi % Tersedianya

hasil penelitian dan

Pengembangan arkeologi

1. Jumlah dokumen hasil penelitian arkeologi lintas disiplin dan tematis

17 dokumen

17 Dokumen

100 11 dokumen

11 dokumen

100

Capaian indikator kinerja jumlah hasil penelitian arkeologi lintas disiplin dan tematis ditahun 2017 lebih rendah dibandingkan tahun 2016. Hal ini dikarenakan pada tahun 2017 anggaran untuk kegiatan jumlah hasil penelitian arkeologi lintas disiplin dan tematis lebih kecil dibandingkan tahun 2016.

Tercapainya indikator kinerja “ jumlah penelitian arkeologi lintas disiplin dan tematis” ditunjang oleh beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya:

 Dilaksanakannya FGD penelitian

(24)

 Diskusi Penyusunan kerangka acuan penelitian

Indikator Kinerja #2 Jumlah rumah Peradaban sebagai media pemanfaatan hasil penelitian arkeologi sudah memenuhi target yang ditetapkan. Sebanyak 2 dokumen yang ditargetkan.

Adapun kegiatan-kegiatan yang terlaksana untuk mendukung pencapaian indikator kinerja ini antara lain: 1) Sosialisasi Tinggalan Arkeologi, 2) Pameran Arkeologi

Kegaiatan sosialisasi tinggalan arkeologi Rumah Peradaban yang diikuti oleh siswa- siswa SMP kota dan Kabupaten Jayapura

Penyebab keberhasilan Indikator Kinerja #2 jumlah rumah peradaban sebagai media pemanfaatan hasil penelitian arkeologi” karena adanya komunikasi dan perencanaan yang baik antar panitia kegiatan, instansi terkait dan peserta sehingga kendala dilapangan dapat diatasi. Selain itu antusiasme masyarakat yang tinggi sangat mendukung suksesnya kegiatan rumah peradaban.

Tercapainya sasaran strategis tidak terlepas dari hambatan dan permasalahan dalam proses pencapaian target indikator kinerja #2 jumlah rumah peradaban sebagai media

(25)

pemanfaatan hasil penelitian arkeoogi”. Adapun hambatan dalam setiap kegiatan sebagai berikut:

1. Sosialisasi tinggalan arkeologi hambatan dalam pelaksanaan kegiaatan ini adalah anggaran yang terbatas

2. Pameran Arkeologi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan ini tidak ada hambatan yang berarti

Untuk mengatasi hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan Rumah peradaban langkah antisipasi yang diambil adalah sebagai berikut

 Sosialisasi tinggalan arkeologi langkah antispipasi yang diambil adalah memaksimalkan anggaran yang tersedia

 Pameran Arkeologi langkah antisipasi yang diambil adalah melaksanakan kegiatan pameran arkeologi.

Untuk mencapai indikator kinerja kegiatan “Rumah Peradaban sebagai media pemanfaatan hasil penelitian arkeologi dapat dilihat perbandingan pada indikator kinerja rumah peradaban tahun 2016 dan indikator kinerja tahun 2017. Berikut perbandingan capaian kinerja rumah peradaban sebagai media pemanfaatan hasil penelitian tahun 2016 dan kinerja tahun 2017.

Perbandingan Tingkat Ketercapaian Indikator Kinerja

Sasaran strategis

Indikator Kineja Tahun 2016 Tahun 2017

Target Realisasi % target Realisasi %

(26)

Tersedianya

Hasil penelitan dan

pengembangan arkeologi

2.Jumlah Rumah peradaban sebagai pemanfaatan hasil penelitian arkeologi

2 dokumen

2 dokumen

100 2

dokumen 2 dokumen

100

Berdasarkan data kinerja di atas dapat dijelaskan indikator kinerja “ jumlah rumah peradaban sebagai media pemanfaatan hasil penelitian arkeologi pencapaian kinerja sama dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2016. Program Rumah Peradaban merupakan program baru yang dicanangkan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional di tahun 2016 guna mendukung program Nawacita yang dicanangkan oleh pemerintah.

Secara umum Indikator kinerja #2 Jumlah rumah peradaban sebagai media pemanfaatan hasil penelitian arkeologi” sudah tercapai meskipun anggaran yang tersedia untuk kegiatan tersebut sangat terbatas.

Indikator kinerja #3 jumlah Layanan dukungan manajemen eselon I telah sesuai target yang ditetapkan. Ketercapaian target tersebut disebabkan kegiatan yang ada dapat terlaksana dengan baik.

Tercapainya sasaran strategis, tidak terlepas dari hambatan dan permasalahan dalam prosese pencapaian target indikator kinerja #3 jumlah Layanan dukungan manajemen eselon I, tidak ada hambatan yang berarti.

(27)

Indikator kinerja #4 jumlah layanan internal (overhead) telah sesuai target yang ditetapkan. Ketercapaian target tersebut disebabkan kegiatan yang ada dapat terlaksana dengan baik.

Tercapainya sasaran strategis, tidak terlepas dari hambatan dan permasalahan dalam proses pencapaian target indikator kinerja #4 jumlah layanan internal (overhead) tidak ada hambatan yang berarti.

B. Realisasi Anggaran

Dalam upaya pencapaian sasaran strategis yangtelah ditetapkan dan dokummen perjanjian kinerja memerlukan anggaran sebagai dukungannya. Pagu anggaran Balai Arkeologi Papua tahun 2017 adalah sebesar Rp.5,578,312,000 dari total pagu anggaran tersebut yang diperjanjikan dalam perjanjian kinerja adalah sebesar Rp. 2,110,864,000,-. Berikut uraian tentang anggaran yang berhasil digunakan dalam upaya pencapaian sasaran tersebut.

Sasaran #1: Tersedianya hasil penelitian dan Pengembangan arkeologi.

Alokasi anggaran pencapaian sasaran strategis ini adalah sebesar Rp 2,110,864,000 yang tersebar pada empat indikator kinerja. Realisasi anggaran tersebut sebesar Rp dengan presentase rata-rata keempat indikator kinerja itu sebesar

%. Berikut rincian realisasi anggaran yang digunakan masing-masing indikator kinerja

Sasaran Indikator Kinerja Utama Anggaran Realisasi %

(28)

strategis Tersedianya hasil

penelitian dan pengembanga n arkeologi

1. Jumlah dokumen hasil penelitian arkeologi lintas disiplin dan tematis

842,100,00 0

814,704,100 96,74

2. Jumlah Rumah

Peradaban sebagai media pemanfaatan hasil penelitian arkeologi

165,250,00 0

147,790,000 89,43

3. Jumlah dukungan Layanan Manajemen eselon I

251,460,00 0

248,771,000 98,93

4. Jumlah layanan Internal (overhead)

852,054,00 0

848,376,500 99,56

Berdasarkan data kinerja keuangan di atas dapat dijelaskan bahwa dari keempat indikator kinerja yang ada, belum mencapai target yang ditetapkan.

Indikator kinerja #1 jumlah dokumen hasil penelitian arkeologi lintas disiplin dan tematis” realisasi anggaran untuk indikator kinerja ini adalah sebesar Rp 814,704,100 dengan presentase capaian sebesar 96,74 %. Tercapainya target anggaran sebesar Rp 814,704,100 dikarenakan:

a. Kegiatan penelitian tidak ada kendala yang berarti sehingga kegiatan penelitian dapat berjalan sesuai yang diharapkan

(29)

b. Terdapat anggaran yang tidak terealisasi 100% pada kegiatan FGD penelitian disebabkan anggaran perjalanan yang tersedia tidak terserap secara keseluruhan.

Indikator kinerja #2 “ jumlah rumah peradaban sebagai media pemanfaatan hasil penelitian arkeologi”. Realisasi anggaran untuk kinerja ini belum mencapai target.

Dari target sebesar Rp. 165,250,000 telah terealisasi sebesar Rp 147,790,000 dengan presentase capaian 89,43% Ketidaktercapaian target anggaran sebesar yang ditetapkan disebabkan oleh :

1. Adanya anggaran pada kegiatan identifikasi perencanaan dan perencanaan rumah peradaban yang tidak digunakan

2. Adanya anggaran pembuatan laporan/ dokumentasi yang tidak digunakan

Rendahnya realisasi anggaran pada indikator kinerja rumah peradaban sebagai media pemanfaatan hasil penelitian adalah karena ada beberapa anggaran yang tidak terealisasi

Indikator kinerja #3 “ jumlah layanan dukungan manajemen eselon I. Realisasi anggaran untuk kinerja ini belum mencapai target. Dari target sebesar Rp 251,460,000 terealisasi sebesar Rp 248,771,000. Ketidaktercapaian anngaran pada indikator kinerja #3 jumlah layanan dukungan manajemen eselon I adalah:

1. Anggaran pada perjalanan dinas kegiatan penyusunan RKAKL tidak terserap 100%

(30)

2. Anggaran perjalanan dinas pada kegiatan pengelolaan keuangan tidak terserap 100%

Rendahnya realisasi anggaran sebagai akibat tidak tersealisasi 100% anggaran perjalanan dinas pada kegiatan indikator kinerja layanan dukungan manajemen eselon I.

Indikator kinerja #4 jumlah layanan internal overhead. Realisasi anggaran pada kinerja ini tidak mencapai target. Dari target sebesar Rp 852,054,000,- telah terealisasi sebesar Rp 847,781,425,-. Dengan persentase capaian 99,56%. Secara keseluruhan kegiatan layanan internal telah dilaksanakan 100%. Ketidaktercapaian target anggaran sebesar yang ditetapkan karena ada beberapa kontrak pengadaan yang anggarannya lebih rendah dari anggaran yang ditetapkan pada DIPA Balai Arkeologi Papua.

(31)

BAB IV

PENUTUP

Pada tahun 2017 Balai Arkeologi Papua mengelola DIPA senilai Rp.5,578,312,000 (Lima milyar lima ratus tujuh puluh delapan juta tiga ratus dua belas ribu rupiah).

Pengelolaan DIPA tersebut tentunya tidak terlepas dari upaya penunjang program utama Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu program penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Implementasi upaya pencapaian program tersebut tertuang dalam sasaran strategis Balai Arkeologi Papua yaitu tersedianya hasil penelitian dan Pengembangan arkeologi. Pencapaian sasaran strategis Balai Arkeologi Papua tertuang dalam pencapaian Indikator Kinerja Utama, yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Jumlah Dokumen hasil penelitian arkeologi lintas disiplin dan tematis adalah sebesar 100%

2. Jumlah Dokumen Rumah Peradaban sebagai media pemanfaatan hasil penelitian arkeologi adalah sebesar 100%

(32)

3. Jumlah Dokumen Dukungan Layanan Manajemen Eselon I adalah sebesar 100%

4. Jumlah Dokumen layanan overhead adalah sebesar 100%

secara keseluruhan capaian Kinerja Balai Arkeologi Papua adalah sebesar 100%.

Berdasarkan data analisis capaian kinerja dapat dilihat bahwa Balai Arkeologi Papua telah mencapai target yang ditetapkan, sehingga tidak ada hambatan utama dalam pelaksanaan kegiatan DIPA tahun 2017.

Analisis Pencapaian kinerja tentunya tidak terlepas dari akuntabilitas keuangan. Akuntabilitas keuangan Balai Arkeologi Papua di tahun 2017 belum mencapai target yang ditetapkan. Pencapaian akuntabilitas keuangan sasaran strategis” tersedianya hasil penelitian dan pengembangan arkeologi” Balai Arkeologi Papua adalah sebesar 94,39% dengan penjabaran sebagai berikut:

1. Indikator Kinerja jumlah dokumen hasil penelitian arkeologi lintas disiplin dan tematis sebesar 96,74 %,

2. Indikator Kinerja jumlah rumah peradaban sebagai media pemanfaatan hasil penelitian arkeologi sebesar 89,53%

3. Indikator Kinerja Jumlah dukungan layanan manajemen eselon I adalah sebesar 98,93%

4. Indikator Kinerja jumlah layanan internal (0verhead) adalah sebesar 99,56%.

Belum maksimalnya pencapaian akuntabiltas kinerja disebabkan oleh adanya anggaran pada kegiatan jumlah dokumen hasil penelitian arkeologi yang tidak

(33)

terealisasi dan adanya anggaran perjalanan dinas pada kegiatan layanan dukungan manajemen eselon I.

Langkah-langkah strategis yang diambil untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja Balai Arkeologi Papua :

1. Melaksanakan kegiatan dengan memaksimalkan anggaran yang tersedia 2. Meningkatkan etos kerja dan disiplin di Balai Arkeologi Papua

3. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait

4. Mengoptimalkan dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan

Demikian Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Arkeologi Papua untuk tahun anggaran 2017 ini dibuat, sebagai sumber informasi dan gambaran capaian kinerja Balai Arkeologi Papua. Laporan ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam perumusan kebijakan dan perencanaan di tahun berikutnya. Semoga laporan ini berguna bagi stakeholder dan dapat memberikan kontribusi dalam pencapaian kebijakan strategis Kemeterian Pendidikan dan Kebudayaan.

(34)

Gambar

Gambar 1. Foto kegiatan penelitian di Pulau Miossu Kabupaten Tambrauw
Gambar 2. Foto kegiatan penelitian gambar cadas di kawasan Danau Kamaka Kabupaten Kaimana

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan

Dalam kaitannya dengan pembahasan di atas, yang dimaksud dengan metode tadabur qurani adalah upaya manusia dalam mengetahui makna serta maksud yang terkandung dalam ayat

hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian terbukti semakin tinggi jabatan strukturalnya (esselon) maka kecemasan menghadapi masa pensiunnya juga akan

Gangguan kesehatan tidak diketahui atau tidak diperkirakan dalam penggunaan normal. Mutagenisitas sel

Untuk hak akses administrator terdapat menu yang dapat diakses adalah Data yang meliputi Data Jalan Salatiga, Data Pengguna, Data ID3 dan Data Pengajuan

Dimensi-dimensi yang menjadi ukuran dalam menentukan budaya politik suatu masyarakat, yaitu: (1) Tingkat pengetahuan umum masyarakat mengenai sistem politik negaranya; (2)

Dihadiri oleh pemegang saham Seri A Dwiwarna dan para pemegang saham lainnya dan/atau wakil-wakil mereka yang sah yang bersama-sama mewakili lebih dari ½ (satu per