• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Anggota DPR RI: PIMPINAN : 1. Lasarus, S.Sos, M.Si/Ketua Komisi V DPR RI/F- PDIP 2. H. Moh. Arwani Thomafi/Wakil Ketua V DPR RI/F-PPP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "A. Anggota DPR RI: PIMPINAN : 1. Lasarus, S.Sos, M.Si/Ketua Komisi V DPR RI/F- PDIP 2. H. Moh. Arwani Thomafi/Wakil Ketua V DPR RI/F-PPP"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH RAPAT

PEMBAHASAN RUU BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI V DPR RI DENGAN KEPALA

BADAN KEAHLIAN SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI Tahun Sidang : 2021-2022

Masa Persidangan : I

Rapat ke- :

Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Sifat Rapat : Terbuka

Hari, Tanggal : Kamis, 19 Agustus 2021 Waktu : Pukul 13.30 s.d. 14.35 WIB

Tempat : Ruang Rapat Komisi V DPR RI (KK V) Gedung Nusantara Lantai 1, Jakarta

Ketua Rapat : H. Moh. Arwani Thomafi/Wakil Ketua Komisi V DPR RI/F-PPP

Sekretaris Rapat : Nunik Prihatin Budiastuti, S.H./Kabagset. Komisi V DPR RI

Acara : 1. Paparan, Dukungan dan Kajian terhadap Pembahasan RUU Badan Usaha Milik Desa;

2. Lain-lain

Hadir Anggota : 41 Anggota hadir dari 53 Anggota Komisi V DPR RI dengan rincian sebagai berikut:

A. Anggota DPR RI:

PIMPINAN :

1. Lasarus, S.Sos, M.Si/Ketua Komisi V DPR RI/F- PDIP

2. H. Moh. Arwani Thomafi/Wakil Ketua V DPR RI/F-PPP

FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN:

7 orang Anggota dari 10 Anggota:

1. Bob Andika Mamana Sitepu, S.H.

2. Mochamad Herviano

3. Hj.Sadarestuwati, S.P.,M.MA.

4. Sukur H. Nababan, S.T.

5. Ir. Sudjadi

(2)

6. Sarce Bandaso Tandiasik.,S.H.,M.H.

7. H. Irmadi Lubis

FRAKSI PARTAI GOLKAR:

7 orang Anggota dari 7 Anggota:

1. Drs. Hamka B Kady, M.S.

2. Cen Sui Lan

3. Ir.H.Anang Susanto, M.Si

4. H. Tubagus Haerul Jaman, S.E.

5. Ilham Pangestu

6. Bambang Hermanto.,S.E.

7. Muhammad Fauzi.,S.E.

FRAKSI PARTAI GERINDRA:

4 orang Anggota dari 6 Anggota:

1. Iis Edhy Prabowo, S.Hum., M.M.

2. Ir. Eddy Santana Putra, M.T.

3. Hj. Novita Wijayanti, S.E., M.M.

4. Ir. Sumail Abdullah

FRAKSI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT:

4 orang Anggota dari 4 Anggota:

1. Drs. H. Soehartono, M.Si.

2. Drs. H. Tamanuri, M.M.

3. Sri Wahyuni 4. Roberth Rouw

FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA : 6 orang Anggota dari 6 Anggota:

1. H.Ruslan M.Daud

2. Neng Eem Marhamah Zulfa Hiz, S.Th.I.

3. Sofyan Ali, S.H.

4. H. Syafiuddin, S.Sos.

5. H. Sukamto, S.H.

6. H. An’im Falachuddin Mahrus FRAKSI PARTAI DEMOKRAT:

4 orang Anggota dari 5 Anggota:

1. Willem Wandik, S.Sos.

2. drh. Jhonni Allen Marbun, M.M.

3. Lasmi Indaryani, S.E.

4. Ir. H. Ishak Mekki, M.M.

FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA:

(3)

2 orang Anggota dari 5 Anggota:

1. Ir. H. Sigit Sosiantomo 2. Drs.Hamid Noor Yasin, M.M.

FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL:

4 orang Anggota dari 5 Anggota:

1. H.A.Bakri H. M., S.E.

2. Hj. Hanna Gayatri, S.H.

3. H. Boyman Harun, S.H.

4. H. Sungkono

FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN:

1 orang Anggota dari 1 Anggota:

1. Dr. H. Muh. Aras, S.Pd., M.M.

B. UNDANGAN:

1. Kepala Badan Keahlian DPR RI (Dr.

Inosentius Samsul.,S.H.,M.Hum.)

KETUA RAPAT (H. MOH. ARWANI THOMAFI/ WAKIL KETUA KOMISI V DPR RI /F-PPP):

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh, Selamat siang,

Salam sejahtera untuk kita semua.

Yang terhormat Pimpinan dan Anggota Komisi V DPR RI,

Yang terhormat Kepala Badan Keahlian DPR RI beserta jajarannya.

Mengawali rapat kita pada hari ini, marilah kita bersyukur pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita, sehingga hari ini kita bisa kembali rapat menjalankan tugas-tugas konstitusional kita dalam keadaan sehat wal'afiat.

Rapat hari ini, selain hadir secara fisik di Ruang Rapat Komisi V juga dihadiri secara virtual menggunakan zoom meeting di tempat masing-masing dan menurut laporan dari Sekretariat sudah hadir 27 orang, fisik ada 4 orang dan virtual 23 orang, terdiri dari 7 Fraksi. Oleh karena itu sesuai dengan Tatib, izinkanlah kami membuka rapat pada hari ini dan sesuai ketentuan Pasal 276 Ayat (1) Rapat Komisi V DPR RI pada hari ini dinyatakan terbuka untuk umum.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 13.30 WIB)

(4)

Pimpinan, Anggota Komisi V DPR RI dan Kepala Badan Keahlian DPR RI yang kami hormati.

Di samping RUU Perubahan atas Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, yang saat ini sedang dibahas dan sudah masuk di tingkat Panja, sesuai Keputusan Rapat Konsultasi Pengganti Rapat Bamus tanggal 13 Juli 2021, Pimpinan DPR RI melalui surat PW/09441 DPR RI/7/2021, tanggal 16 Juli tahun 2021 telah menugaskan Komisi V DPR RI untuk melakukan pembahasan RUU tentang Badan Usaha Milik Desa bersama dengan Pemerintah.

RUU ini merupakan usul inisiatif dari DPD RI yang menjadi salah satu RUU Program Prioritas Tahun 2021. Nah terkait hal itu, pada kesempatan ini kami minta kepada Kepala Badan Keahlian Dewan untuk dapat memberikan kajian terhadap materi dan substansi RUU BUMDes serta dapat memberikan dukungan keahlian kepada Komisi V DPR RI pada saat RUU ini dibahas, pada saat nanti RUU ini dibahas bersama dengan Pemerintah.

Saudara-saudara yang kami hormati.

Sejauh yang saya ketahui, RUU BUMDes ini adalah RUU pertama yang disusun dan disiapkan ya naskahnya oleh DPD, baru kali ini ya. Jadi memang Bapak dan Ibu sekalian, saya juga baru cek tadi, saya juga di Baleg biasanya kan usulan dari DPD tapi dibahas disiapkan oleh DPR, tapi ini RUU pertama yang diusulkan terus disusun oleh DPD, diparipurnakan oleh DPD, dikirim ke Pimpinan DPR, oleh Pimpinan DPR dikirimlah ke Presiden langsung. Jadi tidak melalui Baleg lagi, oleh Presiden lalu terbit Surpres.

Surpres ke Pimpinan DPR lagi Bamus Pengganti Bamus tadi menugaskan kepada Komisi V. Ini jalan ceritanya begitu ya. Jadi memang tadi saya sempat mengecek, ternyata ini baru RUU pertama ini di periode kali ini dan selama kerja-kerja legislasi ya.

Oleh karena itu selanjutnya kami persilakan kepada Kepala Badan Keahlian DPR untuk dapat menyampaikan paparan singkatnya ya lebih pada teknis dan pointers saja ya, untuk pembahasan selanjutnya nanti di apa, di pendalaman di RDP-RDP yang lain dengan DPD, dengan para Pakar dan sebagainya.

Silakan Kepala BKD Pak Sensi silakan.

KEPALA BKD DPR RI (Dr. INOSENTIUS SAMSUL, S.H., M.Hum.):

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh, Salam sejahtera untuk kita semua,

Om swastyastu, Namo Buddhaya, Salam kebajikan.

Yang sangat saya hormati Pimpinan Rapat,

Pimpinan Komisi V DPR RI dan juga para Anggota DPR RI,

(5)

Anggota Komisi V yang hadir, baik secara fisik maupun secara virtual.

Pertama-tama, kami mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena dapat memenuhi undangan sekaligus penugasan dari Pimpinan Komisi V untuk hadir mempresentasikan hasil kajian terkait dengan pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang BUMDes.

Tentunya kami juga mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan Komisi V khususnya dan juga Anggota secara keseluruhan yang memberikan kepercayaan atau penugasan kepada Badan Keahlian untuk membantu atau memberikan dukungan kepada Komisi V dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang ini pada saatnya nanti.

Izinkan Pimpinan sesuai dengan tadi disampaikan, kami hadir di sini saya selaku Kepala Badan Keahlian lalu didampingi oleh beberapa Anggota Tim. Di samping kanan saya ini adalah Pak Dr. Budi Prihatin ya. Lalu di sampingnya ada juga Ibu Dani dan beberapa Anggota ya Pak Sahat dan kawan-kawan juga di belakang dan terdiri dari para Peneliti Perancang Undang-undang dan Analis APBN.

Pimpinan dan Anggota Komisi V yang terhormat.

Jadi materi yang kami kaji itu ada dua Pak, yaitu pertama soal mekanisme seperti yang disampaikan oleh Pimpinan tadi bahwa ini memang Rancangan Undang-Undang pertama yang diusulkan oleh DPD tanpa melalui perubahan di DPR, sehingga RUU dari DPD itu hanya lewat saja, lalu kemudian Ketua DPR mengirim RUU tersebut kepada Presiden. Nah ini sebenarnya bagian dari tindak lanjut putusan MK, di mana DPD berusaha terus mencoba untuk memberikan apa ya berharap dan berusaha agar fungsi legislasi DPD ini diperkuat, tetapi tentunya kita tetap berpegang teguh pada Pasal 20 Ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 bahwa setiap Rancangan Undang-Undang dibahas oleh DPR dan Presiden bukan dengan DPD. Nah ini kata kuncinya saya kira yang perlu kita jaga dan saya percaya betul ya Pimpinan, juga saya kira dari Baleg di sini banyak juga hadir ya, sehingga saya kira itu bisa membantu di Komisi V nanti.

Nah berkaitan dengan materi ini, izinkan kami mempresentasikan ya barangkali bisa di ini. Kajian RUU yang selanjutnya ya silakan. Berikut slide berikutnya, terus lanjut. Pengantar tadi sudah. Ya Mekanisme pembahasan.

Jadi Bapak dan Ibu sekalian, mungkin Pimpinan juga sudah sangat paham bahwa kita memiliki Peraturan DPR Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pembentukkan Undang-Undang. Nah Peraturan DPR Nomor 2 Tahun 2020 ini lahir setelah Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukkan Peraturan Perundang-undangan. Poin penting ya karena memang tadi Pimpinan mengingatkan saya supaya cukup menyampaikan poin pentingnya.

Jadi sekarang posisi RUU itu kan sudah ada Surpres. Nah selama menyusun Surpres ini biasanya kan kalau itu RUU dari DPR atau dari Pemerintah, katakanlah RUU dari DPR, maka Pemerintah menyusun DIM. Nah untuk kasus RUU dari DPD, maka selama masa tunggu 60 hari ini Pimpinan

(6)

Anggota Dewan yang saya hormati, DPR juga diminta untuk atau berkewajiban membuat DIM. Jadi, jadi apa namanya sekarang Pemerintah sedang menyiapkan DIM dan pada saat yang sama seharusnya DPR juga menyiapkan DIM. Nah dalam hal ini menurut kami ya Komisi V, karena ditugasi apa oleh Bamus, kira-kira seperti itu ya. Nah ini yang mungkin nanti kita perlu anu Pak, perlu kita cari solusinya seperti apa.

Nah lalu kemudian pada saat nanti Rapat Kerja Pak Pimpinan, pada saat pemberian keterangan, biasanya itu DPR yang memberikan keterangan kalau itu RUU dari DPR atau Pemerintah yang memberikan keterangan.

Karena ini RUU-nya DPD maka pada saat Rapat Kerja nanti itu DPD yang memberikan penjelasan, memberikan penjelasan di RUU ya. Lalu kemudian proses itu nanti dari Sekretariat dibuat skenario, baru ada tanggapan dari DPR dan ini dari DPR dan Pemerintah ya.

Nah tetapi satu kata kunci yang barangkali perlu kami sampaikan bahwa walaupun DPD yang memberikan penjelasan, tetapi ya Pimpinan Rapat tetap DPR kira-kira seperti itu ya. Jadi bukan berarti nanti ini penting juga untuk skenario protokol ya jadi bukan berarti nanti DPD yang menjadi Pimpinan Rapat, tetap saja apa skenarionya, skenario rapat ya Pimpinan Komisi di depan, lalu kemudian DPD seperti ya mungkin di sini nanti, terus Pemerintah di sini, tetap itu dijaga, marwah itu tetap dijaga. Karena kami beberapa kali mendampingi Pansus ya, terakhir itu Pansus Otonomi Khusus Daerah Papua itu juga, karena DPD itu sangat apa sangat agresif itu kadang- kadang Pimpinan harus tegas juga untuk sampai pada titik di mana DPD tidak terlibat, tidak punya kewenangan untuk ikut dalam proses pengambilan keputusan. Jadi boleh berpendapat diputar-putar-putar-putar-putar, ya sudahlah, tapi begitu sudah mau mengambil keputusan, ya kita mesti jaga bahwa ini ranahnya DPR dan Pemerintah. Karena itu ya nanti saya kira Pimpinan perlu di apa diingatkan terus untuk itu tetap dijaga marwahnya.

Nah jadi nanti di Rapat Kerja juga demikian ya. Memang di dalam Peraturan DPR Nomor 2 ini bahwa setiap DIM itu nanti, berarti kan DIM ini ada 3 Pimpinan. Jadi ada DIM aslinya RUU DPD, lalu nah menurut ini untuk sementara Pak Pimpinan Pak Arwani, ada DIM dari DPR, DIM dari Pemerintah. Nah lalu kemudian itu dibahas di Raker seperti biasa, mekanisme putar RUU seperti biasa, ada DPD juga di situ sampai pada Tim apa Timsin Tim Perumus ya. Jadi proses itu nanti tetap dilalui, tapi lagi-lagi seperti halnya pembahasan RUU yang melibatkan DPD, walaupun RUU ini datangnya dari DPD, maka tetap Pasal 20 Ayat (2) itu dijaga. Jangan sampai DPD terlalu agresif lalu kemudian bisa melampaui ketentuan konstitusi.

KETUA RAPAT:

Dan yang tadi yang Fraksi tadi, eh DPR itu Komisi V itu nanti Fraksi atau bagaimana itu?

(7)

KEPALA BKD DPR RI (Dr. INOSENTIUS SAMSUL, S.H., M.Hum.):

Nah kalau soal ini Pimpinan ya di dalam Peraturan DPR ini tidak disebutkan itu menjadi apa menjadi DIM dari Fraksi, namun kalau kami apa, kalau kami berpandangan maka DIM itu tegasnya Pimpinan ya bukan dari Fraksi, tetapi satu DIM yaitu dari Komisi V. Jadi tentunya DIM yang dibuat di Komisi V kan hasil masukan dari Fraksi-Fraksi. Artinya secara internal Pimpinan menurut kami memang perlu ada Rapat-rapat Internal Komisi V untuk menyusun DIM.

Nah izin Pimpinan, Anggota Dewan yang terhormat, Anggota Komisi V.

Kami hadir di sini ada juga niat menyiapkan DIM itu. Jadi kami hari ini sedikit memberikan sudah membuat draft DIM yang itu nanti bisa menjadi tentunya berdasarkan keputusan Komisi V dan juga masukan-masukan lagi, nanti saya nanti sedikit memberikan presentasi soal DIM itu. Nah tentunya dari Komisi V barangkali ada yang perlu disampaikan lagi, kami pasti akan melaksanakan sesuai dengan arahan seperti itu dan mungkin juga nanti, karena menurut kami bahan yang disampaikan ini masih sangat sumir, belum mendalam, sehingga nanti kalau Komisi V Pimpinan ingin mendalami, kami dari badan Keahlian dapat memfasilitasi kegiatan atau mungkin dari Komisi V sendiri bisa melakukan misalnya mengundang Pakar, tapi kami di Badan Keahlian itu bisa melakukan. Termasuk kalau misalnya mendengar masukan dari apa ya dari para Pakar di daerah itu bisa saja kita lakukan ya untuk membantu menyusun DIM, apa namanya? DPR dalam hal ini yang disiapkan oleh Komisi V.

Tentunya DIM-nya itu bukan ditulis DIM Komisi V tapi DIM DPR, DIM DPR tentunya.

Nah jadi itu barangkali mekanismenya. Kalau diizinkan mungkin kami sedikit masuk ke wilayah substansi Pimpinan berkaitan dengan DIM yang tadi kami kemarin sampaikan. Jadi ini, ini sudah apa namanya, masuk ke substansi.

Nah jadi memang Undang-Undang BUMDes ini ada kaitannya dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Lalu kemudian ada juga Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta kerja. Lalu turunan dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja ini sudah ada, yaitu PP Nomor 43 mohon maaf, PP Nomor 11 Tahun 2021.

Nah RUU BUMDes ini setelah kami kaji, itu belum dipengaruhi oleh Undang-Undang Cipta kerja. Jadi ada ruang yang sangat luas bagi DPR atau Komisi V untuk mengisi kekosongan dari RUU ini, karena RUU ini sudah lama sebenarnya prosesnya dari DPD, belum disentuh ya belum ada me-refer ke Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020. Jadi artinya memang banyak yang harus kita isi dan kami Pimpinan dan Anggota Dewan, berusaha sedemikian rupa agar kontribusi ataupun masukan DIM dari DPR itu, kami akan berusaha untuk melakukan kajian agar masukannya itu betul-betul membuat undang- undang ini lebih berkualitas lagi. Nah itu yang kami coba nanti ya.

Nah lalu kemudian di dalam ini memang ada PP Nomor 43 Tahun 2014 itu di dalamnya ada Bab VIII tentang BUMDes ya. Nah lalu kemudian

(8)

lanjut, nah kami coba kajian awal ini Pimpinan dan Anggota Dewan, mencoba untuk membandingkan ya membandingkan RUU tentang Badan Usaha Milik Desa yang diusulkan oleh DPD ini dengan PP Nomor 11 Tahun 2021 ya tentang Badan Usaha Milik Desa. Nah ini kira-kira kajian ini model kajian untuk mendalami RUU ini.

Nah coba dilihat. Nah kita bandingkan ya mudah-mudahan Bapak dan Ibu nanti bisa menerima bahannya untuk apa untuk didalami lagi ya. Jadi di sebelah kirinya ada RUU BUMDes, lalu sebelah kanannya adalah PP BUMDes. PP ini turunan dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

KETUA RAPAT:

Sudah sebentar, ada yang interupsi. Silakan Pak Sudjadi.

F-PDIP (Ir. SUDJADI):

Maturnuwun Pak Pimpinan.

Bapak Kepala Badan.

Saya sungguh sangat bahagia memang khusus saya mengikuti hari ini.

Sebelum ke melebar Pak, saya mohon dicerahkan kenapa lalu muncul RUU BUMDes, berarti RUU BUMDes itu mencakup Indonesia. Kalau BUMN itu ada Undang-Undang BUMN. Provinsi ada Perda BUMD, kabupaten kota ini. Lah BUMDes itu kan Badan Usaha Milik Desa, kenapa lalu melebar meninggi menukik ke atas menjadi RUU BUMDes. Ini saya mohon dicerahkan, saya tidak bantah ini, saya awam hukum, cuma ini, ini Pemerintah kan sudah disusun menjadi empat lapis, urusan pusat, provinsi, kabupaten, desa. Lah kok desa itu RUU anu BUMDes-nya kok menjadi jagoan se-Indonesia ini apa ya itu?

Tentang DIM Pak, DIM dari DPD, kemudian DIM dari K/L itu siapa?

Padahal label desa itu yang memiliki 3, Kementerian Dalam Negeri yaitu:

Dirjen Pembinaan Pemerintahan Desa dan Bappenas. Nah Komisi V itu komisi infrastruktur, nanti di dalam anu undang-undang itu kan ada M besar, M besarnya siapa? Apakah Menteri Dalam Negeri, kita tidak pernah dengar suaranya Menteri Dalam Negeri. Apakah M besarnya itu Menteri Desa, tidak.

Lah kalau M-nya besar dari PU mohon maaf dagelan Pak, bukan urusannya kok ini.

Jadi apakah ini semacam ada aturan undang-undang lalu kalau RUU itu RUU extra ordinary, jadi anu sapu jagatlah. Jadi itu saja Pak anu Pak anu

…(rekaman suara kurang jelas) supaya saya tidak jadi bodoh begitu, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Ya, terima kasih Pak Sudjadi.

(9)

Memang kalau dari penjelasan Pak Sudjadi kira-kira pertanyaannya itu mengapa tidak Pansus ini kan gitu ya, kok Panja Komisi V kira-kira mungkin begitu.

Silakan mungkin dilanjutkan.

KEPALA BKD DPR RI (Dr. INOSENTIUS SAMSUL, S.H., M.Hum.):

Izin Pimpinan dan juga Anggota.

Jadi memang pertanyaan tadi ada yang bisa kami jawab, tetapi ada yang sepertinya di luar otoritas. Misalnya kenapa Pansus, karena ini sudah ditetapkan di apa Rapat Konsultasi Bamus apa namanya, tentunya sudah ada pertimbangannya di apa di Bamus ya yang juga di sana ada Fraksi-Fraksi juga.

Kemudian yang ke dua soal apakah kenapa ini harus dengan apa dengan undang-undang atau kenapa harus lahir undang-undang ini? Pertama tentunya dalam pikiran kami Pimpinan itu sudah menjadi apa diskusi pada saat penetapan Prolegnas dan juga memang ada beberapa undang-undang tadi seperti Undang-Undang Desa juga menyinggung tentang BUMDes. Nah tentunya soal BUMDes ini memang menjadi suatu entitas bisnis ya untuk meningkatkan perekonomian di daerah sebenarnya dengan melibatkan masyarakat desa ya, dengan modal yang sederhana, yang ruang lingkupnya di tingkat desa, ya sebagai penggerak ekonomi di desa ya. Namun mohon maaf Pimpinan dan Anggota, kami memiliki keterbatasan untuk menjelaskan secara detail ya, karena kami anggap itu memang itu sudah masuk substansi yang barangkali nanti bisa kami sampaikan ketika masuk dalam substansi sekalian saja untuk menjelaskan itu. Karena kalau ditanya kenapa ini diusulkan, ya barangkali itu memang karena DPD juga mengajukan karena itu juga ada dalam list prioritas tahun 2021. Itu barangkali sedikit tanggapan kami yang.

Nah kalau soal tadi apa mungkin tambahan informasi Pimpinan bahwa dalam Surpres DPR ya yang ditugaskan untuk membahas RUU ini nanti adalah Menteri Desa, lalu Pembangunan, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Itu yang ditugaskan dalam Surpres Presiden untuk membahas RUU nanti dengan DPR dalam hal ini Komisi V. Barangkali demikian tanggapan singkat soal.

F-PDIP (H. IRMADI LUBIS):

Pak Pimpinan, boleh sedikit Pak Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Silakan.

(10)

F-PDIP (H. IRMADI LUBIS):

Yang saya hormati Pimpinan, Rekan-rekan Anggota,

Kepala Badan Keahlian dan jajarannya.

Saya juga tadi pertanyaan saya sama, sama Pak Djadi, tapi begitu saya lihat lampiran ini sudah ada Surpres, sudah ada penugasan dari Bamus ya ini given, sudah memang ya harus ya terpaksa harus kita ya jalankan ya di luar kekuasaan kita. Cuma kami sangat minta, saya pribadi dan teman apa mungkin teman-teman juga sepaham untuk apa, artinya kita sepakat bahwa Undang-Undang Desa itu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 mungkin dari Badan Keahlian tahu benar persis bagaimana penerbitan undang-undang itu, bagaimana benturannya, bagaimana ininya sekalian. Karena kita takut bahwa Pasal 18 Ayat (1) itu tercederai pembagian wilayah itu yang menciptakan struktur baru, langsung kita mengambil suatu kesimpulan bahwa undang-undang ini dalam rangka melindungi dan memberdayakan desa agar dapat menjadi kuat, maju, mandiri dan demokratis. Sehingga dalam mencapai untuk mencapai kuat, maju, mandiri dan demokratis itu ada beberapa perangkat yang diperlukan. Ada perangkat desa, ada dari Permusyawaratan Desa, termasuk Badan Usaha Milik Desa.

Makanya Bab X Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 itu secara ini sudah meletakkan dasar-dasar Badan Usaha Milik Desa Pasal 87, 88, 89, 90.

Maka kami minta juga minta mohon masukan dari nanti Badan Keahlian, jangan sampai Undang-Undang Badan Usaha Milik Desa ini mencederai dari pada undang-undang, undang-undang apanya, induknya. Sebab tugas dari Badan Usaha Milik Desa ini adalah sebagai supporting atau tools bagaimana bisa kita melindungi dan memberdayakan desa sehingga menjadi kuat, maju, mandiri dan demokratis.

Terima kasih, Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Ya, terima kasih. Bisa dilanjut ya.

KEPALA BKD DPR RI (Dr. INOSENTIUS SAMSUL, S.H., M.Hum.):

Baik, terima kasih Pimpinan.

Terima kasih Pak atas apa namanya, itu juga pencerahan sih bagi kami ya memang demikian. Kebetulan juga kami ikut RUU Desa dulu Pak dan beberapa ahlinya masih bisa kita hubungi sekarang untuk konfirmasi dari Yogya itu banyak yang terlibat di dalamnya.

Lalu berikutnya silakan berikut. Iya jadi ini perbandingannya ya sebelah kiri RUU BUMDes, lalu sebelah kanan PP BUM Desa ya, terus ini sepintas saja karena ini hanya hanya memberikan highlight dulu gambaran mengantarkan kita ke substansinya.

(11)

Lalu di sini misalnya di RUU BUM Desa itu tidak diatur tentang anggaran dasar dan anggaran rumah tangga ya. Oh ada di dalam tapi di dalam bab di dalam PP itu dibuat dalam bab tersendiri, bab tentang anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Lalu di Bab IV di PP organisasi dan pegawai BUMDes atau Badan Usaha Milik Desa ya. Lalu berikutnya, pembagian hasil usaha ya juga diatur dalam PP itu sudah ada ya. Berikut PP BUMDes juga mengatur tentang organisasi BUMDes ya, musyawarah desa, musyawarah antar desa, penasehat, pelaksana operasional, pengawas, yang melekat dengan struktur pemerintahan desa yang tadi disampaikan oleh Pak Lubis Pak, mohon maaf ya.

Lalu kemudian rencana program kerja, lalu Unit Usaha BUM Desa, BUM Desa Bersama ya, kepemilikan, modal, aset dan pinjaman BUM Desa atau BUM Desa Bersama. Terus, lalu ada PP Bagian Kesatu Kepemilikan ya, Pengadaan Barang dan atau Jasa, Penghentian Kegiatan Usaha BUM Desa ya. Berikut Kerja Sama ya. Terus Bab XV Pendataan, Pemeringkatan. Silakan terus, jalan saja dulu, terus, terus, terus, terus.

Nah jadi poin yang mau disampaikan dari sini sebenarnya Bapak dan Ibu sekalian, bahwa ada materi dalam PP yang belum diatur dalam RUU.

Bisa saja nanti ya kita mengusulkan agar materi dalam PP ini sepanjang itu sesuai kita alihkan ke dalam RUU. Nah jadi misalnya ya dalam RUU Desa yang tidak diatur ya dalam PP itu Kewenangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah itu bisa kita ini adopsi, Pemetaan Potensi Desa, Penyusunan Studi Kelayakan Usaha Desa, Pembentukkan Peraturan Desa tentang Pendirian BUMDes, Badan Hukum BUMDes, Modal BUMDes yang terdiri dari modal awal, modal pengembangan, penyertaan modal desa, penyertaan modal masyarakat desa, bantuan lain yang tidak mengikat, pengelolaan dan tata kelola BUMDes, fasilitasi, pendampingan BUMDes, kepailitan, penggabungan dan pembubaran.

Jadi izin Pimpinan dan juga Anggota, kami mohon waktu untuk yang penting itu jangan sampai tabrakan antara PP dengan undang-undang. Kita jaga betul harmonisasinya, sehingga nanti terjadi konsolidasi substansi, substansi PP dan substansi RUU ini sehingga saling melengkapi. Mana yang memang tetap menjadi substansi PP yang tidak perlu diangkat ke undang- undang, nah itu tidak perlu diambil ya, tapi kalau ada materi yang kita butuhkan untuk memperkuat undang-undang kita akan mengambil dari PP.

Materi muatan dalam PP Nomor 11 Tahun 2021 yang perlu menjadi materi muatan dalam Draft RUU BUMDes adalah soal pendaftaran Badan Hukum BUMDes atau BUM Desa Bersama. Jadi kebetulan PP ini kan sudah mengacu ke Undang-Undang Cipta Kerja. Nah di dalam Undang-Undang Cipta Kerja ini mengatur tentang Badan Hukumnya. Nah oleh karena itu maka materi Badan Hukum yang sekarang sudah dalam PP sudah sebaiknya sudah selayaknya itu diapa diatur juga di dalam RUU BUMDes ini.

Berikut, nah demikian barangkali Pimpinan dan Anggota Dewan, terima kasih atas waktu yang diberikan kepada kami untuk menyampaikan

(12)

pokok-pokok pikiran. Pada prinsipnya kalau ada masukan-masukan hari ini dan ada perintah lanjutan akan kami tindaklanjuti, kami laksanakan dengan prinsip bahwa seperti yang tadi diberi catatan oleh Pimpinan atau Ketua Rapat bahwa Badan Keahlian diharapkan untuk membantu Komisi V dalam pembahasan, kami menurut kami memang itu menjadi pekerjaan kami, tugas kami dan mudah-mudahan kami bisa memberikan yang terbaik untuk dukungannya nanti. Demikian.

Wassalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Wa'alaikumsalam Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

Terima kasih. Cukup ya? Tidak ada tambahan ya?

Pak Sensi telah menyampaikan memang kita tidak sedang ingin membahas materi secara penuh ya, tetapi Kepala Badan Keahlian ini dari sisi teknis ya mekanisme dan tadi sudah disampaikan BKD siap untuk support terkait dengan bahan-bahan untuk memutuskan DIM Komisi, DIM Panja, DIM DPR-lah ya istilahnya DIM DPR. Kalau kita bisa maknai DIM DPR ini ya internal Panja, internal Panja ya kan, tidak harus Paripurna atau apa, Panja kan ya, kan tidak ada DIM diparipurnakan itu usulan ya. Kalau usulan, penyusunan-penyusunan draft itu draft DPR itu ada, tapi kalau DIM itu tidak ada. DIM ya di Raker itu sendiri ya, ya.

Saya persilakan kesempatan Pimpinan dan Anggota untuk yang pertama Pak yang fisik dulu, ada yang hadir fisik mau menyampaikan ada pertanyaan lagi? Cukup?

Pak Sudjadi mau nambah lagi?

F-PD (WILLEM WANDIK, S.Sos.):

Pak Ketua, dari saya ada.

KETUA RAPAT:

Pak Willem ya silakan, Pak Willem yang fisik dulu ya.

F-PD (WILLEM WANDIK, S.Sos.):

Baik, terima kasih Pak Ketua dan juga Rekan-rekan Anggota baik fisik maupun juga virtual dan juga dari mitra Badan Legislasi.

Dari kami sedikit saja. Sebagaimana masukan saja, dalam naskah akademis, khususnya pada Bab III itu sebaiknya ditambahkan bahan regulasi, yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, PP Nomor 11 Tahun 2021 tentang BUMDes dan Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 3 Tahun 2021 tentang

(13)

Pendaftaran Penataan dan Peningkatan Pembinaan dan Pengembangan dan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik Desa atau Badan Usaha Milik Desa Bersama.

Sedikit yang bisa kami sampaikan nanti kita ikuti perkembangan lebih lanjut lagi.

Sekian, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Ya, terima kasih Pak Willem.

Untuk substansi saya kira nanti kita akan anu ya, Rapat Internal dulu untuk bahan Rapat Internal menyusun DIM. Saya kira juga bisa kita menghadirkan Pakar ya atau juga secara mungkin masukan tertulis dari Badan Keahlian.

Saya tadi juga mungkin kita bisa mengundang teman-teman dulu yang di Pansus Desa ya, lalu juga teman-teman dari akademisi yang posisinya itu lebih ke pembinaan Kemendagri itu kan, mungkin bisa diundang juga gituloh.

Saya kira mungkin dari sisi ekonomi apa, BUMN dari sisi itu juga bisa.

F-PDIP (H. IRMADI LUBIS):

Pimpinan boleh tambah sedikit, sedikit saja Pak.

KETUA RAPAT:

Ya, silakan Pak.

F-PDIP (H. IRMADI LUBIS):

Untuk Badan Keahlian kami mohon bantuannya Pak supaya apa ini sudah jelas di Undang-Undang 6 ini Tahun 2014 tentang Desa Pasal 90 itu kan hasil dari pada usaha apa Badan Usaha Milik Desa ini kan hanya untuk dua, satu untuk pengembangan usaha, satu untuk semuanya untuk kepentingan masyarakat desa, tapi pada prakteknya ini saja di mana kita bisa masuk untuk membendung ini?

Para prakteknya sekarang itu Badan Usaha Milik Desa itu membuat usaha-usaha yang sebetulnya sudah diusahakan oleh masyarakat.

Umpamanya memang mereka hampir semua membuat mini market, padahal kita tahu mini market itu, itu satu mini market hasil kajian itu satu mini market paling tidak membunuh 10 sampai 15 usaha kecil. Jadi harus juga di sini dibatasi bagaimana kita memasukin suatu apa barrier supaya apa itu umpamanya mereka itu tidak boleh menjadi sampai menjadi pengecer Badan Usaha Milik Desa itu, semi grosir atau grosir. Bagaimana pun itu tapi pokoknya kita harus ada barrier jangan sampai justru Badan Usaha Milik Desa itu membunuh apa usaha apa warga desa. Itu banyak sekali terjadi Pak

(14)

dari hasil kita kunjungan, walaupun di daerah-daerah pemilihan, paling cepat mereka langsung buka mini market, buka Pom Bensin Mini, padahal itu sudah memang menjadi usaha-usaha rakyat. Ya otomatis semua mereka itu menjadi korban, sama seperti pendirian apa itu apa ya Indomart, apa Alfa ya sama.

Jadi jangan sampai Badan Usaha Milik, jadi ada patokan jangan sampai Usaha Milik Desa ini justru membunuh usaha-usaha dari pada warga desa.

Terima kasih, Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Ya. Silakan Pak Sudjadi dari Magelang, virtual.

F-PDIP (Ir. SUDJADI):

Itu faktanya kan punya Undang-Undang Desa, terjemahan dari Undang-Undang Desa itu ada PP-nya, terus PP-nya itu ada peraturan. Nah sampai saat ini tolong Pak Badan, otoritas itu ada di Kementerian Desa, Kementerian Dalam Negeri, atau kementerian mana? Satu. Dari perintah anu, dari perintah Presiden tadi juga tidak jelas, siapa nanti yang jadi M besar? M besar itu ya yang memang bertanggung jawab terhadap undang-undang itu.

Jadi mohon jangan terjebak. Lalu kita itu ada struktur pengusahaan pemerintah, BUMN, itu dengan Undang-Undang. BUMD itu dengan Perda.

BUMDes mestinya itu dengan Peraturan Keputusan Desa, Kepala Desa dengan BPD. Artinya keputusan Pemerintahan Desa.

Nah kalau diangkat sampai nasional jadi rencana Undang-Undang BUMDes itu, saya tidak mengerti ngaturnya bagaimana? Pusat yang mengatur siapa? Desanya sekian ribu, Menterinya belum jelas, M besarnya, apakah Dalam Negeri, apakah ini?

PU itu membantu desa itu tugas pembantuan bukan fungsi. Irigasi desa, jalan desa, itu tugas pembantuan bukan fungsi. Jadi sewaktu-waktu bisa dicabut. Jadi saya hanya memohon jangan sampai kita itu terjebak hal- hal yang sebetulnya tidak perlu. Karena Undang-Undang Desa sudah ada, PP Desa itu yang buat siapa ya Bapak selidiki dulu, Bapak di Keahlian. Dulu siapa yang terlibat. Ini...(rekaman suara kurang jelas), tapi kalau lalu ujug- ujug BUMDes itu menjadi anu apa itu RUU BUMDes dan tadi Bapak teliti seperti ini, yang mau ngurus itu siapa?

Sekian terima kasih, Pak.

KETUA RAPAT:

Silakan Pak Hamka.

Pak Hamka Kady silakan. Ya di-unmute. Ya silakan Pak. Sudah Pak.

Pak Hamka silakan.

(15)

Oke, Pak Lasarus, Pak Ketua.

F-PDIP (LASARUS, S.Sos., M.Si./ KETUA KOMISI V DPR RI):

Baik.

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

Pak Arwani bisa monitor suara saya?

KETUA RAPAT:

Ya, bagus.

F-PDIP (LASARUS, S.Sos., M.Si./ KETUA KOMISI V DPR RI):

Baik.

Pimpinan Rapat yang saya hormati,

Bapak/Ibu sekalian yang saya cintai, saya banggakan, Para Anggota Komisi V DPR RI,

Dari Badan Keahlian DPR yang saya hormati.

Saya lebih menyorot dulu kepada mekanisme Pak ini Pak Kepala Badan ya, mekanisme. Memang ya seperti Pak Arwani tadi kan saya lebih senang sebenarnya Pak Arwani kalau ini jatuhnya di Baleg gituloh, lebih senang saya ya kan. Karena dulu kan juga Undang-Undang Desa itu sifatnya dulu Pansus bukan Panja seingat saya.

KETUA RAPAT:

Ya Pansus.

F-PDIP (LASARUS, S.Sos., M.Si./ KETUA KOMISI V DPR RI):

Jadi Pansus, bukan Panja ini, Pansus. Kalau jatuhnya di Baleg tadi kita lebih senang Pak. Pertama, Baleg kan lebih kaya pasti ininya apa namanya dari sisi isi nanti terkait dengan pembahasan, karena ini ada lembaga negara lain ya yang seperti yang saya sampaikan di rapat yang lalu ya, yang turut serta nanti dalam pembahasan ini. Tadi bahkan Kepala Badan sudah mengingatkan kita semua bahwa Pimpinan harus tetap strong, tetap fokus pada bahwa yang membuat Undang-Undang itu adalah DPR bersama Presiden. Ya DPD ikut memberi masukan ya. Soal keputusan diambil adalah antara DPR dengan Presiden atau DPR dengan Pemerintah ya. DPD boleh memberikan saran dan masukan, bukan turut serta dalam pengambil keputusan, tapi masukan mereka adalah bagian yang tidak terpisahkan tentunya, seperti masyarakat biasa memberikan masukan kita juga para Pakar dan seterusnya memberikan masukan kepada kita. Nah posisi itu memang clear kalau saya lihat ya. Saya juga barang baru ini, seperti Pak Arwani tadi bilang ya, ini barang baru juga buat saya yang masuk periode ke

(16)

tiga di DPR RI ini. Ada Undang-Undang yang inisiatif dari DPD. Itu yang pertama.

Yang ke dua nanti kita mesti membuat DIM. Ya tentu DIM ini pastilah kita perlu bantuan Pak dari Badan Keahlian DPR ya untuk melihat secara seksama. Tentu yang paling utama dulu adalah sinkronisasi Undang-Undang, bagaimana supaya norma-norma dalam Undang-Undang BUMDes ini nanti ya tidak tumpang tindih dengan norma-norma yang ada di undang-undang lain, itu dulu. Menurut saya itu penting dan itu kan perlu waktu.

Kemudian yang ke dua, saya minta juga nanti draf yang sudah mungkin kita semua sudah terima dikirimkan juga oleh Sekretariat, ini segera dikonsultasikan di apa namanya di Fraksi masing-masing ya. Saya minta nanti diberi ruang waktu apakah seminggukah atau berapa hari untuk kiranya ini bisa didalami dulu di masing-masing Fraksi, karena kita ini kan sama-sama baru ini menerima ini ya. Kita sama-sama baru, tahunya begitu diumumkan di Paripurna ada undang-undang inisiatif dari DPD yang ditugaskan kepada Komisi V untuk membahas bersama Pemerintah. Pemerintah membuat DIM, kita membuat DIM, tadi disampaikan.

Nah kemudian kan kita sama-sama tahu juga desa ini kan adalah basis pemerintahan yang paling depan ya. Kemudian juga dari sisi politik juga ya Pak Arwani ini desa ini adalah basis politik yang paling depan. Jadi kita sama- sama harus secara seksama, saya mohon kepada kita semua supaya nanti dalam pembahasan ini tidak mutar-mutar kita gituloh. Jadi ketika kita sudah mulai start untuk dibahas, memang betul kita tinggal membahas normanya saja, tidak lagi nanti kita bicara mekanisme dan seterusnya.

Nah jadi mekanisme ini saya harap nanti sudah bisa selesai ya dari Badan Keahlian tadi juga tidak menyinggung terlalu banyak, menyampaikan masukan kepada kita soal mekanisme ini ya. Sepertinya ini sudah firm, bahwa seperti Pak Irmadi tadi sampaikan bahwa ini sudah given ya, ini inisiatif DPD diumumkan di Paripurna, kemudian nanti oleh Bamus ditugaskan kepada Komisi V untuk membahas. Ini sudah given.

Nah tadinya kalau belum given, nah saya malah ingin bicarakan lagi gituloh Pak, Pak Kepala Badan Keahlian, tetapi karena ini sudah given ya, nanti saya minta juga Pak Arwani pandangan teman-teman dari Baleg, kan harusnya kan seluruh Undang-Undang ini sebelum kita bahas Pak harusnya sinkronisasi di Baleg dulu. Ini kelihatannya tidak menurut keterangan Pak Arwani tadi tidak melewati proses sinkronisasi di Baleg. Nah saya belum tahu ini, apakah ini Undang-Undang sudah disinkronisasi di Baleg atau belum?

Saya juga belum tahu. Harusnya kalau menurut saya Pak Kepala Badan apapun undang-undang itu harus lewati Baleg dulu, mau usul dari DPD, mau usul dari kita, tetap mesti melewati Baleg dulu, sinkronisasi di Baleg dulu harusnya. Karena Baleg itu adalah wakil semua kita semua Komisi, wakil lembaga DPR terkait dengan undang-undang ya. Badan yang mengurus khusus bidang legislasi. Nah ini saya juga bingung, ini kok dari DPD langsung diluncurkan ke Komisi V, kok tidak melalui proses di Baleg dulu atau mungkin

(17)

ya kita tidak tahu apakah ini sudah dibahas di Baleg. Nanti Pak Arwani tolong jelaskan kepada kita semua ya ini menyangkut mekanisme.

Soal norma, kalau menurut saya kalau soal norma ya kita di kita pasti perlu dibantu Pak Kepala Badan ya untuk norma, terutama sinkronisasi pasal ayat Pak itu penting ya. Tadi Bapak bilang bahwa saya mengikuti secara seksama penjelasan dari Kepala Badan Keahlian tadi, terutama ini masih belum terpengaruh dengan Undang-Undang Cipta Kerja, belum terpengaruh.

Nah ini tentu kita minta sinkronisasi di sana, karena Komisi V ini masa sidang ini singkat Pak. Kami dapat tugas menyelesaikan Undang-Undang Perubahan Undang-Undang 38 tentang Jalan sedang kita selesaikan di periode ini, kemudian juga kita harus menuntaskan terkait dengan anggaran. Nah sekarang nyelip RUU BUMDes di kitanya. Ini juga pasti menyita waktu kita dan apalagi kan sekarang di pandemi ini kan kita membahas ini tidak semudah ketika kita bisa bertatap muka secara langsung setiap hari tanpa terkendala oleh keadaan yang seperti ini ya.

Saya sebagai Pimpinan ya pasti memikirkan Pak seluruh proses ini.

Kenapa, karena ketika kita mulai bahas nanti, kita kan juga harus jaga marwah DPR seperti yang tadi Bapak sampaikan. Saya juga tidak mau nanti ada kesan dari DPD wah DPR itu lelet bahas undang-undangnya, lama, tidak ini, tidak itu. Nah ini kan nama DPR yang kita pertaruhkan di depan DPD yang kata Bapak tadi bilang ya sangat agresif, ya sangat agresif Pak, mereka itu sepertinya belum ketemu identitasnya Pak kalau menurut saya itu, masih kepengen-kepengen agresif gitulah. Jadi hal-hal ini menurut saya bisa apa namanya harus menjadi pemikiran kita semua. Saya sebatas memberi pemikiran kita dulu sebelum nanti kita masuk ke materi secara mendalam kepada soal pembahasan.

Saya rasa itu barangkali Pak Arwani, ya terima kasih Pak Arwani sudah bisa memimpin rapat hari ini dan mohon nanti Pak terkait dengan Baleg sedikit kasih kita pencerahan, karena Pak Arwani salah satu yang ada di Baleg, ya pentolan yang ada di Baleg ya kepada kita semua. Nanti soal isi saya pikir nanti kalau sudah diputuskan untuk dibahas kita persiapkan kata demi kata, kalimat demi kalimat pasti akan kita bahas secara seksama.

Demikian, terima kasih.

Wassalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Wa'alaikumsalam Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

F-PDIP (H. IRMADI LUBIS):

Pimpinan, Pimpinan, boleh menambah sedikit saja.

(18)

KETUA RAPAT:

Oh iya silakan.

F-PDIP (H. IRMADI LUBIS):

Ke Pak ini tadi. Jadi Pak Ketua, tadi maksud saya given itu bukan surat dari DPR, dari Pimpinan DPR itu, yang given itu sudah ada Surpres-nya. Jadi Surpres-nya itu ya karena sudah ada Surpres ya harus kita bahas. Tetapi kalau mengenai pembahasan itu, karena itu masalah intern siapa yang bahas, bisa saja mungkin Pimpinan apa ketemu sama Pimpinan Dewan membicarakan ini masalah ini, itu bisa saja, mungkin Pak Arwani mungkin memang saya juga sepakat dengan tadi Pak Lasarus ini memang sebaiknya ini di Baleg. Ini banyak kali ininya, kita kan di sini terlalu teknis, biasa bicara teknis mengenai soal dasar, Pak Arwani kan memang dia sudah di apa dedengkotnya di Baleg lebih ini apa ini. Karena banyak kali bersentuhan nanti ke ininya bisa menyerempet dan bisa justru tadinya di dalam Undang-Undang Desa itu bahwa BUMDes itu adalah supporting tools untuk mencapai tujuan memberdayakan dan melindungi desa agar menjadi kuat, mandiri dan demokratis.

Nah jadi, jadi menyimpang seperti badan usaha biasa yang bisa sepertinya kaya tadi membunuh justru membunuh usaha-usaha yang dilakukan oleh warga desa sendiri, tapi. Jadi yang given itu sudah ada Surpres-nya karena ini kan adalah pertama hasil dari pada Keputusan MK yang membuat DPD itu dia apa dan itu tidak pernah ada di RUU ini tidak pernah ada dibahas di DPR. Karena menurut putusan MK sekarang apa itu DPD cukup mengajukan mengusulkan kepada apa, kepada DPR melalui Pimpinan DPR dan Pimpinan DPR langsung mengirim kepada Presiden tidak ada pembahasan di dalam alat-alat kelengkapan Dewan.

Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Ya, terima kasih.

Pak Sensi mohon jawab, ada yang mau dijawab? Cukup?

KEPALA BKD DPR RI (Dr. INOSENTIUS SAMSUL, S.H., M.Hum.):

Baik, terima kasih Pak Pimpinan Rapat.

Jadi memang apa yang disampaikan oleh Bapak Ketua Komisi V Pak Lasarus tadi memang inilah perkembangan terakhir ya dinamika dari apa fungsi legislasinya DPD itu. Dulu memang kalau setiap RUU dari DPD dibahas dulu di DPR sampai dibawa ke Baleg juga ya, tetapi karena terakhir ini adalah betul-betul ada tuntutan agar RUU yang diusulkan oleh DPD itu dianggap sudah dilakukan harmonisasi oleh DPD sendiri. Seperti kita juga RUU usul inisiatif ketika dari Komisi V misalnya RUU tentang salah satu RUU

(19)

misalnya dikirim ke Baleg dulu, lalu nanti dari Baleg kembali ke Komisi baru dinaikkan ke Paripurna. Jadi ya jadi harmonisasi ini sudah dianggap selesai kira-kira oleh Alat Kelengkapan DPD sendiri ya.

Demikian barangkali.

KETUA RAPAT:

Oke, ya. Oleh karena itu tadi di awal saya sampaikan ini pengalaman pertama di DPR dan kita di Komisi V yang mendapatkan tugas untuk menjalankan tahapan sesuai dengan aturan yang baru. Mulai dari sejak ada Keputusan MK, lalu ada Undang-Undang Revisi Undang-Undang MD3, Undang-Undang Nomor 12 itu, lalu dilengkapi dengan Peraturan DPR Nomor 2 2020 ya.

Jadi di DPR sendiri sudah membuat peraturan internal menindaklanjuti dari Undang-Undang itu. Sehingga memang secara teknis mekanisme kehadiran Kepala BKD ini memastikan bahwa itu memang sudah apa sesuai ya. Tinggal bagaimana nanti Komisi V secara internal menyikapi hal ini secara teknis dan juga nanti secara politis juga bisa saya kira.

Pak Lasarus silakan menambahkan.

F-PDIP (LASARUS, S.Sos., M.Si./ KETUA KOMISI V DPR RI):

Baik Pak Arwani.

Ini saya masih ini juga Pak masih apa namanya masih mencari-cari referensi juga saya sebetulnya Pak. Saya masih belum terlalu puas ini Pak ini Pak Kepala Badan ya, proses iniloh Pak ini dari DPD ke Pimpinan DPR langsung dikirim kepada Presiden gituloh Pak, tanpa melalui proses di pembuatan Undang-Undang di DPR, tapi di Undang-Undang Dasar Pak, seingat saya supaya maksud saya nanti gini clear dulu kita, clear dulu.

Jangan bawa masalah ke dalam kita yang bikin terus kita juga yang uring- uringan sendiri gituloh ya.

Ini kan menurut Undang-Undang Dasar jelas bahwa Undang-Undang itu ditetapkan DPR bersama Presiden gituloh, DPR dengan segala mekanismenya Pak. Pak Irmadi tolong ajarin saya ini, Pak Irmadi Lubis ini, tolong ajarin saya soal ini Pak ya. Saya jujur saja masih belum terlalu firm terkait dengan proses ini Pak, belum terlalu firm saya ya. Nanti muncul lagi undang-undang baru misalnya sudah given dari DPD masuk ke Pimpinan DPR dianggap sudah selesai, kirim lagi ke Presiden, turun lagi. Nah ini pertama dari sisi perencanaan apa namanya Undang-Undang kita juga pasti ini sangat mempengaruhi ya kinerja kita di DPR juga ya.

Yang ke dua, kalau memang seperti yang tadi saya bahas di awal bahwa Undang-Undang itu dibahas ditetapkan oleh DPR bersama Presiden.

DPR dengan segala mekanismenya Pak. Harusnya kalau menurut saya ini tetap harus melewati Baleg gituloh, tapi katanya sudah ada Putusan MK dan

(20)

sebagainya dan sebagainya tadi disampaikan oleh Pimpinan dan juga oleh Pak Kepala Badan. Nah tapi perlu kita ingat gituloh Pak, perlu kita ingat bahwa yang membahas Undang-Undang ini DPR dengan Presiden. DPD boleh memberi masukan boleh, naskah akademik dan segala macam kita juga bisa dibantu para Pakar Pak kalau untuk membahas naskah akademik itu selama nanti keputusan tetap pada DPR dengan Presiden.

Nah kita juga sampai khawatir tadi Pak ini Pak Sensi bilang sama kita dari mimbar situ, Pimpinan yang nanti memimpin mesti hati-hati juga Pak jangan sampai nanti seolah-olah ini DPD jadi Pimpinan Rapatnya. Jadi seluruh keputusan dia sangat dominan dan seterusnya. Ini kita yang ngasih ruang Pak. Persoalannya kan kita yang ngasih ruang ini gituloh.

Jadi maksud saya nanti hal sepele ini bisa jadi serius ini dari tata cara bernegara kita gitu loh. Bisa menjadi hal yang serius ini ya kan dan ini adanya di Komisi V. Sebagai Ketua, saya tentu harus menjaga marwah DPR Pak.

Wajib hukumnya saya jaga marwah DPR gituloh. Nah tolong kasih juga masukan kepada kita supaya kita tidak salah-salah ini. Karena yang terjadi yang pertama ini nanti akan menjadi contoh untuk yang berikutnya Pak gituloh dan mereka akan pakai ini sebagai acuan itu yang saya harus hati-hati dari sistem bernegara kita, ini kan ada sistem bernegara yang kita pertaruhkan di sini ya. Jangan sampai sebuah kebiasaan yang menyalahi aturan menjadi semacam aturan main baru gituloh aturan main baru.

Nah jadi soal ini saya pikir perlu untuk kita bahas lebih lanjut supaya apa? Supaya kita kalau soal bahas substansi tidak susah Pak ini tidak susah, tinggal kita nanti.

KETUA RAPAT:

Internal dulu ya.

F-PDIP (LASARUS, S.Sos., M.Si./ KETUA KOMISI V DPR RI):

Tinggal kita minta, kita minta nanti Pak dari Kepala Badan perkaya kita perkuat kita dari sisi norma materi dan seterusnya. Para Pakar kita minta itu, kalau itu sih sudah pasti kita lakukan Pak, tapi dari sisi bernegara ini serius kalau menurut saya, serius sekali. Kenapa kok tidak lewat Baleg Pak?

Harusnya harus lewat Baleg. Tidak boleh meluncur langsung ke Komisi Pak, tidak boleh kalau menurut saya, harus tetap melewati Baleg dulu. Nah kenapai ini tidak melewati Baleg? Tolong saya kasih pencerahan Pak tolong, terima kasih.

Itu saja Pak Ketua Rapat, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Oke. Saya kira jelas bahwa ada aturan baru yang saya kira kita perlu memahami kembali aturan itu dan secara politis kita juga punya hak untuk menanyakan kepada pihak terkait, yaitu Pimpinan DPR, karena kita dapat

(21)

tugas kumpul di sini ketemu hari ini itu dari Pimpinan DPR, ya dari Pimpinan DPR dari Rapat Pengganti Bamus.

Oleh karena itu jika berkenan rapat ini kita simpulkan ya setelah mendengarkan penjelasan dari Kepala Badan Keahlian, maka Komisi V perlu untuk membahas secara internal, ya terkait dengan teknis mekanisme yang berdasarkan aturan baru ya dan termasuk juga persiapan untuk menyiapkan DIM dari Panja, yang ini juga termasuk aturan baru. Biasanya kan DIM-nya itu kan Fraksi-Fraksi ya kan? Kalau soal politis, sikap Fraksi masing-masing itu bisa nanti di Raker misalnya Fraksi A setelah mendengarkan ini-ini, maka kami siap, kami tidak siap, itu ada di Raker. Saya kira itu ya kita tutup rapat kali ini ya?

Pak Sukamto, ya ada yang lain lagi? Ya silakan Pak Hamka, Pak Sukamto ya, silakan.

F-PKB (H. SUKAMTO, S.H.):

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

Pimpinan yang kami hormati,

Bapak Ibu dan saudara-saudara sekalian yang kami hormati pula.

Singkat saja. Saya sangat memberi dukungan kepada Pimpinan yaitu Pak Lasarus bahwa ini harus melaui Baleg. Kita harus menjaga marwah ya kita harus menjaga marwah yang mengatur membuat Undang-Undang itu adalah DPR. Jadi DPD hanya bisa memberikan suatu masukan, jangan nanti ini dibahas secara bersama-sama nanti ribet nanti jadinya.

Yang ke dua, memang Badan Usaha Desa itu memang perlu diberikan suatu regulasi payung hukum, tapi apakah harus melalui Undang-Undang tersendiri? Kan sudah ada Undang-Undang Desanya. Inilah kira-kira yang perlu saya mengharapkan untuk ada rapat internal Komisi V dulu.

KETUA RAPAT:

Oke.

F-PKB (H. SUKAMTO, S.H.):

Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Ya. Silakan Pak Hamka. Pak Hamka?

Ya, Bapak dan Ibu sekalian.

Saya ulangi lagi jadi apakah bisa disetujui kita menyiapkan Rapat Internal ya Rapat Internal Panja atau Rapat Internal Komisi? Komisi ya, Rapat

(22)

Internal Komisi ya, kita siapkan Rapat Internal Komisi untuk mencermati kembali terkait dengan aturan baru ya aturan legislasi baru ini. Termasuk bahwa mulai dari tidak lewat Baleg, lalu kita juga harus menyiapkan DIM DPR ya, bukan DIM Fraksi tapi DIM DPR ini juga hal yang baru. Oleh karena itu setuju ya kita siapkan Rapat Internal Komisi. Nanti Sekretariat mohon disiapkan.

F-PDIP (H. IRMADI LUBIS):

Pak Pimpinan, boleh sedikit Pak Pimpinan?

KETUA RAPAT:

Oke, ya.

F-PDIP (H. IRMADI LUBIS):

Pak sedikit. Jadi saya kira lebih terdahulu kita minta Fraksi-fraksi untuk membuat catatan-catatan, bukan DIM, sehingga dibawa ke dalam Komisi itu sudah ada catatan-catatan dari Fraksi sehingga kita buat membuat DIM konsolidasi.

KETUA RAPAT:

Ya, saya tambahkan kepada para Fraksi seluruhnya agar menyiapkan pendapat ya untuk bisa diputuskan di dalam DIM. Oke ya? Cukup ya? Nanti surat akan disiapkan oleh Sekretariat.

Terima kasih Bapak dan Ibu sekalian. Dengan demikian terima kasih atas masukan dan juga pertanyaan sudah dijawab juga oleh Pak Kepala BKD. Kami dari Pimpinan dengan ini menyatakan bahwa Rapat Dengar Pendapat dengan Kepala BKD dengan ini kami tutup ya.

Terima kasih.

Wassalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh.

(RAPAT DITUTUP PUKUL 14.35 WIB)

a.n. Ketua Rapat SEKRETARIS RAPAT,

Ttd.

Nunik Prihatin B., S.H.

NIP. 196912021998032002

Referensi

Dokumen terkait

Apabila populasi menunjukkan distribusi frekuensi, random sampling (pengambilan sampel secara acak) dengan tepat harus tetap dipertahankan, artinya jangan sampai

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, maka perlu ditetapkan dengan Peraturan Bupati tentang Pedoman Umum

Orientasi pada penelitian ini difokuskan pada penerapan manajemen strategi yang dilakukan oleh pihak pondok pesantren, sekaligus faktor pendukung dan penghambat

Dapat disimpulkan bahwa pelesapan S2 pada tipe kalimat koordinasi ini dapat diizinkan jika dua argumen S-nya referensial dan S2 yang dilesapkan tidak mutlak berkoreferensi dengan

Penelitian Stang (2011), menunjukkan bahwa pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan dampak pernikahan di bawah usia 20 tahun, kehamilan pada remaja akibat pergaulan bebas

8. Hasil pengindraan jauh berupa foto udara dihasilkan oleh … a. Wahana penginderaan jauh yang memiliki ketinggian lebih dari 1.000 km dpal pada saat perekaman

Berdasarkan hasil pengujian bandwidth antara dua jalur yaitu personal komputer dan notebook diketahui bahwa router yang menggunakan firmware OpenWRT tidak memiliki perbedaan

Dia memberitahu bahawa bapa-nya, yang dibaptis sebagai seorang dewasa muda, telah berkhawin di bait suci, bahawa Elder Misiego adalah anak keempat daripada enam, bahawa