• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARTUN UPIN DAN IPIN SEBAGAI INSTRUMEN SOFT DIPLOMACY DALAM HUBUNGAN MALAYSIA - INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KARTUN UPIN DAN IPIN SEBAGAI INSTRUMEN SOFT DIPLOMACY DALAM HUBUNGAN MALAYSIA - INDONESIA"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

KARTUN UPIN DAN IPIN SEBAGAI INSTRUMEN SOFT DIPLOMACY DALAM HUBUNGAN MALAYSIA - INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ilmu Hubungan Internasional

Oleh:

NUR RAHMI RAMADHANI RAUF E 131 14 017

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN 2018

(2)

i

HALAMAN PENGESAHAN

(3)

ii HALAMAN PERSETUJUAN

(4)

iii ABSTRAK

Nur Rahmi Ramadhani Rauf, E13114017 dengan judul skripsi “Kartun Upin dan Ipin Sebagai Instrumen Soft Diplomacy Dalam Hubungan Malaysia – Indonesia”. Di bawah bimbingan Muhammad Nasir Badu sebagai pembimbing I, dan Burhanuddin sebagai pembimbing II, Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin.

Penelitian ini menggambarkan tentang hubungan Malaysia dan Indonesia sebagai negara serumpun yang sering mengalami konflik di bidang kebudayaan. untuk mengatasi hal tersebut, Malaysia menggunakan Kartun Upin dan Ipin sebagai instrumen soft diplomasy dalam membangun citra yang baik terhadap Indonesia. Pembahasan difokuskan kepada hubungan terhadap Malaysia dan Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat Kartun Upin dan Ipin sebagai instrumen soft diplomacy dalam hubungan Malaysia terhadap Indonesia serta pengaruhnya sebelum dan sesudah Kartun Upin dan Ipin masuk ke Indonesia.

Tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah Deskriptif- Analitik. Adapun teknik pengumpulan data, penulis memperoleh dari wawancara dan studi pustaka yang menelaah sejumlah buku, jurnal, dokumen, dan artikel ilmiah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya tayangan Kartun Upin dan Ipin, Malaysia mampu membangun citranya kembali dimata internasional secara umum dan Indonesia secara khusus. Hal ini di buktikan dengan adanya anggapan publik Indonesia yang sangat menerima tayangan ini sebagai media dalam perbaikan hubungan kedua negara.

Malaysia mampu mendeskripsikan kebudayaan negaranya melalui Kartun Upin dan Ipin.

Sebagai negara tetangga yang serumpun dengan memiliki budaya yang hampir sama, Malaysia tak lupa memasukkan perwakilan Indonesia melalui karakter Susanti ke dalam Kartun tersebut sebagai bentuk penghargaan hubungan Indonesia dengan Malaysia.

Kata kunci: Soft diplomacy, Kartun Upin dan Ipin, Malaysia, Indonesia

(5)

iv ABSTRACT

Nur Rahmi Ramadhani Rauf, E13114017, with the thesis title “ Upin and Ipin Cartoon as Soft Diplomacy Instrument in Malaysia-Indonesia Relation”. Under the guidance of Muhammad Nasir Badu as advisor I and Burhanuddin or advisor II. Department International Relations, Hasanuddin University.

This research describes the relation of Malaysia and Indonesia as Cognate state that often been in cultural conflict. In order to handle the problem. Malaysia uses Upin and Ipin cartoon as soft diplomacy instrument in create a good image toward Indonesia. this research focus on the relation of Malaysia and Indonesia. The objective of this research to see Upin and Ipin cartoon as soft diplomacy instrument in relation of Malaysia and Indonesia, and the influence before and after Upin and Ipin cartoon screen in Indonesia. Type of research used is descriptive-analytic. Data collection technique used through interview and library research with the used of books, journals, documents, and scientific article.

The result of this research show that bye the existence of Upin and Ipin cartoon. Malaysia is able to create its new image in international public generally and Indonesia specifically. This thing proof by the opinion of Indonesia‟s public very accepting this cartoon as the media in re-approachment of the two states. Malaysia able to describe its culture through Upin and Ipin cartoon. As neighboring countries and having similarities in culture, Malay is also including Indonesia‟s representative. Through the character of susanti into the cartoon as appreciation in the relation of Indonesia and Malaysia.

Key words: Soft Diplomacy, Cartoon Upin and Ipin, Malaysia, Indonesia.

(6)

v KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan begitu banyak karunia dan telah memberikan kemudahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk perolehan gelar sarjana pada Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin.

Sejak awal hingga akhir, penulisan skripsi ini telat melewati banyak rintangan dan hambatan tersebut Alhamdulillah dapat penulis lalui dengan usaha, semangat, dan doa, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orangtua penulis, Ayahanda Abd. Rauf S. yang selalu memberikan dukungan berupa motivasi saat penulis telah merasa putus asa dalam mengerjakan skripsi ini. terima kasih bapak. Ibunda Nurhayati Lili yang selalu bangun sholat tengah malam sampai hari ujian untuk mendoakan anaknya agar diberikan kemudahan dan selalu memberi dorongan agar tidak terlalu memikirkan segala macam hal yang akan jadi hambatan dalam kesuksesan penulis kelak.

Thank you so much dad and mom.

Menyadari sepenuhnya dengan segala keterbatasan ilmu dan pengalaman yang penulis miliki, maka penulis mengatakan bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan masih harus dibenahi. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati yang penulis miliki, kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Penulisan skripsi ini mengalami begitu banyak kendala dan halangan hingga penulisan diselesaikan. Oleh karena itu, penulis menghaturkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberi bantuan dan motivasi hingga skripsi ini dapat dirampungkan.

1. Ibu Rektor Universitas Hasanuddin beserta jajarannya.

2. Bapak Dekan Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin beserta jajarannya.

3. Bapak Ketua Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, H.Darwis, MA, Ph.D.

4. Bapak Muhammad Nasir Badu, Ph.D sebagai pembimbing I dan Bapak Burhanuddin, S.Ip, M.Si sebagai pembimbing II.

5. Seluruh staf pengajar Jurusan Ilmu Hubungan Internasional atas segala ilmu yang telah diberikan dari semester awal hingga akhir.

6. Kak Rahma dan Ibu Tia atas semua bantuan dan nasehatnya.

7. Keluarga besar di Makassar dan Bone yang selalu memberikan dukungannya lewat telepon dan via Whats App. Kedua kakak saya, Ardi dan Asdi yang selalu memberikan bantuan finansial dan support dalam proses pembuatan skripsi ini.

8. Tirza Mahardani dan Zulmi Zuliansyah, yang sangat berjasa dalam pembuatan skripsi ini, terimakasih atas masukan dan sarannya. Semoga cepat selesai mengurus skripsi dan cepat wisuda.

9. Anak-anak Montoks. Ani Rahmadani, terimakasih karena sudah bersedia menampung saya di kost selama pembuatan skripsi ini, mengajari saya memasak, mendengarkan curhatan saya, keluh kesah saya, memberikan motivasi dan mengurangi beban pikiran

(7)

vi saya. Ama ayu Sophia (Utshop), I always remember youuu. Seseorang yang sangat menderita karena ada di dekat saya. Selalu saya minta tolongi buat antar sana-sini walau kena tilang, kena banjir, panas dan sampai sakit gara-gara terserempet mobil dan pete-pete. Firaa teman dietku, selalu beri saya motivasi bahwa saya bisa untuk selesaikan ini skripsi dengan cepat. Selalu ajar saya untuk tidak terlalu pusing about LOVE. Inggi, terimakasih karena meski jauh dukungan dan saranmu selalu buatka kuat dikala sedih dan terpuruk hadapi rutinitas kampus. Semangat guys!, semoga cepat nyusul juga. Maaf duluanka sarjana hehehe

10. Arya arham, terimakasih atas waktu dan jasanya yang selalu dampingika sampai tahap akhir penulisan. Dukungan dan motivasi yang selalu diberikan, seseorang yang selalu mengingatkan saya agar tidak pernah tinggalkan sholat walau sesibuk apapun.

11. Nisa, kiki, Ija, Indah, Rani, Febe, Gandi teman seperjuangan saya menghadapi segala rintangan yang muncul dari awal pembuatan skripsi sampai akhirnya lulus juga. Kak tillaa, salah satu orang yang selalu bantuka dalam pengurusan berkas skripsi. Terima kasih atas waktu dan jasata. Maaf jika sampai akhir perjuangan ini saya masih sering menyusahkan kalian, baik itu meminta informasi atau saran-saran lainnya. Terima kasih banyak semua, sukses selalu teman-teman . Akhirnya sarjana juga. Yeay!!!

12. Buat Informanku, Kak Tilla, Ais, Anna dan adiknya, serta kak Tira. Berkat kalian analisisku telah terbukti dan mengantarkan saya ke meja ujian hingga dinyatakan lulus. Terima kasih banyakkkk!

13. Terimakasih kepada Andi Qoanita yang telah berbaik hati meminjamkan beberapa bukunya untuk data pendukung saya. Semoga skripsinya bisa cepat selesai juga dengan cepat. Aminn

14. Buat Sahabat-sahabat saya dari kecil, chicu fitria, andi batari, dewi, adinda, riri, ardi, asis, ari, andi askar, andar dan semua yang saya tidak bisa sebutkan namanya. Serta teman-teman dari KKN angkatan 96 takalar Kec. Mangara Bombang, terima kasih saya ucapkan buat kalian semuanya yang telah menyemangati saya agar cepat-cepat sarjana,

15. AGRESI 2014: felix, dede, tiwi, aul, devina, para ukhti, anita, ica chan, ica isra, arbi, rizaldi, tina, marwah, wulan, dika, batara, Angkooo, teguh, hadi, Mario, Wira, hendro, dan semua yang tidak bisa saya sebutkan namanya terima kasih atas segala bantuan, dukungan, serta doa kalian selama ini, terima kasih telah menjadi bagian dari hidupku yang sudah seperti keluarga dalam kampus. Keep our spirit and do not ever forget each other guys!.

16. Senior-senior dan junior-junior yang baik hati, kak rian, kak Ino, kak Viko, Kak Aufar, kak dila, kak Ai, kak Enggra, adik Iam, april, henny, fia, ana, dan yang lainnya Terimakasih untuk saran-saran, dukungan dan infonya selama ini.

Nur rahmi ramadhani rauf

Penulis

(8)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

D. Kerangka Konseptua ... 8

E. Metode Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

A. Konsep Soft power ... 15

B. Konsep Diplomasi Publik ... 20

C. Konsep Budaya Populer ... 27

D. Penelitian-penelitian terdahulu ... 33

BAB III KARTUN UPIN DAN IPIN DAN HUBUNGAN MALAYSIA-INDONESIA ... 36

A. Film Kartun Upin dan Ipin ... 36

1. Profil Film kartun Upin dan Ipin ... 36

2. Multikulturalisme Malaysia sebagai komoditas ... 41

B. Hubungan Malaysia – Indonesia ... 45

1. Bidang pendidikan dan Sosial Budaya ... 50

2. Bidang Ekonomi ... 52

3. Bentuk-bentuk Upin dan Ipin di Indonesia ... 53

BAB IV KARTUN UPIN DAN IPIN SEBAGAI INSTRUMENT SOFT DIPLOMACY DALAM HUBUNGAN MALAYSIA-INDONESIA ... 57

A. Kartun Upin dan Ipin digunakan sebagai instrument soft diplomacy Malaysia ... 57

1. Kepopuleran Kartun Upin dan Ipin di Indonesia ... 58

2. Tokoh Susanti sebagai representasi Indonesia ... 61

3. Dukungan Malaysia terhadap Kartun Upin dan Ipin ... 62

B. Pengaruh hubungan Malaysia dan Indonesia sebelum dan sesudah Kartun Upin dan Ipin masuk ke Indonesia ... 63

1. Hubungan Indonesia dengan Malaysia sebelum Kartun Upin dan Ipin masuk ke Indonesia ... 63

2. Hubungan Indonesia dengan Malaysia setelah Kartun Upin dan Ipin masuk ke Indonesia ... 65

(9)

viii

BAB V PENUTUP ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72

LAMPIRAN ………. 76

Lampiran 1: List pertanyaan ... 76

Lampiran 2: Catatan lapangan 1 ... 77

Lampiran 3: Catatan lapangan 2 ... 80

Lampiran 4: Catatan lapangan 3 ... 82

Lampiran 5: Catatan lapangan 4 ... 85

Lampiran Gambar: Data dokumentasi lapangan ... 87

(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hubungan internasional merupakan suatu sistem hubungan antar negara yang berdaulat dalam pergaulan internasional yang menjadikan kegiatan diplomasi sebagai suatu elemen utama bagi suatu negara sebagai faktor penentu eksistensinya dalam hubungan internasional. Diplomasi merupakan proses politik untuk memelihara kebijakan luar negeri suatu pemerintah dalam mempengaruhi kebijakan dan sikap pemerintah negara lain (Suryokusumo, 2004). Diplomasi kekinian juga tidak hanya menyangkut kegiatan politik saja tapi juga bersifat multi-dimensional yang menyangkut aspek ekonomi, sosial-budaya, hak asasi manusia dan lingkungan hidup yang digunakan di situasi apapun dalam hubungan antar bangsa untuk menciptakan perdamaian dalam percaturan politik global serta mencapai kepentingan nasional suatu negara.

Munculnya soft power sebagai salah satu bentuk power selain hard power dalam kegiatan hubungan internasional membawa implikasi pada pelaksanaan diplomasi. Soft power menjadi tool utama diplomasi masa kini yang disebut soft diplomacy. Kecenderungan pelaksanaan soft diplomacy dengan menggunakan aplikasi soft power dianggap efektif dan efisien sehingga mudah untuk dilakukan tanpa harus menelan korban dan menghabiskan biaya besar. Seiring berubahnya paradigma aktor hubungan internasional, pelaksanaan soft diplomacy melibatkan berbagai kalangan aktor non-Pemerintahan. Oleh karena itu, soft diplomacy merupakan bentuk nyata dari penggunaan instrument selain tekanan politik, militer dan tekanan ekonomi yakni dengan mengedepankan unsur budaya dalam kegiatan diplomasi. Maka dari itu,

(11)

2 platform politik luar negeri dilakukan melalui soft diplomacy, seperti apa yang di lakukan oleh Malaysia Melalui produk Industri kreatifnya film Kartun Upin dan Ipin.

Film Kartun Upin dan Ipin merupakan produk yang di keluarkan oleh salah satu perusahaan industri film animasi Malaysia yaitu Les‟ Copaque Productions, memiliki pola yang hampir sama dengan penyebaran film animasi Jepang (Anime) yaitu memasukkan ciri khas kebudayaan dari negara Malaysia. Kemunculan film kartun ini mengikuti arus dari tujuan Malaysia yaitu menjadikan Malaysia menjadi negara maju (Wawasan 2020) dengan menggunakan konsep Truly Asia.

Wawasan 2020 ialah sebuah wawasan kerajaan Tun Dr Mahathir Mohamad, Perdana Menteri Malaysia ketika itu, yang bertujuan untuk meningkatkan Malaysia menjadi sebuah negara perindustrian dan negara maju sepenuhnya menjelang tahun 2020 baik itu di bidang ekonomi, bidang politik, budaya, kerohanian, psikologi, serta juga panduan nasional dan sosial. Semua ini melibatkan persoalan keadilan sosial, kestabilan politik, system kerajaan, mutu hidup nilai sosial dan agama, maruah bangsa serta keyakinan (Wikipedia). Sedangkan Truly Asia merupakan Tagline yang digunakan sebagai marketing campaign oleh Malaysia Tourism Board, Malaysia Truly Asia menjadi brand yang dipakai negeri Jiran untuk mempromosikan pariwisatanya, yang di luncurkan sejak tahun 1999.

Perkembangan yang sangat pesat terjadi pada salah satu produk industri Multimedia Malaysia yaitu melalui Kartun Upin dan Ipin menjadikannya suatu fenomena yang menarik untuk diimplementasikan sebagai sebuah bagian dalam pelaksanaan soft diplomacy yang mampu membangun citra Malaysia dan mendukung peningkatan posisi Malaysia di forum internasional secara umum dan Indonesia secara khusus.

(12)

3 Hubungan diplomatik Malaysia dan Indonesia secara resmi telah terjalin sejak tahun 1957 (Yakub, 2013). Hubungan Malaysia dan Indonesia pada prinsipnya merupakan hubungan bilateral yang unik. Dikatakan unik karena hubungan antara kedua negara tetangga ini merupakan hubungan yang disatukan tidak hanya kedekatan aspek geografis saja. Berada dalam sebuah rumpun Melayu, menjadikan Indonesia dan Malaysia memiliki hubungan yang erat dalam hal tradisi, budaya, kekerabatan, dan sejarah yang dekat antara kedua negara.

Tak bisa dipungkiri bahwa hubungan antara Indonesia dan Malaysia masih mengalami pasang surut keharmonisan. Berbagai persoalan pelik sering kali dijadikan alasan bagi kedua negara tersebut dalam memicu pertikaian antara keduanya. Masalah tersebut dapat dipicu soal budaya, wilayah perbatasan, persepsi yang berbeda tentang kawasan, serta soal para pekerja Indonesia di Malaysia. Terlebih lagi permasalahan kecil dan sepele mengenai permainan pertandingan sepak bola juga sering kali memberikan luapan kebencian antar negara tersebut.

Seiring berjalannya waktu, penyelesaian konflik dan pertikaian yang

dulunya diaplikasikan melalui perang terbuka maupun perang dingin kini telah bergeser ke arah penyelesaian masalah dengan cara damai (soft diplomacy).

Diplomasi dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kebutuhannya.

Penyelesaian masalah dengan mengedepankan unsur perdamaian dapat ditempuh dengan banyak cara. Terdapat Sembilan jalur diplomasi yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah atau untuk menjalin hubungan yang lebih erat lagi dengan negara tujuan (Diamond & McDonald, 1996).

Kesembilan jalur yang sering disebut dengan multi-track diplomacy tersebut adalah Pemerintah, Non-Government atau orang yang professional, bisnis, individu (warga negara), penelitian pelatihan dan edukasi, aktivisme agama, pendanaan dan

(13)

4 yang terakhir adalah komunikasi dan media. Penggunaan diplomasi ini merupakan upaya dalam mengedepankan soft power daripada hard power. Artinya bahwa negara- negara cenderung menggunakan cara damai dalam menyelesaikan permasalahannya.

Melihat konflik antara Indonesia dan Malaysia yang masih berkelanjutan, aktornon-negara yakni pegiat seni di Malaysia menciptakan suatu karya seni peran yang menggambarkan hubungan keserumpunan Malaysia dan Indonesia dengan memasukkan unsur budaya kedua negara. Film Kartun Upin dan Ipin mengangkat isu Multikulturalisme masyarakat Malaysia yang dikemas dengan penuh makna dan menonjolkan nilai-nilai kebudayaan dan Keseharian Masyarakat Malaysia yang di dalamnya terdapat nilai bernuansa mendidik, rasa toleransi, rasa saling menghargai, dan menghormati perbedaan yang ada.

Kemunculan film sebagai alat yang digunakan untuk diplomasi tidak terlepas dari peran globalisasi yang semakin kompleks. Di era globalisasi ini, dunia seakan tidak ada batasnya lagi (borderless) sehingga peluang kemunculan aktor lain dalam penyebaran nilai akan semakin besar. Menurut David Harvey, globalisasi adalah pengompresan ruang dan waktu (Harvey, 1998). Maksud dari pernyataan David Harvey tersebut adalah seluruh aktor dalam Hubungan internasional dapat berinteraksi dan tidak ada yang dapat membatasi lagi. Termasuk penyebaran nilai yang ingin disampaikan kepada masyarakat global.

Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang dibuat untuk menyampaikan pesan sesuai dengan tujuan yang dibuat. Dengan melihat film kita dapat memperoleh informasi serta dapat mengartikan tanda terselubung yang digambarkan atau ditampilkan tentang realitas tertentu. Film dibuat sebagai bentuk respon dari suatu permasalah yang terjadi. Hal yang paling utama adalah film dapat

(14)

5 menjangkau populasi dalam jumlah besar tanpa dibatasi ruang dan waktu secara cepat (Mcquail, 2011).

Maka dari itu sangat dibutuhkan diplomasi publik untuk menjaga hubungan kedua negara terlebih kepada publik kedua negara agar merubah

pimikiran atau presepsi negatif tersebut. Adanya tayangan kartun dari perusahaan animasi asal Malaysia yang tayang di televisi Indonesia adalah salah satu bentuk diplomasi publik untuk merubah opini publik lebih positif dan juga memberikan pandangan lain terhadap hubungan kedua negara yang diharapkan. Upin-Ipin memang hadir terlepas dari isu konflik kedua negara karena munculnya serial kartun Upin- Upin memang ditujukan sebagai tayangan hiburan. Bahkan Kehadiran serial tayangan Upin-Ipin sejatinya menjadi obat penawar sekaligus media bagi terwujudnya kembali hubungan baik kedua negara. Adanya Peran karakter dalam serial kartun inipun juga perlu di perhatikan karena membawa unsur persaudaraan antara Malaysia dan Indonesia.

Film ini tidak hanya menunjukkan keadaan Kulturalisme masyarakat Malaysia namun ada banyak elemen-elemen penting yang disisipkan melalui adegan-adegan yang diperankan oleh para pemain. Ada banyak nilai-nilai penting yang ditanamkan atau yang disampaikan melalui film ini. Nilai-nilai yang disampaikan dapat menjadi bahan rekomendasi kepada kedua negara bahwa permasalahan yang terjadi diantara kedua negara dapat diselesaikan melalui pengadopsian nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai ini yang kemudian menjadi bahan diplomasi yang dapat diberikan melalui seni peran yang diperlihatkan melalui film. Diplomasi tidak harus dilakukan melalui tatap wajah, bersalaman, dan menuturkan kata-kata manis saat bertemu namun diplomasi dapat dilakukan melalui media film dengan harapan pesan yang disampaikan dalam setiap adegan dapat membekas dalam jiwa penonton.

(15)

6 Mengambil contoh terhadap kerjasama dengan negara tetangga, pada tahun 2007, Upin dan Ipin telah menjadi salah satu langkah baru negara Malaysia untuk mempromosikan kebudayaannya terhadap Indonesia, hal ini terbukti dengan tingginya angka TVR (TV Rating) untuk tayangan animasi ini dibandingkan dengan tayangan lainnya di saluran televisi yang ada di Indonesia.

Popularitas Upin dan Ipin di tandai dengan maraknya produksi dan penjualan marchendise Upin dan Ipin di Indonesia banyak dipasarkan dan mudah ditemukan di pusat-pusat perbelanjaan di Indonesia. Mulai dari kaki lima, pedagang emperan, pasar tradisional, toko-toko baju, hingga mall-mall besar di Indonesia. Hal ini menunjukkan suksesnya tayangan kartun Upin dan Ipin di Indonesia, sehingga dua tokoh anak kecil ini disukai oleh banyak masyarakat Indonesia.

Perkembangan popularitas Upin dan Ipin didukung oleh peran sinkronisasi antara aktor negara, yakni Pemerintah Malaysia itu sendiri dengan aktor non-negara seperti para pelaku bisnis, penggiat seni, masyarakat, dan media. Dengan adanya tayangan Upin dan Ipin, Malaysia ingin menggambarkan kepada publik nilai-nilai kebudayaan yang ia tuangkan kedalam film tersebut sebagai upaya pembangunan citra ataupun nation-branding Malaysia. Adapun pembangunan citra dinilai penting untuk menciptakan ketertarikan negara lain guna menjalin dan memperat hubungan bilateralnya sekaligus untuk memperkukuh posisinya di forum internasional.

Berdasarkan pandangan tersebut dan semakin banyaknya penggemar Kartun Upin dan Ipin di Indonesia, dan di dukung dengan landasan Wawasan 2020 Malaysia serta kerjasama di bidang sosial dan budaya antara pemerintah Malaysia dan Indonesia dengan melibatkan peran aktor non negara dalam soft diplomacy tersebut melandasi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Kartun Upin dan Ipin sebagai Instrument Soft Diplomacy dalam hubungan Malaysia-Indonesia”.

(16)

7 B. Batasan dan Rumusan masalah

Untuk lebih memudahkan pembahasan ini, penulis hanya mengkaji film kartun Upin dan Ipin sebagai instrument soft diplomacy dalam hubungan Malaysia dan Indonesia, dari awal masuknya film animasi Upin dan Ipin di Indonesia hingga sekarang. Maka, rumusan masalah dari latar belakang tersebut adalah:

1. Mengapa kartun Upin dan Ipin digunakan sebagai instrument soft diplomacy Malaysia?

2. Bagaimana hubungan Malaysia dan Indonesia sebelum dan sesudah Kartun Upin dan Ipin masuk ke Indonesia?

C. Tujuan dan kegunaan penelitian 1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui dan menjelaskan mengapa kartun Upin dan Ipin digunakan sebagai instrumen soft diplomacy bagi Negara Malaysia.

b. Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana hubungan Malaysia dan Indonesia sebelum dan sesudah Kartun Upin dan Ipin masuk ke Indonesia?

2. Kegunaan penelitian

a. Apabila tujuan di atas tercapai, maka penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa Hubungan Internasional maupun mahasiswa lainnya yang mempunyai perhatian dan minat yang sama dalam menggunakan serial animasi seperti Upin dan Ipin sebagai bentuk soft diplomacy dalam hubungan Indonesia dan Malaysia serta perkembangan dengan Negara tetangga lainnya.

b. Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat memberikan suatu masukan kepada setiap elemen yang berminat membahas topik yang sama maupun

(17)

8 berhubungan dengan menggunakan animasi sebagai instrument Soft diplomacy bagi sebuah negara.

D. Kerangka konseptual 1. Soft power

Peningkatan kebutuhan suatu negara untuk terus saling berinteraksi dan melakukan hubungan kerjasama dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan warga negaranya yang semakin beranekaragam dan berubah seiring waktu apalagi dalam berkehidupan internasional, negara satu sama lain saling membutuhkan untuk mencapai kepentingan ataupun tujuan politik luar negeri mereka maka dilakukan hubungan kerjasama secara bilateral. Hubungan bilateral merupakan hubungan timbal balik antar dua negara. Hubungan bilateral yang dijalin meliputi berbagai isu di bidang politik, militer, pertahanan dan keamanan, ekonomi, budaya dan pendidikan yang dibangun melalui kesamaan kepentingan dan persepsi.

Dalam memahami konsep hubungan bilateral, (Kusumohamidjojo, 1987) menyatakan pengertian hubungan bilateral adalah:

Suatu bentuk kerjasama diantara dua negara baik yang berdekatan secara geografis maupun yang jauh dari seberang lautan dengan sasaran utama untuk menciptakan kerjasama politik kebudayaan dan struktur ekonomi.

Dengan demikian, hubungan bilateral tersebut dijalin tanpa mempermasalahkan letak geografis suatu negara namun bagaimana kedua negara dapat berinteraksi untuk memenuhi kepentingan nasional di berbagai bidang.

Hubungan bilateral yang dijalin tersebut tentunya dilandasi dengan adanya kepentingan nasional yang ingin dicapai.

Soft power adalah sebuah konsep yang dikenalkan oleh Joseph S. Nye. Dalam konteks ini, kata “soft” diartikan sebagai “halus” sementara kata “power” menurut Joseph Nye adalah kemampuan suatu pihak untuk melakukan sesuatu, sehingga

(18)

9 pengertian konsep ini dapat dilihat sebagai kekuatan yang dimiliki oleh suatu pihak untuk melakukan persuasi dalam diplomasi daripada melakukan koersi atau menggunakan uang untuk mempengaruhi pihak lain. Sumber-sumber soft power suatu negara dapat diperoleh dari budaya, ide-ide politik, dan kebijakan negara tersebut (Nye, 2004).

Soft power merupakan konteks yang cocok dalam membahas Malaysia, soft power yang dimiliki oleh Malaysia terkait dengan konteks tulisan ini adalah budaya modern dalam bentuk film serial animasi (kartun). Salah satu serial film animasi tersebut adalah Upin dan Ipin dimana merupakan produk pop culture yang telah dikenal oleh masyarakat mancanegara dan telah turut berperan dalam membawa nama Malaysia sehingga film Upin dan Ipin ini dapat dikatakan sebagai instrument soft diplomacy Malaysia.

Selain itu, soft power milik Malaysia ini telah diatur dalam kebijakan national creative industry policy yang dikeluarkan oleh Kementrian Komunikasi dan Multimedia Malaysia. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk memastikan bahwa industri kreatif tetap dinamis dan kompetitif dalam rangka memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan kebudayaan nasional. Juga agar dapat berkompetisi dalam skala internasional. Dengan kelahiran Wawasan Malaysia 2020 dan konsep Truly Asia, pemerintah mengampanyekan keragaman masyarakat Malaysia baik di dalam maupun luar negeri.

2. Diplomasi Publik

Diplomasi publik mempunyai pengertian sebagai upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah suatu negara terhadap publik sendiri maupun masyarakat internasional untuk memperbaiki citra. Diplomasi Publik adalah sebuah bentuk diplomasi yang dilakukan bukan oleh seorang duta yang merupakan perwakilan resmi

(19)

10 suatu negara di negara lain. Orang itu dapat berprofesi sebagai seniman, politisi, pemuka agama, atau bahkan orang biasa. Konsep mengenai public diplomacy merupakan pengembangan dari konsep soft power yang juga bisa dilakukan oleh kelompok kepentingan dan bisa jadi merupakan kegiatan yang di sponsori oleh pemerintah untuk kepentingan Negara (Snow & Thailor, 2009).

Public diplomacy menjadi sangat mungkin dilakukan pada saat ini seiring dengan perkembangan teknologi yang mendukung terjadinya globalisasi, di mana manusia lebih mudah untuk melintasi batas negara, sehingga diplomasi dapat mengarah pada manajemen hubungan antar negara dan aktor hubungan internasional yang lain yang bukan Negara. Dalam tulisan ini, budaya, atau lebih tepatnya pop culture, menjadi salah satu poin penting dalam diplomasi publik yang dilakukan oleh Malaysia melalui instrumennya, yakni film animasi yang dapat menyentuh masyarakat luas di luar Malaysia.

Diplomasi publik dapat dilakukan oleh siapa saja oleh masyarakat maupun perusahaan terlepas dari aktor negara dalam diplomasi tersebut. Hal ini seperti yang dilakukan perusahaan non goverment asal Malaysia yang bergerak dalam pembuatan film animasi serial kartun Upin dan Ipin. Adapun Diplomasi publik yang dilakukan oleh perusahaan Les Copaque yaitu dengan menayangkan Upin dan Ipin di negara Indonesia dan memasukkan unsur budaya dalam setiap serial kartun. Di Indonesia sendiri perusahaan seperti MNC tv dan DNA kreatif adalah perusahaan yang berkerja sama dengan perusahaan asal Malaysia tersebut.

Film serial kartun Upin-ipin dapat dikatakan sebagai bentuk diplomasi karena dalam penyampaianya pun telah di setting untuk memperkenalkan budaya ketimuran seperti bahasa melayu khas Malaysia dan permainan traditional dalam setiap alur cerita. Diplomasi yang dilakukan oleh Malaysia terhadap Indonesia melalui karakter

(20)

11 kartun Upin dan Ipin ini salah satunya dapat di lihat dari bahasa yang dipakai dalam film ini. Adapun beberapa yang juga diperhatikan yaitu melalui penokohan karakter serial kartun Upin dan Ipin yang mencerminkan pesan-pesan pemersatu dan toleransi antar bangsa. Serial Kartun Upin dan Ipin adalah salah satu bentuk pencapaian agar publik di Indonesia lebih menangkap pesan – pesan toleransi dan dapat merubah opini publik lebih positif.

3. Budaya populer

Storey (2003), mengungkapkan bahwa budaya merupakan perkembangan, intelektual, spiritual, estesis; pandangan hidup dari masyarakat, periode atau kelompok tertentu; dan karya dan praktek intektual, terutama aktivitas artistik.

Dengan demikian ruang lingkup budaya dapat meliputi, aktivitas seni, sastra, pendidikan, hiburan, olahraga, organisasi, wilayah, orientasi seksual, politik, etnis, dan upacara/ ritual religiusnya, serta aktivitas artistik budaya popular, seperti puisi, novel, balet, opera, dan lukisan.

Devinisi pop culture atau budaya popular dapat di artikan sebagai budaya yang menyenangkan dan disukai banyak orang, budaya komersial atau memiliki nilai jual dampak dari produksi massal; Contohnya sinema pop, hiburan pop, seni/budaya dll. Budaya pop merupakan budaya massa, yaitu budaya yang diproduksi oleh massa untuk dikonsumsi massa. Berasal dari pemikiran post-modernisme. Hal ini berarti pemikiran tersebut tidak lagi mengakui adanya perbedaan antara budaya tinggi dan budaya pop dan menegaskan bahwa semua budaya adalah budaya komersial .

Budaya populer merupakan sesuatu yang berubah, setelah di sukai dan banyak di konsumsi ia akan segera berubah menjadi budaya yang tinggi. Begitu pula maksud dari Malaysia yang menggunakan salah satu produk negerinya yaitu film animasi Upin dan Ipin yang dianggap mampu memberikan pandangan atau gambaran umum

(21)

12 mengenai budaya – budaya yang ada di Malayasia kepada khalayak publik. Dengan tujuan untuk meningkatkan citra positif di mata dunia khususnya Indonesia. Definisi industri kreatif dalam konteks Malaysia ialah penggemblengan dan penghasilan kebolehan dan bakat individu atau perkumpulan berasaskan kreativiti, inovasi dan teknologi yang menjurus kepada sumber keberhasilan ekonomi dan pendapatan tinggi kepada negara dengan memberi penekanan kepada aspek karya dan hak cipta intelek selaras dengan budaya dan nilai-nilai murni masyarakat di Malaysia.

E. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe Deskriptif-Analitik. Deskriptif- analitik merupakan tipe yang menggambarkan fenomena dengan bantuan data lalu ditarik kesimpulan. Tipe ini menggambarkan (deskriptif) urutan kejadian fenomena di bagian awal, lalu berdasarkan data yang diperoleh penulis menganalisa (analitik) fenomena yang terjadi.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini, yaitu:

a. Wawancara

Wawancara bisa dilakukan secara langsung (personal interview) maupun tidak langsung (telephone atau email interview). Untuk memperoleh data pendukum dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik personal interview. Personal interview yaitu wawancara secara langsung adalah dengan menginterview beberapa responden atau informan untuk memperoleh informasi terkait dengan tujuan penelitan. Responden atau informan berupa beberapa mayarakat yang

(22)

13 paham mengenai kondisi konflik yang terjadi di Indonesia dan Malaysia serta mengkonsumsi Kartun Upin dan Ipin sebagai tayangan yang patut di hargai.

b. Studi pustaka

Selain wawancara, teknik untuk mengumpulkan data juga di tempuh dengan menelaah sejumlah literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti berupa buku, jurnal, artikel, dan dokumen dari media elektronik dan non-elektronik. Dari hasil penelusuran bahan-bahan bacaan tersebut, penulis lalu memilah dan menyesuaikan dengan materi skripsi yang akan diteliti.

Adapun tempat penelitian yang penulis kunjungi untuk memperoleh data, yaitu :

a. Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin

b. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unhas c. Perpustakaan HIMAHI FISIP Unhas

Langkah-langkah observasi dalam penelitian ini yaitu dengan mengamati fenomena proses soft diplomacy Malaysia dan Indonesia melalui media cetak dan media online.

3. Jenis dan Sumber Data a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung di lapangan.

Sumbernya berasal dari responden atau informan. Dalam penelitian ini, penulis memperoleh data dari hasil penelusuran responden atau informan dengan menggunakan teknik penarikan sampel Bola Salju (Snow Ball).

b. Data Sekunder

Penelitian ini juga memerlukan penelaah yang diperoleh dari data-data sekunder.

Data sekunder merupakan jenis data yang bersumber dari literatur atau bahan

(23)

14 bacaan, serta olahan dari berbagai sumber, seperti internet; buku; jurnal;

dokumen; artikel; dan lain-lain.

4. Teknik Analisa Data

Teknis analisis data yang digunakan oleh penulis adalah teknik

analisis data kualitatif yaitu metode penelitian untuk memahami fenomena yang sedang terjadi secara alamiah (natural) dalam keadaan-keadaan yang sedang terjadi secara alamiah (Ruslam, 2014). Penelitian kualitatif tidak diperoleh melalui angka- angka maupun prosedur statistik melainkan memahami fenomena lalu mengeksplorasinya.

Untuk meneliti tentang penggunaan Kartun Upin dan Ipin sebagai instrumen soft diplomacy Malaysia. maka penulis menggunakan teknik penelitian kualitatif.

Teknik kualitatif mencakup informasi tentang fenomena utama yang dieksplorasi dalam penelitian. Tujuan penelitian kualitatif juga bisa menyatakan rancangan penelitian yang dipilih. Sehingga, penelitian ini dapat dianalisa lebih dalam setelah mengumpulkan berbagai data dan infromasi secara mendetail.

5. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan oleh penulis ialah metode deduktif, yaitu dengan menggambarkan secara umum masalah yang diteliti, kemudian menarik kesimpulan secara khusus.

(24)

15 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Soft Power

Salah satu bentuk penerapan hubungan bilateral adalah melalui diplomasi.

Diplomasi dapat dilakukan dalam berbagai dimensi baik bilateral, regional maupun internasional. Unsur kekuatan diplomasi sangat diperlukan untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan suatu negara merdeka. Diplomasi telah menjadi bagian integral setiap negara dalam menjalankan hubungan internasional. Kekuatan diplomatik akan sangat bermanfaat bagi suatu negara untuk menjaga pertahanan nasional serta mencari kesempatan baru dalam menjalin hubungan persahabatan dengan negara lain (Yoon, 2004).

Pengertian diplomasi menurut Suryokusumo (2004:11-12) adalah:

“Cara-cara di mana negara melalui wakil-wakil resmi maupun wakil- wakil lainnya termasuk juga para pelaku lainnya, membicarakan dengan baik, mengkoordinasikan dan menjamin kepentingan- kepentingan tertentu atau yang lebih luas dengan mengadakan pertukaran pandangan, pendekatan, kunjungan-kunjungan dan bahkan sering dengan ancaman-ancaman dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan lainnya”

Diplomasi sebagai upaya suatu bangsa untuk mencapai kepentingan nasional dan instrumen dalam pelaksanaan kebijakan politik luar negeri, tentunya ditunjang oleh power yang dimiliki suatu negara. Tujuan diplomasi yang diharapkan suatu bangsa adalah terciptanya landasan persahabatan yang membimbing bangsa-bangsa menuju kerjasama dan perdamaian. Dengan demikian, diplomasi yang merupakan seni, cara atau teknik atau strategi dalam menyampaikan kebijakan dengan wakil- wakil negara lain demi memperjuangkan suatu kepentingan mengalami perkembangan dari bentuk yang tradisional dengan menggunakan ancaman-ancaman menjadi

(25)

16 diplomasi yang lebih modern dengan pendekatan yang lebih lembut dan bersifat persuasif yakni dengan menggunakan soft power.

Joseph Nye (2004) menyatakan pengertian Soft power adalah “getting others to want the outcomes that you want without inducements (“carrots”) or threats (“sticks”). Soft power ini sendiri melengkapai dua dimensi hard power suatu negara yakni militer (”carrots”) dan tekanan ekonomi (“sticks”) dimana soft power menjadi cara ataupun perilaku ketiga untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Hard power dan soft power hakikatnya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi tindakan pihak lain namun perbedaannya terletak pada perilaku dan sumber daya yang digunakan.

Bentuk soft power merupakan bentuk power yang mudah menarik perhatian negara lain dengan melalui pendekatan lebih lembut dan tanpa ancaman untuk mencapai apa yang diinginkan oleh suatu negara, seperti melalui sumber daya budaya.

Tabel 1: Tipe Power Type of

Power

Behaviors Primary Currencies

Government Policies Military

Power

Coercion, deterrence,

protection

Threats and Force

Coercieve Diplomacy, war,

alliance Economic

Power

Inducement and coercion

Payments and sanctions

Aid, bribes, sanctions Soft Power Attraction and

agenda setting

Values, culture, policies institutions.

Public diplomacy, bilateral and

multilateral diplomacy

Sumber: Joseph S. Nye. 2004. Soft power: The Means to Succes In World Politics. New York: Public Affairs. Hal.31

Adapun tiga sumber utama dalam soft power yakni, daya tarik budayanya, nilai politik dan kebijakan luar negerinya. Budaya adalah seperangkat nilai dan bentuk praktik dalam menciptakan makna terhadap suatu masyarakat yang mana bentuk budaya itu sendiri dapat berupa seni artistik, pendidikan, bahasa kesusastraan, hingga budaya pop yang fokus ke bentuk hiburan untuk masyarakat umum (musik, tarian, film). Jika dalam kebudayaan suatu bangsa mengandung nilai-nilai yang universal dan

(26)

17 kebijakan mempromosikan nilai-nilainya dan memiliki daya tarik bagi pihak lain maka hal tersebut dapat meningkatkan popularitas suatu negara karena daya tarik yang dibentuk melalui budaya tersebut.

Dengan melihat tipe-tipe power pada Tabel 1, kekuatan diplomatik itu dapat dijalankan tanpa menggunakan biaya politik dan kekuatan militer yang cukup besar sehingga dapat dikatakan bahwa ada kekuatan ataupun instrumen lain dalam penentuan kebijakan luar negeri. Soft diplomacy merupakan pelaksanaan kebijakan pemerintah sebagai bentuk nyata dari penggunaaan instrumen selain politik dan militer dalam hubungan internasional yang membawa unsur soft power dalam pengaplikasiannya. Disamping itu, dalam memainkan peran penting di era globalisasi ini dimana pelaksanaan diplomasi dimudahkan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga mengharuskan pemanfaatan soft power yang dimiliki suatu negara dilakukan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan nasional suatu negara melalui soft diplomacy.

Sebagai jawaban praktik hard diplomacy yang mewakili aktivitas terkait dengan kekerasan, agresifitas, tindakan koersif, pemakaian perangkat militer dan embargo ekonomi, soft diplomacy terkait aktivitas-aktivitas diplomasi publik, image building, dan diplomasi kebudayaan. Soft diplomacy merupakan istilah yang berkembang sebagai bentuk diplomasi budaya seiring semakin ditinggalkannya penggunaan hard power yang dimiliki oleh suatu negara untuk mencapai kepentingannya sejak berakhirnya perang dingin. Awal pelaksanaan soft diplomacy ini dimulai oleh Jepang dengan menggunakan budaya sebagai sarana mempengaruhi negara lain untuk meningkatkan citra Jepang. Komik Jepang yang dikenal dengan nama manga, film-film kartun seperti doraemon, atau animasi (populer dengan sebutan anime) seperti Pokemon menghasilkan apresiasi luar biasa terhadap Jepang.

(27)

18 Pada masa pemerintahan Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, pelaksanaan soft diplomacy semakin dikenal dan cenderung menjadi bentuk diplomasi utama dalam hubungan internasional kekinian. Presiden Obama melalui Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, semakin gencar mengedepankan soft power dalam kegiatan hubungan internasionalnya melalui aktivitas soft diplomacy dengan melakukan pendekatan melalui budaya. Kebijakan Amerika Serikat tersebut tentunya memberi pengaruh terhadap dinamika kegiatan hubungan internasional seiring semakin meningkatnya citra Amerika setelah beralih kekuasaaan dari mantan Presiden Bush dimana saat itu Amerika sangat identik dengan kebijakan hard power-nya.

Melalui soft diplomacy, negara berusaha sedapat mungkin untuk memikat negara lain sekaligus masyarakat yang ada di dalamnya dengan kebudayaan yang dimiliki dan nilai-nilai yang dianutnya. Oleh karena itu soft diplomacy yang berwujud budaya lebih menghasilkan diplomasi yang kuat, soft diplomacy ini diartikan sebagai pertukaran gagasan, informasi, seni dan aspek-aspek kebudayaan lain antara negara dan bangsa, dengan harapan bisa menciptakan pengertian bersama.

Keberhasilan dari contoh negara Amerika serikat dan Jepang diatas, dimana negara tersebut memanfaatkan soft power yang dimilikinya dengan menggunakan film sebagai alat diplomasi, banyak dicontoh oleh negara lain, salah satunya adalah negara Malaysia. Soft power merupakan konteks yang cocok dalam membahas Malaysia, soft power yang dimiliki oleh Malaysia terkait dengan konteks tulisan ini adalah budaya modern dalam bentuk film serial animasi. Salah satu serial film animasi tersebut adalah Upin dan Ipin dimana merupakan produk pop culture yang telah dikenal oleh masyarakat mancanegara dan telah turut berperan dalam membawa nama Malaysia sehingga film Upin dan Ipin ini dapat dikatakan sebagai instrument soft diplomacy Malaysia.

(28)

19 Malaysia menjelaskan bahwa film animasi buatannya ini memiliki pola yang hampir sama dengan penyebaran film animasi Jepang (Anime) yaitu memasukkan ciri khas karakteristik kebudayaan Malaysia yaitu berupa rumah adat, pakaian, kehidupan sosial masyarakat yang ada di dalam masyarakat itu sendiri di dalam film animasi tersebut sehingga masyarakat dapat melihat Malaysia di dalam film tersebut. Ini merupakan konstruksi identitas nasional dalam animasi yang merefleksikan masyarakat dan nilai-nilai budaya dari Malaysia Selain itu, soft power milik Malaysia ini telah diatur dalam kebijakan national creative industry policy yang dikeluarkan oleh Kementrian Komunikasi dan Multimedia Malaysia. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk memastikan bahwa industri kreatif tetap dinamis dan kompetitif dalam rangka memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan kebudayaan nasional.

Aktifitas soft diplomacy dapat mengarahkan berbagai kedekatan politik menjadi kemanfaatan ekonomi seperti melalui promosi perdagangan dan membantu tugas promosi pariwisata. Maka dari itu, adapun senjata utama dalam pelaksanaan soft diplomacy yakni dengan menggunakan media dalam suatu event untuk berhubungan dan berinteraksi dalam memberi informasi baik itu untuk mendidik ataupun untuk menghibur dengan menempatkan budaya, nilai dan kebijakan suatu bangsa (Scott, 2009).

Kita dapat mengenal suatu masyarakat dari budayanya sehingga Berusaha untuk memperkenalkan dirinya kepada masyarakat internasional melalui berbagai event seni dan budaya. Melalui penggunaan seni dan budaya popular sebagai soft diplomacy, Malaysia dapat menggunakan hal tersebut untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya sekaligus mengukuhkan perannya dalam dunia internasional secara umum dan Indonesia secara khusus. Soft diplomacy yang digunakan Malaysia

(29)

20 saat ini adalah melalui budaya pop yang dikenal dengan budaya Melayu yang di tuangkan ke dalam Kartun Upin dan Ipin.

Di lain pihak, Menurut Hans J. Morgenthau, dalam pencapaian kepentingan nasional ditunjang oleh sembilan unsur kekuatan nasional yang mana salah satunya adalah kualitas diplomasi. Kualitas diplomasi berarti sejauh mana diplomasi tersebut mendapati kesepakatan yang menguntungkan bagi negara, setidaknya tidak mengalami kerugian dari kesepakatan yang dicapai (Hayati & Yani, 2007). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Soft diplomacy memiliki kualitas diplomasi sebagai upaya dalam pencapaian kepentingan nasional.

Soft diplomacy sebagaimana berdasarkan pada tata laksana suatu diplomasi yang lebih atraktif dan persuasif dijalankan dengan menggunakan kekhasan suatu bangsa seperti budaya, memang memerlukan proses yang berjalan lama namun dampak yang ditimbulkannya dapat berlangsung lama karena sasarannya tidak hanya langsung pada negara melainkan pada masyarakat secara umum sehingga terbentuk opini publik yang dapat mempengaruhi keputusan pembuat kebijakan dalam suatu negara. Dengan perkembangan situasi internasional dewasa ini dimana meningkatkan pendekatan yang bersifat people-to-people menjadi salah satu upaya dalam soft diplomacy Korea Selatan yang tidak hanya melibatkan aktor negara (track one diplomacy) dalam pengaktualisasiannya. Soft diplomacy juga dilakukan dalam pertemuan yang tidak resmi tanpa harus melalui protokol formal kenegaraan sehingga terlaksananya soft diplomacy juga didukung oleh pelaksanaan multi-track diplomacy yang melibatkan berbagai aktor non-negara.

B. Diplomasi Publik

Studi diplomasi mengalami perkembangan pesat sejak berakhirnya Perang Dingin di era 1990an dan abad ke 21 yang juga menciptakan revolusi teknologi

(30)

21 sehingga mendorong terjadinya perubahan aktor utama diplomasi (Sending, Pouliot,

& Neumann, 2011). Dinamika hubungan internasional di era globaslisasi ini menimbulkan beragam isu-isu politik global dalam pelaksanaan diplomasi dan melibatkan banyak aktor dengan kepentingannya masing-masing. Kompleksitas permasalahan internasional yang semakin beragam menjadikan penyelesaian konflik untuk menciptakan dan menjaga perdamaian menjadi lebih rumit. Brian Hocking mengemukakan bahwa bentuk diplomasi kontemporer membutuhkan penyesuaian dengan perkembangan lingkungan internasional yang cepat berubah sehingga Pemerintah perlu menyadari kemunculan aktor non-negara, seperti tokoh masyarakat, perusahaan swasta, partai politik, NGOs, seniman atau budayawan hingga media massa pun menempati peran penting dalam upaya mencapai tujuan diplomasi secara optimal.

Berkembangnya peran aktor non-negara dalam hubungan internasional juga disadari oleh Pemerintah Malaysia, sehingga dalam platform pelaksanaan soft diplomacy Malaysia, aktor negara dan aktor non-negara bekerja sama saling mendukung dalam memperluas jaringan Malaysia di dunia melalui pengembangan budaya popular Melayu melalui Upin dan Ipin untuk meningkatkan citra bangsa dalam mencapai kepentingan nasionalnya.

Multi-track diplomacy juga identik sebagai diplomasi publik yang merupakan bentuk diplomasi dalam menjembatani antara dinamika kepentingan nasional di percaturan politik dunia dan aspirasi masyarakat domestik. Pada tahun 2011, Malaysia Export Exhibition Centre (MEEC) memamerkan produk dan jasa dari 501 perusahaan eksportir di Malaysia. Beragam produk dari berbagai kategori, mulai dari perhiaan, pakaian, makanan, produk animasi Upin dan Ipin, hingga produk mobil nasional Malaysia. Isu utama diplomasi publik adalah arus transnasional dan ide-ide

(31)

22 kepentingan nasional dipromosikan dengan berbagai upaya untuk menyebarkan informasi saling pengertian dan mempengaruhi masyarakat asing.

Diplomasi publik dimaknai sebagai proses komunikasi pemerintah terhadap publik mancanegara yang bertujuan untuk memberikan pemahaman atas negara, sikap, institusi, budaya, kepentingan nasional, dan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh negaranya (Tuch, 1990: 3; Gouveia, 2006: 7-8, dikutip J. Wang, 2006). (Wang, 2006) melihat diplomasi publik sebagai suatu usaha untuk mempertinggi mutu komunikasi antara negara dengan masyarakat. Dampak yang ditimbulkan meliputi bidang politik, ekonomi, sosial, dan dalam pelaksanaannya tidak lagi dimonopoli oleh pemerintah.

Sementara itu Mellisen (2006), mendefinisikan diplomasi publik sebagai usaha untuk mempengaruhi orang atau organisasi lain di luar negaranya dengan cara positif sehingga mengubah cara pandang orang tersebut terhadap suatu negara.

Berdasarkan semua definisi itu, dapat dikatakan bahwa diplomasi publik berfungsi untuk mempromosikan kepentingan nasional melalui pemahaman, menginformasikan, dan mempengaruhi publik di luar negeri. Karenanya, diplomasi publik merupakan salah satu instrumen soft power.

Dalam beberapa buku menyebutkan bahwa diplomasi publik didefinisikan sebagai sebuah usaha negara dalam mempengaruhi opini publik di negara lain dengan menggunakan instrumen seperti pertukaran budaya, film, radio, dan media massa, dalam mengkomunikasikan kebijakan luar negeri mereka terhadap publik asing.

Penerapan diplomasi publik tidak terlepas dari pengkomunikasian kebijakan luar negeri terhadap publik mancanegara. Ciri utama dalam diplomasi publik adalah melibatkan semua stakeholder dalam prosesnya. Stakeholder di sini tidak hanya Departemen Luar Negeri, tetapi juga lintas departemen dalam pemerintah, swasta,

(32)

23 NGO, media, dan individu. Dengan porsi keterlibatan yang beragam dan besar tersebut, maka rancangan strategi komunikasi harus dikedepankan.

Untuk membedakan diplomasi publik dengan diplomasi tradisional, Humphrey Taylor (2008) kemudian membedakannya dalam sudut pandang yang berbeda. Pada zaman silam diplomasi tradisional yang kerap menggunakan “hard power” atau kekuatan militer dalam pencapaian kepentingan sebuah negara, terkadang mencapai titik keberhasilan, namun di sisi lain juga telah menimbulkan rasa takut, benci, atau ketidak percayaan terhadap sebuah Negara. Beda dengan diplomasi publik, diplomasi publik lebih kepada menggunakan “soft power” seperti menggunakan kebudayaan, pendidikan, dan sebagainya dalam proses berdiplomasi.

Joseph S. Nye menjelaskan dalam tulisannya yang berjudul “Public Diplomacy and Soft Power” bahwa soft power menjadi kemampuan sebuah negara untuk menarik perhatian pihak lain untuk mendapatkan hasil yang diinginkan melalui sebuah atraksi dan bukan melalui paksaan ataupun bayaran. Dengan membentuk persepsi pihak lain yang cenderung terkait dengan aset-aset tidak berwujud seperti kebudayaan, pribadi yang menarik dari sebuah negara, dan nilai-nilai politik dan kebijakan yang memiliki otoritas moral. Tujuan utama dari diplomasi ini adalah untuk memunculkan ketertarikan dan juga sikap saling menghormati antar negara.

Diplomasi publik bukan berarti menggantikan tapi melengkapi upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam diplomasi tradisional. Idealnya, diplomasi publik hanya membuka jalan bagi negosiasi yang dilakukan antar pemerintah, memberi masukan informasi-informasi penting dan memberikan cara pandang yang berbeda terhadap suatu masalah. Baik pemerintah maupun publik sepenuhnya memanfaatkan keahlian, pengalaman, dan sumber daya yang ada dan bekerjasama untuk mempengaruhi nilai tawar pemerintah secara signifikan. Terutama karena

(33)

24 aktor-aktor dalam diplomasi jalur pertama memiliki karakteristik aktivitas yang berbasis kekuasaan dan interaksi yang kaku, sehingga perlu diimbangi dengan upaya- upaya yang lebih fleksibel.

Jika dibandingkan, ada tiga perbedaan antara diplomasi publik dengan diplomasi yang sifatnya resmi (tradisional). Pertama, diplomasi publik bersifat transparan dan berjangkauan luas, sebaliknya diplomasi tradisional cenderung tertutup dan memiliki jangkauan terbatas. Kedua, diplomasi publik ditransmisikan dari pemerintah ke pemerintah lainnya. Ketiga, tema dan isu yang diusung oleh diplomasi resmi (jalur pertama/tradisional) ada pada perilaku dan kebijakan pemerintah, sedangkan tema dan isu yang diangkat oleh diplomasi publik lebih ke arah sikap dan perilaku publik.

Dalam diplomasi publik, perlu dipahami bahwa proses diplomasinya tidak hanya di luar negeri tapi juga di dalam negeri. (Potter, 2006) mengatakan bahwa permasalahan diplomasi publik tidak hanya tantangan terhadap kebijakan luar negeri, tetapi juga merupakan tantangan nasional. Esensi dari diplomasi publik adalah membuat orang lain berada di pihak kita, sedangkan permasalahan dalam diplomasi publik adalah bagaimana mempengaruhi opini dan perilaku orang lain. Dalam hal ini, yang dimaksud orang bukan hanya pemangku kebijakan, tetapi juga khalayak atau publik.

Pada pelaksanaan sebuah diplomasi publik tentu memiliki strategi-strategi komunikasi khusus dalam pencapaian kepentingannya. Dalam konsep ini peneliti menggunakan pendapat ahli Jay Wang mengenai diplomasi public, dimana (Wang, 2006) melihat diplomasi publik sebagai konsep yang sifatnya multi dimensi dan mencakup tiga tujuan utama, yaitu:

1. Mempromosikan tujuan dan kebijakan negara

(34)

25 2. Bentuk komunikasi nilai dan sikap

3. Sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman bersama dan mutual trust antara negara dan masyarakat.

Mengacu pada tujuan tersebut, diplomasi publik menekankan pada pesan yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Sebagai bentuk partisipasi, perlu dibangun strategi komunikasi dalam diplomasi publik, yaitu strategi komunikasi pemerintah untuk mengatur kekuatan-kekuatan di dalam seperti misalnya menggunakan kelompok–

kelompok non-negara (MNC, NGO) dan strategi komunikasi di luar dengan kelompok sasaran public mancanegara.

Diplomasi publik membantu menjelaskan informasi-informasi terkait mengenai suatu negara dan dapat juga membantah ataupun memperbaiki kesalahan- kesalahan informasi yang tersebar di dunia mengenai citra diri dari suatu negara. Hal ini lebih memperlihatkan prestise dari negara yang terkait dengan memperkenalkan dan mempertontonkan kehidupan sehari-hari, budaya, gaya hidup masyarakat suatu negara terutama gaya hidup kalangan anak muda. Tidak hanya itu, informasi mengenai kebijakan domestik dan luar negeri dari pemerintahan juga dikemas secara menarik sehingga publik tertarik dengan informasi yang disajikan (Amalina, 2015).

Seperti yang disampaikan oleh Mori (2006), mengenai penjelasan diplomasi publik yaitu, Diplomasi publik tidak hanya melalui pertukaran program yang disponsori oleh pemerintah seperti budaya dan pendidikan saja, tetapi juga melalui organisasi non pemerintah dan aktivitas–aktivitas non pemerintah seperti olahraga, film- film, buku-buku, fashion, budaya populer, seri drama, berita internasional, dan juga internet.

Diplomasi publik dapat dilakukan oleh siapa saja oleh masyarakat maupun perusahaan terlepas dari aktor negara dalam diplomasi tersebut. Hal ini seperti yang

(35)

26 dilakukan perusahaan non goverment asal Malaysia yang bergerak dalam pembuatan film animasi serial kartun Upin dan Ipin. Adapun Diplomasi publik yang dilakukan oleh perusahaan Les Copaque yaitu dengan menayangkan Upin dan Ipin di negara Indonesia dan memasukkan unsur budaya dalam setiap serial kartun. Di Indonesia sendiri perusahaan seperti MNC tv dan DNA kreatif adalah perusahaan yang berkerja sama dengan perusahaan asal Malaysia tersebut.

Melihat hal tersebut, film animasi kartun Upin dan Ipin lahir sebagai karya seni dan budaya serta mempromosikan nilai-nilai unggul yang ingin ditonjolkan seperti nilai-nilai pendidikan, moral, serta perdamaian. Film Animasi kartun Upin dan Ipin sebagai aset diplomasi yang memiliki nilai seni dan kreativitas serta berperan dalam proses pembentukan citra sebuah bangsa. Film ini mampu memvisualisasikan dan mempresentasikan karakter dan identitas masyarakat dan negara dengan cara yang lebih soft. Nilai- nilai positif yang ditampilkan dalam film ini tidak hanya menjadi bahan untuk meningkatkan citra suatu negara namun nilai-nilai yang dibangun diharapkan dapat diadopsi untuk menciptakan kehidupan yang damai antar negara yang bertetangga.

Dalam sisi lain bentuk film serial kartun Upin dan Ipin dapat dikatakan sebagai bentuk diplomasi karena dalam penyampaianya pun telah di setting untuk memperkenalkan budaya ketimuran seperti bahasa melayu khas Malaysia dan permainan traditional dalam setiap alur cerita. Diplomasi yang dilakukan oleh Malaysia terhadap Indonesia melalui karakter kartun Upin dan Ipin ini salah satunya dapat di lihat dari bahasa yang dipakai dalam film ini. Adapun beberapa yang juga diperhatikan yaitu melalui penokohan karakter serial kartun Upin dan Ipin yang mencerminkan pesan-pesan pemersatu dan toleransi antar bangsa. Serial Kartun Upin

(36)

27 dan Ipin adalah salah satu bentuk pencapaian agar publik di Indonesia lebih menangkap pesan – pesan toleransi dan dapat merubah opini publik lebih positif.

C. Konsep Budaya Populer

Kajian budaya populer tidak bisa dilepaskan dari pandangan terhadap hakikat kebudayaan itu sendiri. Williams (1983:237), merumuskan budaya pada suatu proses umum perkembangan intelektual, spiritual, dan estetis. budaya juga berarti

“pandangan hidup tertentu dari masyarakat , periode, atau kelompok tertentu”.

Budaya dengan demikian tidak sekedar menekankan pada aspek estetis atau humanis, tetapi juga aspek politis dalam (Ibrahim, 2007:23) .

Seiring perkembangan teknologi komunikasi, budaya yang kita kenal yang keberadaannya berasal dari nilai-nilai mendasar dalam sebuah kebudayaan, mengalami pergeseran. Seperangkat nilai berupa kearifan lokal dari budaya yang diwariskan secara turun temurun atau sering disebut sebagai budaya tinggi mulai mendapatkan budaya-tandingan (counter culture). Suatu budaya yang bisa dikatakan lahir karena faktor diluar sistem kebudayaan yang wajar. Itulah budaya populer/budaya massa, yang diartikan oleh (Mcdonald, 1991) dalam (Strinati, 2007) sebagai sebuah kekuatan dinamis, yang menghancurkan batasan kuno, tradisi, selera dan mengaburkan segala macam perbedaan. Budaya populer adalah gaya, gagasan atau ide maupun perspektif, dan sikap yang benar-benar berbeda dengan budaya arus utama 'mainstream' (budaya tinggi).

Teknologi komunikasi menghasilkan produk budaya yang dibuat dalam jumlah besar (mass production), yang kemudian produk budaya tersebut disebarkan (dissemination). Produksi massa tersebut telah menghasilkan budaya massa yang telah menjadi budaya populer . Budaya massa adalah budaya popular yang dihasilkan melalui teknik-teknik industrial produksi massa dan dipasarkan untuk mendapatkan

(37)

28 keuntungan dari khalayak konsumen massa. Budaya massa ini berkembang sebagai akibat dari kemudahan-kemudahan reproduksi yang diberikan oleh teknologi seperti percetakan, fotografi perekaman suara dan sebagainya (Malthy, 1989). Budaya pop dengan demikian bisa dikatakan adalah budaya komersial dampak dari produksi massal tersebut.

Dalam memahami diplomasi budaya populer tidak jauh berbeda dengan diplomasi kebudayaan, hanya saja diplomasi budaya popular menggunakan nilai-nilai budaya baru yang telah mengalami perubahan seiring waktu dan kemajuan teknologi saat ini. Budaya populer memiliki sifat yang lebih fleksibel dibandingkan budaya tradisional yang terkesan kaku. Budaya populer lebih mudah diterima oleh masyarakat terutama kalangan muda (Strinati, 2007)

Istilah budaya populer (biasa disingkat sebagai budaya pop, atau dalam bahasa Inggris popular culture atau disingkat pop culture) mengandung berdebatan oleh para kritikus dan teoretisi budaya. Istilah budaya populer sendiri dalam bahasa Latin merujuk secara harfiah pada “culture of the people” (budaya orang-orang atau masyarakat). Kata “populer” dalam budaya populer dengan demikian bermakna tersebar luas, arus utama, dominan atau sukses secara komersial (Ibrahim, 2007:23).

Budaya pop yang lahir sebagai imbas perkembangan teknologi informasi, dengan demikian ditopang industri kebudayaan (cultural industry) telah mengkonstruksi masyarakat yang tak sekedar berbasis konsumsi, tapi juga menjadikan semua artefak budaya sebagai produk industri dan menjadi komoditas.

Budaya pop merupakan bentuk budaya yang lebih mengedepankan sisi popularitas dan kedangkalan makna atau nilai-nilai. Budaya populer lahir karena hegemoni media massa dalam ruang-ruang budaya publik. Ide-ide budaya populer lahir dari segala lini budaya, baik dari budaya tinggi maupun rendah. Ideologi budaya

(38)

29 disalurkan melalui media massa dan perangkat pendukung lainnya. Objek kajian budaya populer dengan demikian bukanlah kebudayaan dalam pengertian sempit melainkan dalam artian yang lebih luas.

Kebudayaan popular berkaitan dengan masalah keseharian yang dapat dinikmati oleh semua orang atau kalangan orang tertentu seperti selebritis, kendaraan pribadi, fashion, model rumah, perawatan tubuh, dan sebagainya. Budaya populer juga muncul dalam berbagai bentuk, dari apa yang kita konsumsi untuk kebutuhan tubuh kita; apa yang kita tonton; kita dengarkan; kita pakai, dan sebagainya. Budaya populer tidak ada begitu saja, budaya populer ada karena suatu hal yang awalnya biasa saja menjadi sebuah fenomena populer, dan media turut andil dalam fenomena tersebut.

Menurut Ben Agger Sebuah budaya yang akan masuk dunia hiburan maka budaya itu umumnya menempatkan unsur popular sebagai unsur utamanya. Budaya itu akan memperoleh kekuatannya manakala media massa digunakan sebagai penyebaran pengaruh di masyarakat (dalam Bungin, 2009:100). (Bungin, 2009) lebih lanjut menjelaskan tentang gagasan budaya populer oleh Ben Agger, yang mana budaya dapat dikelompokkan menjadi empat aliran, yaitu:

1. Budaya dibangun berdasarkan kesenangan tapi tidak substansial dan mengentaskan orang dari kejenuhan kerja sepanjang hari.

2. Kebudayaan populer menghancurkan nilai budaya tradisional.

3. Kebudayaan menjadi masalah besar dalam pandangan ekonomi Max kapitalis.

4. Kebudayaan populer merupakan budaya yang menetes dari atas.

Menurut Williams (1983:237), memaknai istilah populer sebagai berikut : banyak disukai orang, jenis karya rendahan, karya yang dilakukan untuk

(39)

30 menyenangkan orang, budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri.

Jadi, ( Storey, 2003:10) definisi budaya pop, dapat diterangkan sebagai berikut:

1. Budaya Pop merupakan budaya yang menyenangkan dan disukai banyak orang. Contoh, buku novel atau larisnya album single R&B. Definisi budaya pop dengan demikian harus mencakup dimensi kuantitatif, apakah suatu budaya itu dikonsumsi oleh banyak orang. Popnya budaya populer menjadi sebuah prasyarat.

2. Definisi kedua budaya Pop adalah budaya sub standar, yaitu kategori residual (sisa) untuk mengakomodasi praktek budaya yang tidak memenuhi persyaratan budaya tinggi. Budaya tinggi merupakan kreasi hasil kreativitas individu, berkualitas, bernilai luhur, terhormat dan dimiliki oleh golongan elit, seperti para 10 seniman, kaum intelektual dan kritikus yang menilai tinggi rendahnya karya budaya. Sedangkan budaya pop adalah budaya komersial (memiliki nilai jual) dampak dari produksi massal. Contohnya : Pers pop, Pers berkualitas Sinema pop, Sinema berkualitas Hiburan pop Seni/budaya.

3. Budaya pop merupakan budaya massa, yaitu budaya yang diproduksi oleh massa untuk dikonsumsi massa. Budaya ini dikonsumsi tanpa pertimbangan apakah budaya tersebut dapat diterima di dalam masyarakat atau tidak. Budaya pop dianggap sebagai dunia impian kolektif.

4. Budaya pop berasal dari pemikiran post-modernisme. Hal ini berarti pemikiran tersebut tidak lagi mengakui adanya perbedaan antara budaya tinggi dan budaya pop dan menegaskan bahwa semua budaya adalah budaya komersial . Ciri-ciri budaya popular di antaranya sebagai berikut (Setiawan, 2013):

1. Tren, sebuah budaya yang menjadi trend dan diikuti atau disukai banyak orang berpotensi menjadi budaya popular.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini akan menganalisis tentang politik identitas dan multikulturalisme yang terjadi di Malaysia dengan melihat dari serial film Upin dan Ipin yang

Banyak nilai- nilai yang terdapat dalam film kartun Upin dan Ipin ini, selain pada episode ramadhan pelajaran berharga tentang nilai-nilai, misalnya nilai sosial pada film kartu

Maka perumusan masalah adalah Bagaimana pengaruh media televisi, khususnya tayangan kartun animasi Upin & Ipin di MNC TV terhadap penggunaan kosa kata murid

hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Hubungan Antara Terpaan Film Upin dan Ipin Dengan Imitasi Penggunaan Bahasa Malaysia

Mengetahui pengaruh tayangan kartun upin dan ipin terhadap perubahan perilaku anak usia 3 sampai 5 tahun studi pada ibu rumah tangga dijakarta.. Penulis

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah proses pembelajaran PAI dengan menggunakan media film kartun serial Upin dan Ipin dalam meningkatkan

Hal ini disebabkan karena dalam kurun waktu tersebut animasi Upin & Ipin tersebut masuk ke Indonesia dan terus bertahan sampai sekarang, dalam penelitian ini peneliti

Dan untuk Pengaruh minat menonton film kartun serial Upin dan Ipin didapat dari hasil analisis koefisien determinasi sebesar 0,159, yang mengandung pengertian bahwa pengaruh minat