262 OPTIMALISASI MINAT BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM SOLVING
Riska Meyanti, Yohanes Bahari, Izhar Salim
Program Studi Magister Pendidikan Sosiologi FKIP Untan Pontianak Email: [email protected]
Abstract
The quality and the success of learning is strongly influenced by the ability and the accuracy of the teacher in choosing and using the learning models, there are various methods that can be used by teachers to deliver the subject matter, among others, problem solving learning model. Problem solving learning model is learning model that emphasize a logical problem. This learning model encourages students to think systematically by confronting problems related to the life in the community. This problem solving learning model is more appropriate to be used in sociology subjects, by solving social problems that exist in society. By seeing the low interest in learning, the students tend to be passive and just fixated on the book. These make the students have a low learning interest. Because the learning model used by the teacher influence the quality of the teaching process. By this learning model the teacher can improve students' learning interest in the learning process.
Keywords : Optimization, interest Learning, Problem Solving
PENDAHULUAN
Pendidikan nasional diarahkan pada pembangunan Indonesia. Salah satu usaha untuk menciptakan manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan, karena pendidikan dapat membantu menyelesaian masalah pembangunan yang ada. Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar (Dimyati &
Mudjiono, 2006:7). Proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar merupakan suatu kegiatan yang direncanakan untuk merangsang siswa melakukan aktivitas untuk menemukan pengetahuannya.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan pembangunan adalah pelaksanaan pendidikan formal disekolah. Pendidikan formal yang dilaksanakan disekolah itu secara berjenjang dan berkesinambungan, dimulai dari jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi dimana tiap jenjang pendidikan mempunyai peranan sendiri terhadap siswa yaitu mempersiapkan diri dan memberikan bekal untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi dan kemampuan yang berupa ilmu pengetahuan, sikap, dan ketrampilan agar siap terjun didalam kehidupan masyarakat.
Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran, Guru yang baik harus mengusai bermacam macam model pembelajaran sehingga
dapat menggunakan model yang sesuai dengan pokok bahasan. Model mengajar yang sering digunakan oleh guru didalam proses belajar mengajar pada saat ini adalah model konvensional yaitu pembelajaran dari guru ke siswa saja tanpa ada interaksi antara siswa dengan guru ( guru dianggap sebagai gudang ilmu, mendominasi kelas), kemudian siswa bertindak pasif (duduk, diam, mendengarkan penjelasan guru) yang membuat siswa kurang berminat saat belajar karena dengan model konvensional membuat siswa merasa bosan dengan pembelajaran tersebut apabila minat belajar rendah maka hasil belajar juga akan rendah. Maka guru harus mampu menciptakan praktik pendidikan yang kreatif (Ikhsanudin, 2019) dan membuat model pembelajaran yang membuat siswa bersemangat dan aktif dalam belajar.
Permasalahan yang ada sering terjadi disekolah yang mempengaruhi minat belajar siswa adalah proses belajar mengajar dengan model konvensional yang dilakukan belum maksimal dimana guru hanya memberikan materi tanpa keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar, maka perlu adanya perbaikan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa.
Terdapat berbagai macam metode yang dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran salah satunya adalah model pembelajaran
263 problem solving yaitu model pembelajaran yang
menekankan terselesainya suatu masalah secara bernalar. Model pembelajaran ini mendorong siswa untuk berpikir secara sistematis dengan menghadapkan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan yang ada dimasyarakat.
Melihat minat belajar yang rendah sehingga siswa cenderung pasif yang hanya terpaku pada buku saja membuat siswa memiliki minat belajar yang rendah. Karena model pembelajaran yang digunakan oleh guru berpengaruh terhadap kualitas proses mengajar yang dilakukan. Dengan Model pembelajaran Problem solving inilah guru dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran.
PEMBAHASAN A.MINAT BELAJAR
Menurut Wina Wijaya (2001: 123) minat belajar adalah kecenderungan dan perhatian dalam belajar. Dalam pengertian lain minat belajar adalah kecenderungan perhatian dan kesenangan dalam beraktivitas, yang meliputi jiwa dan raga untuk menuju perkembangan manusia seutuhnya, yang menyangkut cipta, rasa, karsa, kognitif, afektif dan psikomotor lahir batin.
Menurut Makmun Khairani (2013:142) bahwa
“Minat belajar adalah keterlibatan sepenuhnya seorang siswa dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yang dituntutnya di sekolah”.
Dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah aspek psikologi seseorang yang menampakkan diri dalam beberapa gejala,seperti:
gairah, keinginan, perasaan suka untuk melakukan proses perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari pengetahuan dan pengalaman. Dengan kata lain, minat belajar itu adalah perhatian, rasa suka, ketertarikan seseorang (siswa) terhadap aktivitas belajar yang ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi, dan keaktifan dalam belajar serta menyadari pentingnya kegiatan itu. Selanjutnya terjadi perubahan dalam diri siswa yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman belajar.
Minat siswa untuk belajar mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan belajar, karena minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan siswa, bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Oleh karena itu, untuk mengatasi siswa yang kurang berminat dalam belajar, guru
hendaknya berusaha bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar. Minat belajar sangat mendukung dan mempengaruhi pelaksanan proses belajar mengajar di sekolah yang akhirnya bermuara pada pencapaian tujuan pembelajaran.
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap suatu pelajaran akan mempelajari pelajaran dengan sungguh-sungguh seperti rajin belajar, merasa senang mengikuti penyajian pelajaran yang disampaikan oleh guru, dan bahkan dapat menemukan kesulitan–kesulitan dalam belajar menyelesaikan soal-soal latihan karena adanya daya tarik yang diperoleh dengan mempelajari pelajaran tersebut. Siswa akan mudah menghafal pelajaran yang menarik minatnya. Minat berhubungan erat dengan motivasi. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat, sehingga tepatlah bila minat merupakan alat motivasi. Proses belajar akan berjalan lancar bila disertai minat. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan mudah siswa mengerti (Hasnawiyah, 1994).
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya minat belajar terhadap sesuatu, dimana secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bersumber dari dalam individu yang bersangkutan dan yang berasal dari luar yang mencakup lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan sekolah.
Selain faktor internal di atas, menurut Arikunto (1990: 104) ada faktor dari luar yang akan mempengaruhi timbulnya minat belajar, antara lain:
1). Bahan pelajaran
2). Alat pelajaran / Model pembelajaran 3). Keadaan atau situasi belajar
4). Guru yang menarik
Jadi, dapat dikatakan bahwa apabila siswa mempunyai minat untuk belajar, berarti pada diri siswa tersebut terdapat suatu motif yang menyebabkannya secara aktif dengan hal yang menarik perhatiannya.
Menurut Djamarah (2013: 132) indikator minat belajar yaitu rasa suka/senang, pernyataan lebih menyukai, adanya rasa ketertarikan adanya kesadaran untuk belajar tanpa di suruh, berpartisipasi dalam aktivitas belajar, memberikan perhatian. Menurut Slameto (2010: 180) beberapa indikator minat belajar yaitu: perasaan senang, ketertarikan, penerimaan, dan keterlibatan siswa.
264 B. MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM
SOLVING
Mulyani dan Johar (2001: 37) menyatakan bahwa: Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang mengambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang dan para pengajar.
Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru didalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dikelas.
Model problem solving adalah cara mengajar yang dilakukan dengan cara melatih para murid menghadapi berbagai masalah untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Menurut Sudirman (1987:146) model problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.
Menurut Gulo (2002:111) menyatakan bahwa problem solving adalah metode yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Menurut Djamarah (2013:92) model pemecahan masalah (Problem Solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih peserta didik menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Menurut Hadian ( 2008:3 ), model problem solving dapat diartikan sebagai:
1) Tujuan (Goal).
Sebagai tujuan, problem solving adalah target akhir dalam suatu pembelajaran matematika, dalam arti dengan mempelajari matematika maka kita dapat menyelesaikan berbagai masalah dengan lebih bijak, sistematis, efektif, dan efisien.
2) Proses (Process).
Sebagai proses, problem solving diartikan sebagai proses yang bias ditempuh untuk menyelesaikan masalah atau soal dalam matematika dengan lebih sistematis dan akuarat.
3) Kemampuan dasar (Basic).
Sebagai kemampuan problem solving diartikan sebagai kemampuan dasar karena inilah dasar yang harus dikuasai oleh kita sebagai pemecahan masalah, baik itu masalah atau soal dalam matematika maupun maslah dalam
kehiduapan sehari-hari. Oleh sebab itu, problem solving adalah model yang harus dikenal oleh setiap orang untuk dapat menyelesaikan masalah untuk pelajaran yang ada disekolah sesuai materi yang diberikan oleh guru kepada siswa.
Langkah-langkah penggunaan model problem solving menurut Djamarah (2013: 91-92) adalah sebagai berikut:
1) Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan.
Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang muncul. Misalnya dengan jalan membaca buku- buku, meneliti, bertanya, dan berdiskusi.
3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.
4) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut.
Dalam langkah ini peserta pelatihan harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul- betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok.
5) Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai pada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
Menurut Tabrani ( 2008:5 ) kelebihan metode problem solving dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1)Metode pemecahan masalah memungkinkan menghubungkan pengajaran dengan kehidupan sehari-hari, karena masalah-masalah yang diangkat dalam kegiatan belajar bisa diambil dari kehidupan sehari-hari atau dari apa yang dialaminya.
2)Metode ini dapat merangsang kemampuan intelektual dan daya pikir peserta didik, karena dalam berfikir menggunakan problem solving mereka menyoroti permasalahan dari berbagai segi.
3)Metode ini dapat melatih dan membiasakan peserta didik untuk menghadapi dan memecahkan masalah secara cermat.
4)Metode ini mampu melatih peserta didik untuk berfikir secara sistematis dan menghubungkannya dengan masalah-masalah lainnya.
Adapun kekurangan model problem solving yaitu sebagai berikut:
1)Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
Sering orang beranggapan keliru bahwa metode pemecahan masalah hanya cocok SLTP, SLTA
265 dan PT saja. Padahal, untuk siswa SD sederajat
juga bisa dilakukan dengan tingkat kesulitan permasalahan yang sesuai dengan taraf kemampuan berpikir anak.
2)Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
3)Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
(Djamarah, 2013: 92-93).
C. OPTIMALISASI MINAT BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
Proses pembelajaran yang tidak dilakukan dengan suatu yang tidak disukai maka akan mengakibatkan rendahnya kualitas prestasi, dan bisa juga dilihat dari seorang guru apabila dalam mengajar guru tidak menyenangkan maka siswa merasa bosan, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan terpenuhinya minat seseorang akan mendapatkan kesenangan tersendiri yang dapat menimbulkan motivasi.
Minat belajar merupakan faktor yang sangat penting untuk keberhasilan belajar siswa, apabila minat belajar itu muncul dalam diri siswa itu sendiri, minsalnya mereka sudah bertekat untuk menjadi orang yang sukses sehingga mereka termotivasi untuk belajar di sekolah, dan dengan senirinya minat belajar itu akan tumbuh dan melekat dalam dirinya. Tidak peduli apakah guru itu mngajar dengan menarik atau tidak tetapi, jika kita memiliki kemauan yang sudah tertanam dalam diri kita untuk belajar menjadi orang yang sukses, maka minat belajar itu akan melekat dalam diri kita. Selain dari faktor siswa itu ada juga faktor dari luar yaitu cara mengajar guru. Ini biasanya untuk menumbuhkan minat siswa yang tidak aktif, yang tidak memiliki tekad dalam dirinya sendiri untuk menjadi orang yang berhasil atau tidak memiliki motivasi untuk belajar. Disini peran guru sangat penting, guru dapat memberikan dorongan untuk menumbuhkan minat belajar siswa dengan cara mengajar yang menyenangkan, dan memberikan motivasi atau dorungan dengan arahan-arahan motivasi yang dapat menumbuhkan minat belajar pada diri siswa.
Adapun faktor-faktor yang dapat menumbuhkan minat belajar. Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada.
Hal ini bisa dicapai melalui jalan memberi informasi pada siswa tentang bahan yang akan dismpaikan dengan menghubungkan bahan pelajaran yang lalu, kemudian diuraikan kegunaannya di masa yang akan datang.
Dan menurut JT. Loekmono (1985:98), mengemukakan bahwa cara-cara untuk menumbuhkan minat belajar pada diri siswa adalah sebagai berikut :
1)Periksalah kondisi jasmani anak, untuk mengetahui apakah segi ini yang menjadi sebab.
2)Gunakan metode yang bervariasi dan media pembelajaran yang menarik sehingga dapat merangsang anak untuk belajar
3)Menolong anak memperoleh kondisi kesehatan mental yang lebih baik.
4)Cek pada orang atau guru-guru lain , apakah sikap dan tingkah laku tersebut hanya terdapat pada pelajaran saudara atau juga ditunjukkan di kelas lain ketika diajar oleh guru-guru lain.
Mungkin lingkungan rumah anak kurang mementingkan sekolah dan belajar. Dalam hal ini orang-orang di rumah perlu diyakinkan akan pentingnya belajar bagi anak.
5)Cobalah menemukan sesuatu hal yang dapat menarik perhatian anak, atau tergerak minatnya.
Apabila minatnya tergerak, maka minat tersebut dapat dialihkan kepada kegiatan-kegiatan lain di sekolah.
Dapat saya simpulkan bahwa minat belajar merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk keberhasilan siswa serta membangun motivasi-motivasi peserta didik terhadap keberhasilan hasil belajarnya. Untuk menumbuhkan minat belajar pada diri siswa, terlebih dahulu kita harus memperhatikan apa yang menjadi latar belakang yang menyebabkan berkurang atau bahkan hilangnya minat belajar.
Setelah itu baru kita mengambil langkah-langkah apa yang harus kita lakukan untuk menumbuhkan minat belajar pada diri siswa tersebut. Terciptanya proses pembelajaran yang bermakna sangat tergantung pada kesiapan dan kemampuan serta kreativitas guru dalam menerapkan berbagai model pembelajaran. Model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa terlibat secara aktif dapat mengembangkan potensi siswa secara menyeluruh. Artinya tidak hanya pengetahuan saja yang bertambah, melainkan
266 keterampilan dan sikap ilmiah siswa juga dapat
berkembang secara optimal. Hal ini menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai sangat tergantung pada kegiatan pembelajaran yang diterapkan. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang terdiri dari kegiatan belajar dan mengajar. Kedua kegiatan tersebut saling berkaitan. Kegiatan belajar dan mengajar harus dilaksanakan dengan baik agar dapat membantu meningkatkan kualitas hasil belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. (1990). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : BumiAksara
Dimyati & Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. (2013). Strategi Belajar Mengajar. Cetakan Kelima. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Hasnawiyah. (1994). Minat dan Motivasi Siswa terhadap Jurusan Biologi pada SMA di Ujungpandang. Skripsi FPMIPA IKIP Ujung pandang.
Ikhsanudin, I. (2019). Chief editor’s epilogue: toward a more creative education. JELTIM (Journal of English Language Teaching Innovations and Materials), 1(2), 100–101.
https://doi.org/10.26418/jeltim.v1i2.36969 Loekmono,JT. (1985). Bimbingan bagi Anak
Remaja yang bermasalah. Jakarta: CV.
Rajawali.
Makmun Khairani. (2013). Psikologi Belajar.
Yogyakarta: Aswaja Presindo.
Mulyani & Johar. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Maulana.
Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudirman, N. (1987). Ilmu Pendidikan.Bandung:
Remaja Rosda Karya.
A. Tabrani Rusyan, dkk. (2008). Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Karya.
W. Gulo. (2002). Strategi Belajar Mengajar:
Jakarta: PT. Grasindo
Wijaya Wina. (2001). Strategi Pembelajaran.
Bandung: Prenda Media Group.