• Tidak ada hasil yang ditemukan

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-42/PJ/2013 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-42/PJ/2013 TENTANG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-42/PJ/2013

TENTANG

PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH

WAJIB PAJAK YANG MEMILIKI PEREDARAN BRUTO TERTENTU

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

A. Umum

Sehubungan dengan telah diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghas ilan atas Penghas ilan dari Us aha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.011/2013 tentang Tata Cara Penghitungan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghas ilan atas Penghas ilan dari Us aha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu, perlu diterbitkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak s ebagai acuan dalam pelaks anaan ketentuan penerapan tarif Pajak Penghas ilan bagi Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu.

B. Maksud dan Tujuan 1. Maks ud

Penerbitan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini dimaks udkan untuk memberikan acuan dalam rangka pelaks anaan ketentuan Pajak Penghas ilan bagi Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu.

2. Tujuan

Penerbitan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini bertujuan agar pelaks anaan ketentuan Pajak Penghas ilan bagi Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu dapat berjalan dengan baik dan terdapat kes eragaman dalam pelaks anaannya.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini meliputi Wajib Pajak orang pribadi dan Wajib Pajak badan tidak termas uk bentuk us aha tetap yang menerima penghas ilan dari us aha, tidak termas uk penghas ilan dari jas a s ehubungan dengan pekerjaan bebas , dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (s atu) Tahun Pajak.

D. Dasar

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan s ebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghas ilan s ebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghas ilan atas Penghas ilan dari Us aha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.011/2013 tentang Tata Cara Penghitungan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghas ilan atas Penghas ilan dari Us aha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

(2)

E. Materi

1. Atas penghas ilan dari us aha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu, dikenai Pajak Penghas ilan yang bers ifat final.

2. Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu adalah Wajib Pajak yang memenuhi kriteria s ebagai berikut:

a. Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan tidak termas uk bentuk us aha tetap;

dan

b. Menerima penghas ilan dari us aha, tidak termas uk penghas ilan dari jas a s ehubungan dengan pekerjaan bebas , dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (s atu) Tahun Pajak.

3. Peredaran bruto yang tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) pada butir 2 huruf b ditentukan berdas arkan peredaran bruto dari us aha s eluruhnya, termas uk dari us aha cabang, tidak termas uk peredaran bruto dari:

a. Jas a s ehubungan dengan pekerjaan bebas ;

b. Penghas ilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri;

c. Us aha yang atas penghas ilannya telah dikenai Pajak Penghas ilan yang bers ifat final dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ters endiri; dan

d. Penghas ilan yang dikecualikan s ebagai objek pajak.

4. Tidak termas uk Wajib Pajak orang pribadi adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan us aha perdagangan dan/atau jas a yang dalam us ahanya:

a. Menggunakan s arana atau pras arana yang dapat dibongkar pas ang, baik yang menetap maupun tidak menetap; dan

b. Menggunakan s ebagian atau s eluruh tempat untuk kepentingan umum yang tidak diperuntukkan bagi tempat us aha atau berjualan.

5. Tidak termas uk Wajib Pajak badan adalah:

a. Wajib Pajak badan yang belum beroperas i s ecara komers ial; atau

b. Wajib Pajak badan yang dalam jangka waktu 1 (s atu) tahun s etelah beroperas i s ecara komers ial memperoleh peredaran bruto melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).

6. Pajak Penghas ilan ter utang dihitung berdas arkan tarif 1% (s atu pers en) dikalikan dengan das ar pengenaan pajak berupa jumlah peredaran bruto s etiap bulan, untuk s etiap tempat kegiatan us aha.

7. Pengenaan Pajak Penghas ilan didas arkan pada peredaran bruto dari us aha dalam 1 (s atu) tahun dari Tahun Pajak terakhir s ebelum Tahun Pajak yang bers angkutan.

8. Atas penghas ilan dari us aha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang berdas arkan ketentuan Undang-Undang Pajak Penghas ilan dan peraturan pelaks anaannya wajib dilakukan pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghas ilan yang tidak bers ifat final, dapat dibebas kan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghas ilan oleh pihak lain dengan tata cara s ebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak yang mengatur mengenai pembebas an dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghas ilan oleh pihak lain.

9. Wajib Pajak yang hanya menerima atau memperoleh penghas ilan yang dikenai Pajak Penghas ilan yang bers ifat final, tidak diwajibkan melakukan pembayaran angs uran pajak s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 25 Undang-Undang Pajak Penghas ilan.

10. Wajib Pajak wajib menyetor Pajak Penghas ilan ter utang s ebagaimana dimaks ud pada butir 6 ke kantor pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau s arana adminis tras i lain yang dipers amakan dengan Surat Setoran Pajak, yang telah mendapat validas i dengan Nomor Trans aks i Penerimaan Negara (NTPN), paling lama tanggal 15 (lima belas ) bulan berikutnya s etelah Mas a Pajak berakhir.

(3)

11. Wajib Pajak yang melakukan pembayaran Pajak Penghas ilan s ebagaimana dimaks ud pada butir 10 wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Mas a Pajak Penghas ilan paling lama 20 (dua puluh) hari s etelah Mas a Pajak berakhir.

12. Wajib Pajak yang telah melakukan penyetoran Pajak Penghas ilan s ebagaimana dimaks ud pada butir 10 dianggap telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Mas a Pajak Penghas ilan s ebagaimana dimaks ud pada butir 11, s es uai dengan tanggal validas i NTPN yang tercantum pada Surat Setoran Pajak.

13. Ketentuan mengenai pelaporan Surat Pemberitahuan Mas a Pajak Penghas ilan s ebagaimana dimaks ud pada butir 11 diberlakukan mulai Mas a Pajak Januari 2014.

F. Hal-Hal Khusus Terkait Pengenaan Pajak Penghasilan yang bersifat final

Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait dengan pengenaan Pajak Penghas ilan yang bers ifat final diatur s ebagai berikut:

1. Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi s etiap tempat us aha di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat us aha Wajib Pajak dan di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak.

2. Penentuan peredaran bruto untuk dikenakan Pajak Penghas ilan yang bers ifat final bagi Wajib Pajak badan yang baru beroperas i s ecara komers ial untuk pertama kali ditentukan berdas arkan peredaran bruto dari us aha 1 (s atu) Tahun Pajak s etelah Tahun Pajak beroperas i s ecara komers ial, pengenaan Pajak Penghas ilan yang bers ifat final s elanjutnya untuk Wajib Pajak yang bers angkutan ditentukan berdas arkan peredaran bruto Tahun Pajak s ebelumnya.

3. Wajib Pajak wajib menyetor Pajak Penghas ilan yang bers ifat final ke kantor pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau s arana adminis tras i lain yang dis amakan dengan Surat Setoran Pajak dengan mengis i Kode Akun Pajak 411128 dan Kode Jenis Setoran 420 s ebagaimana telah diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak yang mengatur mengenai Bentuk Formulir Surat Setoran Pajak.

4. Wajib Pajak yang menyetor Pajak Penghas ilan yang bers ifat final tetapi Surat Setoran Pajak nya tidak mendapat validas i dengan NTPN, wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Mas a Pajak Penghas ilan Pas al 4 ayat (2) ke Kantor Pelayanan Pajak s es uai tempat kegiatan us aha Wajib Pajak terdaftar dengan mengis i baris pada angka 11 formulir Surat Pemberitahuan Mas a Pajak Penghas ilan Pas al 4 ayat (2):

a. Kolom Uraian diis i dengan "Penghas ilan Us aha WP yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu";

b. Kolom KAP/KJS diis i dengan "411128/420".

5. Wajib Pajak dengan jumlah Pajak Penghas ilan Pas al 4 ayat (2) nihil tidak wajib melaporkan Surat Pemberitahuan Mas a Pajak Penghas ilan Pas al 4 ayat (2).

6. Pajak Penghas ilan atas penghas ilan dari us aha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dengan peredaran bruto tertentu yang dis etor tidak menggunakan Kode Akun Pajak 411128 dan Kode Jenis Setoran 420 dapat diajukan permohonan pemindahbukuan oleh Wajib Pajak ke s etoran Pajak Penghas ilan Pas al 4 ayat (2) dengan Kode Akun Pajak 411128 dan Kode Jenis Setoran 420, s es uai dengan ketentuan mengenai tata cara pembayaran pajak melalui pemindahbukuan.

7. Atas penghas ilan dari us aha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu, yang dipotong dan/atau dipungut oleh pihak lain diatur s ebagai berikut:

a. Atas pemungutan Pajak Penghas ilan Pas al 22 oleh bendahara pemerintah dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang telah diis i atas nama rekanan:

(4)

1) Dapat diajukan permohonan pemindahbukuan ke s etoran Pajak Penghas ilan Pas al 4 ayat (2) s es uai dengan ketentuan mengenai tata cara pembayaran pajak melalui pemindahbukuan; atau

2) Dapat diajukan permohonan pengembalian pajak yang s eharus nya tidak ter utang s es uai dengan ketentuan mengenai tata cara pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak yang s eharus nya tidak ter utang; atau

3) Dikreditkan terhadap Pajak Penghas ilan yang ter utang untuk Tahun Pajak yang bers angkutan.

b. Atas pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghas ilan oleh pihak lain dengan bukti pemotongan dan/atau pemungutan, termas uk pemungutan Pajak Penghas ilan Pas al 22 atas impor:

1) Dapat diajukan permohonan pengembalian pajak yang s eharus nya tidak ter utang s es uai dengan ketentuan mengenai tata cara pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak yang s eharus nya tidak ter utang; atau

2) Dikreditkan terhadap Pajak Penghas ilan yang ter utang untuk Tahun Pajak yang bers angkutan.

8. Permohonan pembebas an dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghas ilan oleh pihak lain s ebagaimana dimaks ud dalam huruf E butir 8 dapat diajukan s es uai dengan ketentuan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2011 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembebas an dari Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghas ilan oleh Pihak Lain, s ampai dengan ditetapkannya Peraturan Direktur Jenderal Pajak yang mengatur mengenai tata cara pembebas an dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghas ilan bagi Wajib Pajak yang dikenai Pajak Penghas ilan berdas arkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghas ilan atas Penghas ilan dari Us aha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

9. Angs uran pajak s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 25 Undang-Undang Pajak Penghas ilan untuk Mas a Pajak Juli 2013 s ampai dengan Des ember 2013 bagi Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang juga menerima atau memperoleh penghas ilan yang dikenai Pajak Penghas ilan berdas arkan tarif umum Undang-Undang Pajak Penghas ilan, dapat mengajukan pengurangan angs uran Pajak Penghas ilan Pas al 25 s es uai dengan ketentuan yang mengatur mengenai penghitungan bes arnya angs uran pajak dalam tahun berjalan dalam hal-hal tertentu.

10. Atas penghas ilan dari us aha yang dikenai Pajak Penghas ilan yang bers ifat final menurut ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghas ilan pada kelompok penghas ilan yang dikenai pajak final dan/atau bers ifat final pada:

a. Lampiran III bagian A butir 14 (Penghas ilan Lain yang Dikenakan Pajak Final dan/atau Bers ifat Final, Formulir 1770-III) bagi Wajib Pajak orang pribadi;

b. Lampiran IV bagian A butir 16 dengan mengis i "Penghas ilan Us aha WP yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu" (Formulir 1771-IV) bagi Wajib Pajak badan.

11. Penghitungan untuk pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghas ilan Tahun Pajak 2013:

a. Peredaran us aha dihitung berdas arkan s eluruh peredaran us aha s elama Tahun Pajak 2013, tidak termas uk peredaran us aha pada Mas a Pajak Juli 2013 s ampai dengan Des ember 2013 yang dikenai Pajak Penghas ilan Pas al 4 ayat (2);

b. Bagi Wajib Pajak orang pribadi, untuk menentukan Penghas ilan Kena Pajak dikurangi terlebih dahulu dengan Penghas ilan Tidak Kena Pajak s etahun;

c. Angs uran Pajak Penghas ilan Pas al 25 Undang-Undang Pajak Penghas ilan Mas a Pajak Januari 2013 s ampai dengan Juni 2013 dikreditkan terhadap Pajak Penghas ilan yang ter utang untuk Tahun Pajak yang bers angkutan.

(5)

G. Penghapusan Sanksi Administrasi

1. Sehubungan dengan tujuan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 adalah:

a. Memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan;

b. Mengedukas i mas yarakat untuk tertib adminis tras i;

c. Mengedukas i mas yarakat untuk trans parans i; dan

d. Memberikan kes empatan mas yarakat untuk berkontribus i dalam penyelenggaraan Negara;

Dipandang perlu memberikan keringanan atas s anks i yang dikenakan terhadap Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu atas pemenuhan kewajiban penyetoran Pajak Penghas ilan Pas al 4 ayat (2) berdas arkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013.

2. Berdas arkan pertimbangan pada butir 1, kepada Kepala Kanwil DJP agar menghapus kan s anks i adminis tras i Pas al 9 ayat (2a) Undang-Undang KUP dalam Surat Tagihan Pajak yang diterbitkan untuk Mas a Pajak Juli s ampai dengan Des ember 2013.

H. Penutup

Mengingat penerapan ketentuan Pajak Penghas ilan s ebagaimana dimaks ud Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2013, dengan ini diins truks ikan:

1. Kepala Kantor Wilayah, Kepala Kantor Pelayanan Pajak, dan Kepala Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Kons ultas i Perpajakan untuk melakukan s os ialis as i Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghas ilan atas Penghas ilan dari Us aha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.011/2013 tentang Tata Cara Penghitungan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghas ilan atas Penghas ilan dari Us aha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu kepada Wajib Pajak orang pribadi dan Wajib Pajak badan s ebagaimana dimaks ud yang berada di wilayah kerja mas ing-mas ing.

2. Dalam rangka pengawas an terhadap pelaks anaan ketentuan Pajak Penghas ilan bagi Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu:

a. Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghas ilan Wajib Pajak diadminis tras ikan melakukan:

1) Kegiatan eks tens ifikas i dengan memanfaatkan data has il Sens us Pajak Nas ional (SPN) Tahun 2011 dan 2012, s erta melalui pelaks anaan SPN Tahun 2013 untuk tempat-tempat us aha yang memenuhi kriteria s ebagai Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu di wilayah kerjanya mas ing-mas ing;

2) Imbauan kepada Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu untuk melaks anakan kewajiban pembayaran Pajak Penghas ilan Pas al 4 ayat (2) s etiap bulan untuk s etiap tempat kegiatan us aha;

3) Pemanfaatan alat keterangan yang diterima dan membandingkannya dengan data Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghas ilan yang dis ampaikan Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang bers angkutan;

4) Pengawas an terhadap Wajib Pajak mengenai pemenuhan s yarat pengenaan Pajak Penghas ilan, yaitu s ebes ar 1% (s atu pers en) bers ifat final s es uai Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 atau s es uai tarif dalam Pas al 17 Undang-Undang;

5) Pengawas an terhadap kewajiban pembayaran Pajak Penghas ilan Pas al 4 ayat (2) Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang mendapat Surat Keterangan Bebas untuk dibebas kan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghas ilan oleh pihak lain;

6) Pengiriman alat keterangan ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat-tempat us aha Wajib Pajak yang memenuhi kriteria s ebagai Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu.

(6)

b. Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat-tempat us aha Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu melakukan:

1) Kegiatan eks tens ifikas i dengan memanfaatkan data has il Sens us Pajak Nas ional (SPN) Tahun 2011 dan 2012, s erta melalui pelaks anaan SPN Tahun 2013 untuk tempat-tempat us aha yang memenuhi kriteria s ebagai Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu di wilayah kerjanya mas ing-mas ing;

2) Imbauan kepada Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu untuk melaks anakan kewajiban pembayaran Pajak Penghas ilan Pas al 4 ayat (2) s etiap bulan untuk s etiap tempat kegiatan us aha;

3) Pengawas an terhadap kewajiban pembayaran Pajak Penghas ilan Pas al 4 ayat (2) Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang mendapat Surat Keterangan Bebas untuk dibebas kan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghas ilan oleh pihak lain;

4) Pengiriman alat keterangan atas pembayaran Pajak Penghas ilan Pas al 4 ayat (2) Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu kepada Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghas ilan Wajib Pajak diadminis tras ikan.

c. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak diminta untuk melakukan pengawas an atas pelaks anaan Pengenaan Pajak Penghas ilan Pas al 4 ayat (2) bagi Wajib Pajak yang memiliki Peredaran Bruto Tertentu oleh Kantor Pelayanan Pajak yang berada di wilayah kerjanya.

Demikian untuk diketahui dan dilaks anakan s ebagaimana mes tinya.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 2 September 2013 DIREKTUR JENDERAL,

ttd

A. FUAD RAHMANY

Referensi

Dokumen terkait

Uji menggunakan kultur sel limfosit manusia yang diberi perlakuan ekstrak metanol, n-heksan, air, dan minyak atsiri buah merah dengan konsentrasi 8.3; 33.3; dan 66.7 µg/mL..

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala mujizat, berkat, tuntunan, penyertaan s dan anugerah-Nya, serta dukungan dari berbagai pihak

Kandang kedua disebut dengan kandang Bravo, di kandang inilah ditempatkan kuda tua pasca atlet yang masih dimanfaatkan sebagai kuda olahraga dan sebagian untuk kuda

Tari Sambut Sepintu Sedulang ini diharapkan dapat menambah sumber kepustakaan yang lebih jelas mengenai Tari Sambut Sepintu Sedulang selain itu tari tersebut

Jika sinyal pembawa mempunyai amplitudo maksimum sebesar 10 Volt dan indeks modulasi yang digunakan adalah sebesar 4, maka tentukanlah: a. Besarnya amplitudo komponen pembawa

kem bangan zakat di Indonesia. Ketiga, berkaitan de ngan aturan organik mengenai teknis pelaksanaan dari UU No 38 Tahun 1999 Tentang pengelolaan za kat hanya dalam

orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin berkharisma yang mampu “menyihir” bawahan untuk bereaksi mengikuti pi mpinan. Dalam bentuk konkrit, kharisma ini ditunjukan

Oleh karena itu setiap saat guru mata pelajaran sejarah harus selalu meningkatkan mutu pembelajaran (effective teaching). Dari uraian di atas maka perlu dicarikan