• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV LAYANAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN RUMAH SAKIT DR. SCHEURER KLATEN TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV LAYANAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN RUMAH SAKIT DR. SCHEURER KLATEN TAHUN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

67

BAB IV

LAYANAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN RUMAH SAKIT DR. SCHEURER KLATEN TAHUN 1927-1942

Sejak awal tujuan utama zending adalah mengabarkan Injil dan menyebarkan agama Kristen kepada rakyat pribumi. Untuk mempermudah kegiatan zending, mereka menggunakan sekolah dan rumah sakit sebagai media dalam mengabarkan Injil, karena sejalan dengan misi pemerintah Belanda yang memiliki tanggung jawab moral dengan masyarakat pribumi. Oleh karena itu, Rumah Sakit Dr. Scheurer yang melakukan pelayanan kesehatan dan beberapa sekolah milik zending di Klaten, selain itu juga melakukan kegiatan pelayanan sosial keagamaan yang merupakan misi dari organisasi Zending Gereformeerd.

Hasilnya strategi zending terbukti berhasil dibuktikan dengan terus meningkatnya pemeluk agama Kristen di Klaten.

Rumah sakit zending tumbuh dengan pesat di wilayah kerja Zending Gereformeerd tepatnya di Jawa Tengah bagian selatan sekitar tahun 1913. Rumah Sakit Dr. Scheurer Klaten yang dikelola oleh Zending Gereformeerd berdiri pada tahun 1927. Rumah sakit tersebut selalu menyelipkan hal keagamaan disetiap kegiatan pelayanan kesehatan mereka kepada pasien. Zending mengirimkan utusannya dalam mengabarkan Injil yang sebelumnya telah diberikan pengetahuan dasar mengenai medis sehingga sebagian besar dokter yang bertugas juga merupakan seorang pendeta. Hasilnya, semakin lama semakin banyak pasien yang

(2)

akhirnya memeluk agama Kristen. Dengan demikian zending berhasil menyebarkan agama Kristen dengan media pelayanan kesehatan.

A. Layanan Sosial Rumah Sakit Dr. Scheurer Klaten

Tahun 1850 – 1870 merupakan masa kejayaan bagi liberalisme di Belanda.

Kemakmuran memayungi Belanda karena berhasil mengeksploitasi Hindia Belanda, namun di Hindia Belanda khususnya di Jawa keadaan rakyatnya sangat memprihatinkan. Masyarakat di Jawa bertambah pesat, namun tidak dibarengi dengan pendapatan masyarakat yang rendah. Banyak terjadi bencana alam seperti kemarau panjang, letusan gunung Kelud dan kelaparan yang disebabkan karena gagal panen terhadap masyarakat Jawa. Namun situasi tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaan fasilitas medis yang memadai.1

A.W.F. Idenburg yang menjabat sebagai Menteri Urusan Koloni di Belanda membentuk komite yang bertugas menyelidiki bencana yang terjadi di Jawa. Pada tahun 1904 pemerintah Belanda memutuskan untuk memberikan bantuan sekitar f 40.000.000 untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat Jawa.2 Bantuan tersebut digunakan untuk menangani masalah kesehatan masyarakat Hindia Belanda yang pada saat itu sangat memperihatinkan karena dilanda bencana.

Kondisi masyarakat yang memprihatinkan itu mendapatkan perhatian dari pemerintah, khususnya setelah diterapkannya Politik Etis di Hindia Belanda.

1 Langgeng Sulistyo Budi. “Fasilitas Sosial Perkotaan pada Awal Abad ke 20 : Rumah Sakit dan Sekolah di Yogyakarta” dalam buku Sri Margana & M.

Nursam, Kota kota di Jawa : Identitas, Gaya Hidup dan Permasalahan Sosial.

(Yogyakarta : Ombak, 2010), hlm. 178.

2Ibid., hlm. 179.

(3)

Keuntungan yang didapatkan oleh Belanda selama menjajah Indonesia tidak dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan rakyat Hindia Belanda. Oleh karena itu, melalui politik etis pemerintah ingin meningkatkan kesejahteraan masyarakat Hindia Belanda. Zending melihat peluang tersebut untuk mengabarkan Injil sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di bidang kesehatan dan pendidikan. Untuk mendukung kegiatan zending khususnya di Jawa Tengah, pemerintah Belanda memberikan bantuan subsidi untuk Zending Gereformeerde.

Pekabaran Injil di Jawa Tengah tidak bisa dilepaskan dari campur tangan dr. Scheurer. Dokter Scheurer menyebarkan agama sekaligus melakukan kegiatan sosial dengan mengembangkan layanan kesehatan di Yogyakarta dan Jawa Tengah tanpa memungut biaya karena orientasi rumah sakit zending tidak mengejar keuntungan.

Utusan zending yang mendapatkan tugas mengabarkan Injil di Hindia Belanda menggunakan cara yang halus dalam menyebarkan agama Kristen.

Sejalan dengan misi pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka Zending melakukan kegiatan sosial melalui sekolah dan layanan kesehatan dalam menarik simpati masyarakat. Menurut Rullman dalam bukunya yang berjudul Zending Gereformeerd di Jawa Tengah menuliskan bahwa bidang kesehatan merupakan alat pertolongan bagi masyarakat.3

Misi sosial Rumah Sakit Dr. Scheurer ini sangat jelas yaitu tidak menuntut masyarakat untuk membayar biaya pengobatan mereka. Hal itu akhirnya mendapatkan simpati dari masyarakat. Kepercayaan masyarakat untuk berobat di

3 Haryo Prabancono, op.cit, hlm 88, lihat Rullman, Zending Gereformeerd di Jawa Tengah, (Salatiga : Deputat Sinode GKJ, 1970), hlm. 40.

(4)

Rumah Sakit Dr. Scheurer Klaten semakin meningkat. Masyarakat yang ingin berobat datang ke rumah sakit dan meminta suntikan dan ada juga yang meminta untuk dirawat, bahkan permintaan perawatan melampaui jumlah ranjang yang tersedia. Oleh sebab itu, pihak Rumah Sakit Dr. Scheurer setiap hari terpaksa menolak pasien yang meminta untuk dirawat inap di rumah sakit tersebut.

Kemudian untuk mengurangi pasien, Rumah Sakit Dr. Scheurer hanya mengutamakan pasien yang menderita penyakit serius sedangkan pasien yang menderita penyakit ringan dibawa ke klinik rawat jalan.4

Keadaan masyarakat Indonesia pada saat itu masih sangat tertinggal dan jauh dari kata modern. Mereka yang belum mengenal ilmu pengobatan gaya Barat seringkali berpendapat bahwa suatu penyakit berhubungan dengan hal yang gaib atau spiritual.5 Pemikiran yang masih sangat tertinggal tersebut menghambat pekerja medis dalam melaksanakan tugasnya.

Umumnya masyarakat datang ke dukun terlebih dahulu untuk mengkonsultasikan penyakit mereka daripada dokter. Dukun biasanya adalah seorang wanita tua yang telah memperoleh pengetahuan tentang herbal dan obat- obatan tradisional. Seringkali mereka menghabiskan banyak uang untuk berobat kepada dukun.6 Berbeda dengan rumah sakit zending yang tidak memungut biaya kepada para pasiennya, jikalau harus membayar biasanya dikenakan biaya yang rendah. Kebanyakan dari masyarakat Hindia Belanda mulai berobat ke rumah sakit jika jalan tradisional tidak juga berhasil dan penderita tidak sembuh. Maka

4 Dr. Bakker, op.cit., hlm. 59.

5 Departemen Kesehatan, Sejarah Kesehatan Nasional Indonesia: Jilid 1, (Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 1978), hlm. 57.

6 Dr. Bakker, op.cit.

(5)

tidak heran jika pada saat itu sering terjadi pasien yang terlanjur menderita penyakit yang sangat serius dan terlambat meminta pertolongan medis. Seringkali pertolongan medis sudah tidak membuahkan hasil karena penyakit yang diderita sudah sangat parah.7

Kehadiran zending untuk mengembangkan layanan kesehatan memang cukup membantu memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat. Rumah Sakit Dr.

Scheurer dan rumah sakit zending lainnya melakukan layanan sosial dengan memberikan pengobatan tanpa dipungut biaya untuk masyarakat.

Masyarakat yang masih percaya dengan hal-hal gaib memang masih ada.

Namun tingkat kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit zending dan ilmu pengobatan Barat juga semakin meningkat. Kepercayaan itu dibuktikan dengan makin banyaknya masyarakat yang berani untuk dibedah. Keberanian tersebut tentu sulit ditemukan pada masyarakat yang masih tertinggal dan belum modern.

Pulau Jawa yang pada saat itu sempat terjangkit penyakit frambusia dan sembuh dengan diberikan suntikan neosalvarsan, telah meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat Klaten terhadap pengobatan Barat. Seringkali ditemui masyarakat yang dengan kesadaran sendiri datang ke Rumah Sakit Dr. Scheurer dan meminta suntikan dengan mengatakan "Njewoen serum kemawon”, mereka berpendapat bahwa lebih baik mereka diberi serum atau suntikan, karena menurut mereka serum sudah cukup untuk semua penyakit.8

Banyaknya wabah penyakit yang menyerang masyarakat membuat pihak rumah sakit harus mengantisipasi penyebaran wabah tersebut. DVG melalui para

7 Ibid.

8 Ibid.

(6)

mantri juru rawat dan diawasi oleh Dokter Karesidenan berusaha memberikan upaya preventif atau pencegahan dengan cara memberikan vaksin kepada masyarakat agar tidak mudah terkena penyakit cacar, malaria, typus dan sebagainya. Untuk menanggulangi penyakit kolera, DVG mengganti atap-atap rumah milik masyarakat. Mereka juga membagikan kina untuk mengobati malaria. Untuk mengawasi wabah penyakit tersebut, DVG membentuk mantri juru rawat untuk setiap wabah penyakit seperti mantri juru rawat cacar, mantri juru rawat pes, atau mantri juru rawat malaria.

Pemerintah kolonial melalui DVG juga menyebarkan informasi mengenai wabah penyakit influenza seperti tanda-tanda penyakit influenza, gejala, proses penularan, ciri orang yang terjangkit influenza, proses pencegahan influenza dan cara penyembuhannya. Informasi ini disebarkan melalui jalur birokrasi sehingga informasi ini sampai ke tingkat pemerintahan paling rendah yaitu desa dan kampung. Proses penyebaran informasi tersebut ialah pejabat Eropa menggelar pertemuan dengan pejabat pribumi setingkat wedana dan kepala desa, kemudian diberikan sebuah buku panduan berisi informasi tentang penyakit influenza yang diterbitkan oleh DVG. Para kepala desa kemudian menyampaikan informasi tersebut kepada warganya.9

Penyebaran informasi mengenai wabah penyakit juga menggunakan jalur kesenian. Jalur kesenian dianggap efektif untuk menyalurkan informasi kepada masyarakat. Pemerintah kolonial melalui penerbit Balai Pustaka menerbitkan

9 Priyanto Wibowo,dkk, Yang Terlupakan Pandemi Influenza 1918 di Hindia Belanda, (Depok: Kerjasama Antara Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Unicef Jakarta dan Komnas FBPI, 2009), hlm. 114.

(7)

sebuah buku yang berisi informasi tentang penyakit influenza dalam bahasa Jawa dan ditulis dengan aksara Jawa dengan judul Lelara Influenza pada tahun 1920.

Buku tersebut berisi percakapan diantara tokoh-tokoh wayang khususnya punokawan yang telah terkenal dikalangan masyarakat Jawa. Para dalang diharapkan menyampaikan informasi dari buku ini lewat pertunjukkan wayang.10

B. Misi Keagamaan Rumah Sakit Dr. Scheurer Klaten

Pada awal abad ke 20 merupakan saat dimulainya kesadaran akan terbentuknya sebuah bangsa Indonesia. Dasar Indonesia sebagai sebuah Negara mulai terbentuk pada abad ini. Diperlukan pendidikan untuk membuat masyarakat mengetahui tentang kesadaran berbangsa dan bernegara. Terbentuknya suatu bangsa yang berdaulat harus diikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat pribumi yang dijajah. Salah satu faktor yang penting selain pendidikan adalah kesehatan.

Politik etis merupakan titik balik saat kesejahteraan masyarakat Hindia Belanda mulai diperhatikan oleh Pemerintah Belanda. Kebijakan “Politik Balas Budi” yang berfokus pada kesejahteraan rakyat ini memulai misi nya dengan meningkatkan pendidikan dan kesehatan masyarakat pribumi. Kedua aspek tersebut bertujuan untuk meningkatkan tenaga penduduk yang akhirnya akan berdampak pula dalam peningkatan pendapatan perkapita, sehingga pemerintah dan swasta contohnya zending mulai memperbaiki masalah pendidikan dan kesehatan di Hindia Belanda.

10 Ibid., hlm. 115.

(8)

Zending dan missie merupakan organisasi keagamaan yang ikut mensukseskan misi pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Zending giat dalam meningkatkan fasilitas pendidikan dan kesehatan dengan membangun sekolah dan rumah sakit di Hindia Belanda. Pada akhir abad ke-19 zending mulai mendirikan rumah sakit diberbagai daerah di Hindia Belanda, baik di pulau Jawa, Sumatra dan pulau lain. Menurut Schoute dan Groot Rumah sakit zending yang pertama kali didirikan adalah Rumah Sakit Petronella Yogyakarta pada tahun 1893. Sedangkan menurut Peverelli, rumah sakit zending pertama didirikan di Jawa Timur.11

Pada tahun 1899 muncul gagasan politik etis oleh Van Deventer melalui tulisannya yang berjudul Een Ereschuld mendapat perhatian dari Pemerintah Belanda. Akibatnya semakin banyak fasilitas kesehatan berdiri seperti rumah sakit atau poliklinik. Pemerintah juga memberikan kesempatan kepada pihak swasta untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Misi utama zending mendirikan rumah sakit adalah untuk mengabarkan Injil kepada masyarakat pribumi. Untuk menjalankan tugas tersebut, maka rumah sakit zending termasuk Rumah Sakit Dr. Scheurer Klaten menerima pasien tanpa membedakan status sosial dan golongan ras tertentu. Jadi Rumah Sakit Dr.

Scheurer Klaten tidak mendiskriminasi dalam menerima warga yang ingin berobat. Semua elemen masyarakat di Hindia Belanda diterima demi keberhasilan tujuan mereka dalam menyebarkan agama Kristen di Hindia Belanda.

11 Benjamin Lumenta, Hospital, Citra, Peran dan Fungsi: Fenomena Sosial, (Yogyakarta: Kanisius, 1989), hlm. 26.

(9)

Pada akhir abad 18 dan awal abad ke-19, banyak orang Belanda yang meyakini bahwa pengajaran Kitab Suci bertentangan dengan ilmu pengetahuan yang ditemukan oleh para ilmuwan sehingga tidak tunduk pada Tuhan. Akibatnya ribuan bahkan jutaan orang Belanda terpengaruh oleh pemikiran sesat tersebut bahkan para pendeta sudah menyebarkan penyesatan melalui mimbar gereja.

Dampak dari penyesatan tersebut adalah terdapat beberapa organisasi Kristen yang memisahkan diri dari gereja pusat Protestan Belanda yaitu De Nederlandsch Hervomde Kerk. Organisasi-organisasi persekutuan Kristen kemudian mendirikan Gereja Gereformeerd dengan fondasi “Pengakuan Iman”

yang ditetapkan oleh Sinode di Dordrecht.12

Nederlandsch Zendeling Genootschap atau NZG merupakan persekutuan pertama yang ditugaskan untuk mengabarkan Injil kepada orang orang kafir di Hindia Belanda. Namun pengajaran sesat tersebut juga masuk dalam tubuh NZG.

NZG yang merupakan organisasi zending yang kuat menjadi terpecah karena masuknya faham modern. Kemudian terdengar kabar bahwa ada pendeta yang keluar dari ajaran modern tersebut dan meninggalkan pekerjaannya yaitu Van der Valk dan Ten Zeldam Ganswijk yang membuat banyak orang Kristen tersadar bawah ajaran tersebut tidak benar dan keluar dari NZG.

Lambat laun terdapat banyak organisasi Zending yang didirikan dan bertugas di Hindia Belanda. Pada abad 19 mulai banyak organisasi zending yang yang melakukan pekabaran di Indonesia seperti De Nederlandsche Zendings Vereeniging (NZV) yang melakukan pekabaran Injil di Pasundan dan Sulawesi

12 J. Wolterbeek, Babad Zending di Pulau Jawa (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 1995), hlm. 39.

(10)

Tenggara, De Utrechtsche Zendings Vereeniging (UZV) yang bertugas di Indonesia bagian timur seperti Irian, De Nederlandsche Gereformeerde Zendings Vereeniging (NGZV) yang mengabarkan Injil di Jawa Tengah, dan sebagainya.

Organisasi zending yang mengabarkan Injil di Jawa Tengah bagian selatan termasuk Klaten adalah Zending Der Gereformeerd Kerken. Organisasi tersebut bermula ketika Jemaat Christelijk Gereformeerd mulai mengabarkan Injil di Batavia, Surabaya, dan Sumba. Adanya pertentangan dan konflik yang disebut Doleanti pada tahun 1886 membuat jemaat Christelik Gereformeerd bersatu dengan jemaat Gereformeerd pada tahun 1892. Kedua jemaat tersebut kemudian mendirikan De Gereformeerde Kerken in Nederland. Kemudian pada tahun 1894 Christelijk Gereformeerd dan NGZV bersatu dan akhirnya berganti nama menjadi Zending Der Gereformeerde Kerken yang bertugas di Jawa Tengah bagian selatan dan Sumba.13

Zending Der Gereformeerde Kerken atau biasa disebut Gereformeerd Zending merupakan organisasi yang mengelola rumah sakit zending di Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan yaitu Rumah Sakit Petronella Yogyakarta, rumah sakit zending di Surakarta, Purbalingga, Kebumen, Purworejo, Klaten, Wonosobo, Blora dan terakhir di Purwokerto. NZV yang mengabarkan Injil di Pasundan mendirikan dan mengelola Rumah Sakit Immanuel dan beberapa rumah sakit di Jawa Barat seperti Purwakarta dan Cideres. Sementara itu NZG adalah organisasi zending yang mendirikan Rumah Sakit Mojowarno dan

13 Ibid., hlm. 47.

(11)

kemudian mengelola beberapa rumah sakit di Jawa Timur seperti Parerejo dan Ngoro.14

Jawa Tengah merupakan provinsi yang wilayahnya cukup luas untuk dilakukan pekabaran Injil. Oleh sebab itu satu organisasi zending tidak cukup untuk mengurus Jawa Tengah. Pekabaran Injil di Jawa Tengah dibagi menjadi tiga wilayah kepengurusan yaitu Jawa Tengah bagian utara, daerah sekitar Salatiga, dan Jawa Tengah bagian Selatan termasuk Klaten.

Pekabaran Injil di Jawa Tengah bagian selatan dilakukan oleh Zending Gereformeerd yang cakupan wilayahnya antara lain Purworejo, Bagelen, Magelang, Banyumas, Purbolinggo, Kedu, Yogyakarta dan Surakarta. Klaten merupakan kota kecil yang masuk dalam Karesidenan Surakarta.

Tahun 1833 agama Kristen lebih dulu berkembang di Klaten, yang termasuk dalam Karesidenan Surakarta. Pendeta Wilhelm mengabarkan Injil di Klaten bersama Kyai Sadrah, yang merupakan pribumi yang beragama Kristen.

Dalam mengabarkan Injil di Klaten, Kyai Sadrah mengutus Yohanes dan Eliya.

Berkat usaha mereka muncullah kelompok Kristen di desa Birit dan Mawen Klaten.15

Surakarta mulai tahun 1913 memperoleh pendeta sendiri yaitu Dr. Van Andel yang diutus oleh Zending Gereformeerd. Dr. Van Andel bersama guru Injil Stefanus Arun mengabarkan Injil keluar kota Surakarta. Pekabaran Injil yang

14 Baha’uddin. “Perubahan dan Keberlanjutan: Pelayanan Kesehatan Swasta di Jawa Sejak Kolonial Sampai Pasca Kemerdekaan” dalam buku Sri Margana & M. Nursam, Kota-kota di Jawa : Identitas, Gaya Hidup dan Permasalahan Sosial. (Yogyakarta: Ombak, 2010), hlm. 167.

15Ibid., hlm. 198.

(12)

dilakukan Dr. Van Andel bermula kearah Barat yaitu Klaten dan sekitarnya. Pada tahun 1917, guru Injil Martaredja ditempatkan di Pedan sebelah selatan Ceper.

Penempatan guru Injil Martaredja memunculkan adanya kelompok-kelompok kecil orang Kristen yang mulai berkembang di Klaten, khususnya di Pedan, Klaten Kota, Wedi, dan Delanggu. Di Pabrik Gula Wonosari Klaten dibuka rumah sakit pembantu, yang membuat semakin berkembangnya kelompok jemaat.16

Kebaktian-kebaktian yang ada di Klaten seringkali mendatangkan pendeta dari Solo. Pada bulan Juli 1924 Dr. Van Andel selaku pendeta yang juga bertugas di Klaten membentuk Majelis Gereja sendiri di Klaten. Pada tahun 1931 dibentuk majelis jemaat di Pedan dan Prambanan yang disatukan dengan kelompok jemaat Kristen di Sanggrahan, Drini, dan di Manisrenggo. Hal tersebut menunjukkan bahwa agama Kristen semakin berkembang di Klaten.

Tabel. 6

Jumlah Warga Kristen di Jawa Tengah bagian Selatan Wilayah Kerja Zending Gereformeerde Tahun 1913 – 1925

Daerah Tahun

1913 1918 1922 1925

Surakarta 74 297 508 945

Yogyakarta 587 710 880 1312

Magelang - 97 167 353

Purworejo 436 530 532 644

Kebumen 288 380 465 556

Banyumas 244 366 495 620

Wonosobo 5 35 60 35

Jumlah 1634 2415 3107 4465

Sumber : J. Wolterbeek: Babad Zending di Pulau Jawa. 1995. Halaman 217.

16 J. Wolterbeek, op.cit, hlm. 207.

(13)

Tidak diketahui secara rinci berapa masyarakat pemeluk agama Kristen yang ada di Klaten namun daerah seperti Klaten, Sragen, Wonogiri, dan Karanganyar merupakan daerah yang termasuk dalam Karesidenan Surakarta.

Perkembangan agama Kristen di Klaten terlihat saat berdirinya Rumah Sakit Dr. Scheurer Klaten oleh Klatensche Cultuur Maatschappij dan diserahkan oleh zending. Itu berarti pengabaran Injil sudah masuk ke Klaten yang merupakan kota kecil. Rumah sakit zending didirikan untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pribumi, namun tujuan utama pendirian rumah sakit zending adalah untuk menyebarkan agama Kristen dengan mengabarkan Injil. Maka dari itu, karyawan Rumah Sakit Dr. Scheurer seringkali menyelipkan keagamaan dalam melayani para pasien.

Tabel. 7

Jumlah Warga Kristen di Jawa Tengah bagian Selatan Wilayah Kerja Zending Gereformeerde Tahun 1930 – 1936

Daerah Tahun

1930 1933 1936

Surakarta 2208 3148 4173

Yogyakarta 1937 2498 2969

Magelang 574 697 1190

Purworejo 897 1042 1659

Kebumen 834 861 1458

Banyumas 998 1268 1939

Wonosobo 99 187 548

Jumlah 7547 9701 13936

Sumber : J. Wolterbeek: Babad Zending di Pulau Jawa. 1995. hlm. 254.

Peningkatan masyarakat yang memeluk agama Kristen terlihat cukup signifikan. Dalam rentang waktu tiga tahun peningkatan jumlah pemeluk agama

(14)

Kristen melampaui 1000 orang. Artinya strategi yang dilakukan zending menyebarkan agama Kristen dengan jalan pendidikan dan kesehatan cukup berhasil. Unsur keagamaan selalu dimasukkan dalam kegiatan Rumah Sakit Dr.

Scheurer Klaten. Rumah Sakit Dr. Scheurer menyelenggarakan kebaktian pada setiap hari minggu. Pelajaran agama tidak hanya diperuntukkan bagi para karyawan rumah sakit saja, tetapi juga para pasiennya. Unsur keagamaan diselipkan untuk para karyawan dan pasien seperti berdoa sebelum makan dan pasien yang berobat didoakan sebelum melakukan pengobatan agar diberikan kesembuhan dengan membaca Alkitab Injil.17

Rata-rata pasien menginap di Rumah Sakit Dr. Scheurer selama 19 hari.

Pada tahun 1936 Rumah Sakit Dr. Scheurer dan tiga rumah sakit pembantu dibawah pengelolaan Rumah Sakit Dr. Scheurer merawat sebanyak 7684 pasien.

Populasi masyarakat Klaten dilaporkan sebanyak 600.000 penduduk. Oleh karena itu perkiraan kasar adalah 1% populasi penduduk Klaten pertahun selama hampir tiga minggu di lingkungan rumah sakit dengan suasana Kristen.18 Kegiatan kegiatan yang diawali dengan berdoa dengan cara Kristen diharapkan dapat membuat pasien tertarik dengan agama Kristen. Apalagi pasien yang dirawat hampir tiga minggu seharusnya dapat membuat pasien terbiasa dan tertarik dengan agama Kristen.

17 Haryo Prabancono, 2012, Skripsi “Pelayanan Kesehatan dan Misi Keagamaan Rumah Sakit Zending Jebres Surakarta Tahun 1912-1942”. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret, hlm 89.

18 Dr. Bakker, “Het Dokter Scheurer Hospitaal”, dalam buku K. Van Anken, 25 Solo-Zending 1912-1937, hlm. 59.

(15)

Perlu dicatat bahwa pihak zending khusunya para dokter dan perawat tidak pernah memaksa pasien untuk memeluk agama Kristen. Hal-hal tidak langsung seperti dibacakan Alkitab Injil dapat membuat para pasien memiliki pandangan yang berbeda terhadap agama Kristen dan kemudian tertarik mendalaminya. Jika pasien terlihat menunjukkan minat mereka terhadap agama Kristen, maka dokter dan para perawat mulai membicarakan Injil kepada mereka.19

Tabel. 8

Rincian Jumlah Warga Kristen di Karesidenan Surakarta Tahun 1938

Daerah Jiwa

Solo Margoyudan 949

Solo Manahan 462

Solo Danukusuman 290

Klaten 542

Sragen 283

Wonogiri 329

Karanganyar 146

Kepuh 133

Gemantar 79

Slogohimo 419

Wuryantoro 314

Plupuh 118

Kartosuro 266

Delanggu 193

Pedan 322

Prambanan 81

Jumlah 4926

Sumber : J. Wolterbeek: Babad Zending di Pulau Jawa. 1995. hlm 267

Jumlah masyarakat Karesidenan Surakarta yang memeluk agama Kristen pada tahun 1938 adalah sebanyak 4926. Jumlah tersebut lebih banyak dibanding tahun 1936 dengan 4173 orang. Selama dua tahun jumlah masyarakat yang

19 Ibid. hlm. 60.

(16)

memeluk agama Kristen mengalami peningkatan sebanyak 753 orang. Artinya apa yang dilakukan zending cukup mendapat perhatian dari masyarakat. Jumlah pemeluk agama Kristen di Klaten sendiri adalah 542 orang yang jika digabung dengan Delanggu, Pedan, dan Prambanan mencapai 1138 orang.

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan PKP yang dilaksanakan di rumah sakit meliputi: mempelajari fungsi dan tugas rumah sakit dalam pelayanan kesehatan masyarakat, mempelajari sistematika kerja Instalasi

Kegiatan PKP yang dilaksanakan di rumah sakit meliputi: mempelajari fungsi dan tugas rumah sakit dalam pelayanan kesehatan masyarakat, mempelajari sistematika

Rumah Sakit yang jauh lebih baik, karena tujuan dari RSTK adalah membantu seluruh masyarakat memberikan pelayanan kesehatan yang.. 114 tidak diskrimnatif dan

Kegiatan PKP yang dilaksanakan di rumah sakit meliputi: mempelajari fungsi dan tugas rumah sakit dalam pelayanan kesehatan masyarakat, mempelajari sistematika kerja Instalasi

Kegiatan PKP yang dilaksanakan di rumah sakit meliputi: mempelajari fungsi dan tugas rumah sakit dalam pelayanan kesehatan masyarakat, mempelajari sistematika kerja

Pengembangan rumah sakit menjadi suatu organisasi yang sehat melalui pemberian penyuluhan kesehatan kepada pasien, karyawan rumah sakit, dan masyarakat, telah menghasilkan

Aplikasi Layanan Informasi Rumah Sakit Mamami Kota Kupang Berbasis Website adalah sebuah perangkat lunak yang dibuat untuk membantu pihak Rumah Sakit Mamami dalam memberikan

Promosi Kesehatan di Rumah Sakit adalah upaya Rumah Sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat