• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktik Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. PIRNGADI Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Laporan Praktik Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. PIRNGADI Kota Medan"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

FARMASI RUMAH SAKIT

DI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

dr

. PIRNGADI

KOTA MEDAN

Disusun Oleh: SRI REZEKI, S.Farm.

NIM 123202157

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT

di

Rumah Sakit Umum Daerah dr. PIRNGADI Kota Medan

Disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh: Sri Rezeki, S.Farm.

NIM 123202157

Disetujui oleh Pembimbing,

Pembimbing Fakultas, Pembimbing Rumah Sakit,

Prof. Dr. Urip Harahap, Apt. Johnson L. Tobing, S.Si., M.M., Apt. NIP 195301011983031004 NIP 197301102000031002

Diketahui Oleh:

Kepala Instalasi Farmasi

RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Dra. Erlina, Apt.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan

berkat, rahmat, dan kasih karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi (PKP) Farmasi RSUD dr. Pirngadi

Kota Medan.

Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi ini tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak dr. Amran Lubis, Sp.JP(K)., FIHA., sebagai Direktur RSUD dr.

Pirngadi Kota Medan yang telah memberikan fasilitas untuk melaksanakan

PKP.

2. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi

dan Bapak Drs. Wiryanto, M.S., Apt., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU Medan yang telah memberikan

fasilitas kepada penulis untuk melakukan PKP.

3. Ibu Dra. Erlina, Apt., sebagai Kepala Instalansi Farmasi RSUD dr. Pirngadi

Kota Medan yang telah memberikan fasilitas, bimbingan, dan pengarahan

kepada penulis selama melakukan PKP.

4. Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt., sebagai pembimbing dari Fakultas

Farmasi USU dan Bapak Jhonson L. Tobing, S.Si., M.M., Apt., sebagai

pembimbing dari Instalansi Farmasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan yang

telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama

(4)

5. Bapak dan Ibu Apoteker, staf, dan karyawan Instalasi Farmasi RSUD dr.

Pirngadi Kota Medan yang telah memberi petunjuk dan bantuan selama

melaksanakan PKP.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan ini, untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari seluruh

pembaca. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan.

Medan, Januari 2014 Penulis,

(5)

RINGKASAN

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RINGKASAN ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Kegiatan ... 3

BAB II. TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT ... 4

2.1 Definisi Rumah Sakit ... 4

2.2Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ... 4

2.3Klasifikasi Rumah Sakit ... 5

2.3.1 Klasifikasi Rumah Sakit Secara Umum ... 5

2.3.2Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah ... 6

2.4 Peran Apoteker dalam Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit ... 7

2.5 Komite Farmasi dan Terapi (KFT) ... 7

2.6 Formularium Rumah Sakit ... 9

2.7 Rekam Medik ... 10

(7)

2.8.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi ... 11

2.8.2 Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obatdan Alat Kesehatan ... 18

2.8.3 Pelayanan Farmasi Klinis ... 19

`2.9 Instalasi Central Sterile Supply Department (CSSD) ... 29

BAB III.TINJAUAN KHUSUS RSUD dr. PIRNGADI ... 32

(8)

3.3.2.8 Penghapusan ... 39

3.3.3 Sub Instalasi Distribusi ... 43

3.3.3.1 Pelayanan Farmasi Rawat Inap/Jalan Umum ... 45

3.3.3.2 Pelayanan Farmasi Rawat Inap ASKES/ Jamkesmas/Medan Sehat/Pempropsu .... 48

3.3.3.3 Pelayanan Farmasi Jamkesmas/Medan Sehat/Pempropsurawatjalan ... 51

3.3.3.4 Pelayanan Farmasi di InstalasiGawat Darurat (IGD) ... 52

3.3.3.5 Pelayanan Farmasi di InstalasiBedah Sentral (IBS) ... 56

3.3.3.6 DistribusiRuangan ... 59

3.3.4 Sub Instalasi Farmasi Klinis ... 60

3.4 Instalansi Central Sterile Supply Department (CSSD) .. 63

BAB IV PEMBAHASAN ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Perhitungan unit cost Partus Normal pasien Jamkesmas/

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan ... 74

2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan ... 75

3. Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi (Form B-2) ... 76

4. Form Pelayanan Pencampuran Obat Sitostatika ... 77

5. Catatan Pemberian Obat (CPO) ... 78

6. Rekapitulasi Perhitungan Unit Cost Pasien Askes ... 79

7. Formulir P1 (Permohonan Pembelian Barang Medis) ... 80

8. Formulir Surat Pesanan/Order Pembelian ... 81

9. Surat Pesanan Narkotika ... 82

10.Surat Pesanan Psikotropika ... 83

11.Faktur Pajak Standar ... 84

12.Surat Setoran Pajak Penghasilan (SSP PPh) ... 85

13.Surat Setoran Pajak Pertambahan Nilai (SSP PPN) ... 86

14.Berkas Pemeriksaan Untuk Pangajuan Pembayaran ... 87

15.Formulir Protokol Terapi dari IGD ... 88

16.Formulir Protokol Terapi dari Ruangan ... 89

17.Formulir Pemakaian Obat Golongan Narkotika ... 90

18.Formulir Pemakaian Obat-obatan dan Alat Kesehatan Untuk Pasien Operasi ... 91

19.Kartu obat ... 92

(11)

21.Formulir PIO (Pelayanan Informasi Obat) ... 94

22.Kwitansi Pembayaran Pengadaan Perbekalan Farmasi ... 95

23.Form pelayanan kefarmasian kemoterapi sitotoksik ... 96

24.Alur aktifitas fungsional CSSD ... 97

25.Alur kerja (aktifitas) Instalasi CSSD RSUD dr. Pirngadi Kota Medan ... 98

26.Proses Sterilisasi barang medis habis pakai ... 99

(12)

RINGKASAN

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009, yang dimaksud

dengan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis (Depkes, 2009).

Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan

pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitasi), yang

dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan (Siregar dan

Amalia, 2004).

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah

sakit sebagai penunjang upaya kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan di rumah sakit. Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak

terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi pada

pelayanan farmasi klinis, pelayanan farmasi produk dan terjangkau bagi semua

lapisan masyarakat. Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang

terpadu dengan tujuan mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah

(14)

Pelayanan farmasi rumah sakit dikelola oleh Instalasi Farmasi Rumah

Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Kota Medan yang merupakan sarana pelayanan

kesehatan yang berkewajiban untuk mengadakan, menyiapkan, meracik,

mendistribusikan obat yang aman dan rasional di rumah sakit, dibawah pimpinan

seorang apoteker yang bertanggung jawab secara langsung kepada wakil direktur

bidang administrasi umum.

Perwujudan profesionalisme apoteker dalam menjalankan profesinya

dilaksanakan melalui peningkatan sumber daya manusia sehingga apoteker dapat

menjalankan fungsinya yaitu sesuai dengan konsep The Seven Star Pharmacist

meliputi sikap apoteker sebagai pemberi pelayanan (care giver), pembuat

keputusan (decision maker), communicator, manager, pembelajaran jangka

panjang (long life learner), guru (teacher), pemimpin (leader) dan researcher

(ISFI, 2007).

Dalam rangka meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan dan

kemampuan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit, maka

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara menyelenggarakan Praktek Kerja

Profesi (PKP) bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker,

bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Kota Medan.

Praktek Kerja Profesi ini meliputi:

- menerima materi tentang Instalasi Farmasi RSUD dr. Pirngadi Kota

Medan,

- melihat langsung aktivitas dan peranan apoteker secara umum di

RSUD dr. Pirngadi Kota Medan, khususnya di Instalasi Farmasi

(15)

- melakukan pemberian obat dan informasi terhadap pasien di pelayanan

farmasi rawat jalan,

- melakukan wawancara dan konseling terhadap pasien kemoterapi

sitostatika, dan

- mengetahui peran dan tugas CSSD di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan.

1.2 Tujuan Kegiatan

Tujuan umum dilaksanakannya Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah

Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan ini adalah untuk mendidik calon apoteker

agar mampu mengelola kegiatan kefarmasian di rumah sakit sesuai dengan etika

(16)

BAB II

TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

2.1 Definisi Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan

karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang

harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau

oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes

RI, 2009).

Rumah Sakit menurut UU Nomor 44 tahun 2009. Pasal 1 adalah institusi

pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan gawat darurat.

Rumah sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada

nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak

dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta

mempunyai fungsi sosial (Depkes RI, 2009).

2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Tugas rumah sakit adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya

guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan

pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya

(17)

Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna. Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan

kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI,

2009).

Upaya menjalankan tugas sebagaimana disebut diatas, menurut Undang-

Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009, rumah sakit mempunyai fungsi:

a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit,

b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna sesuai kebutuhan medis,

c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan, dan

d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.3 Klasifikasi Rumah Sakit

2.3.1 Klasifikasi Rumah Sakit Secara Umum

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009,

rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.

a. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan

i. Rumah Sakit Umum: memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang

(18)

ii. Rumah Sakit Khusus: memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau

satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,

organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya.

b. Berdasarkan pengelolaannya

i. Rumah Sakit Publik: dapat dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah,

dan badan hukum yang bersifat nirlaba.

ii. Rumah Sakit Privat: dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang

berbentuk perseroan terbatas atau persero.

2.3.2 Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

340/MENKES/PER/III/2010 tentang klasifikasi rumah sakit, dalam rangka

penyelenggaraan kesehatan secara berjenjang dan pusat rujukan, rumah sakit

umum diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah

sakit.

Klasifikasi rumah sakit umum, sebagai berikut:

a. Rumah Sakit Umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat)

spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis

lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.

b. Rumah Sakit Umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat)

spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis

(19)

c. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat)

spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.

d. Rumah Sakit Umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis

dasar.

Klasifikasi rumah sakit khusus, sebagai berikut:

a) Rumah Sakit Khusus kelas A

b) Rumah Sakit Khusus kelas B

c) Rumah Sakit Khusus kelas C

2.4 Peran Apoteker dalam Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit

Di rumah sakit apoteker berperan dalam penerapan terapi dengan

memastikan ketepatan pemberian obat oleh dokter, penyediaan obat dan

memastikan penggunaan obat dengan tepat. Apoteker juga berperan dalam

manajemen farmasi rumah sakit (Siregar dan Amalia, 2004).

2.5 Komite Farmasi dan Terapi (KFT)

Komite farmasi dan terapi (KFT) menurut menteri kesehatan Republik

Indonesia No. 1197/Menkes/SK/X/2004 adalah organisasi yang mewakili

hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga

anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di

rumah sakit dan apoteker sebagai sekretaris dari KFT serta tenaga kesehatan

(20)

Tujuan KFT, adalah :

1. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, peggunaan obat

serta evaluasinya.

2. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru

yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai kebutuhan.

Menurut SK Menkes No. 1197/Menkes/SK/X/2004 fungsi dan ruang

lingkup KFT terkait dengan perannya dalam pelayanan farmasi rumah sakit

adalah:

a. Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya. Pemilihan

obat untuk dimasukkan ke dalam formularium harus didasarkan pada

evaluasi terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga harus

meminimalkan duplikasi produk obat yang sama.

b. KFT harus mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk obat baru

atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf medis.

c. melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan

meneliti rekam medik kemudian dibandingkan dengan standar diagnosa

dan terapi.

d. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang

termasuk kategori khusus.

e. mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat

f. mengembangkan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf

medis dan perawat

g. membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap

(21)

di rumah sakit sesuai dengan peraturan yang berlaku secara lokal maupun

nasional (Siregar, 2004).

Peran apoteker dalam komite ini sangat strategis dan penting karena semua

kebijakan dan peraturan dalam pengelolaan dan penggunaan obat diseluruh unit di

rumah sakit ditentukan dalam komite ini. Agar dapat mengemban tugasnya secara

baik dan benar, peran apoteker harus mendasar dan mendalam dibekali dengan

ilmu-ilmu farmakologi, farmakologi klinik, farmako epidemiologi dan farmako

ekonomi disamping ilmu-ilmu lain yang sangat dibutuhkan untuk memperlancar

hubungan profesionalnya dengan para petugas kesehatan lain di rumah sakit

(Depkes RI, 2004).

2.6 Formularium Rumah Sakit

Formularium rumah sakit adalah himpunan obat yang diterima atau disetujui

oleh komite farmasi dan terapi untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi

pada setiap batas waktu yang ditentukan (Depkes RI, 2004).

Sistem formularium rumah sakit adalah suatu metode yang digunakan staf

medik di suatu rumah sakit yang disusun oleh komite farmasi dan terapi yang

bertujuan untuk mengevaluasi, menilai dan memilih produk obat yang dianggap

paling berguna dalam perawatan penderita. Obat yang ditetapkan dalam

formularium rumah sakit harus tersedia di instalasi farmasi rumah sakit (Siregar

dan Amalia, 2004).

Formularium rumah sakit dievaluasi oleh komite farmasi dan terapi untuk

menentukan pilihan terhadap produk obat yang ada di pasaran, dengan lebih

(22)

evaluasi, formularium rumah sakit tersebut masih dapat digunakan oleh staf medis

di rumah sakit (Depkes RI, 2004).

Menurut Siregar dan Amalia (2004), kegunaan formularium rumah sakit

adalah sebagai pedoman dalam penulisan resep di rumah sakit untuk:

- membantu meyakinkan mutu dan ketepatan penggunaan obat di rumah sakit,

sebagai bahan edukasi bagi staf medik tentang terapi obat yang benar, dan

- memberi rasio manfaat yang tinggi dengan biaya yang minimal.

2.7 Rekam Medik

Menurut PerMenKes RI No.269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud

dengan rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang

identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah

diberikan kepada pasien (Siregar dan Amalia, 2004).

Menurut Depkes RI (2008), pemanfaatan rekam medik meliputi:

- pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien,

- alat bukti dalam proses penegakkan hukum, disiplin kedokteran dan

kedokteran gigi dan penegakkan etika kedokteran dan etika kedokteran gigi,

- keperluan pendidikan dan penelitian,

- dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan, dan

- data statistik kesehatan.

2.8 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu departemen atau unit atau

(23)

dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional dan

merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas

seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan

rumah sakit itu sendiri (Siregar dan Amalia, 2004).

Berdasarkan Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar

Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, struktur organisasi instalasi farmasi rumah

sakit mencakup penyelenggaraan pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan

kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan serta pelayanan farmasi

klinis.

2.8.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai

dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,

pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta

evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan (Kepmenkes

No.1197/MENKES/SK/X/2004). Tujuan kegiatan ini adalah:

- mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efesien,

- menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan,

- meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi,

- mewujudkan Sistem Informasi Manajemen berdaya guna dan tepat guna,

dan

(24)

2.8.1.1 Pemilihan

Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang

terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan

kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai

menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan seleksi obat merupakan

peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi untuk menetapkan kualitas

dan efektifitas serta jaminan purna transaksi pembelian.

2.8.1.2 Perencanaan

Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga

perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang tersedia

untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat

dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan

antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan

epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman Perencanaan

adalah:

- DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi Rumah Sakit,

ketentuan setempat yang berlaku,

- data catatan medik,

- anggaran yang tersedia,

- penetapan prioritas,

- siklus penyakit,

- sisa persediaan,

- data pemakaian periode yang lalu, dan

(25)

2.8.1.3 Pengadaan

Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah

direncanakan dan disetujui melalui:

- pembelian: secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar

farmasi/rekanan berdasarkan kebutuhan obat yang diperlukan,

- produksi/pembuatan sediaan farmasi: produksi steril dan produksi non

steril, dan

- sumbangan/droping/hibah.

2.8.1.4 Produksi

Merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan

kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi :

- sediaan farmasi dengan formula khusus,

- sediaan farmasi dengan harga murah,

- sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil,

- sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran,

- sediaan farmasi untuk penelitian,

- sediaan nutrisi parenteral, dan

- rekonstruksi sediaan obat kanker.

2.8.1.5 Penerimaan

Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah

diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, dan

konsinyasi atau sumbangan. Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi:

(26)

- barang harus bersumber dari distributor utama,

- harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS),

- khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai certificate of

origin, dan

- expired date minimal 2 tahun.

2.8.1.6 Penyimpanan

Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan

yang ditetapkan:

- dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya,

- dibedakan menurut suhunya, kestabilannya,

- mudah tidaknya meledak/terbakar,

- tahan/tidaknya terhadap cahaya, dan

- disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan

perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.

2.8.1.7 Pendistribusian

Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit

ke subdistribusi untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat

inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi

dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan

mempertimbangkan:

- efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada,

- metode sentralisasi atau desentralisasi, dan

- sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi.

(27)

1) Floor Stock

Pada sistem ini, perbekalan farmasi didistribusikan langsung kepada

setiap unit perawatan. Dengan adanya sistem ini, perbekalan farmasi yang

dibutuhkan dalam keadaan darurat di ruangan (seperti obat-obat emergensi)

dapat dengan mudah diperoleh pasien, karena telah tersedia melalui sistem

floor stock. Namun sistem ini hanya bisa diterapkan untuk pelayanan pada

pasien rawat inap.

Keuntungan sistem floor stock adalah:

- obat yang dibutuhkan cepat tersedia,

- meniadakan obat yang return,

- pasien tidak harus membayar obat yang lebih, dan

- tidak perlu tenaga banyak.

Kelemahan sistem floor stock adalah:

- sering terjadi kesalahan, seperti kesalahan peracikan oleh perawat

atau adanya kesalahan penulisan etiket,

- persediaan obat di ruangan harus banyak, dan

- kemungkinan kehilangan dan kerusakan obat lebih besar.

2) Resep perorangan (individual prescription)

Penyaluran perbekalan farmasi dengan sistem ini adalah berdasarkan

resep yang diterima pasien, sehingga pasien menerima langsung perbekalan

farmasi sesuai resep. Semua pasien rawat jalan menerima perbekalan farmasi

melalui resep perorangan, tetapi sebagian pasien rawat inap juga menerima

resep perorangan. Sistem ini memungkinkan apoteker untuk langsung

(28)

antara dokter, apoteker, perawat dan pasien. Kekurangannya adalah jika obat

berlebih, pasien tetap harus membayarnya dan perbekalan dapat terlambat

sampai ke pasien.

Keuntungan resep perseorangan adalah:

a) Semua resep/order dikaji langsung oleh apoteker, yang kemudian

memberikan keterangan atau informasi kepada pasien secara

langsung.

b) Memberi kesempatan interaksi profesional antara apoteker, dokter,

perawat, dan pasien.

c) Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat.

d) Mempermudah penagihan biaya perbekalan farmasi bagi pasien.

Kelemahan/kerugian sistem resep perseorangan adalah:

a) Memerlukan waktu yang lebih lama.

Pasien membayar obat yang kemungkinan obat yang tidak digunakan.

3) Sistem One Day Dose Dispensing (ODDD)

Perbekalan farmasi dosis unit merupakan perbekalan farmasi yang

diorder oleh dokter untuk pasien, terdiri atas satu atau beberapa jenis

perbekalan farmasi yang masing-masing dalam kemasan dosis unit tunggal

dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu (Depkes RI,

2010).

Sistem distribusi dosis unit dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. One day dose dispensing (ODDD) merupakan pemberian obat untuk satu

(29)

2. One unit dose dispensing (OUDD) merupakan pemberian obat untuk tiap

kali pakai.

Menurut Depkes RI (2010) keuntungan sistem ODDD,adalah:

a. Pasien hanya membayar obat sesuai yang telah digunakannya.

b. Semua dosis yang diperlukan pada unit perawatan telah disiapkan oleh

IFRS.

c. Mengurangi kesalahan pemberian perbekalan farmasi.

d. Menghindari duplikasi order perbekalan farmasi yang berlebihan.

e. Meningkatkan pemberdayaan petugas.

f. Mengurangi resiko kehilangan dan pemborosan perbekalan farmasi.

g. Peningkatan pengendalian dan pemantauan penggunaan perbekalan

farmasi menyeluruh.

Menurut Depkes RI (2010) kelemahan sistem distribusi dosis unit adalah:

a. Meningkatnya kebutuhan tenaga farmasi.

b. Meningkatnya biaya operasional.

4) Sistem kombinasi

Rumah sakit besar pada umumnya tidak terpaku pada satu sistem

distribusi obat saja tetapi lebih fleksibel, yaitu dengan mengkombinasikan

beberapa sistem di atas, bahkan mungkin menggunakan semua sistem di atas,

namun sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Penetapan sistem distribusi pada

setiap rumah sakit tidak harus sama satu dengan lainnya, tergantung pada

(30)

2.8.2 Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

Merupakan pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam

menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan

terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian, keterampilan

dan perilaku apoteker serta bekerja sama dengan pasien dan profesi kesehatan

lainnya.

Kegiatan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat

kesehatan meliputi:

a. mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien,

b. mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan

alat kesehatan,

c. mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat

kesehatan,

d. memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat

kesehatan,

e. memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga,

f. memberi konseling kepada pasien/keluarga,

g. melakukan pencampuran obat suntik,

h. melakukan penyiapan nutrisi parenteral,

i. melakukan penanganan obat kanker,

j. melakukan penentuan kadar obat dalam darah,

k. melakukan pencatatan setiap kegiatan, dan

(31)

Tujuan kegiatan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat

kesehatan adalah:

a. meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di

rumah sakit,

b. memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektifitas,

keamanan dan efisiensi penggunaan obat,

c. meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lain

yang terkait dalam pelayanan farmasi, dan

d. melaksanakan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka

meningkatkan penggunaan obat secara rasional.

2.8.3 Pelayanan Farmasi Klinis

Pelayanan farmasi klinis adalah pelayanan langsung yang diberikan

apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan

meminimalkan risiko terjadinya efek samping obat.

Pelayanan farmasi klinis meliputi:

a. Pengkajian dan pelayanan resep

Interpretasi pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan

ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk

peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada

setiap tahap alur pelayanan resep, dilakukan upaya pencegahan terjadinya

kesalahan pemberian obat (medication error).

Tujuan pengkajian pelayanan dan resep untuk menganalisis adanya

masalah terkait obat, jika ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan

(32)

melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan

farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat

jalan.

Persyaratan administrasi meliputi:

a. nama, umur, jenis kelamin dan berat badan serta tinggi badan pasien,

b. nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter,

c. tanggal resep, dan

d. ruangan/unit asal resep.

Persyaratan farmasetik meliputi:

a. nama obat, bentuk, dan kekuatan sediaan,

b. dosis dan jumlah obat,

c. stabilitas, dan

d. aturan dan cara penggunaan.

Persyaratan klinis meliputi:

a. ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat,

b. duplikasi pengobatan,

c. alergi, interaksi dan efek samping obat, dan

d. kontraindikasi.

b. Penelusuran riwayat penggunaan obat

Penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses untuk mendapatkan

informasi mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang

digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data

rekam medik/pencatatan penggunaan obat pasien. Tujuan penelusuran riwayat

(33)

a. membandingkan riwayat penggunaan obat dengan data rekam

medik/pencatatan penggunaan obat untuk mengetahui perbedaan

informasi penggunaan obat,

b. melakukan verifikasi riwayat penggunaan obat yang diberikan oleh

tenaga kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika

diperlukan,

c. mendokumentasikan adanya alergi dan reaksi obat merugikan,

d. mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi obat,

e. melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan

obat,

f. melakukan penilaian rasionalitas obat yang diresepkan,

g. melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap obat yang

digunakan,

h. melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan obat,

i. melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan obat,

j. mendokumentasikan obat yang digunakan pasien sendiri tanpa

sepengetahuan dokter, dan

k. mengidentifikasi terapi lain misalnya suplemen dan pengobatan

alternatif yang mungkin digunakan oleh pasien.

Kegiatan yang dilakukan meliputi penelusuran riwayat penggunaan obat

kepada pasien/keluarganya dan melakukan penilaian terhadap pengaturan

penggunaan obat pasien. Informasi yang harus didapatkan adalah nama obat

(34)

indikasi dan lama penggunaan obat, ROTD termasuk riwayat alergi dan

kepatuhan terhadap regimen penggunaan obat (jumlah obat yang tersisa).

c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

PIO adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi

obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang

dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan

lainnya serta pasien dan pihak lain di luar rumah sakit.

Tujuan PIO adalah menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien

dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit dan pihak lain di luar rumah

sakit, membuat kebijakan yang berhubungan dengan obat/perbekalan farmasi,

terutama bagi komite/sub komite farmasi dan terapi, menunjang penggunaan

obat yang rasional.

d. Konseling

Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi

dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan

obat-obatan pada pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.

Konseling bertujuan memberikan pemahaman yang benar mengenai obat

kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan pengobatan,

jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek

samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan

obat-obat lain.

Kegiatan yang dilakukan dalam konseling meliputi:

(35)

b. mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat

melalui three prime questions,

c. menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada

pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat,

d. memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah

penggunaan obat,

e. melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman

pasien, dan

f. dokumentasi.

Faktor yang perlu diperhatikan dalam memberikan konseling, adalah:

a. kriteria pasien,

b. pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan

ginjal, ibu hamil dan menyusui),

c. pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM,

epilepsi),

d. pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus,

e. pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit,

f. pasien yang menggunakan banyak obat (polifarmasi),

g. pasien yang memiliki riwayat kepatuhan penggunaan obat rendah,

h. sarana dan prasarana,

i. ruangan atau tempat konseling, dan

(36)

e. Visite

Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan

apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati

kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat,

memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan

terapi obat yang rasional dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien

serta profesional kesehatan lainnya.

Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah sakit

atas permintaan pasien yang biasa disebut dengan pelayanan kefarmasian di

rumah (home pharmacy care). Sebelum melakukan kegiatan visite apoteker

harus mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi

pasien dan memeriksa terapi obat dari rekam medis atau sumber lain.

f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

PTO adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan

terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah

meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan resiko ROTD. Kegiatan

yang dilakukan meliputi pengkajian pemilihan obat (dosis, cara pemberian

obat, respon terapi, ROTD), pemberian rekomendasi penyelesaian masalah

terkait obat dan pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat. Tahapan

pemantauan terapi obat yaitu pengumpulan data pasien, identifikasi masalah

terkait obat, rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat, pemantauan dan

(37)

Kegiatan yang dilakukan dalam PTO, meliputi:

a. pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat dan respon

terapi,

b. pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat, dan

c. pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat.

Tahapan yang dilakukan dalam PTO, adalah:

a. pengumpulan data pasien,

b. identifikasi masalah terkait obat,

c. rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat,

d. pemantauan, dan

e. tindak lanjut.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam PTO adalah:

a. kemampuan penelusuran informasi dan penilaian kritis bukti terkini

dan terpercaya,

b. kerahasiaan informasi, dan

c. kerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter dan perawat).

g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Monitoring efek samping obat merupakan kegiatan pemantauan terhadap

respons obat yang tidak dikehendaki (ROTD) yang terjadi pada dosis lazim

yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi.

Efek samping obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait

(38)

Tujuan dilakukan MESO adalah:

a. menentukan efek samping obat (ESO) yang berbahaya dan jarang

terjadi, menentukan frekuensi ESO, dan meminimalkan ESO,

b. ESO yang ditemukan dicatat dalam format dan laporkan ke pusat

monitoring efek samping obat nasional,

c. mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/

mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya efek samping obat,

meminimalkan resiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki, dan

d. mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki.

Kegiatan pemantauan dan pelaporan efek samping obat adalah:

a. mendeteksi adanya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki

(ROTD),

b. mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko

tinggi mengalami ESO,

c. mengevaluasi laporan ESO,

d. mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO di komite/sub KFT, dan

e. melaporkan ke pusat MESO.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam monitoring efek samping obat

adalah:

a. kerjasama dengan KFT dan ruang rawat,

(39)

h. Pengkajian penggunaan obat.

Pengkajian penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan

obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obatan yang

digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien.

Tujuan dari pengkajian penggunaan obat, yaitu:

a. mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat

pada pelayanan kesehatan/dokter tertentu,

b. membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan

kesehatan/dokter satu dengan yang lain,

c. penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik, dan

d. menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengkajian penggunaan obat

adalah:

a. indikator peresepan,

b. indikator pelayanan,

c. indikator fasilitas, dan

i. Dispensing sediaan khusus.

Dispensing sediaan khusus steril dilakukan di instalasi farmasi rumah sakit

dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan

melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya

kesalahan pemberian obat. Tujuan dilakukan dispensing sediaan khusus adalah

untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk, melindungi petugas dari

(40)

Dispensing sediaan khusus terdiri atas pencampuran obat suntik, penyiapan

nutrisi parenteral dan penanganan sediaan sitotoksik.

Penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai

kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada

keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari efek

toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri,

mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun pemberian kepada

pasien sampai kepada pembuangan limbahnya. Secara operasional dalam

mempersiapkan dan melakukan harus sesuai prosedur yang ditetapkan dengan

alat pelindung diri yang memadai.

Kegiatan yang dilakukan dalam dispensing sediaan khusus, meliputi:

a. melakukan perhitungan dosis secara akurat,

b. melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai,

c. mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan,

d. mengemas dalam pengemas tertentu, dan

e. membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku.

Faktor yang perlu diperhatikan pada penanganan obat kanker adalah:

a. ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang sesuai,

b. lemari pencampuran biological safety cabinet,

c. HEPA filter,

d. alat pelindung diri,

e. sumber daya manusia yang terlatih,

f. cara pemberian obat kanker, dan

(41)

Pemantauan kadar obat dalam darah dilakukan untuk menginterpretasikan

hasil pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat

karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari apoteker kepada dokter.

Tujuan pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD) adalah:

a. mengetahui kadar obat dalam darah, dan

b. memberikan rekomendasi pada dokter yang merawat.

Kegiatan yang dilakukan meliputi:

a. memisahkan serum dan plasma darah,

b. memeriksa kadar obat yang terdapat dalam plasma, dan

c. membuat rekomendasi kepada dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PKOD adalah:

a. alat therapeutic drug monitoring/instrument untuk mengukur kadar

obat, dan

b. reagen sesuai obat yang diperiksa.

2.9 Central Sterile Supply Department (CSSD)

Central Sterilization Supply Department (CSSD) atau Instalasi Pusat

Pelayanan Sterilisasi merupakan satu unit/departemen dari rumah sakit yang

menyelenggarakan proses pencucian, pengemasan dan sterilisasi terhadap semua

alat atau bahan yang dibutuhkan rumah sakit dalam merawat/ melakukan tindakan

kepada pasien dalam kondisi steril. Instalasi CSSD dipimpin oleh seorang

apoteker sebagai kepala instalasi yang bertanggung jawab langsung kepada

(42)

Latar belakang berdirinya CSSD di rumah sakit adalah:

a. besarnya angka kematian akibat infeksi nosokomial ,

b. kuman mudah menyebar, mengkontaminasi benda dan menginfeksi

manusia di lingkungan rumah sakit, dan

c. merupakan salah satu pendukung jaminan mutu pelayanan rumah sakit

akan peran dan fungsi CSSD sangat penting.

Tujuan dibentuknya CSSD di rumah sakit adalah:

a. mengurangi infeksi nosokomial dengan menyediakan peralatan yang

telah mengalami penyortiran, pencucian dan sterilisasi yang sempurna,

b. memutuskan mata rantai penyebaran kuman di lingkungan rumah

sakit, dan

c. menyediakan dan menjamin kualitas sterilisasi produk yang dihasilkan.

Fungsi CSSD di rumah sakit adalah:

a. menyediakan peralatan dan bahan steril untuk tindakan medis dan

penunjang medis,

b. tempat dilakukan proses desinfeksi, sterilisasi alat dan bahan habis

pakai steril,

c. mendistribusikan alat dan bahan habis pakai steril, dan

d. mendokumentasikan semua kegiatan harian (jumlah instrumen atau

jumlah bahan habis pakai yang disterilkan).

Sistem pelayanan yang dilakukan dibagi atas 2 kelompok yaitu:

1. Sistem titipan

Menerima alat kesehatan yang belum steril dari ruangan untuk

(43)

ruangan yang bersangkutan dalam keadaan steril. Ruangan yang

dilayani adalah klinik atau ruang perawatan yang membutuhkan.

2. Sistem distribusi

Memproses penyediaan kebutuhan alat atau perlengkapan bedah

dimulai dari pencucian, pengeringan, pengepakan, sterilisasi,

penyimpanan dan pendistribusian. Melayani kebutuhan alat bedah

steril untuk ruangan IBS (Instalasi Bedah Sentral), KBE (Kamar

Bedah Emergensi), kamar bedah THT, kamar bedah mata dan kamar

bedah kulit.

Kegiatan sterilisasi yang dilakukan di CSSD dilakukan dengan beberapa

tahap yaitu:

a. alat kotor disortir dan dicek kelengkapannya kemudian dicuci

dengan larutan Aniosyme lalu disikat dengan air mengalir untuk

membuang darah yang melekat pada alat,

b. direndam dengan larutan first aid selama 30 menit,

c. dicuci dengan air bersih dan disikat sampai bersih,

d. direndam di ultrasonik dengan larutan saflon selama 30 menit,

e. dibilas di alat ultrasonik dengan air panas,

f. dikeringkan di alat ultrasonic,

g. alat dikeluarkan dan disusun sesuai tindakan operasi,

h. diberi tanda (indikator paper),

i. sterilkan pada suhu 132oC selama 15 menit, dan

(44)

BAB III

TINJAUAN KHUSUS RSUD dr. PIRNGADI

3.1 Sejarah RSUD dr. Pirngadi

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi terletak di Jl. Prof. HM. Yamin

No. 47, Kelurahan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Medan Timur Kota Medan

Didirikan pada tanggal 11 Agustus 1928 oleh Pemerintah Kolonial Belanda

dengan nama Gementa Zieken Huis.

Dengan masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942 dan mengambil

alih rumah sakit ini sehingga berganti nama menjadi Syuritsu Byusono Ince dan

sebagai direkturnya dipercayakan kepada Putra Indonesia yang bernama dr. Raden

Pirngadi Gonggo Putra, yang akhirnya disahkan menjadi nama rumah sakit ini.

Setalah kemerdekaan bangsa Indonesia, pada tahun 1947 rumah sakit ini diambil

alih oleh pemerintah Negara Republik Indonesia Sementara (RIS) dengan nama

“Rumah Sakit Kota Medan”. Dengan berdirinya Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) pada tanggal 17 Agustus 1950 maka Negara bagian (RIS)

dihapuskan, rumah sakit kota Medan diambil alih oleh pemerintah

pusat/kementerian kesehatan di Jakarta dengan nama “Rumah Sakit Umum

Pusat”. Kemudian pada tahun 1971, rumah sakit ini diserahkan dari pusat ke

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan berganti nama menjadi “Rumah Sakit

Umum Pusat Provinsi Medan”. Pada tahun 1979, diganti lagi menjadi “Rumah

Sakit Dr.Pringadi Medan”.

Sejak tanggal 27 Desember 2001 kepemilikannya diserahkan oleh

(45)

nama Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan. Pada tanggal 6 September 2002,

status kelembagaan Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan ditetapkan menjadi

Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Kota Medan yang

bentuk pengelolaannya bersifat swakelola sesuai SK. Walikota No. 440/ 080k/

2004.

Sesuai Peraturan Daerah Pemerintahan Kota Medan No. 3 Tahun 2009,

sejak tanggal 4 Maret 2009 Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum dr.

Pirngadi Kota Medan berubah menjadi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi

Kota Medan. Dan selanjutnya pada tanggal 13 Oktober 2011, berdasarkan Salinan

Keputusan Walikota Medan No. 900/1847.K status pelayanan di RSUD dr.

Pirngadi Medan menjadi Badan Layanan Umum Daerah.

RSUD dr. Pirngadi Kota Medan adalah rumah sakit kelas B Pendidikan

yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medis spesialis dasar, spesialis luas,

dan beberapa subspesialis. Kepegawaiannya meliputi tenaga medis, tenaga

penunjang medis, dan tenaga nonmedis.

3.2 Struktur Organisasi

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh

seorang direktur yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tiga orang

wakil direktur yang terdiri dari wakil direktur bidang administrasi umum, wakil

direktur bidang pelayanan medis dan keperawatan dan wakil direktur bidang

sumber daya manusia dan pendidikan.

Selain dibantu ketiga wakil direktur tersebut, direktur RSUD dr. Pirngadi

(46)

Fungsional (SMF) dan Instalasi-instalasi pendukung lainnya, yang salah satunya

adalah Instalasi Farmasi yang bertugas mengatur dan menyelenggarakan semua

kegiatan kefarmasian di rumah sakit. Bagan struktur organisasi dapat dilihat pada

Lampiran 1.

3.3 Instalasi Farmasi RSUD dr. Pirngadi

Instalasi Farmasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan merupakan salah satu

unit fungsional bersifat swakelola yang dipimpin oleh seorang Apoteker dan

dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala RSUD dr.

Pirngadi Kota Medan melalui wakil direktur bidang administrasi umum RSUD dr.

Pirngadi Kota Medan. Motto instalasi farmasi adalah: Obat yang Bermutu dan

Terjangkau Adalah yang Utama. Struktur Instalasi Farmasi dapat dilihat pada

Lampiran 2.

Instalasi farmasi dibagi menjadi empat bagian sub instalasi, yaitu sub

instalasi administrasi, sub instalasi perlengkapan, sub instalasi distribusi dan sub

instalasi farmasi klinis.

3.3.1 Sub Instalasi Administrasi

Merupakan bagian dari instalasi farmasi rumah sakit yang bertugas

melaksanakan kegiatan administrasi kefarmasian di instalasi farmasi.

Kesekretariatan dipimpin oleh seorang Apoteker yang disebut dengan sekretaris

instalasi farmasi.

Dalam melaksanakan tugasnya, sub instalasi administrasi dibagi dua

(47)

1. umum, kepegawaian dan rumah tangga, tugasnya adalah:

a. mencatat surat-surat yang masuk ke instalasi farmasi dan

mengarsipkannya dengan rapi. Pada buku agenda, surat-surat yang

masuk dicatat tanggal, asal surat, isi ringkas, nomor surat dan

sebagainya,

b. mencatat surat-surat yang keluar dari instalasi farmasi dan

menyampaikan ke alamat yang dituju dengan pertanggungjawaban

yang jelas dan mengarsipkannya,

c. mengarsipkan data-data pegawai di instalasi farmasi,

d. membalas surat yang masuk ke instalasi farmasi,

e. mengatur mutasi pegawai di lingkungan instalasi farmasi,

f. mengarsipkan resep dan kuitansi penjualan resep, dan

g. mengurus permintaan keperluan rumah tangga di instalasi farmasi

misalnya alat tulis, dan mengurus kerusakan alat-alat rumah tangga.

2. akuntansi, laporan dan statistik, tugasnya adalah:

a. mencatat semua data-data pengeluaran dan pemasukan obat-obatan,

dan alat kesehatan,

b. melakukan pemeriksaan silang (cross check) dengan gudang dan sub

instalasi distribusi setiap bulan dan menyesuaikannya dengan kartu

administrasi persediaan farmasi,

c. membuat laporan bulanan penjualan obat-obatan yang terjual melalui

resep setiap bulan,

d. membuat laporan pengeluaran obat-obatan, dan alat kesehatan yang

(48)

e. menyesuaikan jumlah uang hasil penjualan dengan kuitansi penjualan

resep yang akan disetor ke bagian keuangan setiap hari, dan

f. membuat neraca rugi laba berdasarkan data dari semua bagian instalasi

farmasi rumah sakit setiap akhir tahun. Berdasarkan data yang

dikumpulkan tersebut dapat diketahui persediaan akhir setiap bulan

dan setiap tahun.

Selain tugas-tugas di atas, subinstalasi administrasi juga bertugas

membuat, mengatur, dan mengevaluasi perhitungan unit cost. Unit cost adalah

biaya yang dikeluarkan oleh instalasi farmasi rumah sakit untuk keperluan

pemeriksaan, perawatan, dan tindakan medis bagi pasien, yang dalam

penggunaannya tidak dapat ditentukan jumlah satuannya seperti reagen, kapas,

plester dan lain-lain.

Penentuan besarnya biaya unit cost untuk pasien rawat jalan, operasi dan

rawat inap dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

a. Pasien rawat jalan

Keterangan: Data diambil minimal selama 3 bulan berturut-turut kemudian

(49)

Biaya unit cost untuk pasien Askes, Jamkesmas, Medan sehat, Pempropsu,

dan umum besarnya sama. Jumlah biaya unit cost ini diproses menggunakan

sistem komputerisasi, dihitung jumlahnya oleh petugas instalasi farmasi dan

pembayarannya langsung diklaim oleh instalasi farmasi ke keuangan rumah sakit.

Contoh rekapitulasi perhitungan unit cost dapat dilihat pada Lampiran 8.

Setiap bulan dibuat neraca rugi/laba untuk unit cost sehingga dapat

dievaluasi secara berkala dan dapat segera disesuaikan jika terdapat perubahan

yang signifikan. Contoh biaya unit cost dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Perhitungan unit cost partus normal pasien Jamkesmas/Medan Sehat

No

Sub instalasi perbekalan farmasi dipimpin oleh seorang apoteker dan

bertugas untuk membantu dan menunjang fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

dalam hal pemilihan, perencanaan, pengadaan, produksi, penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, dan administrasi

(50)

3.3.2.1 Perencanaan

Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga

perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk

menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat

dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan

antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan

epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

3.3.2.2Pemilihan

Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang

terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan

kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai

menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan seleksi obat merupakan

peran aktif apoteker dalam KFT untuk menetapkan kualitas dan efektifitas serta

jaminan purna transaksi pembelian.

3.3.2.3Pengadaan

Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah

direncanakan dan disetujui melalui pembelian secara langsung dari

pabrik/distributor/pedagang besar farmasi/rekanan berdasarkan kebutuhan obat

yang diperlukan.

3.3.2.4Penerimaan

Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah

diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, dan

(51)

3.3.2.5Penyimpanan

Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan

yang telah ditetapkan:

a. dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya,

b. dibedakan menurut suhunya, kestabilannya,

c. mudah tidaknya meledak/terbakar,

d. tahan/tidaknya terhadap cahaya, dan

e. disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.

3.3.2.6Pendistribusian

Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit

ke subdistribusi untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat

inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.

3.3.2.7Pengendalian

Merupakan suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang

diinginkan sesuai strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak

terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit-unit pelayanan.

3.3.2.8Penghapusan

Merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan farmasi yang tidak

terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi syarat dengan cara

membuat usulan penghapusan perbekalan farmasi kepada pihak terkait sesuai

dengan prosedur yang berlaku. Tujuan adalah menjamin perbekalan farmasi yang

(52)

Sub instalasi perbekalan farmasi dibagi atas dua bagian, yaitu:

1) unit perencanaan dan pengadaan

Unit perencanaan dan pengadaan mempunyai tugas sebagai berikut:

a. merencanakan seluruh kebutuhan perbekalan farmasi dan alat

kesehatan di dalam rumah sakit. Perencanaan ini dilakukan

berdasarkan data pemakaian periode yang lalu, sisa stok, dan pola

penyakit, kemudian di tambahkan sebesar 10%; dan

b. memesan dan menyediakan perbekalan farmasi sesuai permintaan

untuk kebutuhan rumah sakit.

Bagian perencanaan dan pengadaan melakukan pemesanan bahan-bahan

obat dan alat kesehatan untuk kebutuhan selama satu bulan berdasarkan

permintaan dari gudang kecuali ada permintaan kebutuhan khusus yang

mendesak. Prinsip pengadaan perbekalan farmasi yaitu tersedianya seluruh

kebutuhan perbekalan farmasi dengan jenis dan jumlah yang memadai sesuai

dengan formularium yang berlaku di rumah sakit tersebut.

Proses pengadaan perbekalan farmasi dapat dijelaskan melalui tahap

berikut:

a. Sub instalasi distribusi meminta barang ke gudang dengan menyerahkan

formulir B2 (Daftar permintaan dan pengeluaran farmasi). Jika barang

yang diminta hampir habis (dilihat dari kartu stok gudang) maka gudang

akan membuat permohonan pembelian barang dengan menggunakan

formulir P1(Permohonan pembelian barang medis dan menyerahkannya

(53)

b. Unit pengadaan memesan perbekalan farmasi dengan menggunakan surat

pesanan/order pembelian kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) setelah

disetujui dan ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi. Untuk

pemesanan obat-obat Askes harus sesuai dengan DPHO (Daftar Plafon

Harga Obat) dan disetujui oleh petugas Askes.

c. Untuk pengadaan obat golongan narkotika seperti: kodein, pethidin,

fentanyl, dan morfin sulfat dilakukan oleh unit pengadaan dengan

menggunakan surat pesanan form N-9 Lampiran halaman kepada PT.

Kimia Farma yang ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi atau

apoteker yang ada di tempat. Contoh formulir pemesanan obat

psikotropika.Sedangkan obat psikotropika seperti diazepam dan luminal

dapat dipesan dari PBF lainnya selain PT. Kimia Farma. Contoh formulir

pemesanan obat psikotropika.

d. Barang pesanan kemudian diantar oleh PBF ke gudang dengan membawa

faktur penjualan dan diperiksa oleh petugas gudang. Sebelum jatuh tempo

pihak PBF akan datang untuk penagihan. Pada saat penagihan PBF

membawa faktur asli beserta kuitansi, surat pesanan, SSP PPh dan SSP

PPN. Pembayaran dilakukan apabila berkas penagihan telah disetujui oleh

direktur.

2). Unit Gudang

Unit gudang bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan

farmasi ke seluruh unit pelayanan yang ada di rumah sakit. Apabila ada

perbekalan farmasi yang persediaannya hampir habis, pihak gudang akan

(54)

lembar Permohonan Pembelian Barang Medis (Formulir P1). Permintaan

perbekalan farmasi ke pengadaan dapat dilakukan lebih dari satu kali dalam

sebulan jika kebutuhan rumah sakit meningkat dibandingkan biasanya. Setelah

Permohonan Pembelian Barang Medis dikirim ke pengadaan, maka pengadaan

akan membuat order pembelian dan memesannya ke Pedagang Besar Farmasi

(PBF).

Perbekalan farmasi yang telah dipesan diantar oleh PBF ke bagian gudang.

Petugas unit gudang memeriksa kesesuaian barang dengan faktur dan surat

pesanan yang meliputi: jenis, jumlah, tanggal kadaluarsa, nomor batch, dan

kondisi barang. Apabila telah sesuai maka barang yang diantar dicatat di buku

barang masuk disertai potongan harganya, lalu dicatat di kartu stok gudang.

Kemudian faktur ditandatangani oleh penerima barang di unit gudang. Harga di

buku barang masuk gudang sudah disesuaikan dengan Harga Pokok Penjualan

(HPP) yaitu harga modal ditambah PPN 10%. Jika barang yang diterima tidak

sesuai dengan faktur dan surat pesanan maka barang akan dikembalikan.

Perbekalan farmasi yang masuk ke gudang harus dicatat dalam buku

barang masuk dan barang yang keluar dicatat dalam kartu stok gudang. Gudang

mengeluarkan barang berdasarkan permintaan dari sub instalasi distribusi dengan

menggunakan formulir B2 (daftar permintaan dan pengeluaran farmasi).

Penyimpanan dan pengeluaran perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan

prinsip FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out). Obat-obat

narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari khusus yang terkunci.

Obat-obat yang penyimpanannya pada suhu tertentu seperti serum, vaksin dan

(55)

membuat laporan sisa stok dan menghitung jumlah dan kondisi perbekalan

farmasi dan alat kesehatan di gudang.

Unit gudang dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Gudangobat-obatan

Bertugas membuat permohonan pembelian obat, menerima, menyimpan,

dan menyalurkan perbekalan farmasi berupa obat-obatan. Gudang obat terbagi

dua yaitu gudang obat Askes dan gudang obat swakelola. Gudang obat Askes

khusus mengelola obat-obatan yang termasuk dalam DPHO (Daftar Plafon dan

Harga Obat) Askes dan formularium Jamkesmas, sedangkan gudang swakelola

mengelola obat-obatan selain obat yang termasuk dalam DPHO Askes dan

obat-obat yang sesuai dengan formularium rumah sakit.

2. Gudang alat kesehatan

Bertugas membuat permohonan pembelian alat kesehatan, menerima,

menyimpan, dan menyalurkan alat kesehatan habis pakai seperti kapas, infus

set, adult diapers, plester, dan lain-lain. Bahan-bahan cairan seperti alkohol,

formalin, dan hidrogen peroksida juga disimpan dan didistribusikan oleh

gudang alat kesehatan habis pakai.

Setiap akhir bulan petugas melakukan stock opname yaitu menghitung

jumlah dan kondisi (kadaluarsa) perbekalan farmasi dan alat kesehatan di

gudang dan membuat laporan sisa stok.

3.3.3 Sub Instalasi Distribusi

Sub instalasi distribusi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh

seorang apoteker. Distribusi perbekalan farmasi (obat-obatan dan alat kesehatan)

(56)

yang harus diperhatikan adalah menjamin pemberian obat yang benar dan tepat

kepada pasien sesuai dengan dosis dan jumlah yang tertulis pada resep/kartu obat.

Sistem distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat

inap dilakukan berdasarkan resep perorangan (Individual Prescription). Untuk

pasien rawat inap ASKES, Jamkesmas, Medan Sehat, dan Pempropsu untuk

sediaan injeksi dilakukan berdasarkan One Day Dose Dispensing (ODDD),

namun sediaan oral belum dilakukan. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan

mendesak perbekalan farmasi pada sore dan malam hari (emergency) dengan

sistem floor stock.

One Day Dose Dispensing (ODDD) merupakan sistem distribusi di mana

obat dikemas untuk satu hari pemakaian. Sistem ini melibatkan apoteker dalam

memonitor penyampaian perbekalan farmasi kepada pasien sehingga tercapai

penggunaan obat yang rasional dan efektif.

Secara umum sistem pemasukan dan pengeluaran perbekalan farmasi pada

sub instalasi distribusi adalah sebagai berikut:

a. Sub instalasi distribusi meminta perbekalan farmasi ke gudang

berdasarkan besarnya kebutuhan rumah sakit dengan menggunakan

formulir B2 (Permintaan dan Pengeluaran Farmasi).

b. Sub instalasi distribusi menerima barang dari gudang dan menyalurkannya

berdasarkan permintaan melalui resep, dan kartu obat.

Sistem pengawasan terhadap pemasukan dan pengeluaran barang dari dan

ke sub instalasi distribusi dilakukan dengan cara cross check dengan sub instalasi

(57)

Pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan melalui:

a. pelayanan farmasi pasien umum rawat inap dan rawat jalan,

b. pelayanan farmasi pasien ASKES, Jamkesmas, Medan Sehat, dan

Pempropsu rawat inap,

c. pelayanan farmasi pasien Jamkesmas, Medan Sehat dan Pempropsu

rawat jalan,

d. apotek satelit Instalasi Gawat Darurat (IGD),

e. apotek satelit Instalasi Bedah Sentral (IBS), dan

f. distribusi ruang perawatan/poliklinik.

3.3.3.1 Pelayanan Farmasi Rawat Inap/Jalan Umum

Pelayanan farmasi rawat inap/jalan melayani pasien umum, pasien kredit

(pasien yang berasal dari perusahaan yang bekerja sama dengan RSUD dr.

Pirngadi seperti PJKA, PLN, dan lain-lain), dan pasien penderita HIV. Permintaan

obat menggunakan resep/kartu obat. Untuk pasien penderita HIV harus disertai

kartu pasien VCT (Voluntary Counseling and Testing). Pasien rawat jalan umum

berasal dari poliklinik seperti poliklinik paru, gigi, mata, neurologi, obstetri dan

ginekologi, nefrologi, gastrologi, kardiologi, dan lain-lain. Pasien umum yang

rawat inap berasal dari ruang rawat inap seperti ruang VIP, Plus A, Plus B. Pasien

HIV berasal dari poliklinik VCT .

I. Pelayanan farmasi rawat jalan

a. Pasien umum

Pasien umum adalah masyarakat umum yang datang untuk berobat ke

rumah sakit dan harus membayar pengobatannya sendiri karena tidak

Gambar

Tabel 3.1 Perhitungan unit cost partus normal pasien Jamkesmas/Medan Sehat
Tabel 2.1 Jenis dan Dosis OAT  ...................................................................
Gambar 2.1. Tanda dan Gejala TBC
Gambar 2.2. Contoh Toraks TBC
+7

Referensi

Dokumen terkait

Time series of the horizontal velocity components u ; v at two midlake positions in the Obersee as indicated in the insets for an impulsively applied spatially uniform wind from 305

Guru menjelaskan cerita yang akan didramatisasikan (cerita yang sudah dikenal anak) 3 Guru membagi peran-peran menurut pilihan mereka sendiri 4 Anak melaksanakan

Untuk memperoleh gambaran serta landasan awal bagaimana penelitian diarahkan, dikemukakan juga kajian terhadap berbagai gagasan dan pemikiran seorang pakar yang telah ada,

komponen (b) dapat dilihat perbedaan makna halus dari verba ujaran yang berada pada. ranah yang sama dilihat dari segi waktu (masa lalu, masa sekarang,

Salah satu cara yang ditempuh dalam rangka meningkatkan daya saing adalah meningkatkan Positioning, dimana positioning menurut Engel, Warsaw dan Kinner (1991) merupakan elemen

Hasil penelitian dapat memberi jawaban terhadap uji hipotesis bahwa ada hubungan yang bermakna dari proses beberapa Pokja per Self Assessment, dengan kinerja laba (Laba – ROI)

Bias seleksi yaitu kesalahan dalam memilih subjek.Tujuan penelitian adalah untuk, mengetahui persentase ibu hamil yang mendapat suplementasi tablet besi, mengetahui persentase

Tidak ada penyedia yang meminta penjelasan terhadap dokumen pengadaan paket pekerjaan Pengadaan Makan Jaga Kawal (Ulp Non Organik/Jaga Fungsi) Polres Tabanan Tahun

Ahmadi, The Role of Constituent Elements in Copper Base Friction Materials, International Conference on Powder Metallurgy for Automotive Parts, Isfahan, Iran April 2002.. Klar,

[7] Kalumuck, K.M.; "Fluid-structure Interaction Simulation of Bubble Dynamics by Coupling Fluid BEM and Structural FEM Codes"; 4th ASME International Symposium on Bubble Noise and