• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.2 Komunikasi Massa dan Efek Komunikasi Massa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.2 Komunikasi Massa dan Efek Komunikasi Massa"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Paradigma Konstruksionis

Paradigma yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah paradigma konstruksionis. Dalam buku karya Eriyanto Peter L. Beger menyatakan bahwa realitas yang ada tidak berbentuk ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Namun konstruksi itu dapat dibentuk. Setiap orang dapan mengkonstruksi sesuatu dengan berdeba-beda atas terjandinya suatu realitas (Erianto, 2012:18).

Paradigma konstukstivisme adalah paradigma yang mengkritik paradigma positivis, dimana seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang seperti yang dianut dalam paradigm positivis. Menurut Max Weber, subtansi bentuk kehidupan tidak bisa hanya dilihat secara objektif namun dilihat dari tindakan yang timbul secara subjektif atau dengan maksud terntentu. Sehingga dalam penelitian ini paradigma konstruktivisme dinilai sesuai dengan peneliti yang ingin mengetahui bagaimana berita Nadiem Makarim dibentuk dalam suatu portal berita Tirto.id yang banyak dikonsumsi masyarakat.

2.2 Komunikasi Massa dan Efek Komunikasi Massa

Menurut Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid (1981:18), komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau bertukar informasi, sehingga terjadi saling pengertian. Disisi lain menurut Harold Lasswell mengutip dalam buku pengantar komunikasi massa milik Stanley, pada tahun 1948 menurut Harold Lasswell, cara paling sederhana untuk berkomunikasi adalah menjawab pertanyaan siapa mengatakan apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dengan efek apa, atau bagaimana cara kerjanya.

(2)

10 Dengan kata lain komunikasi merupakan pengiriman pesan dari seseorang kepada orang lain dengan suatu media dengan maksud tertentu yang nantinya harus disertai dengan efek tertentu. Sehingga harus ada respon dari komunikan agar komunikasi tersebut dapat dikatakan komunikasi yang berhasil. Pengertian Laswell sangat seusuai dengan penelitian ini dengan menggunakan media massa berupa portal berita media online yang ingin mencari tahu bagaimana media menggambarkan suatu isu kepada pembacanya.

Menurut Bittner (Winarni, 2003: 5), komunikasi massa adalah pesan yang disampaikan kepada sejumlah besar orang melalui media massa yang bersifat umum dan disampaikan secara cepat, serentak, dan sekilas.

Gerbner (1967) mengusulkan definisi yang lebih rinci tentang komunikasi massa sebagai “produksi dan distribusi pesan berdasarkan teknologi dan institusi dari aliran pesan yang berkesinambungan, yang paling banyak dimiliki oleh orang-orang dalam masyarakat industri” (Rakhmat, 2003:188). Namun, Tubbs dan Sylvia berpendapat bahwa tidak ada definisi komunikasi massa yang mutlak karena setiap aspek komunikasi adalah interaksi yang dimediasi (Tubbs dan Sylvia, 2001: 198).

Sehingga komunikasi massa intinya adalah penyampaian pesan oleh suatu kelompok kepada banyak orang dalam sebuah media dengan cara cepat dan serentak.

Komunikasi massa juga memiliki karakterisik yang membedakannya dengan jenis komunikasi lain, yaitu (Ardianto dkk, 2009: 7):

1. Komunikator terlembagakan 2. Pesan bersifat umum

3. Komunikannya anonim dan heterogen.

4. Media massa menimbulkan keserempakan.

5. Komunikasi massa bersifat satu arah.

6. Umpan balik tertunda dan tidak langsung.

(3)

11 Dari karakteristik tersebut dapat diketahui bahwa umpan balik yang didapat oleh komunikator tidak dapat diketahui secara langsung bahkan efek hanya dapat dilihat pada fenomena sosial pada waktu tertentu saja. Meskipun media berkomunikasi dengan individu-individu, efek dari komunikasi massa dapat berupa realitas sosial. Akibatnya, dapat disimpulkan bahwa efek tersebut terjadi pada individu hingga akhirnya menjadi ciri masyarakat.

Seperti yang telah dibahas, efek dari komunikasi tidak bisa kita rasakan secara langsung namun jika berhasil maka cukup besar efek yang di berikan. Bentuk konkrit dari efek komunikasi massa adalah pergeseran pendapat, sikap, atau perilaku khalayak sebagai akibat dari pesan-pesan yang membentuknya. (Marhaeni, 2009, hlm. 163)

Namun, berhasil atau tidaknya efek komunikasi massa dipengaruhi oleh beberapa faktor (Marhaeni, 2009:170-182):.

1. Faktor Psikologi dan Fisik 2. Faktor Sosial dan Kultural

3. Pengambilan keputusan dan pemimpin pendapat 2.3 Konstruksi Media

Salah satu teori efek kuat dalam media massa adalah konstruksi budaya, dimana media memiliki efek yang kuat untuk dapat mengkonstruksi dan memperngaruhi kehidupan sosial masyarakat. Menurut teoritikus media James W. Carey (1975:10),

“komunikasi adalah proses simbolis dimana realitas diprodiksi,dijaga, diperbaiki, dan ditransformasikan”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa realitas yang ada di masyarakat merupakan produksi dari proses komunikasi. Menurut buku Konstruksi Media Sosial Massa, manusia memiliki kebebasan untuk bertindak di luar batas kendali struktur dan institusi sosial tempat mereka berasal. Walaupun demikian, kebenaran suatu realitas sosial tidak bisa kita tentukan karena bersifat relatif, yang

(4)

12 hanya berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial (Bungin, 2008:12).

Istilah konstruksi realitas sosial (social construction of reality) mulai populer sejak pertama kali digunakan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann dalam bukunya The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge (1996). Dia menggambarkan proses sosial dalam hal tindakan dan interaksi mereka, di mana individu menciptakan realitas bersama dan subjektif bersama (Bungin, 2008:13).

Menurut Frans M. Parera, proses lahirnya konstruksi sosial media massa berlangsung melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: (Apriadi, 2012:79-82).

1. Tahap Persiapan Material, dimana ada tiga hal mengenai penyiapan material konstruksi sosial, yaitu:

a. keselarasan media massa dengan kapitalisme b. keberpihakan semu terhadap masyarakat c. berpihak pada kepentingan umum

2. Tahap Sebaran Konstruksi dimana ketika sebuah pesan dibagikan saat itu pula pesan tersebut juga sampai ke pembaca atau komunikan

3. Tahap pembentukan konstruksi dimana media membangun konstruksi yang sesuai dengan yang diinginkan.

a. Membangun realitas pembenaran

b. Kesediaan untuk dibangun oleh media massa c. Sebagai pilihan pembaca

4. Tahap konfirmasi dimana media massa maupun pembaca atau komunikan membenarkan atau memberikan pendapat untuk terlibat dalam pembentukan konstruksi.

(5)

13 Jadi, dalam mengkonstruksi berita, sadar ataupun tanpa sadar media dapat menempatkan sudut pandang mereka dalam suatu berita menjadi seseuatu yang dapat mempengaruhi keyakinan, sikap, nilai, perilaku, dan proses demokrasi. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa dalam menyiapkan materi untuk mengkonstruksi berita, media harus menyiapkan tiga hal. Sehingga media massa tidak bisa sepenuhnya memandang suatu peristiwa sebagai media yang memberikan penilaian objektif. Media massa harus dapat menempatkan diri secara adil dalam pada tiga hal di atas. Namun, seringkali keberpihakan media kepada kapitalis masih menjadi dominan.

2.4 Media Baru Sebagai Media Jurnalisme

Media baru adalah media yang saat ini banyak digunakan untuk melakukan komunikasi massa. Media baru adalah kumpulan teknologi komunikasi yang memiliki karakteristik yang sama termasuk kekuatan digitalisasi dan ketersediaannya yang luas, sehingga dapat digunakan sebagai alat komunikasi terutama bagi pengguna individu. Banyak orang tertarik untuk menggunakannya karena penerapannya dapat menembus bidang komunikasi massa yang dampak langsung atau tidak langsung pada media tradisional (McQuail, 2011:148).

Adanya smartphone adalah salah satu tanda semakin banyaknya new media digunakan karena fitur internet yang ada didalamnya. Dengan sebuah telepon genggam kita bisa langsung menggunakan internet dimanapun dan kapanpun. Salah satu ciri media baru menurut Mc Namus dalam Saverin dan Tankard dalam Nasrullah (2013:1) adalah teknologi memiliki konstribusi dalam menciptakan keberagaman dalam media sehingga ada pergeseran dari kelangkaan dan ketersediaan media yang terbatas ke media yang berlimpah dan tersebar luas. Nawiroh Vera (2016: 88) mendefinisikan media baru sebagai “alat atau media yang digunakan untuk menyebarkan pesan kepada khalayak yang luas melalui teknologi atau teknologi digital, jaringan komunikasi dan informasi”.

(6)

14 Portal berita merupakan bentuk baru konvergensi media baru yang mencangkup usur, karakteristik dan dampak dari media baru itu sendiri. Elemen konvergensi media didasarkan pada definisi konvergensi media sebagai peyatuan proses komuputer, telekomunikasi, dan media dalam lingkungan digital. Ciri-ciri media baru adalah digital, interaktif, terdistribus, dan virtual (Lister, 2003:13) Jadi, media baru adalah salah satu media dalam komunikasi dengan menggunakan teknologi yang dapat menyebarkan suatu pesan kepada khalayak dengan cakupan yang luas. Pada penelitian ini penulis mengunakan kompas.com dan tirto.id sebagai salah satu contoh new media yang memberikan dan menyebarkan informasi mengenai Nadiem Makarim sebagai menteri dari generasi milenial kepada khalayak dengan skala luas melalui teknologi portal berita online.

Jurnalisme online merupakan salah satu jenis jurnalisme yang sangat berkembang saat ini. Dengan hadirnya teknologi kegiatan penyampaian berita secara online akhirnya memunculkan istilah jurnalisme online. Jurnalisme online, menurut Vera (2016:29), merupakan produk jurnalistik yang didistribusikan secara online melalui internet. Kehadiran jurnalisme online merupakan hasil dari kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi. Karena jurnalisme online dapat menyajikan teks, suara, dan gambar secara bersamaan, ketiga elemen tersebut dapat digabungkan menjadi satu.

Pengguanaan media online yang kini diminati masyarakat membuat jurnalisme online semakin meningkatkan kualitasnya dalam menyediakan beraneka ragam informasi dan berita bagi penggunanya. Kini, jurnalisme online sudah menjadi sasaran utama bagi para insan media dalam membagikan ideologinya lewat pemberitaan sehingga jurnalisme online juga memiliki kode etik yang ditetapkan agar tetap berada pada haluan saat menyajikan berita.

Terdapat lima perbedaan utama yang telah diidentifikasi antara jurnalisme online dan media massa internasional oleh Rafeli dan Newhagen, yaitu kemampuan internet untuk menggabungkan beberapa media, sedikitnya tirani penulis atas

(7)

15 pembaca, tidak ada yang bisa mengontrol perhatian audiens, internet dapat membuat proses komunikasi berlangsung kontinuitas dan interaktivitas web (Santana, 2015:137). Sedangkan untuk memperjelas, Jurnalistik juga memiliki berbagai prinsip seperti yang diungkapkan oleh Bradshaw (Romli, 2012;13-14), antara lain:

1. Keringkasan (Brevity)

Berita online dituntut bersifat ringkas karena menyesuaikan dengan kehidupan manusia dan tingkat kesibukannya yang semakin tinggi. Pembaca memiliki waktu yang sedikit untuk memperoleh informasi. Oleh karena itu, jurnalisme online berisi tulisan ringkas yang sesuai dengan kaidah jurnalistik yaitu KISS (keep itu Short and Simple)

2. Kemampuan beradaptasi (adaptability)

Wartawan online dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan preferensi publik. Kemajuan teknologi membuat jurnalis harus menyajikan berita dengan cara membuat keragaman, seperti dengan penyedian format audio, video, gambar dan lain lain yang dimuat dalam suatu berita.

3. Dapat dipindai (scanability)

Untuk memudahkan audiens, maka situs-situs yang terkait dengan jurnalistik online hendaknya bersifat dapat dipindai sehingga pembaca tidak terpaksa dalam membaca berita.

4. Interaktifitas (interactivity)

Komunikasi dari publik dengan jurnalis pada jurnalisme online dapat terjalin karena adanya akses yang semakin luas. Pembaca atau viewers berperan sebagai pengguna (user). Hal ini sangat penting, karena semakin audiens merasa dilibatkan maka mereka akan merasa dihargai dan senang untuk membaca berita yang ada.

(8)

16 5. Komunitas dan percakapan (community and conversation)

Media online memiliki peran yang lebih besar daripada media konvensional lainnya karena dapat menjaring sekumpulan orang menjadi sebuah komunitas.

Jurnalis online harus mampu memberikan timbal balik kepada public sebagai bentuk dari interaksi yang telah diberikan publik.

Tidak hanya memiliki prinsip yang dipegang teguh dalam pelaksanaan jurnalisme online, kegiatan ini juga memiliki karakteristik yang mampu membedakan antara jurnalisme online dengan jurnalisme lainnya. Menurut Musnan dan Mulyadi (2017:54-55), Jurnalisme online merupakan aktivitas jurnalistik yang lebih unggul daripada jurnalistik konvensional sehingga jurnalistik online dibedakan ke dalam beberapa karakteristik, antara lain:

1. Kapasitas halaman web yang besar sehingga dapat menampung naskah yang panjang

2. Penyuntingan naskah dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun 3. Jadwal terbit dapat dilakukan kapan saja dan setiap saat

4. Cepat, ketika diunduh langsung dan dapat diakses oleh publik 5. Dapat diakses di seluruh dunia dengan akses internet

6. Aktual, informasi ditransmisikan dengan mudah dan cepat

7. Update, informasinya terus diperbarui dan dapat dilakukan setiap saat 8. Interaksi, didefinisikan sebagai komunikasi dua arah dan setara dengan

menyediakan ruang komentar, ruang obrolan, polling, dan lain-lain

9. Data berita terdokumentasi yang telah dirilis ke public disimpan dan terdata atau arsip yang dapat diakses Kembali melalui tautan, artikel terkait, atau fungsi lainnya dengan kemampuan penelususran.

(9)

17 10. Hyperlink atau tautan kedalam sumber lain yang terkait dengan informasi

yang disajikan

Jurnalisme online dibedakan dari media konvensional lainnya dengan kecepatan penyebaran informasi dan konten yang sangat interaktif. Namun, terlepas dari manfaat ini, ada beberapa kekhawatiran bahwa pembaca tidak akan dengan mudah menerima artikel penulis. Hal ini terlihat karena pembaca dapat langsung mengomentari artikel tersebut, dan dari situ akan diketahui bagaimana reaksi pembaca nantinya, serta seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki pembaca (Budha, 2003:112).

Jadi, jurnalisme online merupakan sebuah bentuk baru dalam bidang jurnalistik karena mampu memanfaatkan teknologi yang ada saat ini dalam pelaksanaanya. Internet sendiri menjadi faktor pendukung utama dalam jurnalisme online karena internet dapat membantu khalayak memperoleh informasi dan berita terkini yang ada disekitar mereka dan kehadiran portal berita online menjadi media yang akan selalu dikonsumsi public sebagai ladang informasi dan pemberitaan. Media online Kompas.com dan Tirto.id merupakan salah dua contoh jurnalisme online

Peneliti menggunakan konsep jurnalisme online karena tirto.id dan Kompas.com yang merupakan salah satu objek penelitian yang digunakan peneliti adalah sebuah bentuk dari media online yang berperan sebagai media massa dalam menyampaikan berita terkait diangkatnya Nadiem Makarim sebagai menteri.

2.5 Analisis Framing

Teori Framing berkaitan dengan penelitian ini, dimana berita pada media massa dibandingkan untuk melihat bagaimana mereka mengkonstruksi realitas yang ada. seperti yang dikatakan dalam buku Eriyanto mengenai Framing, dengan analisis framing sebuah peristiwa bisa saja dibingkai dengan cara yang berbeda oleh masing- masing media dan lewat metode ini khalayak akan dibuat mengerti dan mampu menafsirkan makna suatu teks dengan menguraikan bagaimana media membingkai

(10)

18 isu (Eriyanto, 2012:10). Jadi sesuai dengan tujuan penelitian ini analisis framing merupakan metode yang tepat untuk mengetahui konstruksi berita mengenai Nadiem Makarim sebagai menteri dari generasi milenial.

Menurut Eriyanto (2002:10-11) Framing pada hakikatnya adalah metode melihat bagaimana media menceritakan suatu peristiwa. Perspektif terhadap realitas yang dijadikan berita dapat mencerminkan tujuan dan maksud media massa. Sudut pandang ini mempengaruhi hasil akhir dari konstruksi realitas. Terdapat berbagai macam metode framing.

2.5.1 Model Zhongdang Pan & Gerald M. Kosicki

Model Framing yang diperkenalkan oleh Pan dan Kosicki ini merupakan salah satu model yang sering digunakan. Analisis framing, menurut Pan dan Kosicki, dapat menjadi metode alternatif untuk menganalisis teks media. Zhongdang Pan dan Kosicki menghadirkan perangkat framing yang terbagi menjadi empat struktur dalam model proses framing mereka dalam sebuah teks berita dalam Eriyanto (2002:295- 304), yaitu:

1. Struktur sintaksis: Struktur ini mengkaji bagaimana reporter mengkonstruksi fakta dalam berita. Hal ini dapat dilihat pada headline, lead, informasi latar belakang, kutipan sumber, pernyataan, dan penutup.

2. Struktur skrip: Struktur ini menilai bagaimana wartawan mengatakan kebenaran, dan bagaimana berita dirancang untuk membuat berita dapat dilihat melalui pola 5W + 1H (siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana)

3. Struktur tematik: Struktur ini mengkaji bagaimana jurnalis menulis fakta, dalam hal ini mengungkapkan sudut pandangnya melalui paragraf, kalimat, dan hubungan antar kalimat.

4. Struktur Retorika: Struktur ini mengkaji bagaimana jurnalis menyajikan fakta dalam sebuah berita. Hal ini dapat dicapai dengan memilih kata, frasa, retorika,

(11)

19 gambar, atau grafik tertentu dengan tujuan meyakinkan pembaca bahwa informasi di media dapat diandalkan.

Metode analisis framing digunakan peneliti untuk penelitian kali ini. Dengan analisis framing peneliti bisa mengetahui perbedaan kedua media dalam mengkonstruksi berita mengenai pemberitaan terpilihnya Nadiem Makarim sebagai menteri Pendidikan dan Kebudyaan yang diterbitkan di media online Kompas.com dan Tirto.id.

2.6 Kerangka Pemikiran

v

Perangkat framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

Sintaksis Skrip Tematik Retoris

Pengumuman Kabinet Indonesia Maju

Berita mengenai Nadiem Makarim sebagai menteri

Pendidikan dan Kebudayaan pada Tirto.id

Berita mengenai Nadiem Makarim sebagai menteri

Pendidikan dan Kebudayaan pada

Kompas.com

Analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald

M. Kosicki

Makna framing berita mengenai Nadiem Makarim sebagai perwakilan menteri Pendidikan dan Kebudayaan Konstruksi framing berita

mengenai Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan

(12)

20 Gambar 2.1 Kerangka pemikiran

Sumber: Olahan penulis (2019)

2.7 Agenda Setting

Teori Agenda Setting adalah teori yang menjelaskan bagaimana media massa yang menjadi pusat penentuan fakta, dengan kemampuan media massa membawa dua elemen, yaitu kesadaran dan informasi, ke dalam agenda publik Agenda setting dilakukan dengan meningkatkan kesadaran dan perhatian publik terhadap isu-isu yang dianggap penting melalui media massa. Menurut Kurt Lang dan Gladys Lang (1959), media menarik perhatian pada isu-isu tertentu. Salah satu isu yang sering dan memiliki pandangan yang berbeda setiap media yaitu berita untuk membentuk tokoh politik. Maka dari itu peneliti tertarik untuk membahas mengenai bagaimana media membingkai satu tokoh politik yaitu Nadiem Makarim yang memiliki nilai berita tinggi karena banyak yang memperbincangkan ketika dirinya terpilih menjadi menteri khususnya Menteri Pendidikan dan Kebudayan.

Menurut Shoemaker dan Reese (1991) terdapat lima kategori utama yang mempengaruhi isi berita dari media massa:

1. Pengaruh dari pekerja media massa itu sendiri selaku individu.

2. Pengaruh kegiatan media, seperti deadline atau kendala waktu, kebutuhan penerbitan, struktur piramida terablik untuk menulis berita, nilai berita, dan kepercayaan penulis terhadap narasumber berita.

3. Pengaruh organisasi, seperti untuk memiliki tujuan tertentu dan cara untuk menghasilkan keuntungan.

4. Pengaruh dari luar organisasi, seperti kelompok kepentingan yang melobi untuk mendapatkan kesepakatan atau menantang jenis isi tertentu.

5. Pengaruh ideologi, menggambarkan peristiwa tingkat msyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga penelitian ini mencoba menganalisis isu gender, lebih tepatnya tentang bagaimana perempuan digambarkan dalam film-film bertema putri yang dibuat oleh rumah

Sebagai media komunikasi yang memiliki ruang yang banyak dalam menyampaikan pesan,baik secara berbarengan dan terarah, film merupakan sarana bagi audience agar dapat

a. Berikan jaminan bahwa sistem manajemen mutu dapat mencapai hasil yang diinginkan. Meningkatkan dampak yang diinginkan. Mencegah atau mengurangi dampak yang tidak

Defenisi paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner (1980), yaitu komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar

Pemberian kapsul temulawak dan vaksinasi rabies terhadap anak anjing kintamani, tidak secara signifikan dapat meningkatkan titer antibodi tetapi waktu pengambilan

Program Studi Agroekoteknologi berupaya memberikan layanan yang terbaik bagi mahasiswa Agroekoteknologi dalam lingkup kelembagaan maupun dalam lingkup personal yang

beton prategang adalah beton yang didalamnya terdapat kawat baja yang diberi tegangan dahulu dengan cara ditarik terus stelah itu di cor dan dipasang.Beton

Tidak semua unsur didalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk tertarik sebagai sampel....