• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Bedasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.340/MENKES/PER/III/2010 rumah sakit adalah institusi pelayanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Bedasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.340/MENKES/PER/III/2010 rumah sakit adalah institusi pelayanan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bedasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.340/MENKES/PER/III/2010 rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Melihat tugas, fungsi, serta pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit, maka rumah sakit dituntut untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (menyeluruh) yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat secara optimal dan prima.

Bedasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 bahwa "setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis". Rumah sakit sebagai salah satu instansi yang menjalankan praktik kedokteran maka wajib menyelenggarakan rekam medis. Rekam medis adalah rekaman atau catatan mengenai siapa, apa, mengapa, bilamana, dan bagaimana pelayanan diberikan kepada pasien selama masa perawatan, yang memuat pengetahuan mengenai pasien dan pelayanan yang diproleh serta memuat informasi yang cukup untuk mengidentifikasi pasien, membenarkan diagnosis dan pengobatan serta merekam hasilnya (Huffman, 1994).

(2)

Tujuan utama dari penyelenggaraan rekam medis adalah dihasilkannya informasi kesehatan yang berkualitas, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan suatu kebijakan yang tepat. Perekam medis sebagai salah satu profesi yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan rekam medis menjadi pemegang peranan penting dalam menghasilkan informasi kesehatan yang berkualitas. Perekam medis dituntut untuk dapat menjalankan perannya dalam hal mengolah data, pengolahan data menjadi informasi, dan penyajian informasi yang baik.

Informasi yang berkualitas merupakan informasi yang dihasilkan dari data yang valid dan diolah secara tepat sehingga mampu menggambarkan kondisi yang sesungguhnya. Tingkat validitas data dan cara mengolah data tersebut menjadi hal yang menentukan kualitas informasi yang dihasilkan.

Dalam kondisi tertentu, data yang valid belum tentu mampu menghasilkan informasi yang berkualitas bila pengolahaannya tidak dilakukan secara tepat.

Begitu pula dengan pengolahaan data secara tepat belum tentu mampu menghasilkan informasi yang berkualitas tanpa adanya data yang valid.

Mengingat tuntutan kepada perekam medis untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, maka perekam medis harus mampu mendapatkan data yang valid dan mengolahnya secara tepat agar dapat menghasilkan informasi yang berkualitas, serta mampu mengatasi kondisi tertentu tesebut.

Untuk mendapatkan data yang berkualitas, lengkap, dan valid salah satunya dengan cara mengisi lengkap formulir yang telah dibuat rumah sakit, agar data-data yang dibutuhkan rumah sakit dapat diperoleh secara lengkap dan menyeluruh. Hal tersebut mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan

(3)

Nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis pada Bab II pasal 2 ayat 1 tertulis bahwa "rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap, dan jelas atau secara elektronik". Untuk mengetahui angka kelengkapan pengisian formulir maka diperlukan analisis kelengkapan pengisian formulir, formulir (dalam hal ini adalah clinical documentation pasien IGD dan rawat jalan pada Electronic Health Record) yang terdapat di pelayanan kesehatan tersier (rumah sakit) berbeda dengan pelayanan kesehatan tingkat lainnya.

Bedasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 1 sampai 31 Agustus 2013 di Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada, masih ada beberapa item-item clinical documentation tersebut yang tidak terisi lengkap, pada studi pendahuluan ini peneliti mengambil contoh sampel dengan menganalisis masing-masing 30 clinical documentation untuk pasien IGD maupun rawat jalan yang berkunjung pada bulan Januari hingga Juli 2013 rata-rata tingkat keterisian hanya mencapai 80% pada rawat jalan dengan perincian nama, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, alamat mencapai 100%, subjective 93.33%, vital signs 70%, physical examination dan objective 60%, assesment & diagnosis 100%, procedures 56.66%, drugs hanya 30%.

Sedangkan untuk pasien IGD rata-rata tingkat keterisian yaitu 81.66% dengan perincian nama, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, alamat mencapai 100%, subjective dan vital signs 90%, physical examination 63.33%, objective 66.66%, assesment & diagnosis 93.33%, procedures 56.66%, drugs hanya 23.33%

Dari hasil tersebut kita dapat mengetahui bahwa keterisian clinical documentation tidak terisi 100% sehingga data yang diterima tidak lengkap

(4)

dan menyeluruh serta membuat coder kesulitan untuk menentukan kode penyakit ketika item diagnosis dan anamnesis tidak terisi lengkap. Hal ini dapat memengaruhi laporan yang dihasilkan, laporan yang dihasilkan menjadi tidak representatif terhadap kondisi yang sesungguhnya terjadi, laporan yang tidak representatif ini apabila dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, maka akan menghasilkan keputusan yang kurang tepat. Oleh karena itu, diperlukan analisis keterisian clinical documentation pasien IGD dan rawat jalan pada Electronic Health Record untuk mengetahui angka keterisian clinical documentation pasien IGD dan rawat jalan pada Electronic Health Record. Setelah mengetahui angka kelengkapan hendaknya bisa dijadikan acuan untuk meningkatkan angka keterisan clinical documentation tersebut.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai angka keterisian clinical documentation pasien IGD dan rawat jalan pada Electronic Health Record maka perlu dilakukan penelitian terkait Analisis Keterisian Clinical Documentation Pasien IGD dan Rawat Jalan pada Electronic Health Record di Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah "Apa saja penyebab ketidakterisian clinical documentation pasien IGD dan rawat jalan pada Electronic Health Record di Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada?"

(5)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut sebagai berikut.

1. Tujuan Umum

Mengetahui kegiatan pelaksanaan pengisian clinical documentation pasien IGD dan rawat jalan pada Electronic Health Record di Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui presentase keterisian clinical documentation pasien IGD dan rawat jalan pada Electronic Health Record di Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada.

b. Mengetahui penyebab ketidakterisian clinical documentation pasien IGD dan rawat jalan pada Electronic Health Record di Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini meliputi manfaat praktis dan manfaat teoritis sebagai berikut.

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Rumah Sakit

Sebagai masukan bagi petugas rekam medis dalam menganalisis keterisian clinical documentation pasien IGD dan rawat jalan pada Electronic Health Record.

(6)

b. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan serta pengalaman dibidang rekam medis terutama dalam menganalisis keterisian clinical documentation pasien IGD dan rawat jalan pada Electronic Health Record.

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan kajian yang berguna untuk pengembangan pendidikan dan metode pembelajaran yang efektif bagi mahasiswa seiring perkembangan teknologi dibidang kesehatan.

b. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan atau acuan dan refrensi untuk mendalami materi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan topik yang hampir serupa.

E. Keaslian Penelitian

1. Putra (2013) dengan judul "Kajian Kelengkapan Data External Cause pada SIMRS Pasien Gawat Darurat Kasus Kecelakaan Lalu Lintas untuk Pembuatan Laporan RL4b (Penyebab Cedera) di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti bermaksud untuk memberikan deskripsi atau gambaran mengenai pelaksanaan pengumpulan data untuk pembuatan laporan morbiditas pasien rawat jalan penyebab kecelakaan (RL 4b), presentase keterisian

(7)

external cause pada SIMRS, serta mengetahui faktor-faktor penyebab tidaklengkapnya data external cause pada SIMRS. Hasil dari penelitian ini memaparkan bahwa pada lembar pasien gawat darurat kasus kecelakaan lalu lintas diketahui bahwa anamnesis terisi pada lembar gawat darurat sebanyak 114 atau 100% dari total 114 berkas yang dijadikan sampel.

Sedangkan untuk hasil analisis keterisian data external cause beserta kode external cause pada SIMRS diketahui sebanyak 114 pasien yang dijadikan sampel, hanya 41 atau 36% yang telah terisi external cause beserta kode external cause. Dengan begitu, maka dapat dikethui bahwa data external cause yang ada pada SIMRS tidak lengkap.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Putra (2013) terletak pada bahasanya yaitu sama-sama membahas tentang menghitung kelengkapan formulir pasien gawat darurat. Perbedaannya penelitian Putra (2013) meneliti kelengkapan data external cause pada SIMRS khusus kasus kecelakaan lalu lintas untuk pembuatan laporan RL 4b (penyebab cedera), sedangkan penelitian ini meneliti tentang keterisian clinical documentation pasien IGD dan rawat jalan pada Electronic Health Record.(EHR) serta faktor-faktor apa saja yang menyebabkan ketidakterisian clinical documentaion.

2. Yuliana (2011) dengan judul "Tinjauan Kelengkapan Lembar Resume pada Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap di RS Santa Elizabeth Bantul"

Jenis Penelitian ini meggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kulaitatif. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui penyebab dan dampak ketidaklengkapannya. Data yang dikumpulkan dan disajikan

(8)

berupa kualitatif yaitu berupa deskriptif atau pendapat responden. Penelitian menggunakan rancangan cross-sectional atau pandekatan silang. Hasil dari penelitian diperoleh data bahwa presentase ketidaklengkapan dari 121 lembar resume adalah 66,12%. Penyebab ketidaklengkapan pengisian lembar resume meliputi: kesibukan dokter dalam praktik sehingga dokter tidak sempat mengisi lembar resume, belum ada petugas khusus yang menangani berkas rekam medis yang belum lengkap karena belum ada pembagian tugas dan tanggung jawab pada masing-masing petugas rekam medis, hubungan antara dokter, perawat, dan petugas rekam medis kurang baik di mana perawat hanya mengingatkan dokter ketika ada himbauan dari petugas rekam medis. Pengaruh ketidaklengkapan penngisian lembar resume meliputi: terhambatnya pemenuhan hak pasien, menghambat proses pembuatan klaim asuransi dan menghambat proses kodefikasi penyakit.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Yuliana (2011) terletak pada bahasannya yang sama-sama menghitung kelengkapan pengisian data pada formulir rekam medis. Perbedaannya penelitian Yuliana (2011) meneliti tentang kelengkapan lembar resume pada lembar rekam medis pada pasien rawat inap, sedangkan penelitian ini meneliti tentang keterisian clinical documentation pasien IGD dan rawat jalan pada Electronic Health Record serta faktor apa saja ya ng menyebabkan ketidakterisian clinical documentation.

3. Fitasari (2009) yang berjudul "Analisis Kelengkapan Lembar Informed Consent Pasien Rawat Inap Bedah Umum di BLUD RSU Banyumas"

(9)

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data secara cross-sectional.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kelengkapan lembar informed consent pasien rawat inap bedah umum dengan analisis terintegrasi dan faktor-faktor yang memengaruhi ketidaklengkapan lembar informed consent dilihat dari sumber daya manusia dan sarana prasarana. Hasil dari penelitian Fitasari (2009) sebagai berikut: lembar informed consent bedah umum terdiri atas tiga lembar yaitu lembar persetujuan operasi, anestesi, dan persetujuan tindakan medik. Peneliti menitikberatkan pada lembar informed consent operasi dan anestesi. Rata-rata kelengkapan data sosial pasien lembar persetujuan operasi 67,9% dan kelangkapan lembar persetujuan anestesi 66,1%. Kelengkapan bukti rekaman persetujuan operasi 30,11% dan lembar persetujuan anestesi 40,86%. Kelengkapan keabsahan rekaman lembar persetujuan operasi 78,2% dan lembar persetujuan anestesi 74,4%. Kelengkapan tata cara mencatat lembar persetujuan operasi 46,9% dan lembar persetujuan anestesi 44,7%. Faktor yang memengaruhi ketidaklengkapan lembar informed consent pasien rawat inap bedah umum yaitu kesibukan dokter, lamanya pasien dalam membuat keputusan, tidak ada petugas analisis data, format lembar kurang efisien.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Fitasari (2009) yaitu pada bahasannya yang sama-sama menghitung kelengkapan pengisian data pada formulir rekam medis. Perbedaannya penelitian Fitasari (2009) meneliti tentang kelengkapan lembar informed consent pasien rawat inap

(10)

bedah umum, sedangkan penelitian ini meneliti tentang keterisian formulir clinical documentation pasien IGD dan rawat jalan pada Electronic Health Record (EHR) serta faktor penyebab ketidak terisian clinical documentation..

4. Aisyah (2013) dengan judul "Faktor-Faktor yang Menyebabkan Ketidaklengkapan Pengisian Lembar Informed Consent Tindakan Bedah Mata di RS. Mata "Dr. Yap" Yogyakarta."

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian tersebut adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitiatif dengan pengumpulan data menggunakan teknik studi dokumentasi, wawancara dan observasi.

Untuk validasi data menggunakan triangulasi sumber dan teknik.

Pengambilan sampel subjek menggunakan purposive sedangkan objek penelitian menggunakan perhitungan sampel acak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan prosentase kelengakapan pada lembar inform consent, faktor penyebab ketidaklengkapan serta dampak dan upaya ketidaklengkapan lembar informed consent. Hasil dari penelitian Aisyah (2013) sebagai berikut terdapat 95 lembar informed consent lengkap dengan prosentase 38,13%, 49 lembar tidak lengkap dengan prosentase 19,41% dan 107 lembar tidak terisi dengan prosentase 42,43% dari 251 berkas yang dianalisis. penyebab ketidaklengkapan terdapat pada sumber daya manusia yaitu dokter dan perawat. Sebagian besar dokter yang melakukan operasi adalah dokter tamu, kesibukan dokter, ketergantungan dokter terhadap perawat, kurangnya kesadaran dokter untuk melengkapi, kurangnya keaktifan perawat untuk melengkapi,

(11)

kurangnya komunikasi perawat dengan dokter. Faktor SDM di atas dalam melakukan pengsian lembar informed consent belum mematuhi peraturan yang ada, Sedangkan peraturannya ( protap & BPPRM) sudah baik hanya saja terjadi ketidakefektifan dalam sosialisasinya. Selain itu faktor lain yaitu belum dilakukannya punishment dan reward. Dampak yang ditimbulkan antara lain waktu operasi dapat berubah diluar rencana jika lembar tidak cepat di isi, tidak memenuhi penilaian dalam akreditasi, menurunnya mutu rekam medis serta menghambat dalam pengolahan data rekam medis.

Namun rumah sakit sudah berupaya untuk menurunkan prosentase ketidaklengkapan dengan cara mengadakan sosialisasi rutin dalam rapat triwulan dan mengembalikan berkas rekam medis kepada dokter disertai memo sebagai petunjuk bagian yang harus dilengkapi.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Aisyah (2013) yaitu pada bahasannya yang sama-sama menghitung kelengkapan pengisian data pada formulir rekam medis. Perbedaanya yaitu penelitian Aisyah (2013) meneliti kelengkapan, faktor penyebab serta upaya ketidaklengkapan pada lembar informed consent sedangkan penelitian ini meneliti kelengkapan dari pengisian clinical documentation pada Electronic Health Record (EHR) serta apa saja faktor penyebab dari ketidakterisian clinical documentation.

F. Gambaran Umum Rumah Sakit Akademik UGM Yogyakarta 1. Sejarah

Berdasarkan Buku Profil Rumah Sakit Akademik UGM Yogyakarta Tahun 2013, Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada pada

(12)

awalnya didirikan dengan peraturan Rektor No. 69/P/SK/HT/2010 tanggal 4 januari 2010 dengan nama HOSPITAL AKADEMIK kemudian diperbarui Rektor No. 245/P/SK/HT/2011 tanggal 1 Maret 2011 dengan nama Rumah Sakit Akdemik UGM.

RS Akademik UGM mendapat ijin pendirian dari Dinas Kesehatan Propinsi DI Yogyakarta berdasarkan Surat Ijin Pendirian Rumah Sakit Umum Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta No. 445/8285/V.2 tanggal 30 September 2011. RS Akademik UGM yang telah beroperasional sejak 3 Maret 2012 ini juga telah mendapatkan perpanjangan ijin operasional sebagai Rumah Sakit Umum berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman tanggal 5 Januari 2013 tentang Pemberian Ijin Operasional Sementara Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada.

RS Akademik UGM terletak di Jl. Kabupaten Lingkar Utara, Kronggahan, Trihanggo, Gamping, Sleman, Yogyakarta, Telp. 0274- 4530303, 0274-4530404, 0274-4530505, dan Fax. 0274-4530606 Website: www.rsa.ugm.ac.id. RS Akademik UGM ini dibangun di atas tanah seluas 44.637 m2 dan luas total kapling bangunan 9.282 m2 (sekitar20,8 % dari luas tanah ). Bangunan RS Akademik UGM berlantai lima seluas 41.866,96 m2 dan memiliki fasilitas area parkir 11.728 m2 (26,27 %), area jalan masuk 6.182,36 m2 (13,85 %) dan area taman hijau 17.444,14 m2 (39,08%).

Telah disebutkan di depan bahwa pada awal didirikan RS Akademik UGM diberi nama Hospital Akademik. Kata hospital dipilih dengan

(13)

idealisme bahwa rumah sakit ini bisa dijadikan tempat yang nyaman bagi orang sakit, tempat dimana orang sakit bisa dilayani oleh tenaga-tenaga yang ramah dan tempat yang nyaman bagi siapapun yang bekerja dan berkunjung ke RS Akademik UGM ini. Kata akademik mencerminkan Tridharma Perguruan Tinggi, dimana rumah sakit ini didirikan untuk memberikan pelayanan yang unggul kepada masyarakat sebagai bagian pengabdian masyarakat yang didukung oleh aktivitas pendidikan dan riset yang unggul pula. Selain layanan prima, dengan menjaga keslamatan pasien, dokter dan SDM kesehatan lain maka yang dihasilkan juga berkualitas unggul. RS Akademik dibangun secara bertahap sesuai dengan strategi pertumbuhan dalam pembangunan dan pengembangannya dengan dana APBN Kemendikbud. RS Akademik UGM didesain dengan konsep mendasar pelayanan kesehatan terpadu dan terintegrasi dalam klaster-klaster dengan multiprofessional team work dan sistem pendidikan klinik “interprofessional and transprofessional “.

Untuk mewadai konsep tersebut RS Akademik UGM dibangun melalui 3 tahapan.

2. Visi dan Misi a. Visi

Menjadi RUMAH SAKIT AKADEMIK yang melaksanakan pelayanan, pendidikan dan riset yang unggul, berkelas dunia, mandiri, bermartabat dan mengabdi kepada kepentingan masyarakat.

(14)

b. Misi

1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan terpadu yang bermutu dengan mengutamakan aspek pendidikan berbasis riset.

2) Melaksanakan pelayanan kesehatan paripurna berdasarkan evidence dan riset IPTEKDOK.

3) Menyelenggarakan riset klinik dan non klinik yang berwawasan global.

4) Melaksanakan pengabdian kepada kepentingan kesehatan masyarakat.

5) Meningkatkan kemandirian Rumah Sakit Akademik dan kesejahteraan karyawan.

3. Motto Rumah Sakit

Motto RS Akademik UGM adalah : “friendly and caring hospital (ramah dan peduli)”, dimana institusi ini berkomitmen mewujudkan rumah sakit yang benar-benar nyaman, sejuk, penuh keramahan dalam pelayanan serta menghadirkan nuansa yang menunjang kesembuhan pasien.

4. Tugas Pokok dan Fungsi

a. Memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna b. Menyelenggrakan pendidikan, penelitian dan pengabdian yang terkait

dengan bidang kesehatan secara terpadu (multi dan/atau interdisiplin) c. Melaksanakan pengamatan dan analisis data pelayanan medis yang

strategis, serta menghasilkan rekomendasi dari hasil analisis dan d. Menyelenggarakan tata-kelola kinerja yang sesuai dengan peraturan

(15)

yang berlaku 5. Fasilitas Pelayanan

a. Klaster Pelayanan Kesehatan Primer 1) Dokter Umum

2) Dokter Spesialis Mata 3) Dokter Spesialis THT

4) Dokter Spesialis Kult Dan Kelamain 5) Ners/Perawat

6) Dokter Spesialis Anak 7) Dokter Gigi

8) Dokter Gigi Spesialis Orthodontologi 9) Dokter Gigi Spesialis Konservasi 10) Dokter Gigi Spesialis Periodontologi 11) Perawat Gigi

b. Klaster Penyakit Dalam Dan Metabolisme 1) Dokter Spesialis penyakit dalam 2) Dokter Spesialis PD (Rheumatologi) 3) Dokter Spesialis PD (Imunologi)

4) Dokter Spesialis PD (Hemato onkologi) 5) Dokter Spesialis PD (Endokrinologi)

6) Dokter Spesialis PD (Gastroentero hepatologi) 7) Dokter Spesialis PD (Geriatri)

8) Dokter Spesialis PD (Penyakit Tropis dan Infeksi) 9) Dietisen

(16)

10) Ners/perawat 11) Farmakologi klinik c. Klaster Jantung Terpadu

1) Dokter Spesialis Penyakit Dalam 2) Dokter Spesialis PD (Pulmonologi)

3) Dokter Spesialis Jantung Pembuluh Darah

4) Dokter Spesialis Bedah Thorax Dan Kadiovaskuler 5) Dokter Spesialis Jantung Anak

6) Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik 7) Fisioterapis

8) Ners/Perawat Jantung 9) Dietisen

d. Klaster Bedah Terpadu 1) Dokter Spesialis Bedah

2) Dokter Spesialis Bedah Urologi 3) Dokter Spesialis Bedah Digestif 4) Dokter Spesialis Bedah Plastik 5) Dokter Spesialis Bedah Saraf 6) Dokter Spesialis Bedah Orthopedi 7) Dokter Spesialis Bedah Onkologi 8) Dokter Spesialis Bedah Anak

9) Dokter Spesialis Bedah Thorak Dan Kardiovaskuler 10) Dokter Spesialis Mata

11) Dokter Spesialis THT

(17)

12) Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik 13) Fisioterapis

14) Ners/Perawat Bedah/Anestesi 15) Dokter Spesialis Anestesiologi e. Klaster Kesehatan Ibu Dan Reproduksi

1) Dokter Spesialis Obsgin

2) Dokter Spesialis Obsgin Onkologi 3) Dokter Spesialis Obsgin Inferlititas 4) Dokter Spesialis Andrologi

5) Dokter Spesialis Obsgin (Uroginekologi) 6) Dokter Spesialis Kulit Dan Kelamin 7) Psikologis Klinis

8) Dokter Spesialis Anestesiologi 9) Ners/Perawat Bedah/Anestesi 10) Fisioterapis

f. Klaster Kesehatan Anak Terpadu 1) Dokter Spesialis Anak

2) Psikologi Anak

3) Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Anak

4) Dokter Spesialis Anak (Nutrisi Dan Metabolisme) 5) Dokter Spesialis Anak (Saraf)

6) Dokter Spesialis Anak (Hemato Onkolgi) 7) Dokter Spesialis Anak (Pulmonologi) 8) Dokter Spesialis Anak (Gastrohepatologi)

(18)

9) Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik

10) Fisioterapis Anak, Terapis Wicara, Terapis 11) Okupasi

12) Ners/Perawat 13) Dietisen

g. Klaster Saraf Dan Perilaku 1) Dokter Spesialis Saraf

2) Dokter Spesialis Bedah Saraf 3) Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa 4) Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik 5) Psikologi Klinis

6) Ners/Perawat 7) Fisioterapis

h. Klaster Ginjal Terpadu

1) Dokter Spesialis PD (Nefrologi) 2) Dokter Spesialis Anak (Nefrologi) 3) Dokter Spesialis Bedah Urologi

4) Dokter Spesialis PD (Sertifikasi Dialisis) 5) Dokter Umum (Sertifikasi Dialisis) 6) Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik 7) Ners/Perawat (Sertifikasi Dialisis) 8) Fisioterapis

i. Klaster Gawat Darurat Dan Perawatan Intensif 1) Dokter Umum

(19)

2) Dokter Spesialis Bedah

3) Dokter Spesialis Emergency/Gawat Darurat 4) Dokter Spesialis Anestesiologi (Intensif Care) 5) Dokter Spesialis Anak (Konsultasi NICU, PICU) 6) Ners/Perawat Gawat Darurat

j. Klaster Diagnostik Terpadu 1) Dokter Spesialis Radiologi 2) Dokter Spesialis Patologi Klinik 3) Dokter Spesialis Patologi Anatomi 4) Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik 5) Analis

6) Ners/Perawat 7) Radiografer

k. Klaster Rehabiltasi Terpadu

1) Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik 2) Fisioterapis, Terapi Wicara, Terapi 3) Okupasi

4) Psikologi Klinik

5) Dokter Spesialis Anak (Saraf Anak) 6) Dietisen

l. Pelayanan tambahan

1) Layanan informasi rawat inap 2) Layanan informasi pelanggan 3) Koperasi minimarket

(20)

4) Mushola

5) Pusat pendidikan dan pelatihan 6) Bank, ATM

7) Pelataran parkir m. Pelayanan pendidikan

1) Fasilitas ruang seminar 2) Fasilitas ruang kelas

(21)

6. Sumber Daya Manusia

Tabel. 1 Tabel Sumber Daya Manusia Di RS Akademik UGM Tahun 2013

No Jenis Jumlah

1 Dokter spesialis penyakit dalam 3

2 Bedah umum 1

3 Obsgyn 2

4 Anak 3

5 Kulit dan kelamin 3

6 Radiologi 2

7 Urologi 1

8 Gigi spesilais ortodonsia 1

9 Bedah orthopedi 1

10 Patologi klinik 2

11 Anestesi 2

12 Gigi spesialis bedah mulut 1

13 THT 1

14 Syaraf 1

15 Mata 1

16 Rehabilitasi medik 1

17 Jantung pembuluh darah 1

18 PD (konsultan ginjal hipertensi) 1

19 Jiwa 1

20 Forensik 1

21 Umum 17

22 Gigi 4

23 Perawat dan ners 120

24 Perawat gigi 3

25 Bidan 8

26 Psikolog 1

27 Apoteker 4

28 Ahli gizi 2

29 Fisioterapi 3

30 Terapi wicara 3

31 Terapi okupasi 1

32 Ortotik prostetik 1

33 Asisten apoteker 1

34 Analisis kesehatan 6

35 Radiografer 7

36 Rekam medis 4

Sumber: Buku Profil RS Akademik UGM Tahun 2013

Referensi

Dokumen terkait

Menjelaskan konsep dasar sistem koordinat kartesius pada persamaan gelombang dan solusinya.. MeT\jelaskan konsep dasar sistem koordinat Silindris pada persamaan gelombang

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila

Beberapa keuntungan pada penggunaan model fungsi keuntungan UOP, yaitu ; (1) deviasi dan tingkah laku maksimisasi keuntungan murni dapat dibentuk dalam kerangka teoritik; (2)

Terjadi peningkatan sebesar 18% untuk capaian pada indikator ketiga tahun 2016 (91%) jika dibandingkan dengan capaian pada tahun 2015 (73%). Peningkatan terlihat dari naiknya

3.3 cacat sangat kecil cacat yang tidak mempengaruhi mutu dan penampilan buah secara umum 3.4 cacat kecil cacat yang sedikit mempengaruhi mutu dan penampilan buah secara umum

Dapat dilihat dari tabel 5.9 dapat diketahui bahwa untuk perbandingan dinas KOMINFO dengan DUKCAPIL didapatkan nilai T-hitung sebesar 0,1768, karena nilai tersebut lebih

Perintah routerTrace digunakan untuk menampilkan hasil trace dari routing protokol dalam hal ini AODV dan OLSR, yaitu perjalanan protokol tersebut dalam mencari

Hubungan Antara Tingkat Pendapatan Keluarga, Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan ibu dengan Status Gizi Anak Balita (studi Kasus di Desa Darsono, Kecamatan Arjasa, Kabupaten