• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Tinjauan Tentang Tindak Pidana Pembunuhan Berencana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "A. Tinjauan Tentang Tindak Pidana Pembunuhan Berencana"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

15 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Tindak Pidana Pembunuhan Berencana A.1 Pengertian Tindak Pidana

Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari istilah strafbaar feit dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Belanda

yang saat ini diterapkan dengan hukum nasional melalui asas konkordansi dengan adanya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Maka dari itu, dalam pengertian delictum, delik, dan strafbaar feit sudah mempunyai istilah yang hampir sama dengan perbuatan yang boleh atau pantas untuk tindak pidana, perbuatan pidana, peristiwa pidana, dan dihukum. Dimana dalam pengertian Delik di dalam KBBI yaitu suatu perbuatan yang bisa terkena hukuman dikarenakan perbuatan tersebut sudah masuk kedalam pelanggaran undang-undang terhadap suatu tindak pidana tertentu.

Makna dari perbuatan tindak pidana sudah secara pasti harus termasuk unsur materiil diamana dalam unsur materiil terdapat sifat yang sudah bertentangan mengenai harapan dalam kehidupan bermasyarakat atau dengan kata lain dalam melawan hukum atau dari istilah belandanya yaitu rechtswirdigkeit, dan unsur formil dimana dengan artiannya mencocoki isi dari rumusan undang-undang yang telah ditetapkan atau dalam istilahnya tatbestandmaszigkeit.

(2)

16 Dalam merumuskan salah satu perbuatan dalam suatu tindak pidana, perbuatan tersebut haruslah perbuatan yang dilarang dengan ancaman pidana yang sesuai dengan subjek dari suatu tindak pidana yang telah dilakukan barang siapa yang melanggar larangan tersebut kedalam undang-undang hukum pidana yang telah tertera. Maka dari itu, suatu perbuatan yang telah dilarang dalam hukum yang dapat diancamkan dengan sanksi pidana sudah bisa disebut sebagai tindak pidana.

A.2 Tindak.Pidana Pembunuhan

Kejahatan yang dapat terjadi dikarenakan perbuatannya dengan sengaja dapat dilihat dari aspek kealpaan atau kesengajaan seseorang hingga menyebabkan hilangnya nyawa orang lain sudah bisa disebut dengan Pembunuhan. Didalam pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan telah dijelaskan sebagai “barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan penjara paling lama 15 tahun”. Dalam kasus sudah bisa dikatakan dalam salah satu rumusan materiil yaitu “menyebabkan sesuatu tertentu” tidak satupun mengungkapkan perwujudan dari suatu tindak pidana. Didalam pasal 338 KUHP Unsur yang bisa disimpulkan ialah :

1. Perbuatan harus dilakukan dengan sengaja, dari factor sengaja tersebut, haruslah terjadi saat itu juga, hal tersebut dimaksudkan agar orang itu langsung mati.

(3)

17 2. Harus menghabisi nyawa orang lain harus “positif” meskipun

perbuatan terebut dilakukan dari hal kecil sekalipun.

3. Suatu perbuatan yang dapat merenggut nyawa seseorang, maka dari itu harus adanya saling berhubungan timbal balik antara perbuatan yang telah dilakukan oleh seseorang yang mengakibatkan kematian orang tersebut.

Didalam pasal 338 KUHP tekandung unsur yang dapat di Tarik inti dari unsur-unsur tersebut yaitu 1. Dengan segaja 2. Menghilangkan nyawa orang lain. Dalam pengertian pidana dapat dilihat menjadi dalam 3 bentuk kesengajaan yaitu :

a. Sengaja dengan tujuan

Kesengajaan memiliki sifat tujuan, dapat disimpulkan yaitu pihak pelaku sudah ingin terjadinya atau mencapai akibat dari kesengejaan yang sudah menjadi dasar pokok dari ancaman hukuman pidana. Dalam arti kesengajaan yang dalam bentuk ini dibedakan menjadi dua teori, yang pertama yaitu teori kehendak dan yang kedua yaitu teori bayangan. Teori kehendak menyatakan bahwa dalam adanya kesengajaan jika dalam suatu perbuatan tersebut menyebabkan akibat dari salah satu tindak pidana yang telah dilakukan oleh pihak pelaku. Berbeda dengan teori bayangan yang memiliki arti jika pihak pelaku memulai melakukan perbuatan tersebut

(4)

18 dengan adanya bayangan yang cukup jelas apabila perbuatan dari pihak pelaku tercapai.”.

b. Sengaja dengan Kepastian

Kesengajaan semacam ini terjadi apabila dari pihak pelaku pelaku dengan perbuatannya tidak bertujuan untuk mencapai akibat yang menjadi dasar dari delict, tapi ia tahu benar bahwa akibat itu pasti akan mengikuti perbuatan itu.

c. Sengaja sebagai kemungkinan

Kesengajaan ini dianggap terjadi jika akibat dari pihak pelaku dituju apabila dalam gagasan hanya ada bayangan dari perbuatan belaka. Maka dari itu kesengajaan tersebut haru ditinjau kembali jika adanya kemungkinan kepastian, bukan hanya tertuju pada kemungkinan, jika dalam perbuatan itu tetap akan dilaksanakan oleh pihak pelaku. Jika perbuatan tersebut masih dilakukan oleh pelaku, bisa ditarik kesimpulan bahwa perlu adanya sebab akibat yang jelas, tidak dikehendaki oleh pihak lain dan kemungkinan hanya akan terjadi hal tersebut, maka dapat dikatakan beban tersebut akan dilaksanakan pertanggung jawaban oleh pihak pelaku jika akibatnya tetap terjadi.

A.3 Tindak Pidana Pembunuhan Berencana

Tindak pidana yang mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang memiliki unsur yaitu dengan adanya salah satu perbuatan

(5)

19 yang dapat hilangnya nyawa seseorang. Lalu dengan adanya unsur kesengajaan yang telah terlaksana yang mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang. Kesengajaan dalam menghilangkan nyawa orang lain dilakukan dengan timbulnya niatan untuk menghabisi nyawa seseorang. Kemudian seseorang atau orang lain yang salah satu unsur yang dapat memberikan kejelasan bahwa jika menghilangkan nyawa seseorang merupakan perbuatan yang telah terbukti terjadi meskipun perbuatan tersebut dilakukan dari hal yang terkecil.

Pembunuhan secara terencana menurut KUH Pidana dalam pasal 340 KUHP tidak boleh adanya hal yang bertentangan dengan isi dari pasal tersebut dalam kata lain, pihak pelaku dan seseorang yang dihilangkan nyawanya tersebut tidak boleh harus dengan orang yang telah ditetapkan kedalam perencanaan itu. Kejahatan yang dapat terjadi dikarenakan perbuatannya dengan sengaja dapat dilihat dari aspek kealpaan atau kesengajaan seseorang hingga menyebabkan hilangnya nyawa orang lain sudah bisa disebut dengan Pembunuhan.

Pembunuhan yang telah direncanakan terlebih dahulu merupakan perbuatan yang dilaksanakan secara sengaja. Hal ini telah terjadi dan telah terbukti secara kuat karena adanya perencanaan terlebih dahulu.

Maka pihak pelaku yang mempunyai jarak waktu yang panjang untuk memikirkan dalam melaksanakan perbuatan pembunuhan tersebut apakah akan dilaksanakan sesuai rencana atau dibatalkan oleh pihak pelaku. Kejahatan yang dilakukan secara sengaja terhadap jiwa atau

(6)

20 nyawa seseorang atau orang lain menurut ahli Satochid Kartanegara terdiri atas :

1. Pembunuhan dengan sengaja/pembunuhan biasa (Doodslag)

2. Pembunuhan dengan sengaja dan yang direncanakan lebih dahulu (Moord)

3. Pembunuhan atas permintaan yang sangat dan tegas dari orang yang dibunuh.

4. Sengaja menganjurkan atau membantu atau memberi sarana kepada orang lain untuk membunuh.

Rumusan pada pasal 340 KUHP, telah diuraikan kedalam beberapa unsur maka akan terjelaskan pada unsur-unsur pasal tersebut diantaranya :

a. Unsur yang menghilangkan atau merampas nyawa pada orang lain itu bisa disebut unsur Obyektif.

b. Unsur obyektif terdiri dari : Unsur kesengajaan. Unsur ajakan bersama sama terlebih dulu.

Di dalam pasal 340 KUHP dalam arti luas, yang meliputi unsur kesengajaan yaitu :

a. Kesengajaan disebut sebagai tujuan utama.

(7)

21 b. Kesengajaan dengan maksud tujuan yang sudah pasti atau

hal tersebut sudah merupakan suatu keharusan.

c. Kesengajaan dengan adanya kesadaran dari pihak tersebut dengan adanya kemungkinan.

Di dalam kasus pembunuhan yang dilakukan secara terrencana menurut ketentuan dalam pasal 340 KUHP tidak boleh bertentangan dengan isi makna dalam pasal tersebut, dari kata lain pihak dari pelaku dan orang yang dihabisi nyawanya itu tidak boleh harus dengan orang yang sudah ditetapkan didalam perencanaan itu.

Pembunuhan berencana merupakan perbuatan yang telah dilakukan dengan dasar kesengajaan oleh pihak pelaku. Ini terbukti karena adanya perencanaan terlebih dahulu, yang berarti pihak pelaku sudah mempunyai niatan pikiran jangka panjang apakah dalam melaksanakan pembunuhan yang akan dilakukannya tersebut akan dilaksanakan atau dibatalkan.

B. Konsep Tentang Pertimbangan Hukum

Dalam suatu tahapan yang dilakukan oleh hakim dalam mempertimbangkan fakta yang sudah terungkap di persidangan, diawali dari pertama gugatan, kedua jawaban, ketiga eksepsi dari pihak tergugat yang telah diperhitungkan dengan alat bukti yang sudah memenuhi dari syarat formil maupun materiil, dan telah

(8)

22 memiliki batas minimal dari suatu pembuktian merupakan pengertian dari Pertimbangan hukum.1

Pertimbangan hukum sudah merupakan jiwa dan intisari dari suatu putusan, terdiri atas pertama analisis, kedua argumentasi, ketiga pendapat atau bisa disebut kesimpulan dari pihak majelis Hakim yang telah memeriksa perkara tersebut. Didalam pertimbangan hukum hakim itu juga bisa dikemakakan analisis dengan jelas berdasar dari Undang-Undang pembuktian diantaranya yaitu :

a. Didalam alat bukti yang telah diajukan oleh pihak penggugat maupun pihak tergugat sudah memenuhi apa saja syarat dari keterangan formil maupun materiil atau belum.

b. Pihak mana yang dahulu yang telah mencapai batas Alat bukti minimal dengan pembuktian dahulu.

c. Dalil gugat dan dalil bantahan apa saja yang telah terbukti di persidangan

d. Sejauh mana nilai dari kekuatan yang dimiliki dari pembuktian oleh kedua belah pihak.

Tahap berikutnya diikuti dengan analisisa hukum apa yang telah dipakai di dalam persidangan tersebut. Berttitik toslsk dengan

1 Pradhita Rika Nagara. 2014. “pertimbangan hukum oleh hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap anak yang melakukan penyalahgunaan narkotika”.Yogyakarta. Jurnal Peradilan dan Penyelesaian Sengketa Hukum, Fakultas Hukum Universitas Atmajaya. Hal 5

(9)

23 anailisis itu, pertimbangan dengan melakukan sebuah argumentasi yang objektik dan lebih rasional, dari pihak mana yang telah mampu untuk membuktikan sebuah dalil gugat atau sebuah dalil bantahan dari ketentuan hukum yang sudah ditetapkan. Hasil dari argumentasi itu, Majelis Hakim sudah bisa menjelaskan dengan pendapatnya dari apa saja yang telah terbukti dan yang tidak terbukti, yang telah dirumuskan menjadi dalam suatu dasar landasan dari penyelesaian perkara yang akan dimasukkan kedalam dictum putusan dengan kata lain disebut sebagai kesimpulan hukum.2

Didalam Undang-Undang nomor 8 Tahun 1981 yang menjelasakan tentang Hukum Acara Pidana, bahwa Hakim adalah pejabat pengadilan negeri yang diberi wewenang oleh Undang- Undang untuk mengadili, memeriksa, dan memutus

C. Konsep Tentang Putusan.Hakim

Dalam bentuk-bentuk penyelesaian perkara melalui pengadilan salah satunya berupa putusan. Ada beberapa bentuk penyelesaian perkara melalui pengadilan dibedakan menjadi 2 macam yaitu : Putusan (vonnis, arrest) dan penetapan (bechiking).

Putusan majelis hakim merupakan suatu pernyataan yang dikemukakan oleh hakim dimana hakim tersebut sebagai pejabat negara yang sudah diberikan wewenang oleh negara, diucapkan di

2 Dra. Nurlen Afriza, MA. 2018. “Tahap-Tahap Dalam Membuat Putusan”. http:/pa- padang.go.id.

(10)

24 muka persidangan dan dengan tujuan untuk menyelesaikan suatu berkas perkara permasalah antara kedua belah pihak atau lebih.

Putusan hakim yang mana telah memberi gambaran saling bertubrukan antara lain yaitu aspek dari sisi keadilan dengan asas kepastian hukum, dalam hal ini hakim akan berpegangan pada aspek keadilan sehingga pada akhirnya hakim akan tidak selalu berpegangan kepada aspek kepastian hukum atau dengan kata lain hukum tertulis (hukum positif)

Jika hakim akan dihadapkan dengan 2 pilihan diantara ketentuan hukum tertulis maupun dengan hukum tidakhtertulis, maka dari itu hakim atau siapa saja yang akan menerapkan sebuah hukum, terlebih dahulu harus mendahulukan ketentuan dari hukum tertulis yang sudah tertera. Namun apabila dalam hukum tertulis tersebut harus dengan pertimbangan dari beberapa aspek diantaranya yaitu 1.

Mendahulukan hukum tertulis jika telah diketahui dengan wajar dan sudah rasional dipahami oleh ketentuan hukum tertulis 2.

Mengutamakan atau mendahulukan hukum non tertulis, apabila dalam ketentuan dalam hukum tidak tertulis merupakan sesuatu yang bisa tumbuh atau kemudian akan menjadi salah satu koreksi penafsiran terhadap aturan hukum tertulis dalam suatu ketentuan.3

Hakim dalam fungsinya sebagai pengadil, sering dihadapkan pada suatu ketentuan yang belum diatur, yang disebabkan karena

3 Edi Rosadi. 2016.

(11)

25 terhambatnya upaya mewujudkan sistem hukum nasional yang mantap. Hakim dalam menjalankan tugas penting di mana hakim haru bisa menyesuaikan dan meyelaraskan undang-undang yang kemungkinan tidak bisa dijalankan menurut dari artinya, hakim juga wajib untuk menafsirkan sehingga dalam suatu putusan dapat memnuhi rasa dari asas keadilan dan sudah sesuai dengan maksud dari hukum itu sendiri.

Di dalam Putusan hakim yang sudah dapat digambarkan dengan benturan dari aspek sisi keadilan dengan sisi aspek kepastian hukum, maka dari itu hakim tersebut akan lebih memilih dalam aspek keadilan sehingga pada akhirnya hakim akan menyimpangi aspek kepastian hukum dalam hal ini biasa disebut dengan hukum tertulis (hukum positif).

pertimbangan majelis hakim itu sudah sesuai dengan ketentuan pasal 197 KUHP dimana isinya menjelaskan bahwa dalam

1. Surat pemidanaan sudah memuat beberapa hal yaitu : a. Pada putusan bagian atas yang sudah diterangkan

berbunyi tentang : “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”;

b. Pertama Nama lengkap, kedua tempat lahir, ketiga umur atau tanggal lahir, keempat jenis kelamin,

(12)

26 kelima kebangsaan, keenam tempat tinggal, ketujuh agama dan pekerjaan pada terdakwa,

c. Adanya dakwaan tertentu, sebagaimana yang sudah terdapat pada surat dakwaan

d. Adanya sebuah pertimbangan yang telah disusun secara singkat mengenai fakta dan keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di siding yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa

e. Terdapat tuntutan pidana, sebagaimana yang sudah terkandung pada surat tuntutan putusan.

f. Didalam Pasal peraturan undang-undang yang sudah menjadi dasar pemidanaan atau Tindakan dan pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dari putusan disertai keadaan yang memberatkan dan yang meringankan terdakwa, g. Adanya Hari dan tanggal diadakannya dan telah

dimusyawarahkan oleh majelis hakim kecuali perkara yang diperiksa oleh hakim tunggal tersebut.

h. Pernyataan yang ada kesalahan pada diri terdakwa, pernyataan tersebut telah terpenuhi semua unsur dalam rumusan tindak pidana disertai dengan

(13)

27 kualifikasinya dan pemidanaan atau Tindakan yang dijatuhkan,

i. Adanya Ketentuan pada siapa biaya perkara yang akan dibebankan oleh siapa dengan menyebutkan berapa jumlahnya dengan pasti dan adanya ketentuan pada barang bukti,

j. Terdapat Keterangan dalam seluruh surat putusan adanya keterangan dan ternyata palsu dengan kata lain dimana letaknya dari kepalsuan tersebut, jika sudah terdapat surat otentik yang dianggap palsu oleh pihak hakim,

k. Adanya perintah untuk terdakwa atau pelaku untuk tetap ditahan atau tetap didalam tahanan atau dengan dibebaskan dengan bersyarat atau tanpa syarat.

l. Adanya Hari dan tanggal didalam putusan tersebut, adanya nama dari penuntut umum, adanya nama hakim yang memutuskan dan nama panitera didalam putusan.

2. Jika Tidak terpenuhinya ketentuan didalam ayat 1 huruf.

a,b,c,d,e,f,g,h,I,j,k, dan l pasal tersebut dapat mengakibatkan batalnya putusan demi hukum.

3. Putusan tersebut dilaksanakan harus dengan segera menurut didalam ketentuan yang terkandung pada undang-undang ini.

(14)

28 D. Konsep Tentang Konsep Keadilan

Dalam keadilan, terdapat hakikatnya yang memerlukan seseorang atau pihak lain yang sudah sesuai hak dan kewajibannya.

Hal ini sudah menjadi kewajiban hak dalam setiap diri masing- masing orang yaitu diakui dan diperlakukan dengan harkat dan martabatnya yang sama dengan derajat yang sudah sesuai, yang sesuai dengan hak dan kewajiban tersebut, tanpa dengan membedakan suatu suku,.derajat, keturunan, harta, pendidikan, agama maupun ras. Hakikat terhadap keadilan dalam UUD 1945, GBHN, dan Pancasila, kata keadilan terdapat pada :

a. Sila ke dua dan ke lima dalam pancasila b. alinea II dan IV pada Pembukaan UUD 1945 c. Visi terdapat pada GBHN 1999-2004

Kata keadilan berawal dengan kata “adil”. Adil pada mulanya dari bahasa Arab “adl” berartihadil. Dalam keadilan jika dilihat dari segi leksikal berarti menyamakan atau sama, maupun sudah setara.

Menurut dari sudut pandang pada masyarakat umum, keadilan berarti menjaga hak masyarakat. Definisi dari keadilan yaitu memberikan hak terhadap orang atau masyarakat yang berhak untuk menerima hak tersebut. Keadilan juga suatu ukuran dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Perwujudan dari sisi hak keadilan tersebut juga diupayakan dengan memberikan adanya jaminan terhadap tegaknya sebuah keadilan.

(15)

29 Pengertian kata adil yang memeberikan penekanan bahwa

“tindakan yang tidak berdasarkan kewenang-wenangan”. Maka dari itu setiap umat dalam manusia telah tertanam sumber dari kebenaran bisa dikatakan dengan hati nurani. Dalam kehidupan bermasyarakat terkait permasalahan keadilan menjadi masalah yang penting dengan memberikan suatu jaminan dalam rasa aman dengan menjalankan segala aktivitas, dan juga HAM juga akan menopang dan memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa.

Dalam rangka memberikan jaminan keadilan di dalam suatu bangsa dan negara, diperlukan peraturan yang disebut Undang- Undang atau hukum. Hukum juga merupakan suatu kesataun sistem norma yang fungsinya untuk mengatur kehidupan bermasyarakat.

Maka dalam hal tersebut ada seseorang merasa bahwa tidak mendapatkan keadilan yang seharusnya ia dapat dalam berkehidupan bermasyarakat, maka hal tersebut bisa diajukan tuntutan. Dari setiap warga masyarakat sangat memerlukan bahan hukum, bisa dikatakan bahwa “dimana ada masyarakat disana ada hukum”. Hukum itu diciptakan dengan tujuan untuk mencegah konflik agar dapat diselesaikan secara terbuka. Pemecahannya tersebut bukan hanya berdasarkan siapa yang sisi kuat atau siapa yang lemah, namun dengan berdasarkan dengan aturan hukum yang berlaku, tidak membedakan antara orang kaya atau miskin dan orang kuat dan orang lemah.

(16)

30 Dalam pemahaman konsep keadilan, konsep keadilan menurut bangsa Indonesia yang kaitannya dengan konsep dari keadilan Pancasila, dalam pengaturan itu dilakukan melalui pengaturan hukum yang bisa mengayomi bangsa, diantaranya yaitu bisa melindungi manusia secara pasif dengan mencegah tindakan sewenang secara aktif dan menciptakan sebuah kondisi dimana kemasyarakatan tersebut yang lebih manusiawi yang memungkinkan pada proses kemasyarakatan secara sewajarnya, hingga bisa tercipta rasa adil bagi setiap manusia. Didalam Aristoteles tentang teori keadilan dapat dilihat dalam hasil karyanya nichomachean ethics, politics, dan rethoric. Spesifik dilihat dalam buku nicomachean ethics, buku itu

sepenuhnya ditujukan bagi keadilan, yang, berdasarkan filsafat hukum Aristoteles, mesti dianggap sebagai inti dari filsafat hukumnya, “karena hukum hanya bisa ditetapkan dalam kaitannya dengan keadilan”.4

Dengan pengertian tersebut maka konsep keadilan menurut pandangan bangsa Indonesia diartikan sebagai suatu kebajikan atau kebenaran. Dalam koneksi antara hukum dengan HAM tersebut telah dijabarkan bahwa pemerintah melalui perangkat peraturan undang- undang, harus bisa menjamin adanya perlindungan hak asasi manusia secara nyata. Didalam ilmu hukum, keadilan tersebut merupakan

4 L. J. Van Apeldoorn, 1996. “Pengantar Ilmu Hukum”, cetakan kedua puluh enam Pradnya Paramita, ,

Jakarta. Hal. 11-12

(17)

31 suatu pemikiran dengan tujuan hukum tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa semua orang mendambakan keadilan, secara gramatikal keadilan itu tidak dapat didefinisikan oleh ilmu hukum, oleh karena itu keadilan harus lebih dikaji dari sudut pandang teoritik dan filosofis. Dalam sisi keadilan secara terkonseptual yang bisa dilihat dari sisi kajian filosofis yang dapat difokuskan pada :

1. Pemikiran klasik terhadap Konsep keadilan

2. Pemikirn zaman modern terhadap Konsep keadilan 3. Sebagai ide Hukum terhadap Konsep keadilan E. Teori Aspek Keadilan Menurut Aristoteles.

Didalam karyanya yang berjudul tentang Etika Nichomachea telah dijelaskan tentang pemikiran tentang keadilan. Aristoteles beranggapan bahwa yang paling keutamaan yaitu dengan taat terhadap hukum sudah bisa dikatakan adalah keadilan. Bisa dikatakan bahwa keadilan merupakan keutamaan yang bersifat umum.

Menurut ahli Aristoteles, dalam dalam teori keadilannya lebih menekankan pada perimbangan atau proporsi. Aristoteles menyebutnya dengan “fairness inhuman action”, Keadilan merupakan Tindakan manusia yang layak. Menurut pandangan Aristoteles, negara dalam segala urusan harus bisa diarahkan kepada cita-cita yang baik yaitu kebaikan, dan kebaikan tersebut haruslah terlihat melalui sisi kebenaran dan keadilan, proporsi terhadap teori

(18)

32 keadilan Aristoteles bisa dilihat dengan apa yang sudah diperbutanya sudah sesuai dengan kesamaan hak dan juga haruslah sama diantara dengan masyarakat orang yang sama.

Keadilan dibedakan menjadi keadilan menjadi keadilan distributive dan keadilan komunikatif yang dikemukakan oleh Aristoteles. Keadilan distributive ialah keadilan yang pada dasarnya menuntut setiap orang untuk mendapat haknya yang sudah menjadi miliknya sejak awal dan sifatnya proporsional. Dari pengertian tersebut maka bisa dikatakan keadilan distributive ini menilai adil apabila setiap orang mendapatkan apa yang menjadi haknya secara proporsional. Keadilan distributive berkenaan dengan ditentukannya hak dan pembagian hak yang adil dalam hubungan antara masyarakat dengan negara, artinya sesuatu yang seharusnya diberikan oleh negara kepada warga negaranya sendiri. Hak yang bisa diberikan negara kepada warganya bisa berupa benda yang tak bisa dibagi (undivided goods) maupun benda yang habis dibagi (divided goods).

Berikut beberapa contoh benda yang tidak bisa dibagi namun dalam sisi kemanfaatan bersama contohnya dalam fasilitas publik, perlidungan baik yang memiliki sifat administratif dan juga fisik serta berbagai hak lain juga, Maka untuk warga negara atau masyarakat juga bisa menikmatinya tanpa menggangu hak orang lain. Dan juga contoh dari benda yang telah habis dibagi merupakan hak atau benda yang bisa ditentukan dan juga bisa diberikan demi untuk memenuhi

(19)

33 kebutuhan antar individu pada masyarakat dan keluarga masyarakat, negara mampu untuk memberikan sepanjang apa yang dibutuhkan oleh para warganya secara rata dan adil.

Dalam hal lain keadilan komutatif juga menyangkut mengenai masalah penentuan hak adil di antara beberapa manusia pribadi yang setara, baik itu fisik pribadi manusia atau antara pribadi non fisik manusia. Hubungan ini merupakan suatu perserikatan atau perkumpulan sepanjang itu tidak dalam arti hubungan antar lembaga dengan para anggotanya. Untuk menentukan hak yang adil atau belum dalam hal ini yang termasuk kedalam keadilan secara komutatif dengan melihat dari hubungan antara perserikatan dengan perserikatan atau hubungan antara perserikatan dengan manusia fisik lainnya. Obyek dari hak milik bermacam-macam mula dari kepentingan mendasar berupa fisik dan moral, hubungan dan kualitas dari berbagai hal, bisa bersifat ekonomis maupun bersifat kekeluargaan, hasil kerja fisik dan intelektual, dan juga bisa sampai kepada hal yang semula belum dipunyai atau diperoleh melalui cara yang sah. Defisini lainnya, keadilan secara komutatif adalah perlakuan terhadap seseorang dengan tidak melihat jasa-jasa yang dilakukan. Contoh keadilan komutatif ialah memperlakukan setiap

(20)

34 orang secara adil. Tidak hanya mendapat haknya, namun juga harus menerima sanksi atau hukuman ketika melakukan suatu kesalahan.5

Hakekat dalam keadilan yang dimaksud ini adalah suatu penilaian terhadap tingkah laku perlakuan seseorang atau tindakan dengan mengkajinya dari suatu norma. Hal ini paling sedikit ada dua pihak yang terlibat, yaitu diantaranya pihak yang sudah membuat adanya perlakuan atau tindakan dan juga pihak lain yang masuk kedalam tindakan tersebut. Pihak yang dimaksudkan tersebut ialah pihak penguasa dan pihak pemerintah, dua pihak tersebut sebagai tokoh yang mengatur dalam kehidupan bermasyarakat melalui isntrumen hukum, dan masyarakat disini sebagai pihak yang memiliki tata cara bertindak dalam negaranya sendiri dan telah diatur oleh ketentuan hukum.

5 Vanya Karunia Putri. "Teori Keadilan Menurut Aristoteles dan Contohnya".

https://www.kompas.com.

Referensi

Dokumen terkait

belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di dalamnya terjadi proses siswa belajar dan guru mengajar dalam konteks interaktif, dan terjadi interaksi edukatif antara guru dan

Hasil dari penelitian ini adalah sebuah alat pendingin ruangan dengan sistem sensor suhu LM35 yang menghasilkan persentase keberhasilan 95% karena tingkat

[r]

Pada diagram 3-1 blok monitoring ATS ketika pada saat sumber PLN padam maka akan menswitch ke sumber UPS, mikrokontroller bekerja membaca sumber arus PLN dan sumber UPS dengan

< = 0,05 (0,026 < 0,05) hal ini menunjukkan H 0 ditolak dan H 1 diterima, dengan tingkat kepercayaan 95 % dikatakan bahwa rata-rata nilai hasil belajar peserta didik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Realitas penggunaan bahasa Indonesia baku pada mahasiswa angkatan angkatan 2016/2017 Prodi PGMI yaitu masih banyak mahasiswa yang

KEMENTERIAN RiSET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BMWIJAYA,

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI.. UNIVERSITAS BRAWIJAYA,