BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum
Kota Semarang adalah ibu kota dari provinsi Jawa Tengah, sekaligus merupakan kota Metropolitan terbesar kelima di Indonesia. Sebagai salah satu kota paling berkembang di Pulau Jawa, Kota Semarang mempunyai jumlah penduduk 1.773.905 jiwa dengan tingkat kepadatan 4.747/km2.
Secara geografis, kota Semarang terbagi menjadi dua wilayah yaitu Semarang Atas dan Semarang Bawah. Daerah dataran rendah di Kota Semarang sangat sempit, yakni sekitar 4 kilometer dari garis pantai. Dataran rendah ini dikenal dengan sebutan kota bawah. Di sebelah selatan merupakan dataran tinggi yang dikenal dengan sebutan kota atas.
Kota Semarang terletak dalam koordinat 6o 58’0 “ Lintang Utara dan 110o 25’0” Bujur Timur. Dengan batas-batas sebagai berikut:
Utara : Laut Jawa
Selatan : Kabupaten Semarang
Timur : Kabupaten Demak
Barat : Kabupaten Kendal
Kota Semarang merupakan ibu kota dari Provinsi Jawa Tengah yang menjadi pusat kota. Di Kota Semarang merupakan kota yang terletak strategis dekat dengan jalur pantura yang menghubungkan beberapa kota di Provinsi Jawa Tengah. Suatu hal yang menarik pada Kota Semarang adalah banyak terdapatnya pusat-pusat perbelanjaan, tempat bersosialisasi, maupun tempat hiburan yang lainnya. Hal yang
35
menarik dari kota ini adalah banyaknya Gay yang terdapat di kota ini yang berlatar belakang beragam untuk dijadikan penelitian.
Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah kota Semarang, dan Gay yang dipilih adalah gay yang terdaftar di sebuah LSM Semarang Gaya Community di kota Semarang dan pernah mendapat pendampingan untuk melakukan tes HIV. Di LSM Semarang Gaya Community ini banyak terdapat gay yang telah mendapat pendampingan untuk melakukan tes HIV, karena tes HIV sangatlah penting dilakukan untuk mereka.
Kawasan Jalan Pahlawan merupakan salah satu tempat berkumpul komunitas Gay, karena tempat tersebut merupakan pusat keramaian yang selalu menjadi tempat berkumpul untuk semua orang. Karena, di jalan tersebut merupakan salah satu pusat kota yang selalu menjadi tempat hiburan untuk sebagian warga Semarang.
Kaum gay pada jaman sekarang sudah tidak malu lagi untuk menunjukkan jati dirinya, mereka juga sering terlihat di mal, cafe, atau klub malam yang menjadi alternatif berikutnya untuk hiburan. Di klub malam perkumpulan gay terjadi setiap Rabu malam. Dengan ciri yang selalu memakai baju ketat bewarna cerah neon dan tidak lupa memakai anting sebelah kiri. Tapi ada juga yang selayaknya pria normal yang memakai setelan jas atau yang lainnya. Gay memiliki gaydar atau gay radar untuk mengetahui satu sama lain, selain gaydar tiap komunitas memiliki suatu tanda tersendiri untuk teman se komunitasnya.
Untuk membahas kaum gay yang terdapat di kota Semarang, peneliti melakukan wawancara mendalam pada beberapa anggota komunitas gay yang tergabung dalam LSM. Di komunitas gay para anggota berasal dari latar belakang yang berbeda, seperti Perawat, Pekerja kantoran, Penyiar Radio, PNS, Dokter dan lain- lain.
Pada observasi yang peneliti lakukan, ketika melewati daerah Pahlawan di depan salah satu bank swasta banyak Kelompok gay yang sedang duduk-duduk dipinggir jalan untuk melakukan pembahasan kegiatan edutaiment yang akan dilakukan oleh LSM Semarang Gaya Community bersama teman-temannya. Selain kegiatan edutaiment kegiatan lain yang dilakukan oleh LSM Semarang Gaya Community adalah menjalankan program tes HIV/AIDS bersama.
Kegiatan tes HIV/AIDS ini mempunyai jadwal yang selalu dilakukan untuk memberikan program kontribusi kepada gay untuk melakukan tes HIV/AIDS. Di puskesmas Lebdosari kegiatan ini dilakukan pada hari Rabu minggu ke 2, untuk puskesmas Poncol dilakukan Rabu pada minggu ke 3 sedangkan untuk puskesmas Halmahera pada hari Jumat minggu ke 5.
Selain melakukan kegiatan tes HIV/AIDS secara suukarela, LSM juga menggadakan kegiatan HIV Concelling dan Testing atau biasa disebut HCT. HCT sendiri adalah program tes HIV dengan cara dengan ada paksaan, berbeda denga VCT yang dilakukan atas dasar sukarela.
Peneliti tahu bahwa yang sedang berkumpul di salah satu depan bank swasta di jalan Pahlawan itu gay karena peneliti mengunjungi mereka dengan ketua LSM Semarang Gaya Community. Dari hasil wawancara bersama LSM Semarang Gaya Community, gay yang berada di kawasan pahlawan merupakan kelompok gay dampingan LSM Semarang Gaya Community.
Dalam menemukan subjek penelitian, peneliti dibantu oleh ketua LSM Semarang Gaya Community, dalam menemukan subjek penelitian yang pertama untuk yang peneliti sebut sebagai SP1, saat itu memakai kaos warna hitam dipadukan dengan celana jeans biru tua SP 1 terlihat gagah dan tidak terlihat kalau dia penyuka sesama jenis, dengan rambut lurus dan berwarna hitam legam. Sangatlah mudah
untuk mendekati SP 1 karena orangnya sangat terbuka untuk melakukan wawancara.
Peneliti kemudian melakukan wawancara terhadap SP 1. SP 1 sudah berumur 26 tahun, dan tinggal di Semarang, SP1 telah mempunyai pasangan dan menjalin hubungan dengan pasangan sudah berjalan 4 bulan, pendidikan terakhir adalah Sarjana Hukum, SP1 bekerja di suatu kantor Notaris. Awal mula SP1 menjadi gay karena seringnya disakiti oleh wanita, SP1 menggalami trauma yang sangat mendalam, ketika mengalami frustasi yang berat SP1 mendapat seorang teman pria ketika berada di tempat hiburan malam di Semarang, perkenalan mereka membuat saling cocok, hingga menimbulkan rasa saling sayang lalu tumbuh menjadi cinta.
SP2 ditemukan dengan bantuan dari LSM Semarang Gaya Community, ketika bertemu SP2, berusia 24 tahun, dengan ciri badan kurus dengan potongan rambut pendek memakai kaos warna putih dan celana pendek hijau, merupakan lulusan D3 Komunikasi di salah satu universitas negeri di kota Semarang, lama menjadi gay sejak dia berusia 8 tahun, dari usia 8 tahun sampai 24 tahun tidak pernah menyukai wanita sama sekali dan ketika ditanya alasannya SP 2 tidak menyukai wanita dari usia 8 tahun dikarenakan SP 2 memiliki seorang ayah yang bekerja sebagai Aparat Negara, ketika SP 2 berada dirumah sendiri ayah SP 2 mengajak untuk berhubungan seksual, karena ayah SP2 mengatakan bahwa hubungan seperti ini sudah menjadi hukuman ketika ayah SP 2 melakukan pendidikan.
Hingga saat ini SP 2 masih sering berhubungan seksual karena ibu SP 2 sudah bercerai sejak SP 2 masih duduk di bangku SMP karena mengetahui kelainan seksual suaminya. Sampai sekarang ayah dan SP 2 tinggal secara bersama.
SP3 ditemukan dengan bantuan LSM Gaya Community, berusia 22 tahun paling muda diantara responden yang lain. Merupakan lulusan D3 Komputer dengan ciri rambut diwarna kemerahan dan dipotong pendek, ketika bertemu peneliti memakai
kemeja warna biru muda dan celana jeans biru tua, dengan memakai tas tangan warna cokelat muda. Menjadi gay sejak usia 19 tahun, awal mula menjadi gay ketika kuliah mempunyai teman dengan orientasi seksual yang menyimpang akibat dari pergaulan yang bebas dan tidak terpantau oleh orang tua tersebut akhirnya SP 3 menjadi gay.
Menemukan SP 4 ini dibantu oleh LSM gay, usia 28 tahun dan bekerja sebagai perawat di rumah sakit swasta di Semarang. Menjadi gay karena banyak teman- teman kuliah SP 4 yang mempunyai orientasi seksual yang menyimpang ketika bertemu dengan peneliti SP 4 masih memakai seragam perawatnya, dengan model rambut pendek dan berkacamata.
Gaya bicara yang halus dan sangat dewasa ketika peneliti memberi pertanyaan untuk wawancara SP 4. Menurut SP 4 menjadi gay merupakan hal yang tidak salah untuknya, bahkan orang tua dari SP 4 ini sangat mendukung dengan orientasi seksual anaknya.SP 4 merupakan subjek penelitian yang paling dewasa diantara yang lain karena usia SP 4 sudah 28 tahun.
Kelompok gay dampingan LSM Semarang Gaya Community ini memang sangat hati-hati melakukan seks bebas, karena selain banyak diberi penyuluhan oleh LSM, mereka juga mengetahui tentang bahaya seks bebas dan sering berganti-ganti pasangan, karena tingkat pendidikan yang merupakan lulusan universitas juga berpengaruh terhadap pola pikirnya.
B. Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian dan karakteristik
I II III IV
Nama Inisial SP1 SP2 SP3 SP4
Umur 26 tahun 24 tahun 22 tahun 28 tahun
Pendidikan S1 Hukum D3
Komunikasi D3 Komputer
S1 Perawat Domisili Semarang Semarang Semarang Semarang Sejak kapan jadi
gay
Umur 19 Umur 8 Umur 19 Umur 23
Dalam penelitian ini, subjek yang menjadi penelitian adalah kelompok gay dampingan LSM Semarang Gaya Community, dan karakteristik mereka yang beragam. SP 1 merupakan subjek penelitian ini, berusia 26 tahun, dengan pendidikan terakhir mendapat gelar Sarjana Hukum, SP 1 tinggal di Semarang dan menjadi gay sejak usia 19 tahun. Subjek penelitian selanjutnya adalah SP 2, berusia 24 tahun, dengan pendidikan terakhir D3 Komunikasi bertempat tinggal di Semarang dan menjadi gay sejak usia 8 tahun karena pernah melakukan hubungan seksual dengan sang ayah.
Subjek penelitian berikutnya adalah SP 3 berusia 22 tahun, merupakan responden termuda dari yang lainnya, karena berusia 22 tahun, pendidikan terakhir D3 Komputer dan menjadi gay sejak usia 19 tahun. Responden berikutnya adalah SP 4 responden yang beusia 28 tahun ini merupakan salah satu perawat rumah sakit di salah satu kota Semarang, menjadi gay sejak usia 23 tahun Dari keempat subjek penelitian tersebut 3 orang responden menjadi gay sejak usia remaja dan 1 orang responden sejak masih anak-anak.
Pengambilan subjek penelitian ini sesuai dengan karakteristik yang ditentukan oleh peneliti dan kelompok gay yang merupakan dampingan dari LSM Semarang Gaya Community.
Semua subjek penelitian tidak setiap hari berada di LSM Semarang Gaya Community, karena mereka semua bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing. Peneliti menemui mereka bersama informan kunci LSM Semarang Gaya Community ketika mereka sedang berkumpul di Jalan Pahlawan.
Kelompok gay yang menjadi subjek penelitian sebagian besar mempunyai pekerjaan yang bagus, oleh karena itu mereka tidak kekurangan dari segi materi yang mereka punya.
Mereka juga dari keluarga mampu. Sebagian besar mereka menjadi gay dikarenakan mencoba berhubungan dengan sesama jenis ketika duduk di bangku kuliah, dan akhirnya menjadi nyaman dan tidak ingin lagi berhubungan dengan wanita.Bahkan dua subjek penelitian ada yang menjadi gay saat duduk dibangku SMA. Sebagian besar kelompok gay yang menjadi subjek penelitian mereka tidak mempunyai pasangan atau bisa mereka sebut BF atau boyfriend.
Kelompok gay dampingan LSM Semarang Gaya Community ini memang sangat hati- hati melakukan seks bebas, karena selain banyak diberi penyuluhan oleh LSM, mereka juga mengetahui tentang bahaya seks bebas dan sering berganti-ganti pasangan, karena tingkat pendidikan mereka juga berpengaruh terhadap pola pikirnya.
C. WAWANCARA MENDALAM PADA RESPONDEN UTAMA
1. FAKTOR KOGNITIF
Faktor Kognitif yang dimaksud disini adalah faktor pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan perilaku individu dalam konteks sosial dan teman sebaya dari subjek penelitian. Hasil wawancara sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang tes HIV/AIDS
Semua subjek penelitian telah menjelaskan tentang manfaat tes HIV/AIDS, mereka juga tahu akan pentingnya tentang tes HIV/AIDS ini bagi mereka. Semua subjek penelitian juga menjawab manfaat tes HIV/AIDS dengan jawaban yang mirip. Hal ini dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut
“Tes untuk mengetahui tentang status HIV seseorang”
SP 2
salah seorang responden menjawab dengan jawaban seperti yang diatas. Semua subjek penelitian juga telah dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dan menjawab dengan benar.
Tes HIV/AIDS dilakukan menurut subjek penelitian perlu karena subjek penelitian bisa mengetahui status HIV mereka dan menjadi sesuatu hal yang penting untuk dilakukan , karena kelompok gay memang berisiko untuk terkena HIV.
2. Tahapan untuk melakukan tes HIV
Semua subjek penelitian mampu menjelaskan tahapan-tahapan apa yang dilakukan ketika tes HIV/AIDS. Mereka menjelaskan dengan sangat jelas dan teprinci tentang tahapan-tahapan yang dilakukan untuk melakukan tes HIV/AIDS. Bagi subjek penelitian mereka bisa mejelaskan tentang tahapan-tahapan yang dilakukan untuk tes HIV/AIDS.
Salah satu jawaban yang didapat dari responden utama mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan untuk tes HIV/AIDS seperti salah satu kutipan dibawah ini
“ pertama konseling sebelum tes, habis itu dilakukan tes nya dilakukan, tahap berikutnya ada konseling post test “,
SP 2
salah satu jawaban dari responden yang merupakan gay dampingan dari LSM Semarang Gaya Community.
Kelompok gay juga tahu bagaimana proses yang dilakukan ketika mereka melakukan tes HIV/AIDS, karena mereka melakukan tes HIV/AIDS dan kelompok gay juga tahu kenapa dilakukan tes HIV/AIDS untuk mereka.
Jawaban semua Subjek Penelitian sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh LSM. Berdasarkan dari informasi LSM, mereka mampu menjelaskan tahapan- tahapan untuk tes HIV/AIDS karena mereka sebagian besar sudah malakukan tes HIV/AIDS, selain diberi penyuluhan untuk tes HIV mereka juga diberikan saran untuk tes HIV secara sukarela.
3. Tempat untuk T es HIV/AIDS
Semua subjek penelitian tahu untuk melakukan tes HIV/AIDS dilakukan. Banyak kelompok gay yang melakukan tes HIV/AIDS ditempat yang telah ditunjuk oleh LSM Semarang Gaya Community untuk melakukan tes HIV. Tempat yang ditunjuk oleh LSM Semarang Gaya Community untuk melakukan tes HIV/AIDS adalah Rumah Sakit dr.
Kariadi, dan dua Puskesmas yang bekerja sama dengan LSM yaitu Puske smas Halmahera dan Lebdosari. Berikut adalah merupakan kutipan wawancara dari salah satu subjek penelitian
“ tempat di rs. Kariadi, ato puskesmas yang ditunjuk LSM, puskesmas Lebdosari ato Halmahera”
SP 1
Semua subjek penelitian menyebutkan bahwa tempat dilakukan tes HIV/AIDS sadalah rumah sakit dr. Kariadi Semarang dan Puskesmas yang bekerja sama dengan LSM yaitu Puskesmas Lebdosari dan Puskesmas Halmahera. Dan keempat subjek penelitian melakukan tes secara bersama dan sukarela tanpa adanya paksaan dari pihak tertentu.
4. Pencegahan HIV/ AIDS
Sebagian besar subjek penelitian mampu untuk menjelaskan mengenai pencegahan HIV/AIDS. Semua subjek penelitian mengatakan bahwa pemakaian kondom untuk berhubungan seks anal akan aman dan terhindar dari infeksi HIV.
Sedangkan untuk pencegahan berikutnya semua subjek penelitian mengatakan bahwa tidak melakukan hubungan seksual dengan cara berganti-ganti pasangan juga dapat terhindar dari infeksi HIV.
Sebagian besar subjek penelitian menyarankan penggunaan kondom dan tidak berganti-ganti pasangan seksual, karena gay merupakan kelompok yang paling berisiko untuk terinfeksi HIV, karena hubungan seksual mereka dengan anal seks dan selalu berganti-ganti pasangan seksualnya.
5. Hasil tes Positif
Sebagian besar subjek penelitian dapat memberikan jawaban yang jelas terhadap tes HIV/AIDS dan bila hasilnya positif. Mereka mengatakan bila tes HIV/AIDS mereka positif mereka akan diberikan dukungan penuh untuk perwatan tambahan seperti informasi perawatan. Bukan hanya itu saja, bahkan bila perlu pemeriksaan CD 4 dan penggobatan ARV harus dilakukan.
Selain itu LSM juga akan memantau terus bagaimana perkembangan gay yang terinfeksi HIV tersebut. Menurut salah satu dari subjek penelitian bahwa pemberian dukungan penuh dari konselor sangat dibutuhkan, mengingat bahwa HIV merupakan penyakit mematikan yang akan membuat mental mereka jatuh, dan untuk itu konselor juga menyarakan bahwa pemeriksaan CD 4 sebagai lanjutan atas saran dari konselor.
Dan bila perlu pengobatan ARV juga harus dilakukan.Untuk memantau keadaan mereka yang terinfeksi HIV, mereka dibantu oleh pelaporan dari teman sebaya yang tergabung dalam komunitas.
Dan dari semua jawaban subjek penelitian sesuai dengan informan crosscheck.
6. Hasil Negatif
Sebagian besar subjek penelitian juga dapat memberi penjelasan bila tes HIV/AIDS hasilnya negatif. Mereka diberikan pesan-pesan pencegahan HIV/AIDS, saran untuk selalu menggunakan pengaman bila berhubungan seksual dan tidak berganti-ganti pasangan.Menurut salah satu dari keempat subjek penelitian bahwa jika hasil dari tes HIV tersebut negatif maka diberikan pesan-pesan pencegahan dari konselor agar berhati-hati dalam melakukan hubungan seksual, lalu tidak berganti-ganti pasangan seksual dan bila perlu memakai kondom untuk mencegah virus HIV masuk. Dan jika mempunyai pasangan
segera untuk menyuruh [pasangan melakukan tes HIV juga, karena pasangan juga belium tentu bebas dari HIV.
7. Gay berisiko terkena HIV/AIDS
Sebagian besar subjek penelitian bisa menjelaskan kenapa gay berisiko sekali terhadap HIV/AIDS. Mereka juga menjelasakan seringnya berganti-ganti pasangan seksual menyebabkan seseorang bisa terinfeksi HIV/AIDS dan tidak menggunakan kondom.Salah satu responden mengatakan bahwa kelompok gay berisiko terinfeksi HIV karena gay suka sekali berganti-ganti pasangan, dan terkadang dalam melakukan hubungan seks secara anal mereka juga enggan menggunakan kondom. Padahal hubungan lewat dubur atau biasa disebut anal seks sangat berisiko sekali penularan penyakit infeksi HIV.
Sebagian besar subjek penelitian juga mengatakan bahwa pola hubungan seksual gay itu berisiko untuk tertular HIV karena pola hubungan gay yang dilakukan secara anal seks dapat menyebabkan penularan virus HIV.
2. FAKTOR PERILAKU
Faktor perilaku sendiri merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kelompok gay yang melakukan tes HIV/AIDS. Salah satu yang berpengaruh adalah efikasi diri atau persepsi diri mengenai seberapa baik diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu . Praktik untuk melakukan tes HIV/AIDS merupakan contoh efikasi diri.
Hasil wawancara peneliti dengan subjek peneliti terhadap faktor perilaku sebagai berikut:
1. Pernah melakukan tes HIV/AIDS
Sebagian besar subjek penelitian mengatakan pernah melakukan tes HIV/AIDS.
Mereka melakukan tes HIV/AIDS untuk mengetahui status HIV mereka, karena mereka
mengetahui manfaat besar tentang tes HIV/AIDS. Sebagian besar subjek penelitian melakukan tes HIV/AIDS tanpa adanya suatu paksaan dari pihak manapun, selain itu mereka mereka melakukan tes karena mereka terdaftar sebagai anggota LSM Semarang Gaya Community. Sebagian besar subjek penelitian melakukan tes HIV/AIDS ketika program dari LSM mengenai anjuran tes HIV dijalankan.
Semua subjek penelitian juga mengatakan mereka melakukan tes HIV/AIDS ketika program untuk tes HIV yang dilakukan oleh LSM Semarang Gaya Community dijalankan, dan semua subjek penelitian juga mengetahu manfaat dilakukan tes tersebut untuk mereka. Salah satunya “ untuk tahu mas status HIV , “ yang merupakan kutipan jawaban dari semua subjek penelitian.
Semua subjek penelitian juga penelitian juga mampu menjelaskan tahapan- tahapan yang dilakukan untuk melakukan tes HIV/AIDS, karena mereka juga sebelumnya diberikan penyuluhan terhadap tahapan-tahapan tes HIV .
2. Tempat melakukan tes HIV/AIDS
Semua subjek penelitian tersebut menjawab mereka melakukan tes HIV/AIDS di salah satu rumah sakit Semarang. Dan mereka menyebutkan satu tempat yang sama yaitu di Rumah Sakit Dr. Kariadi. Semua subjek penelitian melakukan tes HIV/AIDS di rumah sakit dr. Kariadi karena pada saat itu jadwal yang telah ditetapkan oleh LSM untuk melakukan tes HIV/AIDS jatuh di rumah sakit dr. Kariadi
Berikut salah satu kutipan wawancara dari responden
“ saya melakukan tes di Rumah Sakit dr. Kariadi mas”.
SP 2
3. Biaya untuk melakukan tes HIV/AIDS
Semua subjek penelitian mengatakan bahwa untuk melakukan tes HIV/AIDS tidak dipungut biaya sama sekali atau gratis. Kelompok gay tidak dipungut biaya untuk melakukan tes HIV karena program ini memang tempat untuk menyediakan tempat untuk kelompok yang berisiko tinggi terkena HIV. Salah satu responden utama mengatakan
“gratis mas, gak bayar kok tes HIV nya”.
SP 2
Dari hasil wawancara terhadap semua responden bahwa melakukan tes HIV/AIDStidak dipungut biaya karena tes HIV secara bersama merupakan program dari LSM yang bekerja sama dengan pemerintah.
4. Cara melakukan tes HIV/ AIDS
Semua subjek penelitian dapat memberikan penjelasan secara terperinci mengenai tata cara melakukan tes HIV/AIDS, Mereka mengerti akan tahapan-tahapan secara berurutan mengenai tes yang dilakukan. Subjek penelitian juga menjelaskan tentang tahapn tes HIV ini dengan sangat pelan dan teratur, karena subjek penelitian tidak ingin akan terlewatkan sedikitpun keterangan yang mereka jelaskan. Salah satu subjek penelitian memberikan jawaban sebgai berikut
“cara pertama kita melakukan pra konseling sebelum tes, klo kita setuju untuk tes kita diambil sampel darahnya mas, setelah diambil sampel darahkita suruh tunggu hasilnya”.
SP 2
5. Alasan Melakukan tes HIV/AIDS
Semua subjek penelitian telah melakukan tes HIV/AIDS, mereka melakukan tes dengan manfaat dapat mengatahui bagaimana kondisi atau status HIV mereka. Mereka juga berpendapat bahwa dengan melakukan tes HIV dapat memantau keadaan mereka apakah sudah terinfeksi HIV atau belum. Dan berikut salah satu kutipan wawancara terhadap subjek penelitian.
“ Supaya tahu status HIV saya mas “
SP 2
Semua subjek penelitian juga mengatakan akan pentingnya melakukan tes HIV karena salah satu faktor resiko yang berhubungan dengan tingginya angka HIV adalah kaum Homoseksual.
3. FAKTOR LINGKUNGAN
Dalam penelitian ini faktor lingkungan adalah faktor yang terdapat pengaruh satu sama lain atau hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih dan masing-masing yang terlibat didalamnya memainkan peran secara aktif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, faktor lingkungan sangatlah berpengaruh terhadap kelompok gay yang melakukan tes HIV/AIDS.
Hasil wawancara subjek penelitian dengan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai teman sebaya untuk mengajak tes HIV/AIDS
Semua subjek penelitian mempunyai teman sebaya / peer untuk mengajak tes HIV. Tetapi kelompok gay tersebut melakukan tes HIV/AIDS tersebut karena tahu manfaat dari tes tersebut dan bukan karena pengaruh teman sebaya.
Sebagian besar subjek penelitian di penelitian ini mempunyai pola pikir yang sangat bagus akan pentingnya resiko yang akan diderita bila mereka tidak melakukan untuk melakukan tes HIV.
2. Teman sebaya/ peer sudah melakukan tes HIV/AIDS
Semua subjek penelitian mengatakan bahwa mereka mempunyai teman sebaya/peer yang telah melakukan tes HIV/AIDS. Dan teman sebaya responden melakukan tes HIV/AIDS tanpa adanya pengaruh dari orang lain, mereka juga tahu tentang manfaat tes HIV/AIDS bila melakukan. Bahkan ketika melakukan tes HIV responden dan teman sebaya melakukan dengan sangat antuasias, karena dilakukan secara bersama kelompok komunitas gay di Semarang merupakan
3. Tes HIV/ AIDS karena mengikuti ajakan teman sebaya
Semua subjek penelitian mengatakan bahwa mereka melakukan tes HIV/AIDS tidak karena ajakan teman sebaya atau pengaruh dari orang lain, mereka melakukan tes HIV/AIDS dengan pertimbangan mereka sendiri, karena LSM telah memberikan penjelasan mengenai manfaat tes tersebut. Selain itu tes HIV/AIDS merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh kelompok gay, karena mereka merupakan salah satu kelompok paling berisiko untuk terinfeksi HIV.
Sebagian besar subjek penelitian mengatakan bahwa teman sebaya, pasangan gay dan LSM tidak mempengaruhi mereka untuk melakukan tes HIV, karena
pengetahuan mereka akan pentingnya melakukan tes HIV ini karena mereka merupakan salah satu kelompok penyumbang angka HIV.
4. LSM mengajak komunitas untuk melakukan tes HIV/AIDS.
Semua subjek penelitian mengatakan bahwa LSM mengajak komunitas mereka semua untuk melakukan tes HIV/AIDS secara bersama dan sukarela tanpa adanya suatu paksaan dari pihak manapun.
LSM Semarang Gaya Community sendiri selalu memantau kelompok gay dampingan mereka, gay yang terdaftardalam LSM tersebut juga selalu mendapatkan penyuluhan tentang kegiatan yang bersifat positif untuk anggotanya, salah satunya dengan mengajak tes HIV secara bersama dan tidak dengan adanya suatu paksaan.
Menurut kelompok gay sendiri peran LSM sangat penting, mereka tahu jika mereka tidak tergabung dalam LSM gay tersebut mereka tidak tahu akan melakukan apa jika terinfeksi HIV. Dalam kelompok gay ini yang terdaftardalam LSM ketika ada yang positif terkena HIV mereka terus dipantau berkembangannya baik dalam kota maupun di luar kota. LSM juga bekerja sama denganpemerintah dalam melakukan tindakan ini salah satunya dengan memberikan perawatan medis gratis bagi gay yang sudah terinfeksi HIV.
5. Kapan LSM mengajak untuk melakukan tes HIV/AIDS
Semua subjek penelitian mengatakan LSM mengajak untuk melakukan tes HIV/AIDS saat program tes HIV/AIDS dilakukan oleh LSM Semarang Gaya Community. Menurut semua subjek penelitian mereka diajak untuk LSM untuk melakukan tes HIV/AIDS supaya mengetahui tentang manfaat melakukan tes HIV/AIDS.
6. Gay tidak mau melakukan tes HIV/AIDS
Semua subjek penelitian mengatakan bahwa gay yang didampingi LSM Semarang Gaya Community jika tidak mau untuk melakukan tes HIV/AIDS tidak akan dikenakan hukuman, menurut semua subjek penelitian bahwa kelompok gay yang tidak mau melakukan tes HIV tidak akan dipaksa untuk melakukan, karena menurut semua subjek penelitian akan dikembalikan ke pribadi masing- masing.
7. Kendala mengajak kelompok gay untuk melakukan tes HIV/AIDS
Semua subjek penelitian mengatakan tidak ada kendala untuk mengajak tes HIV/AIDS. Semua gay mengikuti tes dengan sangat lancar dan tertib. Semua subjek penelitian juga mengatakan bahwa kegiatan untuk mengajak tes HIV/AIDS pada kelompok gay tidak ada kendala.
8. Tanggapan mengenai LSM Semarang Gaya Community
Semua subjek penelitian mengatakan bahwa tanggapan mereka mengenai LSM sangatlah bagus, kerena mereka mengadakan program dan mengajak kelompok gay untuk melakukan hal yang sangat baik sepeti tes HIV/AIDS.Untuk itu semua subjek penelitian melakukan kegiatan yang diadakan oleh LSM Semarang Gaya Community dengan senang hati bahwa kegiatan yang dilakukan oleh LSM merupakan hal yang positif untuk dilakukan. Berikut merupakan salah satu wawancara dari salah satu responden mengenai pendapat mereka tentang kinerja LSM Semarang Gaya Community.
“ Sangat bagus mas, karena LSM mempunyai program yang tahu tentang kebutuhan untuk kelompok gay “
SP 2
Semua subjek penelitian juga menerima kegiatan ini dengan positif, bahwa dengan adanya kegiatan tes HIV/AIDS secara bersama merupakan sesuatu yang mereka bisa peroleh tentang manfaatnya ketika program tes HIV/AIDS ini dilakukan.
D. WAWANCARA MENDALAM PADA INFORMAN CROSSCHECK
Keterangan jawaban wawancara dari subjek penelitian utama dapat diketahui kebenarannya melalui informan crosscheck lima orang yang dianggap tahu mengenai informan tersebut. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber untuk melakukan wawancara crosscheck adalah dua anggota dari LSM Semarang Gaya Community , satu orang pasangan gay, dan dua orang teman sebaya.
Karakteristik informan crosscheck dalam penelitian ini ada dua orang yang merupakan pengurus dari LSM Semarang Gaya Community dengan inisial IC1 dan IC2.
IC1 merupakan ketua dari LSM Semarang Gaya Community, berusia 38 tahun dengan ciri khas tubuh tinggi dan kurus, mempunyai pekerjaan sebagai perias pengantin, bertempat tinggal di Semarang, dan pendidikan terakhir SMA.
Informan berikutnya adalah Ic2 merupakan sekretaris dari LSM Semarang Gaya Community, berusia 22 tahun, mempunyai ciri khas tubuh atletis tinggi dan mempunyai warna kulit kecokelatan. Masih berstatus sebagai mahasiswa disalah satu perguruan tinggi negeri di Semarang.
IC3 merupakan pasangan gay dari SP 1, berusia 28 tahun, bekerja sebagai penyiar radio dan pendidikan terakhir D3 Komunikasi bertempat tinggal di Semarang.
IC4 adalah salah satu dari teman sebaya responden, berusia 24 tahun, pendidikan terakhir D3 Komputer. Mempunyai pekerjaan sebagai bartender di salah satu klab malam di Semarang.
IC5 mempunyai latar belakang berbeda dari Informan Crosscheck lainnya. Berusia 28 tahun dan mempunyai pekerjaan sebagai dosen disalah satu universitas swasta di Semarang.
1. FAKTOR KOGINITIF
Faktor Kognitif yang dimaksud disini adalah faktor pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan perilaku individu dalam konteks sosial dan subjek penelitian dari informan crosscheck.
1) Pengetahuan Tentang Tes HIV/AIDS
Berdasarkan informan untuk crosscheck pada teman sebaya mereka juga dapat menjelaskan tentang pengetahuan tes HIV/AIDS, dari semua teman sebaya mereka menjawab pertanyaan dari peneliti dengan jawaban yang sama dengan responden utama. Berikut jawaban dari crosscheck teman sebaya
“ tes untuk tahu satus HIV”
IC 3
Informan crosscheck lainnya ditanyakan kepada LSM Semarang Gaya Community, kelompok gay mampu menjelaskan tentang manfaat tes HIV/AIDS
karena menurut LSM Semarang Gaya Community kelompok gay sering diberikan penyuluhan tentang tes HIV/AIDS. Kelompok gay sering diberikan tentang edukasi HIV/AIDS. Pengetahuan kelompok gay yang menjadi subjek penelitian menurut peneliti sangat lah bagus karena mereka mampu untuk menjelaskan tentang pengetahuan tes HIV/AIDS
Selain teman sebaya dan LSM, peneliti juga menanyakan kepada pasangan salah satu gay responden utama, jawaban yang diberikan oleh pasangan gay juga sama mengenai manfaat tes HIV/AIDS, pasangan gay tersebut mengatakan bahwa jawaban tentang manfaat tes HIV/AIDS adalah untuk mengetahui status HIV seseorang.
Tes HIV/AIDS dilakukan menurut subjek penelitian perlu karena subjek penelitian bisa mengetahui status HIV mereka dan menjadi sesuatu hal yang penting untuk dilakukan , karena kelompok gay memang berisiko untuk terkena HIV.
2) Tahapan untuk melakukan tes HIV
Dari crosscheck teman sebaya responden mereka juga mampu untuk menjelaskan tahapan-tahapan apa yang dilakukan untuk tes HIV/AIDS. Mereka juga menjelaskan secara terperinci untuk menjawab tahapan-tahapan yang dilakukan untuk tes HIV/AIDS. Jawaban dari salah satu teman sebaya adalah sebagai berikut
“ konseling sebelum tes dilakukan, lalu tes untuk diambil darahnya, setelah itu baru hasilnya”.
IC 3
Crosscheck terhadap salah satu pasangan gay juga mengatakan hal yang sama bahwa tahapan untuk melakukan tes HIV/AIDS dengan jawaban sebagai berikut
“ sebelum melakukan tes ada 3 tahap konseling awal mas, setuju gak buat kita melakukan tes , kemarin waktu saya tes dokter menyakan faktor resiko lalu kalo setuju mulailah kita diambil sampel buat di tes, setelah itu nunggu hasilnya”
IC 5
3) Tempat untuk melakukan tes HIV
Berdasarkan informasi teman sebaya yang menjadi gay dampingan dari LSM Semarang Gaya Community bahwa kelompok gay melakukan tes HIV/AIDS di rumah sakit yang ditunjuk oleh LSM Semarang Gaya Community yaitu rumah sakit dr. Kariadi atau Puskesmas yang bekerja sama dengan kegiatan LSM Semarang Gaya Community yaitu Puskesmas Halmahera atau Puskesmas Lebdosari. Kelompok gay melakukan tes HIV/AIDS secara bersama agar mereka bisa mengetahui akan manfaat besar tentang tes HIV/AIDS.
Informasi berikutnya adalah LSM Semarang Gaya Community mengatakan bahwa mereka secara bersama melakukan tes HIV/AIDS di rumah sakit dr. Kariadi Semarang, selain itu tempat untuk melakukan tes HIV yang lain adalah Puskesmas Halmahera atau Lebdosari.
Salah satu pasangan gay juga mengatakan bahwa melakukan tes HIV/AIDS dapat dilakukan di rumah sakit dr. Kariadi dan dua Puskesmas yang bekerja sama dengan LSM, yaitu Puskesmas Halmahera dan Lebdosari.
4) Pencegahan HIV/AIDS
informan crosscheck teman sebaya responden, mereka juga mengatakan bahwa pencegahan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan penggunaan kondom saat berhubungan seksual, dan jangan berganti-ganti pasangan seksual. Menurut teman sebaya gay berisiko untuk terinfeksi HIV karena kelompok gay terbiasa berhubungan seksual secara anal seks, dan terkadang teman-teman dari komunitas juga ada yang masih belum dan juga tidak mau dalam penggunaan kondom.
Pasangan gay juga menjadi salah satu informan untuk penelitian ini juga mengatakan bahwa pencegahan HIV/AIDS pada kelompok gay juga bisa dilakuukan dengan pemakaian pengaman atau kondom, selain itu tidak berganti-ganti pasangan seksual.
Penjelasan mereka sesuai dengan yang dikatakan oleh LSM Semarang Gaya Community, dalam pencegahan terinfeksi HIV gay ketika berhubungan seksual harus menggunakan kondom, dan kelompok gay juga jangan sering berganti-ganti pasangan seksual. LSM juga menjelasakan hubungan seks anal dalam kelompok gay dapat menyebabkan resiko terinfeksi HIV, dan seringnya berganti-ganti pasangan seksual juga salah satu faktor untuk terinfeksi HIV.
5) Hasil tes Positif
Informasi crosscheck dari teman sebaya mengatakan bahwa gay yang melakukan tes HIV/AIDS dan hasil tes positif mereka akan diberikan dukungan penuh seperti pemberian motivasi untuk ke depan, selain itu dan disarankan juga untuk melakukan pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan CD 4 serta bila perlu pengobatan ARV.
Informasi yang didapat dari pasangan gay mengatakan jika melakukan tes HIV/AIDS dan hasilnya menunjukkan positif maka akan diberikan pengarahan ke tahapan selanjutnya seperti pemberian informasi tambahan agar gay yang positif HIV mengerti akan tindakan tindakan yang dilakukan untuk tahap selanjutnya seperti pemeriksaan CD 4 dan melakukan juga pengobatan ARV.
Menurut informasi crosschek dari LSM Semarang Gaya Community, bila ada gay yang hasil tes nya sudah positif mereka akan diberikan dukungan penuh baik oleh LSM maupu dari konselornya. Informasi dari LSM sendiri gay yang positif HIV mereka akan diberikan informasi perawatan tambahan seperti pemeriksaan lanjut untuk CD 4 dan bila perlu pengobatan ARV juga harus dilakukan.Untuk memantau keadaan mereka yang terinfeksi HIV, mereka dibantu oleh pelaporan dari teman sebaya yang tergabung dalam komunitas
6) Hasil tes Negatif
Wawancara dengan teman sebaya juga mengatakan hal yang sama bila gay yang melakukan tes HIV hasilnya negatif akan diberikan saran-saran pencegahan terhadap gay dan pasangan jika mempunyai pasangan. Menurut teman sebaya gay pesan yang disampaikan konselor jika hasil tes HIV negatif yaitu diberikan pesan-pesan pencegahan untu tidak melakukan seks tanpa memakai kondom, dan tidak berganti- ganti pasangan seksualnya. Dan jika mempunyai pasangan dianjurkan untuk mengikuti tes HIV juga karena belum tentu pasangan juga terbebas dari HIV.
Dari hasil wawancara dengan LSM Semarang Gaya Community, kelompok gay yang hasil tes HIV/AIDS nya negatif diberikan saran-saran untuk pencegahan bila perlu disuruh menggunakan untuk pengaman seperti kondom, bila berhubungan seksual yang dilakukan secara anal dan tidak boleh berganti-ganti pasangan secara bebas selain itu tes untuk pasangan mereka bagi yang sudah memiliki.
Hasil wawancara dengan pasangan gay bila sudah melakukan tes HIV/AIDS dan menunjukkan hasil negatif akan diberikan pesan pesan anjuran dari konselor seperti pesan-pesan pencegahan agar tidak berganti-ganti pasangan seksual dan bila melakukan seks secara anal menggunakan kondom dan untuk yang sudah punya pasangan dianjurkan untuk melakukan tes terhadap pasangannya.
7) Gay berisiko terkena HIV/AIDS
Menurut teman sebaya kelompok gay mengatakan bahwa gay berisiko terkena HIV karena gay bila berhubungan seksual melalui dubur atau biasa disebut anal seks, mereka juga jarang menggunakan pengaman atau kondom karena menurut mereka bila menggunkan kondom tidak nyaman.
Dari hasil wawancara dengan informan crosscheck LSM Semarang Gaya Community memberikan jawaban yang sama tentang persepsi mereka bahwa kenapa kelompok gay berisiko terinfeksi HIV/AIDS salah satunya dengan berganti-ganti pasangan seksualnya dan mereka juga tidak menggunakan kondom.
Menurut hasil wawancara dari pasangan gay juga mengatakan hal yang sama bahwa kelompok gay sangat berisiko terhadap HIV karena masih banyak gay yang melakukan seks secara anal atau lewat dubur jarang menggunakan kondom, kelompok gay juga masih sering terjadi berganti-ganti pasangan seksual.
2. Faktor Lingkungan
Faktor perilaku sendiri merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kelompok gay yang melakukan tes HIV/AIDS. Salah satu yang berpengaruh adalah efikasi diri atau persepsi diri mengenai seberapa baik diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu.
1. Responden Pernah melakukan tes HIV/AIDS
Hasil wawancara dengan informan crosscheck dari teman sebaya, bahwa kelompok gay tersebut melakukan tes HIV/AIDS dengan sukarela tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Mereka melakukan tes HIV/AIDS ketika program tes HIV/AIDS dijalankan oleh LSM Semarang Gaya Community
Informasi dari LSM mengatakan, bahwa kelompok gay pernah melakukan tes HIV/AIDS, mereka juga melakukan tes agar mengetahui tentang status HIV. Dan mereka melakukan tes HIV/AIDS ketika LSM menjalankan program untuk melakukan tes HIV secara bersama.
Informasi dari pasangan gay juga mengatakan pernah melakukan tes HIV/AIDS secara sukarela, kerena jadi tahu tentang status HIV dan manfaat yang diperoleh setelah melakukan tes tersebut.
Semua subjek penelitian juga penelitian juga mampu menjelaskan tahapan- tahapan yang dilakukan untuk melakukan tes HIV/AIDS, karena mereka juga sebelumnya diberikan penyuluhan terhadap tahapan-tahapan tes HIV .
2. Tempat melakukan tes HIV/AIDS
Menurut informasi dari teman sebaya, mereka melakukan tes saat itu di rumah sakir dr. Kariadi, karena pada saat melakukan tes HIV/AIDS jadwal yang diberikan oleh LSM bertempat di rumah sakit dr. Kariadi Semarang.
Pasangan gay juga memberikan jawaban yang sama mengenai tempat yang bisa melakukan tes HIV/AIDS, jawaban yang diberikan oleh pasangan gay tersebut untuk melakukan tes HIV/AIDS yaitu di rumah sakit dr. Kariadi Semarang.
Dari hasil wawancara dengan LSM Semarang Gaya Community kelompok gay tersebut telah melakukan tes HIV/AIDS secara bersamaan di rumah sakit dr. Kariadi Semarang. Mereka melakukan tes di rumah sakit dr. Kariadi karena pada saat itu jadwal untuk tes HIV/IADS jatuh di rumah sakit dr. Kariadi Semarang.
3. Biaya untuk melakukan tes HIV/AIDS
Dari hasil wawancara terhadap informan crosscheck teman sebayakelompok gay dampingan LSM Semarang Gaya Community ketika melakukan tes HIV/AIDS tidak ada yang membayar sama sekali atau gratis.
Informasi dari pasangan gay juga menjawab hal yang sama, ketika melakukan tes HIV/AIDS gay tidak dipungut biaya. Karena tes HIV ini merupakan program wajib yang diadakan oleh LSM Semarang Gaya Community.
Informasi dari LSM juga mengatakan bahwa untuk melakukan tes HIV/AIDS kelompok gay dampingan mereka tidak dipungut biaya apapun, karena program ini merupakan program wajib dari LSM untuk memberikan kelompok gay fasilitas untuk tes HIV/AIDS karena kelompok gay berisiko terkena HIV. Pemerintah juga memberikan dukungan untuk melakukan tes HIV yaitu dengan memberikan secara gratis untuk melakukan tes HIV/AIDS.
4. Cara melakukan tes HIV/ AIDS
Dari hasi wawancara dengan informan crosscheck teman sebaya kelompok gay dampingan LSM Semarang Gaya Community tahu cara menjelaskan tahapan-tahapn tes HIV/AIDS karena mereka sudah melakukan tes HIV/AIDS secara bersama.
Informasi dari pasangan gay juga memeberikan jawaban yang sama terhadap peneliti, pasangan gay juga mampu menjelaskan tahapan-tahapn yang dilakukan ketika tes HIV/AIDS, karena pasangan gay tersebut pernah melakukan tes HIV/IADS.
LSM Semarang Gaya Community sendiri mengatakan bahwa kelompk gay mampu menjawab masalah tentang tahapan yang dilakukan ketika melakukan tes HIV/AIDS dan mereka bisa menjelaskan secara terperinci karena kelompok gay pernah melakukan tes HIV/AIDS secara bersamaan dengan dampingan LSM.
5. Alasan Melakukan tes HIV/AIDS
Hasil wawancara dengan informan crosscheck teman sebaya gay bahwa mereka diberikankan penyuluhan tentang manfaat besar yang didapat bila melakukan tes HIV/AIDS. Dan mereka banyak yang sudah melakukan tes tersebut.
Informasi yang didapat dari pasangan gay juga mermberikan jawaban yang sama mengenai alasan melakukan tes HIV/AIDS. Dapat mengetahui tentang status HIV seseorang merupakan jawaban yang diberikan oleh pasangan gay ketika peneliti menanyakan alasan melakukan tes HIV/AIDS.
LSM Semarang Gaya Community mengatakan bahwa kelompok gay dampingan mereka melakukan tes HIV/AIDS secara sukarela dan tanpa adanya suatu paksaan dari pihak manapun.. Menurut LSM gay alasan mereka untuk melakukan tes HIV agar mereka dapat memantau status keadaan HIV mereka, apakah mereka hasilnya positif atau negatif.
3. FAKTOR LINGKUNGAN
Dalam penelitian ini faktor lingkungan adalah faktor yang terdapat pengaruh satu sama lain atau hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih dan masing-masing
yang terlibat didalamnya memainkan peran secara aktif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, faktor lingkungan sangatlah berpengaruh terhadap kelompok gay yang melakukan tes HIV/AIDS.
Hasil wawancara informan crosscheck dengan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai teman sebaya untuk mengajak tes HIV/AIDS
Informasi dari teman sebaya semua subjek penelitian juga melakukan hal yang sama, yaitu melakukan tes HIV/AIDS dengan sukarela tanpa adanya paksaan dan mereka juga diberikan tentang manfaat yang dilakukan tentang tes HIV/AIDS.
Pasangan gay juga mengatakan bahwa responden melakukan tes HIV/AIDS dengan kemauan sendiri dan tidak terpengaruh oleh orang lain. Pasangan gay juga mengatakan bahwa melakukan tes HIV merupakan kewajiban gay, karena gay merupakan kelompok yang berisiko terinfeksi HIV.
Berdasarkan hasil dari wawancara LSM Semarang Gaya Community, responden tersebut melakukan tes HIV/AIDS tidak karena pengaruh teman sebaya, responden tersebut tahu bahwa pentingnya melakukan tes tersebut, dan menurut LSM sendiri pemikirian mereka terbuka karena semua responden yang diteliti dalam penelitian ini mempunyai latar belakang bagus karena semua responden merupakan lulusan bangku universitas. Menurut semua informan yang ada dalam penelitian ini kelompok gay berisiko terinfeksi HIV/AIDS.
Sebagian besar subjek penelitian di penelitian ini mempunyai pola pikir yang sangat bagus akan pentingnya resiko yang akan diderita bila mereka tidak melakukan untuk melakukan tes HIV.
2. Teman sebaya/ peer sudah melakukan tes HIV/AIDS
Teman sebaya/ peermengatakan bahwa responden melakukan tes HIV/AIDS bukan karena ajakan atau pengaruh dari orang lain, mereka melakukan tes dengan kemauan sendiri tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Teman sebaya mengatakan bahwa responden sudah melakukan tes HIV/AIDS dengan tanpa adanya paksaan, mereka melakukan dengan sukarela dan dengan kesadaran mereka sendiri. Mereka melakukan tes HIV/AIDS karena mengetahui tentang manfaat yang didapat.
Menurut informasi dari pasangan gay, responden melakukan tes HIV/AIDS atas keinginan sendiri dan tidak ada pengaruh dari orang lain karena responden tahu manfaat akan pentingnya tes HIV/AIDS.
Hasil dari wawancara terhadadap LSM Semarang Gaya Community responden melakukan tes HIV atas kemauan sendiri tanpa ada paksaan dari pihak lain. Kelompok dampingan gay semuanya telah melakukan tes HIV/AIDS.
Kelompok gay yang merupakan dampingan dari LSM gay Kota Semarang semua pernah melakukan tes HIV, karena salah satu dari program bagi gay yang sudah terdaftar di LSM tersebut salah satunya melakukan tes HIV.
3. Tes HIV/ AIDS karena mengikuti ajakan
Hasil dari wawancara dengan teman sebaya mengatakan bahwa responden melakukan tes HIV/AIDS tidak karena mengikuti ajakan teman teman, melainkan kesadaran diri sendiri dan tahu tentang manfaat yang diberikan setelah melakukan tes HIV/AIDS.
Dari hasil wawancara dengan pasangan gay, semua responden melakukan tes HIV/AIDS atas kemauan dari diri mereka sendiri, mereka juga telah mengerti pentingnya melakukan tes HIV/AIDS ini.
Informasi dari LSM mengatakan bahwa sebagian besar responden melakukan tes HIV/AIDS atas kemauan mereka sendiri dan tanpa adanya paksaan atau pengaruh dari orang lain. Dan semua subjek penelitian juga tahu akan pentingnya manfaat tes HIV/AIDS ini bila dilakukan.
Dan LSM pun juga mengatakan bahwa bila kelompok gay dampingannya melakukan tes secara sukarela dan tanpa adanya paksaan dari siapa pun termasuk dari LSM.
4. LSM mengajak komunitas untuk melakukan tes HIV/AIDS.
Informasi dari teman sebaya mengatakan bahwa seluruh subjek penelitian dajak untuk melakukan tes HIV/AIDS oleh LSM secara bersamaan dengan yang lainnya, seluruh subjek penelitian melakukan tes HIV/AIDS melakukan tes tanpa adanya suatu paksaan dari pihak manapun.
Pasangan gay juga mengatakan bahwa semua subjek penelitian melakukan tes atas kemauan sendiri dan tanpa ada pihak yan mempengaruhi satu sama lain, karena seluruh subjeka penelitian mengetahuia akan pentingnya manfaat tes HIV/AIDS bila dilakukan.
Hasil dari wawancara dengan LSM, semua subjek penelitian diajak untuk melakukan tes HIV/AIDS secara bersama-sama dengan dampingan LSM. Selain itu subjek penelitian juga mengatakan alasan LSM mengajak mereka untuk tes HIV adalah agar mereka tahu tentang manfaat besar melakukan tes tersebut.
LSM Semarang Gaya Community sendiri selalu memantau kelompok gay dampingan mereka, gay yang terdaftardalam LSM tersebut juga selalu mendapatkan penyuluhan tentang kegiatan yang bersifat positif untuk
anggotanya, salah satunya dengan mengajak tes HIV secara bersama dan tidak dengan adanya suatu paksaan.
Menurut kelompok gay sendiri peran LSM sangat penting, mereka tahu jika mereka tidak tergabung dalam LSM gay tersebut mereka tidak tahu akan melakukan apa jika terinfeksi HIV. Dalam kelompok gay ini yang terdaftardalam LSM ketika ada yang positif terkena HIV mereka terus dipantau berkembangannya baik dalam kota maupun di luar kota. LSM juga bekerja sama denganpemerintah dalam melakukan tindakan ini salah satunya dengan memberikan perawatan medis gratis bagi gay yang sudah terinfeksi HIV.
5. Kapan LSM mengajak untuk melakukan tes HIV/AIDS
Informasi dari teman sebaya mengatakan bahwa semua subjek penelitian diajak untuk melakukan tes HIV/AIDS ketika program tes HIV/AIDS dijalankan dan dilaksanakan oleh LSM Semarang Gaya Community.
Menurut informasi dari pasangan gay, responden melakukan tes HIV/AIDS saat program tes HIV/AIDS secara besrsama yang dibuat oleh LSM Semarang Gaya Community dilakukan.
Hasil wawancara dengan LSM, sebagian besar subjek penelitian memang diajak untuk melakukan tes HIV/AIDS, karena program yang dilakukan selain pendampingan adalah mengajak kelompok gay untuk melakukan tes HIV/AIDS. Program tes HIV ini menjadi salah satu program wajib, karena selain untuk laporan data pemerintah program ini juga bisa untuk melakukan pemantauan terhadap kelompok yang berisiko terinfeksi HIV, salah satunya kelompok gay.
6. Gay tidak mau melakukan tes HIV/AIDS
Informasi dari teman sebaya mengatakan bahwa jika responden tidak mau melakukan tes HIV, mereka tidak akan dipaksa oleh LSM, karena menurut teman sebaya penting atau tidaknya tes HIV/AIDS ini dilakukan tergantung pribadi masing-masing.
Informasi dari pasangan gay juga mengatakan hal yang demikian, jika responden gay tidak mau melakukan tes HIV/AIDS, LSM tidak akan memaksakan dan memberikan hukuman. Karena menurut pasangan gay sendiri penting atau tidaknya melakukan tes HIV dikembalikan pada individu masing-masing.
Informasi dari LSM Semarang Gaya Community juga mengatakan bahwa responden gay yang tidak mau melakukan tes HIV/AIDS tidak akan dipaksa untuk melakukan. LSM sendiri mengambil langkah untuk dikemabalikan ke pribadi individu masing-masing jika gay tidak mau melakukan tes HIV ini, salah satu orang dari LSM mengatakan
“kembali ke individu masing-masing, setuju gak setuju untuk tes HIV saya kembalikan ke temen-temen gay”.
IC 1
7. Kendala mengajak kelompok gay untuk melakukan tes HIV/AIDS.
Informasi dari teman sebaya mengatakan bahwa dalam mengajak responden gay untuk melakukan tes HIV/AIDS tidak ada kendala sama sekali, semua responden melakukan tes HIV/AIDS dengan sangat lancar dant idak ada masalah dalam keadaan apapun.
Informasi dari pasangan gay juga mengatakan bahwa semua responden melakukan tes HIV dengan lancar dan tanpa ada kendala dilapangan.
Hasil wawancara dengan LSM Semarang Gaya Communitymengatakan bahwa tidak ada kendala dalam mengajak tes HIV/AIDS untuk semua subjek penelitiann gay, karena mereka tahu manfaat dan pentingnya melakukan tes ini.
LSM juga mengatakan bahwa tidak ada kendala untuk mengajak teman-teman melakukan tes HIV ini, karena mereka juga tahu manfaat besar yang bisa diketahui bila melakukan tes HIV. Kelompok gay yang terdaftar di LSM gay juga ada beberapa yang tidak menggunakan kondom saat berhubungan anal sex, maka dari itu mereka juga melakukan tes HIV ini supaya terpantau bagaimana keadaan atau status dari HIV mereka.
8. Tanggapan mengenai LSM Semarang Gaya Community
Hasil wawancara dengan teman sebaya juga mengatakan bahwa LSM melakukan kegiatan yang sangat bagus, karena dengan mengajak kelompok gay untuk melakukan tes HIV/AIDS bisa mengetahui anggotanya terinfeksi HIV atau tidak. Teman sebaya juga mengatakan bahwa kegiatan LSM bermaksud untuk memberikan tentang gambaran yang penyakit HIV untuk kelompok gay, maka dari itu LSM mengajak mereka semua untuk melakukan tes HIV karena kelompok gay merupakan kelompok yang berisiko terkena HIV.
Informasi dari pasangan gay juga mengatakan hal yang sama, bahwa LSM mempunyai kegiatan yang sangat bagus dan bisa diterima oleh komunitas gay, dengan mengadakan tes HIV/AIDS secara bersama dengan teman-teman dari LSM.
Informasi dari LSM Semarang Gaya Community juga mengatakan bahwa LSM mengadakan kegiatan ini ada dukungan dari pemerintah, karena adanya PERDA tentang HIV dan selain itu adanya dukungan tentang kegiatan mobile
VCT. Selain itu kegiatan pemerintah juga memberikan dana bantuan untuk kegiatan yang dilakukan oleh LSM, seperti edukasi tentang pendidikan HIV/AIDS.
Selain pemberian dana bantuan untuk LSM, pemerintah juga menjalin kerjasama dengan LSM untuk melakukan tes HIV/AIDS dirumah sakit dan puskesmas yang ditunjuk pemerintah untuk melakukan tes HIV/AIDS.