• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tegalega. Selanjutnya data yang telah terkumpul kemudian dilakukan pengkodean

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tegalega. Selanjutnya data yang telah terkumpul kemudian dilakukan pengkodean"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

79 4.1 Hasil Analisis

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 400 responden yakni wajib pajak orang pribadi yang terdaftar dan wajib melaporkan SPT Tahunannya ke KPP Pratama Bandung Cicadas, Cibeunying, Karees, Bojonegara, dan Tegalega. Selanjutnya data yang telah terkumpul kemudian dilakukan pengkodean (codding) dan diolah menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui

gambaran dari setiap variabel yang diteliti, kemudian dianalisis regresi untuk mengetahui pengaruh dari setiap variabel bebas terhadap variabel terikat.

4.1.1 Karakteristik Responden

Data responden yang dikumpulkan oleh penulis berdasarkan sampel yang telah ditentukan dalam penelitian ini adalah sebanyak 400 responden. Untuk variabel X, dan Y kuisioner diberikan kepada objek penelitian yaitu wajib pajak orang pribadi yang diambil secara acak. Data mengenai karakteristik responden adalah sebagai berikut :

4.1.1.1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:

(2)

Tabel 4.1

Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi %

1 Laki-laki 172 43.0

2 Perempuan 228 57.0

Total 400 100

Sumber: Data primer yang telah diolah oleh peneliti (2018)

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 172 orang dengan persentase 43% dan responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 228 dengan persentase 57%.

Gambar 4.1

Histogram Demografi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

4.1.1.2 Profil Responden Berdasarkan Usia

Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini:

172

228

0 50 100 150 200 250

Laki-laki Perempuan

(3)

Tabel 4.2

Profil Responden Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi %

1 < 25 tahun 118 29.5

2 26 - 35 tahun 147 36.8

3 36 - 45 tahun 72 18.0

4 46 - 55 tahun 40 10.0

5 > 55 tahun 23 5.8

Total 400 100

Sumber: Data primer yang telah diolah oleh peneliti (2018)

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini responden yang berusia dibawah 25 tahun sebanyak 29,5%, 26-35 tahun sebanyak 36,8%, 36 – 45 tahun sebanyak 18%, 46-55 tahun sebanyak 10%, dan responden yang berusia diatas 55 tahun sebanyak 5,8%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa mayoritas wajib pajak di 5 KPP Pratama Kota Bandung terdiri dari usia produktif.

Gambar 4.2

Histogram Demografi Responden Berdasarkan Usia Wajib Pajak

118

147

72

40

23

0 20 40 60 80 100 120 140 160

< 25 tahun 26 - 35 tahun 36 - 45 tahun 46 - 55 tahun > 55 tahun

(4)

4.1.1.3 Profil Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.3

Profil Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi %

1 Tidak Bekerja 20 5.0

2 Wirausaha 92 23.0

3 Pegawai BUMN 90 22.5

4 Karyawan Swasta 142 35.5

5 PNS 46 11.5

6 Lainnya 10 2.5

Total 400 100

Sumber: Data primer yang telah diolah oleh peneliti (2018)

Berdasarkan tabel 4.4 bahwa sebanyak 5% responden tidak bekerja, sebanyak 23% responden berprofesi sebagai wirausaha, sebanyak 22,5%

responden bekerja sebagai karyawan BUMN, sebanyak 35,5% responden bekerja sebagai karyawan swasta, sebanyak 11,5% responden bekerja sebagai PNS dan 2,5% responden lainnya bekerja dibidang lain.

Gambar 4.3

Histogram Demografi Responden Berdasarkan Pekerjaan Wajib Pajak

20

92 90

142

46

10 0

50 100 150

Tidak Bekerja Wirausaha Pegawai BUMN Karyawan Swasta PNS Lainnya

(5)

4.1.1.4 Profil Responden Berdasarkan Domisili Wajib Pajak

Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan domisili dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.4

Profil Responden Berdasarkan Domisili Wajib Pajak

No Pekerjaan Frekuensi %

1 KPP Pratama Tegallega 80 25.0

2 KPP Pratama Cicadas 80 25.0

3 KPP Pratama Bojonegara 80 25.0

4 KPP Pratama Karees 80 25.0

5 KPP Pratama Cibeunying 80 25.0

Total 400 25.0

Sumber: Data primer yang telah diolah oleh peneliti (2018)

Berdasarkan tabel 4.5 bahwa sebanyak 25% responden berdomisili di KPP Pratama Tegallega, sebanyak sebanyak 25% responden berdomisili di KPP Pratama Cicadas, sebanyak sebanyak 25% responden berdomisili di KPP Pratama Bojonegara, sebanyak sebanyak 25% responden berdomisili di KPP Pratama Karees, dan sebanyak sebanyak 25% responden berdomisili di KPP Pratama Cibeunying.

Gambar 4.4

Histogram Demografi Responden Berdasarkan Pekerjaan Wajib Pajak

80 80 80 80 80

0 50 100

KPP Pratama Tegallega KPP Pratama Cicadas KPP Pratama Bojonegara KPP Pratama Karees KPP Pratama Cibeunying

(6)

4.1.2 Hasil Pengujian Alat Ukur

Untuk mengetahui apakah alat ukur penelitian yang digunakan memiliki kesahihan atau keabsahaan (validity) dan keandalan (reliability) untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap alat ukur yang digunakan.

4.1.2.1 Uji Validitas

Pengujian validitas ini bertujuan untuk menguji sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran mampu mengukur apa yang hendak diukur. Suatu instrumen pengukuran dinyatakan valid jika memiliki nilai koefisien validitas (r) > nilai kritis (0,300). Dengan menggunakan program SPSS 21.0, diperoleh hasil uji sebagai berikut :

Tabel 4.5

Hasil Pengujian Validitas Alat Ukur

Variabel No Koefisien Validitas

Titik

Kritis Kesimpulan Keterangan

Sikap WP (X1)

1 0.505 0.300 Valid Good

2 0.605 0.300 Valid Good

3 0.463 0.300 Valid Acceptable

4 0.507 0.300 Valid Good

5 0.555 0.300 Valid Good

Moral WP (X2)

1 0.835 0.300 Valid Good

2 0.898 0.300 Valid Good

3 0.893 0.300 Valid Good

Kondisi keuangan wajib pajak WP

(X3)

1 0.941 0.300 Valid Good

2 0.936 0.300 Valid Good

(7)

Variabel No Koefisien Validitas

Titik

Kritis Kesimpulan Keterangan

Kepatuhan WP (Y)

1 0.692 0.300 Valid Good

2 0.835 0.300 Valid Good

3 0.674 0.300 Valid Good

4 0.863 0.300 Valid Good

5 0.504 0.300 Valid Good

6 0.906 0.300 Valid Good

7 0.337 0.300 Valid Acceptable

8 0.832 0.300 Valid Good

9 0.863 0.300 Valid Good

Sumber : Output SPSS

Tabel di atas, memberikan informasi mengenai hasil pengujian validitas dari alat ukur yang digunakan. Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa seluruh instrumen pernyataan yang digunakan dalam penelitian memiliki nilai koefisien validitas (r) > 0,300 sehingga seluruh instrumen pernyataan tersebut dinyatakan valid.

4.1.2.2 Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas ini dimaksudkan untuk menguji keandalan dari suatu alat ukur penelitian (kuesioner). Dalam penelitian ini, untuk mengukur koefisien realibitas digunakan metode Split Half atau sering disebut teknik belah dua. Suatu alat ukur penelitian dapat diterima jika memiliki nilai koefisien realibilitas > 0,7.

Dengan menggunakan program SPSS 21.0, diperoleh hasil uji sebagai berikut :

(8)

Tabel 4.6

Hasil Pengujian Reliabilitas Alat Ukur

Variabel Koefisien Reliabilitas

Titik

Kritis Kesimpulan Keterangan

Sikap WP (X1) 0.793 0.700 Reliabel Acceptable

Moral WP (X2) 0.869 0.700 Reliabel Good

Kondisi keuangan wajib pajak

(X3) 0.864 0.700 Reliabel Good

Kepatuhan WP (Y) 0.885 0.700 Reliabel Good

Sumber : Output SPSS

Tabel di atas, memberikan informasi mengenai hasil pengujian reliabiltas dari alat ukur yang digunakan. Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai Split Half yang diperoleh untuk keempat variabel adalah sebesar 0,793; 0,869; 0,864

dan 0,885. Keempat nilai koefisien reliabilitas tersebut lebih besar dari nilai kritis (0,700), sehingga alat ukur yang digunakan dinyatakan reliabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen pernyataan yang digunakan dalam penelitian sudah mampu mengukur apa yang seharusnya diukur dan sudah teruji kesahihan maupun keabsahannya sehingga seluruh instrumen pernyataan tersebut layak digunakan sebagai alat ukur penelitian.

4.1.3 Deskripsi Data Penelitian

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui bagaimana tanggapan responden terhadap setiap pernyataan ataupun variabel penelitian secara keseluruhan, dapat dilihat dari nilai persentase aktual.

(9)

Untuk memberikan interpretasi terhadap nilai persentase aktual yang diperoleh, peneliti mengacu pada rentang klasifikasi nilai persentase aktual sebagai berikut :

Tabel 4.7

Interval Klasifikasi Nilai Persentase Aktual

Interval Peresentase

Aktual

Kategori

Sikap (X1) Moral (X2) Kondisi keuangan

wajib pajak (X3) Kepatuhan (Y) 20%-40% Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Tidak Baik

40,1%-60% Baik Baik Baik Tidak Baik

60,1%-80% Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Baik

80,1%-100% Sangat Tidak Baik Sangat Tidak Baik Sangat Tidak Baik Sangat Baik Sumber : Hasil perhitungan interval pengkategorian

4.1.3.1 Gambaran Sikap Wajib Pajak Orang Pribadi di 5 KPP Pratama Kota Bandung

Berikut disajikan gambaran mengenai sikap wajib pajak orang pribadi yang terdaftar dan wajib melaporkan SPT Tahunannya ke KPP Pratama Kota Bandung yang diukur dengan 5 pernyataan.

Tabel 4.8

Tanggapan Responden Mengenai Sikap Wajib Pajak Orang Pribadi

No Pernyataan Indeks Skor

% Aktual Ideal

1

Saya membayar pajak lebih kecil dari yang

seharusnya 716 2000 35.8

2

Saya membentuk dana cadangan untuk

pemeriksaan pajak 1631 2000 81.6

3 Saya merasa pemanfaatan pajak tidak transparan 881 2000 44.1 4 Saya merasa dirugikan oleh sistem perpajakan 804 2000 40.2

(10)

No Pernyataan

Indeks Skor

% Aktual Ideal

5

Saya merasa biaya suap kepada fiskus lebih kecil

dibandingkan menghemat pajak 1596 2000 79.8

Total 5628 10000 56.3

Interpretasi Baik

Sumber : Data diolah oleh peneliti (2018)

Tabel di atas, menjelaskan tanggapan responden terhadap 5 pernyataan yang digunakan untuk mengukur sikap wajib pajak orang pribadi. Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah skor aktual yang diperoleh adalah sebesar 5628 dengan skor ideal sebesar 10000, sehingga nilai persentase aktual dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :

Persentase Aktual = (indeks skor aktual : indeks skor ideal) x 100

= (5628 : 10000) x 100

= 56,3%

Gambar 4.5

Garis Kontinum Sikap Wajib Pajak Orang Pribadi

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa nilai persentase aktual yang diperoleh adalah sebesar 56,3% dan termasuk dalam kategori baik berada pada interval antara 40,01% - 60%, hasil tesebut menunjukan bahwa wajib pajak orang pribadi yang terdaftar dan wajib melaporkan SPT Tahunannya ke

Sangat Baik

56,3%

20% 40% 60% 80% 100%

Baik Tidak Baik Sangat Tidak Baik

(11)

KPP Pratama Kota Bandung memiliki sikap yang baik dalam rangka memenuhi peraturan perpajakan yang ada.

4.1.3.2 Gambaran Moral Wajib Pajak Orang Pribadi di 5 KPP Pratama Kota Bandung

Berikut disajikan gambaran mengenai moral wajib pajak orang pribadi yang terdaftar dan wajib melaporkan SPT Tahunannya ke KPP Pratama Kota Bandung yang diukur dengan 3 pernyataan.

Tabel 4.9

Tanggapan Responden Mengenai Moral Wajib Pajak Orang Pribadi

No Pernyataan

Indeks Skor

% Aktual Ideal

1

Menurut saya ketidakpatuhan pajak merupakan

tindakan yang tidak melanggar etika 862 2000 43.1

2

Saya tidak merasa bersalah ketika saya

melakukan ketidakpatuhan pajak 826 2000 41.3

3

Menurut saya ketidakpatuhan pajak merupakan tindakan yang tidak melanggar prinsip hidup

saya 808 2000 40.4

Total 2496 6000 41.6

Interpretasi Baik

Sumber : Data diolah oleh peneliti (2018)

Tabel di atas, menjelaskan tanggapan responden terhadap 3 pernyataan yang digunakan untuk mengukur moral wajib pajak orang pribadi. Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah skor aktual yang diperoleh adalah sebesar 2496 dengan jumlah skor ideal sebesar 6000, sehingga nilai persentase aktual dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

(12)

Persentase Aktual = (indeks skor aktual : indeks skor ideal) x 100

= (2496 : 6000) x 100

= 41,6%

Gambar 4.6

Garis Kontinum Moral Wajib Pajak Orang Pribadi

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa nilai persentase aktual yang diperoleh adalah sebesar 41,6% dan termasuk dalam kategori baik berada pada interval antara 40,1% - 60%. Hasil tesebut menunjukan bahwa wajib pajak orang pribadi yang terdaftar dan wajib melaporkan SPT Tahunannya ke KPP Pratama Kota Bandung memiliki moral yang baik untuk patuh terhadap peraturan perpajakan.

4.1.3.3 Gambaran Kondisi Keuangan Wajib Pajak Orang Pribadi di 5 KPP Pratama Kota Bandung

Berikut disajikan gambaran persepsi mengenai kondisi keuangan wajib pajak orang pribadi yang diukur dengan 2 pernyataan.

41,6%

Sangat Baik

20% 40%

Baik Tidak Baik Sangat Tidak Baik

60% 80% 100%

(13)

Tabel 4.10

Tanggapan Responden Mengenai Kondisi Keuangan Wajib Pajak

No Pernyataan

Indeks Skor

% Aktual Ideal

1

Arus kas yang telah saya buat pada tahun terakhir

kurang memuaskan 825 2000 41.3

2

Laba sebelum pajak (earning before tax) pada arus kas tahun pajak terakhir yang telah saya buat

tidak memuaskan 827 2000 41.4

Total 1652 4000 41.3

Interpretasi Baik

Sumber : Data diolah oleh peneliti (2018)

Tabel di atas, menjelaskan tanggapan responden terhadap 2 pernyataan yang digunakan untuk mengukur kondisi keuangan wajib pajak orang pribadi.

Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah skor aktual yang diperoleh adalah sebesar 1652 dengan skor jumlah ideal sebesar 4000, sehingga nilai persentase aktual dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :

Persentase Aktual = (indeks skor aktual : indeks skor ideal) x 100

= (1652 : 4000) x 100

= 41,3%

Gambar 4.7

Garis Kontinum Kondisi Keuangan Wajib Pajak Orang Pribadi

Sangat Baik

41,3%

20% 40% 60% 80% 100%

Baik Tidak Baik Sangat Tidak Baik

(14)

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa nilai persentase aktual yang diperoleh adalah sebesar 41,3% dan termasuk dalam kategori baik berada pada interval antara 40,1%-60%. Hasil tesebut menunjukan bahwa kondisi keuangan wajib pajak orang pribadi di 5 KPP Pratama Kota Bandung tergolong baik.

4.1.3.4 Gambaran Tingkat Pendidikan Wajib Pajak Orang Pribadi di 5 KPP Pratama Kota Bandung

Tingkat pendidikan wajib pajak dalam penelitian ini merupakan variabel dummy. Tingkat pendidikan wajib pajak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan terakhir yang ditempuh oleh Wajib Pajak Orang Pribadi.

Tingkat pendidikan wajib pajak memiliki nilai minimum sebesar 0 (Non Perguruan Tinggi), dan nilai maksimum sebesar 1 (Perguruan Tinggi).

Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan wajib pajak dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini :

Tabel 4.11

Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Wajib Pajak

No Tingkat pendidikan wajib pajak Frekuensi %

1 Non Perguruan Tinggi 71 17.8

2 Perguruan Tinggi 329 82.3

Total 400 100

Sumber: Data primer yang telah diolah oleh peneliti (2018)

(15)

Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa sebagian besar responden yang diteliti sebanyak 82,3% merupakan lulusan perguruan tinggi, sedangkan 17,8%

lainnya merupakan lulusan non perguruan tinggi.

Gambar 4.8

Histogram Demografi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Wajib Pajak

Berdasarkan Gambar 4.8 diatas, diketahui bahwa nilai persentase perguruan tinggi lebih tinggi dibandingkan non perguruan tinggi, dengan selisih sebesar 64,5%. Hal tesebut menunjukan bahwa wajib pajak orang pribadi memiliki Tingkat Penddikan wajib pajak orang pribadi di 5 KPP Pratama Kota Bandung tergolong tinggi.

71

329

0 50 100 150 200 250 300 350

Non Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi

(16)

4.1.3.5 Gambaran Mengenai Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di 5 KPP Pratama Bandung

Berikut disajikan gambaran kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang terdaftar dan wajib melaporkan SPT Tahunannya ke 5 KPP Pratama Kota Bandung yang diukur dengan 9 pernyataan.

Tabel 4.12

Tanggapan Responden Mengenai Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

No Pernyataan Indeks Skor

% Aktual Ideal

1

Saya mendaftarkan diri sebagai WPOP (Wajib Pajak Orang Pribadi) secara sukarela ke KPP

(Kantor Pelayanan Pajak) 1606 2000 80.3

2

Saya selalu mengisi SPT (Surat Pemberitahuan) sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan

melaporkannya dengan tepat waktu. 1569 2000 78.5

3

Saya menyampaikan SPT ke Kantor Pajak tepat

waktu sebelum batas akhir penyampaian SPT. 1602 2000 80.1

4

Saya selalu menghitung pajak yang terutang dengan benar dan membayarnya dengan tepat

waktu. 1560 2000 78.0

5

Saya selalu membayar kekurangan pajak yang ada

sebelum dilakukan pemeriksaan. 1603 2000 80.2

6

Dengan adanya pengawasan yang dilakukan oleh KPP akan meningkatkan kepatuhan WPOP dalam

membayar pajak. 1567 2000 78.4

7

Saya selalu melakukan pembukuan atau

pencatatan. 1585 2000 79.3

8

Aparatur pajak telah memungut pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. 1618 2000 80.9

9

Saya telah menyampaikan SPT dengan lengkap

dan sesuai dengan kebutuhan perpajakan. 1652 2000 82.6

Total 14362 18000 79.8

Interpretasi Baik

Sumber : Data diolah oleh peneliti (2018)

(17)

Tabel di atas, menjelaskan tanggapan responden terhadap 9 pernyataan yang digunakan untuk mengukur kepatuhan wajib pajak. Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah skor aktual yang diperoleh adalah sebesar 14362 dengan skor jumlah ideal sebesar 18000, sehingga nilai persentase aktual dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :

Persentase Aktual = (indeks skor aktual : indeks skor ideal) x 100

= (14362 : 18000) x 100

= 79,8%

Gambar 4.9

Garis Kontinum Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa nilai persentase aktual yang diperoleh adalah sebesar 79,8% dan termasuk dalam kategori baik berada pada interval antara 60,1% - 80%. Hasil tesebut menunjukan bahwa wajib pajak orang pribadi memiliki kepatuhan yang baik terhadap perpajakan di 5 KPP Pratama Kota Bandung.

79,8%

Sangt Tidak Baik Tidak Baik Baik Sangat Baik

20% 40% 60% 80% 100%

(18)

4.1.4 Analisis Pengaruh Sikap Wajib Pajak, Moral Wajib Kondisi Keuangan Wajib Pajak dan Tingkat Pendidikan Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus Pada 5 KPP Pratama Kota Bandung)

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sikap wajib pajak, moral wajib pajak, kondisi keuangan wajib pajak dan tingkat pendidikan wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di 5 KPP Pratama Kota Bandung dengan menggunakan analisis regresi linier berganda yang terdiri dari persamaan regresi linier berganda, analisis korelasi, koefisien determinasi dan pengujian hipotesis dengan terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik.

4.1.4.1 Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan model regresi yang memenuhi kriteria BLUE (Best Linier Unbiased Estimated).

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah residu atau sering disebut variabel penganggu dalam sebuah model regeresi berdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik mensyaratkan harus memiliki residu yang berdistribusi secara normal Untuk mendeteksi ada tidaknya pelanggaran asumsi normalitas dapat dilihat dengan menggunakan metode grafik normal probability plot dengan ketentuan sebagai berikut:

(19)

a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya, menunjukan distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram, tidak menunjukan distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 4.10

Grafik Normal Probability Plots

Berdasarkan hasil pengujian normalitas data di atas, diketahui bahwa titik- titik data yang diperoleh masih mengikuti garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan berdistribusi secara normal, dengan kata lain asumsi normalitas data terpenuhi.

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi yang sempurna diantara beberapa variabel bebas yang dilibatkan dalam

(20)

model. Model regresi linier berganda yang baik mensyaratkan variabel bebas yang dilibatkan dalam model regresi harus bebas dari masalah multikolinearitas. Untuk mendeteksi masalah multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance serta nilai VIF. Jika nilai tolerance yang diperoleh lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10, dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yang dilibatkan dalam model regresi terbebas dari masalah multikolinearitas. Dengan menggunakan program SPSS 21.0, diperoleh hasil uji sebagai berikut:

Tabel 4.13 Uji Multikolinearitas

Sumber: Data diolah oleh peneliti (2018)

Tabel di atas menunjukan hasil pengujian multikolinieritas data. Dari data yang disajikan pada tabel di atas, terlihat bahwa nilai tolerance yang diperoleh masing-masing > 0,1 dan Variance Inflation Factor (VIF) kurang dari 10. Hal ini menunjukan bahwa tidak ditemukan adanya korelasi yang kuat diantara variabel bebas, sehingga asumsi multikolinieritas data terpenuhi.

c. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke

(21)

pengamatan lain. Model regresi yang baik mensyaratkan terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya pelanngaran heteroskedastisitas, dapat dilihat dengan menggunakan metode scatter plot dengan ketentuan sebagai berikut:

a. jika ada pola tertentu seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas.

b. jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan di bawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 4.11 Grafik Scatterplot

Gambar di atas menunjukan hasil pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan metode grafik scatter plot. Dari gambar tersebut terlihat bahwa titik-titik yang diperoleh membentuk pola acak tidak beraturan serta menyebar diatas dan dibawah angka nol (0) pada sumbu Y, sehingga dalam model regresi yang akan dibentuk tidak ditemukan adanya pelanggaran heteroskedastisitas, dengan kata varians residual bersifat homokedastisitas.

(22)

4.1.4.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Model persamaan regresi linier berganda yang akan dibentuk adalah sebagai berikut:

Y= a + β1X1 + β2X2+ β3X3+ β4X4

Keterangan : a : Konstanta

Y : Kepatuhan Wajib Pajak X1 : Sikap Wajib Pajak X2 : Moral Wajib Pajak

X3 : Kondisi keuangan wajib pajak X4 : Tingkat pendidikan wajib pajak b1 – b4: Koefisien regresi

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.14

Estimasi Regresi Linier Berganda

Sumber : Data diolah oleh peneliti (2018)

Dari tabel output di atas diperoleh nilai a sebesar, β1 sebesar 0,807, β2

sebesar 0,830, β3 sebesar 1,476 dan β4 sebesar 4,009. Dengan demikian, persamaan regresi linier berganda yang akan dibentuk adalah sebagai berikut:

Y= 5,895 + 0,807X1 + 0,830X2+ 1,476X3+ 4,009X4

(23)

Dari hasil persamaan regresi linier berganda tersebut masing-masing variabel dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

a. Nilai konstanta sebesar 5,895 menunjukan bahwa ketika keempat variabel bebas bernilai nol (0) dan tidak ada perubahan, maka kepatuhan wajib pajak orang pribadi diprediksi akan bernilai sebesar 5,895 kali.

b. Variabel X1 yaitu sikap wajib pajak memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,807, menunjukan bahwa ketika sikap wajib pajak mengalami peningkatan, diprediksi akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak sebanyak 0,807 kali.

c. Variabel X2 yaitu moral wajib pajak memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,830 menunjukan bahwa ketika moral wajib pajak mengalami peningkatan, diprediksi akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak sebesar 0,830 kali.

d. Variabel X3 yaitu kondisi keuangan wajib pajak memiliki nilai koefisien regresi sebesar 1,476 menunjukan bahwa ketika kondisi keuangan wajib pajak mengalami peningkatan, diprediksi akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak sebesar 1,476 kali.

e. Variabel X4 yaitu tingkat pendidikan wajib pajak memiliki nilai koefisien regresi sebesar 4,009 menunjukan bahwa ketika tingkat pendidikan wajib pajak mengalami peningkatan, diprediksi akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak sebesar 4,009 kali.

(24)

4.1.4.3 Analisis Korelasi Berganda

Analisis korelasi berganda bertujuan untuk mengetahui derajat asosiasi (keeratan hubungan) antara sikap, moral wajib pajak, kondisi keuangan wajib pajak dan tingkat pendidikan wajib pajak secara simultan dengan kepatuhan wajib pajak. Untuk memberikan interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi yang diperoleh, peneliti mengacu pada pedoman interpretasi koefisien korelasi seperti pada tabel berikut :

Tabel 4.15

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien

Korelasi Tingkat Hubungan 0,00 - 0,199 Sangat Rendah

0,20 - 0,399 Rendah

0,40 - 0,599 Sedang/ Cukup Kuat

0,60 - 0,799 Kuat

0,80 - 1,000 Sangat Kuat

Sumber : Sugiyono (2014)

Dengan menggunakan program SPSS 21.0, diperoleh hasil uji sebagai berikut :

Tabel 4.16

Koefisien Korelasi Berganda

Sumber : Data diolah oleh peneliti (2018)

(25)

Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi berganda yang diperoleh adalah sebesar 0,805 dan termasuk dalam kategori hubungan yang kuat, dikarenakan berada pada interval korelasi antara 0,60 - 0,799. Berdasarkan nilai korelasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara sikap, moral wajib pajak, kondisi keuangan wajib pajak dan tingkat pendidikan wajib pajak secara simultan dengan kepatuhan wajib pajak.

4.1.4.4 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi merupakan nilai yang menunjukan besar kontribusi pengaruh yang diberikan oleh sikap, moral wajib pajak, kondisi keuangan wajib pajak dan tingkat pendidikan wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak yang dinyatakan dalam bentuk persentase (%). Dengan menggunakan program SPSS 21.0, diperoleh hasil uji sebagai berikut:

Tabel 4.17

Koefisien Determinasi Simultan

Sumber : Data diolah oleh peneliti (2018)

Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai R Square yang diperoleh adalah sebesar 0,649 atau 64,9%. Hasil tersebut menunjukan bahwa secara simultan sikap, moral wajib pajak, kondisi keuangan wajib pajak dan tingkat

(26)

pendidikan wajib pajak memberikan kontribusi terhadap kepatuhan wajib pajak sebesar 64,9%, sedangkan sisanya sebesar 35,1% lainnya merupakan besar kontribusi pengaruh yang diberikan oleh faktor lain yang tidak diteliti. Sedangkan untuk mengetahui besar kontribusi pengaruh secara parsial, diketahui dari hasil perkalian antara nilai Beta (standardized coefficients) dengan Zero-Order (korelasi parsial antara variabel bebas dengan variabel terikat). Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan program SPSS 21.0, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.18

Koefisien Determinasi Parsial

Berdasarkan output di atas dilakukan perhitungan sebagai berikut:

Pengaruh X1 terhadap Y = 0,283 x 0,511 = 0,145 atau 14,5%

Pengaruh X2 terhadap Y = 0,295 x 0,585 = 0,172 atau 17,2%

Pengaruh X3 terhadap Y = 0,384 x 0,590 = 0,227 atau 22,7%

Pengaruh X4 terhadap Y = 0,234 x 0,447 = 0,105 atau 10,5%

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa kondisi keuangan wajib pajak (X3) memberikan kontribusi paling dominan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi (Y) dengan kontribusi yang diberikan sebesar 22,7%,

(27)

diikuti berturut-turut oleh moral wajib pajak (X2) sebesar 17,2%, sikap wajib pajak (X1) sebesar 14,5% dan tingkat pendidikan wajib pajak (X4) sebesar 10,5%.

4.1.4.5 Pengujian Hipotesis

a. Pengujian Hipotesis Simultan (Uji F)

Untuk membuktikan apakah keempat variabel bebas yang diuji yang terdiri dari sikap wajib pajak, moral wajib pajak, kondisi keuangan wajib pajak dan tingkat pendidikan wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi, maka dilakukan pengujian hipotesis dengan rumusan hipotesis sebagai berikut:

H0 1 = β2 = β3 = β4 = 0, artinya secara simultan, sikap wajib pajak, moral wajib pajak, kondisi keuangan wajib pajak dan tingkat pendidikan wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di 5 KPP Pratama Kota Bandung.

H11 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0, artinya secara simultan, sikap wajib pajak, moral wajib pajak, kondisi keuangan wajib pajak dan tingkat pendidikan wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di 5 KPP Pratama Kota Bandung.

Taraf signifikansi (α) : 0,05

Kriteria uji : tolak H0 jika nilai F-hitung > F-tabel, H1 terima Nilai statistik uji F dapat diketahui dari tabel output berikut:

(28)

Tabel 4.19

Pengujian Hipotesis Simultan

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, terlihat bahwa nilai F-hitung yang diperoleh sebesar 182,328. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai F-tabel pada tabel distribusi F. Dengan α=0,05, db1=4 dan db2=395, diperoleh nilai F-tabel sebesar 2,395. Dari nilai-nilai di atas, terlihat bahwa nilai Fhitung (173,212) > Ftabel

(2,395), sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0 ditolak dan H1

diterima. Artinya secara simultan sikap wajib pajak, moral wajib pajak, kondisi keuangan wajib pajak dan tingkat pendidikan wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di 5 KPP Pratama Kota Bandung.

Jika disajikan dalam gambar, nilai F-hitung dan F-tabel tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 4.12 Kurva Uji Hipotesis Simultan

Ftabel = 4,737

(α= 0,05 ; db1 =2; db2 = 7) 7,310 Daerah Penerimaan H0

Daerah Penolakan H0

F hitung = 182,328 F tabel = 2,395

(29)

b. Pengujian Hipotesis Parsial (Uji t) 1. Pengujian Hipotesis Parsial X1

H0 : β1≤ 0 Artinya, secara parsial sikap wajib pajak tidak berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di 5 KPP Pratama Kota Bandung.

H1 : β1 > 0 Artinya, secara parsial sikap wajib pajak berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di 5 KPP Pratama Kota Bandung.

Dengan taraf signifikansi 0,05

Kriteria : Tolak H0 jika t hitung > dari t tabel, terima dalam hal lainnya

Dengan menggunakan SPSS, diperoleh hasil uji hipotesis parsial X1

sebagai berikut:

Tabel 4.20

Pengujian Hipotesis Parsial X1

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai t-hitung yang diperoleh sikap wajib pajak (X1) adalah sebesar 8,807. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai t-tabel pada tabel distribusi t. Dengan α=0,05, df=n-k-1=400-4-1= 395, diperoleh nilai t-tabel untuk pengujian satu pihak sebesar 1,649. Dari nilai-nilai di atas terlihat bahwa nilai t-hitung yang diperoleh sebesar 8,807 > t-tabel 1,649.

(30)

Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, artinya secara parsial sikap wajib pajak berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di 5 KPP Pratama Kota Bandung. Jika disajikan dalam gambar, nilai t-hitung dan t-tabel tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 4.13 Kurva Uji Hipotesis Parsial X1

2. Pengujian Hipotesis Parsial X2

H0 : β2 ≤ 0 Artinya, secara parsial moral wajib pajak tidak berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di 5 KPP Pratama Kota Bandung.

H1 : β2 > 0 Artinya, secara parsial moral wajib pajak berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di 5 KPP Pratama Kota Bandung.

Dengan taraf signifikansi 0,05

Kriteria : Tolak H0 jika t hitung > dari t tabel, terima dalam hal lainnya

Dengan menggunakan SPSS, diperoleh hasil uji hipotesis parsial X2

sebagai berikut:

Ftabel = 4,737

(α= 0,05 ; db1 =2; db2 = 7) 7,310 Daerah Penerimaan H0

Daerah Penolakan H0

t hitung = 8,807 t tabel = 1,649

(31)

Tabel 4.21

Pengujian Hipotesis Parsial X2

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai t-hitung yang diperoleh moral wajib pajak (X2) adalah sebesar 8,728. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai t-tabel pada tabel distribusi t. Dengan α=0,05, df=n-k-1=400-4-1= 395, diperoleh nilai t-tabel untuk pengujian satu pihak sebesar 1,649. Dari nilai-nilai di atas terlihat bahwa nilai t-hitung yang diperoleh sebesar 8,728 > t-tabel 1,649.

Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, artinya secara parsial moral wajib pajak berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di 5 KPP Pratama Kota Bandung. Jika disajikan dalam gambar, nilai t-hitung dan t-tabel tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 4.14 Kurva Uji Hipotesis Parsial X2

Ftabel = 4,737

(α= 0,05 ; db1 =2; db2 = 7) 7,310 Daerah Penerimaan H0

Daerah Penolakan H0

t hitung = 8,728 t tabel = 1,649

(32)

3. Pengujian Hipotesis Parsial X3

H0 : β3 ≤ 0 Artinya, secara parsial kondisi keuangan wajib pajak tidak berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di 5 KPP Pratama Kota Bandung.

H1 : β3 > 0 Artinya, secara parsial kondisi keuangan wajib pajak berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di 5 KPP Pratama Kota Bandung.

Dengan taraf signifikansi 0,05

Kriteria : Tolak H0 jika t hitung > dari t tabel, terima dalam hal lainnya

Dengan menggunakan SPSS, diperoleh hasil uji hipotesis parsial X3

sebagai berikut:

Tabel 4.22

Pengujian Hipotesis Parsial X3

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai t-hitung yang diperoleh kondisi keuangan wajib pajak (X3) adalah sebesar 11,999. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai t-tabel pada tabel distribusi t. Dengan α=0,05, df=n-k- 1=400-4-1= 395, diperoleh nilai t-tabel untuk pengujian satu pihak sebesar 1,649.

Dari nilai-nilai di atas terlihat bahwa nilai t-hitung yang diperoleh sebesar 11,999 >

t-tabel 1,649. Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0 ditolak dan H1

(33)

diterima, artinya secara parsial kondisi keuangan wajib pajak berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di 5 KPP Pratama Kota Bandung. Jika disajikan dalam gambar, nilai t-hitung dan t-tabel tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 4.15 Kurva Uji Hipotesis Parsial X3

4. Pengujian Hipotesis Parsial X4

H0 : β4 ≤ 0 Artinya, secara parsial tingkat pendidikan wajib pajak tidak berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di 5 KPP Pratama Kota Bandung.

H1 : β4 > 0 Artinya, secara parsial tingkat pendidikan wajib pajak berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di 5 KPP Pratama Kota Bandung.

Dengan taraf signifikansi 0,05

Kriteria : Tolak H0 jika t hitung > dari t tabel, terima dalam hal lainnya

Dengan menggunakan SPSS, diperoleh hasil uji hipotesis parsial X4

sebagai berikut:

Ftabel = 4,737

(α= 0,05 ; db1 =2; db2 = 7) 7,310 Daerah Penerimaan H0

Daerah Penolakan H0

t hitung = 11,999 t tabel = 1,649

(34)

Tabel 4.23

Pengujian Hipotesis Parsial X4

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai t-hitung yang diperoleh tingkat pendidikan wajib pajak (X3) adalah sebesar 7,462. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai t-tabel pada tabel distribusi t. Dengan α=0,05, df=n-k- 1=400-4-1= 395, diperoleh nilai t-tabel untuk pengujian satu pihak sebesar 1,649.

Dari nilai-nilai di atas terlihat bahwa nilai t-hitung yang diperoleh sebesar 7,642 >

t-tabel 1,649. Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0 ditolak dan H1

diterima, artinya secara parsial tingkat pendidikan wajib pajak berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di 5 KPP Pratama Kota Bandung. Jika disajikan dalam gambar, nilai t-hitung dan t-tabel tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 4.16 Kurva Uji Hipotesis Parsial X4

Ftabel = 4,737

(α= 0,05 ; db1 =2; db2 = 7) 7,310 Daerah Penerimaan H0

Daerah Penolakan H0

t hitung = 7,642 t tabel = 1,649

(35)

4.1 Pembahasan

4.1.1 Pengaruh Sikap Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Hipotesis yang menyatakan bahwa sikap wajib pajak berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi telah terbukti melalui pengujian. Melalui uji-t diperoleh hasil bahwa hipotesis yang menyatakan sikap wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi (Ho) ditolak. Artinya sikap wajib pajak di 5 KPP Pratama Kota Bandung dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Berdasarkan hasil penelitian sikap wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dengan kontribusi pengaruh yang diberikan sebesar 14,5 %. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien regresi yang bernilai positif yaitu sebesar 0,807. Nilai t-hitung lebih besar t-tabel (8,807>1,649) pada tingkat signifikansi 5%. Selain itu, Nilai signifikansi variabel Tingkat pendidikan wajib pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi lebih kecil dari nilai signifikansi α= 5% (0,00 < 0,05) yang menunjukkan bahwa variabel Sikap Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

Dalam penelitian ini, sikap wajib pajak di 5 KPP Pratama Pratama Kota Bandung ternyata responden termasuk pada kategori baik, dalam artian menunjukan bahwa wajib pajak orang pribadi yang terdaftar dan wajib melaporkan SPT Tahunannya ke 5 KPP Pratama Pratama Kota Bandung memiliki sikap yang baik. Namun presentasenya masih rendah dan jika dilihat dari setiap indikator yang diajukan, terdapat beberapa indikator menunjukan sikap responden

(36)

yang tidak baik terhadap kepatuhan pajak meliputi, membentuk dana cadangan untuk pemeriksaan pajak, karena dilihat dari realisasinya masih ada wajib pajak yang merasa pemanfaatan dana pajak kurang maksimal sehingga wajib pajak merasa menyisihkan penghasilannya untuk membayar pajak bukan prioritas, dan wajib pajak merasa biaya suap kepada fiskus yang lebih kecil dibandingkan pajak yang bisa dihemat, karena didorong adanya faktor kebutuhan ekonomi dari wajib pajak dan adanya peluang untuk melakukan penyuapan terhadap fiskus yang dirasakan oleh wajib pajak. Dari fenomena yang ada ternyata tingkat kepatuhan yang masih rendah salah satunya disebabkan oleh sikap wajib pajak yang belum baik dalam membentuk dana cadangan dan adanya suap kepada fiskus.

Hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan Ajzen ,2002 dalam Elia Mustikasari, 2007 menyatakan bahwa Theory of Planned Behavior (TPB) adalah perilaku yang ditampilkan oleh individu yang timbul karena adanya niat untuk berperilaku. Sedangkan munculnya niat berperilaku ditentukan oleh 3 faktor penentu yaitu: (1) behavioral beliefs, yaitu keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut (beliefs strength and outcome evaluation), (2) normative beliefs, yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs and motivation to comply), dan (3) control beliefs, yaitu keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang mendukung atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan (control beliefs) dan persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan menghambat perilakunya tersebut (perceived power). Hambatan yang mungkin timbul pada saat perilaku ditampilkan dapat berasal dari dalam diri

(37)

sendiri maupun dari lingkungan. Secara berurutan, behavioral beliefs menghasilkan sikap terhadap perilaku positif atau negatif, normative beliefs menghasilkan tekanan sosial yang dipersepsikan (perceived social pressure) atau norma subyektif (subjective norm) dan control beliefs menimbulkan perceived behavioral control atau kontrol keperilakuan yang dipersepsikan.

Hubungan antara sikap wajib dengan kepatuhan wajib pajak telah diteliti oleh Troutman (1993) dalam Salman, Kautsar R dan Mochammad Farid (2009).

Bukti empiris menunjukkan hubungan yang signifikan antara sikap dan kepatuhan wajib pajak. Variabel sikap wajib pajak sendiri merupakan pernyataan atau pertimbangan evaluatif, baik yang menguntungkan atau tak menguntungkan mengenai obyek, orang atau peristiwa. Sikap wajib pajak dapat dikaitkan dengan sikap wajib pajak terhadap peraturan pajak, sikap wajib pajak terhadap kebijakan pajak, dan sikap wajib pajak terhadap sistem administrasi pajak.

Perspektif individu sikap dapat menjadi dasar bagi interaksi seseorang dengan orang lain dan dengan dunia di sekelilingnya (Nimran, 1999). Apabila wajib pajak merasa bahwa keadilan pajak telah diterapkan kepada semua wajib pajak dengan tidak membedakan perlakuan antara wajib pajak badan dengan perorangan, wajib pajak besar dengan wajib pajak kecil dalam artian bahwa semua wajib pajak diperlakukan secara adil maka setiap wajib pajak cenderung untuk menjalankan kewajiban pajaknya dengan baik atau dengan kata lain menimbulkan kepatuhan dalam diri wajib pajak. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sikap wajib pajak adalah pernyataan, pertimbangan atau perspektif individu dari wajib pajak yang menjadi dasar interaksi dengan orang

(38)

lain atau peristiwa, baik itu menguntungkan atau tidak menguntungkan mengenai suatu objek. Sikap mempunyai peran yang penting dalam menjelaskan perilaku seseorang dalam lingkungannya, walaupun masih banyak faktor lain yang mempengaruhi perilaku, seperti stimulus, latar belakang individu, motivasi, dan status kepribadian. Secara timbal balik, faktor lingkungan juga mempengaruhi sikap dan perilaku.

Dilihat secara spesifik terdapat persamaan dengan penelitian terdahulu.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kautsar Riza Salman dan Mochammad Farid (2009) menyatakan bahwa secara parsial sikap wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada industri perbankan di Surabaya, artinya secara umum sikap wajib pajak berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak.

4.2.2 Pengaruh Moral Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Hipotesis yang menyatakan bahwa moral wajib pajak berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi telah terbukti melalui pengujian. Melalui uji-t diperoleh hasil bahwa hipotesis yang menyatakan moral wajib pajak pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi (Ho) ditolak. Artinya moral wajib pajak di 5 KPP Pratama Kota Bandung dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Berdasarkan hasil penelitian moral wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dengan kontribusi pengaruh yang

(39)

diberikan sebesar 17,2%. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien regresi yang bernilai positif yaitu sebesar 0,830. Nilai t-hitung lebih besar t-tabel (8,728>1,649) pada tingkat signifikansi 5%. Selain itu, Nilai signifikansi variabel Tingkat pendidikan wajib pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi lebih kecil dari nilai signifikansi α= 5% (0,00 < 0,05) yang menunjukkan bahwa variabel Moral Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

Dalam penelitian ini, moral wajib pajak di 5 KPP Pratama Kota Bandung ternyata responden termasuk pada kategori baik, dalam artian menunjukan bahwa wajib pajak orang pribadi yang terdaftar dan wajib melaporkan SPT Tahunannya ke KPP Pratama Bandung Tegalega memiliki moral yang baik untuk patuh terhadap perarturan perpajakan. Jika dilihat dari setiap indikator yang diajukan, ketiga indikator menunjukan moral wajib yang belum sangat baik terhadap kepatuhan pajak meliputi, wajib pajak merasa ketidakpatuhan pajak merupakan tindakan yang tidak melanggar etika, wajib pajak tidak merasa bersalah ketika melakukan ketidakpatuhan pajak, dan wajib pajak menyatakan ketidakpatuhan pajak merupakan tindakan yang tidak melanggar dalam hidupnya. Dari indikator tersebut dapat disimpulkan ternyata tingkat kepatuhan yang masih rendah salah satunya disebabkan oleh moral wajib pajak yang belum sangat baik untuk patuh terhadap peraturan perpajakan.

Hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan Togler &

Schneider, 2004 dalam Nur Cahyonowati, 2011 yang menyatakan bahwa moral wajib pajak merupakan motivasi intrinsik untuk membayar pajak yang timbul dari

(40)

kewajiban moral untuk membayar pajak atau kepercayaan dalam memberikan kontribusi kepada masyarakat dengan membayar pajak sehingga berkontribusi secara sukarela pada penyediaan publik.

Aspek moral dalam bidang perpajakan menyangkut dua hal, yaitu (1) kewajiban perpajakan merupakan kewajiban moral yang harus ditunaikan oleh setiap wajib pajak, dan (2) menyangkut kesadaran moral terkait dengan alokasi atau distribusi dari penerimaan pajak (Thurman et al., 1984; Troutman, 1993 dalam Salman, Kautsar R dan Mochammad Farid, 2009).

Wajib pajak yang mempunyai kesadaran moral yang baik sebagai warga negara dalam melaksanakan kewajiban pajaknya berbeda dengan warga negara yang tidak mempunyai kesadaran moral. Dengan demikian diharapkan dengan aspek moralitas dari wajib pajak akan meningkatkan kecenderungan dari wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya. (Thurman et al., 1984; Troutman, 1993 dalam Salman, Kautsar R dan Mochammad Farid, 2009)

Dilihat secara spesifik terdapat persamaan dengan penelitian terdahulu.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Indra Adityas Pamungkas (2013) menyatakan bahwa secara parsial moral wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada wajib pajak badan di Yogyakarta, artinya variabel moral wajib pajak berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

(41)

4.2.3 Pengaruh Kondisi keuangan wajib pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Hipotesis yang menyatakan bahwa kondisi keuangan wajib pajak berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi telah terbukti melalui pengujian. Melalui uji-t diperoleh hasil bahwa hipotesis yang menyatakan kondisi keuangan wajib pajak pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi (Ho) ditolak. Artinya kondisi keuangan wajib pajak di 5 KPP Pratama Kota Bandung dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Berdasarkan hasil penelitian kondisi keuangan wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dengan kontribusi pengaruh yang diberikan sebesar 10,5%. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien regresi yang bernilai positif yaitu sebesar 1,476. Nilai t-hitung lebih besar t-tabel (11,999>1,649) pada tingkat signifikansi 5%. Selain itu, Nilai signifikansi variabel Tingkat pendidikan wajib pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi lebih kecil dari nilai signifikansi α= 5% (0,00 < 0,05) yang menunjukkan bahwa variabel Kondisi keuangan wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

Dalam penelitian ini, kondisi keuangan wajib pajak di 5 KPP Pratama Kota Bandung ternyata responden termasuk pada kategori baik, dalam artian menunjukan bahwa wajib pajak orang pribadi yang terdaftar dan wajib melaporkan SPT Tahunannya ke KPP Pratama Bandung Tegalega memiliki kondisi keuangan wajib pajak yang baik untuk patuh terhadap perarturan

(42)

perpajakan. Jika dilihat dari setiap indikator yang diajukan, kedua indikator menunjukan kondisi keuangan wajib pajak wajib yang belum sangat baik terhadap kepatuhan pajak meliputi, Arus kas yang telah saya buat pada tahun terakhir kurang memuaskan, dan Laba sebelum pajak (earning before tax) pada arus kas tahun pajak terakhir yang telah saya buat tidak memuaskan. Dari indikator tersebut dapat disimpulkan ternyata tingkat kepatuhan yang masih rendah salah satunya disebabkan oleh kondisi keuangan wajib pajak yang belum sangat baik untuk patuh terhadap peraturan perpajakan.

Hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan Torgler (2003) dalam Aryobimo (2012) berpendapat bahwa seseorang yang mengalami kesulitan keuangan akan merasa tertekan ketika mereka diharuskan membayar kewajibannya termasuk pajak. Bloomqist (2003) dalam Aryobimo (2012) mengidentifikasi bahwa tekanan keuangan sebagai salah satu sumber tekanan bagi wajib pajak dan berpendapat bahwa wajib pajak orang pribadi yang mempunyai pendapatan yang terbatas mungkin akan menghindari pembayaran pajak jika kondisi keuangan wajib pajak tersebut buruk karena pengeluaran keluarganya lebih besar dari pendapatannya.

Kamar Dagang dan Industri (KADIN) sebagaimana dikutip Soemitro (1988) dalam Johanes (2011) menyatakan bahwa masyarakat tidak akan menemui kesulitan dalam memenuhi kewajiban membayar pajaknya kalau nilai yang harus dibayar itu masih di bawah penghasilan yang sebenarnya mereka peroleh secara rutin. Faktor ekonomi merupakan hal yang sangat fundamental dalam hal melaksanakan kewajiban. Masyarakat yang miskin akan menemukan kesulitan

(43)

untuk membayar pajak. Kebanyakan mereka akan memenuhi kebutuhan hidup terlebih dahulu sebelum membayar pajak. Karenanya, kondisi keuangan wajib pajak seseorang dapat memengaruhi bagaimana seseorang tersebut memiliki kesadaran dan kepatuhan akan ketentuan hukum dan kewajibannya.

Dilihat secara spesifik terdapat persamaan dengan penelitian terdahulu.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Melisa Suyapto dan Mienati Somya (2014) menyatakan bahwa secara parsial kondisi keuangan wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada wajib pajak badan di Kanwil DJP Jawa Timur 1, artinya variabel moral wajib pajak berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

4.2.4 Pengaruh Tingkat pendidikan wajib pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan wajib pajak berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi telah terbukti melalui pengujian. Melalui uji-t diperoleh hasil bahwa hipotesis yang menyatakan tingkat pendidikan wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi (Ho) ditolak. Artinya tingkat pendidikan wajib pajak di 5 KPP Pratama Kota Bandung dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Berdasarkan hasil penelitian Tingkat pendidikan wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dengan kontribusi pengaruh yang diberikan sebesar 22,7%. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien regresi yang bernilai positif yaitu sebesar 4,009. Nilai t-

(44)

hitung lebih besar t-tabel (7,642>1,649) pada tingkat signifikansi 5%. Selain itu, Nilai signifikansi variabel Tingkat pendidikan wajib pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi lebih kecil dari nilai signifikansi α= 5% (0,00 < 0,05) yang menunjukkan bahwa variabel Tingkat pendidikan wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

Dalam penelitian ini, Tingkat pendidikan wajib pajak di 5 KPP Pratama Kota Bandung ternyata responden memiliki tingkat pendidikan wajib pajak yang dominan tinggi. Sebesar 82,3% merupakan lulusan perguruan tinggi (D1,D2,D3,S1,S2,S3) sedangkan 17,8% lainnya merupakan lulusan non perguruan tinggi (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK/MAK). Namun presentasenya masih rendah untuk wajib pajak patuh yang memiliki pendidikan non perguruan tinggi. Dari persentase tersebut dapat disimpulkan ternyata tingkat kepatuhan yang masih rendah disebabkan karena masih ada wajib pajak yang memiliki tingkat pendidikan wajib pajak non perguran tinggi.

Hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Victor H.

Vroom yang menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu tergantung dari hubungan timbal-balik antara apa yang ia inginkan dan butuhkan dari hasil yang di lakukan. Teori harapan ini didasarkan atas:

1. Harapan (Expectancy), adalah suatu kesempatan yang diberikan akan terjadi karena perilaku.

2. Nilai (Valence), adalah akibat dari perilaku tertentu mempunyai nilai / martabat tertentu (daya atau nilai motivasi) bagi setiap individu

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilaksanakan di SD Inpres Lilimori. Kelas yang dijadikan objek penelitian yaitu kelas IV. Subyek penelitian pada Penelitian Tindakan Kelas ini adalah

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Hubungan Caregiver Self-efficacy dengan

Salah satu dari ajaran yang (diyakini oleh Muhammad bin Abdul Wahab, adalah mengkufurkan Salah satu dari ajaran yang (diyakini oleh Muhammad bin Abdul Wahab, adalah mengkufurkan

Kesulitan lain yang dapat timbul adalah jika mereka sudah dapat mensintesis unsur baru maka unsur ini umurnya tidak berlangsung lama artinya si atom akan

Nantinya koperasi berperan sebagai pedagang perantara dari produk yang dihasilkan oleh anggotanya (nelayan, pembudidaya, petambak, dan pengolah), sehingga pelaku usaha kelautan

Jadi dalam penelitian ini fenomena yang akan diteliti adalah mengenai keadaan penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Barat berupa dekripsi, jumlah pasangan usia

Perbedaan pada ketiga penelitian ini dengan yang akan diteliti adalah penelitian ini akan membahas beberapa faktor yang mempengaruhi literasi masyarakat tentang

pendeteksi/detektor, yang bekerja secara fisikokimia, pendeteksi/detektor, yang bekerja secara fisikokimia, piezoelektronik, optik, elektrokimia, dll., yang mengubah sinyal