• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. Penilaian Saham Perseroan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "5. Penilaian Saham Perseroan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

5. Penilaian Saham Perseroan 5.1 Pendekatan Pendapatan

5.1.1. Penyesuaian Laporan Keuangan

Penyesuaian laporan keuangan meliputi normalizing adjustment atau penyesuaian pencatatan akuntansi dan eliminasi pos-pos yang bersifat non-recurring, control adjustment serta pemisahan pos-pos operating dan non-operating. Karena laporan keuangan yang diterima telah diaudit dan memberikan pendapat wajar oleh Kantor Akuntan Publik, maka tidak diperlukan adanya penyesuaian pencatatan akuntansi laporan keuangan Perseroan. Penyesuaian terhadap control adjustment dan pos- pos non-operating juga tidak diperlukan. Oleh karena itu penyesuaian proyeksi laporan keuangan dilakukan terhadap pos-pos non-recurring yang meliputi pendapatan dan beban lain-lain. Pos-pos non-recurring tersebut tidak akan dimasukkan kedalam proyeksi laporan keuangan.

5.1.2. Asumsi Proyeksi Laporan Keuangan

Berikut ini adalah asumsi-asumsi utama yang digunakan untuk memproyeksikan laporan keuangan Perseroan :

 Periode proyeksi adalah selama 6 tahun sampai dengan 31 Desember 2016.

Periode proyeksi ini mempertimbangkan kondisi cadangan tambang dan proyeksi produksi tambang tersebut.

 Produksi pertambangan nikel dimulai pada tahun 2012

 Harga Limonit pada tahun 2012 diasumsikan sebesar 22 USD per ton ore limonit, dan turun pada tahun 2014 menjadi 20 USD per ton ore limonit, dan kembali turun menjadi 19 USD per ton ore pada tahun 2013 dan 2014. Asumsi tersebut untuk menyikapi Undang-undang Pertambangan No. 4 tahun Tahun 2009 Pasal 103 dimana hasil tambang sebelum Ekspor diolah terlebih dahulu didalam negeri. Hal ini akan berdampak pada peningkatan Suply bahan baku terhadap pabrik pengolah limonit dan saprolit di Indonesia.

 Harga Saprolit pada tahun 2012 diasumsikan sebesar 62 USD per ton ore limonit, turun pada tahun 2014 menjadi 60 USD per ton ore saprolit, dan kembali turun menjadi 50 USD per ton ore pada tahun 2013 dan 2014. Asumsi tersebut untuk menyikapi Undang-undang Pertambangan No. 4 Tahun 2009 Pasal 103 dimana hasil tambang sebelum di ekspor diolah terlebih dahulu didalam negeri. Hal ini akan berdampak pada peningkatan Suply bahan baku terhadap pabrik pengolah limonit dan saprolit di Indonesia.

 Produksi limonit selama 6 tahun tersebut di rata-rata sebesar 3.570.000 ton ore limonit

 Produksi Saprolit selama 6 tahun tersebut di proyeksikan sebesar 2.190.000 ton ore limonit

 Produksi total Saprolit dan limonit selama 6 tahun tersebut di proyeksikan sebesar 5.760.000 ton ore.

 Harga rata-rata per ton ore limonit dan ore saprolit yang ditambang adalah sebesar 33,88 USD per ton ore.

 Rata-rata biaya penambangan nikel, lisensi, royalti dan administrasi selama periode proyeksi sebesar 17,16 USD per ton ore bijih nikel yang ditambang.

 Tingkat pajak penghasilan badan selama periode proyeksi mengikuti UU Perpajakan yang berlaku baik di Indonesia yaitu sebesar 25%.

(2)

5.1.3. Pemilihan Arus Kas

Model arus kas yang digunakan dalam proses penilaian atas usaha Perseroan adalah free cash flow to Firm (FCFF) atau arus kas bersih yang akan diterima pemegang saham dan kreditor, dimana arus kas bersih yang akan diterima oleh perusahaan didapat dari:

I WC i

t D EAT

FCFF    ( 1  ) *    

dimana:

FCFF : arus kas bersih untuk Perusahaan EAT : laba bersih

t : tingkat pajak

D : depresiasi dan amortisasi

∆WC : perubahan modal kerja bersih

∆I : perubahan arus kas investasi i : bunga

Tingkat diskonto yang relevan adalah biaya modal ekuitas yang ditentukan dengan capital asset pricing model (CAPM) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

) ( )

(Ri Rf RPm

E  

dimana:

E(Ri) : balikan yang diharapkan dari suatu sekuritas tertentu

Rf : tingkat balikan yang tersedia untuk sekuritas bebas risiko (risk free rate) β : beta

RPm : premi risiko ekuitas untuk pasar secara keseluruhan (equity risk premium)

Rf adalah tingkat suku bunga untuk instrumen-instrumen yang dianggap tidak memiliki kemungkinan gagal bayar. Di Indonesia, instrumen bebas risiko yang dapat dipilih adalah tingkat bunga obligasi Pemerintah untuk jangka panjang.

Dalam hal ini Rf dihitung berdasarkan Surat Utang Negara (SUN) Seri FR0054 tanggal 28 Juni 2011 yaitu sebesar 8,67% berjangka waktu 20 tahun, dan angka tersebut akan digunakan sebagai tingkat balikan bebas risiko (Rf).

RPm adalah selisih antara tingkat bunga investasi bebas risiko dengan tingkat balikan investasi dalam bentuk penyertaan. Penentuan equity market risk premium memasukkan premi untuk risiko spesifik negara (country-specific risk premiums) seperti volatilitas harga saham untuk menghasilkan base equity market risk premium. Dengan mengikutsertakan risiko-risiko ini, dihasilkan tingkat diskonto yang mengakomodasi perubahan-perubahan sentimen jangka pendek di sekuritas pada pasar negara berkembang (emerging market). Untuk penilaian ini, ESESCO menggunakan tingkat premi risiko sebesar 9,13%, berdasarkan hasil riset Aswath Damodaran (Stern Business School, New York University), dimana disebutkan bahwa tingkat premi risiko untuk pasar Indonesia adalah sebesar 9,13%. ESESCO meyakini bahwa country risk telah tercover pada risk free, sehingga risk premium yang ESESCO perhitungkan adalah sebesar 9,13%

Beta (β) adalah faktor untuk meliput risiko sistematis dari suatu ekuitas. Beta akan dikalikan dengan market risk premium untuk mendapatkan equity risk premium.

Untuk memperoleh faktor beta yang sesuai dan akan digunakan dalam

(3)

βL

β

u

=

1 + (1-T) x DER

perhitungan nilai pasar wajar Obyek Transaksi ESESCO menggunakan beta pembanding dari perusahaan securitas.

Dalam perhitungan digunakan beta dari perusahaan-perusahaan tersebut sebagai beta untuk menghitung cost of equity Perseroan, dimana beta tersebut dihitung dari rata-rata unlevered beta. Cara ini dilakukan untuk menetralisir pengaruh leverage yang ada di masing-masing perusahaan terhadap beta. Perusahaan yang sama dengan leverage yang berbeda akan memiliki cost of equity yang berbeda pula, oleh karena itu pengaruh leverage yang ada di tiap perusahaan perlu dinetralisir dengan cara menghitung unlevered beta.

Unlevered beta dihitung dengan formula sebagai berikut:

dimana:

T = Tingkat pajak DER = Debt to equity ratio

βL = Beta levered, yaitu ukuran risiko sistematis dari suatu saham yang diukur secara obyektif dari responsivitas pengembalian perusahaan terhadap pergerakan pengembalian portofolio pasar apabila dibandingkan dengan portofolio pasar dengan pengaruh hutang

βu = Beta unlevered, yaitu ukuran risiko sistematis dari suatu saham yang diukur secara obyektif dari responsivitas pengembalian perusahaan terhadap pergerakan pengembalian portofolio pasar apabila dibandingkan dengan portofolio pasar tanpa pengaruh hutang

Unlevered beta rata-rata perusahaan pembanding yang diperoleh dari perhitungan ini kemudian di-relever dengan tingkat leverage yang berlaku pasar untuk memperoleh beta yang sesuai untuk mendiskonto AKB Perseroan tersebut dengan formula sebagai berikut :

Unlevered beta perusahaan sejenis yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan beta untuk Perseroan adalah sebagai berikut:

Tabel. 5.1 Beta Levered dan Un-Levered Perusahaan Pembanding

Sumber : Routers

βL = βu x (1 + (1-T) x DER)

(4)

Dari tabel di atas, tampak bahwa rata-rata dari unlevered beta dari perusahaan pembanding adalah 0,913.

Untuk kepentingan penilaian, komposisi pendanaan dihitung berdasarkan rata-rata market atau Long Term debt to equity ratio pada industri yang sejenis. Dari tabel diatas diperoleh rata-rata DER sebesar 54,67% yang akan digunakan sebagai DER yang mewakili Perseroan. Dengan demikian, beta unlevered perusahaan pembanding harus di-levered dengan DER tersebut, sehingga diperoleh beta sebesar 1, dengan tarif pajak 25%.

5.1.4. Biaya Modal Atas Ekuitas

Berdasarkan nilai beta sebesar 1,2874 maka dengan menggunakan persamaan CAPM diperoleh biaya modal atas ekuitas perseroan adalah 20,422%, sebagaimana tampak dalam perhitungan di bawah ini.

% 422 , 20

%) 13 , 9 2874 , 1 (

% 67 , 8 )

(     

f m

e R RP

k

rs (specific-company risk premium). Sebagian dari risiko yang dihadapi oleh pemegang saham perusahaan telah tercermin dalam perhitungan cost of equity menggunakan CAPM namun belum mencerminkan risiko yang berkaitan dengan karakteristik spesifik yang dimiliki oleh perusahaan

Dengan mempertimbangkan risiko-risiko tersebut, maka disimpulkan bahwa risiko spesifik perseroan yang diperhitungkan sebesar 1%. Sehingga biaya modal ekuitas Perseroan adalah:

Tabel. 5.2 Biaya Modal Ekuitas Perseroan

Keterangan Persen (%)

ke (cost of equity) 20,422

rs (specific-company risk premium) 1,00

Total biaya modal ekuitas 21,422

Sebagaimana telah diuraikan di atas, diperoleh biaya modal ekuitas sebesar 21,422%.

5.1.5. Penentuan Biaya Modal Untuk Hutang

Karena perhitungan nilai saham Perseroan dilakukan dengan mendiskonto tingkat kembalian terhadap keseluruhan kapital (free cash flow to capital), maka tingkat diskonto yang digunakan adalah tingkat diskonto yang merupakan rata-rata tertimbang biaya modal, baik yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun yang berasal dari penyertaan.

Penentuan posisi tingkat leverage yang optimal adalah mencari titik dimana tambahan penghematan pajak yang berasal dari tambahan hutang akan sama

βL = βu x (1 + (1-T) x DER)

βL = 0.913 x (1 + (1-25%) x 54,67%) = 1,2874

(5)

dengan tambahan biaya bunga sebagai akibat dari risiko gagal bayar yang diantisipasi dari keberadaan keseluruhan hutang.

Dalam penilaian ini, untuk biaya bunga untuk hutang digunakan tingkat bunga pinjaman dalam mata uang Rupiah yang merupakan rata-rata tingkat bunga pinjaman Bank komersial, yaitu 11,21%. Berdasarkan biaya bunga tersebut maka diperoleh biaya hutang sebesar 8,41% (dengan tarif pajak 25%) dengan perhitungan sebagai berikut :

Untuk kepentingan penilaian, komposisi pendanaan dihitung berdasarkan kinerja perbandingan interest bearing debt dengan ekuitas pasar pada akhir Juni 2011 yang akan digunakan dalam proyeksi struktur keuangan jangka panjang Perseroan, yaitu sebesar 35,347%, sedangkan sisanya yaitu sebesar 64,653%

akan dipenuhi dengan modal sendiri. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas dan kekuatan / kelebihan serta risiko yang dihadapi, ESESCO berpendapat bahwa tingkat diskonto sebesar 16,821% untuk Perseroan adalah wajar untuk mendiskonto arus kas bersih dengan perhitungan sebagai berikut :

Tabel. 5.3 Perhitungan WACC

5.1.6. Nilai Terminal dan Tingkat Pertumbuhan .

Nilai terminal (terminal value) diperoleh melalui kapitalisasi arus kas bersih periode kekal dengan capitalization rate yang sesuai dengan tingkat diskonto. Dalam hal ini, asumsi yang digunakan adalah perusahaan yang bersifat going concern, dimana perusahaan akan berjalan terus meskipun terjadi pergantian pada pemilik atau manajemen perusahaan. Dalam perhitungan ini ESESCO tidak mengaplikasikan nilai terminal value, diasumsikan setelah periode produksi tambang Perseroan ditutup.

5.1.7. Discount for Lack of Marketability (DLOM).

Diskon Likuiditas Pasar (Discount For Lack of Marketability) suatu jumlah atau persentase tertentu yang merupakan pengurang dari nilai suatu ekuitas sebagai cerminan dari kurangnya likuiditas Obyek Penilaian. (Bapepam LK, VIII.C.3 Butir 1.a.27/2009)

DLOM mencerminkan pengurangan terhadap nilai dari penyertaan di perusahaan sebagai pengaruh dari tidak likuidnya obyek penilaian untuk diperdagangkan.

Karena saham perusahaan merupakan saham dari perusahaan tertutup yang untuk penjualannya membutuhkan waktu.

Biaya Modal D E R Tertimbang a. COST OF DEBT ( Kd = i x (1-T)) 8.409% 35.347% 2.972%

b. COST OF EQUITY ( Ke = Rf + ( Rm-Rf ) * Beta + Rs 21.421% 64.653% 13.849%

Weighted Average Cost of Capital ( WACC ) 16.821%

JENIS MODAL Kd = ix ((1-T)

Kd

= 11.21% x (1-25%) 8,41%

(6)

Dalam penerapan DLOM ini ESESCO mengacu pada Keputusan Ketua Bapepam dan LK No.340/BL/2009 tentang Pedoman dan Penyajian Laporan Penilaian Usaha di Pasar Modal, yang menyatakan bahwa :

Dalam hal Obyek penilaian bukan merupakan perusahaan terbuka, maka :

“Diskon Likuiditas Pasar (discount for Lack of Marketability) bagi pemegang saham mayoritas adalah antara 20% (dua puluh perseratus) sampai dengan 40% (empat puluh perseratus) dari indikasi nilai”.

Dalam penilaian ini ESESCO mengaplikasikan DLOM pada angka moderat yaitu sebesar 30% yang merupakan angka rata-rata yang diperkenankan dalam peraturan Bapepam LK tersebut diatas, selain itu juga dengan pertimbangan bahwa perusahaan yang menjadi Obyek Penilaian berada pada bidang industri yang relatife dikenal baik oleh masyarakat luas, tidak memerlukan teknologi tinggi.

5.1.8. Discount for Lack of Control (DLC) atau Control Premium (CP)

Premi pengendalian (Premium for Control) adalah suatu jumlah atau persentase tertentu yang merupakan penambah dari nilai suatu ekuitas sebagai cerminan dari tingkat pengendalian atas Obyek Penilaian.

Dalam analisis penilaian ini ESESCO mengimplementasikan Premi Pengendalian (Premium for Control) sebesar 30% dengan pertimbangan bahwa nilai yang dihasilkan dari pendekatan pendapatan merupakan nilai yang dimiliki oleh pemegang saham minoritas sehingga menghasilkan indikasi nilai minoritas, sedangkan obyek penilaian memiliki sifat mayoritas. Hal ini terlihat dari sifat Obyek Penilaian yang tidak dapat terdilusi meskipun pemegang saham yang lain menambah modalnya ke Perseroan.

5.1.9. Indikasi Nilai Saham Perseroan.

Berdasarkan asumsi-asumsi yang telah dibuat maka proyeksi keuangan perseroan berupa laporan laba rugi (income statement), neraca (balance sheet) dan laporan arus kas (statement of cash flow) secara detail dapat dilihat pada bagian lampiran laporan ini. Adapun hasil perhitungan nilai saham di perseroan menggunakan metode Free Cash Flow to Firm (FCFF) adalah sebagai berikut.

Tabel. 5.4 Ringkasan Penilaian Saham Metode FCFF per 30 Juni 2011

Uraian Nilai Rp 000

Nilai kini arus kas bebas untuk perusahaan

Tahun 2011 (115.800.891),-

Tahun 2012 69.603.466,-

Tahun 2013 118.536.782,-

Tahun 2014 106.531.514,-

Tahun 2015 41.086.908,-

Tahun 2016 98.66.835,-

Indikasi nilai perusahaan 432.619.533,-

Aktiva & Kewajiban Lain-lain (49.202.219),-

(7)

Uraian Nilai Rp 000

Indikasi Nilai Ekuitas 100% 269.416.395,-

Indikasi Nilai Ekuitas 80% 215.533.116,-

Ditambah Premium (30%) 64.659.935,-

Indikasi Nilai Wajar Ekuitas 280.193.051,-

Dikurangi: DLOM (30%) (84.057.915),-

Nilai pasar wajar 80% saham 196.135.136,-

Berdasarkan perhitungan seperti yang telah dipaparkan diatas maka, indikasi Nilai Pasar Wajar 80% saham yang dimiliki PT J. Resources Nusantara (PT “JRN”) dahulu PT Bara Kutai Energi (“PT BKE”) pada PT Bukit Makmur Istindo Nikeltama (PT" Bumanik”) setelah dibulatkan adalah sebesar Rp 196.135.136.000,- (Seratus Sembilan Puluh Enam Miliar Seratus Tiga Puluh Lima Juta Seratus Tiga Puluh Enam Ribu Rupiah).

5.2. Pendekatan Pasar

5.2.1. Perusahaan Pembanding

Penilaian menggunakan metode guideline publicly traded company (GPTC) diawali dengan mengumpulkan data mengenai perusahaan yang sepadan dan sebanding di Bursa di Seluruh Dunia. Saat ini terdapat 222 (dua ratus dua puluh dua) perusahaan terbuka yang tercatat dalam kelompok industri sekuritas (brokerage) di Bursa seluruh dunia per tanggal penilaian. Dari 222 perusahaan terbuka ini, terdapat delapan perusahaan yang karakteristik usaha, pasar, ukuran perusahaan mirip dengan Perseroan. Selain memiliki karakteristik usaha dan pasar yang mirip, 8 perusahaan pembanding ini juga cukup aktif diperdagangkan di Bursa. Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam menemukan pembanding Perseroan (sesuai dengan Bapepam LK, VIII C.3.Butir 15.a.5.26/2009) adalah sebagai berikut :

 Industri, kegiatan usaha, produk, dan risiko usaha adalah sejenis;

 Karakteristik pertumbuhan (growth in sales and earnings) dan struktur permodalan (capital structure) adalah sebanding;

 Kinerja keuangan historis selama 5 (lima) tahun terakhir adalah sebanding.

 Ukuran perusahaan (total assets) adalah sebanding; dan

Pangsa pasar (market share) adalah sebanding.

Berdasarkan Laporan Valuasi perhitungan Resouces dan Reserves PT Bukit Makmur Istindo Nikeltama bulan April 2011 yang ditandatangani oleh Ir. Wawong Dwi Ratminah, MT. dan Dr. Ir. Eddy Winarno, S.Si, MT., diperoleh data sebagai berikut :

(8)

Berikut adalah data harga saham, PBV (price to book value ratio), Market Value Invested Capital per Book Value Invested Capital (MBVIC/BVIC) dan Market Value per Resources (MV/Resources) perusahaan pembanding per 30 Juni 2011

Tabel. 5.5 Data Multiplier Pembanding per 30 Juni 2011

Sumber: Reuters

5.2.2. Estimasi Faktor Pengali

Estimasi faktor pengali Perseroan dilakukan dengan menggunakan rata-rata market multiple, dimana dari hasil perhitungan nilai rata-rata market multiple, dimana dari hasil perhitungan nilai rata-rata MVIC/BVIC 1,93 dan MV/Resources 5,21 mengingat kondisi spesifik yang melekat pada Obyek Penilaian dimana sumberdaya tambang nikel dan cadangan nikel yang akan menghasilkan pendapatan per tanggal penilaian, maka ESESCO memberikan bobot 60% pada market book value Invested capital (MVIC) dan 40% pada market value to resources (MV/Resources) untuk menghasilkan Nilai Pasar Wajar Perseroan.

5.2.3. Discount for Lack of Marketability (DLOM)

Diskon Likuiditas Pasar (Discount For Lack of Marketabilities) suatu jumlah atau persentase tertentu yang merupakan pengurang dari nilai suatu ekuitas sebagai cerminan dari kurangnya likuiditas Obyek Penilaian. (Bapepam LK, VIII.C.3 Butir 1.a.27/2009).

DLOM mencerminkan pengurangan terhadap nilai dari penyertaan di perusahaan sebagai pengaruh dari tidak likuidnya obyek penilaian untuk diperdagangkan.

Karena saham perusahaan merupakan saham dari perusahaan tertutup yang untuk penjualannya membutuhkan waktu.

Dalam penerapan DLOM ini ESESCO mengacu pada Keputusan Ketua Bapepam dan LK No.340/BL/2009 tentang Pedoman dan Penyajian Laporan Penilaian Usaha di Pasar Modal, yang menyatakan bahwa :

Dalam hal Obyek penilaian bukan merupakan perusahaan terbuka, maka :

“Diskon Likuiditas Pasar (discount for Lack of Marketability) bagi pemegang saham mayoritas adalah antara 20% (dua puluh perseratus) sampai dengan 40% (empat puluh perseratus) dari indikasi nilai”.

(9)

Dalam penilaian ini ESESCO mengaplikasikan DLOM pada angka moderat yaitu sebesar 30% yang merupakan angka rata-rata yang diperkenankan dalam peraturan Bapepam LK tersebut diatas, selain itu juga dengan pertimbangan bahwa perusahaan yang menjadi Obyek Penilaian berada pada bidang industri yang relatife dikenal baik oleh masyarakat luas, tidak memerlukan teknologi tinggi.

5.2.4. Discount for Lack of Control (DLC) atau Control Premium (CP)

Premi pengendalian (Premium for Control) adalah suatu jumlah atau persentase tertentu yang merupakan penambah dari nilai suatu ekuitas sebagai cerminan dari tingkat pengendalian atas Obyek Penilaian.

Dalam analisis penilaian ini ESESCO mengimplementasikan Premi Pengendalian (Premium for Control) sebesar 30% dengan pertimbangan bahwa nilai yang dihasilkan dari pendekatan market merupakan nilai yang dimiliki oleh pemegang saham minoritas sehingga menghasilkan indikasi nilai minoritas, sedangkan obyek penilaian memiliki sifat mayoritas. Hal ini terlihat dari sifat Obyek Penilaian yang tidak dapat terdilusi meskipun pemegang saham yang lain menambah modalnya ke Perseroan.

5.2.5. Indikasi Nilai Saham Perseroan

Berdasarkan asumsi-asumsi yang telah dibuat maka pembentukan faktor pengali PER, PBV, dan P/S untuk Perseroan secara detail dapat dilihat pada bagian lampiran laporan ini. Adapun hasil perhitungan nilai 80% saham Perseroan menggunakan metode guideline publicly traded company (GPTC) adalah sebagai berikut.

Tabel. 5.6 Ringkasan Penilaian Saham Metode GPTC per 30 Juni 2011

Uraian Nilai (Rp)

Indikasi nilai ekuitas 100% 285.425.045.690,- Indikasi nilai ekuitas 80% 228.340.036.552,- Ditambah : Control Premium (30%) 68.502.010.965,- Indikasi Nilai Wajar Ekuitas 279.782.826.000,-

Dikurangi :DLOM (30%) (89.052.614.255),-

Indikasi Nilai Pasar Wajar 80% 207.789.433.262,-

Pembulatan 207.789.433.000,-

Berdasarkan perhitungan seperti yang telah dipaparkan diatas maka, indikasi nilai pasar wajar saham Perseroan untuk 80% saham yang dimiliki PT J. Resources Nusantara (PT “JRN”) pada PT Bukit Makmur Istindo Nikeltama (PT" Bumanik”) adalah sebesar Rp 207.789.433.000,- (Dua Ratus Tujuh Miliar Tujuh Ratus Delapan Puluh Sembilan Juta Empat Ratus Tiga Puluh Tiga Ribu Rupiah) (dibulatkan).

(10)

5.3. Rekonsiliasi Nilai Saham.

ESESCO memberikan bobot pada pendekatan pendapatan sebesar 60% dan penilaian dengan menggunakan pendekatan pasar ESESCO beri bobot 40%.

Penentuan pembobotan nilai berdasarkan karakteristik metode penilaian, hasil penilaian dan data yang diperoleh dalam menghasilkan kesimpulan nilai, beberapa pertimbangan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perseroan memiliki cadangan tambang dan telah memiliki study kelayakan untuk mengeksplorasi tambang tersebut.

2. Terdapat beberapa perusahaan yang memiliki karakteristik yang mirip dengan Perseroan, namun beberapa perusahaan tersebut berada di luar negeri yang memiliki kondisi ekonomi yang berbeda dengan Indonesia.

Berikut ini adalah rekonsiliasi hasil penilaian untuk mendapatkan nilai pasar wajar 80 % saham yang dimiliki PT J. Resources Nusantara (PT “JRN”) dahulu PT Bara Kutai Energi (“PT BKE”) pada PT Bukit Makmur Istindo Nikeltama (PT" Bumanik”) pada tanggal efektif penilaian 30 Juni 2011 adalah sebesar :

Tabel. 5.7 Rekonsiliasi Nilai Pasar Wajar per 30 Juni 2011

Rekonsiliasi Nilai Nilai Ekuitas Bobot Nilai Pembobot Income Aproach 196.135.136.000 60% 117.681.081.600 Market Approach 207.805.992.000 40% 83.122.396.800

Indikasi Nilai Saham 200.803.478.400

Pembulatan 200.803.000.000

(11)

5. Penilaian Saham Perseroan ...1

5.1 Pendekatan Pendapatan ... 1

5.1.1. Penyesuaian Laporan Keuangan ...1

5.1.2. Asumsi Proyeksi Laporan Keuangan ...1

5.1.3

Pemilihan Arus Kas

...2

5.1.4. Biaya Modal Atas Ekuitas ...4

5.1.5. Penentuan Biaya Modal Untuk Hutang ...4

5.1.6. Nilai Terminal dan Tingkat Pertumbuhan. ...5

5.1.7. Discount for Lack of Marketability (DLOM). ...5

5.1.8 Discount for Lack of Control (DLC) atau Control Premium (CP) ...6

5.1.9. Indikasi Nilai Saham Perseroan. ...6

5.2. Pendekatan Pasar ... 7

5.2.1. Perusahaan Pembanding ...7

5.2.2. Estimasi Faktor Pengali ...8

5.2.3. Discount for Lack of Marketability (DLOM) ...8

5.2.4. Discount for Lack of Control (DLC) atau Control Premium (CP) ...9

5.2.5. Indikasi Nilai Saham Perseroan ...9

5.3. Rekonsiliasi Nilai Saham. ... 10

Tabel. 5.1 Beta Levered dan Un-Levered Perusahaan Pembanding ... 3

Tabel. 5.3 Perhitungan WACC ... 5

Referensi

Dokumen terkait

Kis 2:41-47 bercerita mengenai Cara Hidup Jemaat Pertama. Perikope ini menampakkan persaudaraan dan cinta kasih antar anggota jemaat. Jemaat tersebut terbiasa melakukan

Berdasarkan prinsip hukum udara internasional, masalah penetapan zona larangan terbang merupakan upaya negara-negara untuk mempertahankan kedaulatannya di ruang uadara. Sejak

Berdasarkan wacana di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah implementasi penyusunan rencana kerja sebagai

Ketika kondisi jalan sepi ditetapkan waktu nyala untuk lampu hijau adalah selama 5 detik, pada kondisi jalan agak ramai lampu hijau menyala 10 detik, dan pada

SITA DEWI KUSUMANINGRUM, S.E., MPM... PERWAKILAN

dan harga diri sudah pasti mengalami berbagai macam masalah dalam kehidupannya. Dalam perusahaan terhimpun individu-individu dimana satu sama lain berbeda-beda terutama dalam

Lokasi Target Capaian Kinerja Kebutuhan Dana/Pagu Indikatif Per Program Kebutuhan Dana/Pagu Indikatif Per Kegiatan Sumber Dana Target Capaian Kinerja Kebutuhan Dana/Pagu

Tapi hal itu tidak berlaku bagi Jingga, dia mati-matian membenci Janus, sejak hari pertama mereka bertemu setahun lalu.. Tepatnya ketika Jingga mengikuti seleksi masuk tim