• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Persuasif

2.1.1 Definisi Komunikasi Persuasif

Komunikasi persuasif menurut Notshine adalah usaha untuk mempengaruhi tindakan atau penilaian orang lain dengan cara berbicara atau menulis kepada komunikan (Soemirat, Soleh, & Suryana, 2014). Bettinghause menjelaskan bahwa sesuatu dapat bersifat persuasif, ketika menyampaikan pesan disertai upaya yang dilakukan dengan sadar untuk mengubah perilaku orang atau kelompok (Soemirat, Soleh, & Suryana, 2014). Selain itu, Ilardo mendefinisikan komunikasi persuasif sebagai proses komunikasi untuk mengubah keyakinan, sikap, atau perilaku melalui pesan verbal dan nonverbal. (Soemirat, Soleh, & Suryana, 2014)

Menurut Notshine ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan agar komunikan melakukan perubahan perilaku, faktor tersebut adalah tujuan yang jelas, mengamati lawan bicara, dan pemilihan strategi yang tepat untuk membujuk orang lain (Soemirat, Soleh, & Suryana, 2014).

Berdasarkan beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa komunikasi persuasif dilakukan melalui penyampaian pesan verbal dengan berbicara secara tatap muka, menggunakan berbagai macam media komunikasi. Selain pesan verbal, proses komunikasi persuasif juga didukung dengan melalui pesan non-verbal seperti nada bicara, gaya bicara, kontak mata, ekspresi wajah, dan lain-lain. Pada akhirnya bertujuan untuk mempengaruhi dan mengubah sikap komunikan melalui pesan-pesan komunikasi sesuai yang diinginkan oleh komunikatornya.

(2)

8

2.2.2 Karakter Komunikator Pada Komunikasi Persuasif

Persuader adalah mereka yang berperan sebagai komunikator. Somirat mengatakan persuader ialah individu atau kelompok yang menyampaikan pesan verbal atau nonverbal kepada penerima pesan dengan tujuan mempengaruhi sikap, perilaku, dan pendapat mereka (Soemirat, Soleh, &

Suryana, 2014). Salah satu tingkat keberhasilan komunikasi persuasif dipengaruhi oleh bagaimana persuader menyampaikan pesan kepada sasarannya, maka dari itu Effendi menyebutkan karakter yang harus dimiliki oleh persuader, diantaranya adalah :

1. Reseptif, seorang persuader dapat dikatakan reseptif ketika menyampaikan pesan ia bisa menerima berbagai gagasan atau saran baik yang positif ataupun negatif oleh sasarannya, dengan tetap memberikan respon yang positif.

2. Selektif, seorang persuader harus mampu memilih informasi- informasi apa saja yang akan diproses untuk disampaikan kepada sasarannya.

3. Digestif, kemampuan untuk memahami berbagai gagasan, serta memahami pengaruh dari pesan yang diterima oleh persuader, agar informasi dapat diolah dan disampaikan kepada sasarannya dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami.

4. Asimilatif, seorang persuader harus kemampuan untuk mengkombinasikan informasi yang diterimanya, agar ketika menyampaikan pesan kepada sasarannya tidak berbelit-belit.

5. Transmisif, seorang persuader harus dapat memilih kata, waktu, dan tempat yang tepat untuk menyampaikan pesan persuasi kepada sasarannya (Soemirat, Soleh, & Suryana, 2014).

(3)

9

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan persuader adalah orang atau kelompok yang berusaha mengubah sikap, pendapat, dan tindakan dari sasarannya, untuk mencapai tujuan tersebut seorang persuader harus memiliki karakter tersebut.

2.1.3 Karakter Komunikan Pada Komunikasi Persuasif

Persuadee adalah mereka yang menjadi komunikan, yakni seorang atau sekelompok orang yang menjadi sasaran untuk dipersuasi oleh persuader.

Persuadee yang akan dihadapi oleh persuader sangat beragam, karena karakteristik demografi. Maka dari itu seorang persuader harus mempelajari persuade nya agar pesan yang disampaikan menjadi efektif. Notshine mengklasifikasi persuade, diantaranya adalah :

1. Persuadee yang tidak bersahabat secara terbuka, adalah mereka melakukan penolakan, memberikan perlawanan secara langsung, mengumpulkan orang lain untuk menentang persuader.

2. Persuadee yang tidak bersahabat, mereka yang tidak menyetujui dengan yang dikatakan persuader, dan cenderung menolak begitu saja, daripada meminta bantuan atau perlawanan untuk menentang.

3. Persuadee yang netral, adalah mereka yang memiliki sikap tidak memihak, kepada persuader.

4. Persuadee ragu-ragu, adalah mereka yang peduli terhadap persuader, akan tetapi mereka memiliki sikap yang bimbang, sehingga tidak dapat memilih apakah harus menerima atau menolak pesan yang disampaikan oleh persuader.

5. Persuadee yang tidak mengetahui, adalah mereka yang tidak memiliki informasi tentang persuader, maka dari itu keputusan persuadee bergantung pada kemampuan persuader dapat meyakinkannya.

(4)

10

6. Persuadee yang mendukung, adalah mereka yang memiliki informasi dan mendukung tujuan persuader,dan akan memberikan dukungan akan tetapi tidak secara terbuka.

7. Persuadee yang mendukung secara terbuka, mereka yang benar- benar memahami persuader, mereka yakin dengan pesan yang disampaikan, sehingga mereka memberikan dukungan secara terbuka. (Soemirat, Soleh, & Suryana, 2014)

Berdasarkan karakter komunikan dalam komunikasi persuasif yang dijelaskan Notshine, maka dapat disimpulkan pentingnya bagi persuader untuk memahami karakter persuade agar pesan dapat disampaikan secara efektif.

2.1.4 Karakteristik Pesan Komunikasi Persuasif

Seperti yang dikatakan oleh Notshine berbicara atau menulis kepada komunikan adalah upaya untuk mempengaruhi penilaian atau tindakan dari sasaran, sehingga dapat dikatakan sebagai komunikasi persuasif (Soemirat, Soleh, & Suryana, 2014). Maka dari itu bentuk pesan yang disampaikan oleh komunikator harus memenuhi beberapa persyaratan agar dapat mempengaruhi tindakan komunikan.

Ton Kertapati mengatakan persuasi merupakan bentuk komunikasi yang memiliki persyaratan tertentu, persyaratan tersebut adalah (Kertapati, 1981):

1. Menyampaikan pesan atau ajakan yang dapat menstimulir sesuatu kepada sasaran.

2. Pesan yang disampaikan memuat lambing komunikasi atau tanda yang sesuai dengan penafsiran dari sebagaian besar sasaran tersebut.

(5)

11

3. Pesan yang disampaikan dapat membangkitkan kepentingan, dan kemudian memberikan saran usaha dan upaya yang disesuaikan dengan keadaan sasaran.

4. Pesan yang disampaikan mampu membangkitkan harapan.

Jalaluddin Rakhmat mengemukakkan imbauan pesan merupakan aspek yang digunakan komunikator untuk menyentuh dan mengubah sasarannya ketika menyampaikan pesan. Berbagai imbauan pesan dalam mempengaruhi sikap dan perilaku komunikan meliputi (Rakhmat, 2018):

1. Imbauan rasional, yaitu membujuk orang lain atau menyajikan bukti dengan pendekatan logis.

2. Imbauan emosiaonal, artinya dengan menggunakan bahasa atau pernyataan yang menyentuh komunikan.

3. Imbauan takut, artinya pesan yang disampaiakn dapat menimbulkan kecemasan, ancaman, dan membuat resah.

4. Imbauan motivasional, artinya pesan yang disampaiakn dapat menyentuh sisi batin seseorang.

Oleh karena itu, agar dapat penyampaian pesan bisa mempengaruhi sikap dan perilaku sasaran , maka harus dirumuskan terlebih dahulu untuk memenuhi syarat-syarat tertentu, sebelum pesan tersebut disampaikan

Oleh karena itu, agar dapat penyampaian pesan bisa mempengaruhi sikap dan perilaku sasaran , maka harus dirumuskan terlebih dahulu untuk memenuhi syarat-syarat tertentu, sebelum pesan tersebut disampaikan

2.1.5 Strategi Komunikasi Persuasif

Melvin L. De Fluer dan Sandra J.Ball-Roceach menjelaskan tiga strategi komunikasi persuasif, yaitu (Soemirat, Soleh, & Suryana, 2014):

1. Strategi Psikodinamika

Asusmsi dasar dari strategi psikodinamika adalah bahwa setiap individu memiliki faktor bawaan biologis yang dihasilkan dari pembelajaran lingkungan. Fokus dari strategi ini berada pada pesan

(6)

12

persuasif yang dapat mengubah faktor emosional dan kognitif. Di mana pesan persuasif dapat mengubah emosi seperti rasa marah.

Selain itu, strategi ini dapat digunakan untuk pembangkit emosional dalam perilaku tertentu.

Faktor kognitif dianggap memiliki pengaruh besar pada perilaku manusia. Oleh karena itu, jika kita dapat mengubah faktor kognitif, kita dapat mengubah perilaku individu. Pandangan Psikodinamika terhadap perilaku menekankan pada aspek-aspek yang mempengaruhi faktor perilaku, kondisi, pernyataan, dan kekuatan orang yang membentuk perilaku tersebut.

Esensi dari strategi psikodinamika untuk persuasi adalah pesan yang efektif akan mampu membangun emosional yang baik, sehingga persuadee akan merespon dengan bentuk perilaku yang diinginkan atau sesuai dengan yang dinyatakan oleh persuader. Dengan terjalinnya hubungan tersebut, maka dapat merubah struktur internal psikologis seseorang.

2. Strategi Sosiokultural

Strategi ini beasumsi bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh kekuatan dari luar individu, seperti norma, kepentingan peran, serta sistem kontrol sosial. Strategi sosiokultural sering digunakan dalam kombinasi dengan tekanan interpersonal yang dikompromikan sehingga kombinasi pesan dapat dipertukarkan antara media dan orang-orang. Strategi ini memperhatikan lingkungan atau kelompok yang dituju. Kelompok dan lingkungan dapat membantu persuader untuk membujuk sasarannya. Asumsnya, jika kelompok mereka mengajak apa yang diinginkan persuader. Ada kemungkinan ia akan mengikuti apa yang dilakukan dan dikatakan kelompoknya. Hal ini karena target lebih percaya kelompoknya daripada persuader.

(7)

13 3. Strategi The Meaning Construction

Asumsi dasarnya adalah bahwa perilaku dapat terbentuk dengan pengetahuan. Konsep ini dimulai dimana hubungan antara pengetahuan dan perilaku dapat dicapai, dan tergantung pada seberapa baik persuader memberikan informasi sehingga target dapat mengingatnya. Oleh karena itu, ketika target menerima dan memahami banyak informasi, target akan memgingatnya dan secara sadar untuk mengikuti.

Untuk itu, terdapat tiga pendekatan untuk membuat strategi komunikasi persuasif , pertama berdasarkan faktor emosional antara persuader dengan target, dilanjutkan dengan pendekatan sosiokultural dimana lingkungan mempengaruhi perilaku manusia, dan pendekatan the meaning construction dimana perilaku seseorang dapat dirubah dengan pengetahuan.

2.2 Kepolisian

2.2.1 Pengertian Kepolisian

Pada abad sebelum masehi di Yunani istilah polisi pertama kali ditemukan, saat itu dikenal dengan istilah “politea” yang berarti pemerintahan negara kota(Warsito, 2005). Saat itu kota-kota di Yunani disebut “politea” atau “polis” , pada zaman itu arti “polis” sangat luas, meliputi seluruh pemerintahan Negara, dan urusan keagamaan. Pada abad ke 14-15 kegiatan keagamaan menjadi semakin banyak, sehingga urusan keagamaan dianggap perlu diselenggarakan secara khusus, akhirnya istilah

“politea” hanya meliputi usaha dan urusan keduniawian (Utomo, 2005).

Berawal dari istilah “politea” atau “polis” itulah kemudian muncul istilah “polizey” di Jerman, yang berarti meliputi keseluruhan pemerintahan negara. Belanda menggunakan istilah “politie” sebagai bagian dari pemerintahan, bertugas untuk membuat dan mempertahankan hukum, dengan

(8)

14

kata lain menjaga ketertiban, ketentraman, dan menyelenggarakan kepentingan umum (Kalena, 2007).

Istilah polisi adalah lembaga negara atau pemerintah, dan istilah polisi adalah lembaga dan fungsi. Secara fungsional berarti kewajiban, wewenang, dan tanggung jawab suatu badan yang mengikat secara hukum untuk melaksanakan kewajiban seperti terpeliharanya keamanan dan ketertiban serta kesusilaan masyarakat, penegakan hukum, keamanan, pengayoman, dan pengayoman masyarakat.. (Sadjidono, 2006)

Pengertian kepolisian dalam Undang-undang No.2 Tahun 2002 sesuai dengan ketentuan Pasal 5 ayat (1) (Indonesia, 2 C.E.), Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah alat negara yang berperan untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat agar terpeliharanya keamanan dalam negeri.

Untuk itu dapat disimpulkan kepolisian merupakan suatu lembaga pemerintah yang terorganisasi dan terstruktur, berperan untuk memberikan perlindungan, pengayoman, pelayanan kepada masyarakat, dan juga sebagai penegak hukum untuk menjamin aturan yang berlaku di masyarakat dipatuhi.

2.2.2 Tugas,Fungsi, dan Wewenang Kepolisian

Tugas, fungsi, dan wewenang kepolisian di atur dalam Undang- undang No.2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, fungsi kepolisian di atur dalam Pasal 2 (Indonesia, 2 C.E.) yang berbunyi :

“fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan dalam masyarakat”

(9)

15

Tugas pokok kepolisian disebutkan dalam pasal 13 (Indonesia, 2 C.E.)adalah : a. Memelihara ketertiban,

b. keamanan masyarakat, c. meneggakan hukum, d. memberikan perlindungan, e. pengayoman,

f. dan pelayanan kepada masyarakat

Untuk menjalankan tugas seperti yang dijelaskan dalam pasal 13, maka kepolisian memiliki wewenang yang kemudian juga telah di atur dalam pasal 15 ayat 1, yakni :

a. menerima laporan dan atau pengaduan;

b. membantu menyelesaikan perselisihan masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum;

c. mencegah dan menanggulangi penyakit masyarakat;

d. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengecam persatuan dan kesatuan bangsa;

e. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian;

f. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan;

g. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

h. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;

i. mencari keterangan dan barang bukti;

j. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;

k. mengeluarkan surat izin dan/ surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat;

l. mengeluarkan surat izin dan/ surat keterangan yang diperlukan dalam

rangka pelayanan masyarakat;

(10)

16

m. memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;

n. menerima dan menyimpan barang temuan sementara waktu.

2.3 Satuan Pembinaan Masyarakat

2.3.1 Pengertian Satuan Pembinaan Masyarakat

Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor : Kep/307/V/2011 menjelaskan bahwa Binmas adalah semua kegiatan dan pekerjaan yang termasuk dalam proses merencanakan, mengorganisasikan, melaksanaan, dan mengendalian dalam rangka membimbing, mendorong, mengarahkan, dan menggerakkan masyarakat sehingga patuh terhadap aturan atau undang-undang serta norma sosial, kemudian berperan aktif menciptakan memelihara, dan meningkatkan ketertiban keamanan bagi diri dan lingkungannya dalam bentuk sistem keamanan swakarsa.

Satuan Pembinaan Masyarakat (Sat Binmas) merupakan satuan kerja kepolisian yang melakukan segala kegiatan pemberdayaan pemolisian masyarakat (Polmas) yakni suatau kegiatan polri untuk mengajak masyarakat agar mampu mendeteksi permasalahan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) di lingkungan serta mampu menemukan pemecahan masalahnya (Perkap Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pemolisian Masyarakat, 2015:4). Sat Binmas juga bentuk pengamanan swakarsa, serta kegiatan kerjasama dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.

2.3.2 Tugas, Fungsi, dan Peranan Satuan Pembinaan Masyarakat

Selama menyelengarakan tugas, Sat Binmas memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut(Tim Pokja Lemdiklat Polri T.A. 2018, 2018) :

a. Tugas Pokok Binmas

Binmas bertugas menyelenggarakan pembinaan dan bimbingan masyarakat agar kesadaran hukum masyarakat terwujud, mencegah

(11)

17

dan menanggulangi tumbuhnya permasaalahan di lingkungan masyarakat.

b. Fungsi Binmas

Upaya untuk mendorong atau menggerakkan masyarakat sehingga secara aktif ikut serta dalam melaksankan pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat.

c. Peranan Binmas

1. Pengendali Masyarakat

Memberikan arahan, mengawasi kegiatan masyarakat sehingga peraturan undang-undang yang berlaku terlaksana.

2. Pengarah dan Penggerak Masyarakat

Membimbing dan mendorong masyarakat menyesuaikan diri sesuai dengan kebijakan pemerintah.

3. Pemberdaya Potensi masyarakat

Untuk mewujudkan kesejahteraan dan memperuat masyarakat, maka Binmas memberikan petunjuk, arah, bimbingan dan pelatihan tentang upaya pencegahan, dan cara mengatasi gangguan kamtibmas.

2.4 Covid-19

2.4.1 Pengertian Covid-19

Coronavirus Disiase 2019 (COVID-19) adalah virus RNA, dengan penampilan seperti mahkota di bawah mikroskop electron (Di Gennaro et al., 2020). Covid-19 disebabkan oleh Sever Acute Respiatory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2 adalah coronavirus jenis baru yang dapat menular dan sebelumnya tidak pernah diidentifikasi pada manusia(Kementrian Kesehatan, 2020).

Virus ini berasal dari satu kelompok yang mampu menyebabkan penyakit pada hewan dan manusia. Beberapa jenis virus ini juga mampu menimbulkan gangguan infeksi saluran pernafasan pada manusia, seperti batuk pilek, hingga dapat menyebabkan Sever Acute Respiratory Syndrome

(12)

18

(SARS), Middle East Respiratory Syndrome (MERS), dan jenis baru yang saat ini ditemukan adalah SARS-CoV-2 Kemunculan pneumonia di Wuhan pada 2019 diketahui berasal dari kelompok coronavirus jenis SARS-CoV-2, jenis virus inilah yang menjadi penyebab kemunculan penyakit Covid-19.

Penamaan Coronavirus Disease diberikan oleh komita Internasional tentang takssonomi Virus (ICTV) , Coronavirus Disease disingkat menjadi Covid, dan 19 sebagai tanda tahun kemunculan penyakit tersebut , sehingga dinamakan Covid-19.

2.4.2 Gejala Covid-19

Beberapa gejala yang diderita bila terinfeksi COVID-19(PDPI et al., 2020):

a. Tidak berkomplikasi

Kondisi ringan, gejala yang ditimbulkan tidak spesifik, dengan gejala utama demam, batu, nyeri tenggorokan, sakit kepala, malaise, kongesti hidung, hingga nyeri otot. Pasien lanjut usia dan pasien yang memiliki permasalahan imun perlu diperhatikan karena gejala menjadi pada pasien tersebut menjadi tidak khas.

b. Pneumonia ringan

Gejala yang ditimbulkan demam, batuk dan sesak. Tanpa gejala pneumonia

c. Pneumonia berat

Muncul demam atau infeksi saluran nafas.

d. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) e. Spesis

Spesis adalah kondisi tubuh dalam keadaan infeksi disertai disfungsi organ,

f. Syok Septik

Syok septik adalah kondisi dimana pasien mengalami sepsis

(13)

19

Orang yang terinfeksi Covid-19 bisa memiliki potensi sakit yang lebih serius, apabila mereka adalah orang lanjut usia, serta orang yang memiliki penyakit bawaan (komorbid) seperti gangguan jantung, gangguan paru-paru, tekanan darah tinggi, diabetes, dan kanker. Covid-19 dapat menyerang segala usia dan setiap orang dapat memunculkan gejala yang berbeda, dan setiap orang juga memiliki potensi terinfeksi yang lebih serius jika tidak mendapatkan perawatan medis, seperti demam atau batuk yang disertai kesulitan bernafas, nyeri atau tekanan dada, bahkan hingga kehilangan kemampuan berbicara dan bergerak.

2.4.3 Cara Covid-19 Menyebar

Kementrian Kesehatan menjelaskan penularan Covid-19 terjadi melalui percikan kecil yang disebut droplets. Droplets yang berasal dari penderita Covid-19 inilah yang akhirnya bisa menular kepada orang lain.

Ketika penderita Covid-19 batuk atau bersin, maka droplets akan jatuh dipermukaan benda , saat orang lain menyentuh benda yang telah terkontaminasi kemudian orang itu menyentuh mata, hidung, atau mulut saat itulah virus masuk ke dalam tubuh dan terjadi penularan. Hingga saat ini WHO masih terus mengkaji tentang penyebaran Covid-19. Menurut WHO ada beberapa kemungkinan moda transmisi, yakni :

1. Transmisi kontak dan droplet

Transmisi kontak dapat terjadi melalui air liur dan saluran pernafasan saat orang yang terinfeksi batuk, bicara, atau bersin. Umunya sesorang bisa terjadi melalui kontak langsung, tidak langsung, atau kontak erat dengan pasien yang terinfeksi.

2. Transmisi udara

Tranmisi melalui udara adalah penyebaran droplet nuclei (aerosol) yang melayang di udara, tranmisi melalui udara dapat terjadi saat aktivitas prosedur medis sedang berlangsung dan menghasilkan aerosol. WHO dan para ilmuwan terus mendiskusikan apakah virus ini

(14)

20

mampu menyebar saat tidak dilakukannya aktivitas medis yang tidak menghasilkan aerosol, terutama pada ruangan dengan ventilasi udara yang buruk.

3. Transmisi Formit

Saat seseorang terinfeksi dan mengeluarkan droplet, maka permukaan benda yang berada disekitarnya dapat terkontaminasi atau disebut dengan transmisi formit. Virus yang telah mengkontaminasi permukaan benda, yang kemudian terdeteksi melalui RT-PCR masih bisa ditemukan di permukaan benda selama berjam-jam hingga berhari-hari tergantun suhu, kelembapan dan jenis permukaan.

4. Moda Transmisi Lain

Penelitian juga dilakukan pada sampel biologis para pasien Covid-19 seperti pada urine dan feses. Ada temuan dalam sebuah penelitian yang menyatakan virus ini hidup pada urine seorang pasien. Namun belum ada laporan yang disampaikan untuk temuan kasus penularan yang melalui transmisi ini. Selanjutnya kemungkinan terjadinya transmisi pada ibu hamil ke janin hingga saat ini belum ada laporan pasti, sehingga para ilmuwan masih terus melakukan penelitian.

Penelitian juga terus dilakukan untuk mengetahui apakah jika ada hewan yang terinfeksi bisa memberikan resiko penularan terhadap manusia.

Bukti saat ini menunjukkan bahwa penyebaran terjadi dari orang ke orang melalui rute droplet saluran napas, dan mereka yang melakukan kontak erat. Penularan juga bisa terjadi dari mereka yang terinfeksi namun tidak menujukkan gejala. Sejauh mana tranmisi ini terjadi belum sepenuhnya dipahami, maka dari itu para ilmuwan terus melakukan penelitian.

(15)

21 2.4.4 Mencegah Penularan Covid-19

Prinsip pencegahan COVID-19 secara umum(PDPI et al., 2020):

a. Menjaga kebersihan dengan mencuci tangan, atau menggunakan handsanitzer berbasis alcohol 60% .

b. Tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut jika belum mencuci tangan.

c. Menggunakan disinfektan untuk membersihkan benda yang sering disentuh.

d. Menghindari interaksi dengan orang yang sedang sakit.

e. Menggunakan masker medis, istirahat dirumah saat merasakan gejala sakit, apabila keadaan memburuk segera pergi ke fasilitas kesehatan.

f. Hindari tempat publik yang menimbulkan kerumunan, dan tempat dengan sirkulasi udara yang buruk.

g. Tutup hidung atau mulut dengan menggunakan tissue, atau siku saat batuk dan bersin.

h. Gunakan masker saat melakukan aktivitas di luar rumah.

2.5 Landasan Teori

Menurut Effendy (2000:255) teori S-O-R (Stimulus-Organism- Response) berasal dari teori psikologi, lalu juga dapat digunakan dalam ilmu komunikasi karena memiliki fokus objek material yang sama yakni manusia, yang memiliki komponen-komponen seperti sikap, opini, perilaku, kognisi, afektif, dan konasi. Teori ini memiliki prinsip sederhana bahwa orang bereaksi terhadap apa yang dapat mereka lakukan berasarkan unsur-unsur yang telah disebutkan dalam definisi di atas, yang akan mempengaruhi perubahan perilaku manusia

(16)

22

Gambar 2.1 Teori S-O-R Sumber : Effendy (2000:255)

Menurut McQuail (2016:467) teori ini berkeyakinan bahwa penyebab perubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi kepada komunikan (organisme). Inti dari teori ini adalah setiap poses efek media terhadap individu dimulai dengan perhatian atau terpaan beberapa pesan media.

Adapun keterkaitan model S-O-R dengan penelitian ini adalah :

1. Stimulus nya adalah penyampaian pesan dari Sat Binmas Polresta Malang Kota.

2. Organisme yang dimaksud adalah masyarakat yang berada di wilayah hukum Polresta Malang Kota.

3. Response yang dimaksud ialah perilaku masyarakat yang berubah terhadap penyebaran Covid-19.

Stimulus Organisme :

Response (Perubahan Sikap)

Referensi

Dokumen terkait

mempengaruhi bagaimana mereka mempersepsikan mengenai model pembelajaran blended learning yang mereka jalankan, yang mana persepsi didefinisikan oleh Atkinson (2000)

percaya, ketika melakukan ritual-ritual tertentu, arwah nenek moyang masuk ke dalam wayang sehingga mereka bisa berkomunikasi dengan arwah-arwah nenek moyang mereka.

Dalam banyak kasus, sebuah perusahaan e-commerce bisa bertahan tidak hanya mengandalkan kekuatan produk saja, tapi dengan adanya tim manajemen yang handal, pengiriman yang tepat

Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat dilihat rata-rata tingkat capaian kinerja sasaran pembangunan di Kabupaten Sambas dengan 8 Sasaran dan 58 indikator

Dengan hasil ini pada pelebaran kapasitas jalan di walisongo semarang masih tinggi nya angka kemacetan.Karena jalan walisongo banyak di lalui bus-bus dan truck

Petugas Sudin Peternakan dan Pertanian Jakarta Pusat menunjukan tahu berformalin yang disita dari pedagang di Pasar Petojo.. Motor Dijual Iklan Baris Iklan Baris HONDA HONDA

Dalduri 765 MPLPG SMK Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) (SMK/MAK) SMK YPKK 1 Sleman.. 1635

jauh dari keluarganya untuk membantu meringankan beban ekonomi rumah tangganya dan terpaksa harus pasrah menerima keadaan pada waktu diceraikan oleh suaminya,