• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian Aji et al (2018) yang berjudul Analisis Nilai Tambah Pengolahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian Aji et al (2018) yang berjudul Analisis Nilai Tambah Pengolahan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian Aji et al (2018) yang berjudul “Analisis Nilai Tambah Pengolahan Ikan Lemuru Menggunakan Metode Hayami”. Tujuan penelitian ini adalah untuk diterapkan oleh industri penanganan ikan di sekitar Pelabuhan Muncar Banyuwangi selaku pemilik masalah agar mereka mengetahui nilai tambah produk mereka, khususnya penanganan ikan lemuru. Penelitian ini menggunakan metode hayami untuk menghasilkan nilai tambah. Perhitungan nilai tambah menggunakan metode hayami, diperoleh nilai tambahan pengalengan ikan adalah Rp. 10.244.800,00 per ton, cold storage Rp. 3.924.000,00 per ton, dan untuk tepung terigu Rp. 8.030.500,00 per ton. Rasio nilai tambah terbesar diperoleh yaitu nilai tambah pengalengan ikan sebesar 71,91%. Rasio nilai tambah yang paling kecil adalah nilai tambah cold storage, yaitu 50,18%. Tingkat keuntungan terbesar yang didapat adalah pada pengalengan ikan, yaitu 99,98%.

Penelitian Lawalata & Imimpia (2020) yang berjudul “Analisis Nilai Tambah Dan Pemasaran Produk Agroindustri Kelapa (cocos nucifera l.) Pada Perusahaan Wootay Coconut”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas, nilai tambah, dan tingkat upah perusahaan Kelapa Wootay Kecamatan Teon Nila Serua Kabupaten Maluku Tengah. Analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah adalah metode hayami. Nilai tambah dari mengolah kelapa menjadi kopra adalah Rp. 2.600, rasio nilai tambah adalah 42,62%. Nata De Coco untuk ukuran kecil memiliki nilai tambah sebesar Rp. 311.100, rasio nilai tambahnya sebesar

(2)

99,33% sedangkan untuk ukuran besar memiliki nilai tambah sebesar Rp.

296191,68, rasio nilai tambahnya adalah 90,30%. Nilai tambah Virgin Coconut Oil (VCO) ukuran kecil Rp.515.250, rasio nilai tambahnya adalah 99,33%, ukuran sedang memiliki nilai tambah Rp. 577.500, rasio nilai tambahnya adalah 99,40%

sedangkan ukuran besar memiliki nilai tambah besar Rp. 634.960,9, proporsi rasio nilai tambahnya adalah 99,45% dari nilai produk. Pendapatan perusahaan Wotay Coconut Company yang dihasilkan dari penjualan setiap bulan sebesar Rp.

55.117.833 maka perusahaan ini sangat menguntungkan.

Penelitian yang dilakukan Nurmedika et al (2013) dengan judul “Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah Keripik Nangka Pada Industri Rumah Tangga Tiara di Kota Palu”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pendapatan, penerimaan dan nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan nangka menjadi keripik nangka pada home industry Tiara di Kota Palu. Jenis data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara dan informasi tambahan dari organisasi terkait. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan analisis pendapatan dan analisis nilai tambah menggunakan metode Hayami. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif untuk mengetahui gambaran umum dan analisis kuantitatif untuk menganalisis pendapatan dan nilai tambah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upah yang diperoleh home industry Tiara dalam penjualan keripik nangka selama periode Juli 2012 adalah sebesar Rp. 58.500.000, pendapatan sebesar Rp.

36.307.614.25. Hal ini menunjukkan bahwa agroindustri keripik nangka menguntungkan untuk dikembangkan, karena memberikan keuntungan yang

(3)

cukup besar bagi para produsen. Nilai tambah keripik nangka pada home industry Tiara di Kota Palu senilai Rp. 33.169/kg, hal ini menunjukkan bahwa setiap satu kilogram nangka setelah mengalami proses produksi dapat memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp. 33.169.

Penelitian Wiyono & Baksh (2015) yang berjudul “Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah Usaha Tahu Pada Industri Rumah Tangga Wajianto Di Desa Ogurandu Kecamatan Bolano Lambunu Kabupaten Parigi Moutong”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pendapatan dan nilai tambah dari usaha tahu “Wajianto” di Desa Ogurandu Kecamatan Bolano Lambunu Kabupaten Parigi Moutong. Penentuan responden dilakukan secara purposive, responden terdiri dari 1 orang perintis dan 4 orang pekerja. Informasi dikumpulkan melalui wawancara dan observasi langsung dengan pemilik atau perwakilan karyawan menggunakan kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk mengetahui gambaran keseluruhan dari bisnis tahu dan analisis kuantitatif untuk menganalisis pendapatan dan nilai tambah menggunakan metode hayami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upah yang didapat oleh industri rumah tangga “WAJIANTO” dalam produksi tahu selama periode Agustus 2014 adalah sebesar Rp. 28.000.000, pendapatan Rp.

10.414.786,6 hal ini menunjukkan bahwa usaha tahu cukup menguntungkan untuk dikembangkan, dengan nilai tambah sebesar Rp. 10.337,72/kg untuk setiap pembuatan 1 kg kedelai akan menghasilkan 0,7 kg tahu.

Penelitian yang dilakukan Alamsyah (2020) yang berjudul “Analisis Nilai Tambah Dan Pendapatan Usaha Industri Kemplang Rumah Tangga Berbahan

(4)

Baku Utama Sagu Dan Ikan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan yang diperoleh dari usaha “kemplang”, menghitung harga pokok, titik impas (BEP), dan nilai tambah bahan mentah kemplang dalam usaha kemplang.

Metode yang digunakan adalah studi kasus. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara. Data yang diperoleh ditentukan secara numerik, disajikan dalam bentuk tabulasi, kemudian dianalisis dan dijelaskan secara deskriptif. Dari hasil analisis diperoleh pendapatan usaha kemplang

“Berkat” sebesar Rp. 979.535,88 setiap bulan, biaya sarden kemplang adalah Rp.

8.116,58 per kg, kakap Kemplang seharga Rp. 10.380,85 per kg, BEP mix tercapai pada transaksi sarden 573. ,70 kg atau Rp. 4.876.479,88 setiap bulan dan penawaran kakap kemplang sebanyak 42,50 kg atau Rp. 637.448,35 setiap bulannya, dan nilai tambah kemplang sarden senilai Rp. 583,60 per kg dan kakap kemplang sebesar Rp. Rp 6.795,83 per kg.

Penelitian yang dilakukan Neeke et al. (2015) yang berjudul “Analisis Pendapatan Dan Nilai Tambah Kelapa Menjadi Kopra Di Desa Bolubung Kecamatan Bulagi Utara Kabupaten Banggai Kepulauan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan petani dalam mengolah kelapa menjadi kopra dan mengkaji nilai tambah yang dapat dihasilkan dengan mengolah kelapa menjadi kopra. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan metode sensus dengan mengambil seluruh populasi 40 orang petani kelapa di Desa Bolubung. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dilapangan menggunakan wawancara dan daftar pertanyaan (kuesioner). Data sekunder dapat diperoleh dari studi penulisan, organisasi terkait,

(5)

Dinas Perkebunan Kabupaten dan lain - lain yang dapat mendukung penelitian.

Analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan dan nilai tambah. Hasil analisis menunjukkan bahwa upah tipikal yang diperoleh petani kelapa dari penjualan kopra adalah Rp 4.535.757. Nilai tambahan yang diperoleh dari budidaya kelapa di Desa Bolubung adalah sebesar Rp. 955 per kilogram dengan nilai output sebesar Rp. 1.260 dan nilai input sebesar Rp. 305.

Penelitian yang dilakukan Wibowo et al. (2015) yang berjudul “Analisis Nilai Tambah Dan Pendapatan Usaha Produk Olahan Kerupuk Wortel Dan Sirup Wortel (Daucus carota L) (Kasus di KWT Citeko Asri Desa Citeko Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar nilai tambah dan besar pendapatan dari usaha pengolahan wortel tersebut. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif menggunakan metode hayami untuk menganalisis nilai tambah dari wortel yang diolah menjadi kerupuk wortel dan sirup wortel. Metode yang digunakan dalam menghitung pendapatan menggunakan analisis pendapatan usaha, BEP (Break Event Point) dan R/C Ratio.

Data yang didapat dari penelitian di tabulasi terlebih dahulu dan kemudian diolah menggunakan program Microsoft Office Excel 2013. Hasil nilai tambah menunjukkan bahwa nilai tambah kerupuk wortel adalah Rp. 14.000/kg dan nilai tambah sirup wortel diperoleh Rp. 3.500/liter. Keuntungan dari olahan kerupuk wortel adalah Rp. 8.444/kg, sedangkan keuntungan sirup wortel Rp. 2,389/liter.

Pendapatan yang diperoleh setiap bulan sebesar Rp 2.446.725.

(6)

Penelitian yang dilakukan Apriyani et al. (2020) dengan judul “Analisis Pendapatan Dan Nilai Tambah Agroindustri Keripik Pisang Di Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar R/C, dan seberapa besar nilai tambah dari pengolahan pisang menjadi keripik pisang di Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah survei di Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya.

Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh secara langsung dari produsen keripik pisang dan data sekunder yang diperoleh dari dinas terkait yang berhubungan dengan penelitian dan dari berbagai sumber khususnya web, tulisan dan berbagai buku yang berhubungan dengan penelitian. Teknik pengambilan sampel diselesaikan dengan sensus atau sensus jenuh pada 2 orang produsen keripik pisang. Perhitungan dan analisis nilai tambah dalam penelitian ini menggunakan Metode Hayami. Pendapatan yang diperoleh Rp 503.456 setiap satu kali proses pembuatan dengan kandungan bahan baku sebanyak 100 kilogram sedangkan rata-rata R/C dalam satu kali proses pembuatan adalah 1,57, hal ini menunjukkan bahwa agroindustri keripik pisang di Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya produktif dan praktis untuk dibuat. Nilai tambah rata-rata adalah Rp 6.283 per kilogram dengan total produksi 50 kg keripik pisang dalam sekali produksi, yang berarti bahwa agroindustri dapat dipertahankan.

Penelitian yang dilakukan S. I. Putra et al (2020) dengan judul “ Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah Industri Pengolahan Kopi : Pendekatan Metode Hayami “. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan petani kopi dan

(7)

nilai tambah dari bisnis kopi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di desa Gambuhan, kecamatan Pulosari, kabupaten Pemalang. Penetapan wilayah dilakukan secara sengaja dengan pemikiran bahwa Desa Gambuhan merupakan salah satu fokus penghasil kopi di Kabupaten Pemalang. Metode pengumpulan data menggunakan metode sensus atau sampling jenuh. Penelitian menunjukkan bahwa budidaya kopi di desa Gambuhan, wilayah Pulosari, Purbalingga memberikan keuntungan bagi petani.

Petani di desa Gambuhan dapat terus mengembangkan wilayahnya untuk melakukan budidaya kopi. Selain produktif, budidaya kopi tidak akan merugikan petani karena kopi dapat ditawarkan kepada pembeli secara langsung, sehingga mengurangi ketergantungan petani pada agen. Hal ini dapat menjadi sistem dalam memperluas pendapatan dan bantuan pemerintah terhadap petani di desa Gambuhan. Hasil analisis nilai tambah menggunakan metode hayami, terlihat bahwa 99,87% nilai tambah dari penjualan kopi galing didapat oleh para pelaku usaha. Pelaku bisnis mendapatkan nilai tambah dan juga keuntungan yang sangat besar, pendapatan keseluruhan yang didapat adalah 76,52% dengan menjual per 1 kg kopi galing.

Penelitian yang dilakukan Salsabilla et al (2019) dengan judul “ Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah Agroindustri Keripik Pisang Di Desa Sungai Langka Kecamatan Gendong Tataan Kabupaten Pesawaran “. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan dan nilai tambah agroindustri keripik pisang di desa Sungai Langka. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus di desa Sungai Langka, tempat penelitian dipilih secara purposive dengan pemikiran

(8)

bahwa agroindustri keripik pisang di desa Sungai Langka secara teratur melakukan produksi dan memiliki potensi untuk dikembangkan. Responden penelitian ini adalah para pemilik agroindustri keripik pisang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari wawancara langsung dengan responden dan data sekunder yang didapat dari literatur, dokumentasi, dan tulisan terkait. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menghitung pendapatan dan nilai tambah. Besar nilai tambah dalam agroindustri keripik pisang dapat diketahui dengan menggunakan metode hayami. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diduga bahwa agroindustri keripik pisang di desa Sungai Langka produktif karena R/C bernilai > 1, yaitu R/C sebesar 1,37 untuk biaya tunai dan 1,35 untuk biaya total. Agroindustri di desa Sungai Langka memiliki nilai tambah positif sebesar Rp 3.758,26 per kilogram bahan baku, sehingga produktif dan layak untuk dikembangkan.

Meninjau dari penelitian terdahulu mengenai analisis pendapatan dan nilai tambah terdapat novelty dalam objek, tempat, jumlah responden. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terdapat dalam metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif meliputi: (1) analisis nilai tambah, (2) analisis penerimaan keuntungan, dan (3) analisis kelayakan usaha. Metode yang digunakan untuk mengetahui besarnya pendapatan adalah metode analisis biaya dan metode yang digunakan dalam perhitungan nilai tambah menggunakan metode hayami.

(9)

2.2 Olahan Coklat

Industri pertanian di Indonesia sangatlah banyak, namun belum ada pemanfaatan secara maksimal dari biji kakao yang memiliki nilai finansial. Biji kakao yang dihasilkan tidak seharusnya hanya dijual berupa bahan mentah, tetapi bisa menjadi produk yang memiliki nilai tambah tinggi jika diolah secara baik.

Coklat adalah produk dagang yang memiliki nilai finansial tinggi. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) produksi kakao Indonesia mencapai 720.862 ton, dengan komoditi 414.092 ton. Nilai ekspor pada tahun 2013 mencapai 1.151.494 US$.

Dengan demikian, jika siklus perluasan dilakukan pada coklat mentah, nilai tambah yang diperoleh dari olahan coklat akan tinggi, maka sangat penting untuk mengolah biji kakao sebelum dipasarkan. Produk kakao memiliki berbagai sifat dibandingkan dengan bahan makanan olahan lainnya, bukan karena rasa dan nutrisinya yang enak, melainkan karena sifat mereka yang tidak dimiliki oleh sumber makanan lain, khususnya padat di suhu ruang, rapuh saat dipatahkan, dan meleleh sempurna pada suhu tubuh (Aprillia & Suryadarma, 2020).

2.3 UMKM

Upaya kecil dan menengah secara keseluruhan tidak berfokus pada bagian fungsional dari perusahaan yang mencakup administrasi keuangan, manajemen produktif, aset sumber daya manusia, dan manajemen pemasaran. Sebagai ujung tombak perekonomian bangsa, UMKM harus meningkatkan kecukupan usahanya.

Administrasi yang baik dari aspek fungsional perusahaan akan mempengaruhi kelangsungan bisnis. Faktor-faktor yang menentukan kemajuan peningkatan UKM mencakup SDM, modal, perangkat keras dan peralatan, papan bisnis,

(10)

periklanan, ketersediaan bahan baku, dan data untuk memiliki akses ke seluruh dunia.

Menurut UUD 1945 kemudian dikuatkan melalui TAP MPR NO. XVI/MPR- RI/1998 tentang politik ekonomi berkaitan dengan demokrasi ekonomi, usaha mikro, kecil, dan menengah harus dijalankan sebagai bagian tak terpisahkan dari perekonomian rakyat yang memiliki kedudukan, pekerjaan, dan potensi utama untuk mewujudkan tatanan perekonomian nasional yang makin berkembang dan berkeadilan. Pengertian UMKM ditegaskan melalui Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1999 dan karena kondisi kemajuan yang semakin dinamis maka diubah menjadi Undang-Undang Nomor 20 Pasal 1 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah, pengertian UMKM adalah sesuai berikut ini :

1. Usaha mikro adalah usaha produktif yang dimiliki oleh perorangan maupun unsur-unsur usaha perseorangan yang memenuhi standar usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.

2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang bersifat soliter, yang dilakukan oleh orang atau badan usaha yang bukan merupakan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik secara langsung maupun implikasi dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria bisnis sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang bersifat soliter, yang diisi oleh orang atau badan usaha yang bukan merupakan pembantu atau bagian dari organisasi yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik secara langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan

(11)

semua sumber daya bersih atau transaksi tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

4. Usaha besar adalah bisnis moneter yang produktif yang dilengkapi oleh elemen bisnis dengan total aset atau transaksi tahunan lebih besar daripada usaha menengah, yang menggabungkan organisasi publik milik negara atau rahasia, usaha bersama, dan organisasi asing yang melakukan kegiatan keuangan di Indonesia.

5. Dunia Usaha adalah usaha mikro, kecil, menengah, dan usaha besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di Indonesia (Suci, 2017)

2.4 Nilai Tambah

Analisis nilai tambah bertujuan untuk menilai balas jasa yang diperoleh pelaku usaha agroindustri dan memperkirakan seberapa besar kesempatan kerja yang dibuka oleh pelaku usaha agroindustri (Arianti & Waluyati, 2019). Nilai tambah adalah penambahan nilai suatu barang karena melalui proses pengolahan, pengangkutan atau penyimpanan dalam suatu produksi. Dengan demikian, berdasarkan nilai tambah yang diperoleh, margin dapat ditentukan dan kemudian imbalan bagi faktor produksi dapat diketahui (Sulaiman & Natawidjaja, 2018).

Nilai tambah adalah gagasan penting tentang perbedaan antara nilai input dan nilai output. Ide komoditas itu sendiri tergantung pada peningkatan paling ekstrim dalam nilai tambah sehingga semakin tinggi nilai tambah yang diperoleh, semakin baik suatu produksi. Nilai tambah adalah perbedaan antara nilai produk dengan biaya bahan baku dan biaya lainnya. Keuntungan adalah perbedaan antara nilai

(12)

tambahan dan pendapatan langsung. Nilai tambah yang dihasilkan adalah nilai tambah kotor. Nilai tambah kotor yang diperoleh masih mengandung imbalan tenaga kerja langsung. Bagian utama untuk meningkatkan nilai tambah adalah bahan baku, output, input kerja, dan input sumbangan lainnya (Aji et al., 2018).

2.5 Pendapatan

Pendapatan adalah semua penghasilan yang diperoleh dari pihak lain sebagai tanda balas jasa yang diberikan dimana penghasilan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga atau perseorangan. Pendapatan menjadi tujuan utama dari perusahaan karena dengan adanya pendapatan maka operasional perusahaan kedepan akan berjalan dengan baik atau dengan kata lain bahwa pendapatan merupakan suatu alat untuk kelangsungan hidup perusahaan. Tinggi rendahnya pendapatan seseorang sangat tergantung pada keterampilan, keahlian, luasnya kesempatan kerja dan besarnya modal yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan tersebut dalam suatu periode tertentu yang juga sering disebut dengan investasi, jadi jika investasi besar maka pendapatan mereka juga akan bertambah. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan yaitu penggunaan teknologi produksi, permodalan, stabilitas nasional, dan kebijakan pemerintah.

Berdasarkan pengertian pengertian yang dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah semua penghasilan yang diperoleh seseorang dari pihak lain sebagai tanda balas jasa yang diberikan, baik berupa uang maupun barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga atau perseorangan (Jaya et al., 2014).

(13)

Jumlah pendapatan diperoleh dari selisih antara total penerimaan dengan total biaya secara sistematis, digunakan rumus sebagai berikut :

π =TR – TC Dimana : TR = P X Q TC = TFC + TVC Dengan arti :

π =Keuntungan (Pendapatan) (Rp)

TR = Total Revenue = Penerimaan Total (Rp) TC = Total Biaya (Rp)

P = Harga Produk (Rp)

Q = Kuantitas = jumlah produk yang dihasilkan (Kg) TFC = Total biaya tetap (Rp)

TVC =Total biaya tidak tetap (Rp) 2.6 Biaya

Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Biaya terbagi dua, yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Akuntansi Biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya-biaya pembuatan dan penjualan produk atau penyerahan jasa dengan cara-cara tertentu serta penafsiran terhadap hasilnya. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa biaya adalah semua pengorbanan yang dilakukan dalam memproduksi suatu barang yang

(14)

kemudian dilakukan proses pencatatan, penggolongan dan peringkasan serta penyajian biaya-biaya yang merupakan pengertian dari akuntansi biaya.

Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya yang diperlukan untuk memperoleh bahan baku (mentah) dari pemasok dan mengubahnya menjadi produk selesai yang siap dijual. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk selesai. Kesimpulan dari beberapa pengertian diatas, yaitu biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan dan digunakan untuk mengolah suatu bahan mentah yang diperoleh dari pemasok menjadi barang jadi yang siap dijual (Longdong, 2016).

2.7 Penerimaan

Penerimaan adalah jumlah nilai atau hasil penjualan yang diterima dalam menjalankan usaha. Secara sistematis dapat ditulis:

TR = Q x P Keterangan:

TR (Total Revenue) = Penerimaan Total (Rp) Q (Quantity) = Jumlah Produksi

P (Price) = Harga dari hasil produksi (Rp)

Penerimaan yaitu perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual yang dinyatakan dalam rupiah (Rp). Penerimaan adalah jumlah produksi dikali dengan harga jual yang berlaku. Dalam kegiatan usaha, perusahaan selalu meningkatkan produksi dengan harapan bahwa pendapatan yang diterima akan naik sejalan dengan bertambahnya produksi yang dihasilkan. Besarnya

(15)

penerimaan yang didapat merupakan hasil perkalian antara harga jual produk dengan jumlah produksi yang dihasilkan sehingga semakin tinggi produksi dengan biaya semakin kecil dan harga akan mempengaruhi keuntungan (Dewi et al., 2018). Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun semakin tinggi harga per unit produk yang bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima semakin besar. Apabila nilai R/C = 1, maka usaha tersebut tidak memperoleh pendapatan dan tidak mengalami Titik Impas (BEP) atas volume.

2.8 R/C Ratio

R/C Ratio merupakan perbandingan antara besarnya penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan untuk berproduksi. Efisiensi mempunyai tujuan memperkecil biaya produksi persatuan produk yang dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan yang optimal. Salah satu pengukur efisiensi adalah R- C ratio. Secara matematis dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut:

R/C Ratio = Jumlah penerimaan (TR) / Jumlah biaya (TC) Keterangan:

R/C Ratio : Revenue Cost Ratio TR : Penerimaan (Rupiah) TC : Biaya Total (Rupiah)

Kriteria yang digunakan dalam penentuan R/C Ratio, sebagai berikut:

Apabila nilai R/C > 1, maka usaha tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Apabila nilai R/C < 1, maka usaha rugi.

R/C ratio yaitu salah satu perhitungan penerimaan usaha untuk mengetahui seberapa besar penerimaan yang diperoleh suatu usaha dari biaya yang telah

(16)

dikeluarkan dalam suatu proses produksi, bahwa nilai R/C ratio lebih besar dari satu (R/C > 1) dinyatakan layak untuk diusahakan (Faqih, 2021).

2.9 Kerangka Berfikir

Kakao merupakan kekayaan alam yang dapat diolah dan dimanfaatkan oleh manusia, salah satunya adalah yang paling umum adalah diolah menjadi berbagai olahan coklat. Olahan coklat ada bermacam - macam mulai dari coklat batang, kue coklat, bahkan ada coklat rasa rasa seperti coklat yang dicampur dengan apel yang ada di UMKM Mandiri Sukses. Dalam proses pengolahan coklat membutuhkan beberapa faktor produksi peralatan produksi, bahan baku, tenaga kerja, dan lain lain. Faktor - faktor produksi tersebut memunculkan biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang diperlukan untuk memperoleh bahan baku (mentah) dari pemasok dan mengubahnya menjadi produk selesai yang siap dijual. Hasil produksi dari mandiri sukses akan menghasilkan penerimaan.

Penerimaan adalah jumlah nilai atau hasil penjualan yang diterima dalam menjalankan usaha. Selisih dari total penerimaan dan total biaya akan menghasilkan pendapatan. Suatu usaha dikatakan efisien secara ekonomis dari usaha lain bila rasio output terhadap inputnya lebih menguntungkan dari usaha lain. R/C Ratio merupakan perbandingan antara besarnya penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan untuk berproduksi. Hasil produksi dan biaya produksi sangat mempengaruhi total penerimaan dan pendapatan yang diperoleh.

(17)

2.10 Hipotesis

1. Diduga olahan coklat mempunyai nilai tambah pada UMKM Mandiri Sukses.

2. Diduga usaha pengolahan coklat di UMKM Mandiri Sukses menguntungkan.

“Batu Chocolate”

Olahan Coklat UMKM Mandiri Sukses

Penerimaan Harga olahan coklat

(output)

Pendapatan Biaya produksi

Nilai Tambah

Bagan 1. Kerangka Berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata : “Perselisihan itu tercela dari dua sisi, terkadang sebabnya adalah niat yang jelek dikarenakan di dalam jiwanya ada

Dengan demikian, dalam satu sisi karya penelitian terdahulu dapat membantu dan mendukung penelitian ini baik dari segi teori maupun metodologi, di sisi yang lain bahwa pembahasan

14.Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri Apakah aparat Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip organisasi yang benara.

aluasi dilakukan saat proses 9*K berlangsung, khususnya pada tahap kerja. *spek yang diealuasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan 9*K. Cntuk 9*K stimulasi persepsi

Sebuah kecamatan bernama Jatinangor yang berada di wilayah perbatasan antara Kabupaten Bandung dengan Kabupaten Sumedang, yang akhirnya menjadi tempat banyak mahasiswa

Memberikan saran dan pertimbangan kepada Sub Bagian Tata Usaha tentang langkah dan kegiatan yang perlu diambil dalam bidang tugasnyac.

Adapun hasil penelitian ini adalah bahwa akibat hukum jaminan hak atas tanah yang dialihkan kreditur tanpa sepengetahuan debitur, mengakibatkan hak atas tanah secara hukum sah