• Tidak ada hasil yang ditemukan

DUKUNGAN SOSIAL DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (STUDI DESKRIPTIF SBB-PAUD BINA INSAN MANDIRI DEPOK)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DUKUNGAN SOSIAL DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (STUDI DESKRIPTIF SBB-PAUD BINA INSAN MANDIRI DEPOK)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

DUKUNGAN SOSIAL DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (STUDI DESKRIPTIF SBB-PAUD BINA INSAN MANDIRI DEPOK)

Dwi Rizki Maulidina, Dwi Amalia Chandra Sekar

Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia

ABSTRAK

Skripsi ini membahas dukungan sosial orang tua dalam pendidikan anak usia dini dengan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini menjelaskan mengenai bentuk dukungan sosial orang tua dalam pendidikan anak usia dini di SBB-PAUD Bina Insan Mandiri. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Di dalam penelitian ini dijelaskan bahwa bentuk dukungan sosial orang tua dalam pendidikan anak usia dini meliputi dukungan emosional, penghargaan, instrumental dan informatif. Dukungan sosial tersebut diberikan oleh ibu yang sering berinteraksi dengan anak di sekolah dan di rumah

Kata Kunci:

Dukungan sosial orang tua, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

ABSTRACT

This thesis describes about social support of parent in early childhood education on early childhood education program of Bina Insan Mandiri Depok. This study is qualitative research with descriptive design. This study is explained that the forms of social support of parents in early childhood education are emotional, appreciation, instrumental and informative. The social support is given by a mother who often makes interaction with her child at school and at home.

Key words:

Social Support of Parent, Early Childhood Education

 

1. Pendahuluan

Masa usia dini merupakan masa yang penting dan perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Zastrow (1989) menamakan periode usia dini sebagai periode Golden Age atau masa keemasan. Pada umur emas anak (0 - 6 tahun) sangat terpacu perkembangan otaknya.

Jika perkembangan otak anak pada umur tersebut tidak baik maka dapat dipastikan perkembangan di masa muda dan tuanya tidak berkembang maksimal (Levine,1957, hal:279).

Perlu dipahami bahwa perkembangan yang sedang dilalui pada anak usia dini perlu mendapatkan perhatian khusus untuk merangsang, membimbing, dan memaksimalkan

(2)

perkembangannya. Pemerintah menaruh perhatian pada hal ini sesuai yang dituangkan dalam Pasal 2 UU Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak menyatakan bahwa anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa, untuk menjadi warga negara yang baik dan berguna.

Undang-undang No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Salah satu upaya yang diutamakan adalah dengan memberikan layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bagi mereka.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (kordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan prilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

(Zastrow, 1989).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2008) yang berjudul “Peranan PAUD Dalam Perkembangan Fisik Anak (Studi Pada Kelompok Bermain PAUD Cempaka IV Ratulangi Bandarlampung)” menunjukkan bahwa PAUD memiliki peranan yang tidak kalah penting dalam perkembangan psikososial anak. Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Hati (2010) yang berjudul “Pelaksanaan Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Bagi Anak Tidak Mampu (Studi Deskriptif pada Program PAUD Bina Tulus Hati)”

menunjukkan pemberian layanan PAUD bagi anak usia dini merupakan suatu upaya untuk mencapai kesejahteraan dan perlindungan anak sehingga anak-anak dari keluarga tidak mampu juga dapat tumbuh dan berkembang secara wajar.

Dari beberapa penelitian di atas maka dapat dikatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah hal yang menarik perhatian orang tua, masyarakat maupun pemerintah sebagai pengambil keputusan. Namun, ironisnya pemerintah Indonesia cenderung lambat dalam memberikan perhatian pada anak usia dini terutama bagi anak yang kurang beruntung, sehingga anak dibiarkan tumbuh dan berkembang dalam kondisi ‘ala kadarnya’ (Saputro, 2006).

(3)

Pendidikan bagi anak usia dini membutuhkan bimbingan dari guru dan orang tua dalam mewarnai hubungan anak dengan teman sebaya dan lingkungan sosialnya. Orang tua harus memberikan pendidikan saat di rumah karena orang tua dan rumah tangga merupakan lingkungan belajar utamanya.

Menurut Hasbullah (2001) orang tua adalah orang yang pertama dan utama yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya (hal:19). Orang tua sebagai bagian dalam keluarga merupakan individu dewasa yang paling dekat dengan anak dan salah satu sumber dukungan sosial yang paling penting bagi anak usia dini. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya (Gottlieb, 1983, hal:23).

Dukungan atau peran serta orang tua dalam belajar anak sangatlah diperlukan, karena tidak mungkin bagi seorang anak belajar dengan baik dan mendapatkan hasil yang memuaskan apabila kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam belajar tidak terpenuhi. Orang tua yang mendorong anak untuk mencoba aktivitas yang baru dan memberikan dukungan pada usaha mereka akan membantu mengembangkan perasaan mampu pada anak saat menjumpai tantangan. Sedangkan dalam hubungannya dengan sekolah, orang tua bertindak sebagai pemberi dukungan bagi anak yang berfokus pada penyelesaian masalah (Brooks, 2010).

Untuk menunjang pendidikan anak, orang tua harus aktif berpartisipasi tidak hanya menyerahkan pendidikan sepenuhnya ke lembaga sekolah. Selain itu, orang tua juga harus memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya serta harus dapat menunjukkan kerjasamanya dalam mengarahkan anak ketika belajar di rumah, membuat pekerjaan rumahnya, tidak menyita waktu anak dengan mengerjakan pekerjaan rumah tangga, orang tua harus berusaha memotivasi dan membimbing anak dalam belajar.

Depok mempunyai sekitar 932 lembaga PAUD yang tersebar di 11 kecamatan dan jumlahnya semakin meningkat sejak tahun 2010, yakni sekitar 100 lembaga (Republika Online, 2013).

SBB-PAUD Bina Insan Mandiri merupakan salah satu lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) nonformal yang berada di Depok, tepatnya di Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas. Lokasinya terletak di sekitar areal Terminal Depok. SBB-PAUD Bina Insan Mandiri menggunakan kurikulum pendidikan berbasis karakter dari IHF (Indonesia Heritage Foundation). Sasaran PAUD Bina Insan Mandiri adalah anak-anak usia dini yang karena sesuatu hal terpaksa tidak dapat atau tidak mampu mengikuti PAUD pada jalur pendidikan

(4)

formal. Sehingga dengan sasaran tersebut maka, kebijakan yang ditempuh adalah menyediakan PAUD yang murah dan mudah namun tetap mengedepankan prinsip PAUD yang benar sesuai dengan tingkat pertumbuhan, perkembangan psikologis dan kebutuhan spesifik anak.

2. Permasalahan

Rata-rata siswa di SBB-PAUD Bina Insan Mandiri berasal dari keluarga kurang mampu yang orang tuanya hanya bekerja sebagai supir, buruh/kuli bangunan, pedagang, pemulung, pembantu rumah tangga, dan lain-lain dengan latar belakang pendidikan SD (Sekolah Dasar) hingga SMA (Sekolah Menengah Atas). Latar belakang pendidikan tersebut membuat orang tua menaruh perhatian besar agar pendidikan anaknya lebih baik dari orang tuanya. Sehingga keterbatasan ekonomi yang dimiliki tidak menghentikan niat para orang tua untuk memberikan pendidikan yang baik untuk anaknya salah satunya dengan menyekolahkan anaknya di SBB-PAUD Bina Insan Mandiri.

Perhatian orang tua terhadap pendidikan anak khususnya anak usia dini, dapat dilihat dari bagaimana orang tua di SBB-PAUD Bina Insan Mandiri memberikan dukungan sosial kepada anak terkait dengan kegiatan belajarnya di sekolah maupun di rumah. orang tua khususnya ibu, mempunyai lebih banyak waktu untuk menemani kegiatan anak sehari-hari tidak terkecuali bagi orang tua (ibu) yang bekerja tetap bisa memberikan perhatian kepada anak seperti mengantar jemput dan menunggui anak di sekolah, mengetahui kegiatan yang dilakukan anak sehari-hari di sekolah dengan bertanya pada guru atau anak, menanyakan tugas (PR) yang diberikan dari sekolah, menanyakan kepada guru tentang perkembangan belajar anak, dan bahkan ada yang memberikan anaknya les tambahan di luar jam sekolah.

Di SBB-PAUD Bina Insan Mandiri tersebut pendidikan orang tua (ibu) rata-rata hanya lulusan SD hingga SMA, dan sebagian orang tua (ibu) juga ada yang bekerja. namun tetap memberikan dukungan sosial yang baik untuk anak ketika berada di sekolah. berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dari penelitian ini, yaitu:

• Bagaimana bentuk-bentuk dukungan sosial yang diberikan kepada anak dalam pendidikan anak usia dini?

   

(5)

3. Kerangka Pemikiran

Kesejahteraan anak. Kesejahteraan anak menurut Children’s Right Development Unit (1994) dalam Clifton & Hodgson (1997) adalah “the conception of child welfare is incorporates the basic condition’s children need for healthy development,including adequate income, housing, health, education and environmental issues: the conditions in which children might flourish” (konsep kesejahteraan anak adalah menggabungkan kondisi dasar dari pemenuhan kebutuhan anak untuk perkembangan kesehatannya, mencakup perihal kecukupan pendapatan, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, dan lingkungannya: kondisi dimana anak dapat tumbuh dan berkembang).

Pengertian kesejahteraan anak juga dapat dilihat melalui Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Pasal 1 ayat (1) butir (a) yang menyatakan bahwa

“kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial”. Gosita (1985) memberi penjelasan bahwa kesejahteraan anak adalah hak asasi anak yang harus diusahakan bersama.

Di Indonesia, melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 20 menyatakan bahwa dalam melaksanakan pemahaman upaya perlindungan anak, pihak yang memiliki tanggung jawab dan kewajiban adalah negara, pemerintah, masyarakat keluarga, dan orang tua.

Kesejahteraan anak dan perlindungan anak juga mencakup pada pemenuhan kesejahteraan bagi anak-anak yang tidak mampu.

Anak. Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Di Indonesia, batasan usia anak menurut Undang- Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 1 ditegaskan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Menurut Santrock (2007), usia anak dikelompokkan menjadi dua periode yang berbeda yaitu masa kanak-kanak awal dan masa kanak-kanak akhir.

1. Masa anak-anak awal (early childhood):

Merupakan periode perkembangan yang terjadi mulai akhir masa bayi hingga sekitar usia 5 atau 6 tahun atau disebut tahun-tahun prasekolah.

2. Masa anak-anak tengah dan akhir (middle and late childhood):

(6)

Merupakan periode perkembangan yang dimulai sekitar usia 6 hingga usia 11 tahun;

kadang periode ini disebut sebagai tahun-tahun sekolah dasar.

Selanjutnya menurut Hurlock (1999), anak usia dini memiliki beberapa sebutan yang digunakan, antara lain:

1. Sebutan yang digunakan orang tua:

Sebagian besar orang tua menganggap masa awal anak-anak adalah sebagai usia yang mengundang masalah atau usia sulit. Hal ini dikarenakan pada usia dini, perilaku anak-anak sering menyebabkan kesulitan. Selain itu, orang tua juga menganggap bahwa usia dini merupakan usia mainan karena anak menghabiskan sebagian besar waktunya dengan bermain.

Untuk itu, bermain merupakan unsur yang paling penting dalam masa mereka.

2. Sebutan yang digunakan para pendidik:

Para pendidik menyebut anak usia dini sebagai anak yang berada pada usia pra sekolah.

Sebutan ini digunakan untuk membedakannya secara fisik dan mental dengan anak-anak yang berada di pendidikan formal. Untuk itu masa ini merupakan masa persiapan bagi anak usia dini.

3. Sebutan yang digunakan para ahli psikologi:

Sebutan yang digunakan pada anak usia dini menggunakan sejumlah cici-ciri yang menonjol dari perkembangan psikologis anak selama tahun-tahun awal masa anak-anak.

Salah satu sebutannya adalah usia kelompok, yaitu masa dimana anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri. Selain itu, anak usia dini juga disebut sebagai usia menjelajah, sebuah label yang menunjukkan bahwa anak-anak ingin mengetahui keadaan lingkungannya, bagiamana mekanismenya, bagaimana perasaannya, dan bagaimana ia dapat menjadi bagian dari lingkungan. Periode usia dini juga disebut sebagai usia meniru, karena yang paling menonjol pada anak-anak usia dini adalah mereka cenderung suka meniru pembicaraan dan tindakan orang lain. Periode ini juga dinamai sebagai usia kreatif, karena mereka menunjukkan kreatifitas dalam bermain-main selama masa usia dini dibandingkan dengan masa-masa lain dalam kehidupan.

Menurut Erikson (dalam Santrock 2002, hal:279) perkembangan psikososial terbagi menjadi beberapa tahap. Masing-masing tahap psikososial memiliki dua komponen, yaitu komponen yang baik (yang diharapkan) dan yang tidak baik (yang tidak diharapkan). Perkembangan pada fase selanjutnya tergantung pada pemecahan masalah pada tahap masa sebelumnya.

(7)

Adapun tahap perkembangan yang dialami oleh anak prasekolah (3-6 tahun) adalah Inisiatif Vs Rasa Bersalah. Pada tahap ini anak belajar mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan. Rasa inisiatif mulai menguasai anak. Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas tertentu. Anak mulai diikut sertakan sebagai individu misalnya turut serta merapihkan tempat tidur atau membantu orangtua di dapur. Anak mulai memperluas ruang lingkup pergaulannya misalnya menjadi aktif diluar rumah, kemampuan berbahsa semakin meningkat.

Hubungan dengan teman sebaya dan saudara sekandung untuk menang sendiri.

Pendidikan Anak Usia Dini. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memiliki peranan besar dalam usaha meningkatkan kesejahteraan bangsa ini khususnya dalam investasi pendidikan paling awal dalam mengentaskan kemiskinan, masyarakat diharapkan semakin menyadari pentingnya pendidikan sedari usia dini.

Definisi Pendidikan Anak Usia Dini merujuk kepada Peraturan Pemerintah (PP) No. 27 tahun 1990 yakni PAUD adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan luar sekolah.

Pemberian pendidikan pada anak usia dini ini sangat menentukan masa depan anak, melalui PAUD anak dilatih untuk mengembangkan seluruh aspek kecerdasan yang ada pada manusia.

Yang mana kecerdasan manusia tidak hanya terletak pada kecerdasan kognitif yang bersifat matematis dan logika semata. Melainkan banyak kecerdasan lain yang harus dikembangkan agar otak ini berkembang maksimal. Berbagai kecerdasan tersebut oleh Gardner dalam (Amstrong, 2004, hal:1) disebut sebagai multiple intelligence yang terdiri dari kecerdasan bahasa (linguistik). Kecerdasan logika (matematika), kecerdasan musikal, kecerdasan gambar (visual spatial), kecerdasan memahami sesama (interpersonal), kecerdasan memahami diri sendiri (intrapersonal), kecerdasan pengenalan alam (naturalis)

Pendidikan usia dini adalah bagian dari pendidikan pra sekolah guna pengembangan mental dan sikap anak usia 0-6 tahun sebelum memasuki pendidikan sekolah dengan metode atau penekanan bermain sambil belajar. Bermain merupakan sarana belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitarnya. Lebih jelas lagi di katakan bahwa pendidikan anak usia dini itu sendiri (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar dan selanjutnya yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia lima tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan

(8)

untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan dalam jalur formal, non-formal dan informal. (Depdiknas, 2003).

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu tahapan pendidikan yang berusaha untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak sedini mungkin yakni pada tataran usia 0-6 tahun yang meliputi aspek fisik, psikis dan sosial secara menyeluruh.

Dukungan Sosial. Dukungan sosial pada umumnya diartikan sebagai keberadaan orang lain yang dapat dipercaya, orang yang dapat membuat seseorang merasa dipedulikan, berharga, dan dicintai. Menurut Sarafino (1990) dalam Smet (1994,hal:136) menjelaskan bahwa dukungan sosial mengacu pada kesenangan yang dirasakan, penghargaan akan kepedulian atau membantu orang menerima dari orang-orang atau kelompok-kelompok lain.

Bentuk Dukungan Sosial. House (dalam Smet 1994:136) membedakan empat jenis atau dimensi dukungan sosial, antara lain:

1. Dukungan emosional. Dukungan emosional meliputi ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian orang tua kepada anak, sehingga anak akan merasa nyaman, tentram, dan dicintai.

2. Dukungan penghargaan. Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) yang positif kepada anak, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan anak, dan perbandingan positif anak dengan anak lain.

3. Dukungan instrumental. Dukungan instrumental meliputi bantuan secara langsung, misal pemberian uang mengingat biaya (dalam hal ini adalah kebutuhan sekolah dan belajar) yang dibutuhkan tidak sedikit.

4. Dukungan informatif. Dukungan informasional termasuk pemberian nasihat, petunjuk, dan saran-saran mengenai apa yang dapat dilakukan oleh anak.

Dukungan Sosial dari Orang Tua. Menurut Santrock (2003), dukungan orang tua merupakan dukungan dimana orang tua memberikan kesempatan pada anak agar dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, belajar mengambil inisiatif, mengambil keputusan mengenai apa yang ingin dilakukan dan belajar mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Dengan demikian anak akan dapat mengalami perubahan dari keadaan yang sepenuhnya tergantung pada orangtua menjadi mandiri.

(9)

Sikap dukungan sosial yang dapat diberikan orang tua yang dapat mendorong perkembangan intelektual anak dalam berperilaku mandiri adalah sikap responsif, interaktif terhadap anak, dan pemberian perhatian atau dukungan kepada anak serta tersedianya lingkungan rumah yang kondusif untuk belajar anak. Selain itu orang tua juga dapat menggunakan bahasa dan cara mengajar yang baik, sehingga dapat mendorong kemandirian dan kreativitas anak.

Hasilnya anak akan menunjukkan hasrat ingin tahu, kreatif, mengeksplorasi situasi baru yang berkaitan dengan pendidikan (Stewart dan Koch, 1983).

4. Metode Penelitian

Pendekatan dan Jenis Penelitian. Penelitian ini berupaya melihat gambaran mengenai dukungan sosial orang tua dalam pendidikan anak usia dini di SBB-PAUD Bina Insan Mandiri Depok. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan lainnya secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2010, hal:6). Jenis penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam jenis penelitian deskriptif karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Data tersebut mungkin berasal dari naskah, wawancara, catatan lapangan, foto, video, tape, dan dokumen resmi lainnya (Moleong, 2010, hal:11)

Lokasi Penelitian. Lokasi dalam penelitian ini mengambil tempat di SBB-PAUD Bina Insan Mandiri yang berada di Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok

Teknik Pemilihan Informan. Di dalam penelitian ini, metode pemilihan informan dilakukan dengan purposive sampling. Oleh karena itu, penentuan subyek penelitian ini didasarkan pada informasi yang ingin diperoleh sehingga peneliti telah menetapkan siapa saja informannya yang terkait dengan penelitian tersebut dengan pertimbangan orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti harapkan. Sedangkan untuk menentukan siapa saja yang dapat menjadi informan terkait dengan informasi yang dicari, peneliti membuat kerangka penentuan sampel secara teoritis (theoritical sampling). Berdasarkan konteks tersebut maka terdapat beberapa syarat untuk menentukan informan dalam penelitian ini yaitu Kepala sekolah (koordinator program), Guru (wali kelas) SBB-PAUD Bina Insan Mandiri sebanyak 2 orang, dan orang tua siswa (ibu rumah tangga dan bekerja dengan pendidikan akhir SD-SMA.

(10)

Teknik Pengumpulan Data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur dan wawancara.

5. Hasil dan Pembahasan

Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial Orang Tua. dukungan sosial merupakan faktor eksternal yang menimbulkan dampak positif bagi anak khususnya dalam perkembangan belajar anak di sekolah. bentuk-bentuk dukungan sosial yang diberikan orang tua kepada anak dalam pendidikan anak usia dini yaitu dalam bentuk dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informatif.

Dukungan Emosional. Dari hasil temuan lapangan terdapat beberapa bentuk dukungan emosional orang tua (ibu) di SBB-PAUD BIM seperti perhatian, kasih sayang, semangat, dan kepemilikan. Seperti menanyakan kegiatan yang dilakukan di sekolah kepada anaknya. Hal ini menunjukkan rasa kepedulian ibu kepada anaknya mengenai hal yang telah mereka pelajari dan lakukan di sekolah.

Para orang tua (ibu) mengetahui kegiatan belajar anaknya dengan cara hanya bertanya kepada guru, bertanya langsung kepada anak, tetapi ada juga yang menanyakan kegiatan belajar anak pada guru dan juga bertanya langsung pada anak. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh House (dalam Smet, 1994) bahwa dukungan emosional ini mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap anak, sehingga anak menjadi lebih nyaman, dicintai, diperhatikan dan merasa bahwa orang peduli kepadanya.

Selain itu, orang tua (ibu) mengulang kembali pelajaran yang sudah diajarkan di sekolah kepada anak. Seperti belajar membaca, berhitung, melatih anak menghafal surat-surat pendek Al-Qur’an. Hal ini dapat dilihat bahwa orang tua membantu anak untuk memiliki rasa kompetensi dalam belajar. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Sarafino (1998) bahwa dukungan emosional membantu seseorang memiliki rasa kompetensi dan dihargai.

Dukungan emosional lainnya yang diberikan orang tua (ibu) yakni menyediakan waktu untuk sekedar mengantar atau menjemput anak di sekolah. Dari temuan tersebut terlihat bahwa orang tua (ibu) berusaha agar anak tetap merasa dilindungi sehingga anak merasa aman dan nyaman bersekolah. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Cohen & McKay, 1976, Cutrona

& Russel, 1990, House, 1984, Schaefer, Coyne & Lazarus, 1981; Wills, 1984, dalam Sarafino, 1998, hal: 98) bahwa bentuk ekspresi perasaan dan empati terhadap orang lain,

(11)

memberikan kehangatan dan kasih sayang, sehingga individu yang menerimanya akan merasa aman, nyaman, dilindungi, dan dicintai.

Dukungan Penghargaan. Berdasarkan temuan lapangan dukungan penghargaan di PAUD BIM antara lain seperti penghargaan yang positif kepada anak berupa pujian, ungkapan berupa sentuhan fisik berupa pelukan dan ciuman, serta pemberian hadiah apabila anak meraih sebuah prestasi. Dengan adanya dukungan penghargaan, maka individu akan merasa dihargai, lebih dihormati, dan dapat meningkatkan rasa percaya diri akan hal-hal yang dilakukannya, hal ini seperti yang diungkapkan oleh House (dalam Smet 1994:136).

Berdasarkan hasil temuan lapangan wawancara dukungan penghargaan yang diberikan orang tua dalam pendidikan anak usia dini, seperti orang tua (ibu) memberikan pujian kepada anaknya, memberikan semangat apabila anak memperoleh nilai yang baik di sekolah agar anak tidak cepat puas, memberikan “ciuman” untuk anak sebagai penghargaan karena anak mendapat nilai yang baik di sekolah, dan juga memberikan hadiah berupa sepatu. Hal tersebut dapat membangun anak secara emosional bahwa anak tersebut disayangi dan dihargai. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Sarafino (1998, hal: 103) bahwa Dukungan emosi membantu seseorang memiliki rasa kompetensi dan dihargai.

Hanya ada satu informan yang memberikan dukungan dalam bentuk hadiah sementar informan lainnya lebih mempunyai kecenderungan untuk tidak memberikan penghargaan berupa hadiah benda kepada anak. Hal ini dikhawatirkan akan membuat anak terbiasa meminta hadiah kepada orang tua sedangkan faktor keuangan orang tua yang tidak mendukung untuk hal tersebut.

Dukungan Instrumental. Dari temuan lapangan di PAUD BIM, dukungan instrumental yang diberikan orang tua (ibu) mencakup memenuhi kebutuhan belajar seperti menyediakan alat- alat tulis dan kebutuhan lainnya yang masih terjangkau seperti menyediakan buku pelajaran, seragam sekolah. Hal ini dilakukan orang tua (ibu) untuk meningkatkan semangat anak.

Selain itu, anak diharapkan dapat mengikuti pelajaran sekolah dengan baik dan dapat meraih prestasi dengan diberikannya dukungan instrumental tersebut.

Orang tua (ibu) juga memberikan les tambahan di luar jam sekolah guna meningkatkan kemampuan belajar anak, walaupun harus membayar uang les dengan biaya yang mahal dibanding dengan bayaran sekolah, membelikan buku bacaan untuk anak agar termotivasi

(12)

untuk membaca, dan juga membelikan mainan yang dapat mengasah kemampuan otak anak seperti membelikan puzzle.

Dari temuan lapangan ini dapat dilihat bahwa tujuan diberikannya les tambahan senada dengan disediakannya kelengkapan sekolah yaitu agar anak dapat mencapai prestasinya secara optimal. Pemberian les tambahan juga dilakukan dalam rangka pemberian solusi praktis dari masalah yang ada, seperti anak mengalami kesulitan belajar. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Cohen & McKay, 1976, Cutrona & Russel, 1990, House, 1984, Schaefer, Coyne & Lazarus, 1981; Wills, 1984, dalam Sarafino, (1998, hal: 98) dukungan instrumental berupa penyediaan barang dan jasa yang dapat membantu mengatasi masalah praktis.

Dukungan Informatif. Dari temuan lapangan di PAUD BIM dukungan informatif yang diberikan orang tua (ibu) mencakup pemberian nasihat, pengingatan ketika ada PR atau ada buku yang harus dibaca oleh anak, serta pemberian saran dan petunjuk dalam mengerjakan PR.

Pemberian nasihat oleh orang tua (ibu) dilakukan ketika misalnya anak sedang menghadapi masalah sosial, seperti berkonflik dengan temannya. Pemberian nasihat seperti ini penting dilakukan oleh orang tua (ibu) guna membentuk karakter anak agar menjadi pribadi yang santun dan baik terhadap sesama.

Orang tua (ibu) juga mengingatkan anak ketika ada PR dan ada buku yang harus dibaca oleh anak. Dukungan informatif seperti ini sangat penting bagi anak pada usia dini karena anak tersebut memiliki kecenderungan untuk lebih banyak bermain pada usianya sehingga seringkali lupa bahwa ada tugas dari sekolah. Hal ini seperti yang diungkapkan Hurlock (1999) bahwa usia dini merupakan usia mainan karena anak menghabiskan sebagian besar waktunya dengan bermain.

Dukungan informatif lainnya yang diberikan adalah pada saat anak mengerjakan PR. Anak didampingi oleh orang tua (ibu) ketika mengerjakan PR sehingga orang tua (ibu) bisa memberikan saran dan petunjuk jika anak mengalami kesulitan dalam mengerjakan PRnya.

Hal ini dilakukan agar anak dapat memahami tugasnya dengan baik.

6. Kesimpulan

Dukungan Emosional. Bentuk dukungan emosional diberikan oleh orang tua (ibu) dalam pendidikan anak usia dini antara lain memberikan perhatian kepada anaknya baik di sekolah

(13)

maupun dirumah dengan cara memberikan perhatian dalam mengingatkan anak untuk mengerjakan tugas yang diberikan sekolah dan juga mengantar dan menjemput anaknya di sekolah, mengetahui kegiatan dan tugas sekolah anak melalui cerita anaknya, dan juga memeriksa buku tugas (PR), mendukung setiap kegiatan anak seperti mengantar anak jika mengikuti lomba di luar sekolah, membagi waktu kegiatan yang dilakukan anak sehari-hari, mulai dari sekolah, istirahat, mengaji dan membantu mengerjakan tugas (PR), mendampingi anak ketika belajar dan selalu menanyakan kegiatan anak dengan cara bertanya langsung pada anak, selalu mengantar dan menjemput anak tetapi tidak menunggui anak di sekolah sehingga kurang mengetahui tugas dan kegiatan anak di sekolah karena orang tua (ibu) harus membagi waktu dengan pekerjaan sampingannya yaitu berdagang. Tetapi orang tua (ibu) selalu menanyakan kepada guru terkait dengan tugas-tugas yang diberikan dan perkembangan belajar anak di sekolah.

Dukungan Penghargaan. Dukungan penghargaan yang diberikan orang tua (ibu) dalam pendidikan anak usia dini, antara lain: memberikan pujian dan ciuman kepada anak ketika anak mendapatkan nilai yang baik dan berprestasi di sekolah, membelikan sepatu yang tidak terlalu mahal ketika anak mendapatkan nilai yang baik di sekolah. Dengan adanya dukungan penghargaan, maka individu akan merasa dihargai, lebih dihormati, dan dapat meningkatkan rasa percaya diri akan hal-hal yang dilakukannya.

Dukungan Instrumental. Dukungan Instrumental meliputi bantuan secara langsung, misal pemberian uang mengingat biaya (dalam hal ini adalah kebutuhan sekolah dan belajar) yang dibutuhkan tidak sedikit. Dukungan instrumental yang diberikan orang tua (ibu) dalam pendidikan anak usia dini antara lain: memenuhi kebutuhan belajar anak seperti alat tulis dan kebutuhan lainnya yang masih terjangkau untuk meningkatkan semangat anak; membelikan buku pelajaran, seragam, dan memberikan les tambahan diluar sekolah untuk meningkatkan kemampuan belajar anak walaupun harus membayar lebih mahal dibandingkan uang bayaran sekolah, memenuhi kebutuhan belajar anak seperti, membelikan meja belajar untuk anak, alat tulis, buku dan seragam sekolah, memberikan buku bacaan untuk anak agar termotivasi untuk suka membaca, dan juga membelikan mainan yang dapat mengasah kemampuan otak anak seperti puzzle.

Dukungan Informatif. Dukungan informatif termasuk pemberian nasihat, petunjuk, dan saran-saran mengenai apa yang dapat dilakukan oleh anak. Bentuk dukungan informatif yang diberikan oleh orang tua (ibu) dalam pendidikan anak usia dini antara lain memberikan

(14)

nasihat ketika anak mendapat nilai yang kurang memuaskan karena menurutnya proses belajar itu yang terpenting, dan memberikan nasehat dan mendengarkan cerita anak ketika anak mengalami masalah dengan temannya di sekolah.

7. Rekomendasi

Berdasarkan temuan lapangan penelitian ini merekomendasikan beberapa hal yang berkaitan dengan pemberian dukungan sosial orang tua dalam pendidikan anak usia dini di SBB-PAUD Bina Insan Mandiri, diantaranya adalah:

1. Perlu diadakan pertemuan rutin antara orang tua dan pihak sekolah agar orang tua dapat mengetahui kondisi anak dan perkembangan belajar anak di sekolah setiap harinya, sehingga orang tua tidak hanya menyerahkan anak sepenuhnya kepada pihak sekolah.

2. Pelatihan untuk orang tua bagaimana mengasuh anak dan meningkatkan karakter anak, seperti nasihat dan simulasi untuk membuat pembentukan karakter anak. Jika dilihat dari temuan lapangan diatas dapat diketahui bahwa perkembangan anak secara ilmiah seperti membaca dan berhitung tidak diikutsertakan dengan perkembangan karakter anak.

3. Pihak Yabim mulai membuka lowongan pekerjaan untuk mempekerjakan guru-guru baru karena terbatasnya guru yang mengajar di SBB-PAUD Bina Insan Mandiri.

Daftar Pustaka Buku

Armstrong, Thomas. (2004). Sekolah Para Juara. Menerapkan Multiple Inteligence di dunia pendidikan. Jakarta: Penerbit Kaita

Brooks, J. (2010). The Process of parenting. CA: Mayfield Publishing Company.

Clifton, Jenny., & David Hodgson. (1997). Rethingking Practice Through A Children’s Right Perspective. Dalam buku: Social Action with Children and Families: A Community Development Approach to Child and Family Welfare. Editor: Crescy Cannan., & Chris Warren. London: Routledge.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Standar kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Anak Usia Dini Taman Kanak-Kanak dan Raudhatul Athfal. Jakarta: Depdiknas Gottlieb, Benjamin. H. (1983). Social Support Strategies. California: Sage Publication.

Hasbullah. (2001). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Hurlock. Elizabeth, B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (Terj. Istiwidayanti dan Soedjarwo.) Editor Ridwan MS. Jakarta:

Penerbit Erlangga.

(15)

Levine, Daniel., Robert, J. Havighurst. (1957). Society and Education. Eight Edition. ALLYN AND BACON. Boston London Toronto Sydney Tokyo Singapore.

Moleong, Lexy. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif (ed: revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Santrock, John W. (2007). Child Development (ed: 11). New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

________________. (2003). Psychology (ed. 7). New York. The McGraw-Hill Companies, Inc.

Sarafino, E.P. (1994). Health Psychology: Biopsycosocial Interaction Second Edition. New York: John Wiley & Sons Inc.

---. (1998). Health Psychology: Biopsycosocial Interaction Third Edition. New York: John Wiley & Sons Inc.

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasindo.

Stewart & Koch. (1983). Children Development Throught Adolescence. Canada:John Wiley and Sons, Inc.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung Zastrow, C., & Kirst-Ashman, K. (1989). Understanding Human Behavior and The Social

Environment. Chicago: Nelson-Hall Publishers.

Sumber Lain

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1990 Tentang Pendidikan

Prasekolah.

Skripsi dan Karya Ilmiah Lainnya

Hati, Getar. (2010). Skripsi. Pelaksanaan Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Bagi Anak Tidak Mampu (Studi Deskriptif pada Program PAUD Bina Tulus Hati.

Universitas Indonesia: FISIP-Ilmu Kesejahteraan Sosial

Prasetyo, Felix D. (2008). Skripsi. Peranan PAUD Dalam Perkembangan Fisik Anak (Sudi Pada Kelompok Bermain PAUD Cempaka IV Ratulangi Bandarlampung). Universitas Lampung: Program Ilmu Kependidikan.

(16)

Sumber Internet

Republika Online. (2013). Depok Anggarkan Rp 100 juta bangun PAUD Terpadu. 27 Juni 2013. http://m.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/13/02/22/mimk3b- depok-anggaran-rp-100-juta-bangun-paud-terpadu

Saputro, Romi F. (2006). Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Perpustakaan. 2 Januari 2010.

http://komunitaswedangjae.com/wacana-dan analisisjurnalisme-empatik-paud.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia juga mengalami peningkatan, pada skor dasar memperoleh rata-rata nilai hasil belajar sebesar 48,38 dengan

Identitas merek adalah variabel yag berpengaruh terhadap keputusan pembelian sehingga batik sari kenongo harus lebih gencar melakukan promosi atau membuka outlet di

b) Pekerjaan yang terhormat. Pada dasarnya setiap individu memiliki kewajiban untuk mencari penghasilan, kecuali terdapat situasi yang memang benar-benar tidak memungkinkan untuk

Pengaruh temperatur terhadap konversi gliserol produk samping biodiesel menjadi solketal dipelajari pada perbandingan mol gliserol-aseton sebesar 1:4 dan jumlah katalis

Antrian jaringan yang dibahas dalam penelitian ini adalah antrian jaringan terbuka dengan metode open Jackson yang mensimulasikan paket data switching network pada

Perbedaan jumlah spesies pada tiap rentang ketinggian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tempat, maka semakin sedikit jumlah spesies tumbuhan pangan dan

manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek. Indonesia

Tahap terakhir pada pengembangan instrumen dalam penelitian ini adalah pelaksanaan implementasi dengan mengukur sejauh mana kecenderungan kedisplinan belajar SMP Negeri 2