5 A. Review Penelitian Terdahulu
Review penelitian terdahulu sangat penting dilakukan oleh peneliti. Manfaat review penelitian terdahulu adalah untuk mengetahui apa yang telah dihasilkan dan perbedaan apa dari peneliti sebelumnya, berikut review peneleitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Nama ( Tahun) Judul Metode Hasil
Tamodia (2013) Evaluasi Penerapan Sistem
Pengendalian Intern Untuk Persediaan Barang Dagang Pada PT. Laris Manis Utama Cab.
MANADO
Metode kualitatif yaitu analisis deskriftif
1. Penerapan sistem pengendalian persediaan barang daganggan pada PT. Laris Manis Utama‚ belum ada keseragaman dalam penulisan nama barang, kesalahan
menulis
nama/merk/size pada barang yang
keluar dan
kesalahan mengeluarkan barang dari gudang.
Hariyanto (2010)
Analisis Sistem Pengendalian
Internal Persediaan Pada Pabrik Rokok PR. Djagung Padi Malang
Metode Deskriptif Kualitatif
PR. Dajrum Padi Malang memiliki kelemahan pada struktur organisasinya, karyawan belum tertib dan operasional perusahaan
dilaksanakan secara tradisional.
Puspitasari (2011)
Analisis sistem Pengendalian
Internal
Siklus Persediaan Bahan Baku PT.
Indomarine Divisi Boiler Singosari
Analisis Kualitatif
Organisasi telah terlaksana sebagai mana mestinya, dengan mangantisipasi resiko dimasa mendatang dan perusahaan memiliki badan indpenden pemantau yang selalu melakukan
pengecekan dokumen dan fisik dari setiap aset.
Dari hasil review penelitian terdahulu membuktikan bahwa di dalam suatu perusahaan masih terdapat kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan sistem sistem pengendalian internal. Karena persediaan bahan baku merupakan hal yang krusial mengalami penyimpangan dan ketidakakuratan data.
B. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Persediaan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2015:14.2) persediaan meliputi barang yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali. Seperti contoh, barang dagang yang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mancakupi barang yang diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi oleh entitas serta termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi.
2. Definisi Pengendalian Internal
Menurut Mulyadi dan Puradiredja (1998) definisi pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personal lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:
a. Pengendalian internal merupakan suatu proses. Pengendalian internal merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu. Pengendalian internal merupakan suatu rangkaian tindakan yang bersifat pervasife dan menjadi bagian tidak terpisahkan, bukan hanya sebagai tambahan dari infrastruktur entitas.
b. Pengendalian internal dijalankan oleh orang. Pengendalian internal bukan hanya terdiri dari pedoman kebijakan dan formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang mencakup dewan komisaris, manajemen, dan personal lain.
c. Pengendalian internal diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan keyakinan mutlak, bagi manajemen dan dewan komisaris entitas. Keterbatasan yang melekat dalam semua sistem pengendalian internal dan pertimbangan manfaat dan pengorbanan dalam pencapaian tujuan pengendalian menyebabkan pengendalian internal tidak dapat memberikan keyakinan mutlak.
d. Pengendalian internal ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan yaitu pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi.
3. Tujuan Pengendalian Internal Dalam organisasi
Pengendalian digunakan untuk mengarahkan aktivitas organisasi agar tidak menyimpang dari tujuan yang diinginkan. Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi tentang keadaan aktual organisasi, membandingkannya dengan keadaan yang diinginkan, dan melakukan tindakan untuk mengubah kinerja organisasi bila diperlukan (Hariyanto, 2010).
Menurut Romney, et al (2003) tujuan pengendalian internal adalah:
a. Semua transaksi adalah sah.
b. Semua transaksi telah diotorisasi.
c. Semua transaksi telah dicatat.
d. Semua transaksi telah digolongkan secara wajar.
e. Asset (kas, persediaan dan data) dilindungi dari kehilangan maupun pencurian.
f. Kegiatan bisnis telah dilaksanakan secara efisien dan efektif
4. Pengertian Sistem Pengendalian Internal
Menurut Sutabri (2004:32) menyebutkan bahwa pengendalian internal merupakan pengecekan penjumlahan, baik penjumlahan mendatar crossfooting, maupun penjumlahan menurun footing. Dalam arti yang luas, pengendalian internal tidak hanya meliputi pengecekan, tetapi meliputi semua alat yang digunakan manajemen untuk melakukan pengendalian.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian internal bertujuan untuk menjalankan perusahaan atau organisasi, yang dibuat oleh pihak internal perusahaan.
5. Komponen-komponen Pengendalian Internal
Sejak tahun 1992 COSO (Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission) memperkenalkan kerangka pengendalian yang terdiri dari 5 unsur sebagai berikut: (Winarno, 2007)
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian suatu perusahaan mencakup seluruh sikap manajemen dan karyawan mengenai pentinggnya pengendalian.
Manajemen harus menekankan pentingnya pengendalian dan mendorong dipatuhinya kebijakan pengendalian akan menciptakan lingkungan pengendalian yang efektif. Lingkungan pengendalian yang lemah kemungkinan besar diikuti dengan kelemahan dalam komponen pengendalian internal yang lain. Lingkungan pengendalian sebagai komponen pengendalian yang pertama, meliputi faktor-faktor sebagai berikut:
a. Filosofi Manajemen dan Gaya Operasi
Manajer harus mengambil tindakan aktif untuk menjadi contoh berperilaku etis dengan bertindak sesuai dengan kode etik personal.
Manajer juga harus menekankan pentingnya pengendalian internal.
b. Komitmen terhadap Integritas dan Nilai-Nilai Etika
Penting bagi manajemen untuk menciptakan budaya organisasi yang menekankan pada integritas dan nilai-nilai etika. Perilaku etis dan tidak etis manajer dan karyawan berdampak besar terhadap keseluruhan pengendalian internal. Perilaku etis dan tidak etis ini akan menciptakan suasana yang dapat mempengaruhi validitas proses pelaporan keuangan.
c. Komitmen Terhadap Kompetensi
Perusahaan harus merekrut karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya guna mendorong kreativitas dan inisiatif dalam menghadapi kondisi yang dinamis saat ini. Oleh karena itu, penting bagi bagian personalia untuk mengisi lowongan kerja dengan personil yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan pekerjaan yang harus dikerjakan.
d. Komite Audit dan Dewan Direksi
Dewan direksi bertanggung jawab untuk memilih komite audit yang beranggotakan orang-orang dari luar perusahaan. Peran komite audit adalah memantau akuntansi perusahaan serta praktik dan kebijakan pelaporan keuangan. Komite audit juga berperan sebagai perantara antara auditor internal dan auditor eksternal.
e. Struktur Organisasi
Struktur organisasi perusahaan menggambarkan pembagian otoritas dan tanggung jawab dalam perusahaan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Struktur organisasi ini harus disajikan secara ekplisit dalam bentuk grafis agar jelas siapa bertanggung jawab atas apa.
f. Penetapan Otoritas dan Tanggung Jawab
Otoritas adalah hak yang dimiliki karena posisi formal seseorang untuk memberi perintah kepada bawahan. Tanggung jawab adalah kewajiban seseorang untuk menjalankan tugas tertentu dan untuk diminta pertanggungjawabannya atas hasil yang dicapai.
g. Kebijakan dan Praktik Sumber Daya Manusia
Kegiatan sumber daya manusia meliputi perekrutan karyawan baru, orientasi karyawan baru, pelatihan karyawan, motivasi karyawan,evaluasi karyawan, promosi karyawan, kompensasi karyawan, konseling karyawan, perlindungan karyawan dan pemberhentian karyawan.
2. Aktivitas Pengendalian
Ativitas pengendalian yang terkait dengan pelaporan keuangan antara lain meliputi:
a. Desain Dokumen yang Baik dan Bernomor Urut Cetak
Desain dokumen yang baik adalah desain dokumen yang sederhana sehingga meminimalkan kemungkinan kesalahan mengisi. Dokumen juga harus memuat tempat untuk tanda tangan bagi mereka yang
berwenang untuk mengotorisasi transaksi. Dokumen juga perlu bernomor urut tercetak sebagai wujud pertanggungjawaban penggunaan dokumen.
b. Pemisahan Tugas
Terdapat tiga pekerjaan yang harus dipisahkan agar karyawan tidak memiliki peluang untuk mencuri harta perusahaan dan memalsukan catatan akuntansi. Ketiga pekerjaan tersebut diantaranya fungsi penyimpanan harta contoh pemegang persediaan yang berwenang untuk mengisi buku cek, fungsi pencatatan dan fungsi otorisasi transaksi bisnis.
c. Otorisasi yang Memadai atas setiap Transaksi Bisnis
Otorisasi adalah pemberian wewenang dari manajer kepada bawahannya untuk melakukan aktivitas atau untuk mengambil keputusan tertentu.
d. Mengamankan Harta dan Catatan Perusahaan
Harta perusahaan meliputi kas, persediaan, peralatan dan bahkan data dan informasi perusahaan. Bentuk pengamanan tersebut seperti menciptakan pengawasan yang memadai.
e. Menciptakan adanya Pengecekan Independen atas Pekerjaan Karyawan lain
Pengecekan independen ini meliput membandingkan catatan dengan aktual fisik.
3. Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko adalah proses mengidentifikasi dan menganalisis risiko-risiko yang relevan dalam pencapaian tujuan, membentuk sebuah basis untuk menentukan bagaimana risiko dapat diatur. Karena kondisi ekonomi, industri, regulasi, dan operasi selalu berubah, maka diperlukan mekanisme untuk mengidentifikasi dan menghadapi risiko-risiko spesial terkait dengan perubahan tersebut
Organisasi harus menyadari dan waspada terhadap berbagai risiko yang dihadapinya. Organisasi harus pula menetapkan mekanisme untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengelola risiko-risiko terkait.
4. Informasi dan Komunikasi
Sistem informasi menghasilkan laporan, yang berisi informasi operasional, finansial, dan terpenuhinya keperluan sistem, yang membuatnya mungkin untuk menjalankan dan mengendalikan bisnis.
Informasi dan Komunikasi tidak hanya menghadapi data-data yang dihasilkan internal, tetapi juga kejadian eksternal, kegiatan dan kondisi yang diperlukan untuk memberikan informasi dalam rangka pembuatan keputusan bisnis dan laporan eksternal. Komunikasi yang efektif juga harus terjadi dalam hal yang lebih luas, mengalir ke bawah, ke samping dan ke atas organisasi. Seluruh personel harus menerima dengan jelas pesan dari manajemen teratas bahwa pengendalian tanggung jawab diambil dengan serius. Para personel harus mengerti peran mereka dalam sistem pengendalian internal, sebagaimana mereka mengerti bahwa kegiatan
individu mereka berhubungan dengan pekerjaan orang lain. Mereka harus memiliki niat untuk mengkomunikasikan informasi yang signifikan kepada atasannya.
5. Pengawasan Kinerja
Sistem pengendalian internal perlu diawasi, yaitu proses untuk menentukan kualitas performa sistem dari waktu ke waktu. Proses ini terselesaikan melalui kegiatan pengawasan yang berkesinambungan, evaluasi yang terpisah atau kombinasi dari keduanya. Kegiatan ini termasuk manajemen dan supervisi yang reguler, dan kegiatan lainnya yang dilakukan personel dalam menjalankan tugasnya. Ketergantungan sistem pengendalian harus dilaporkan kepada atasan, dengan masalah yang serius juga dilaporkan kepada manajemen teratas dan dewan direksi.
Dua tujuan utama dalam pengendalian atas persediaan adalah melindungi persediaaan dari kerusakan atau pencurian serta melaporkan dengan benar dalam laporan keuangan.(Warren et al.,2014).
6. Unsur Sistem Pengendalian Intern
Mulyadi (2014) unsur sistem pengendalian internal adalah:
1. Struktur Organisasi yang Memisahkan Tanggung Jawab Fungsional secara Tegas. Di dalam perusahaan manufaktur harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi. Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan semua tahap suatu transaksi. Dengan pemisahan fungsi akuntansi dari fungsi-fungsi operasi
dan fungsi penyimpanan, catatan akuntansi yang diselenggarakan dapat mencerminkan transaksi sesungguhnya.
2. Sistem Wewenang dan Prosedur Pencatatan yang Memberikan Perlindungan yang cukup terhadap Kekayaan, Utang dan Biaya. Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu, dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi.
3. Praktik yang Sehat dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsi Setiap Unit Organisasi. Cara-cara yang ditempuh perusahaan dalam menciptakann praktik yang sehat adalah;
a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaianya harus dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang.
b. Pemeriksaan mendadak
c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau satu organisasi.
d. Perputaran jabatan.
e. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak.
f. Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatanya, 4. Karyawan yang Mutunya Sesuai dengan Tanggung Jawabnya.
Unsur mutu karyawan merupakan unsur sistem pengendalian intern yang paling penting. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan
jujur, unsur pengendalian yang lain dapat dikurangi sampai batas yang minimum.
7. Tujuan Sistem Pengendalian Internal
Menurut Winarno & Wahyu (2006) tujuan dari sistem pengendalian ada empat yaitu:
a. Melindungi harta kekayaan perusahaan. Kekayaan perusahaan dapat berupa kekayaan yang berujud maupun kekayaan yang tidak berujud. Kekayaan perusahaan sangat diperlukan untuk menjalankan kegiatan perusahaan.
Bangunan, peralatan, mesin-mesin, semuanya bernilai sangat material dari segi keuangan dan sangat diperlukan dalam segi teknis operasional.
b. Meningkatkan akurasi informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi yang dijalankan oleh perusahaan. Informasi menjadi dasar pembuatan keputusan.
Apabila informasi salah, keputusan yang diambil, baik oleh pihak manajemen maupun pihak lain, dapat salah. Keputusan yang salah akan sangat merugikan perusahaan. Agar informasi tidak salah, perlu dilakukan pengawasan terhadap sistem informasi yang dimilki oleh perusahaan.
c. Meningkatkan efisiensi kinerja perusahaan, sehingga dalam berbagai kegiatan dapat dilakukan penghematan. Efisiensi merupakan suatu perbandingan antara besarnya pengorbanan dan hasil yang diperoleh.
Semakin kecil pengorbanan, namun hasil yang diperoleh tetap sama, menunjukkan perusahaan efisien. Perusahaan yang efisien akan lebih mudah mendapatkan laba yang besar. Laba yang besar sangat diharapkan oleh pemegang saham atau pemilik perusahaan dan jajaran karyawan.
d. Meningkatkan kepatuhan terhadap kebijakan manajemen. Secara berkala, manajemen telah menetapkan tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan dan tujuan tersebut hanya dapat dicapai apabila semua pihak di dalam perusahaan bekerja sama dengan baik. Di dalam suatu perusahaan terdapat banyak orang yang memiliki berbagai kepentingan, namun kepentingan mereka tidak boleh bertentangan dengan kepentingan perusahaan. Di sisi lain manajemen juga harus menetapkan tujuan yang tidak terlalu tinggi selain juga tidak terlalu rendah.