LAPORAN TUGAS AKHIR
RANCANGAN PENYULUHAN PENGGUNAAN BIOURINE SAPI DAN MEDIA TANAM PADA TANAMAN CABAI RAWIT
(Capsicum frutescens L) DI DESA MAKROMAN KECAMATAN SAMBUTAN KOTA SAMARINDA
PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
AHMAD NUR AMIRUDDIN NIRM : 04.01.18.043
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN 2022
i
LAPORAN TUGAS AKHIR
RANCANGAN PENYULUHAN PENGGUNAAN BIOURINE SAPI DAN MEDIA TANAM PADA TANAMAN CABAI RAWIT
(Capsicum frutescens L) DI DESA MAKROMAN KECAMATAN SAMBUTAN KOTA SAMARINDA
Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan (S.Tr.P)
PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
AHMAD NUR AMIRUDDIN NIRM : 04.01.18.043
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN 2022
ii
HALAMAN PERUNTUKAN
BISMILLAHIRAMANIROHIM
Dengan Rahmat Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Karena atas segala rahmatnya saya dapat menyusun dan memberikan karya terbaik saya selama 4 tahun dan mampu melewati berbagai pahit manisnya kehidupan di Politeknik Pembangunan Pertanian Malang Tercinta ini.
Terimakasih untuk segala dukungan sehingga saya dapat mempersembahkan Tugas Akhir ini untuk:
1. Kepada Keluarga saya khususnya kedua orang tua Ayah (Agus fahrudin) dan Ibu (Sri Winarni), adik-adik (Abdul Qodir Zaini dan Muhammad Abdul Latif), kakek dan nenek, serta saudara- saudara saya terimakasih atas doa dan semangat yang diberikan secara tulus. Selalu sabar menunggu kabar baik dari saya.
2. Dosen Pembimbing dan Penguji (Bapak Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt., M.Si. , Ibu Yastutik SST., M.Si. dan Bapak Ir. Dwi Purnomo MM.) terimakasih banyak, sudah sabar membimbing, menasehati, mengajari dan sabar menunggu untuk melakukan seminar maupun sidang saya selama ini. Jasa Bapak dan ibu tak akan pernah terbalaskan.
3. Ibu Jumiati, SP. MP selaku koordinator BPP MITRA TANI dan ibu Ely Susana SP serta Bapak Ibu Penyuluh BPP Kecamatan Sambutan, terima kasih telah membimbing dengan sabar selama di lapangan, dan berkenan sharing membagikan ilmu yang bermanfaat.
4. Terima kasih kepada kekasih spesial saya (Rafika Fasyadina Azmi) yang baik banget sama saya, yang sudah menemanin, mensupport, mendukung hari-hari saya sehingga penuh warna kebahagian, susah senang bersama, meski kadang bikin gemes tapi selalu sabar dan selalu mengingatkan saya disegala hal.
5. Sahabat-sahabat terbaikku (Hadi Bulga, Handaru Apta Kamil, Diki Wahyudi,) terima kasih atas segala bantuan dan mau direpotkan selama di rumah maupun di Kampus Polbangtan Malang.
6. Teman-temanku kelas PPB B (Ketanbang 2018) yang tak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih banyak sudah menjadi teman, saudara dan keluarga selama saya belajar di Kampus Polbangtan Malang dan semoga kalian semua sukses di tempat asal masing-masing.
7. Dan Seluruh Teman-temanku Angkatan 2018. Polbangtan Malang, terima kasih untuk memori yang telah kita rajut setiap harinya dan atas solidaritas yang luar biasa. Sehingga masa kuliah 4 tahun ini menjadi lebih berarti. Semoga saat indah ini dapat menjadi kenangan terindah selamanya. Jujur aku ingin memiliki momen bersama di akhir wisuda kita bersama kalian.
iii
iv
v
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LAPORAN TUGAS AKHIR
RANCANGAN PENYULUHAN PENGGUNAAN BIOURINE SAPI DAN MEDIA TANAM PADA TANAMAN CABAI RAWIT
(Capsicum frutescens L) DI DESA MAKROMAN KECAMATAN SAMBUTAN KOTA SAMARINDA
AHMAD NUR AMIRUDDIN NIRM : 04.01.18.043
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 09 Agustus 2022 Dinyatakan telah memenuhi syarat.
Penguji I Penguji II
Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt, M.Si Yastutik, SST., M.Si.
NIP. 19690511 199602 1 001 NIP. 19820127 200604 2 001
Penguji III
Ir. Dwi Purnomo, MM.
NIP. 19610515 198603 1 002
vi RINGKASAN
Ahmad Nur Amiruddin NIRM 04.01.18.043. Rancangan Penyuluhan Penggunaan Biourine Sapi dan Media Tanam Pada Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L) Di Desa Makroman Kecamatan Sambutan Kota Samarinda. Dosen Pembimbing : (Dr. Setya Budhi Udrayana S.Pt., M.Si. dan Yastutik, SST., M.Si.) Dosen Penguji : (Ir. Dwi Purnomo, MM.)
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui konsentrasi penggunaan biourine sapi dan media tanam pada tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L), mengetahui rancangan penyuluhan dan mengetahui peningkatan pengetahuan dan sikap petani di Desa Makroman Kecamatan Sambutan Kota Samarinda. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Juni 2022. Lokasi penelitian di Desa Makroman, Kecamatan Sambutan, Kota Samarinda, Kalimantan Timur.
Metode penelitian yang digunakan metode eksperimen, Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial. Analisis data menggunakan Two Way ANOVA dilanjukan uji lanjut (Post-Hoc) menggunakan Uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf 5%. Faktor 1 adalah konsentrasi pupuk organik cair urine sapi : (P0) kontrol, (P1) 45 ml/liter, (P2) 75 ml/liter, (P3) 105 ml/liter. Sedangkan faktor 2 adalah komposisi media tanam (tanah + arang sekam + pupuk kandang) : (M1) 2:1:1, (M2) 1:2:1, (M3) 1:1:2. Parameter yang diamati: a). tinggi tanaman, b).
jumlah daun, c). jumlah buah, d). berat buah rata-rata per tanaman
Hasil penelitian perlakuan terbaik interaksi antara konsentrasi Biourine sapi dan media tanam pada P1M2 konsentrasi Biourine 45 ml/liter dan media tanam 1:2:1 memberikan pengaruh beda nyata terhadap tinggi tanaman dengan nilai 38,85 cm pada 63 HST, jumlah daun dengan nilai 41,17 helai daun pada 63 HST, jumlah buah panen ke-1 dengan nilai 16,33 buah, panen ke-2 dengan nilai 18,67 buah, panen ke-3 dengan nilai 19,33 buah. Sedangkan berat buah per tanaman untuk panen ke-1 dengan nilai 19,93 gram, panen ke-2 dengan nilai 22,78 gram, panen ke-3 dengan nilai 23,20 gram terhadap pertumbuhan dan produksi cabai rawit (Capsicum frutescens L) dengan menggunakan komposisi media tanam.
Metode penyuluhan adalah ceramah dan diskusi kelompok dengan media folder dan benda sesungguhnya dengan sasaran 24 anggota Kelompok Tani Makroman Sejahtera. Evaluasi penyuluhan mengukur peningkatan pengetahuan dan peningkatan sikap. aspek pengetahuan nilai Pre-Test sebesar 62,43%, nilai Post-Test sebesar 81,60%, peningkatan sebesar 19,17%. Sedangkan aspek Sikap nilai Pre-Test sebesar 62,13%, nilai Post-Test sebesar 75,68%, peningkatan sebesar 13,55%. hasil uji efektivitas pengetahuan penyuluhan memperoleh nilai 51,02% kategori efektif dan efektivitas sikap penyuluhan memperoleh nilai 35,78% kategorik efektif.
Kata kunci : Cabai Rawit, Biourine, Media Tanam
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Rancangan Penyuluhan Penggunaan Biourine Sapi Dan Media Tanam Pada Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L) Di Desa Makroman Kecamatan Sambutan Kota Samarinda” dengan baik dan tepat waktu.
Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat dalam pelaksanaan Tugas Akhir yang merupakan kewajiban bagi mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian Malang.
Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini tidak luput dari dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada:
1. Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I, sekaligus Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Malang.
2. Yastutik, SST., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II.
3. Ir. Dwi Purnomo, MM. selaku Dosen Penguji
4. Dr. Eny Wahyuning Purwanti, SP., MP., selaku Ketua Jurusan Pertanian dan Ketua Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir Demikian Laporan Tugas Akhir ini disusun, saya berharap untuk memberikan masukan saran dan kritik positif yang sifatnya membangun guna penyempurnaan Laporan Tugas Akhir penulis, sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat lebih sempurna dan dapat menambah pengetahuan dan memberikan manfaat maupun inspirasi kepada pembaca.
Malang, Agustus 2022
Penulis
viii DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN PERUNTUKAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS TA ... iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iv
RINGKASAN ... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah... 4
1.3 Tujuan ... 5
1.4 Manfaat ... 5
1.4.1 Manfaat bagi Mahasiswa ... 5
1.4.2 Manfaat bagi Petani ... 5
1.4.3 Manfaat bagi Politeknik Pembangunan Pertanian Malang ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Penelitian Terdahulu ... 7
2.2 Landasan Teori ... 10
2.2.1 Taksonomi Tanaman Cabai Rawit ... 10
2.2.2 Morfologi Tanaman Cabai Rawit ... 11
2.2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Rawit ... 13
2.2.4 Teknik Budidaya Cabai Rawit ... 16
2.2.5 Media Tanam ... 17
2.2.6 Pupuk Organik Cair (POC) ... 19
2.2.7 Urine Sapi ... 22
2.2.8 Fermentasi ... 23
2.2.9 Effective Microorganisme 4 (EM4) ... 24
2.3 Penyuluhan Pertanian ... 25
2.3.1 Pengertian Penyuluhan Pertanian ... 25
2.3.2 Tujuan Penyuluhan ... 27
ix
2.3.3 Sasaran penyuluhan ... 28
2.3.4 Metode Penyuluhan ... 30
2.3.5 Materi penyuluhan ... 31
2.3.6 Media Penyuluhan ... 33
2.3.7 Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 33
2.3.8. Hipotesis ... 35
2.4 Kerangka Pikir ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
3.1 Lokasi dan Waktu ... 37
3.1.1. Lokasi Penelitian... 37
3.1.2. Lokasi Penyuluhan ... 37
3.2 Metode Kajian ... 38
3.2.1. Alat dan Bahan ... 38
3.2.2. Langkah Kerja Kajian ... 38
3.2.3. Rancangan Kajian ... 40
3.2.4. Metode Pengacakan ... 41
3.2.5. Pelaksanaan Kajian ... 42
3.2.6. Parameter Pengamatan ... 44
3.2.7. Metode Analisis Data ... 44
3.2.8. Analisis Laboratorium ... 45
3.2.9. Definisi Operasional ... 45
3.3 Metode Perancangan Penyuluhan ... 46
3.3.1. Menentukan Tujuan Penyuluhan ... 46
3.3.2. Menentukan Sasaran Penyuluhan ... 46
3.3.3. Menentukan Materi Penyuluhan ... 46
3.3.4. Menentukan Media Penyuluhan ... 47
3.3.5. Menentukan Metode Penyuluhan ... 47
3.4 Metode Implementasi/Uji Coba Rancangan ... 47
3.4.1. Lokasi dan Waktu ... 47
3.4.2. Persiapan Penyuluhan ... 48
3.4.3. Penyampaian Materi dan Metode ... 48
3.5 Metode Evaluasi Penyuluhan ... 48
3.5.1. Tujuan Evaluasi ... 48
3.5.2. Metode Evaluasi ... 48
3.5.3. Skala Pengukuran Evaluasi ... 49
3.5.4. Penetapan Penyusunan Instrumen ... 50
3.6 Hipotesis ... 52
BAB IV HASIL KAJIAN ... 53
4.1 Hasil Analisis Laboratorium Biourine Sapi ... 53
x
4.2 Interaksi Konsentrasi Biourine dan Media Tanam Tanaman Cabai
Rawit (Capsicum frutescens L) ... 57
4.2.1. Tinggi Tanaman ... 57
4.2.2. Jumlah Daun ... 60
4.2.3. Jumlah Buah ... 64
4.2.4. Berat Buah Per Tanaman ... 67
4.3 Pembahasan Perhitungan Dosis dan Produktivitas Per-Hektar. ... 70
BAB V PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ... 75
5.1 Identifikasi Potensi Wilayah ... 75
5.1.1 Letak dan Keadaan Geografis... 75
5.1.2 Karakteristik Lahan dan Iklim ... 76
5.2 Perancangan Penyuluhan ... 83
5.2.1 Lokasi dan Waktu Perancangan Penyuluhan ... 83
5.2.2 Penetapan Sasaran Penyuluhan ... 83
5.2.3 Penetapan Tujuan Penyuluhan ... 84
5.2.4 Penetapan Materi Penyuluhan ... 84
5.2.5 Penetapan Metode Penyuluhan ... 85
5.2.6 Penetapan Media Penyuluhan ... 85
5.3 Implementasi ... 85
5.3.1 Persiapan Penyuluhan ... 85
5.3.2 Pelaksanaan penyuluhan ... 87
5.4 Evaluasi Penyuluhan ... 88
5.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 91
BAB VI PEMBAHASAN/DISKUSI ... 95
6.1 Pembahasan Hasil Implementasi dan Evaluasi Penyuluhan ... 95
6.1.1 Karakteristik Sasaran ... 95
6.1.2 Hasil Evaluasi Penyuluhan ... 97
6.2 Rencana Tindak Lanjut ... 104
BAB VII PENUTUP ... 105
7.1 Kesimpulan ... 105
7.2 Saran ... 106
DAFTAR PUSTAKA ... 109
LAMPIRAN ... 114
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Standar Mutu Pupuk Cair Organik (POC) ... 22
2. Alat dan bahan pembuatan Biourine Sapi ... 38
3. Kombinasi perlakuan konsentrasi Biourine sapi dan Media Tanam ... 41
4. Denah Pengacakan Perlakuan ... 41
5. Parameter Pengamatan ... 44
6. Kisi-Kisi Instrumen Aspek Pengetahuan ... 51
7. Kisi-Kisi Instrumen Aspek Sikap ... 52
8. Hasil Analisis Laboratorium Biourine Sapi ... 53
9. Uji Normalitas Data Tinggi Tanaman ... 57
10. Uji Homogenitas ... 58
11. Data Rata-rata Tinggi Tanaman Cabai Rawit ... 59
12. Uji Normalitas Jumlah Daun ... 61
13. Uji Homogenitas Jumlah Daun... 61
14. Data Rata-rata Jumlah Daun ... 62
15. Uji Normalitas Jumlah Buah ... 64
16. Uji Homogenitas Jumlah Buah ... 64
17. Data Rata-rata Jumlah Buah ... 65
18. Uji Normalitas Berat Buah Per Tanaman ... 67
19. Uji Homogenitas Berat Buah Per Tanaman... 67
20. Data Rata-rata Berat Buah Per Tanaman ... 68
21. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 79
22. Tingkat Pendidikan Di Desa Makroman ... 80
23. Kelembagaan Kelompok Tani ... 81
24. Kelas Kemampuan Kelompok Tani ... 82
25. Profil Anggota Kelompok Tani Makroman Sejahtera... 83
26. Frekuensi Pre-Test Pengetahuan Berdasarkan Taksonomi Bloom ... 89
27. Frekuensi Post-Test Pengetahuan Berdasarkan Taksonomi Bloom ... 89
28. Frekuensi Pre-Test Sikap Berdasarkan Taksonomi Bloom... 90
29. Frekuensi Post-Test Sikap Berdasarkan Taksonomi Bloom ... 91
30. Uji Validitas Pengetahuan ... 92
31. Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan ... 92
32. Uji Validitas Sikap ... 93
xii
33. Hasil Uji Reliabilitas Sikap ... 94
34. Penggolongan Petani Berdasarkan Usia ... 95
35. Lama Usaha Tani ... 96
36. Tingkat Pendidikan Responden ... 96
37. Hasil Efektivitas Penyuluhan Pengetahuan Dan Sikap ... 103
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ... 36
2. Peta Kelurahan Makroman... 76
3. Luas area wilayah yang digunakan ... 77
4. Lahan Tanah Sawah, Tanah Kering, Tanah Basah ... 77
5. Jumlah Penduduk berdasarkan Umur ... 78
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil Uji Lab Pupuk Organik Cair... 114
2. Tabel ANOVA dan Duncan Tinggi Tanaman ... 116
3. Data Pengamatan Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Jumlah Buah, Berat Buah Per Tanaman ... 139
4. Tabulasi hasil data Pre-Test Pengetahuan ... 144
5. Tabulasi hasil data Post-Test Pengetahuan ... 145
6. Tabulasi Hasil Data Pre-Test Sikap ... 146
7. Tabulasi Hasil Data Post-Test Sikap ... 147
8. Form Pertimbangan Pemilihan Metode Penyuluhan ... 148
9. Form Matrik Analisa Penetapan Metode Penyuluhan Pertanian ... 150
10. From Matrik Analisa Penetapan Media Penyuluhan ... 151
11. Penelitian Terdahulu ... 152
12. Hasil Uji Validitas Pengetahuan ... 156
13. Hasil Uji Validitas Sikap ... 161
14. Media Penyuluhan ... 167
15. Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) ... 168
16. Sinopsis ... 170
17. Berita Acara ... 173
18. Daftar Hadir ... 174
19. Kuesioner Aspek Pengetahuan... 176
20. Kuesioner Aspek Sikap ... 182
21. Dokumentasi ... 186
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabai merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting dan banyak dibudidayakan di Indonesia. Seiring dengan bertambahnya penduduk, pemenuhan kebutuhan konsumsi cabai rawit nasional yang semakin meningkat dapat ditunjang oleh peningkatan produksi cabai rawit. Salah satu upaya meningkatkan produksi tanaman cabai rawit di wilayah perkotaan adalah dengan cara menanam di lahan pekarangan, dalam pot, dan polybag. Tanaman cabai merupakan salah satu sayuran buah yang memiliki peluang bisnis yang baik.
Besarnya kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri menjadikan cabai sebagai komoditas menjanjikan. (Sholihah dkk, 2020)
Menurut Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2020), produktivitas tanaman cabai rawit nasional mencapai 1.508.404 ton pada 2020. Jumlah ini meningkat 9,76% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar 1.374.217 ton di tahun 2019. Produksi cabai rawit di Indonesia terus mengalami peningkatan sejak lima tahun terakhir. Selama periode 2016-2020, rata-rata peningkatan produksi cabai rawit sebesar 13,6% per tahun. sedangkan di Kalimantan Timur produksi tanaman cabai rawit mengalami peningkatan mencapai produktivitas 6,15 ton/ha dan produksi 9,081 ton dengan luas panen 1.477 ha di tahun 2020 di mana produksi tanaman cabai rawit di Kalimantan Timur di tahun 2019-2020, mengalami peningkatan, mulai dari 8,029 ton di tahun 2019, menjadi 9,081 ton di tahun 2020, sehingga mengalami perkembangan produksi 13,10%.
Budidaya tanaman cabai banyak mengalami kendala, dimana penggunaan pupuk anorganik menjadi salah satu teknik yang sering digunakan
petani untuk menghasilkan tanaman cabai rawit yang subur dan berkualitas, karena mudah diaplikasikan dan mudah diperoleh. Namun kendala yang kemudian muncul adalah harus membutuhkan biaya yang besar. salah satu diantaranya adalah penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas tanah serta penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian. Para ahli lingkungan hidup khawatir dengan pemakaian pupuk kimia dapat merusak sifat fisik tanah. Sifat fisik tanah yang jelek ditandai dengan kandungan bahan organik yang sangat rendah (Hendrianto dkk, 2019).
Pupuk organik merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut, dimana pupuk organik mampu menggemburkan lapisan permukaan tanah (top soil) serta penggunaan pupuk organik memberikan manfaat meningkatkan ketersediaan hara mikro dan anion-anion utama untuk pertumbuhan tanaman, dan memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah (Muhammad Khoirul Huda, 2013), membantu produksi tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang.
Salah satu urine ternak yang dapat dijadikan pupuk organik cair adalah limbah dari urine sapi.
Desa Makroman adalah salah satu desa di Kecamatan Sambutan Kota Samarinda yang selain mempunyai komoditas pertanian tanaman pangan juga mempunyai komoditas tanaman hortikultura khususnya tanaman cabai rawit dimana tanaman cabai rawit adalah komoditas hortikultura yang ditanam setelah musim tanam padi, kota Samarinda memiliki luas panen komoditas cabai rawit sekitar 60 ha dengan produktivitas 5,38 ton/ha dengan hasil produksi 324 ton di tahun 2020, Saat ini proporsi petani yang menggunakan pupuk anorganik masih sangat tinggi di dalam budidaya tanaman cabai rawit petani masih tergantungnya. Kebutuhan pertanian akan pupuk kimia terus meningkat, namun
3
tidak diimbangi dengan produksi pupuk kimia dan mahalnya harga pupuk kimia.
Penggunaan pupuk anorganik secara berlebihan dalam jangka panjang justru merugikan karena akan merusak lingkungan, dimana produktivitas tanah akan menurun akibat pengerasan struktur tanah dan berkurangnya mikroorganisme tanah dan penggunaan pupuk kimia secara berkelanjutan menyebabkan pengerasan tanah. Kerasnya tanah disebabkan oleh penumpukan sisa atau residu pupuk kimia, yang berakibat tanah sulit terurai. Sifat bahan kimia adalah relatif lebih sulit terurai atau hancur dibandingkan dengan bahan organik.
Salah satu cara yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan diatas adalah dengan memanfaatkan limbah peternakan menjadi pupuk organik, sehingga untuk mencegah semakin merosotnya kesuburan tanah. Untuk jumlah ternak di tahun 2021-2022 yang ada di Desa Makroman sebanyak 541 ekor sapi dengan limbah urine sapi per ekor kisaran 15-20 liter per hari, dengan jumlah 541 ekor sapi menghasilkan urine sebanyak 8,115 sampai 10,820 liter per hari.
Penggunaan pupuk organik padat lebih banyak dimanfaatkan pada usahatani, sedangkan limbah cair (urine) masih belum banyak dimanfaatkan oleh petani secara optimal karena petani belum mengetahui konsentrasi yang tepat dari Biourine. Urine sapi dapat dimanfaatkan sebagai biourine sehingga dapat menjadi produk pertanian yang lebih bermanfaat yang biasa disebut dengan Biourine sapi.
Biourine dari limbah urine sapi dapat mencegah ketergantungan petani terhadap pupuk kimia. Biourine sapi mempunyai manfaat untuk menyuburkan tanaman, untuk menjaga stabilitas unsur hara dalam tanah, untuk mengurangi dampak limbah organik di lingkungan sekitar, untuk membantu revitalisasi produktivitas tanah dan untuk meningkatkan kualitas produk. Keunggulan penggunaan biourine sapi yaitu pupuk ini dapat digunakan dengan cara menyiramkannya ke akar ataupun di semprotkan ke tanaman dan menghemat
tenaga, volume penggunaan lebih hemat dibanding pupuk organik padat serta aplikasi biourine sapi mudah diberikan melalui penyemprotan, serta dengan proses akan dapat ditingkatkan kandungan haranya (unsur nitrogen), Sehingga proses penyiraman dapat menjaga kelembaban tanah. Biourine sapi dalam pemupukan jelas lebih merata, tidak akan terjadi penumpukan konsentrasi pupuk di satu tempat, hal ini disebabkan biourine sapi 100% larut. Sehingga secara cepat mengatasi kekurangan hara dan mampu menyediakan hara secara cepat (Priangga, Suwarno dan Hidayat, 2013). Biourine sapi selain memiliki keunggulan juga memiliki kekurangan, salah satu kekurangannya yaitu memiliki bau yang menyengat karena adanya kandungan amonia. Amonia dapat dihilangkan dengan beberapa metode yaitu dengan metode fermentasi atau dengan metode aerasi (Septiani dkk., 2020). urine sapi mengandung unsur hara N, P, K dan bahan organik yang berperan memperbaiki struktur tanah. Urine sapi dapat digunakan langsung sebagai pupuk baik dasar maupun pupuk susulan.
Oleh karena itu, dengan melihat latar belakang dan dari hasil identifikasi potensi yang diperoleh dilapangan peneliti terdorong untuk melakukan kajian tugas akhir dengan judul “Rancangan Penyuluhan Penggunaan Biourine Sapi Dan Media Tanam Pada Tanaman Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L) Di Desa Makroman Kecamatan Sambutan Kota Samarinda”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsentrasi penggunaan konsentrasi Biourine sapi dan media tanam pada tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L)?
2. Bagaimana rancangan penyuluhan tentang penggunaan konsentrasi Biourine sapi dan media tanam pada tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L)?
5
3. Bagaimana peningkatan pengetahuan dan sikap petani tentang konsentrasi terbaik dari penggunaan biourine sapi dan media tanam pada tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L)?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsentrasi penggunaan Biourine sapi dan media tanam pada tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L).
2. Mengetahui rancangan penyuluhan tentang penggunaan konsentrasi Biourine sapi dan media tanam pada tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L).
3. Mengetahui peningkatan pengetahuan dan sikap petani tentang konsentrasi terbaik dari penggunaan Biourine sapi dan media tanam pada tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L).
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Mahasiswa
1. Sebagai syarat kelulusan pendidikan diploma IV Politeknik Pembangunan Pertanian Malang.
2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memecahkan permasalahan melalui hasil kajian yang diteliti.
3. Mampu menyusun kegiatan penyuluhan yang dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang penggunaan konsentrasi Biourine sapi dan media tanam pada tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L) 1.4.2 Manfaat bagi Petani
1. Meningkatkan pengetahuan petani tentang penggunaan konsentrasi terbaik dari penggunaan konsentrasi Biourine sapi dan media tanam pada tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L)
2. Meningkatkan sikap petani dalam memanfaatkan limbah ternak urine sapi sebagai Biourine pada tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L) dengan perbandingan media tanam tepat.
1.4.3 Manfaat bagi Politeknik Pembangunan Pertanian Malang
1. Memperkenalkan Politeknik Pembangunan Pertanian kepada masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan Vokasi Diploma IV dalam bidang pertanian dan peternakan.
2. Meningkatkan peran Politeknik Pembangunan Pertanian Malang di bidang penyuluhan pertanian melalui pengabdian masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Sapi dan Media Tanam Terhadap Struktur Anatomi Akar dan Batang Tanaman Cabai (Capsicum frutescens L.) (Widiyanto, dkk., 2013) Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh POC urin sapi dan media tanam terhadap pertumbuhan dan struktur anatomi pada tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap, dengan 3 kali ulangan. Variabel bebas dalam penelitian adalah POC urin sapi dengan konsentrasi (15%, 30%, 45%), sedangkan media tanam dengan perbandingan tanah dengan serbuk gergaji dan sekam (1:1), (1:1) dan (1:1:1). Variabel terikat dalam penelitian adalah pertumbuhan dan struktur anatomi tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L) dengan parameter yang diukur adalah tinggi tanaman, panjang akar, berkas pengangkut pada akar dan batang tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L). Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pupuk organik cair urin sapi dan media tanam terhadap tinggi tanaman dengan probabilitas 0,00, pada perlakuan P3M3 merupakan perlakuan yang paling baik dengan rata-rata tinggi tanaman 44,7 cm dan juga pada panjang akar yang memiliki probabilitas 0,00 dengan rata-rata panjang akar 14,6 cm. Sedangkan struktur anatomi pada akar mempunyai tipe silinder pembuluh radial, mempunyai ukuran xilem terbesar 5967,88 μm, floem 506,37 μm serta pada batang mempunyai tipe berkas pengangkut eustele, mempunyai ukuran xilem terbesar 2899,55 μm, floem 391,83 μm, pada perlakuan P3M3 (POC urin sapi konsentrasi 45% dan media tanam kombinasi tanah+serbuk gergaji+sekam).
(Parihala & Rehena, 2016) dengan judul kajian penelitian Pengaruh Volume Penyiraman Pupuk Cair Urine Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai Merah Besar (Capsicum Annum L). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor perlakuan limbah cair urine sapi dengan tingkatan sebagai berikut: P0 = kontrol, P1 = 25 ML, P2 = 50 ML, dan P3 = 75 ML. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis varians dan apabila terdapat pengaruh, maka akan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf signifikan 5% dan 1%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian limbah cair urine sapi memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah besar, yaitu pada tinggi tanaman, jumlah buah dan bobot buah panen. Kesimpulan pertumbuhan tanaman cabai merah besar dengan nilai tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 dengan konsentrasi 75 ml sedangkan pertumbuhan dengan nilai terendah diperoleh pada perlakuan P1 dengan konsentrasi 25 ml.
Pada penelitian (Budiardana dkk, 2017) yang berjudul Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Dari Fermentasi Urine Sapi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabe Rawit (Capsicum frutescens L.) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pemberian pupuk organik cair (POC) dari fermentasi urine sapi terhadap pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah helai daun, jumlah bunga, jumlah buah) tanaman cabe rawit (Capsicum frutescens L.).
Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan empat perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuan penelitian yaitu T0 : 200 ml urine tanpa fermentasi, T1 : 100 ml POC dari fermentasi urine sapi, T2 : 200 ml POC dari fermentasi urine sapi, T3 : 300 ml POC dari fermentasi urine sapi. Analisis data yang digunakan adalah analisis of variance (ANOVA) untuk one way classification (percobaan satu faktor), dan uji lanjut digunakan metode Duncan„s
9
New Multiple Range Test (DNMRT) dengan taraf signifikansi 0,5 %. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh pemberian pupuk organik cair dari fermentasi urine sapi terhadap pertumbuhan tanaman cabe rawit. Perlakuan T2 lebih tinggi dari pada perlakuan T0, namun tidak berbeda nyata dengan T1 dan T3. Tinggi tanaman pada perlakuan T2 sebesar rata-rata 77,17 cm, jumlah helai daun rata-rata 43,17 helai, jumlah bunga rata-rata 25 bunga, dan jumlah buah rata-rata 22,33 buah. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dosis pemberian pupuk organik cair dari fermentasi urine sapi untuk pertumbuhan tanaman cabe rawit yang terbaik adalah perlakuan T2 yaitu pemberian POC fermentasi dari urine sapi yang diberikan sebanyak 200 ml/tanaman
(Abdurrahman dkk., 2019) dengan judul penelitian Respon Pertumbuhanan dan Hasil Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi Sebagai Sumber Nutrisi Pada Sistem Tetes Sederhana, Pada penelitian ini aplikasi pupuk organik cair (POC) urin sapi diterapkan dengan sistem tetes sederhana dengan menggunakan suatu alat tetes yang dilakukan secara terus menerus selama masa tanam. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis pupuk organik cair (POC) urin sapi sebagai sumber nutrisi pada sistem tetes sederhana dan mengetahui dosis pupuk organik cair (POC) urin sapi yang paling baik terhadap pertumbuhan serta hasil tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L). Penelitian ini menggunakan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal.
Faktor yang akan diteliti adalah konsentrasi pupuk organik cair urin sapi yaitu P0 = kontrol, P1 = 35 ml urin sapi /1 liter air, P2 = 70 ml urin sapi /1 liter air, P3 = 105 ml urin sapi /1 liter air dan P4 = 140 ml urin sapi /1 liter air. Analisis ragam menunjukkan memberikan pupuk organik cair (POC) urin sapi berpengaruh nyata ke pada tinggi tanaman, jumlah buku cabang tanaman,
jumlah buah pertanaman, berat buah pertanaman dan biomassa.
Kesimpulan yang didapat yaitu Pemberian perlakuan 105 ml POC urin sapi / 1 liter air (P3) dapat memberikan hasil yang baik dan efisien dan sistem irigasi tetes sederhana dapat memaksimalkan penyerapan unsur hara dalam pupuk oleh tanaman cabai rawit.
(Enjel. dkk., 2020) Pengaruh Bio Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai (Capsicum Annum L.) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bio urin sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai. Penelitian berlangsung pada bulan April sampai September 2018.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan yaitu P0: Tanpa pemberian Bio Urin Sapi, P1: Konsentrasi Bio Urin Sapi 10,5 cc/l air, P2:Konsentrasi Bio Urin Sapi 20,5 cc/l air, P3: Konsentrasi Bio Urin Sapi 30,5 cc/l air. setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 12 unit percobaan, setiap unit percobaan terdapat 24 tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian Bio Urin Sapi memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai. Konsentrasi Bio Urin Sapi 30,5 cc/l air (P3) menunjukkan hasil yang terbaik pada semua parameter pengamatan.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Taksonomi Tanaman Cabai Rawit
Cabai rawit (Capsicum frutescens L) termasuk dalam famili terong- terongan dan tergolong tanaman semusim atau tanaman berumur pendek dengan tinggi tanam dapat mencapai 1,5 meter. Tanaman cabai rawit merupakan jenis tanaman perdu yang memiliki kayu, bercabang dan tumbuh dengan tegak.
Habitat tanaman cabai rawit yaitu di dataran tinggi maupun dataran rendah.
Divisi : Spermatophyte Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae
11
Ordo : Corolliforea Famili : Solanaceae Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum Frutescens L.
2.2.2 Morfologi Tanaman Cabai Rawit A. Buah
Buah cabai rawit mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap, yakni protein, lemak, karbohidrat, mineral (kalsium, fosfor dan besi), vitamin A, B1, B2 dan C. Cabai rawit mengandung zat oleoresin dan zat aktif capsaicin yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit rematik, obat batuk berdahak, sakit gigi, masuk angin, asma serta mencegah infeksi sistem pencernaan. Buah tanaman cabai berbentuk bundar telur memanjang, dan setelah tua buah yang awal mulanya mempunyai warna putih kehijauan, hijau berganti menjadi hijau kekuningan, jingga hingga merah menyala. Buah tanaman cabai mempunyai rasa yang sangat pedas (Tjandra, 2011). Buah cabai rawit tumbuh tegak mengarah keatas dan ujungnya lancip sehingga menyerupai taji ayam jago. Ada juga yang berbentuk elips mirip lonceng dan menyerupai tanduk kerbau. Buah yang masih muda berwarna putih kehijauan atau hijau tua. Ketika sudah tua menjadi hijau kekuningan, jingga, atau merah menyala, ukurannya kecil dan ramping (Vebriansyah, 2018).
B. Akar
Akar tanaman cabai rawit merupakan akar tunggang yang sangat kuat, terdiri atas akar utama (primer) dan lateral (sekunder) akar tanaman ini umumnya berada dekat dengan permukaan tanah. Akar tersier merupakan serabut serabut akar yang keluar dari akar lateral. Panjang akar primer sekitar 35-50 cm dan akar lateral sekitar 35-45 cm (Wiyono dkk., 2012).
C. Batang
Batang Tanaman cabai rawit mempunyai batang yang tumbuh tegak, berfungsi sebagai tempat keluarnya cabang, tunas, daun, bunga, dan buah. Kulit batangnya tipis sampai agak tebal. Pada stadium tanaman muda kulit berwarna hijau, kemudian berubah menjadi hijau kecoklat-coklatan setelah memasuki stadium tua (Rukmana, 2004). Batang tanaman cabai rawit umumnya berwarna hijau tua dan berkayu. Panjang batang berkisar 30-37,5 cm dan ber-diameter 1,5-3 cm. Jumlah cabangnya, yakni antara 7-15 per tanaman. Panjang cabangnya 5-7 cm dengan diameter sekitar 0,5-1 cm. Di daerah percabangan terdapat tangkai daun, tangkai daun berfungsi untuk menopang daun. Ukuran tangkai daun sangat pendek yakni hanya 2-5 cm (Wiyono dkk., 2012).
D. Daun
Daun cabai rawit umumnya berwarna hijau muda sampai hijau gelap, tergantung pada varietasnya. Daun cabai yang ditopang oleh tangkai daun mempunyai tulang menyirip. Bentuk umumnya bulat telur, lonjong dan oval dengan ujung meruncing, tergantung pada jenis dan varietasnya permukaan bawah berbulu, lebar 0,5-5 cm, panjang 1-10 cm, panjang tangkai 0,5-3,5 cm (Wiryanta, 2005).
E. Bunga
Bunga cabai tersusun atas tangkai bunga, dasar bunga, kelopak bunga, mahkota, alat kelamin jantan dan kelamin betina, letak bunga mengantung dan biasa tumbuh pada ketiak daun ada yang tunggal atau bergerombol dalam tandan, biasanya dalam satu tandan terdapat 2-3 bunga, warna bunga cabai bermacam-macam ada yang putih, putih kehijauan, dan ungu, yang memiliki 6 kelopak bunga yang berdiameter 5-20 mm adapun panjang bunga 1-1,5 cm dan panjang tangkainya 1-2 cm. Menurut Tjandra (2011), bunga tanaman cabai muncul dari ketiak daun. Mahkota bunga berjumlah 4-7 helai dan mempunyai
13
bentuk seperti bintang. Bunga tersebut berbentuk bunga tunggal 2-3 yang letaknya bersebelahan.
2.2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Rawit A. Jenis Tanah
Tanaman cabai rawit umumnya dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki banyak bahan organik, bertekstur remah, gembur, tidak terlalu liat, tidak becek, bebas hama cacing (nematoda) serta penyakit tular tanah. Tanah yang memiliki tekstur liat kurang baik untuk dijadikan lahan pertanian cabai rawit karena memiliki drainase yang buruk sehingga pernapasan akar tanaman menjadi terganggu serta penyerapan unsur hara tidak berlangsung secara optimal. Tanah yang terlalu becek juga seringkali menyebabkan daun berguguran serta mudah layu. Untuk memperbaiki tekstur tanah yang terlalu liat maupun terlalu porus, petani dapat memanfaatkan pupuk kandang sebanyak 20- 25 ton/ha (Alif S.M, 2017).
B. Ketinggian Tempat
Setiap tanaman menghendaki kisaran suhu tertentu untuk tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah memberikan pengaruh yang sama buruknya terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Suhu sangat mempengaruhi proses metabolisme tanaman dan pada akhirnya akan berpengaruh pada hasil produksi tanaman.
Karena sifat adaptasinya paling luas di antara jenis cabai, maka sebagian besar cabai rawit bisa ditanam di dataran rendah hingga dataran tinggi. Namun cabai rawit yang ditanam didataran tinggi akan mengalami umur panen dan masa panen yang lebih lama , tetapi hasilnya relatif sama dibandingkan dengan jika kultivar yang sama ditanam di dataran rendah. Cabai rawit dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 1-1.500 mdpl dan tumbuh optimal pada daerah dengan kisaran suhu udara 25-32⁰C.
C. Derajat Keasaman (pH)
Tanaman cabai rawit dapat tumbuh dengan optimal pada tanah yang memiliki ph antara 5,5-6,8 serta pH optimum 6-6,5. Tanaman yang ditanam pada tanah dengan kondisi asam yang memiliki kandungan ph kurang dari 5,5 dapat mengalami keracunan unsur aluminium (Al), besi (Fe) serta mangan (Mn). Tanah yang memiliki nilai keasaman tinggi, maka ketersediaan unsur-unsur fosfor, kalium, belerang, kalsium, magnesium, dan molibdenum akan menurun dengan sangat cepat.
Sedangkan pada kondisi tanah dengan kondisi basa yang mengandung pH yang tinggi, unsur nitrogen, besi, mangan,borium, tembaga dan seng ketersediaannya sangat sedikit sedangkan jumlah unsur bikarbonatnya cukup tinggi sehingga menghalangi penyerapan ion lain yang menyebabkan pertumbuhan tanaman cabai rawit menjadi terhambat. Pada kondisi tanah yang memiliki pH lebih dari 5,5, cendawan yang tumbuh dan berkembang di dalamnya akan bersaing dengan bakteri, karena memang akan berkembang dengan baik pada tanah dengan keadaan pH yang tinggi dapat diatasi dengan dengan pemberian belerang.
D. Iklim
Iklim merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam budidaya tanaman cabai faktor iklim dalam hal ini merupakan angin hujan suhu dan kelembaban Oleh karena itu petani harus benar-benar memahami pengetahuan mengenai iklim dan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan dan serta tanaman cabe rawit agar suhu yang tidak sesuai pada kisaran suhu optimal atau terlalu rendah atau terlalu tinggi akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman.
15
1. Curah Hujan
Tanaman cabai rawit akan tumbuh dengan baik pada iklim dengan curah hujan sekitar 1500 sampai 2.500 mm /tahun curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan pokoknya bunga sehingga memicu gagal proses penyerbukan.
2. Suhu dan Kelembaban
Suhu paling baik untuk budidaya tanaman cabe rawit adalah berkisaran 24-250C pada suhu kurang dari 150C atau sebaliknya lebih sebaliknya lebih dari 320C, buah yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang kurang baik.
suhu yang terlampau dingin tidak akan memicu pertumbuhan bunga yang tidak sempurna, terhambatnya perkembangan buah serta waktu pemasakan buah yang relatif lebih lama Sedangkan untuk proses perkecambahan benih, suhu yang dibutuhkan pada tanaman cabe rawit adalah kisaran 250C sampai 300C. Tanaman cabai rawit memerlukan kelembaban kisaran 80% serta siklus yang udara yang lancar curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban di sekitar area pertanaman. (Alif S.M, 2017)
3. Sinar Matahari
Sinar matahari dibutuhkan tanaman sebagai sumber energi dalam proses asimilasi untuk menghasilkan bagian-bagian vegetatif seperti daun buah dan biji intensitas cahaya matahari yang rendah dalam masa pertumbuhan Atau pembentukan buah akan menyebabkan rendahnya hasil produksi tanaman cabai rawit sinar matahari sangat dibutuhkan sebagai penunjang terjadinya proses fotosintesis kurang intensitas penyinaran matahari dapat disebabkan oleh antara lain karena faktor cuaca musim penghujan iklim daerah setempat atau terdapatnya perkaranya area penanaman lama penyinaran matahari di perlu diperlukan untuk membentuk produksi yang optimal adalah penyinaran
matahari penuh atau sepanjang hari pada kawasan yang terbuka oleh sebab itu Pemilihan lokasi juga menjadi salah satu penting proses budidaya.
2.2.4 Teknik Budidaya Cabai Rawit
Menurut Tjandra (2011), proses penanaman cabai rawit terdiri atas beberapa tahap yang diawali dengan pembenihan, penyiapan media tanam, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan perawatan hasil panen. Masing- masing tahap akan dijabarkan sebagai berikut
1. Pembenihan
Biji tanaman cabai rawit yang akan ditanam, dilakukan penyemaian terlebih dahulu, kemudian dilakukan perendaman dalam air, dalam perendaman ini akan ada biji yang mengapung dan biji yang tenggelam. Biji yang baik untuk digunakan dalam pembenihan adalah biji yang tenggelam. Agar tanaman cabai dapat tumbuh dengan baik, maka diperlukan perlakuan khusus sebelum disemaikan, seperti direndam dengan air hangat selama 12 jam, dengan tujuan agar dapat merangsang perkecambahan
2. Pengolahan Media Tanam
Sebelum dimasukkan ke dalam polybag, tanah harus diolah terlebih dahulu. Adapun cara pengolahannya meliputi: pengayakan tanah dengan tujuan agar tanah tersebut bebas dari kotoran, percampuran dengan kapur pertanian dengan tujuan dapat menaikkan pH tanah, pencampuran dengan pupuk dasar apabila diperlukan, pencampuran dengan bahan lain seperti sekam padi, jerami padi, atau serbuk gergaji apabila diperlukan untuk menyuburkan tanah.
Kemudian media tanah yang sudah siap dimasukkan ke dalam polybag.
3. Teknik Penanaman Dalam Polybag
Setelah menyiapkan media tanam, sebaiknya penanaman bibit secepatnya dilakukan. Langkah awal dalam penanaman bibit pada polybag adalah dengan membuat lubang pada media tanam terlebih dahulu. Setelah itu
17
penanaman bibit dalam lubang yang telah dibuat tadi. Kemudian dilakukan penyiraman pada polybag. Benih yang akan disemaikan dalam polybag diusahakan tidak bertumpuk-tumpuk. Idealnya untuk polybag kecil, disemaikan sekitar tiga benih saja. Sementara untuk polybag yang lebih besar, dapat disemaikan lebih dari tiga benih, asalkan jaraknya diatur. Bila sudah disemai merata, benih ditutupi dengan tanah setebal 1-1,5 cm. Agar terhindar dari sengatan terik matahari, polybag diletakkan ditempat teduh (Tjandra, 2011).
4. Pemeliharaan Tanaman
Tanaman cabai rawit yang telah ditanam membutuhkan pemeliharaan yang baik agar dapat mengurangi resiko terserang hama dan penyakit.
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman tanaman terutama pada masa pertumbuhan, penyulaman tanaman, pemberantasan gulma, pemangkasan ujung tunas batang, pembuangan daun sakit, pemupukan, dan penyemprotan debu dan kotoran pada tanaman dengan air.
5. Panen
Cabai rawit yang sudah ditanam dalam polybag selama 2,5-4 bulan biasanya sudah berbuah dan siap dipanen. Pemetikan dilakukan setiap dua minggu sekali. Umumnya pemanenan cabai rawit dilakukan di pagi hari, dan tidak dianjurkan melakukan pemetikan dalam keadaan basah, misalnya pada waktu hujan atau terlalu pagi, hal ini akan menyebabkan buah cabai cepat membusuk. Jika pemeliharaannya baik, cabai rawit dapat terus berbuah sampai berusia diatas 2 tahun. Panen berikutnya setiap 5-7 hari sekali. (Tjandra, 2011) 2.2.5 Media Tanam
Media tanam adalah media yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman, tempat akar atau bakal akar akan tumbuh dan berkembang, media tanam juga digunakan tanaman sebagai tempat berpegangnya akar, agar tajuk tanaman dapat tegak kokoh berdiri di atas media tersebut dan sebagai sarana
untuk menghidupi tanaman.Media tanam yang baik harus memenuhi persyaratan tertentu seperti tidak mengandung bibit hama dan penyakit, bebas gulma, mampu menampung air, mampu membuang atau mengalirkan kelebihan air, remah dan porous sehingga akar bisa tumbuh dan berkembang menembus media tanam dengan mudah dan derajat keasaman (pH) antara 6-6,5 (Bui 2015).
A. Tanah
Tanah dengan keadaan tekstur dan struktur yang baik sangat menunjang keberhasilan usaha pertanian, struktur tanah yang dikehendaki tanaman adalah struktur tanah yang gembur mempunyai ruang pori yang berisi air dan udara sehingga penyerapan unsur hara dapat berjalan optimal dimana penggunaan tanah lebih efisien dapat dilakukan dengan mengurangi volume media yang diisikan ke dalam polybag. Volume media yang baik untuk budidaya tanaman adalah volume media yang mampu menunjang pertumbuhan dan perkembangan akar serta mencukupi kebutuhan tanaman akan air dan unsur hara (Bui 2015).
B. Pupuk Kandang
Pupuk kandang merupakan pupuk organik dapat berperan sebagai bahan pembenah tanah. Pupuk kandang dapat mencegah erosi, pergerakan tanah dan retakan tanah. Pupuk kandang dan pupuk organik lainnya meningkatkan kemampuan tanah, mengikatkan kelembaban, memperbaiki struktur tanah dan pengerasan tanah. Pupuk kandang memicu pertumbuhan dan berkembang bakteri dan makhluk tanah lainnya. Pupuk kandang mempunyai kandungan unsur N, P, K rendah, tetapi banyak mengandung unsur mikro. Kandungan unsur nitrogen dalam pupuk kandang akan dilepaskan secara perlahan-lahan, dengan demikian pemberian pupuk kandang yang berkelanjutan akan membantu dalam membangun kesuburan tanah dalam jangka panjang. (Meriatna dkk., 2018).
19
C. Arang Sekam
Arang sekam memiliki sifat yang mudah mengikat air, tidak mudah menggumpal, harganya relatif murah, bahannya mudah didapat, ringan, steril dan mempunyai porositas yang baik. Penambahan arang sekam sebagai pembenah tanah dengan berbagai keunggulan-nya diharapkan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Penambahan arang sekam sebanyak 25% menghasilkan pertumbuhan dan hasil yang lebih baik pada tanaman (Meriatna dkk., 2018). Kelebihan arang sekam yaitu tidak membawa mikroorganisme patogen, karena proses pembuatannya yang melalui pembakaran sehingga relatif steril. Secara kimia, arang sekam memiliki kandungan unsur hara penting seperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Keasamannya netral sampai alkalis dengan kisaran pH 6,5 sampai 7. Pembakaran sekam dengan sistem cerobong asap menghasilkan rendemen arang 75,46 % dengan kadar air 7,35 % dan kadar abu 1 % (Suhardana, 2020).
2.2.6 Pupuk Organik Cair (POC)
Pupuk cair organik adalah pupuk yang bahan dasarnya berasal dari hewan atau tumbuhan yang sudah mengalami fermentasi dan bentuk produknya berupa cairan yang dapat memberikan unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman pada tanah. Pupuk organik cair dapat dibuat dari limbah seperti sisa-sisa tanaman (jerami, daun, sekam padi, ampas tebu, sampah dan sebagainya), kotoran hewan, urine, limbah binatang, dan limbah sayuran melalui kondisi khusus, kelembapan dan aerasi (Arinong, 2011).
Penggunaan pupuk cair memiliki beberapa keuntungan yaitu pengaplikasiannya lebih mudah jika dibandingkan dengan pengaplikasian pupuk organik padat, unsur hara yang terdapat di dalam pupuk cair mudah diserap tanaman, mengandung mikroorganisme yang jarang terdapat dalam pupuk
organik padat, pencampuran pupuk cair organik dengan pupuk organik padat dapat mengaktifkan unsur hara yang ada dalam pupuk organik padat tersebut.
Kelebihan dari pupuk organik ini adalah dapat secara cepat mengatasi defisiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara, dan mampu menyediakan hara secara cepat (Meriatna dkk., 2018). Dibandingkan dengan pupuk cair anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman. Pupuk organik cair dalam proses pembuatannya memerlukan waktu yang lebih cepat dari pupuk organik padat, dan penerapannya di pertanian yakni tinggal di semprotkan ke tanaman (Siboro dkk., 2013).
Urine sapi mengandung unsur hara makro dan mikro yang terikat dengan senyawa organik antara lain urea, ammonia, kreatinin, dan keratin. Urine sapi memiliki keunggulan diantaranya memiliki unsur hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan feses sapi yaitu hanya sebesar 0,4% (Ignatus dkk., 2014) Kandungan unsur hara dalam urine sapi relatif rendah dengan kandungan N 0.52
%, P 0.01 %, K 0.56 % dan Ca 0.007 %(Nawawi dkk., 2016)
Menurut (Rasyid, 2017) yang menyatakan bahwa beberapa manfaat dari unsur hara yang terdapat dalam urin sebagai pupuk organik cair adalah sebagai berikut:
1. Karbon (C), Oksigen (O) dan Hidrogen (H)
Unsur karbon, oksigen dan hidrogen dalam pupuk organik cair dapat dimanfaatkan sebagai elemen pokok dalam membangun bahan-bahan organik.
2. Nitrogen (N)
Unsur nitrogen dalam pupuk organik cair diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, akar,
21
berperang penting dalam pembentukan hijau daun untuk terlaksananya proses fotosintesis, pembentukan protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik, meningkatkan mutu tanaman penghasil daun-daunan, mengembangbiakkan mikroorganisme dalam tanah.
3. Fosfor (P)
Ketersediaan unsur hara berupa fosfor dalam pupuk organik cair juga memiliki peranan yang sangat penting yaitu, merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih/tanaman muda, mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa serta menaikkan persentase bunga menjadi buah atau biji, membantu asimilasi dan pernapasan sekaligus mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji, sebagai bahan mentah untuk pembentukan berbagai protein.
4. Kalium (K)
Unsur kalium berfungsi dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat, mempercepat tumbuh tanaman, mengeraskan jerami dan bagian kayu yang layu, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit serta meningkatkan mutu biji/buah.
5. Magnesium (Mg)
Berfungsi sebagai salah satu bagian enzim yang disebut organik Pyrophosphatase, dalam proses pembentukan buah.
6. Besi (Fe)
Dimanfaatkan sebagai agen pembentukan hijau daun (klorofil) dan berperan dalam pembentukan karbohidrat, lemak dan protein.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian nomor:
261/KPTS/SR.310//M/4/2019 tentang persyaratan teknis minimal pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah tentang persyaratan teknis minimal pupuk cair organik ditunjukkan pada tabel 2.1 sebagai berikut.
Tabel 1. Standar Mutu Pupuk Cair Organik (POC) No
. Parameter Satuan Standar Mutu
1. C - organik % (w / v) minimum 10
2. Hara makro: N + P2O5 + K2O % (w / v) 2 - 6
3. N - organik % (w / v) minimum 0,5
4.
Hara mikro**
Fe total Mn total Cu total Zn total B total Mo total
ppm ppm ppm ppm ppm ppm
90 - 900 25 - 500 25 - 500 25 - 500 12 - 250 2- 10
5. pH - 4 - 9
6.
E.coli
Salmonella sp
cfu/ml atau MPN/ml
cfu/ ml atau MPN/ml
< 1 x 102
< 1 x 102
7.
Logam berat As Hg Pb Cd Cr Ni
ppm ppm ppm ppm ppm ppm
maksimum 5,0 maksimum 0,2 maksimum 5,0 maksimum 1,0 maksimum 40 maksimum 10 8.
Unsur/ senyawa lain***
Na Cl
ppm ppm
maksimum 2.000 maksimum 2.000 (Sumber: Permentan no 261/KPTS/SR.310//M/4/2019)
2.2.7 Urine Sapi
Urine sapi merupakan limbah organik yang mengandung lemak, protein dan karbohidrat. Apabila tidak ditangani dengan baik, maka lingkungan sekitar pembuangan limbah akan mendapatkan dampak negatif seperti pencemaran air, udara dan sumber penyakit (Huda, 2013). Oleh karena itu untuk menanggapi hal tersebut dapat dilakukan berbagai upaya, salah satunya yaitu dengan memanfaatkan urine sapi menjadi suatu produk yang bernilai ekonomis tinggi yaitu menjadikan pupuk organik (Syafri, 2017).
23
Urine sapi merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan ketersediaan, kecukupan, dan efisiensi serapan hara bagi tanaman yang mengandung mikroorganisme sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik (N,P,K) dan meningkatkan hasil tanaman secara maksimal (Harahap, 2018). Dimana urine sapi mengandung hormon tertentu yang dapat merangsang perkembangan tanaman. Kandungan N yang tinggi pada urine sapi, menjadikan urine sapi cocok digunakan sebagai pupuk cair yang dapat menyediakan unsur hara nitrogen bagi tanaman. Di dalam urine sapi juga terkandung unsur hara P yang berguna untuk pembentukan bunga dan buah, serta unsur hara K yang berfungsi untuk meningkatkan proses fotosintesis, aktivator bermacam sistem enzim, memperkuat perakaran, dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit (Ramadhani, 2020). Urin mempunyai zat pengatur tumbuh dan mempunyai sifat penolak hama atau penyakit tanaman (Putri, 2017).
Urine pada ternak sapi terdiri dari air 92%, nitrogen 1,00%, fosfor 0,2%, dan kalium 0,35%. Di dalam urine sapi juga mengandung unsur hara fosfor yang berguna untuk pembentukan bunga dan buah, serta unsur hara kalium yang berfungsi untuk meningkatkan proses fotosintesis, aktivator bermacam sistem enzim, memperkuat perakaran, dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit (Pangaribuan dkk., 2017).
2.2.8 Fermentasi
Fermentasi merupakan segala macam proses metabolisme (enzim, jasad renik secara oksidasi, reduksi, hidrolisa, atau reaksi kimia lainnya) yang melakukan perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk akhir (Huda, 2013) Fermentasi adalah proses biokimia yang dapat menyebabkan perubahan sifat bahan akibat pemecahan bahan organik.
Fermentasi dapat diartikan sebagai proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerobik tanpa memerlukan oksigen. Karbohidrat yang akan
dipecah menjadi glukosa dengan bantuan enzim amilase dan glukosidase kedua enzim ini akan mengubah pati menjadi glukosa yang kemudian glukosa oleh khamir diubah menjadi alkohol.
Molases adalah hasil samping yang berasal dari pembuatan gula tebu (Saccharum officinarum L). Tetes tebu berupa cairan kental dan diperoleh dari tahap pemisahan Kristal gula. Molases tidak dapat lagi dibentuk menjadi Sukrosa namun masih mengandung gula dengan kadar tinggi 50-60%, asam amino dan mineral Molases masih mengandung kadar gula yang cukup untuk dapat menghasilkan etanol dengan proses fermentasi, biasanya pH molases berkisar antara 5,5-6,5. Molases yang masih mengandung kadar gula sekitar 10-18%
telah memberikan hasil yang memuaskan dalam pembuatan etanol (Rasyid, 2017)
2.2.9 Effective Microorganisme 4 (EM4)
Effective Microorganisme 4 (EM4) merupakan campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan. Mikroorganisme tersebut dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam memfermentasikan bahan organik. Dari sekian banyak mikroorganisme, ada lima golongan yang pokok yaitu bakteri fotosintetik, lactobacillus sp, streptomyces sp, ragi (yeast), dan actinomycetes (Meriatna Dkk., 2018). Dalam suatu proses pembentukan pupuk organik cair urine sapi di dalam proses fermentasi yang memanfaatkan bakteri salah satu media yang dapat digunakan untuk membantu mempercepat proses tersebut adalah EM4 (Effective Microorganisme 4). EM4 merupakan bahan yang membantu mempercepat proses pembuatan pupuk organik dan meningkatkan kualitasnya, EM4 bermanfaat memperbaiki struktur dan tekstur tanah menjadi lebih baik serta menyuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman (Nur dkk., 2016).
25
2.3 Penyuluhan Pertanian
2.3.1 Pengertian Penyuluhan Pertanian
(Saputri dkk., 2016), penyuluhan pertanian merupakan kegiatan penting dan strategis yang tidak terpisahkan dari pembangunan di sektor pertanian.
Kegiatan penyuluhan dalam pembangunan pertanian berperan sebagai jembatan yang menghubungkan antara praktek yang dijalankan oleh petani dengan pengetahuan dan teknologi pertanian yang selalu berkembang.
Penyuluhan pertanian secara teknis dan manajerial dilaksanakan oleh seorang penyuluh yang mempunyai fungsi untuk memberikan pelayanan pendidikan dan informasi yang dibutuhkan petani sehingga petani dapat berusahatani lebih baik (Rahmawati dkk., 2019). Peran penyuluh pertanian sangat dibutuhkan untuk membimbing petani dalam meningkatkan keterampilan petani sehingga diharapkan adopsi petani terhadap teknologi
Dalam lingkup pertanian penyuluhan dikatakan sebagai proses pembelajaran yang dapat dilihat pada PERMENTAN/49/Permentan/OT.140/
10/2009 pasal 1(1) yang menyatakan bahwa penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraan, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan mengartikan penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya
untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Inti dalam kata-kata penyuluhan menyangkut lima unsur yaitu:
(1) proses pembelajaran, (2) ada subjek yang belajar, (3) dapat mengakses hal yang mendukung usaha tani, (4) pengelolaan sumberdaya untuk perbaikan kehidupan, dan (5) diterapkannya prinsip pertanian berkelanjutan dari sisi sosial, ekonomi, dan menerapkan fungsi kelestarian lingkungan.
Penyuluhan pertanian adalah suatu proses perubahan sosial, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri semua stakeholders (individu, kelompok, kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang berdaya, mandiri dan partisipatif yang semakin sejahtera dan berkelanjutan (Mardikanto, 2009).
Penyuluhan pembangunan dapat dipahami sebagai bentuk pendidikan nonformal, yang ditujukan untuk membentuk sumber daya manusia pembangunan yang berkualitas. Dalam implementasinya, penyuluhan pembangunan dapat diartikan sebagai proses pembelajaran untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan sasaran penyuluhan, agar terjadi perubahan perilaku sehingga mereka kemudian mampu menolong dirinya sendiri, dan menjadi sejahtera, serta mampu berperan aktif dalam proses pembangunan (Yunandar dkk., 2019).
Dari beberapa pendapat tentang pengertian penyuluhan yang dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pengertian penyuluhan adalah penyebaran informasi yang bermanfaat dan praktis bagi petani dan kehidupan pertaniannya, melalui percobaan hasil penelitian ilmiah dan modern yang diperlukan untuk menyempurnakan pelaksanaan kegiatan pertanian serta pertukaran informasi dan pengalaman untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Kegiatan penyuluhan
27
pertanian perlu dikembangkan sebagai dasar menggerakkan kesadaran dan partisipasi petani dalam proses pembangunan agar mereka memiliki kemampuan menolong dirinya sendiri. (Muhamad Ikbal Bahua, 2016)
2.3.2 Tujuan Penyuluhan
Penyuluhan pertanian bertujuan untuk menciptakan dan memberdayakan sumber daya manusia yang cakap di bidang pertanian, sehingga dapat menciptakan usaha pertanian yang tangguh, melakukan pertanian yang lebih baik (better farming), dan menjadikan pertanian lebih menjanjikan (better farming). kehidupan yang lebih baik dan sejahtera (a better life) serta lingkungan yang lebih sehat. Menurut Mardikanto (2009), tujuan penyuluhan berdasarkan tingkatannya meliputi: 1). Tujuan dasar atau tujuan akhir yang seharusnya terjadi di dalam masyarakat, yaitu tercapainya kesejahteraan masyarakat; 2). Tujuan umum, seperti perubahan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan demi meningkatkan produksi dan pendapatan petani: 3). Tujuan pedoman, yaitu arah tujuan dari kegiatan penyuluhan itu sendiri.
Tujuan penyuluhan menurut UU RI No. 16 Tahun 2006, tentang Sistem Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (SP3K) adalah pengaturan sistem penyuluhan meliputi sistem pengembangan sumberdaya manusia dan peningkatan model sosial. Tujuan penyuluhan dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Memperkuat pengembangan pertanian,perikanan,serta kehutanan yang maju
dan modern dalam sistem pembangunan yang berkelanjutan.
2. Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan potensi, pemberian peluang, peningkatan kesadaran, pendampingan serta fasilitasi.
3. Memberikan kepastian hukum bagi terselenggaranya penyuluhan yang efektif, efisien, terdesentralisasi, partisipatif, terbuka, ber-swadaya, bermitra
sejajar, kesetaraan gender, berwawasan luas kedepan, berwawasan pembangunan pertanian,perikanan dan kehutanan.
4. Memberikan perlindungan, keadilan dan kepastian hukum bagi pelaku utama dan pelaku usaha untuk mendapatkan pelayanan penyuluhan serta bagi penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan.
5. Mengembangkan sumberdaya manusia yang maju dan sejahtera, sebagai pelaku dan sasaran utama pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan.
2.3.3 Sasaran penyuluhan
Sasaran penyuluhan merupakan pihak yang paling berhak memperoleh manfaat penyuluhan meliputi sasaran utama dan sasaran antara. Sasaran utama penyuluhan yaitu pelaku utama dan pelaku usaha. Sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku kepentingan lainnya yang meliputi kelompok atau lembaga pemerhati pertanian, perikanan, dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat (Undang-undang No. 16 Tahun 2006).
Kusnadi (2011), menyatakan bahwa sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku kepentingan lainnya yang meliputi kelompok atau lembaga pemerhati pertanian, perikanan, dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat.
Sasaran yang dituju mencakup sumber daya manusia pertanian, misalnya petani dan pelaku agribisnis. Karakteristik sasaran meliputi tingkat pendidikan, pengalaman, umur, status sosial, pengaruh lingkungan, etnis, kondisi ekonomi, aspirasi, permasalahan dan kebutuhan, baik kebutuhan praktis maupun kebutuhan strategis sasaran laki-laki dan perempuan dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat (Bahua, 2010).
29
Menurut Mardikanto (2009) sasaran penyuluhan dapat dikelompokkan sebagai yaitu:
1. Pelaku Utama
Pelaku utama terdiri dari petani dan keluarganya yang selain sebagai juru tani, sekaligus sebagai pengelola usahatani yang berperan dalam memobilisasi dan memanfaatkan sumberdaya yang dimaksud dengan sasaran utama adalah sasaran penyuluhan yang secara langsung terlibat dalam kegiatan bertani dan mengolah usahatani. Termasuk dalam kelompok petani dan keluarganya.
2. Penentu Kebijakan
Yang dimaksud dengan sasaran penentu adalah bukan pelaksana kegiatan bertani dan berusahatani, tetapi secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam penentuan kebijakan pembangunan pertanian. Dalam hal ini terdiri dari aparat birokrasi pemerintahan sebagai perencana, pelaksana, dan pengendali kebijakan pembangunan pertanian, termasuk elit masyarakat kelas terbawah yang secara aktif dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan implementasi kebijakan pembangunan pertanian,dan atau menyediakan segala kemudahan yang diperlukan petani dalam pelaksanaan dan pengelolaan usahataninya.
3. Pemangku kepentingan yang memperlancar kegiatan pembangunan pertanian yang terdiri dari:
a. Untuk menemukan inovasi, pengujian dan pengembangan inovasi untuk kebutuhan petani sebagai pelaku utama adalah tugas dari seorang peneliti.
b. Produsen sarana produksi dan peralatan/mesin pertanian yang dibutuhkan dalam penerapan inovasi.
c. Pelaku bisnis (distributor/penyalur/pengecer) sarana produksi dan peralatan/mesin pertanian yang diperlukan dalam jumlah, mutu, waktu dan tempat yang tepat serta harga yang terjangkau oleh pelaku utama.
d. Pers, media massa dan pusat penyebarluasan informasi.
e. Penyuluh dan tokoh masyarakat berperan dalam memfasilitasi dan menasehati petani sebagai pelaku utama.
f. Budayawan yang berperan dalam diseminasi inovasi, serta promosi produk yang dihasilkan maupun dibutuhkan oleh pelaku utama.
Penyuluhan berperan atau berfungsi dalam peningkatan pengetahuan petani akan teknologi maupun informasi-informasi yang baru guna meningkatkan kesejahteraan petani beserta keluarganya. Peranan penyuluhan dalam memberikan pengetahuan kepada petani dapat berfungsi sebagai proses penyebarluasan informasi kepada petani, sebagai proses penerangan atau memberikan penjelasan, sebagai proses perubahan perilaku petani (sikap, pengetahuan, dan keterampilan), dan sebagai proses pendidikan. Keberhasilan pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh partisipasi petani, maka paradigma baru penyuluh pertanian kedepan mengutamakan peran serta aktif kelompok tani, petani juga merupakan bagian perencanaan kerjasama penyuluh pertanian. Jadi kegiatan akan lebih efektif dan efisien dilaksanakan didalam suatu kelompok tani. (Aslamia dkk., 2017)
2.3.4 Metode Penyuluhan
Penyuluhan pertanian dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, diperlukan metode penyuluhan pertanian yang tepat sesuai kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha sesuai Peraturan Menteri Pertanian tentang Metode Penyuluhan Pertanian (Permentan, 2009). Metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai cara penyampaian materi penyuluhan oleh para penyuluh