• Tidak ada hasil yang ditemukan

DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI "

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Jambi

OLEH

NEVI PEBRIYANI NIM A1E118115

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

2022

(2)

i Nama : Nevi Pebriyani

Nim : A1E118115

Dosen Pembimbing I : Drs. Nelyahardi, M.Pd

Dosen Pembimbing II : Fellicia Ayu Sekonda, S.Psi., M.Pd

Pada proses pembelajaran, kedisiplinan diperlukan untuk menunjang keberhasilan siswa. Ragam perilaku tidak disiplin biasa terjadi, misalnya terlambat datang kesekolah, bolos, tidur saat pembelajaran, berseragam tidak sesuai aturan dan lain sebagainya. Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor lingkungan, keluarga dan sekolah. Hal yang sama juga terjadi di lingkungan pendidikan SMA Negeri 10 Kota Jambi, dimana masih ditemuinya masalah kurang disiplinnya siswa dalam menaati tata tertib yang berlaku di sekolah.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat penyebab siswa tidak disiplin dalam menaati tata tertib sekolah di SMA Negeri 10 Kota Jambi beserta indikatornya.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif, populasi penelitian merupakan siswa di SMA Negeri 10 Kota Jambi yang berjumlah 56 orang siswa yang seluruhnya dijadikan sebagai sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah angket yang berisi 45 item pernyataan. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan teknik analisis persentase.

Sebagian kecil siswa menyebutkan bahwa faktor keluarga sebagai penyebab siswa tidak disiplin dalam menaati tata tertib di SMA Negeri 10 Kota Jambi dengan nilai persentase sebesar 33,7%. Faktor sekolah sebagai faktor penyebab siswa tidak disiplin dalam menaati tata tertib di SMA Negeri 10 Kota Jambi dengan proporsi sebagian kecil dan nilai persentase yang diperoleh sebesar 30,7%. Sebagian kecil siswa menyebutkan bahwa faktor lingkungan sebagai penyebab siswa tidak disiplin dalam menaati tata tertib di SMA Negeri 10 Kota Jambi dengan nilai persentase sebesar 35,8%.

Kata Kunci: Disiplin, Tata Tertib

(3)

ii

“Identifikasi Penyebab Siswa Tidak Disiplin di SMA Negeri 10 Kota Jambi”.

Selanjutnya tidak lupa pula sholawat beriring salam yang senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang merupakan pembawa rahmat bagi seluruh umat-Nya.

Terlepas dari semua rasa syukur penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna, karena keterbatasan pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Selama penulisan skripsi berjalan, penulis sangat antusias dan banyak sekali pengalaman serta pelajaran yang didapatkan. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan, saran, dan segala motivasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Drs. H. Sutrisno, M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas Jambi.

2. Bapak Prof. Dr. M. Rusdi, S.Pd., M.Sc selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univsersitas Jambi.

3. Bapak Dr. K.A Rahman, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi.

4. Bapak Drs. Nelyahardi, M.Pd selaku Ketua Program studi Bimbingan dan Konseling dan selaku pembimbing skripsi I yang telah memberikan

(4)

iii

5. Ibu Fellicia Ayu Sekonda, S.Psi., M.Pd selaku pembimbing skripsi II yang selalu bersedia membimbing, memberikan arahan, saran, motivasi dan ilmu dengan penuh kesabaran .

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Jambi yang telah memberikan segala ilmu dan melaksankan perkuliahan.

7. Staff TU yang sudah membantu segala kebutuhan penelitian skripsi.

8. Ibu Nova Deswita, S.Pd., M. Pd Selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 10 Kota Jambi yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.

9. Ibu guru Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 10 Kota Jambi yang telah meluangkan waktu dan banyak membantu dalam proses penyelesaian penelitian ini.

10. Bapak/Ibu Guru dan Staf TU di SMA Negeri 10 Kota Jambi yang telah membantu dalam proses penelitian ini.

11. Ayahanda Tercinta Letda CBA Nafrizal, Ibunda Tercinta Evi Yuliaeni, S.Pd, Kakak Risa Novita Sari, S.ST, Abang Ns. Kiki Hendra, S.Kep, dan Keponakan Muhammad Azam Novriski yang senantiasa tanpa henti memberikan doa terbaik, dukungan moril dan jerih payah materil serta doa

(5)

iv

Aditya Rahman, yang selalu mengingatkan dan memberikan motivasi kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dan selalu mewarnai hari-hari penulis selama perkuliahan, terimakasih sudah menjadi sahabat didetik-detik akhir perkuliahan, untuk waktu dan kebersamaannya.

13. Pratu Roga Ardiwinata, terima kasih untuk semua waktunya yang tidak pernah bosan mendengarkan semua keluh kesah penulis dan tidak pernah menyerah untuk memberikan dukungan serta semangat kepada penulis.

14. Bang Budi dan Kak Reni terimakasih telah memberikan dukungan serta membantu secara ikhlas demi penyelesaian skripsi ini.

15. Teman-teman seperjuangan Bimbingan dan Konseling Angkatan 2018 terima kasih telah memberikan motivasi, bantuan, dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

16. Serta Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan motivasinya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan penelitian skripsi yang diteliti masih banyak ditemukan kekurangan baik dari materi atau teknik penyusunannya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulisi dalam penyusunan skripsi sehingga penelitian ini belum bisa dikatakan sempurna seperti yang

(6)

v

Jambi, 2022

Penulis

(7)

vi

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Anggapan Dasar ... 9

G. Pertanyaan Penelitian ... 10

H. Definisi Operasional ... 10

I. Kerangka Konseptual ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Disiplin ... 12

1. Pengertian Disipin ... 12

2. Aspek-aspek Kedisiplinan ... 14

3. Tujuan Kedisiplinan ... 15

4. Fungsi Kedisiplinan ... 16

5. Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan ... 20

6. Macam-macam Disiplin ... 23

7. Bentuk-bentuk Pelanggaran Disiplin ... 25

8. Cara Agar Terbentuknya Kedisiplinan dan Penanggulangannya ... 28

B. Penelitian Relevan ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 34

B. Populasi dan Sampel ... 34

C. Jenis dan Sumber Data ... 37

D. Alat Pengumpulan Data ... 38

E. Analisis Data ... 41

(8)

vii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 54

C. Implikasi Terhadap BK ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(9)

viii

2. Sebaran Sampel Penelitian ... 37

3. Pengembangan Kisi-Kisi Angket ... 38

4. Skor Alternatif Jawaban Instrumen Penelitian... 42

5. Kriteria Tafsiran Persentase ... 43

6. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Jawaban Responden ... 44

7. Skor Bobot Masing-Masing Indikator ... 47

8. Perhitungan Reduksi Persentase Pengaruh Faktor Penyebab Siswa tidak Disiplin dalam Menaati Tata Tertib ... 48

(10)

ix

2. Pedoman Wawancara ... 63

3. Rekapitulasi Presensi Siswa SMA Negeri 10 Kota Jambi ... 65

4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 66

5. Pengembangan Kisi-Kisi Angket ... 74

6. Angket Penelitian ... 75

7. Tabulasi Data Penelitian ... 78

8. Hasil Analisis Reduksi Persentase ... 82

9. Cover ACC Seminar Proposal ... 83

10. Cover ACC Uji Coba ... 84

11. Cover ACC Lanjut Penelitian ... 85

12. Cover ACC Sidang Skripsi ... 86

13. Surat Pengantar Uji Coba Angket ... 87

14. Surat Bukti Telah Melaksanakan Uji Coba ... 88

15. Surat Pengantar Penelitian ... 89

16. Surat Bukti Telah Melaksanakan Penelitian ... 90

(11)

A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan karakter dan moral anak merupakan tanggung jawab semua pihak. Semua pihak yang dimaksud yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Di lingkungan keluarga pertama kali anak menerima pendidikan dan pendidikan yang diberikan oleh orangtua merupakan dasar utama terhadap pembentukan kepribadian anak. Di lingkungan masyarakat yang terjadi di luar keluarga dan di luar persekolahan, yang berasal dari kebiasaan. Sedangkan di lingkungan sekolah yang bertanggung jawab secara langsung adalah guru. Guru mempunyai peranan penting sebab guru berinteraksi dengan murid secara langsung. Guru sebagai pendidik hendaknya senantiasa berpegang pada peraturan sekolah.

Sekolah merupakan lembaga dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan proses pendidikan. Sekolah sebagai organisasi pendidikan formal yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan mutu pendidikan, sebagai organisasi pendidikan formal, sekolah sangat identik dengan hal-hal yang menuntut sikap disiplin. Salah satu sikap disiplin ialah pemakaian seragam sekolah. Setiap sekolah memiliki seragam sekolah yang sudah ditentukan dan diatur oleh pemimpin sekolah itu masing-masing. Pemakaian seragam sekolah dilandaskan berdasarkan surat

1

(12)

keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, No.052/C/Kep/D/82.

Sekolah secara resmi memiliki aturan dalam pemakaian seragam sekolah terhadap siswa dan siswinya dengan berbagai alasan bahwa seragam sekolah adalah sebuah alat kedisiplinan, kerapian dan keteraturan siswa dan siswi dalam melaksanakan pendidikan. Melalui Seragam sekolah juga sebagai bentuk sikap disiplin dan tidak membedakan masing-masing siswa yang beraneka ragam (Ulva, dkk, 2020:29). Demikian pula di sekolah mempunyai aturan-aturan dan tata tertib.

Peraturan dan tata tertib yang ada di sekolah bersifat tetap dan mengikat setiap siswa dan wajib dilaksanakan, serta apabila ada yang melanggar biasanya diberikan sanksi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Subroto dalam Ilahi (2017:41) yaitu: salah satu contoh peraturan tata tertib siswa/pelajar adalah: (a) siswa wajib datang sepuluh menit sebelum pelajaran dimulai, (b) siswa yang terlambat harus minta izin masuk yang ditandatangani oleh guru piket, (c) siswa wajib membayar SPP paling lambat tanggal sepuluh tiap bulan, (d) pada waktu jam kosong siswa harus tenang di dalam kelas tidak boleh gaduh, dan (e) pada waktu istirahat siswa dilarang meninggalkan halaman sekolah, siswa yang melanggar tata tertib dikenakan sanksi.

Secara teoretis aturan dan kedisiplinan siswa adalah sebuah hal yang berjalan beriringan, sehingga keduanya saling bersimultan satu sama lainnya.

Sebuah perilaku disiplin lahir dari sebuah aturan dan aturan hadir untuk

(13)

dipatuhi. Namun realita yang terjadi justru perilaku menyimpang dari aturan ini umumnya banyak terjadi, termasuk juga di sekolah. Wirawan (Kurniawan

& Agustang, 2021:121) menyebutkan bahwa beragam perilaku tidak disiplin yang biasa terjadi, seperti terlambat datang kesekolah, bolos, tidur saat pembelajaran, berseragam tidak sesuai aturan dan lain sebagainya. Berbagai pelanggaran tersebut dapat timbul sebagai sebuah pola perilaku yang dipicu oleh banyak hal bisa dari internal siswanya sendiri, seperti memang kepribadiannya malas, suka melanggar dan lain sebagainya.

Menurut Sugiarto, dkk., (2019:234) disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Disiplin akan membuat seseorang tahu dan dapat membedakan hal- hal apa yang seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan, yang boleh dilakukan, yang tak sepatutnya dilakukan (karena merupakan hal-hal yang dilarang). Bagi seorang yang berdisiplin, karena sudah menyatu dalam dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi dirasakan sebagai beban, namun sebaliknya akan membebani dirinya apabila ia tidak berbuat disiplin.

Disiplin yang mantap pada hakikatnya akan tumbuh dan terpancar dari hasil kesadaran manusia. Sebaliknya, disiplin yang tidak bersumber dari kesadaran hati nurani akan menghasilkan disiplin yang lemah dan tidak akan bertahan lama, atau disiplin yang statis, tidak hidup. Masalah yang berkaitan dengan kedisiplinan terjadi di seluruh jenjang pendidikan, mulai dari tingkat

(14)

Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas. Peristiwa pelanggaran peraturan sering terjadi di lingkungan sekolah, seperti yang terjadi di SMA Negeri 10 Kota Jambi, Berdasarkan fenomena dari hasil pra-penelitian yang dilakukan, ditemukan permasalahan yaitu tentang lemahnya pemahaman siswa terhadap kedisiplinan dalam menaati tata tertib sekolah.

Hal tersebut diperkuat hasil wawancara dengan Guru Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 10 Kota Jambi pada tanggal 28 Oktober 2021, yang menyatakan bahwa masih ada siswa yang memiliki perilaku tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah yang berlaku. Banyaknya jumlah siswa juga menimbulkan masalah yang terjadi di sekolah, masalah yang ada pada siswa sangatlah beragam. Namun yang paling sering terjadi ialah masalah berkaitana dengan kedisiplinan. Apalagi selama masa pembelajaran daring, siswa sudah terbiasa belajar dengan banyak kelonggaran, hal ini sangat mengkhawatirkan di sekolah. Jika hal ini terus dibiarkan begitu saja, maka akan dapat membawa dampak yang kurang menguntungkan terhadap proses pembelajaran siswa di sekolah.

Diketahui bahwa ketika pembelajaran tatap muka berlangsung, masih banyak siswa yang belum mampu untuk berdisiplin. Bentuk ketidakdisiplinan siswa dalam menaati tata tertib di SMA Negeri 10 Kota Jambi ini ditunjukan dengan masalah sering terlambat masuk sekolah, tidak hadir (alpa), siswa sering membolos pada jam kegiatan belajar mengajar, saat mengerjakan tugas kelompok hanya beberapa siswa yang mengerjakan, tidak mengerjakan tugas (PR), terlambat masuk kelas sehabis istirahat, pemakaian seragam

(15)

dikeluarkan dan atribut sekolah yang digunakan tidak lengkap (tata tertib sekolah terlampir).

Selanjutnya hasil wawancara yang dilakukan dengan Guru piket, diketahui bahwa terdapat siswa yang terlambat datang ke sekolah, pemakaian baju seragam tidak rapi (baju dikeluarkan). Selain itu dengan melihat daftar kedisiplinan siswa di SMA N 10 Kota Jambi dari daftar absensi guru piket dan daftar absensi kelas, diketahui jumlah siswa yang terlambat datang ke sekolah, yaitu terdapat 5-6 orang siswa perharinya, kemudian siswa yang tidak hadir tanpa keterangan (alpa) setiap kelasnya terdapat 1-3 siswa, dan terdapat 1-2 siswa yang pergi meninggalkan kelas sebelum proses belajar mengajar selesai perminggunya.

Hal tersebut terjadi dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain seperti dikarenakan kurangnya perhatian orangtua siswa, kurangnya kesadaran siswa serta pemahaman siswa tentang pentingnya sikap disiplin, dan pengaruh yang diterima dari teman sebaya. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan perilaku siswa tidak disiplin dalam menaati tata tertib sekolah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: faktor internal meliputi karakter pribadi siswa, dan rendahnya pemahaman siswa akan pentingnya aturan atau sikap disiplin.

Faktor eksternal meliputi pertemanan, kemajuan teknologi (game online), pengaruh gaya (style), dan lingkungan keluarga dan tempat tinggal serta ditambah lagi dengan kebiasaan dari masa pandemi yang belum usai.

Faktor yang berperan sangat penting dalam pembentukan disiplin pada diri siswa adalah keluarga atau orangtua. Dalam hal ini terkadang orangtua

(16)

terlalu disibukan dengan urusan pribadinya masing-masing, anak jarang diperhatikan karena orangtuanya sibuk bekerja sehingga komunikasi dengan anak berkurang. Kebanyakan siswa berasal dari keadaan keluarga dis- harmonis, orang tua juga kurang mengawasi anaknya bergaul dan memilih teman sehingga anak akan mudah terpengaruh ajakan dari temannya untuk melakukan suatu tindakan yang menyalahi aturan.

Menurut Tulus (2004:118) siswa yang melanggar disiplin sekolah terdiri dari siswa yang memiliki problem dalam dirinya dan keluarganya. Oleh karena itu, pertolongan perlu melibatkan guru bimbingan dan konseling serta wali kelas dalam membina dan membimbing siswa bermasalah tersebut untuk menjadi lebih baik. Fenomena yang ditemukan di lapangan pelanggaran kedisiplinan terhadap tata tertib sekolah seringkali disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal yang terdapat dalam diri sendiri dan faktor eksternal dari pengaruh lingkungan luar, perlu adanya bantuan dari konselor atau guru BK untuk meningkatkan kesadaran para siswa terkait kedisiplinan dalam menaati tata tertib di sekolah.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melihat dan menggali lebih dalam mengenai faktor yang menjadi penyebab siswa tidak disiplin dalam menaati tata tertib sekolah melalui penelitian yang berjudul

“Identifikasi Penyebab Siswa Tidak Disiplin dalam Menaati Tata Tertib Sekolah di SMA Negeri 10 Kota Jambi”.

(17)

B. Batasan Masalah

Ketidakdisiplinan siswa dapat disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri sendiri (internal) dan yang berasal dari luar diri sendiri eksternal.

Mengingat banyaknya faktor yang menyebabkan siswa tidak disiplin dalam menaati tata tertib sekolah, maka penelitian ini dibatasi sebagai berikut.

1. Faktor eksternal (faktor dari luar diri individu) yang menyebabkan siswa tidak disiplin dalam menaati tata tertib sekolah pada penelitian ini antara lain meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor lingkungan.

2. Tata tertib yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelaksanaan tata tertib sekolah yang dilakukan oleh siswa sebagai salah satu warga sekolah.

3. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X dan XI yang tidak disiplin dalam menaati tata tertib sekolah (yang sudah melanggar sebanyak 3 kali dalam satu semester) yaitu sebagai berikut: terlambat datang ke sekolah, atribut pemakaian seragam yang kurang lengkap (tidak memakai dasi, topi dan atribut lainnya), tidak hadir di sekolah (tanpa keterangan), keluar masuk kelas dan yang tidak mengerjakan tugas (PR).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dipaparkan oleh peneliti diatas, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

(18)

1. Seberapa besar proporsi faktor lingkungan keluarga sebagai penyebab siswa tidak disiplin dalam menaati tata tertib sekolah di SMA Negeri 10 Kota Jambi?

2. Seberapa besar proporsi faktor lingkungan sekolah sebagai penyebab siswa tidak disiplin dalam menaati tata tertib sekolah di SMA Negeri 10 Kota Jambi?

3. Seberapa besar proporsi faktor lingkungan masyarakat sebagai penyebab siswa tidak disiplin dalam menaati tata tertib sekolah di SMA Negeri 10 Kota Jambi?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan penelitian ini antara lain:

1. Mengidentifikasi proporsi faktor lingkungan keluarga sebagai penyebab siswa tidak disiplin dalam menaati tata tertib sekolah di SMA Negeri 10 Kota Jambi.

2. Mengidentifikasi proporsi faktor lingkungan sekolah sebagai penyebab siswa tidak disiplin dalam menaati tata tertib sekolah di SMA Negeri 10 Kota Jambi.

3. Mengidentifikasi proporsi faktor lingkungan masyarakat sebagai penyebab siswa tidak disiplin dalam menaati tata tertib sekolah di SMA Negeri 10 Kota Jambi.

(19)

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan dan temuan hasil penelitian ini yaitu:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian bagi penelitian selanjutnya dan menambah pengetahuan khususnya bimbingan dan konseling mengenai kedisiplinan pada siswa.

2. Manfaat Praktis a) Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai sarana bagi peneliti untuk dapat menambah wawasan dan mampu mengembangkan teori mengenai kedisiplinan pada siswa.

b) Bagi Guru

Dapat digunakan oleh guru untuk mendampingi dan membantu meningkatkan kedisiplinan siswa.

c) Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi inspirasi bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian serupa sehingga dapat menjadi tolak ukur bagi peneliti selanjutnya.

F. Anggapan Dasar

Penelitian ini dilakukan dengan adanya asumsi-asumsi atau anggapan peneliti, antara lain:

(20)

1. Bahwa setiap siswa memiliki faktor penyebab tidak disiplin yang berbeda-beda.

2. Bahwa setiap siswa memiliki tingkat kedisiplinan yang berbeda-beda.

G. Pertanyaan Penelitian

Guna mendapatkan serta mengarahkan proses pengumpulan data dan informasi tentang aspek-aspek yang akan diteliti secara akurat, maka peneliti akan menguraikan lebih detail rumusan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya ke dalam bentuk pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian tersebut sebagai berikut:

1. Berada pada proporsi manakah faktor lingkungan keluarga sebagai penyebab siswa tidak disiplin dalam menaati tata tertib sekolah di SMA Negeri 10 Kota Jambi?

2. Berada pada proporsi manakah faktor lingkungan sekolah sebagai penyebab siswa tidak disiplin dalam menaati tata tertib sekolah di SMA Negeri 10 Kota Jambi?

3. Berada pada proporsi manakah faktor lingkungan masyarakat sebagai penyebab siswa tidak disiplin dalam menaati tata tertib sekolah di SMA Negeri 10 Kota Jambi?

H. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran judul dan permasalahan dalam penelitian ini, maka definisi operasional pada penelitian ini yaitu :

(21)

1. Perilaku tidak disiplin siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu perilaku yang menunjukan ketidaktaatan peserta didik dalam melaksanakan tata tertib yang berlaku di sekolah seperti terlambat datang sekolah, pemakaian atribut seragam yang kurang lengkap (tidak memakai dasi, topi dan atribut lainnya), tidak hadir di sekolah (tanpa keterangan), keluar masuk kelas saat jam pelajaran berlangsung serta tidak mengerjakan tugas (PR).

2. Faktor eksternal penyebab siswa tidak disiplin yaitu segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perilaku tidak disiplin terhadap tata tertib yang berasal dari luar individu.

I. Kerangka Konseptual

Agar Penelitian ini dapat terarah dengan sebagaimana mestinya maka peneliti membuat kerangka konseptual yang digambarkan sebagai berikut.

(22)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Disiplin

1. Pengertian Disiplin

Disiplin berasal dari kata discipline, artinya seseorang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin. Kata disiplin mempunyai akar pada kata disciple dan berarti “mengajar atau melatih.

Menurut KBBI disiplin adalah tata tertib, ketaatan atau kepatuhan pada peraturan tata tertib. Kemudian menurut Dakhi (2020 : 2) disiplin adalah kesediaan seseorang yang timbul dengan kesadaran dan proses membiasakan diri untuk mengikuti dan melaksanakan aturan atau norma dalam masyarakat.

Pada prinsipnya disiplin adalah keharusan untuk menaati peraturan-peraturan yang berlaku di masyarakat. Dengan demikian, menanamkan disiplin bukan hukuman yang diperlukan, tetapi pujian atau hadiah sangat besar peranannya. Oleh karena itu, disiplin sebagai pembentukan perilaku moral yang disetujui kelompok masyarakat tempat tinggalnya lebih tepat daripada pengertian disiplin yang diartikan sebagai hukuman.

Disiplin menurut Djamarah (Ernawati, 2016:5) adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok.

Kedisiplinan mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Berkualitas atau tidaknya belajar siswa sangat dipengaruhi

12

(23)

oleh faktor yang paling pokok yaitu kedisiplinan, di samping faktor lingkungan, baik keluarga, sekolah, kedisiplinan serta bakat siswa itu sendiri. Sedangkan Liang Gie (Imron, 2015:172) disiplin merupakan suatu keadaan tata tertib dimana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati.

Menurut Sugiarto, dkk (2019:234) disiplin merupakan suatu sikap yang menunjukkan kesediaan untuk mentaati atau mematuhi ketentuan, tata tertib, nilai serta kaidah-kaidah yang berlaku. Disiplin mengandung asas taat, yaitu kemampuan untuk bersikap dan bertindak secara konsisten berdasar pada suatu nilai tertentu. Begitu juga menurut Putra, dkk (2020:

98) yang mengemukakan disiplin adalah sikap atau tingkah laku siswa yang taat peraturan yang ada di sekolah dalam menjalankan kewajibannya dengan penuh kesadaran.

Kedisiplinan menurut Tugiman (2014:71) adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahan dan norma- norma sosial yang berlaku. Sedangkan menurut Sulistyowati dan Sugiarti (2021: 234) kedisiplinan berasal dari kata discipline yang artinya belajar secara sukarela mengikuti pemimpin dengan tujuan dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin merupakan sebuah sikap atau perilaku yang dimiliki oleh seorang individu yang menunjukkan adanya kepatuhan, ketaatan, dan ketertiban terhadap

(24)

aturan dan norma kehidupan yang berlaku sesuai yang dikehendaki dan menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

2. Aspek-aspek Kedisiplinan

Menurut Prijodarminto dalam Sulistyowati dan Sugiarti (2021:

234) terdapat 3 aspek besar dalam disiplin yaitu:

a. Sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak.

b. Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, kriteria, dan standar yang sedemikian rupa, sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatan akan aturan, norma, kriteria dan standar tadi merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan (kesuksesan).

c. Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.

Sutirna dalam Sulistyowati dan Sugiarti (2021: 234) menyatakan terdapat beberapa ciri-ciri dalam kedisiplinan siswa, yaitu :

a. Disiplin dengan paksaan. Disiplin dengan paksaan (otoriter) adalah disiplin secara paksa, anak harus mengikuti aturan yang telah ditentukan. Jika anak tidak melakukan maka anak akan dihukum.

b. Disiplin tanpa paksaan. Sedangkan disiplin tanpa paksaan (permisif) adalah disiplin dengan membiarkan anak mencari batasan sendiri.

(25)

Menurut Sinungan dalam Ayuk Sulistyowati dan Rini Sugiarti (2021: 234) terdapat beberapa ciri-ciri disiplin, yaitu :

a. Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah menjadi norma, etika dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat.

b. Adanya perilaku yang dikendalikan.

c. Adanya ketaatan (obedience).

Prijodarminto dalam Sulistyowati dan Sugiarti (2021: 234) menyatakan bahwa terdapat beberapa ciri-ciri individu yang disiplin, yaitu:

a. Sikap yang telah ada pada diri manusia, sikap atau attitude tadi merupakan unsur yang hidup di dalam jiwa manusia yang harus mampu bereaksi terhadap lingkungannya, dapat berupa tingkah laku atau pemikiran

b. Sistem nilai budaya yang ada di dalam masyarakat, bagian dari budaya yang berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman atau penuntun bagi kelakuan manusia.

3. Tujuan Kedisiplinan

Menurut Hurlock dalam Muryastuti & Sugiharto (2016:48) menjelaskan bahwa tujuan dari kedisiplinan yaitu untuk mengajarkan kepada siswa apa yang menurut kelompok sosial sebagai tindakan benar atau salah, dan mengusahakan agar siswa bertindak sesuai dengan pengetahuan tersebut.

(26)

Rachman dalam Ernawati (2016:6) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah:

a. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.

b. Mendorong siswa melakukan yang baik dan benar.

c. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah.

d. Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.

e. Kedisiplinan diterapkan tanpa menunjukkan kelemahan, tanpa menunjukkan amarah dan kebencian, kalau perlu dengan kelembutan agar para pelanggar kedisiplinan menyadari bahwa disiplin itu diterapkan demi kebaikan dan kemajuan dirinya.

f. Kedisiplinan mesti diterapkan secara tegas, adil dan konsisten.

4. Fungsi Kedisiplinan

Fungsi kedisiplinan menurut Tu‟u (2004:38) sebagai berikut:

a. Menata Kehidupan Bersama

Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara mematuhi peraturan yang berlaku, agar hubungan antar sesama menjadi baik dan lancar.

(27)

b. Membangun Kepribadian

Kedisiplinan yang diterapkan pada masing-masing lingkungan memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik bagi seseorang. Apalagi siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya, tentu lingkungan yang tertib, teratur, tenang, sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik. Jadi disiplin sangat berperan dalam membangun kepribadian siswa.

c. Melatih Kepribadian

Kedisiplinan terbentuk melalui suatu proses yang membutuhkan waktu panjang, salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui latihan karena latihan merupakan proses belajar serta membiasakan diri melakukan sesuatu yang berulang-ulang. Dengan cara itu orang menjadi terbiasa, terlatih, terampil dan mampu melakukan sesuatu dengan baik. Jadi disiplin berfungsi membuat siswa terbiasa hidup dalam keteraturan pada peraturan yang berlaku.

d. Pemaksaan

Kedisiplinan berfungsi sebagai pemaksa kepada seseorang untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan.

Memang disiplin seperti ini masih bersifat dangkal, akan tetapi dengan pendampingan, pemaksaan, pembiasaan, dan latihan disiplin seperti ini dapat menyadarkan siswa bahwa disiplin itu penting baginya.

(28)

e. Hukuman

Ancaman hukuman penting karena dapat memberi dorongan dan kekuatan bagi seseorang untuk menaati dan mematuhi peraturan yang ada. Tanpa ancaman hukuman, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat menjadi lemah. Tidak hanya itu, hukuman diharapkan mempunyai nilai pendidikan, artinya siswa menyadari bahwa perbuatannya yang salah akan membawa akibat buruk dan harus ditanggung oleh dirinya sendiri.

jadi hukuman berfungsi untuk menyadarkan siswa akan pentingnya mematuhi aturan yang berlaku di sekolah.

f. Menciptakan Lingkungan Kondusif

Disiplin di sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan dengan lancar. Hal ini dicapai dengan merancang peraturan sekolah, merancang peraturan akan menjadikan lingkungan kondusif bagi kegiatan proses pembelajaran sehingga lingkungan menjadi aman, tertib, dan teratur, potensi serta prestasi siswa akan mencapai hasil maksimal. Jadi dengan disiplin siswa akan mampu mengikuti proses belajar dengan maksimal dan akan tercapai lingkungan belajar yang kondusif.

Pentingnya kedisiplinan juga dikemukakan oleh Mulyasa dalam Fiara, Nurhasanah & Bustamam (2019:2) yang menekankan bahwa perlunya kedisiplinan di sekolah adalah untuk mendidik siswa agar

(29)

mencapai standar yang ditetapkan. Disiplin diperlukan oleh siapapun dan dimanapun. Hal itu disebabkan dimanapun seseorang berada, disana selalu ada peraturan dan tata tertib. Bohar Soeharto (dalam Tu‟u, 2004:34) mengatakan pada dasarnya semua orang sejak lahir sudah mengerti dan terkena disiplin karena dalam kehidupannya manusia peranannya penting sekali dalam berhubungan dengan kelompok atau manusia lain.

Selanjutnya dikatakan juga, para pendidik, orang tua dan guru, sebagaimana halnya dengan pemimpin kelompok, melihat disiplin ini sebagai sesuatu yang sangat penting dalam interaksi manusia.

Disiplin di sekolah apabila dikembangkan dan diterapkan dengan baik, konsisten dan konsekuen akan berdampak positif bagi kehidupan dan berperilaku siswa. Dalam hal itu, Rachman dalam Tu‟u (2004:35-36) pentingnya disiplin bagi para siswa:

a. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang

b. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan

c. Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan peserta didik terhadap lingkungannya

d. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu lainnya

e. Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah f. Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar

(30)

g. Peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan baik, positif dan bermanfaat baginya dan lingkungannya

h. Kebiasaan baik itu menyebabkan ketenangan jiwanya dan lingkungannya.

5. Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan

Slameto dalam Ilahi. dkk., (2017:41) menyebutkan ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu faktor intern (berasal dari dalam diri siswa) dan faktor ekstern (berasal dari luar diri siswa). Faktor intern dibagi menjadi tiga bagian yaitu: faktor jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, keterampilan belajar, kematangan, dan kesiapan), faktor kelelahan (jasmani dan rohani).

Sedangkan faktor ekstern atau faktor yang berasal dari luar diri individu seperti lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Selain itu Perwujudan kedisiplinan dipengaruhi banyak faktor.

Menurut Depdikbud dalam Muryastuti & Sugiharto (2016:48) menjelaskan bahwa ada dua jenis dorongan yang mempengaruhi disiplin, yaitu: Pertama dorongan yang datangnya dari dalam diri manusia, yaitu pengetahuan, kesadaran, dan kemauan untuk berbuat disiplin. Kedua dorongan yang datangnya dari luar, yaitu perintah, larangan, pengawasan, pujian, ancaman, hukuman, ganjaran, dan sebagainya.

Menurut Mahfuz (2009:176-178) faktor-faktor penyebab perilaku menyimpang atau perilaku tidak disiplin di sekolah adalah sebagai berikut:

(31)

a. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pribadi

1) Tidak bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban yang dimiliki

2) Kurang percaya diri 3) Mudah putus asa

4) Sering mencari perhatian dari orang lain, seperti mengganggu teman di kelas.

5) Sering berbohong seperti alasan terlambat datang ke sekolah

b. Faktor-faktor yang berkaitan dengan keluarga 1) Kurang baiknya pengawasan dari orang tua

2) Orang tua kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya 3) Hubungan kedua orang tua kurang harmonis

4) Hubungan antar saudara di dalam keluarga kurang baik 5) Orang tua yang berpisah

c. Faktor-faktor yang berkaitan dengan sekolah

1) Kurang baiknya hubungan antara murid dan guru.

2) Kurang baiknya hubungan antara sekolah dan keluarga siswa.

3) Rasa tidak suka siswa terhadap sekolah.

4) Kaku dan kurang konsisten dalam menerapkan peraturanperaturan sekolah.

5) Murid tidak suka terhadap salah satu mata pelajaran.

(32)

6) Kurang semangatnya guru-guru dan staf sekolah melakukan pelayanan pendidikan

d. Faktor-faktor yang berkaitan dengan lingkungan 1) Teman-teman yang kurang baik

2) Pengawasan yang kurang dari orang tua terhadap lingkungan pergaulan siswa

3) Lemahnya pendidikan agama

4) Tidak adanya sarana-sarana positif untuk mengisi waktu luang siswa.

Sedangkan menurut Tu‟u (2004:48) terdapat empat faktor yang dapat mempengaruhi dan membentuk kedisiplinan individu antara lain mengikuti dan menaati aturan, kesadaran diri, alat pendidikan, hukuman.

Alasanya yaitu:

a. Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa kedisiplinan dianggap penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya.

b. Pengikut dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal tersebut sebagai kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat.

c. Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.

(33)

d. Hukuman sebagai upaya untuk menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah sehingga seseorang kembali pada perilaku yang diharapkan.

Sulistyowati & Sugiarti (2021:235) menyatakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan siswa, yaitu:

a. Hubungan pola Asuh.

Pola asuh yang diterapkan orang tua berbeda-beda. Pola asuh yang diterapkan akan berpengaruh pada tingkah laku anak.

b. Persuasif.

Persuasif adalah sebuah kalimat yang dimaksudkan untuk membujuk secara halus agar menjadi yakin.

c. Motivasi Belajar.

Adalah sebuah dorongan dari seseorang untuk melakukan sesuatu.

6. Macam-Macam Kedisiplinan

Arikunto dalam Sari & Hadijah (2017:235) mengemukakan

macam-macam disiplin belajar ditunjukkan oleh beberapa perilaku, yaitu:

1) mentaati tata tertib sekolah, 2) perilaku kedisiplinan di dalam kelas, 3) disiplin dalam menepati jadwal belajar, 4) belajar secara teratur.

Sedangkan Menurut Hurlock dalam Tarigan (2018: 274), ada beberapa macam-macam disiplin yakni:

a. Disiplin Otoriter

Peraturan dan pengaturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang diinginkan menandai semua jenis disiplin yang

(34)

otoriter. Tekniknya mencakup hukuman yang berat bila terjadi kegagalan memenuhi standar dan sedikit, atau sama sekali tidak adanya persetujuan, pujian atau tanda-tanda penghargaan lainnya bila anak memenuhi standar yang diharapkan.

b. Disiplin Permisif

Disiplin permisif sebetulnya berarti sedikit disiplin atau tidak berdisiplin. Biasanya disiplin permisif tidak membimbing anak ke pola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman.

c. Disiplin Demokratis

Metode demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek edukatif dari disiplin daripada aspek hukumannya. Macam-macam disiplin ini bisa diterapkan di dalam keluarga maupun lingkungan pendidikan formal seperti sekolah. Pada dasarnya semua jenis kedisiplinan pasti ada kelebihan dan kelemahannya masing - masing, setiap macam kedisiplinan pasti akan menciptakan kepribadian yang berbeda sesuai macam kedisiplinan yang diterapkan dalam keluarga maupun sekolah dimana anak itu hidup.

Kemudian Ernawati (2016:7) Berdasarkan ruang lingkup berlakunya ketentuan atau peraturan yang harus dipatuhi, disiplin dapat dibedakan sebagai berikut:

(35)

a. Disiplin diri

Disiplin pribadi atau swadisiplin yaitu apabila peraturan- peraturan atau ketentuan-ketentuan itu hanya berlaku bagi diri seseorang. Misalnya, disiplin belajar, disiplin bekerja, disiplin beribadah.

b. Disiplin sosial

Disiplin sosial adalah apabila ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan itu harus dipatuhi oleh orang banyak atau masyarakat. Misalnya, disiplin lalu lintas, dan disiplin menghadiri rapat.

c. Disiplin nasional

Disiplin nasional adalah apabila peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan itu merupakan tata laku bangsa atau norma kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus dipatuhi oleh seluruh rakyat. Misalnya, disiplin membayar pajak dan disiplin mengikuti upacara bendera.

7. Bentuk-bentuk Pelanggaran Disiplin

Menurut Syarif dalam Hasibuan & Rahadita (2017:120), pelanggaran disiplin peserta didik atau siswa selama berada di sekolah yang terjadi sejak lama dan cenderung terus berlanjut hingga saat ini, seperti: (1) disiplin datang dan pulang sekolah, (2) cara berpakaian, (3) disiplin selama kegiatan belajar mengajar, dan (4) ketentuan lainnya yang telah ditetapkan pihak sekolah.

(36)

Maslow dalam Tu‟u (2004:52) secara positif melihat tingkah laku individu dimotivasi pemenuhan kebutuhan yang bertingkat laksana piramida. Kebutuhan tersebut terdiri dari kebutuhan jasmani, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan diri, kebutuhan aktualisasi diri. Pemenuhan kebutuhan ini menyebabkan adanya tingkah laku yang positif dan agresif.

Tingkah laku disiplin, dapat juga dilihat dari teori Maslow diatas.

Kepatuhan dan ketaatan sebagai upaya mencapai dan memenuhi kebutuhan Maslow tersebut. Sementara pelanggaran disiplin sebagai reaksi negatif karena kurang terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Misalnya kurang perhatian dan kasih sayang, kurang penghargaan, hubungan sosial kurang baik, kebutuhan fisik yang belum tercukupi.

Selain hal itu, pelanggaran disiplin menurut pengalaman dan pengamatan dapat terjadi karena beberapa hal berikut:

a. Disiplin sekolah yang kurang direncanakan dengan baik dan mantap.

b. Perencanaan disiplin yang baik, tetapi implementasinya kurang baik dan kurang dimonitor oleh kepala sekolah.

c. Penerapan disiplin yang tidak konsisten dan tidak konsekuen.

d. Kurangnya kerjasama dan dukungan guru-guru dalam perencanaan dan implementasi disiplin di sekolah.

Maman Rachman dalam Tu‟u (2004: 53-54) membagi kedalam 3 kelompok penyebab munculnya pelanggaran disiplin di sekolah:

(37)

a. Pelanggaran disiplin yang timbul oleh guru : 1) Aktivitas yang kurang tepat

2) Kata-kata guru yang menyindir dan menyakitkan 3) Kata-kata guru yang tidak sesuai dengan perbuatannya 4) Rasa ingin ditakuti dan disegani

5) Kurang dapat mengendalikan diri 6) Suka mempergunjing siswanya

7) Dalam pembelajaran memakai metode yang tidak variatif sehingga kelas membosankan

8) Gagal menjelaskan pelajaran dengan menarik perhatian 9) Memberi tugas terlalu banyak dan berat

10) Kurang tegas dan kurang berwibawa sehingga kelas ribut dan tidak mampu menguasai.

b. Pelanggaran disiplin yang ditimbulkan oleh siswa:

1) Siswa yang suka berbuat aneh untuk menarik perhatian 2) Siswa yang berasal dari keluarga disharmonis

3) Siswa yang kurang istirahat dirumah sehingga mengantuk di sekolah

4) Siswa yang kurang membaca dan belajar serta tidak mengerjakan tugas-tugas dari guru

5) Siswa yang pasif, potensi rendah, lalu datang kesekolah tanpa persiapan diri

6) Siswa yang suka melanggar tata tertib sekolah

(38)

7) Siswa yang pesimis atau putus asa terhadap keadaan lingkungan dan prestasinya

8) Siswa yang datang kesekolah dengan terpaksa

9) Hubungan antara siswa yang kurang harmonis, adanya klik antara kelompok

10) Adanya kelompok-kelompok eksklusif di sekolah c. Pelanggaran disiplin yang timbul oleh lingkungan:

1) Kelas yang membosankan

2) Perasaan kecewa karena sekolah bertindak kurang adil dalam penerapan disiplin dan hukuman

3) Perencanaan dan implementasi disiplin yang kurang baik 4) Keluarga yang sibuk dan kurang memperhatikan anak-

anaknya, serta banyak problem

5) Keluarga yang kurang mendukung penerapan disiplin sekolah 6) Lingkungan sekolah dekat dengan pusat keramaian kota,

pasar, pertokoan ,pabrik, bengkel, rumah sakit.

7) Manajemen sekolah yang kurang baik 8) Lingkungan bergaul siswa kurang baik.

8. Cara Agar Terbentuknya Kedisiplinan dan Penanggulangannya Menurut Soegeng Prijodarminanto dalam Tulus Tu‟u (2004:50) tentang pembentukan disiplin, terjadi karena alasan berikut ini.

(39)

1. Disiplin akan tumbuh dan dapat dibina, melalui latihan, pendidikan, penanaman kebiasaan dan keteladanan. Pembinaan itu dimulai dari lingkungan keluarga sejak kanak-kanak.

2. Disiplin dapat ditanam mulai dari tiap-tiap individu dari unit paling kecil, organisasi atau kelompok.

3. Disiplin diproses melalui pembinaan sejak dini, sejak usia muda, dimulai dari keluarga dan pendidikan.

4. Disiplin lebih mudah ditegakkan bila muncul dari kesadaran diri.

5. Disiplin dapat dicontohkan oleh atasan kepada bawahan.

Menurut wantah dalam Tarigan (2018 : 276) ada beberapa yang dapat dilakukan oleh orang tua maupun guru untuk meningkatkan disiplin pada anak, sebagai berikut:

1. Memperkuat perilaku yang baik dengan memberikan pujian dan perhatian positif berupa senyuman maupun pelukan.

2. Memberikan pilihan secara bebas kepada anak.

3. Menunjukan sikap dan perilaku yang baik dan menyenangkan, agar anak patuh.

4. Membuat sistem reward (penghargaan) untuk mendorong anak agar berperilaku disiplin.

5. Konsisten terhadap metode disiplin yang digunakan dalam menghukum anak, agar anak memahami konsekuensi dari perilaku yang dilakukannya.

(40)

6. Memberikan pemahaman tentang konsekuensi dari perilaku yang dilakukan oleh anak.

7. Menciptakan lingkungan dan suasana yang aman dan nyaman serta memberikan batasan-batasan sesuai dengan usia dan taraf perkembangan anak.

Dalam penanggulangan disiplin, beberapa hal berikut ini perlu mendapat perhatian (Tu‟u 2004:55-56):

1. Adanya tata tertib.

Dalam mendisiplinkan siswa, tata tertib sangat bermanfaat untuk membiasakannya dengan standar perilaku yang sama dan diterima oleh individu lain dalam ruang lingkupnya.

2. Konsisten dan konsekuen.

Masalah umum yang muncul dalam disiplin adalah tidak konsistennya penerapan disiplin. Soegeng dalam Tu‟u (2004:56) mengatakan dalam menegakkan disiplin bukanlah ancaman atau kekerasan yang diutamakan. Yang diperlukan adalah ketegasan dan keteguhan di dalam melaksanakan peraturan. Hal itu merupakan modal utama dan syarat mutlak untuk mewujudkan disiplin.

3. Hukuman.

Hukuman bertujuan mencegah tindakan yang tidak baik atau tidak diinginkan. Tujuan hukuman menurut Hadisubrata dalam Tu‟u (2004:56) untuk mendidik dan menyadarkan siswa

(41)

bahwa perbuatan yang salah mempunyai akibat yang tidak menyenangkan. Hukuman diperlukan juga untuk mengendalikan perilaku disiplin. Tetapi hukuman bukan satu-satunya cara untuk mendisiplinkan anak atau siswa.

4. Kemitraaan dengan orangtua.

Pembentukkan individu berdisiplin dan penanggulangan masalah-masalah disiplin tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga tanggung jawab orangtua atau keluarga.

Keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama yang sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan dan pengembangan perilaku siswa. Karena itu, sekolah sangat perlu bekerja sama dengan orangtua dalam penanggulangan masalah disiplin.

Selain itu, menurut Wini (2020: 10) ada beberapa cara atau tehnik yang bisa diterapkan oleh seorang guru dalam menangani disiplin siswa di sekolah yaitu sebagai berikut:

1. Teknik Inner Control

Teknik ini sangat disarankan untuk digunakan guru-guru dalam membina disiplin peserta didiknya. Teknik ini menumbuhkan kepekaan atau penyadaran akan tata tertib dari pada akhirnya disiplin harus tumbuh dan berkembang dari dalam peserta didik itu sendiri (self discipline).

(42)

2. Teknik External Control

Teknik ini yaitu mengendalikan diri siswa berupa bimbingan dan konseling. Teknik dapat menumbuhkan disiplin cenderung melakukan pengawasan (yang kadang perlu diperketat dan kalau perlu menjatuhkan hukuman terhadap setiap pelanggaran).

3. Teknik Cooperative Control

Teknik cooperative control ini sebuah pembinaan disiplin dengan cara bekerja sama antara guru dan siswa dalam mengendalikan disiplin, dimana guru dan siswa saling mengontrol terhadap pelanggaran disiplin sekolah.

B. Penelitian Relevan

Terdapat penelitian terdahulu yang relevan atau berhubungan dengan penelitian ini ,yaitu sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Nisa Lisnawati, Wasidi dan Vira Afriyati (2019) dengan judul “Pengaruh Layanan Konseling Kelompok dengan Teknik Pengelolaan Diri untuk Mengurangi Perilaku Pelanggaran Disiplin Sekolah di Kelas VIII SMP Negeri 14 Bengkulu Tengah” menyimpulkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara layanan konseling kelompok terhadap perilaku pelanggaran disiplin. Penelitian diatas memiliki kesamaan dalam hal bidang kajian ,yaitu sama-sama mengkaji tentang Disiplin. Sedangkan perbedaannya terletak pada jenis penelitian yang dilakukan yaitu menggunakan

(43)

metode eksperimen sedangkan penelitian ini menggunakan metode deskriptif.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ana Fiara, Nurhasanah dan Nurbaiti Bustamam (2019) dengan judul “Analisis Faktor Penyebab Perilaku Tidak Disiplin Pada Siswa SMP Negeri 3 Banda Aceh” menyebutkan bahwa terdapat faktor penyebab perilaku tidak disiplin yaitu faktor motivasi diri rendah, manajemen waktu yang kurang baik, faktor keluarga lingkungan dan pengaruh teman sebaya. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian di atas yaitu pada penelitian di atas menggunakan penelitian kualitatif metode naratif sedangkan dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif

3. Penelitian yang dilakukan oleh Septia Sri Sunarsih (2016) dengan judul “Pengaruh Peran Guru dan Kedisiplinan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Sekolah Binaan 1 Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes”. Penelitian di atas memiliki perbedaan dengan penelitian ini yaitu terletak pada jenis penelitian yang dilakukan. Pada penelitian di atas menggunakan metode ex post facto sedangkan penelitian ini menggunakan metode deskriptif.

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengungkapkan sesuatu sesuai apa adanya. Menurut Sutja, dkk (2017:63) Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha menggambarkan keadaan subjek saat itu, atau menggambarkan lapangan sebagaimana adanya. Sedangkan Sukmadinata, (2015:54) mengungkapkan penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau.

Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan sebuah data secara sistematis sehingga akan lebih mudah dipahami.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sutja. dkk., (2017:64) populasi merupakan lingkup, wilayah, atau tempat keberadaan dari karakteristik subjek yang diteliti dan yang akan disimpulkan nantinya. Sedangkan Sugiyono (2018:130) menyatakan populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

34

(45)

Pada penelitian ini yang akan menjadi populasi yaitu siswa- siswi SMA Negeri 10 Kota Jambi kelas X dan XI yang melakukan pelanggaran kedisiplinan. Setiap kelas diambil beberapa orang siswa yang kurang disiplin sesuai data yang diperoleh dari sekolah, baik itu dari agenda yang mendata siswa terlambat, absensi kelas dan absensi guru piket. Dari hasil pendataan tersebut didapatlah 56 siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah.

Tabel1. Populasi Penelitian

No Kelas Jumlah Populasi

1 X. 1 3

2 X. 2 4

3 X. 3 3

4 X. 4 4

5 XI IPA1 10

6 XI IPA2 4

7 XI IPA3 4

8 XI IPA4 7

9 XI IPS1 3

10 XI IPS2 3

11 XI IPS3 2

12 XI IPS4 9

Jumlah 56

Sumber data: Guru BK SMAN 10 Kota Jambi siswa yang tidak disiplin

Jumlah populasi didapatkan berdasarkan hasil pra-penelitian, bantuan guru BK berdasarkan catatan siswa yang melanggar dan kriteria yang telah ditetapkan.

Adapun kriterianya sebagai berikut.

a. Terlambat datang ke sekolah

b. Atribut pemakaian seragam yang kurang lengkap (tidak memakai dasi, topi dan atribut lainnya)

(46)

c. Tidak hadir di sekolah (tanpa keterangan) d. Keluar masuk kelas

e. Tidak mengerjakan tugas (PR) 2. Sampel

Dalam penelitian, setelah ditentukan populasi yang akan menjadi objek penelitian kemudian kegiatan atau langkah selanjutnya yang harus ditempuh oleh peneliti adalah menentukan sampel dari populasi tersebut. Menurut Sutja. dkk., (2017:66) Sampel adalah wakil representatif dari populasi justru secara ilmiah diterima bahwa dengan mengambil data dari sampel dama halnya dengan mengambil data dari populasi. Sedangkan Menurut Arikunto (2014 : 174) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

Pada penelitian ini penarikan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu penetapan sampel berdaskan tujuan tertentu, atau di tetapkan karena terdekat dan mengetahui informasi atau permasalahan yang di teliti Sutja, A dkk (2017:68). Teknik penentuan sampel ini dengan pertimbangan tertentu yang disarankan oleh guru BK berdasarkan catatan siswa yang melanggar dan kriteria yang telah ditetapkan yaitu siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah.

Maka berdasarkan pertimbangan tersebut dalam penarikan sampel penelitian ini yang menjadi sampel adalah siswa kelas X dan XI berjumlah 56 siswa.

(47)

Tabel. 2 Sampel Penelitian

No Kelas Jumlah Sampel

1 X. 1 3

2 X. 2 4

3 X. 3 3

4 X. 4 4

5 XI IPA1 10

6 XI IPA2 4

7 XI IPA3 4

8 XI IPA4 7

9 XI IPS1 3

10 XI IPS2 3

11 XI IPS3 2

12 XI IPS4 9

Jumlah 56

C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Menurut Sutja, dkk (2017:73) “data sekunder yaitu data yang diambil secara tidak langsung dari sumber datanya, tetapi menjadikan orang lain sebagai sumber datanya. Dengan demikian data yang dikumpulkan pada penelitian ini berdasarkan data hasil wawancara langsung dengan Guru BK mengenai perilaku tidak disiplin siswa dalam tata tertib di SMA Negeri 10 Kota Jambi.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini merupakan data yang didapatkan peneliti dari responden mengenai hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Adapun sumber data yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas X dan XI SMA Negeri 10 Kota Jambi yang tidak disiplin dalam menaati tata tertib sekolah.

(48)

D. Alat Pengumpul Data

Menurut Sutja, dkk (2017: 73) alat pengumpulan data adalah lebih merujuk kepada instrumen yang digunakan. Pada Penelitian ini menggunakan instrumen non tes dengan teknik angket yang berisi item-item pernyataan untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan angket tersebut sebagai acuan untuk membantu peneliti dalam menghimpun data data yang diperoleh dari lapangan dan diproses sehingga mendapatkan hasil.

1. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sutja, dkk (2017: 73) teknik pengumpulan data lebih mengarah kepada metode atau cara yang digunakan untuk menghimpun data dari lapangan. Pada penelitian ini pengumpulan data yang digunakan berupa angket. Menurut Sugiyono (2019:199) angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Tabel 3. Kisi-Kisi Pengembangan Angket

Variabel Indikator Deskriptor No Item

+ -

Faktor Esternal Penyebab Siswa Tidak Disiplin (Mahfuz, 2009)

1. Faktor Keluarga

a. Kurang baiknya pengawasan dari orang tua

1,2 3,4

b. Orang tua kurang memperhatikan pendidikan anak- anaknya

5,6 7

c. Hubungan kedua orang tua kurang harmonis

8,9 10,11 d. Hubungan antar saudara

di dalam keluarga kurang baik

12,13 14,15

e. Orang tua yang berpisah 16 17,18

(49)

2. Faktor Sekolah

a. Kaku dan kurang konsisten dalam menerapkan peraturan- peraturan sekolah

19,20 21

b. Rasa tidak suka siswa terhadap sekolah

22,23 24,25 c. Murid tidak suka

terhadap salah satu mata pelajara

26 27,28

d. Kurang semangatnya guru- guru dan staf sekolah melakukan pelayanan pendidikan

29,30 31,32

e. Kurang baiknya hubungan antara murid dan guru

33 34,35

3. Faktor Lingkungan

a. Teman-teman yang kurang baik

- 36,37 b. Pengawasan yang

kurang dari orang tua terhadap lingkungan pergaulan siswa

38,39 40

c. Lemahnya pendidikan agama

41,42 -

d. Tidak adanya sarana- sarana positif untuk mengisi waktu luang siswa

43,44 45

2. Penetapan Option Jawaban Instrumen

Angket dalam penelitian ini menggunakan model Likert, yaitu skala yang dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi individu tentang suatu kejadian atau fenomena sosial.

3. Pembakuan Instrumen

Menurut Sutja, dkk (2017:79) dalam mengembangkan instrumen baik tes maupun non-tes perlu jaminan bahwa instrumen itu valid dan reliabel. Valid artinya sesuai, cocok atau tepat. Sedangkan reliable artinya konsisten, tetap atau ajeg.

(50)

a. Mengukur Validitas instrumen

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan berupa angket tertutup yang memungkinkan responden memilih salah satu dari opsi jawaban yang telah disediakan selanjutnya item pada angket penelitian akan melewati tahapan pertimbangan ahli (Judgement). Instrumen dikatakan valid apabila mengukur dengan tepat objek yang hendak diukur, untuk menyiapkan instrumen yang valid sekurang-kurangnya ada dua cara yang dapat dilakukan yaitu menjamin bahwa instrumen memiliki validitas logis dan validitas empiris.

1) Validitas logis

Menurut Sutja, dkk (2017:80) validitas logis merupakan pengujian validitas dalam penelitian untuk menunjukkan bahwa instrumen penelitian yang digunakan tepat secara konseptual untuk mengukur objek yang akan diteliti. Pengujian validitas dalam penelitian ini melalui pertimbangan dari ahli dalam bidang yang bersangkutan.

2) Validitas Empiris

Pertimbangan ahli baru menjamin validitas rasional suatu instrumen akan tetapi belum mempertimbangkan responden yang akan menjawabnya, ada kemungkinan item yang valid pada lingkungan responden tertentu tetapi tidak pada sekelompok responden lainnya oleh sebab itu guna

(51)

menjamin suatu instrumen valid perlu dilakukan analisis empiris.Validitas empiris adalah kecocokan item dengan kondisi sumber datanya (Sutja, dkk 2017:82).

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah salah satu kegiatan dalam penelitian yang berguna untuk menarik kesimpulan. Untuk memilih teknik analisis data ini perlu diperhatikan teori-teori analisis data dalam metode penelitian. Hasil pilihan tersebut dinyatakan secara naratif, yaitu; prosedur, penskoran, dan pengelompokannya, formula yang dipakai serta kriteria penafsiran yang digunakan (Sutja, dkk. 2017:97).

1. Skor dan Pengelompokan

Penelitian ini menggunakan angket dengan dua pilihan jawaban (dichotomis) yang terentang dari positif ke arah negatif yang digunakan untuk berbagai aspek yaitu frekuensi, proporsi, kualitas, tingkatan, dan valensi. Angket yang dikembangkan disusun dengan dua jenis item pernyataan, yaitu item positif (+) dan negatif (-) dengan dua alternatif jawaban. Alternatif jawaban yang digunakan adalah Ya dan Tidak. Alternatif jawaban dan pola penskoran yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat diperhatikan pada tabel berikut.

(52)

Tabel 4. Penskoran Jawaban Responden

Jawaban Responden

Sifat Pernyataan dan Skor Jawaban Positif (+) Negatif (-)

Ya 0 1

Tidak 1 0

2. Formula yang Digunakan

a. Analisis Persentase Data Tunggal

Formula ini digunakan untuk menganalisis data dari masing- masing item angket penelitian, maka digunakan rumus persentase data tunggal, dengan formulanya yaitu sebagai berikut:

  f

 100 n

Keterangan: P = Persentase yang dihitung f = Jumlah frekuensi yang diperoleh n = banyaknya data /subjek

b. Formula D untuk Analisis Identifikasi Faktorial

Formula ini digunakan pada penelitian deskriptif yang memiliki 2 faktorial atau indikator (Sutja, 2017:109).

ri  pai

pta  100

Keterangan: Pri = Persentase reduksi indikator

∑ pta = persentase total awal

pai = persentase awal indikator tertentu

3. Kriteria Penafsiran

Sutja. dkk., (2017:98) mengungkapkan dalam teknik analisis perlu ditetapkan kriteria penafsirannya. Angka-angka hasil perhitungan

(53)

belum memberi makna, manakala ditafsirkan. Oleh karena itu, dalam teknik analisis data perlu ditegaskan kriteria yang dipakai untuk menafsirkan angka-angka tersebut.

Tabel 5. Kriteria Tafsiran Persentase

Persentase Proporsi

89-100 Seluruhnya

60-88 Sebagian Besar

41-59 Sebagian

12-40 Sebagian Kecil

<12 Amat Kecil

(54)

44 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dikemukakan hasil beserta pembahasan dari penelitian tentang identifikasi penyebab siswa tidak disiplin di SMA Negeri 10 Kota Jambi. Berdasarkan verifikasi terhadap data penelitian yang diperoleh dari hasil pengadministrasian instrumen penelitian, maka diketahui bahwa semua data yang telah diperoleh layak untuk dianalisis, yaitu dengan seluruh sampel yang berjumlah 56 orang.

A. Deskripsi Data

Sub bab deskripsi data dalam penelitian ini menampilkan hasil perolehan dari data penelitian meliputi frekuensi dan persentase yang diperoleh dari jawaban responden penelitian secara keseluruhan dan pada masing-masing indikator penyebab siswa tidak disiplin dalam menaati tata tertib sekolah yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil analisis yang diperoleh sebagai berikut.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban Responden No

Item

Jawaban

Bobot %

Ya % Tidak %

1 44 78,6 12 21,4 12 21,4

2 47 83,9 9 16,1 9 16,1

3 13 23,2 43 76,8 13 23,2

4 34 60,7 22 39,3 34 60,7

5 17 30,4 39 69,6 39 69,6

6 54 96,4 2 3,6 2 3,6

7 41 73,2 15 26,8 41 73,2

8 40 71,4 16 28,6 16 28,6

(55)

45

9 51 91,1 5 8,9 5 8,9

10 5 8,9 51 91,1 5 8,9

11 5 8,9 51 91,1 5 8,9

12 39 69,6 17 30,4 17 30,4

13 28 50 28 50 28 50

14 16 28,6 40 71,4 16 28,6

15 2 3,6 54 96,4 2 3,6

16 13 23,2 43 76,8 43 76,8

17 8 14,3 48 85,7 8 14,3

18 8 14,3 48 85,7 8 14,3

19 55 98,2 1 1,8 1 1,8

20 55 98,2 1 1,8 1 1,8

21 22 39,3 34 60,7 22 39,3

22 46 82,1 10 17,9 10 17,9

23 49 87,5 7 12,5 7 12,5

24 15 26,8 41 73,2 15 26,8

25 15 26,8 41 73,2 15 26,8

26 54 96,4 2 3,6 2 3,6

27 7 12,5 49 87,5 7 12,5

28 9 16,1 47 83,9 9 16,1

29 55 98,2 1 1,8 1 1,8

30 7 12,5 49 87,5 49 87,5

31 54 96,4 2 3,6 54 96,4

32 33 58,9 23 41,1 33 58,9

33 49 87,5 7 12,5 7 12,5

34 15 26,8 41 73,2 15 26,8

35 11 19,6 45 80,4 11 19,6

36 2 3,6 54 96,4 2 3,6

37 4 7,1 52 92,9 4 7,1

38 50 89,3 6 10,7 6 10,7

39 37 66,1 19 33,9 19 33,9

40 41 73,2 15 26,8 41 73,2

41 34 60,7 22 39,3 22 39,3

42 56 100 0 0 0 0

43 38 67,9 18 32,1 18 32,1

44 10 17,9 46 82,1 46 82,1

45 21 37,5 35 62,5 21 37,5

Jumlah 1309 51,9 1211 48,1 741 29,4

Berdasarkan data pada tabel distribusi dan frekuensi jawaban

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian permasalahan ini diperkuat dengan hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru matematika di MTsS Lam Ujong Aceh Besar yang berkaitan dengan kemampuan

[r]

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan berbicara melalui media modified flipchart pada anak usia 3-4 tahun di PAUD Plus

Oleh sebab itu pelajar perlu memantapkan terlebih dahulu pengetahuan mereka dalam bahasa yang dipelajari supaya kesilapan kecil dapat dielakkan.Perbezaan makna dan fungsi kata

ilmu pengetahuan secara mendasar dan bersifat umum pada informasi yang.

Asal-usul penyebaran kapak persegi melalui suatu migrasi bangsa Asia ke Indonesia. Nama kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar penampang lintangnya yang

RS Karya Medika II sebagal Rumah Sakit yang mengemban Visi menjadi pilihan utama dalam pelayanan kesehatan yang unggulan dengan misi menyediakan pelayanan pasien

Penulis merancang setting naskah Kura- kura dan Bekicot berada dalam sebuah rumah tua yang bertingkat yang sudah tidak dihuni akibat perang dunia ke dua,