• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kepemimpinan Kepala Sekolah 1. Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan secara harfiah berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan ke-pemimpinannya. Menurut Wahjosumidjo (2005: 17) kepemimpinan di terjemahkan kedalam istilah sifat- sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola- pola, interaksi, hubungan kerja sama antarperan, kedudukan dari satu jabatan administratif, dan persuasif, dan persepsi dari lain- lain tentang legitimasi pengaruh. Miftah Thoha (2010: 9) kepemimpinan adalah kegiatan untuk memengaruhi perilaku orang lain, atau seni memengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut.

Menurut C. Turney (1992) dalam Martinis Yamin dan Maisah (2010: 74) mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu group proses yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola dan menginspirasikan sejumlah pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi melalui aplikasi teknik- teknik manajemen.

George R. Terry (Miftah Thoha, 2010: 5) mengartikan bahwa Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki

(2)

kelompok dan budayanya. A. Dale Timple (2000: 58) mengartikan Kepemimpinan adalah proses pengaruh sosial di dalam mana manajer mencari keikutsertaan sukarela dari bawahan dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Dengan kepemimpinan yang dilakukan seorang pemimpin juga menggambarkan arah dan tujuan yang akan dicapai dari sebuah organisasi. Sehingga dapat dikatakan kepemimpinan sangat berpengaruh bagi nama besar organisasi.

Menurut Sudarwan Danim (2004: 56) kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok yang tergabung di dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 12 Martinis Yamin dan Maisah (2010: 74) kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola anggota kelompoknya untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan merupakan bentuk strategi atau teori memimpin yang tentunya dilakukan oleh orang yang biasa kita sebut sebagai pemimpin. Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan. Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan. Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Secara sederhana pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu. Menurut Kartini Kartono (2003: 48) mengemukakan kepemimpinan sebagai berikut:

Kepemimpinan itu sifatnya spesifik, khas, diperlukan bagi situasi khusus. Sebab dalam satu kelompok yang melakukan aktivitasaktivitas tertentu, dan punya tujuan serta peralatan khusus, pemimpin kelompok dengan ciri- ciri karakteristiknya itu merupakan fungsi dari situasi khusus

(3)

tadi. Jelasnya sifat-sifat utama dari pemimpin dan kepemimpinannya harus sesuai dan bisa diterima oleh kelompoknya, juga bersangkutan, serta cocok-pas dengan situasi dan zamannya.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan kepemimpinan merupakan cara seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahan dengan karakteristik tententu sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Faktor keberhasilan seorang pemimpin salah satunya tergantung dengan teknik kepemimpinan yang dilakukan dalam menciptakan situasi sehingga menyebabkan orang yang dipimpinnya timbul kesadarannya untuk melaksanakan apa yang dikehendaki. Dengan kata lain, efektif atau tidaknya seorang pemimpin tergantung dari bagaimana kemampuannya dalam mengelola dan menerapkan pola kepemimpinannya sesuai dengan situasi dan kondisi organisasi tersebut.

Dalam kehidupan modern ini, betapa pentingnya organisasi bagi manusia. Manusia lahir, hidup dan bekerja tak dapat terlepas dari organisasi. Pandangan modern bagi organisasi tentu saja memberi pengaruh terhadap keberadaan pemimpin. Pandangan ini pula mengemukakan kualitas kepemimpinan untuk memenuhi tantangan organisasi yang kompleks.

Kepemimpinan muncul bersamaan dengan adanya peradaban manusia, yaitu sejak zaman nenek moyang manusia. Mereka berkumpul bersama-sama untuk mempertahankan hidupnya menentang kebuasan binatang dan alam sekitarnya. Sejak itulah lahir unsur kepemimpinan melalui adanya kerja sama antar manusia (Kartini kartono, 1992 : 32).

Pembahasan mengenai kepemiminan dilihat dari berbagai pendapat ahli yaitu, menurut Kartini kartono (1998 : 10) dalam bukunya pemimpin dan kepemimpinan mengatakan, “ kepemimpinan merupakan intti dari organisasi dan inti dari manajemen”. Kepemimpinan berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk mengajak, mempengaruhi orang lain guna memalukan sesuatu, demi pencapaian tujuan tertentu.

Menurut Ngalim Purwanto ( 2008 : 26 ) dalam bukunya Administrasi dan Supervisi Pendidikan dinyatakan bahwa kepemimpinan

(4)

adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat- kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam menyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, gembira serta tidak ada keterpaksaan.

Menurut Rahman dan Kawan-kawan ( 104 : 2005) dalam bukunya Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan menyatakan bahwa Kepemimpinan merupakan kegiatan mempengaruhi aktifitas individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.

2. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah

ada sebuah pendekatan yang digunakan untuk memahami suksesnya kepemimpinan, salah atunya dengan memusatkan perhatian pada apa yang dilakukan seorang pemimpin. istilah gaya atau type kepemimpinan sering dijumpai dalamkehidupan sehari-hari baik dalam bentuk organisasi formal maupun informal.

Suatu tempat dimana ada interaksi manusia disana ada kepemimpinan. Dalam interaksi tersebut terdapat seseorang atau beberapa orang individu yang mempunyai pengaruh terhadap orang lain sehingga berperilaku sesuai kehendaknya. Target kepemimpinan menghasilkan kepatuhan dari yang dipimpin, tetapi kepatuhan itu mempunyai berbagai alasan seseorang bisa patuh terhadap pimpinan. Seseorang bisa patuh terhadap pimpinan karena faktor kebutuhan social atau karena nilai – nilai yang ada dalam diri pemimpin cocok dengan nilai yang internal yang ada dalam dirinya. Dari berbagai unsur esensial tentang kepemimpinan tersebut maka peneliti berkonsentrasi pada gaya kepemimpinan dalam menjalankan fungsinya dan aktualisasi fungsi kepemimpinan mencerminkan gaya kepemimpinan. Ada banyak pendapat dari beberapa ahli tentang gaya dan tipe kepemimpinan.

Adapun menurut Ngalim Purwanto ( 2008 : 48 ) dalam bukunya Administrasi dan Supervisi Pendidikan menyebutkan ada tiga gaya pokok kepemimpinan, yaitu :

(5)

a. Kepemimpinan Otokratis

Kepemimpinan otokratis pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota kelompoknya. baginya memimpin adalah mengerakan atau memaksa kelompok. penafsirannya adalah sebagai pemimpin adalah menunjukan dan memberi perintah dan kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankan tidak boleh membantah ataupun mengajukan saran.

Pemimpin seperti ini tidak menghendaki rapat dan musyawarah dalam tindakan dan perbuatannya ia tidak dapat diganggu gugat. supervisi bagi pemimpin yang otokratis adalah mengontrol, apakah segala perintah yang telah diberikan itu ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya.

b. Kepemimpinan Laissez Faire

Tipe dapat diartikan sebagai membiarkan orang-orang berbuat sekehendaknya. pemimpin seperti ini sama sekali tidak memberikan kontrol terhadap pekerjaan anggotanya. pembagian tugas dan kerjasama diserahkan kepada anggota kelompok , tanpa petunjuk atau saran dan pimpinan. kekuasan dan tanggu jawab simpang siur, berserakan diantara anggota kelompok.

tipe kepemimpina seperti ini biasanya struktur organisasinya tidak jelas dan kabur. segala kegiatan dilakukan tanpa rencana yang terarah dan tanpa pengawasan dari pimpinan.

c. Kepemimpinan Demokratis

Dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, maka akan berlangsung aktivitas kepemimpinan. Apabila aktivitas tersebut dipila-pilah, maka akan terlihat gaya kepemimpinan dengan polanya masing-masing. Gaya kepemimpinan tersebut merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe kepemimpinan. Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar pertama, gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan pelaksanaan tugas. Kedua, gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hubungan kerja sama. Dan ketiga, gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang dicapai .

(6)

3. Fungsi Kepemimpinan kepala sekolah

Fungsi kepemimpinan berkaitan langsung dengan gejala sosial dalam kehidupan organisasi, karena harus diwujudkan dalam interaksi antara individu di dalam situasi sosial suatu organisasi. Fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi, yaitu: dimensi yang berkaitan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dan dimensi yang berkaitan dengan tingkat dukungan.

Dalam pengembangan lembaga pendidikan, terdapat dua fungsi kepemimpinan pendidikan, yaitu:

a. Mengusahakan keefektifan organisasi pendidikan.

b. Mengusahakan lembaga pendidikan/ sekolah berhasil (successful school).

Kepemimpinan pendidikan sangat erat kaitannya dengan manajemen pendidikan. Menurut G.R Terry berpendapat bahwa fungsi-fungsi manajemen meliputi:

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah proses kegiatan menyiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut pendapat Koontz menyatakan bahwa, “Planning is decisionmaking: it involves seleting the courses of action that a company or other enterprise, and every department of it, will follow”. Berarti perencanaan adalah pengambilan keputusan yang meliputi seluruh kegiatan yang akan dilakukan oleh organisasi.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian merupakan lanjutan dari perencanaan. Pengorganisasian bisa disebut sebagai “urat nadi” bagi seluruh organisasi baik dilingkungan sekolah maupun lembaga lainnya. c. Penggerakkan (Actuating) Penggerakkan merupakan praktek dari apa yang sudah direncanakan yang didalamnya disertai dengan kegiatan pengorganisasian.

(7)

c. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan merupakan sebuah pengamatan untuk melihat bahwa semua kegiatan sesuai dengan yang telah direncanakan. Selain memiliki fungsi diatas Kepala sekolah juga memiliki tugas yang sangat urgent, yaitu:

Kepala Sekolah Sebagai Pejabat Formal Kepala sekolah merupakan jabatan bagi seorang pemimpin di sekolah yang tidak bisa diisi oleh siapapun tanpa didasarkan atas berbagai pertimbangan. Jadi, siapapun yang akan diangkat menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui prosedur serta berbagai persyaratan seperti: latar belakang pendidikan, pengalaman, usia, pangkat serta intergritas.

Kepala Sekolah Sebagai Manajer Kepala sekolah pada hakikatnya adalah seorang perencana, organisator, pemimpin, dan seorang pengendali. Menurut Stoner ada delapan macam fungsi seorang manajer yang perlu dilaksanakan dalam suatu organisasi, yaitu bahwa para manajer:

a. Bekerja dengan, dan melalui orang lain;

b. Bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan;

c. Dengan waktu dan sumber yang terbatas mampu menghadapi barbagai persoalan;

d. Berpikir secara realistik dan konseptual; e. Adalah juru penengah;

f. Adalah seorang politisi; g. Adalah seorang diplomat; dan

h. Pengambil keputusan yang sulit. Berdasarkan penjelasan diatas bahwa kepala sekolah bertugas sebagai manajer yaitu kepala sekolah dituntut untuk bisa mengatur segala sesuatu yang yang berhubungan dengan sekolah.

4. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin

Peranan kepemimpinan di dijelaskan olah H.G. Hicks dan C.R. Gulletdi dalam bukunya yang berjudul Organization Theory and Behavior. Menurut Hick delapan rangkaian peranan kepemimpinan (leadership

(8)

fuctions), yaitu adil, memberikan sugesti, mendukung tercapaianyatujuan, sebagai katalisator, menciptakan rasa aman, sebagai wakil organisasi, sumber inspirasi, dan yang terakhir bersedia menghargai. Kepala sekolah diharapkan bisa membuat organisasi yang dipimpinnya sebagai sarana bersosialisasi yang menyenangkan bagi anggotanya dan menjadi tempat untuk berinteraksi serta beraktualisasi diri bagi anggotanya.

5. Kepala Sekolah Sebagai Pendidik

Yang perlu diperhatikan oleh setiap kepala sekolah terhadap peranannya sebagai seorang pendidik, mencakup dua hal pokok, yaitu sasaran atau kepada siapa perilaku sebagai pendidik diarahkan, sedang yang kedua, yaitu bagaimana peranan sebagai pendidik dilaksanakan.8 Kepala sekolah juga bertugas sebagai pendidik seperti guru padaumumnya. Kepala sekolah juga mengajar siswa/i disekolah seperti guru-guruyang ada di sekolah.

6. Kepala Sekolah Sebagai Staf

Kepala sekolah berperan sebagai staf, dikarenakan keberadaan kepala sekolah di dalam lingkungan organisasi yang lebih luas atau luar sekolah berada di bawah kepemimpinan pejabat lain, baik langsung maupun tidak langsung (subordinated), yang berperan sebagai atasan Kepala Sekolah.

7. Syarat Menjadi Kepala Sekolah

Kepala sekolah merupakan pemimpin tertinggi di sekolah. Dimana kepemimpinannya akan mempengaruhi dan bahkan sangat menentukan kemajuan sekolah. Oleh karena itu, dalam pendidikan modern kepemimpinan kepala sekolah merupakan jabatan strategus dalam mencapai tujuan pedidikan. Menurut Koontz (Wahjosumidjo, 2002: 104), kepemimpinan merupakan satu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan, oleh karena itu kemampuan seorang pemimpin yang efektif merupakan kunci sebagai pemimpin yang efektif.

Sehingga tidak sembarangan orang dapat menjadi kepala sekolah. Karena untuk menjadi seorang kepala sekolah harus memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti ijazah yang digunakan sebagai syarat formaml, kemudian

(9)

pengalaman mengajar dan usia maksimal. Kepala sekkolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga pendidikan dan pendayagunaan serta pemeliharan sarana dan perasarana pendidikan.

Kualifikasi sebagai seorang kepala Sekolah Dasar atau Madrasah yang diangkat sebagai kepala sekolah terdiri dari dua kualifikasi. Menurut peraturan menteri pendidikan nasional, Nomor 13, Tahun 2007, Tanggal 17 April 2007. Kedua kualifikasi itu adalah umum dan kualifikasi khusus. a. Kualifikasi umum Kepala Sekolah Dasar/Madrasah, yaitu:

1) Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau Diploma empat (D-IV), kependidikan atau nonkependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi.

2) Pada waktu diangkat sebagai Kepala Sekolah berusia setinggi-tingginya 56 Tahun.

3) Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 Tahun, menurut jenjang sekolah masing-masing, kecuali di Taman Kanak-Kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA), memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 Tahun di TK/RA.

4) Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS), dan bagi non-PNS disertakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.

b. Kualifikasi khusus Kepala Sekolah Dasar/Madrasah, yaitu:; 1) Berstatus sebagai guru SD/MI.

2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SD/MI

3) Memiliki sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan pemerintah.

8. Syarat-Syarat Pemimpin

Untuk menjadi seorang pemimpin tentu harus berbeda dengan bawahannya. Kepemimpinan akan efektig apabila seorang pemimppin dilengkapi dengan syarat-syarat tententu yang tidak dimiliki oleh anggota

(10)

kelompok. Persyaratan tersebut diakui keberadaanya oleh anggota kelompok. Menurut (Kartini Kartono, 2005: 36), ada 3 syarat penting dalam konsepsi kepemimpinan dan harus dimiliki oleh setiap pemimpin, yaitu:

a. Kekuasaan, yaitu otoritasi dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin untuk mempengaruhi dan mengerakan bawahan untuk berbuat sesuatu dala rangka penyelesaian tugas tertentu.

b. Kewibawaan yaitu merupakan kaunggulan, kelebihan, keutamaan sehingga pemimpin mampu mengatur orang lain patuh kepadanya. c. Kemampuan, yaitu sunber daya kekuatan, kesanggupan dan kecakapn

secara teknis maupun sosial, yang melebihi anggota biasa.

Sedangkan menurut pendapat Sudarwan Danim (2008: 205-206), pemimpin setidaknya harus memiliki persyaratan sebagai berikut:

a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. b. Memiliki inteligensi yang tinggi.

c. Memiliki fisik yang kuat. d. Berpengetahuan luas. e. Percaya diri

f. Dapat menjadi anggota kelompok. g. Adil dan bijaksana.

h. Tegas dan berinisiatif.

i. Berkapasitas membuat keputusan. j. Memiliki kestabilan emosi. k. Sehat jasmani dan rohani. l. Bersifat prospektif.

Sedangkan persyaratn sebagai seorang pemimpin telah dijelaskan kembali lebih rinci oleh (Tati Rosmiati dan Dedy Achmad Kurniady, 2011: 123), yang mengemukakan persyaratan keperibadian sebagai seorang pemimpin yang baik. Persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:

(11)

b. Bersifat suka menolong.

c. Sabar dan memiliki kesetabilan emosi. d. Percaya kepada diri sendiri.

e. Jujur, adil dan dapat dipercaya. f. Keahlian dalam jabatan.

Sementara menurut Elsbree dan Reutter (Ngalim Prwanto, 2005: 53), mengemmukakan syarat0syarat sebagai seorang pemimpin yang baik harus memiliki, sebagai berikut:

a. Sifat-sifat personal dan sosial yang baik. b. Kecakapan intelektual.

c. Latar belakan pengetahuan yang sesuai. d. Filsafat pendidikan dan bimbingan.

e. Kecakapan dan dikap terhadap pengajar dan teknik-teknik mengajar. f. Pengalaman profesional dan non profesional.

g. Potensi untuk mengembangkan profesi. h. Kesehatan fisik dan mental.

Berdasarkan uraian beberapa syarat kepemimpinan di atas maka dapat disimpulkan faktor keberhasilan seorang pemimpin dan memimpin suatu organisasi tidak hanya dia mampu mengarahkan bawahannya saja tetapi pemimpin tersebut harus lebih memiliki sikap bijaksana, mahir dalam manajemen, mempunyai jiwa sosial yang tinggi serta memiliki keterampilan, dengan demikian pemimpin akan berhasil dalam membawa kemajuan untuk organisasinya. Karena itu semua pemimpin tidak akan pernah berhasil dalam menjalankan organisasi.

9. Sifat-Sifat Pemimpin

Dalam upaya untuk menilai sukses atau gagalnya pemimpin itu antara lain dilakukan dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas/mutu perilakunya, yang dapat dipakai sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya, George R. Terry (Susilo Martoyo, 1994: 173-174), mengemukakan 8 sifat seorang pemimpin, antara lain:

(12)

a. Penuh energi

Dalam mencapai kepemimpinan yang baik memang diperlukan energi yang baik pula, baik jasmani maupun rohani. Dimana seorang pemimpin harus sanggup bekerja dalam waktu yang tidak tentu, ketika sewaktu-waktu tenaganya diperlukan maka dia harus sanggup untuk melaksanakan tugasnya sebagai seorang pemimpin.

b. Memiliki stabilitas emosi

Seorang pemimpin yang efektif harus dapat menghilangkan rasa kecurigaan atau berfikir jelek terhadap bawahannya dan tidak boleh cepat emosii. Sebaliknya pemimpin harus dapat tegas, konsekuen dan konsisten dalam menentukan tindakan terhadap bawahannya.

c. Memiliki pengetahuan tentang hubungan antara manusia

Seorang pemimppin harus mengetahui benar tentang sifat-sifat seorang manusia atau bawahannya, sehingga seorang pemimpin dapat memberikan atau tindakan terhadap bawahannya.

d. Motivasi pribadi

Seorang pemimpin harus memiliki dorongan dan motivasi yang tinggi dari dalam dirinya sendiri, bukan karena paksaan dari luar dirinya. e. Kemahiran mengadakan komunikasi

Seorang pemimpin harus mampu mengutarakan gagasan baik secara lisan maupun tulisan, hal ini berguna untuk mendorong kemajuan bawahannya serta memberikan atau menerima informasi bagi kemajuan organisasi dan kepentingan bersama.

f. Kecakapan mengajar

Pemimpin harus mampu memberikan petunjuk-petunjuk atau mengoreksi kesalahan-kesalahan yang terjadi,memberikan maupun menerima saran-saran dari bawahannya.

g. Kecakapan sosial

Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan dalam bekerja sama dengan orang-orang yang memiliki sifat-sifat yang beragam,

(13)

sehingga mereka benar-benar dengan penuh kemauan dan kesetiaan dibawah kepemimpinannya.

h. Kemampuan teknis

Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan teknis yang dapat berguna bagi seorang pemimpin untuk lebih mudah mengadakan koreksi bila terjadi suatu kesalahan pelaksanaan tugas dari bawahannya.

Sedangkan menurut Ordway Tead (Ngalim Purwanto, 2005: 53), mengemukakan sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin sebagai berikut:

a. Berbadan sehat, kuat dan penuh energi. b. Yakin akakn maksud dan tujuan organisasi. c. Selalu bergairah.

d. Bersifat ramah tamah. e. Mempunyai keteguhan hati. f. Unggul dalam teknik bekerja. g. Sanggup bertindak tegas. h. Memiliki kecerdasan. i. Pandai mengajari bawahan. j. Percaya pada diri sendiri.

Kesimpulan dari pendapat di atas bahwa untuk menjadi seorang pemimpin diperlukan sifat-sifat kepemimpinan dimana seorang pemimpin harus memiliki energi dan jasmani yang sehat, stabilitas emosi, pegetahuan tentang hubungan antara manusia, motivasi pribadi, kemahiran mengadakan komunikasi, kecakapan mengajar, kecakapan sosial, serta mampu membuat teknis. Sehingga apa yang dibutuhkan oleh organisasi dapat terlihat oleh pemimpin dengan demikian tujuan organisasi dapat tercapai.

10. Ciri Seorang Pemimpin yang Baik

Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik tentu bukanlah perkara yang mudah. Karena seorang pemimpin mempunyai tugas yang berat. Namun banyak orang yang menginginkan menjadi seorang pemimpin yang

(14)

baik. Kriteria untuk bisa dikatakan atau disebut menjadi pemimpin yang baik harus memperlihatkan ciri-ciri seprang pemimpin yang baik. Ciri-ciri untuk menjadi seorang pemimpin yang baik diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Adaptif terhadap situasi.

b. Waspada terhadap lingkungan sosial. c. Ambisius dan berorientasi pada pencapaian. d. Tegas.

e. Kerjasama atau kopersasi. f. Menentukan.

g. Diandalkakn.

h. Dominan atau berkeinginan dan berkekuatan untuk mempengaruhi orang lain.

i. Energik atau tampil dengan aktivitas tinggi. j. Presisten.

k. Percaya diri.

l. Bersedia untuk memikul taggung jawab. B. Kinerja Guru

1. Pengertian Kinerja Guru

Kinerja merupakan terjemahan dari kata performance (bahasa Inggris) yang berarti pekerjaan, perbuatan. Menurut Ruky dalam Supardi kata performance memberikan tiga arti yaitu:

a. Prestasi seperti dalam konteks atau kalimat “high performance car” atau mobil yang sangat cepat.

b. Pertunjukan, seperti dalam konteks atau kalimat “ Folk dance performance” atau pertunjukan tari-tarian rakyat.

c. Pelaksanaan tugas, seperti dalam konteks atau kalimat “in performing his/her duties” atau dalam pelaksanaan kewajibannya. Kinerja dalam arti di atas dimaksudkan sebagai prestasi kerja. Hasil kerja seseorang dalam periode tertentu jika dibandingkan dengan sasaran, standar yang telah ditentukan dan telah disepakati bersama.

(15)

Bila diaplikasikan dalam lembaga pendidikan kinerja mengandung makna hasil kerja, kemampuan atau prestasi, dorongan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Kinerja merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk melaksanakan, menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan harapan dan tujuan yang telah ditetapkan.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, Kinerja adalah hasil kerja yang telah dicapai oleh seseorang dalam suatu organesasi untuk mencapai tujuan berdasarkan atas standarisasi atau ukuran dan waktu yang disesuaikan dengan jenis pekerjaannya dan sesuai dengan norma dan etika yang telah ditetapkan. Sedang indikator kinerja guru dalam pelaksanaan tugasnya terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, penilaian/evaluasi, hubungan dengan siswa, program pengayaan dan program remedial .

Bernardin dan Russel berpendapat “performance is defined as the record of outcome produced on a specified job function or activity during time period“. Kinerja atau prestasi adalah catatan tentang hasil- hasil yang diperoleh dari fungsifungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu tertentu. Smith dalam Mulyasa menyatakan bahwa Kinerja adalah: output drive from processes, human or otherwise. Prestasi atau kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. Selanjutnya Mulyasa mengatakan bahwa kinerja atau performance dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil hasil kerja.

Berkaitan dengan kinerja guru, Leo Anglin berpendapat “Your success will depend upon your flexibility and your ability to view teaching as an everchanging 40 process that reflects the society in which it occurs”. Maksudnya, kesuksesan kinerja guru tergantung pada keluwesan dan kecerdikan pandangan dalam mengajar sebagaimana terjadinya proses perpindahan yang terjadi dalam masyarakat. Selanjutnya Leo berkata “A social system is no doubt, infinitely more complex than a simple mechanical system, but it does follow the some principle , in other words, a change in one of the units affecs not only the other units but the performance of the entire system”. Maksudnya, sistem sosial itu ragu dan

(16)

tidak ditetapkan, tetapi mengikuti sistem ilmu mekanik (mesin yang berlaku), juga tidak mengikuti satu unit sistem tetapi mengikuti beberapa sistem. Menurut Teori Gibson dalam Supardi bahwa kinerja guru dipengaruhi oleh tiga kelompok variabel yaitu variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologi. Dalam kaitan dengan penelitian ini variabel individu meliputi: kemampuan dan keterampilan mental fisik (dalam hal ini kemampuan dan keterampilan dalam memahami kurikulum), latar belakang (keluarga, tingkat sosial dan pengalaman), demografis (umur, etnis dan jenis kelamin). Variabel organisasi meliputi: sumber daya, kepemimpinan (dalam hal ini pemberian layanan supervisi), imbalan struktur dan desain pekerjaaan (variabel-variabel ini akan mempengaruhi dan menciptakan iklim kerja). Variabel psikologi meliputi: persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi, kepuasan dan Menurut Donni Juni Priansa bahwa Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai guru di sekolah dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Sekolah merupakan jaringan budaya yang dapat menjadi ukuran dari semua panutan budaya yang ada di sekelilingnya. Sebagaimana pendapat Leo “Schools, in crarrying out their transmitter of the culture role can be viewed as a barometer that reflect thecomplexcity of the surrounding culture”.

Kinerja guru merupakan perwujudan dari kemampuan dalam bentuk karya nyata, hasil kerja dan tanggung jawab dalam menjalankan amanah, profesi yang diembannya, serta moral yang dimilikinya. Suprihanto, dalam Supardi, menjelaskan, bahwa Kinerja adalah hasil kerja seseorang dalam suatu periode tertentu yang dibandingkan dengan beberapa kemungkinan, misalnya standar target, sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu. Robbins dalam Supardi berpendapat lain mengenai kinerja, Kinerja merupakan fungsi dari interaksi antara ability (kemampuan dasar) dengan motivasi, teori tersebut menunjukkan orang yang mempunyai kemampuan dasar yang tinggi, tetapi memiliki motivasi yang rendah akan menghasilkan kinerja yang rendah, demikian pula apabila orang yang memiliki motivasi tinggi tetapi kemampuan rendah

(17)

maka akan menghasilkan kinerja rendah. Seseorang dengan kinerja tinggi di samping memiliki kemampuan dasar yang tinggi juga harus memiliki motivasi yang tinggi. Motivasi dapat diartikan sebagai suatu usaha yang menimbulkan dorongan untuk melakukan suatu tugas. Konsep penting dari teori di atas adalah bahwa untuk mengungkap dan mengukur kinerja guru dapat dilakukan dengan menelaah kemampuan dasar guru atau pelaksanaan kompetensi dasar guru atau memotivasinya dalam bekerja.

Dari beberapa konsep teori kinerja di atas adalah bahwa untuk mengungkap dan mengukur kinerja dengan menelaah kemampuan dasar guru atau pelaksanaan kompetensi dasar dalam bekerja. Kinerja guru merupakan prestasi seorang guru yang diukur melalui standar yang telah ditentukan dan telah disepakati bersama ataupun kemungkinan - kemungkinan lain dalam suatu rencana pembelajaran yang sudah distandarisasikan melalui silabus berdasarkan ketetapan yang baku. Mutis, dalam Supardi berpendapat bahwa kinerja dapat diidentifikasi dari beberapa sudut diantaranya: (1). Perusahaan harus dapat menghasilkan barang atau jasa yang semangkin meningkat.(2). Pelayanan kepada konsumen makin cepat dan makin efesien, (3). Penekanan biaya produksi sehingga harga pokok penjualan dapat stabil sehingga dapat dirasakan oleh seluruh konsumen, (4). Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan para pekerja agar dapat berinovasi dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang selalu berubah dengan dinamika dan tuntutan zaman. Jika dilaksanakan dalam institusi/lembaga pendidikan, pendapat di atas / kinerja guru adalah sebagai prestasi kerja dalam melaksanakan program pendidikan yang harus mampu menghasilkan lulusan/output yang semakin meningkat kualitasnya, mampu menunjukkan kepada masyarakat berupa pelayanan yang baik, biaya yang ditanggung konsumen atau masyarakat yang menitipkan anaknya terjangkau dan tidak memberatkan, pelaksana tugas semakin baik dan berkembang serta mampu mengikuti dinamika kebutuhan masyarakat yang selalu berubah sesuai dengan kemajuan dan tuntutan zaman.

(18)

Kinerja guru menurut Drucker (Sukarno Andhy Yahya, 2013: 9), adalah tingkat prestasi atau hasil nata yang dicapai dipergunakan untuk memperoleh suatu hasil yang positif. Menurut Whitmore (Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, 2012: 59), mengemukakan kinerja adalah “pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut oleh seseorang”. Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecapakan, pengalaman, kesungguhan dan waktu. (Hasibuan, 1997: 82). Lebih lanjut, Hasibuan mengungkapkan bahwa kinerja merupakan gabungan tiga faktor penting yaitu kemampuan dan monat pekerja, kemapuan serta penerimaan atas penjelasan delegasi tugas dan peran serta pekerja.

Mangkunegara (2001: 32), mengatakan kinerja dapat didefinisikan sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya, sedangkan menurut Mc Daniel (Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, 2012: 62), berpendapat bahwa kinerja adalah “interaksi antara kemampuan seseorang dan motivasinya”.

Berdasarkan definisi kinerja yang dikemukakan oleh beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja atas prestasi yang dicapai oleh seseorang, yamg dinilai berdasarkan kualitas dan kuantitasnya, sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya yang dibebankana kepadanya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dengan demikian, kinerja guru berarti adalah hasil yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas dalam pembelajaran yang dibebankan kepadanya yang dilihat melalui kegiatan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajran, pelaksanaan penilaian pembelajaran, dan tidak lanjut hasil penilaian.

Menurut Mathis dan Jackson, ada beberapa faktor yang memengaruhi kinerja, yaitu:

a. Kemampuan.

Kemampuan pada dasarnya merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan

(19)

kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.

b. Motivasi.

Motivasi kerja merupakan dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang, baik yang berasal dari dalam dan luar dirinya untuk melakukan suatu pekerjaan dengan semangat tinggi menggunakan semua kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya yang bertujuan untuk mendapatkan hasil kerja sehingga mencapai kepuasan sesuai dengan keinginannya. Untuk dapat memberikan hasil kerja yang berkualitas dan berkuantitas maka seorang pegawai/ guru membutuhkan motivasi kerja dalam dirinya yang akan berpengaruh terhadap semangat kerjanya sehingga meningkatkan kinerjanya. c. Dukungan yang diterima. Perasaan positif, menyukai, kepercayaan, dan perhatian dari orang lain yaitu orang yang berarti dalam kehidupan individu yang bersangkutan, pengakuan, kepercayaan seseorang dan bantuan langsung dalam bentuk tertentu.

c. Keberadaan pekerjaan yang dilakukan.

Dalam hal ini terkait dengan tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan, yaitu kesanggupan seorang pegawai dalam menjalankan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan baik, tepat waktu serta berani mengambil risiko untuk keputusan yang dibuat atau yang dilakukan.

d. Hubungan dengan organisasi.

Dalam hal ini terkait dengan sejauh mana tekad dan kesanggupan seorang pegawai dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, mentaati, melaksanakan, dan mengamalkan sesuatu yang dipatuhi dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Menurut Mulyasa, faktor-faktor yang dapat meningkatkan kinerja guru, yaitu: a. Dorongan untuk bekerja.

Bilamana seorang guru merasa bahwa minat atau perhatiannya seusai dengan jenis dan sifat pekerjaan yang dilakukan maka guru tersebut akan memiliki dorongan untuk kerja yang tinggi.

(20)

b. Tanggung jawab terhadap tugas.

Seseorang yang bertanggung jawab selalu memberikan yang terbaik dari apa yang dikerjakannya. Bekerja dengan penuh tanggung jawab berarti memperhatikan hal-hal yang kecil yang dapat membuat perbedaan dari hasil yang dikerjakan. Guru memiliki tugas dan tanggung jawab dalam meningkatkan pendidikan di sekolah. Guru dapat berperan serta dalam melaksanakan kegiatan di sekolah. Karena dengan adanya peran serta dari guru maka kegiatan sekolah dapat berjalan dengan lancer.

c. Minat terhadap tugas.

Minat merupakan rasa ketertarikan seorang guru untuk melakukan suatu hal yang diikuti oleh rasa senang sehingga akan menghasilkan kepuasan terhadap hasil yang dicapai. Semakin tinggi minat yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugas, semakin tinggi pula hasil yang dicapainya. Minat terhadap tugas merupakan rangkaian yang ada pada setiap guru dan minat itu hampir bisa dipastikan sebagai suatu kebutuhan. d. Penghargaan terhadap tugas. Agar seorang guru dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik, penuh semangat dan disiplin yang tinggi sesuai tuntutan kerja, maka perlu diberikan berbagai dukungan penghargaan, terutama penghargaan yang dapat menunjang dan mempermudah dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Bentuk dan jenis penghargaan yang perlu diberikan, antara lain peningkatan kesejahteraan, khususnya penyediaan kebutuhan fisik (sandang, pangan, dan papan); peningkatan profesionalisme; peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; memberikan perlindungan hukum dan rasa aman; peningkatan jenjang karir yang jelas; pemberian kebebasan dalam pengembangan karier dan dalam pelaksanaan tugas-tugasnya; pemberian kemudahan dalam menjalankan tugas.

(21)

Hal ini terkait dengan keberanian guru untuk bertindak sebagai pengemban program, untuk memasukkan bahan-bahan yang bersumber dari kehidupan sosial budaya di lingkungan sekolah dimana mereka berada. Hal ini dapat dilakukan apabila tercipta harmonisasi nilai orientasi pada tujuan dengan nilai orientasi pada proses belajar. Oleh karena itu pembinaan profesionalisme guru perlu dilakukan secara kontinyu dan berkesinambungan, disamping itu penghargaan terhadap kinerja guru harus diimbangi dengan pengembangan kesejahteraan guru.

e. Perhatian dari kepala sekolah.

Kemampuan manajerial kepala sekolah akan mempunyai peranan dalam meningkatkan kinerja guru. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan suatu pola kerjasama antara manusia yang saling melibatkan diri dalam satu unit kerja (kelembagaan). Dalam proses mencapai tujuan pendidikan, tidak bisa terlepas dari perhatian kepala sekolah terhadap warga sekolah agar tujuan pendidikan yang telah digariskan dapat tercapai.

f. Hubungan interpersonal dengan sesama guru.

Seorang guru memang harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik dan dalam hal ini kemampuan komunikasi interpersonal perlu dimiliki oleh seorang guru karena ini adalah faktor utama yang berdampak pada keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar.

g. MGMP dan KKG.

Kegiatan MGMP dan KKG, sebagai organisasi atau forum musyawarah guru mata pelajaran, yang dilaksanakan setiap bulan sekali dimana guru mata pelajaran aktif dalam kegiatan bersama, mempunyai network lokal, nasional dan internasional yang kuat. Mempunyai metode implementasi ide yang efektif, mengembangkan citra guru, mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan tuntutan zaman. Dalam kegiatan MGMP dan KKG, guru diharapkan mampu mengekspresikan pemikirannya, guru mempunyai kepribadian proaktif

(22)

untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengajar dan berkreasi dengan siswa Kelompok diskusi terbimbing. Dalam kelompok diskusi terbimbing akan terlihat adanya proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat saling tukar menukar pengalaman, maupun informasi, untuk memecahkan suatu masalah. Dalam kelompok diskusi terbimbing ini diharapkan dapat mempertinggi partisipasi guru secara individual dan mengembangkan rasa sosial antar sesama guru. j. Layanan perpustakaan. Perpustakaan berfungsi sebagai salah satu faktor yang mempercepat akselerasi transfer ilmu pengetahuan, oleh karena itu perpustakaan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem pendidikan suatu lembaga. Selain itu juga perpustakaan berfungsi sebagai sumber informasi, dan merupakan penunjang yang penting artinya bagi suatu riset ilmiah, sebagai bahan acuan atau referensi. Layanan di perpustakaan idealnya dapat lebih memikat, bersahabat, cepat, dan akurat, ini berarti orientasi pelayanan perpustakaan harus didasarkan pada kebutuhan pengguna, antisipasi perkembangan teknologi informasi dan pelayanan yang ramah, dengan kata lain menempatkan pengguna sebagai salah satu faktor penting yang mempengaruhi kebijakan pada suatu perpustakaan, kesan kaku pelayanan diperpustakaan harus dieliminir sehingga perpustakaan berkesan lebih manusiawi.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja guru pada dasarnya merupakan kinerja atau kerja yang dilakukan oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik. Kualitas seorang guru akan sangat menentukan hasil dari oendidik, karena guru merupakan pihak yang berhubungan langsung dengan para peserta didik dalam proses pendidikan atau pembelajaran dilembaga pendidikan sekolah.

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja dari seseorang, menurut Sumarno, (2009: 14), menyebutkan ada 3 faktor yang mempengarhi kinerja, yaitu:

(23)

a. Kemampuan, keperibadian dan minat kerja. Kemampuan merupakan kecakapan seseorang, seperti kecerdasan dan keterampilan. Kemampuan pekerja dapat mempengaruhi kinerja dalam berbagai cara. Misalnya dalam cara pengambilan keputusan, cara menginterprestasikan tugas dan cara penyelesaian tugas. Keperibadian adalah serangkaian ciri yang relatif mantap yang dipengaruhi oleh keturunan faktor sosial, kebudayaan dan lingkungan. Sedangkan minat merupakan suatu valensi atau sikap. b. Penjelasan dan penerimaan atas penjelasan peran seorang pekerja, yang

merupakan taraf pengertian dan penerimaan seorang individu atas tugas yang dibebankan kepadanya. Makin jelas pengertian pekerjaan mengenai persyaratan dan sasaran pekerjaanya, maka makin banyak energi yang dapat dikerahkan untuk kegiatan kearah tujuan.

c. Tingkat motivasi pekerja. Motivasi adalah daya energi yang mendorong, mengarahkan dan mempertahankan perilaku. Sehingga kinerja seseorang dapat lebih meningkat dengan adanya dorongan dari dalam dirinya yang dimiliki oleh seseorang tersebut sebagai modal dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

Kemudian menurut keputusan bersama Menteri Negata Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformas Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan angka kreditnya serta peraturan bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara, Nomor 14 Tahun 2010 dan Nomor 03/V/PB/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan angka kreditnya, sebagai berikut:

a. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

b. Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan guru dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran yang bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran, menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan penhayaan terhadap peserta didik.

(24)

c. Kegiatan bimbingan adalah kegiatan guru dalam menyusun rencana bimbingan, melaksanankan bimbingan, mengevaluasi proses dan hasil bimbingan, serta melakukan perbaikan tundak lanjut bimbingan dengan memanfaatkan hasil evaluasi.

3. Manajemen Kinerja Guru dalam Sistem Organisasi Sekolah

Menurut Robbins (Daman Hermawan dan Cepi Triatna, 2011: 69), menekankan bahwa organisasi merupakakn suatu sistem sosial yang perlu dikoordinasi dalam arti perlu manajemen. Menuurut Surya Dharma (2011: 25), manajemen kinerja adalah suatu cara untuk mendapatkan hasil yang lebih baik bagi organisasi, kelompok dan individu dengan memahami dan mengolah kinerja sesuai dengan target yang telah direncanakan, standar dan persyaratan kompetensi yang telah ditentukan.

Jadi manajemen kinerja guru dlam sistem organisasi sekolah merupakan usaha sistematis untuk mengolah kinerja guru dangan tujuan untuk meningkatkan kinerjanya baik secara individu maupun kelompok dan guna meningkatkan kinerja organisasi sekolah secara keseluruhan. Selain itu, manajemen kinerja guru dalam sekolah sangat mengutakamakan sistem komunikasi terbuka dalam relasi kemitraan antara kepala sekolah sebagai pemimpin dan para guru sebagai staff pendidik di sekolah. Dimana komunikasu tersebut dilaksanakan melalui kepemimpinan untuk menetapkan tujuan dari pendidik, rencana kerja, memberi umpan balik, penilaian kinerja serta pengembangan sekolah.

4. Indikator Kinerja

Kinerja personel dapat dinilai dengan indikator-indikator kinerja, untuk itu dikemukakan pendapat oleh Pramutadi (1995) dalam buku Panduan penyelenggaraan evaluasi Guru di Perguruan Tinggi, “indikator kinerja adalah pernyataan yang bersifat kuantitatif ataupun kualitatif yang menujukan kualitas atau mutu pencapaian tujuan.”

Kinerja guru dapat dilihat dari aspek kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru, yang dikenal dengan istilah Kompetensi Guru.

(25)

Departemen pendidikan dan kebudayaan (1980) telah merumuskan kemampuan-kemampuan dasar yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut :

a. Kemampuan personal, yang mencangkup :

1) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan.

2) Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dimiliki guru.

3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai anutan dan teladan bagi siswanya.

b. Kemampuan profesional, yang mencangkup : 1) Pengusaan materi pelajaran

2) Penguasaan landasan dan wawasan pendidikan dan keguruan 3) Penguasaan proses pendidikan, keguruan dan pembelajaran siswa. c. Kemampuan sosial, yang mencangkup :

1) Komunikasi secara evektif dengan peserta didik

2) Komunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga pendididkan

3) Komunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua atau wali peserta didik atau masyarakat sekitar.

Ketiga kemampuan ini sesunggunyaadalah modal dasar bagi para calon guru, dimulai dari diri sendiri yaitu segala sesuatu yang ada pada diri pribadi tersebut. Karena apapun yang diucapkan, dilakukan dan dikenakan seorang guru akan dianut bahkan dikikuti oleh para siswa. Kemampuan personal yang pokok pada pepbahasan ini adalah tentang kedisiplinan.

Sememtara kompetensi profesional ini jelas harus ada bahkan menjadi dasar seorang untuk menjadi seorang guru. Karena guru itu bukanlah suatu profesi yang bisa asal dilakukan, tetapi profesi yang menuntut keahlian dan ketrampilan khusus dibidang pendidikan. Kopetensi yang ketiga yaitu sosial, dengan kata lain bahwa seorang guru harus mampu berkomunikasi dengan orang-orang yang berada dalam

(26)

lingkungan kerjanya dalam hal ini yaitu : peserta didik, sesama guru dan staf serta orang tua murid dan masyarakat sekitar.

Selain ketiga kemampuan dasar yang dirumuskan oleh Depdikbud diatas, ada kemampuam dasar yang harus dimiliki guru yaitu kemampuan pedagogik. Dalam UU Guru dan Dosen No 14 tahun 2005 dijelaskan bahwa yang dimaksud kemampuan pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.

Hadiwiratama (1989:8) dalam bukunya pengembangan mutu kejuruan di indonesia menyatakan bahwa kinerja guru dapat ditingkatkan melalui aktifitas lima aktifitas utama, yaitu :

a. Setiap guru harus mendapat porsi waku memadai dalam perrencanaan mengajar.

b. Persiapan guru untuk mengajar harus benar dikontrol agar benar-benar memiliki kesiapan untuk tampil dikelas.

c. Kepala sekolah harus melakukan pengawasan secara teratur untuk memahami apa yang terjadi dan memberikan pembinaan yang dipandang perlu untuk meningkatkan kemampuan guru mengajar dikelas.

d. Kepala sekolah harus selalu meningkatkan pengawasan untuk mendorong guru-guru agar terbiasa bekerja dalam disiplin yang tinggi, harir disekolah dan dikelas tepat waktu, dan terbiasa melakukan hal-hal yang baru untuk mengembangkan proses belajar mengajar dikelas. e. Kepala sekolah tidak segan memberikan hukuman bagi guru yang

kurang disiplin atau melalaikan tugasnya, sebaliknya kepala sekolah seharus nya memberikan penghargaan bagi guru yang kurang disiplin atau melalaikan tugasnya, sebaliknya kepala sekolah seharus nya memberikan penghargaan atau pujian untuk lebih mendorong dan memotifasi guru yang bersangkutan agar bergaul lebih baik lagi.

Kinerja guru dapat diperbaiki dan ditingkatkan, untuk itu harus ada pemahaman mengenai apa yang harus dicapai dengan menyatukan tujuan organisasi dengan tujuan individu. Seperti yang telah di uraikan diatas

(27)

bahwa dalam upayah peningkatan kinerja seorang guru tidak lepas dari pengawasan dan pembinaan kepala sekolah.

Menurut Rahman dan kawan-kawan ( 73-74:2005) dalam bukunya Peran Strategis Kelapa Sekolah dalam meningkatkan Mutu Pendidikan kriteria guru dapat dinilai dari aspek-aspek berikut :

a. Menguasai bahan atau materi pembelajaran, yang pada dasarnya berupa bahan bidang study kurikulum sekolah dan bahan penunjang bidang study.

b. Mengelola program belajar mengajar, dengan cara merumuskan tujuan instruksional/pembelajaran, menggunakan proses intruksional dengan tepat, melaksanakan program belajar mengajar, mengenal kemampuan anan didik serta merencanakan dan melaksanakan program remedial. c. Mengelola kelas, dengan menciptakan suasana kondusif bagi

berlangsungnya proses belajar mengajar.

d. Menggunakan media/sumber dengan mampu mengenal, memilih, dan menggunakan pendukung pembelajaran, berupa alat bantu, perpustakaan teknologi computer, atau laboratorium secara baik sesuai dengan kebutuhan.

e. Menguasai landasan pendidikan sebagai landasan berpijak dan bertindak edukatif di setiap situasi dalam usaha mengelola interaksi belajar mengajar.

f. Mengelola interaksi belajar mengajar

g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran merupakan kemampuan untuk mengenali potensi siwa sebagai umpan balik bagi setiap siswa.

h. Mengenal fungsi program bimbingan dan penyuluhan i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian guru keperluan pengajaran, merupakan kemampuan untuk menumbuhkan penalaran siswa dan mengembangkan proses belajar mengajar.

Indikator atau alat ukuran kinerja seorang guru yang menjadi fokus utama pada pembahasan kali ini adalah 4 kopetensi dasar, yaitu

(28)

kompetensi personal, kompetensi profesional dan kompetensi sosial serta kompetensi pedagogik.

Keempat kompetensi ini yang kemudian dikembangkan menjadi beberapa kriteria menjadi indikator penilaian kinerja guru.

5. Dimensi Kinerja

Menurut Timpe (1992) dalam Torang (2012:120) mengemukakan bahwa terdapat dua dimensi kinerja, antara lain sebagai berikut:

a. Internal b. Eksternal

Adapun penjelasan dari dimensi diatas adalah sebagai berikut: a. Internal

Internal yaitu faktor dorongan dalam diri seseorang yang meliputi sifat individu, kemampuan, tipe kerja.

b. Eksternal

Eksternal yaitu faktor dorongan di luar diri seseorang yang meliputi: perilaku,lingkungan sosial, sikap, rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas, iklim organisasi.

Sedangkan dimensi menurut Mangkunegara (2013:67) mengemukakan bahwa :

Adapun penjelasan dari dimensi yang mempengaruhi kinerja adalah : a. Faktor kemampuan (ability)

Secara psiologis, kemampuan (ability) karyawan terdiri dari kemampuanPotensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya , karyawan yang Memiliki IQ diatas rata-rata (IQ- 110-120) dengan pendidikan yang memadai Untuk jabatanya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka Ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang di harapkan. Oleh Karena itu , Karyawan perlu di tempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahlian (the right man in the right place, the right on the right job).

(29)

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang karyawan dalam mencapai situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan diri Karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi ( tujuan kerja).

c. Indikator Kinerja

Menurut Timpe, 1992 dalam Torang (2012:120) terdapat indikator untuk mengukur kinerja, yaitu:

Penjelasan dari indikator kinerja diatas adalah: a) Sifat Individu

Sifat individu yaitu sifat karyawan yang berbeda-beda dan susah untuk diketahui maka sifat individu dapat mempengaruhi kinerja.

b) Kemampuan

Kemampuan yang dimiliki karyawan berbeda tapi kemampuan karyawan terlihat jika karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.

c) Tipe Kerja

Tipe kerja yaitu suatu kriteria untuk melakukan pekerjaan sesuai keinginan karyawan

d) Prilaku

Prilaku yang kurang baik yang dimiliki karyawan dapat mempengaruhi kinerja karyawan.

e) Sikap

Sikap karyawan hal yang penting jika karyawan mempunyai sikap yang baik maka pimpinan akan menghargainya.

f) Tindakan Rekan Kerja

Tindakan kerja yang dilakukan rekan kerja dapat mempengaruhi kinerja yang buruk untuk karyawan.

g) Bawahan atau Pimpinan

Bawahan atau pimpinan harus saling kerja sama agar terjalin kinerja yang baik dan hubungan yang harmonis.

(30)

Fasilitas kerja berhak diberikan kepada karyawan atas pencapaian kinerja yang telah dilakukan.

(31)

C. Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan acuan dan referensi serta untuk menghindari kesalafahaman akan kesamaan karya penelitian, peneliti juga mendapati beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan yaitu :

1. Jurnal yang ditulis Yusrizal, Nasir Usman Magister Administrasi Pendidikan Universitas Syiah Kuala, Indonesia yang berjudul “Pengaruh antara Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri 7 Banda Aceh”

ISSN 2302-0156

-169 Volume 5, No. 3, Agustus 2017

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa untuk variabel kepemimpinan diperoleh nilai thitung = 5.478 dan nilai sig = 0,000. Karena nilai t (0,05; 55) = 2.044 maka dapat dikatakan bahwa thitung > ttabel dan nilai sig < 0,05. Dengan demikian Ho ditolak atau dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi signifikan. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka persamaan regresi yang dinyatakan dengan = 113.33 + 0.1535 X1 dapat digunakan untuk menyimpulkan pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru.

Kondisi di atas didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Manik dan Bustomi (2011) dimana, hasil penelitian menunjukkan Kepemimpinan Kepala Sekolah berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja guru di SMP Negeri 3 Rancaekek dengan besarnya pengaruh sebesar 22,90 %. Penelitian Rahamawati (2013) menunjukkan bahwa ada pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru sebesar 15,1%.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas menunjukkan sebagai seorang pemimpin kepala sekolah mempunyai tugas untuk menggerakkan segala sumber yang ada di sekolah sehingga dapat diberdayakan untuk digunakan secara maksimal demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Baik atau buruknya kinerja guru di sekolah sangat bergantung pada bagaimana kemampuan kepala sekolah dalam mempengaruhi perilaku guru dalam melaksanakan tugas.

(32)

2. Jurnal yang ditulis Fathonah Al Hadromi Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember yang berjudul “ANALISIS PENGARUH

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP

MOTIVASI, KEDISIPLINAN DAN KINERJA GURU DI SD ISLAM LUMAJANG”

Bisma Jurnal Bisnis dan Manajemen ,Vol. 11, No. 1 Januari 2017 Hal. 120 Januari 2017.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru/karyawan di SD Islam Tompokersan dan SD Al Ikhlas Lumajang. Hal ini menunjukkan gaya kepemimpinan tidak memiliki hubungan linier terhadap kinerja guru/karyawan di SD Islam Tompokersan dan SD Al Ikhlas Lumajang. Luthans (2006:637) Analisis Pengaruh .

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Gusti (2012) mengungkapkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah secara simultan terhadap kinerja guru dan pegawai di SD Islam Tompokersan Lumajang dan SD Al Ikhlas Lumajang. Hal ini dikarenakan kurang kuatnya leadership kepala sekolah atau adanya pengaruh variabel lain di luar variabel yang diteliti seperti budaya organiasi, artinya kepala sekolah hanya memerankan fungsinya sebagai kepala secara administrasi atau struktur organisasi, namun perannya belum kuat untuk mempengaruhi kinerja setiap guru dan karyawan baik secara induvidu maupun kelompok. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan pendapat Susanty dan Baskoro (2012), Amri (2015), Nugroho (2015), serta Pradipto (2015) yang menyatakan gaya kepemimpinan berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja karyawan.

D. Kerangka Pemikiran

Kepemimpinan adalah norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pemimpin pada saat dia mencoba untuk mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Norma perilaku tersebut diaplikasikan dalam bentuk tindakan - tindakan dalam aktifitas kepemimpinannya untuk mencapai tujuan suatu organisasi melalui orang lain.Pada umumnya pemimpin (kepala sekolah)

(33)

masih banyak yang belum menerapkan gaya kepemimpinannya secara optimal. Kepala sekolah masih memperlakukan bawahannya dengan sama tanpa memperhatikan perbedaan individual antara guru yang satu dengan guru yang lainnya.Kepala sekolah belum menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif dan efisien dalam kepemimpinannya di sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk mampu memperhatikan dan memberikan perlakuan yang berbeda sesuai dengan kematangan bawahannya.

Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berat, apanila dihubungkan dengan peranan sekolah dalam menentukan kualitas pendidikan selanjutnya. Berkembang nya semangat kerja sama yang harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang menyenangkan dan perkembangan kualitas profesional guru, banyak ditentukan oleh kualitas kepala sekolah.Wahjosumidjo ( 1999 : 17 ) Mengatakan bahwa kepemimpinan diterjemahkan kedalam istilah sifat sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola interaksi, hubungan kerja sama antar peranan, kedudukan atau jabatan administratif. Sedangkan menurut Mulyasa, kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana prasarana. ( Mulyasa, 2004 : 25 ).

Sesuai dengan pasal 12 ayat 1 peraturan pemerintah nomor 28 tahun 1990, bahwa “ Kepala sekolah bertanggung jawab atas terselenggarakannya kegiatan pendidikan, administrasi pendidikan, pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharan sarana dan prasarana. Guru memiliki tugas sebagai pengajar yang melakukan transfer pengetahuan. Selain itu, guru juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Untuk itu guru harus berperan aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, yang bekerja dengan kinerja yang tinggi.

Kinerja guru akan menjadi optimal, bila diintegrasikan dengan komponen sekolah, baik kepala sekolah maupun sarana prasarana kerja yang memadai. Kepemimpinan yang efektif dapat tercipta apabila kepala sekolah

(34)

memiliki sifat, perilaku dan keterampilan yang baik untuk memimpin sebuah organisasi sekolah. Dalam perannya sebagai pemimpin, kepala sekolah harus mampu untuk mempengaruhi semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan yaitu guru dan fasilitas kerja yang akhirnya mencapai tujuan dan kualitas sekolah.

Kepemimpinan seorang Kepala Sekolah akan dapat diterima oleh guru-guru apabila kepemimpinan yang diterapkan sangat cocok dan disukai oleh guru-gurunya. Sehingga guru akan memiliki kecenderungan untuk meningkatkan kinerjanya. Dengan menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat,harapannya dapat meningkatkan kinerja para guru. Yang terpenting dalam gaya kepemimpinan ini adalah pengarahan dan dukungan dari kepala sekolahyangdapat disesuaikan dengan tingkat kematangan seorang guru.Dengan demikinan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah memiliki pengaruhpositif dengan kinerja guru khususnya sekolah dasar. Hal ini dapat dikatakan bahwasemakin baikkepemimpinan seorang kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya maka semakin baik pulakinerja seorang guru. Secara ringkas kerangka berpikir dari penelitian ini dapat dilihat pada paradigma penelitian pada gambardibawah ini

Gambar 1.1 Keterangan :

X : Kepemimpinan Kelapa Sekolah Y : Kinerja Guru

: Garis penghubung

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, peneliti mengambil asumsi bahwa kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru.

Variabel X

Variabel Y

(35)

E. Hipotesis Penelitian

Ha : Terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di SDIT AL MUKSIN Desa Panguragan Lor Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon Tahun Ajaran 2017 / 2018.

Referensi

Dokumen terkait

Rasa empati akan mendorong kita untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya. Sebelum kita membangun

Pada perusahaanlah kecelakaan- kecelakaan terjadi sedangkan pola-pola kecelakaan tergantung kepada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan.

Variabel bebas sering disebut variabel perlakuan, variabel penyebab, variabel kuasa atau variabel tak tergantung. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah : 1)

Path atau jalur sirkulasi pejalan kaki di Kawasan Kowloon dibuat untuk memfasilitasi pejalan kaki, trotoar dibuat disetiap jalur jalan raya pada Kawasan dengan tujuan

3) Modul Nrf24l01 bertugas untuk mengirimkan data yang telah dikumpulkan oleh mikrokontroler yang berasal dari sensor menggunakan gelombang radio dengan frekuensi

Perlu diketahui, bahwa Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (selanjutnya disebut dengan KUHAP), memuat aturan-aturan yang paling kentara mengenai pembatasan

11 Integrated Drilling Rig Services (sub-contractor to PT. Huabei Petroleum Service) Pengadaan Jasa Jambi, Sumatera August – October 2015 Ranhill Jambi Inc. Bohai

Apabila terjadi perubahan tarif, maka biaya – biaya dimaksud ayat (1) Pasal ini akan disesuaikan dengan ketentuan tarif yang berlaku dan PIHAK KEDUA