• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TAMAN KANAK-KANAK DI KECAMATAN BANTUL, KABUPATEN BANTUL SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TAMAN KANAK-KANAK DI KECAMATAN BANTUL, KABUPATEN BANTUL SKRIPSI"

Copied!
224
0
0

Teks penuh

(1)

i

UPAYA PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TAMAN KANAK-KANAK DI KECAMATAN BANTUL,

KABUPATEN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Andita Fitriana NIM 09101241017

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

~ Albert Einstein ~

Adalah suatu kemampuan luar biasa dalam diri guru bila ia mampu menggugah rasa cinta anak didiknya akan daya cipta kreatif dan ilmu pengetahuan melalui usaha

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Karya ini saya persembahkan untuk :

1. Orang tua tercinta 2. Kakak dan adik

3. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta 4. Nusa, Bangsa, dan Agama

(7)

vii

UPAYA PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TAMAN KANAK-KANAK DI KECAMATAN BANTUL,

KABUPATEN BANTUL

Oleh Andita Fitriana NIM 09101241017

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; (1) kompetensi profesional yang dimiliki guru TK di kecamatan Bantul, kabupaten Bantul, (2) upaya pengembangan kompetensi profesional yang telah dilakukan guru TK di kecamatan Bantul, kabupaten Bantul, (3) upaya pengembangan kompetensi profesional yang dipandang paling efektif oleh guru TK di kecamatan Bantul, kabupaten Bantul.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan satu variabel yaitu kompetensi profesional guru. Lokasi penelitian di seluruh TK se kecamatan Bantul sejumlah 38 sekolah. Responden penelitian adalah 159 guru TK. Teknik pengumpulan data menggunakan angket tertutup dan terbuka. Validitas data menggunakan validitas isi. Reliabilitas data menggunakan teknik Croncbach’s Alpha. Teknik analisis data menggunakan rumus persentase untuk mengetahui pencapaian setiap komponen melalui data statistik.

Hasil penelitian sebagai berikut; (1) kompetensi profesional yang dimiliki guru TK di kecamatan Bantul rata-rata berkategori sangat baik, namun ada indikator dalam pemanfaatan teknologi informasi dan penelitian tindakan kelas masih kurang, (2) upaya pengembangan kompetensi profesional yang telah dilakukan guru TK di kecamatan Bantul, kabupaten Bantul dilakukan melalui diskusi dengan teman sejawat, (3) upaya pengembangan yang dipandang paling efektif yakni melalui diklat, karena dengan diklat memberikan ruang bagi guru TK untuk menambah ilmu pengetahuan dengan disertai pelatihan atau praktik dengan ahli yang berkompeten dibidangnya.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, anugerah dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Tujuan penulisan tugas akhir skripsi sebagai syarat dalam menyelesaikan jenjang Strata 1 (S1) pada program studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melaksanakan penelitian.

2. Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini. 3. Dosen Pembimbing Skripsi Bapak Sutiman, M. Pd dan Ibu Maria Dominika

Niron, M. Pd yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan dan motivasi selama menyelesaikan tugas ini.

4. Dosen Penguji Utama Ibu Ika Budi Maryatun, M. Pd, yang telah bersedia menguji demi kelancaran penyusunan skripsi.

5. Dosen Sekretaris Penguji Bapak Suyud, M. Pd, yang telah meluangkan waktu dan perhatiannya untuk menguji skripsi.

6. Para dosen jurusan yang telah memberikan ilmu dan wawasannya.

7. Ketua IGTK Kecamatan Bantul, Ibu Zamtuti, S. Pd.AUD yang memberikan banyak informasi dan memperlancar penelitian.

(9)
(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ...iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah... .9

D. Rumusan Masalah ... .9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Taman Kanak-kanak ... 11

1. Pengertian Taman Kanak-kanak ... 11

2. Tujuan Pendidikan Taman Kanak-kanak ………. ... 13

3. Prinsip Pendidikan Taman Kanak-kanak ... 13

B. Kompetensi Profesional Guru Taman Kanak-kanak... 17

1. Kompetensi Profesional Guru ... 17

(11)

xi

a. Pengertian Guru Taman Kanak-kanak ... 21

b. Peran dan Tugas Guru Taman Kanak-kanak ... 22

c. Kompetensi Guru Taman Kanak-kanak ... 23

d. Standar Pendidik Taman Kanak-kanak ... 24

3. Kompetensi Profesional Guru Taman Kanak-kanak ... 27

C. Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Taman Kanak-kanak ... 29

1. Pengertian Pengembangan ... 29

2. Konsep Pengembangan ... 30

3. Tujuan Pengembangan Kompetensi Profesional Guru ... 33

4. Jenis Pengembangan Kompetensi Profesional Guru ... 35

5. Upaya Guru dalam Pengembangan Kompetensi Profesional ... 41

6. Upaya Pengembangan Kompetensi Profesional Guru TK ... 44

D. Penelitian yang Relevan ... 46

E. Kerangka Berfikir... 49

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 51

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 52

C. Variabel Penelitian ... 52

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 55

F. Instrumen Penelitian... 56

1. Pengembangan Instrumen ... 56

2. Pengukuran Instrumen Penelitian ... 58

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 59

1. Uji Validitas ... 59

2. Uji Reliabilitas ... 61

(12)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Penelitian... 64 B. Hasil Penelitian ... 68

1. Kompetensi Profesional yang Dimiliki oleh Guru TK di

Kecamatan Bantul ... 68 a. Penguasaan Materi dan Metode Pembelajaran TK ... 68 b. Penguasaan Kurikulum dan Silabus TK ... 69 c. Penguasaan Wawasan Etika dan Pengembangan

Profesi Guru TK ... 69 2. Upaya Pengembangan Kompetensi Profesional yang

Dilakukan oleh Guru TK di Kecamatan Bantul ... 70 a. Upaya untuk Menguasai Materi dan Metode

Pembelajaran TK ... 70 b. Upaya untuk Menguasai Kurikulum dan Silabus TK ... 71 c. Upaya untuk Menguasai Wawasan Etika dan

Pengembangan Profesi Guru TK ... 72 3. Upaya Pengembangan Kompetensi Profesional Guru TK

di Kecamatan Bantul yang Dipandang Lebih Efektif ... 72 a. Upaya yang Lebih Efektif untuk Menguasai Materi dan

Metode Pembelajaran TK ... 73 b. Upaya yang Lebih Efektif untuk Menguasai

Kurikulum dan Silabus TK ... 76 c. Upaya Upaya yang Lebih Efektif untuk Menguasai

Wawasan Etika dan Pengembangan Profesi Guru TK ... 78 C. Pembahasan ... 81

1. Kompetensi Profesional yang Dimiliki oleh Guru TK di

Kecamatan Bantul ... 81 a. Deskripsi Penguasaan Materi dan Metode

Pembelajaran TK ... 81 b. Deskripsi Penguasaan Kurikulum dan Silabus TK ... 84 c. Deskripsi Penguasaan Wawasan Etika dan

(13)

xiii

d. Deskripsi Umum Kompetensi Profesional Guru TK di

Kecamatan Bantul ... 87

2. Upaya Pengembangan Kompetensi Profesional yang Dilakukan oleh Guru TK di Kecamatan Bantul ... 90

a. Deskripsi Upaya untuk Menguasai Materi dan Metode Pembelajaran TK ... 90

b. Deskripsi Upaya untuk Menguasai Kurikulum dan Silabus TK ... 93

c. Deskripsi Upaya untuk Menguasai Wawasan Etika dan Pengembangan Profesi Guru TK ... 95

d. Deskripsi Umum Upaya Pengembangan Kompetensi Profesional Guru TK ... 96

3. Upaya Pengembangan Kompetensi Profesional Guru TK di Kecamatan Bantul yang Dipandang Lebih Efektif ... 100

a. Deskripsi Upaya yang Lebih Efektif untuk Menguasai Materi dan Metode Pembelajaran TK ... 100

b. Deskripsi Upaya yang Lebih Efektif untuk Menguasai Kurikulum dan Silabus TK ... 104

c. Deskripsi Upaya yang Lebih Efektif untuk Menguasai Wawasan Etika dan Pengembangan Profesi Guru TK ... 107

d. Deskripsi Umum Upaya Pengembangan yang Dipandang Lebih Efektif untuk Mengembangkan Kompetensi Profesional TK ... 111

D. Keterbatasan Penelitian ... 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 114

B. Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 116

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Populasi dan Sampel Guru TK di Kecamatan Bantul ... 54

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 57

Tabel 3. Hasil Uji Reliabititas Instrumen ... 62

Tabel 4. Kategori Skor Penilaian ... 63

Tabel 5. Jumlah TK per Kelurahan ... 65

Tabel 6. Kondisi Akademik Guru TK di Kecamatan Bantul ... 66

Tabel 7. Status Sertifikasi Guru TK di Kecamatan Bantul ... 66

Tabel 8. Persentase Kompetensi Profesional Guru TK Dari Segi Penguasaan Materi dan Metode Pembelajaran Secara Luas dan Mendalam ... 68

Tabel 9. Persentase Kompetensi Profesional Guru TK Dari Segi Penguasaan Kurikulum dan Silabus TK ... 69

Tabel 10.Persentase Kompetensi ProfesionalGuru TK Dari Segi Penguasaan Wawasan Etika dan Pengembangan Profesi ... 70

Tabel 11.Persentase Upaya yang Dilakukan Untuk Menguasai Materi dan Metode Pembelajaran TK ... 71

Tabel 12.Persentase Upaya yang Dilakukan Untuk Menguasai Kurikulum dan Silabus TK ... 71

Tabel 13.Persentase Upaya yang Dilakukan Untuk Menguasai Wawasan Etika dan Pengembangan Profesi ... 72

Tabel 14.Persentase Upaya Pengembangan Kompetensi Profesional yang Dipandang Paling Efektif Dari Segi Materi dan Metode Pembelajaran 73 Tabel 15.Persentase Upaya Pengembangan Kompetensi Profesional yang Dipandang Paling Efektif Dari Segi Kurikulum dan Silabus TK ... 76

Tabel 16.Persentase Upaya Pengembangan Kompetensi Profesional yang Dipandang Paling Efektif Dari Segi Wawasan Etika dan Pengembangan Profesi ... 78

Tabel 17.Analisis Data Kompetensi Profesional Guru TK di Kecamatan Bantul 88 Tabel 18.Analisis Data Upaya yang Dilakukan Guru untuk Mengembangkan Kompetensi Profesional ... 96

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Diagram Lingkaran Upaya Pengembangan Kompetensi

Profesional yang Dipandang Paling Efektif dari Segi Penguasaan Materi dan Metode Pembelajaran Secara Luas dan Mendalam ... 73 Gambar 2. Diagram Lingkaran Upaya Pengembangan Kompetensi

Profesional yang Dipandang Paling Efektif dari Segi

PenguasaanKurikulum dan Silabus ... 76 Gambar 3. Diagram Lingkaran Upaya Pengembangan Kompetensi

Profesional yang Dipandang Paling Efektif dari Segi Wawasan

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 119

Lampiran 2 Uji Coba Instrumen ... 141

Lampiran 3 Angket Penelitian dan Olah Data ... 151

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesadaran masyarakat saat ini untuk memberikan pendidikan sedini mungkin bagi anaknya semakin tinggi. Hal itu dikarenakan bahwa saat ini peranan pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan seseorang. Dewasa ini banyak PAUD yang bermunculan dan semakin berkembang. Wujud dari kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anaknya yaitu melalui sekolah Taman Kanak-kanak. Sekolah Taman Kanak-kanak memberikan pendidikan awal bagi peserta didik sebagai bekal peserta didik untuk melanjutkan pendidikannya di pendidikan dasar. Ini berarti bahwa sekolah TK memberikan kontribusi awal dalam pendidikan bagi peserta didik sesuai dengan tahapan usia perkembangannya.

Berkembangnya PAUD dan peningkatan kesadaran orang tua untuk memberikan pendidikan bagi anak sedini mungkin diimbangi dengan pelayanan TK yang memiliki kualitas baik dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah satunya adalah dengan menyediakan tenaga pendidik sesuai kebutuhan yang berkualifikasi akademik sesuai dengan bidangnya yang tercantum dalam Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Kualifikasi Akademik Guru PAUD/TK/RA harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi. Menurut Pasal 10 UU nomor 14 tahun 2005 Tentang guru dan dosen disebutkan bahwa kompetensi guru yaitu kompetensi

(18)

2

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

Salah satu faktor penentu keberhasilan suatu pendidikan adalah profesionalitas guru. Artinya pendidik tersebut merupakan seseorang yang berkompeten atau memiliki kompetensi sesuai dengan bidang atau tugas yang diembannya. Kompetensi profesional adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik. Kompetensi profesional tercantum dalam Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang Guru pada pasal 3 ayat 7 bahwa kompetensi profesional berupa penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Maksud dari penguasaan materi secara luas dan mendalam yaitu tenga pendidik atau guru harus memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam mengenai bidang studi yang akan diajarkan kepada peserta didik, memiliki pengetahuan yang fundamental tentang pendidikan, serta memiliki keterampilan untuk memilih dan menggunakan berbagai strategi yang tepat dalam proses pembelajaran. Guru sebagai tenaga pendidik diharapkan memiliki kemampuan profesional karena tugas utamanya mengajar dan mendidik, sehingga guru harus mengetahui apa yang harus diajarkan kepada peserta didik dan cara menyampaikan materi agar dapat diterima peserta didik sesuai dengan tahapan usia perkembangannya.

Tuntutan kemampuan profesional diperuntukkan bagi seluruh tenaga pendidik tak terkecuali tenaga pendidik Taman Kanak-kanak. Guru TK dituntut memiliki kemampuan profesional seperti yang dicantumkan dalam Permendiknas nomor 52 tahun 2009 tentang standar pendidik TK/RA. Beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh guru TK antara lain: guru mampu menguasai

(19)

3

karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Guru mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan serta guru harus memiliki kemampuan menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik bagi peserta didik. Kegiatan pengembangan dalam mendidik peserta didik tersebut harus selalu ditingkatkan agar guru mampu meningkatkan kualitas pembelajaran TK pada peserta didik sesuai dengan tahapan usianya.

Mencermati betapa pentingnya kemampuan profesional guru TK dalam peningkatan mutu pendidikan, maka dilakukan observasi pendahuluan mengenai kemampuan profesional guru TK di Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul. Menurut Ketua Ikatan Guru TK di Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul guru-guru di Kecamatan Bantul memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan dengan 16 kecamatan lainnya di lingkup Kabupaten Bantul. Fakta itu dibuktikan dengan adanya suatu perlombaan di berbagai tingkat baik tingkat provinsi maupun kabupaten, Kecamatan Bantul selalu mengantungi keberhasilan melalui perolehan juara. Selain itu, sebagian besar dari orang tua peserta didik yang berada di wilayah kecamatan lain memilih untuk menyekolahkan anaknya di wilayah Kecamatan Bantul seperti yang dinyatakan oleh beberapa guru dalam wawancara.

Disamping adanya beberapa kelebihan yang dimiliki oleh guru-guru TK di Kecamatan Bantul, masih terlihat adanya kemampuan profesional guru TK yang masih kurang. Kemampuan profesional guru TK yang masih kurang diperkuat dengan data guru TK yang sudah diangkat menjadi PNS dan telah bersertifikasi, yang berjumlah 51 orang guru TK PNS, hanya 12 orang yang menempuh

(20)

4

pendidikan tinggi Pendidikan Anak Usia Dini, 19 orang menempuh pendidikan tinggi non PAUD dan 19 orang belum menempuh pendidikan tinggi. Padahal jumlah sekolah/TK di Kecamatan Bantul mencapai 38 sekolah, itu berarti dari jumlah guru TK yang bersertifikasi dan menempuh pendidikan tinggi bidang PAUD tidak sebanding dengan jumlah sekolah yang ada.

Selain data guru TK yang telah PNS, masih ada data Guru Tetap Yayasan atau Guru Tidak Tetap. Menurut data yang ada Guru TK GTY/GTT berjumlah 151 orang, namun masih ada banyak guru yang belum terdata karena banyaknya sekolah TK yang bermunculan tetapi belum melaporkan keadaan ataupun data gurunya. Melihat dari data yang ada, kualifikasi akademik GTY/GTT hanya ada 4% guru yang menempuh S1 bidang PAUD, dan 35,7% guru menempuh S1 dari berbagai jurusan. Sedangkan D III lulusan TK maupun umum sebesar 3,3%, lulusan D II TK maupun umum sebesar 21,2%, dan lulusan D I TK maupun umum hanya sebesar 2%. Guru lulusan SMK/SMA sebesar 14,5%, lulusan KPG/KPG TK (program penyetaraan D I) 4,6%, lulusan PGAN (setara SMA) 2,7%, dan SPG/SPG TK sebesar 12%. Keseluruhan GTY/GTT yang ada hanya 24 orang yang telah bersertifikasi. Data yang ada tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah guru TK yang menempuh pendidikan tinggi S1 belum mencapai 50% atau belum ada separuh dari jumlah guru yang telah menempuh pendidikan tinggi.

Kesimpulan dari data yang diperoleh, masih banyak guru TK yang masih jauh dari standar kualifikasi akademik guru TK/RA dalam bidang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau psikologi sesuai yang diamanatkan dalam Permendiknas nomor 58 tahun 2009 standar PAUD. Selain itu masalah banyaknya

(21)

5

guru yang belum profesional juga dirasakan oleh Kepala Sekolah TK melalui observasi dari beberapa sekolah. Tidak semua guru yang bersertifikasi mampu bersikap profesional sesuai dengan tuntutan kerja, masih ada yang belum bersikap profesional. Namun ada pula, guru yang belum bersertifikasi juga dapat bekerja profesional sesuai dengan tuntutan kerja, namun banyak pula yang belum memiliki sikap demikian. Sikap profesional dapat terlihat saat guru dimintai laporan pertanggungjawaban yang tidak tepat waktu, banyak yang membolos sebelum jam kantor selesai, banyak pula yang belum mengaplikasikan penggunaan media khususnya komputer dan internet dalam menunjang KBM di kelas padahal sudah dilakukan kursus komputer secara serentak dan semua memiliki sertifikat telah mengikuti kursus komputer.

Kendala yang dihadapi guru TK/PAUD dalam meningkatkan kemampuan profesionalnya adalah keterbatasan anggaran untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa faktor anggaran merupakan faktor yang paling sering disebut oleh guru TK. Alasannya bahwa biaya untuk menempuh pendidikan harus ditanggung sendiri dan sedikit sekali adanya bantuan untuk melanjutkan sekolah lanjutan bagi guru TK. Biaya yang harus ditanggung oleh guru TK bukan hanya sekedar untuk melanjutkan sekolah tetapi juga untuk mengadakan pertemuan rutin dengan guru yang terkadang juga menggunakan uang pribadi dari para guru TK. Faktor ini seharusnya dapat dicegah, karena guru yang mendapat tunjangan profesional seharusnya digunakan untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya. Studi

(22)

6

lanjut menyangkut kesadaran seseorang dalam menyikapi pentingnya peningkatan kemampuan profesional yang masih kurang.

Masalah guru selanjutnya dalam peningkatan kompetensi profesionalnya yaitu guru belum membiasakan dirinya melakukan penelitian tindakan kelas. Kegiatan tersebut merupakan suatu refleksi terhadap masalah yang ada selama proses pembelajaran. Adanya penelitian tindakan kelas ini dapat digunakan untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran di kelas. Namun penelitian tindakan kelas masih jarang dilakukan oleh guru. Perlu adanya peran serta dari kepala sekolah maupun lembaga untuk menggerakkan guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas agar dapat diketahui cara penyelesaian suatu masalah yang ada di dalam kelas.

Masalah lainnya yang dihadapi oleh guru TK selanjutnya adalah kurang kreatif mendalami konsep-konsep dasar setiap lingkup perkembangan dan kurang kreatif mengadakan atau menggunakan alat-alat permainan untuk kepentingan proses pembelajaran. Kurang kreatif menciptakan maupun melakukan permainan-permainan yang sesuai dengan tema-tema pembelajaran dalam proses pembelajaran. Kedua permasalahan tersebut seharusnya dapat diantisipasi dengan adanya suatu penguasaan media teknologi, seperti penggunaan internet untuk mencari sumber referensi dari permainan bagi anak TK agar tidak monoton atau dengan suatu pengembangan permainan anak TK yang didapat melalui kelompok kerja guru TK. Permainan yang sama selalu dilakukan berulang-ulang, sehingga anak mudah jenuh dan pengembangan permainan ini juga dilakukan agar terjadi suatu pembaharuan permainan agar peserta didik tidak bosan.

(23)

7

Menyikapi berbagai persoalan yang ada perlu dilakukan suatu upaya peningkatan kemampuan profesional guru baik dari diri sendiri maupun dari lembaga. Peningkatan kemampuan profesional dapat dilalui melalui pengembangan kompetensi profesional yang dilakukan oleh guru. Pengembangan merupakan suatu tindakan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu tenaga personalia menjadi lebih baik. Tujuan pengembangan kemampuan profesional untuk membantu guru dalam memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan mengajar, dan menumbuhkan sikap profesional dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Peningkatan kompetensi profesional guru dapat dilakukan secara kelompok maupun secara individual, yang dapat dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah maupun antar guru. Secara kelompok peningkatan kompetensi dilakukan dengan adanya suatu pengembangan kompetensi profesional dapat diselenggarakan melalui semiar atau workshop, pelatihan atau diklat, maupun melalui lembaga organisasi profesi untuk guru TK yaitu melalui kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG).

Peningkatan kemampuan profesional secara internal dapat dilakukan oleh kepala sekolah TK dengan cara pembinaan motivasi kerja kepada guru. Bentuk pembinaan moral kerja yaitu dengan memberikan dorongan kepada guru untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya. Melakukan diskusi antar teman sejawat dan peningkatan kemampuan profesionalnya dengan belajar mandiri melalui berbagai literatur pendidikan ataupun melanjutkan studi pendidikan yang sesuai dengan profesi guru TK. Studi lanjutan diharapkan agar seluruh guru memiliki kualifikasi akademik sebagai guru TK yang diperoleh dari hasil

(24)

8

mengikuti Program Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) yang dibuktikan dengan ijazah D IV maupun SI.

Kualifikasi akademik bidang Pendidikan Anak Usia Dini menjadi pemacu bagi guru TK untuk meningkatkan kemampuan profesional, karena kebanyakan guru TK yang ada banyak yang bukan lulusan PAUD sehingga perlu peningkatan kompetensi melalui studi Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak (PGTK) atau Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD). Melalui studi lanjut, diharapkan guru TK memiliki keahlian di bidangnya sehingga pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan ilmu yang dipelajarinya. Selain itu, studi lanjut juga dapat digunakan untuk memenuhi syarat sertifikasi guru, sehingga guru mendapatkan tunjangan sertifikasi atau profesi yang dapat digunakan untuk lebih menambah dan mengasah kemampuan profesionalnya untuk meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan tujuan nasional.

Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah diuraikan, maka penelitian ini mengangkat judul Upaya Pengembangan Kompetensi Profesional Guru TK di Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul.

B. Identifikasi Masalah

1. Belum semua guru TK memenuhi standar kualifikasi akademik sebagai guru TK.

2. Kurangnya kesempatan guru untuk meningkatkan kemampuan professional. 3. Tidak semua guru TK melakukan penelitian tindakan kelas secara rutin.

(25)

9

4. Guru TK yang masih baru cenderung kurang kreatif menciptakan maupun melakukan permainan-permainan yang sesuai dengan tema-tema pembelajaran dalam proses pembelajaran sehingga permainan yang ada terlihat monoton.

5. Dari hasil pengamatan di lapangan, ada guru TK yang ditemukan belum mampu mengembangkan kompetensi profesional dengan upaya diri sendiri. Hal ini dapat dilihat dari guru dalam menggunakan media pembelajaran, menguasai IPTEK, dan kualifikasi akademik guru yang sesuai dengan bidang pendidikan anak usia dini yakni 19 orang sehingga masih tergolong rendah.

C. Batasan Masalah

Penulis akan membatasi masalah yang akan diteliti pada pengembangan kompetensi professional guru TK di Kecamatan Bantul melalui upaya dari diri sendiri (identifikasi masalah nomor 5).

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kompetensi profesional yang dimiliki oleh guru TK di Kecamatan Bantul?

2. Apa saja upaya pengembangan kompetensi profesional yang telah dilakukan oleh guru TK di Kecamatan Bantul?

3. Apa saja upaya pengembangan kompetensi profesional yang dipandang paling efektif oleh guru TK di Kecamatan Bantul?

(26)

10 E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kompetensi profesional yang dimiliki oleh guru TK di Kecamatan Bantul.

2. Untuk mengetahui bentuk pengembangan kompetensi profesional yang dilakukan guru TK di Kecamatan Bantul.

3. Untuk mengetahui apa saja upaya pengembangan kompetensi profesional yang dirasa paling efektif oleh guru TK di Kecamatan Bantul dengan disertai alasan memilih upaya pengembangan.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis, penelitian ini dapat memanfaatkan ilmu yang didapat dari bangku perkuliahan serta mendapatkan informasi dan pengetahuan mengenai upaya pengembangan yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi professional guru TK.

2. Bagi Guru TK, dapat dijadikan masukan sebagai tambahan wawasan teoritis maupun praktis dan dorongan untuk selalu aktif meningkatkan kompetensi professional guru TK melalui pengembangan kompetensi profesional.

(27)

11 BAB II KAJIAN TEORI

A. Taman Kanak-kanak

1. Pengertian Taman Kanak-kanak

Pendidikan bagi anak usia dini diperlukan guna menumbuh kembangkan potensi yang dimiliki anak pada usia 3-6 tahun. Pada usia tersebut adalah masa emas bagi sang anak untuk mengembangkan kecerdasan otaknya. Seefeldt menyatakan anak usia 3-6 tahun sangat ingin tahu tentang dunia dan lingkungan mereka, tetapi cara menyatakan keingintahuan mereka berbeda-beda (Seefeldt dan Wasik, 2008: 63). Senada dengan pendapat Seefeldt, Montessori menyatakan bahwa menjadi anak memiliki banyak kesempatan untuk mencari tahu mengenai alam, kebun, dan binatang (Dunlap, 2009: 59). Segala aktivitas anak tersebut merupakan stimulasi yang alamiah anak dalam mengamati dan belajar sambil bermain.

Rasa keingintahuan anak perlu didukung dengan adanya sumber belajar yang sesuai dengan usia perkembangan anak. Tahapan perkembangan usia anak meliputi perkembangan fisik, emosi, kognitif, bahasa, dan sosial. Perkembangan anak perlu dibina oleh pendidik yang sesuai dengan bidang anak usia dini agar dapat dikembangkan potensi anak secara maksimal. Untuk itu diperlukan sebuah pendidikan bagi anak usia dini. Martin Luther menyatakan bahwa pendidikan untuk anak merupakan sesuatu yang penting dalam hidup anak, tanpa pendidikan anak tidak akan mendapat bekal hidupnya kelak (Anita Yus, 2011: 2).

(28)

12

Seefeldt menjelaskan bahwa Taman Kanak-kanak adalah program bagi anak usia empat dan lima tahun, yang disponsori oleh sistem sekolah negara bagian setempat atau asosiasi swasta, gereja, organisasi sipil, dan pusat-pusat peduli anak yang berbadan usaha (Seefeldt dan Wasik,2008: 6).

Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 28 bahwa PAUD diselenggarakan melalui tiga jalur pendidikan yaitu jalur formal melalui pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA), jalur pendidikan non formal melalui Kelompok Bermain (KB) dan jalur informal melalui pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Selanjutnya dijelaskan pula dalam pasal yang sama bahwa Taman Kanak-kanak merupakan lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi diri sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Departemen Pendidikan Nasional (2006: 2) menjelaskan bahwa Taman Kanak-kanak ialah bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun.

Dari berbagai teori di atas dapat disimpulkan Taman Kanak-kanak merupakan lembaga pendidikan formal pada satuan pendidikan anak usia dini yang menyediakan program pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun yang didirikan oleh suatu organisasi guna menumbuhkembangkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik.

(29)

13

2. Tujuan Pendidikan di Taman Kanak-kanak

Tujuan penyelenggaraan pendidikan Taman Kanak-kanak disebutkan dalam Depdiknas (2007: 71) adalah untuk membantu peserta didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar. Dedi Supriadi (2005: 70) menjelaskan dua tujuan dari pelaksanaan pendidikan di Taman Kanak-kanak yakni:

a. Tujuan instrumental yaitu untuk menyiapkan anak didik sebelum memasuki sekolah dasar.

b. Tujuan instrinsik yaitu untuk membantu perkembangan anak sejak usia dini agar tumbuh dan berkembang dalam segala aspek seperti fisik, pengetahuan, keterampilan, sikap dan juga perilaku sosial.

Seefeldt menyatakan tujuan Taman Kanak-kanak mempersiapkan program kurikulum yang terencana dengan baik agar memenuhi kebutuhan semua anak di dalam lingkungan yang sangat sedikit hambatan sehingga setiap anak mampu mencapai potensinya secara penuh (Seefeldt dan Wasik,2008: 52). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pendidikan di Taman Kanak-kanak bertujuan untuk mengembangkan seluruh aspek pertumbuhan dan perkembangan anak didik seperti fisik, kognitif, bahasa, sosial, dan emosional secara optimal serta untuk mempersiapkan anak sebelum memasuki pendidikan dasar.

3. Prinsip Pendidikan di Taman Kanak-kanak

Pada hakikatnya pendidikan di TK mengaplikasikan pembelajaran dengan menyesuaikan usia peserta didiknya. Pembelajaran di TK menggunakan prinsip bermain sambil belajar, mengingat usia peserta didik masih dalam usia bermain.

(30)

14

Ada beberapa prinsip pembelajaran dikemukakan oleh Slamet Suyanto (2005: 8-30) sebagai berikut:

a. Konkret dan Dapat Dilihat Langsung

Anak dilatih untuk membuat hubungan sebab akibat jika dapat melihat langsung, oleh karena itu guru TK harus menggunakan benda nyata dalam melakukan pembelajaran sebagai alat pendukung.

b. Bersifat Pengenalan

Pembelajaran TK hendaknya menekankan pada proses mengenalkan anak dengan berbagai benda, fenomena alam, dan fenomena sosial. Hal-hal tersebut akan mendorong anak tertarik terhadap berbagai persoalan, sehingga ia ingin belajar lebih lanjut.

c. Seimbang Antara Kegiatan Fisik dan Mental

Kegiatan pembelajaran di TK ditekankan dengan metode bermain sambil belajar. Anak berinteraksi dengan benda yang menjadi bahan pendukung dalam suatu pembelajaran. Selain itu anak menggunakan ke lima inderanya untuk melakukan observasi terhadap benda, gejala benda dan peristiwanya. Guru dapat menstimulus anak dengan cara memberikan pertanyaan kepada anak dari gejala peristiwa benda tersebut, sehingga antara fisik dan mental dapat seimbang.

d. Sesuai Tingkat Perkembangan Anak

Pendidikan bagi anak TK disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak, sehingga dapat ditemukan pembelajaran yang tepat sesuai dengan usia anak.

(31)

15 e. Sesuai Kebutuhan Individual

Selain disesuaikan dengan kelompok usia anak, pembelajaran TK juga disesuaikan dengan kebutuhan individual. Disadari sepenuhnya, anak memiliki karakteristik, bakat dan minat sendiri yang berbeda dengan anak yang lainnya. Dengan demikian pembelajaran di TK selain memperhatikan kelompok usia juga harus memperhatikan kebutuhan individual, seperti bakat, minat, dan tingkat kecerdasan anak.

f. Mengembangkan Kecerdasan

Mengembangkan kecerdasan adalah bagian dari tugas pendidik TK, karena pada masa usia 0-8 tahun merupakan usia yang sangat kritis bagi pengembangan kecerdasan anak. Oleh karena itu pembelajaran di TK harus memahami teknik stimulasi otak yang tepat untuk mengembangkan kecerdasan anak sesuai tahapan tumbuh kembangnya.

g. Sesuai Langgam Belajar Anak

Langgam belajar atau tipe belajar anak berbeda-beda, ada tipe kinestetik, auditorial, dan visual. Tipe belajar anak ada yang lebih optimal dengan cara belajar sambil melakukan, belajar sambil mendengarkan musik, dan belajar melalui gambar atau membaca. Untuk itu guru TK, perlu mengenal cara belajar anak agar dapat membantu anak belajar secara optimal.

h. Kontekstual dan Multi Konteks

Pembelajaran anak TK harus kontektual dan menggunakan banyak konteks. Apa yang dipelajari anak adalah persoalan nyata sesuai dengan kondisi

(32)

16

dimana peserta didik berada. Berbagai objek disekitar anak, kejadian, dan isu menarik dapat diangkat menjadi tema belajar anak.

i. Terpadu

Sebaiknya pembelajaran untuk anak TK bersifat terpadu atau terintegrasi. Anak tidak belajar mata pelajaran tertentu, seperti matematika, sains, bahasa, ilmu sosial dan sebagainya, tetapi anak belajar dari kejadian disekitarnya. Melalui bermain dengan air misalnya, anak dapat belajar berhitung (matematika), mengenal sifat air (sains), menggambar air mancur (seni), dan fungsi air bagi manusia (sosial). Dari hal kecil dapat berkembang menjadi berbagai ilmu belajar anak dengan bermain yang menyenangkan.

j. Menggunakan Esensi Bermain

Prinsip belajar anak TK bermain sambil belajar, sehingga pembelajaran disusun sedemikian rupa sehingga menyenangkan, gembira, dan demokratis. Pembelajaran menarik bagi anak karena anak merasa terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran. Pembelajaran anak tidak hanya mendengarkan ceramah gurunya, tetapi aktif berinteraksi dengan berbagai benda dan orang di lingkungannya, baik secara fisik maupun mental.

k. Multikultur

Dalam suatu TK, terkadang terdiri dari berbagai suku atau etnis, sehingga guru TK membelajarkan anak untuk saling menghargai, dan menghormati antar masing-masing latar belakang budaya peserta didik.

Pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa pada dasarnya prinsip pembelajaran di TK adalah menerapkan pembelajaran yang bersifat pengenalan

(33)

17

yang bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan peserta didik dengan dikemas menggunakan metode belajar sambil bermain agar siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Prinsip Pembelajaran itu tak lepas dari tugas dan peranan guru dalam proses belajar peserta didik, sehingga guru juga dituntut dengan berbagai kompetensi yang dimiliki untuk menunjang pembelajaran di TK.

B. Kompetensi Profesional Guru Taman Kanak-kanak 1. Kompetensi Profesional Guru

Guru pada umumnya harus memiliki empat kompetensi sebagai pendidik. Dalam Pasal 10 UU nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, bahwa guru memiliki kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetansi sosial. Dwi Siswoyo dkk (2008: 122) Kompetensi pedagogik mencakup penguasaan ilmu pendidikan, pemahaman dan pengembangan potensi peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, serta sistem evaluasi pembelajaran. Kompetensi kepribadian mencakup sikap atau akhlak baik yang dapat menjadi teladan bagi peserta didiknya. Kompetensi profesional mencakup penguasaan materi keilmuan, penguasaaan kurikulum dan silabus sekolah, metode pembelajaran, wawasan etika dan pengembangan profesi. Kompetensi sosial mencakup kemampuan berkomunikasi dan pengetahuan umum. Dari ke empat kompetensi di atas, kompetensi profesional bisa mencakup tiga kompetensi yang lainnya. Berikut pengertian kompetensi profesional dari berbagai sumber :

Kompetensi profesional guru menurut Dwi Siswoyo dkk (2008: 121) kompetensi profesional adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang

(34)

18

pendidik di sekolah berupa penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Yufiarti dan Titi Chandrawati (2011: 1.23) kompetensi profesional yaitu kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan materi pelajara secara mendalam. Djam’an Satori (2007: 1.18) kompetensi profesional guru artinya guru memiliki pengetahuan yang luas serta dalam dari subjek matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode yang tepat serta mampu menggunakan berbagai metode dalam proses belajar mengajar.

Rusman (2011: 23) kemampuan profesional guru adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi profesional dalam PP no 74 tahun 2008 tentang Guru, kompetensi profesional guru merupakan kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam bidang yang diampunya serta menguasai konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya.

Kompetensi profesional guru dapat disimpulkan yaitu kemampuan guru dalam menguasai pembelajaran sesuai dengan mata pelajaran yang diampu secara mendalam dalam proses belajar mengajar baik dari segi materi pembelajaran, metode pembelajaran, kurikulum, silabus, wawasan etika, dan pengembangan profesi. Lebih lanjut kompetensi profesional guru tidak lepas dari ruang lingkup kompetensi profesional guru. Berikut pendapat ruang lingkup kompetensi profesional guru menurut Mulyasa dan Hamzah B. Uno.

(35)

19

Pendapat E. Mulyasa (2007: 135) ruang lingkup kompetensi profesional guru adalah sebagai berikut :

a. mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya.

b. mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik.

c. mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya.

d. mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi

e. mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media, dan sumber belajar yang relevan.

f. mampu mengorganisasikan dan melaksankan program pembelajaran. g. mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik

h. mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.

Pendapat Hamzah B. Uno (2008: 64) mengenai kompetensi profesional guru, guru harus mampu menguasai:

a. disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber bahan pelajaran. b. bahan ajar yang diajarkan.

c. pengetahuan tentang karakteristik siswa.

d. pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan.

e. pengetahuan serta penguasaan metode dan model mengajar. f. penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran.

g. pengetahuan terhadap penilaian, dan mampu merencanakan, memimpin, guna kelancaran proses pendidikan.

Kedua pendapat tersebut dapat dirangkum mengenai kompetansi profesional guru, guru mampu:

a. menerapkan landasan kependidikan, disiplin ilmu pendidikan sebagai bahan pembelajaran, dan memahami teori belajar yang sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik,

b. memahami karakteristik dan kepribadian peserta didik,

(36)

20

d. menguasai bahan yang diajarkan dan mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi,

e. menguasai alat, media, dan teknologi pembelajaran, serta sumber belajar yang relevan,

f. melaksanakan penilaian dan mengevaluasi hasil belajar peserta didik agar dapat digunakan untuk merencanakan pembelajaran di masa datang demi kelancaran proses pendidikan.

Tuntutan atas berbagai kompetensi ini mendorong guru untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan untuk memperkaya kemampuan yang dimilikinya agar tidak mengalami ketinggalan dalam kompetensi profesionalnya. Kompetensi profesional yang terus dikembangkan oleh guru, maka diharapkan dapat berpengaruh terhadap proses pendidikan sehingga mampu melahirkan keluaran pendidikan yang bermutu. Pengembangan kompetensi profesional guru harus didasari juga dengan adanya komitmen guru untuk selalu melakukan pengembangan kompetensi profesional terhadap diri sendiri. Menurut Hamzah B. Uno (2008: 65) tingkat komitmen dapat digambarkan dalam satu garis kontinum, yang bergerak dari tingkatan rendah sampai dengan tingkatan tinggi. Guru yang memiliki tingkat komitmen rendah dapat ditandai dengan ciri berikut :

a. perhatian yang disisihkan untuk memerhatikan siswanya hanya sedikit.

b. waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk melaksanakan tugasnya hanya sedikit.

c. perhatian utama guru hanyalah jabatannya.

Sedangkan guru yang memiliki tingkat komitmen tinggi ditandai dengan ciri sebagai berikut :

(37)

21 a. perhatiannya terhadap siswa cukup tinggi.

b. waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk melaksanakan tugasnya banyak. c. banyak bekerja untuk kepentingan orang lain.

Kompetensi profesional guru dalam menguasai pembelajaran secara luas dan mendalam dari segi materi pembelajaran dan metode pembelajaran dapat diwujudkan dengan menerapkan landasan kependidikan, disiplin ilmu, memahami teori belajar yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dan bervariasi, serta menguasai bidang yang diajarkan. Penguasaan kurikulum dan silabus berkaitan dengan pelaksanaan penilaian dan mengevaluasi belajar peserta didik agar dapat digunakan untuk merencakan pembelajaran dimasa datang demi kelancaran proses pendidikan. Penguasaan wawasan etika, dan pengembangan profesi yang diwujudkan dengan memberikan contoh yang baik bagi peserta didik sehingga dapat menumbuhkan kepribadian yang baik pada peserta didik dan berkomitmen untuk menjadi profesional serta selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya.

2. Guru Taman Kanak-kanak

a. Pengertian Guru Taman Kanak-kanak

Dalam proses pendidikan di Taman Kanak-kanak, guru merupakan sosok sentral yang menjadi panutan bagi seluruh anak didiknya. Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 ayat 1 guru diartikan sebagai pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan megevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Definisi lain oleh Syaiful Sagala (2009: 21) menjelaskan bahwa guru

(38)

22

adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan anak didik, baik secara individual atau klasikal, disekolah maupun diluar sekolah.

Dari kedua pengertian tersebut maka guru Taman Kanak-kanak dapat diartikan sebagai seseorang yang memiliki kemampuan professional yang berwenang dan bertanggung jawab untuk melakukan tugas mengajar, mendidik, membimbing, melatih dan mengevaluasi peserta didik pada jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak.

b. Peran dan Tugas Guru Taman Kanak-kanak

Peran dan tugas guru haruslah sesuai dengan tujuan penyelenggaraan pendidikan Taman Kanak-kanak, seperti yang disebutkan dalam Depdiknas (2007:71) adalah untuk membantu peserta didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar. Suparlan (2005:25) guru memiliki kesatuan peran dan fungsi yang tak terpisahkan yaitu sebagai :

1) Pendidik, guru lebih banyak menjadi sosok panutan yang memiliki nilai moral dan agama yang patut ditiru dan diteladani oleh siswa.

2) Pengajar, diharapkan guru memiliki pengetahuan yang luas tentang disiplin ilmu yang harus diampu untuk ditransfer kepada siswa.

3) Pembimbing, memberikan dorongan psikologis agar siswa dapat mengesampingkan faktor internal dan eksternal yang menghambat.

4) Pelatih, guru perlu memberikan kesempatan kepada siswanya untuk dapat menerapkan konsep atau teori dalam praktek langsung dalam kehidupan.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa peran guru di Taman Kanak-kanak meliputi peran profesi sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih dan penilai dalam mengembangan aspek psikis dan fisik

(39)

23

anak serta peran kemanusiaan meliputi peran sebagai orang tua kedua siswa selama di sekolah serta dapat menjadi tauladan yang baik bagi anak.

c. Kompetensi Guru Taman Kanak-kanak

Menjadi seorang guru haruslah memiliki kompetensi sesuai yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang baik kualitatif maupun kuantitatif. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi akademis, kepribadian/sikap, dan sosial. Pasal 29 PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa kompetensi yang harus dimiliki guru pada satuan pendidikan anak usia dini seperti Taman Kanak-kanak meliputi : 1) Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma IV (D-IV) atau sarjana

(S1)

2) Latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan anak usia dini, kependidikan lain atau psikologi

3) Sertifikasi profesi guru untuk PAUD

Selanjutnya dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen dijelaskan bahwa untuk menjadi guru seseorang wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi yang harus dimiliki guru diantaranya kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional yang ditempuh melalui pendidikan profesi.

Batasan kompetensi profesional tercantum dalam Permendiknas no 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru (khusus pada guru TK/RA) yang meliputi :

(40)

24

1) Menguasai konsep dasar matematika, sains, bahasa, pengetahuan sosial, agama, seni, pendidikan jasmani, kesehatan dan gizi sebagai sarana pengembangan untuk setiap bidang pengembangan anak TK/PAUD.

2) Menguasai penggunaan berbagai alat permainan untuk mengembangkan aspek fisik, kognitif, sosial-emosional, nilai moral, sosial budaya, dan bahasa anak TK/PAUD.

3) Menguasai berbagai permainan anak.

4) Memahami kemampuan anak TK/PAUD dalam setiap bidang pengembangan. 5) Memahami kemajuan anak dalam setiap bidang pengembangan di TK/PAUD. 6) Memahami tujuan setiap kegiatan pengembangan.

7) Memilih materi bidang pengembangan yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

8) Mengolah materi bidang pengembangan secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

9) Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus. 10) Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan. 11) Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan. 12) Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.

13) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi. 14) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan

diri.

d. Standar Pendidik Taman Kanak-kanak

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 52 Tahun 2009 tentang standar pendidik atau guru TK/RA ada beberapa poin penting yang harus dimiliki guru TK. Berikut standar yang harus di penuhi guru TK meliputi :

1) Penguasaan Karakteristik Peserta Didik dari beberapa aspek. Adapun aspek tersebut meliputi :

a) Fisik, aspek ini meliputi motorik kasar, motorik halus dan kesehatan fisik. Motorik kasar merupakan suatu rangsangan yang diberikan agar peserta didik bisa menirukan dan melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan. Motorik halus meliputi kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan seperti membuat garis, menjiplak, menggambar, menggunting, menempel, dan mengekspresikan diri

(41)

25

dengan berkarya seni menggunakan berbagai media. Kedua rangsangan ini dapat diberikan guru dengan cara mendemostrasikan terlebih dahulu sehingga anak mampu menirukannya. Kesehatan fisik peserta didik memiliki kesesuaian antara usia dengan berat badan, memiliki usia dengan tinggi badan, dan memiliki tinggi dengan berat badan.

b) Moral, aspek moral tak lepas dari nilai agama. Adapun aspek agama dan moral pada anak usia TK harus bisa mengenal agama yang dianutnya, menirukan gerakan ibadah, berdoa sebelum makan dan sesudah makan, membedakan perilaku sopan/baik dan buruk, mengucapkan salam, dan menghormati agama lain.

c) Sosial, aspek sosial pada peserta didik usia TK seperti memiliki rasa toleransi, menghargai orang lain, dan perwujudan kecil dalam menolong serta membantu teman.

d) Kultural, aspek kultural atau budaya tak lepas dari unsur kedaerahan suatu tempat. Minimal dalam unsur budaya ini peserta didik mampu untuk melakukan nilai-nilai istiadat yang dilakukan seperti menghormati orang yang lebih tua, tutur kata santun, dan penggunaan bahasa antara teman dan guru. e) Emosional, aspek emosional anak dapat dilihat dari sikap anak dalam

mengendalikan diri dan perasaannya, menunjukkan rasa percaya diri terhadap hasil karyanya, menunjukkan rasa empati, dan mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada.

f) Intelektual. Aspek intelektual dapat dilihat dari lingkup perkembagan kognitif anak. Kognitif dapat dilihat dari materi pembelajaran tentang pengetahuan

(42)

26

umum dan sains, mengenal dan mengklasifikasikan mengenai macam-macam bentuk, warna, ukuran, dan pola, serta mengenal dan menyebutkan konsep bilangan, lambing bilangan dan huruf.

Mengacu pada penguasaan karakteristik peserta didik dari enam aspek, maka guru TK/RA mampu :

a) Memahami karakteristik peserta didik usia TK/RA yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, emosional, moral, dan latar belakang sosial-budaya.

b) Mengidentifikasi potensi peserta didik usia TK/RA dalam berbagai bidang pengembangan,

c) Mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik usia TK/RA dalam berbagai bidang pengembangan, dan

d) Mengidentifikasi kesulitan peserta didik usia TK/RA dalam berbagai bidang pengembangan.

Kemampuan Mengembangkan Kurikulum yang Terkait dengan Bidang Pengembangan meliputi :

a) Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum; b) Menentukan tujuan kegiatan pengembangan yang mendidik;

c) Menentukan kegiatan bermain sambil belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pengembangan;

d) Memilih materi kegiatan pengembangan yang mendidik yaitu kegiatan bermain sambil belajar sesuai dengan tujuan pengembangan;

e) Menyusun perencanaan semester, mingguan, dan harian dalam berbagai kegiatan pengembangan di TK/RA; dan

f) Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian.

Kemampuan Menyelenggarakan Kegiatan Pengembangan yang Mendidik meliputi :

a) memahami prinsip-prinsip perancangan kegiatan pengembangan yang mendidik dan menyenangkan;

b) mengembangkan komponen-komponen rancangan kegiatan pengembangan yang mendidik dan menyenangkan;

c) menyusun rancangan kegiatan pengembangan yang mendidik yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, maupun di luar kelas;

d) menerapkan kegiatan bermain yang bersifat holistik, otentik, dan bermakna; e) menciptakan suasana bermain yang menyenangkan, inklusif, dan demokratis;

(43)

27

f) memanfaatkan media dan sumber belajar yang sesuai dengan pendekatan bermain sambil belajar;

g) menerapkan tahapan bermain anak dalam kegiatan pengembangan di TK/RA; dan

h) mengambil keputusan transaksional dalam kegiatan pengembangan di TK/RA sesuai dengan situasi yang berkembang.

Kegiatan pembelajaran dapat dilihat dari Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang benar-benar menunjukkan bahwa pembelajaran dilakukan secara kontekstual (memberikan contoh-contoh konkret yang sesuai dengan tema pembelajaran) dengan memanfaatkan media dan sumber belajar yang sesuai, atau dengan melihat catatan harian yang menjelaskan bahwa pembelajaran benar-benar memanfaatkan media dan sumber belajar yang sesuai.

3. Kompetensi Profesional Guru Taman Kanak-kanak

Deskripsi kompetensi profesional guru digambarkan dalam penguasaan materi keilmuan, metode khusus pembelajaran bidang studi, penguasaan kurikulum dan silabus, serta wawasan etika dan pengembangan profesi. Berdasarkan pada kesimpulan mengenai kompetensi profesional guru di atas disebutkan bahwa kompetensi profesional guru dalam menguasai pembelajaran secara luas dan mendalam dari segi materi pembelajaran dan metode pembelajaran dapat diwujudkan dengan menerapkan landasan kependidikan, disiplin ilmu, memahami teori belajar yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dan bervariasi, serta menguasai bidang yang diajarkan.

Penguasaan kurikulum dan silabus berkaitan dengan pelaksanaan penilaian dan mengevaluasi belajar peserta didik agar dapat digunakan untuk merencakan pembelajaran dimasa datang demi kelancaran proses pendidikan. Penguasaan

(44)

28

wawasan etika, dan pengembangan profesi yang diwujudkan dengan memberikan contoh yang baik bagi peserta didik sehingga dapat menumbuhkan kepribadian yang baik pada peserta didik dan berkomitmen untuk menjadi profesional serta selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya. Serta kesimpulan dari guru Taman Kanak-kanak yang dapat diartikan sebagai seseorang yang memiliki kemampuan professional yang berwenang dan bertanggung jawab untuk melakukan tugas mengajar, mendidik, membimbing, melatih dan mengevaluasi peserta didik pada jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak.

Inti dari kompetensi profesional guru TK yang telah diungkap di atas, bahwa kompetensi profesional guru TK menguasai pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup materi pembelajaran dan metode pembelajaran, kurikulum dan silabus, serta wawasan etika dan pengembangan profesi yang berkaitan langsung dengan pendidikan di TK. Mengacu pada hal tersebut dan didukung pada Peraturan Menteri nomor 16 Tahun 2007 tentang Kompetensi Guru (khususnya tentang guru TK) dan Peraturan Menteri nomor 52 Tahun 2009 (tentang standar pendidik TK). Adapun rinciannya sebagai berikut :

a. Penguasaan pembelajaran TK secara luas dan mendalam dari segi materi pembelajaran dan metode pembelajaran, meliputi :

1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

2) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

3) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.

4) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. 5) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. 6) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan

(45)

29

7) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

b. Penguasaan kurikulum TK dan silabus

1) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu.

2) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik

c. Penguasaan wawasan etika dan pengembangan profesi

1) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

2) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

3) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

4) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

5) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.

6) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

7) Menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi.

8) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

9) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.

C. Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Taman Kanak-kanak 1. Pengertian Pengembangan

Morris dalam Sudjana (2004: 331) pengembangan atau developing memiliki arti “To expand or realize the potentialities of; bring gradually to a fuller, greater, or better state”…”To progress from earlier to later or from simpler to more complex stages of evolution”. Pernyataan tersebut memiliki arti bahwa pengembangan merupakan upaya memperluas atau mewujudkan

(46)

potensi-30

potensi, membawa suatu keadaan secara bertingkat kepada suatu keadaan yang lebih lengkap, lebih besar, atau lebih baik, memajukan sesuatu dari yang awal kepada yang lebih akhir atau dari yang sederhana menuju kepada perubahan yang lebih kompleks. Definisi pengembangan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2005: 538) adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan. Mengembangkan yang dimaksud adalah menjadikan maju (baik, sempurna, dsb).

Penjelasan mengenai pengembangan dapat disimpulkan bahwa pengembangan adalah kegiatan, cara atau proses untuk meningkatkan dan memajukan potensi dan keadaan untuk menjadi lebih baik. Sehingga pengembangan yang dimaksud lebih mengarah pada upaya ataupun tindakan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional. Adapun pentingnya pengembangan dalam pendidikan khususnya pengembangan kemampuan profesional guru adalah untuk memenuhi tuntutan kebutuhan lembaga, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat, dan perubahan yang terjadi dalam lingkungan. Segala bentuk kebutuhan dan tuntutan perubahan zaman, menuntut guru untuk mengembangkan kompetensi profesionalnya agar dapat mengimbangi segala perubahan yang ada.

2. Konsep Pengembangan Kompetensi Profesional Guru

Pendapat mengenai pengembangan kompetensi profesional dikemukakan oleh Alba G.D & Sandberg (Diah: 40-41) sebagai berikut:

“The concept of professional development is not clearly delimited. A profession traditionally is defined as being based on systematic, scientific knowledge. Preliminary development of professional skill has occurred largely through designated higher education programs, with subsequent development taking various forms.”

(47)

31

Inti dari pendapat Alba G.D & Sandberg bahwa suatu profesi digambarkan sebagai dasar pengetahuan sistematis dan pengetahuan ilmiah, untuk itu diperlukan pengembangan keterampilan profesional yang dirancang luas melalui program-program pendidikan lebih tinggi dengan berbagai bentuk pengembangan.

Tatty S.B. Amran (M. Nurdin: 115) mengatakan bahwa “untuk pengembangan kompetensi profesional diperlukan KASAH”. KASAH merupakan akronim dari Knowledge (pengetahuan), Ability (kemampuan), Skill (keterampilan), Attitude (sikap diri), dan Habit (kebiasaan diri). Adapun penjelasan mengenai beberapa hal tersebut di atas adalah sebagai berikut :

a. Knowledge (Pengetahuan)

Muhammad Hatta (M. Nurdin: 116) mendeskripsikan pengetahuan adalah sesuatu yang didapat dari membaca dan pengalaman. Sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang di dapat dengan jalan keterangan (analisis). Pendapat lain dikemukakan oleh Ashley Montagu (M. Nurdin: 116) ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat dan prinsip tentang hal yang sedang distudi. Mencermati dari kedua pendapat tersebut, pengetahuan adalah sesuatu yang bisa dibaca, dipelajari, dan dialami oleh setiap orang. Pengetahuan perlu diuji dulu dalam penerapannya di lapangan. Penerapan pengetahuan tergantung pada wawasan, kepribadian, dan kepekaan seseorang dalam melihat situasi dan kondisi.

Pengembangan kompetensi profesional bagi guru merupakan hal yang mutlak, dan perlu mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan. Mempelajari

(48)

32

berbagai macam ilmu pengetahuan bagi guru juga memperlukan skala prioritas, karena dalam menunjang keprofesionalan sebagai guru, bukan hanya mempelajari satu disiplin ilmu saja. Semakin banyak ilmu pengetahuan, semakin banyak pula wawasan guru menganai berbagai ilmu.

b. Ability (Kemampuan)

Kemampuan terdiri dari dua unsur, yaitu yang bisa dipelajari dan yang alamiah. Pengetahuan dan keterampilan adalah unsur kemampuan yang bisa dipelajari, sedangkan yang alamiah adalah bakat yang dimiliki oleh seseorang. Jika seseorang hanya mengandalkan bakat tanpa mempelajari dan membiasakan kemampuannya, maka seseorang tidak akan bisa berkembang. Untuk itu, kemampuan profesional yang dimiliki guru harus selalu diasah dengan cara tekun dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

c. Skill (Keterampilan)

Keterampilan merupakan salah satu unsur kemampuan yang dapat dipelajari pada unsur penerapannya. Suatu keterampilan merupakan keahlian yang bermanfaat untuk jangka panjang. Banyak sekali keterampilan yang dibutuhkan dalam mengembangkan kompetensi profesional. Keterampilan mengajar merupakan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas guru dalam pengajaran.

d. Attitude (Sikap Diri)

Tatty S.B Amran (M. Nurdin: 123) sikap diri yang harus dipegang adalah disiplin. Disiplin merupakan sikap diri yang tidak bisa dipaksakan oleh sebuah peraturan. Sebagus apapun peraturan kalau disiplin tidak ada pada diri seseorang,

(49)

33

maka peraturan ini tidak dapat dilaksanakan. Disiplin erat kaitannya dengan kepribadian. kepribadian dibentuk oleh lingkungan di sekitarnya dan sudah tertanam sejak kecil. Untuk itu, disiplin ini bisa dimulai dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu agar ke depannya bisa melaksanakan tugas dengan baik sesuai dengan apa yang diembannya.

e. Habit (Kebiasaan)

Kebiasaan merupakan suatu kegiatan yang terus menerus dilakukan yang tumbuh dalam pikiran seseorang. Pengembangan kebiasaan diri harus dilandasi dengan kesadaran bahwa usaha tersebut membutuhkan proses yang cukup panjang. Kebiasaan positif guru biasanya dilakukan seperti menyapa anak dengan ramah, memberikan pujian anak dengan tulus, menyampaikan rasa simpati, menyampaikan penghargaan kepada anak didik yang berprestasi. Hal tersebut senantiasa dilakukan oleh guru karena guru sebagai public figure ditengah-tengah anak didiknya.

Pemaparan pengembangan menurut Tatty S.B. Amran bahwa pengembangan kemampuan profesional guru dapat dilakukan dengan berbagai bentuk pengembangan melalui peningkatan ilmu pengetahuan, mengasah kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya agar selalu bertambah baik dan meningkat, serta adanya sikap dan kebiasaan guru yang baik sehingga dapat dicontoh dan menjadi suri tauladan yang baik bagi peserta didiknya.

3. Tujuan Pengembangan Kompetensi Profesional Guru

Tujuan dari adanya pengembangan kompetensi profesional guru yaitu untuk meningkatkan kompetensi profesional guru yang telah ada sehingga dapat

(50)

34

diaplikasikan untuk meningkatkan kualitas proses pendidikan itu sendiri, dan pada kualitas prestasi belajar peserta didik dan output atau lulusan yang bermutu. Menurut Suryosubroto (2004: 175) tujuan upaya pengembangan kompetensi guru adalah mengembangkan situasis belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar.

Pengertian tersebut telah menunjukkan bahwa tujuan pengembangan kompetensi guru adalah meningkatkan situasi belajar yang lebih baik. Sementara menurut Ibrahim Bafadal (2006: 42) dengan adanya pengembangan kompetensi profesional guru, guru selayaknya:

a. Guru menguasai pengembangan materi dalam rangka pencapaian target kurikulum dengan seiringnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal itu diharapkan agar guru dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya dengan memanfaatkan perkembangan IPTEK dan selalu up to date.

b. Guru tidak hanya semakin mampu dan terampil dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya, melainkan juga semakin puas memiliki moral atau semangat kerja yang tinggi dan berdisiplin. Karena moral kerja yang tinggi dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja guru. Hal ini yang selayaknya dapat dikelola dengan baik oleh guru agar semangat kerja tinggi ini terus selalu ada.

c. Guru menjadi mandiri karena ciri implementasi manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah adalah kemandirian dari seluruh stakeholder sekolah yang salah satunya dari guru.

(51)

35

4. Jenis Pengembangan Kompetensi Profesional Guru

Ibrahim Bafadal (2006: 41) mengembangkan kompetensi guru dapat dilakukan dengan mengikuti upaya pengembangan kompetensi profesional yang ada, antara lain :

a. Pembinaan peningkatan kompetensi profesional guru Peningkatan profesional guru yaitu melalui :

1) Pembinaan Supervisi, supervisi dilakukan dalam rangka peningkatan kemampuan profesional sesuai dengan fungsi supervisi. Pertama, fungsi pengembangan yang apabila supervisi dilakukan dengan sebaik-baiknya dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Kedua fungsi motivasi yang apabila supervisi dilakukan sebaik-baiknya dapat menumbuhkembangkan motivasi kerja guru. Ketiga, fungsi kontrol apabila dilakukan dengan sebaik-baiknya memungkinkan supervisor melaksanakan kontrol terhadap pelaksanaan tugas guru.

2) Program Sertifikasi, program ini bertujuan untuk menyiapkan tenaga pendidik yang berkualitas. Melalui program sertifikasi, kemampuan guru lebih meningkat dan memiliki kualifikasi sebagai guru yang profesional. Adapun hasil yang diharapkan adalah tersedianya guru terdidik/terlatih yang berkualifikasi sesuai dengan bidang yang diajarnya, dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga pendidik di sekolah.

3) Tugas Belajar, tugas belajar merupakan program penyetaraan DII dari guru lulusan SPG. Adapaun tujuan program tugas belajar adalah meningkatkan kualifikasi guru agar sesuai dengan peraturan kepegawaian yang berlaku

(52)

36

secara nasional maupun yayasan yang menaunginya. Meningkatkan kemampuan profesional guru dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan, dan menumbuhkembangkan motivasi para pegawai dalam rangka meningkatkan kinerjanya.

4) Gugus Sekolah, adanya gugus sekolah dimana pembagian gugus berdasarkan wilayah yang terdapat satu sekolah inti sebagai pusat pengembang sekolah dan diikuti oleh beberapa sekolah lainnya. Gugus sekolah ini merupakan suatu bentuk pembinaan kemampuan profesional guru dimana adanya pertemuan gugus sekolah ini dapat digunakan sebagai ajang pembelajaran antar guru. Gugus sekolah dapat difungsikan sebagai prasarana pembinaan kemampuan profesional. Sebagai wahana penyebaran informasi dan inovasi dalam bidang pendidikan. Sebagai wadah menumbuhkembangkan semangat dan kerjasama serta kompetisi antar guru. Sebagai wadah perekat antar guru, kepala sekolah maupun pengawas agar dapat menumbuhkembangkan rasa percaya diri guru dan melakukan pembinaan tugas guru. Sebagai wadah koordinasi peningkatan partisipasi masyarakat.

b. Supervisi Klinis, menekankan pembinaan dalam bentuk tatap muka antara supervisor dengan guru yang sedang mengajar. Supervisi klinis ini merupakan pengembangan kualitas guru dalam mengelola belajar mengajar.

Ibrahim Bafadal (2006: 67) supervisi klinis memiliki beberapa karekteristik, diantaranya :

1) Supervisi klinis berlangsung dalam bentuk tatap muka antara supervisor dengan guru.

(53)

37

2) Supervisi klinis bertujuan untuk mengembangkan profesional guru.

3) Aspek yang menjadi sorotan supervisi klinis adalah kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas.

4) Perlu dilakukan observasi kegiatan pengajaran di kelas secara cermat dan mendetail.

5) Analisis dari hasil observasi pengajaran di dalam kelas dilakukan bersama antara supervisor dan guru.

6) Hubungan antara guru dan supervisor bersifat kolegial bukan otoritarian. Suryosubroto (2004: 175) tujuan supervisi adalah mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar. Kegiatan supervisi pengajaran menurut Soetjipto dan Raflis Kosasi (1999: 233) ditunjukaan untuk perbaikan pengajaran. Perbaikan itu dilakukan melalui peningkatan kemampuan profesional guru dalam melaksanakan tugas. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari supervisi klinis bertujuan untuk perbaikan.

c. Pembinaan peningkatan motivasi kerja (moral kerja ) guru

Moral kerja merupakan suatu sikap dan tingkah laku yang berbentuk semangat seseorang dalam bekerja. Semangat kerja seseorang ini sangat mempengaruhi produktivitas seseorang. Jadi jika seseorang memiliki moral kerja yang tinggi, maka kemungkinan besar akan menghasilkan sesuatu yang lebih banyak dan lebih baik dalam kinerjanya. Lucio dan Neil mengemukakan konsep moral kerja seperti yang dikutip oleh Ibrahim Bafadal (2006: 90) “Morale was regarded as the attitude and behavior which denoted a willingness to be involved in school and its work”. Dari konsep tersebut dapat dilihat bahwa moral sebagai suatu sikap dan tingkah laku yang merupakan perwujudan suatu kemauan yang dibawa serta ke sekolah dan kerjanya. Sehingga moral kerja seseorang merupakan perwujudan kemauan seseorang melalui sikap dan tingkah laku

Gambar

Tabel 1. Populasi dan Sampel Guru TK di Kecamatan Bantul
Tabel 1. Populasi dan Sampel Guru TK di Kecamatan Bantul
Tabel 2. Kisi-Kisi Instrument Penelitian Pengembangan Kompetensi Profesional  Guru TK di Kecamatan Bantul
Tabel 3. Hasil Uji Reliabititas Instrumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menentukan jenis penelitian yang digunakan oleh mahasiswa selalu Faktor ini bertolak dari kemampuan dan pemahaman mengenai penelitian itu sendiri yang selama ini

Judul : Sistem Pemotongan Dan Penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia.. Ketua

[r]

Pertimbangan yang diambil peneliti adalah bahwa belajar menyelesaikan masalah adalah alasan prinsipil untuk mempelajari matematika, juga melihat pada kemampuan siswa

Dari data pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa tingkat persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta berdasarkan orientasi dan evaluasi penampilan, kebugaran

Menurut permenkes informasi yang harus dijelaskan adalah diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran ; tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan ; alternative

I. KURIKULUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DASAR POLISI PAMONG PRAJA KELOMPOK JPT DAN JABATAN ADMINISTRASI A. Kompetensi Dasar Setelah pembelajaran, peserta diharapkan 1. Kebijakan

Setelah dilakukan perbaikan oleh guru pada tahap mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang berkaitan dengan materi dengan cara meningkatkan keterampilan bertanya dan membina