SKRIPSI
Diajukan Oleh :
YUSTIADI AHMAD WAHYUDI 0713010163/ FE/ AK
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul : “PENGARUH ARUS KAS AKTIVITAS OPERASI, ARUS
KAS AKTIVITAS INVESTASI, ARUS KAS AKTIVITAS PENDANAAN, DAN LABA AKUNTANSI TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN OTOMOTIF PADA BURSA EFEK INDONESIA “.
Penyususun skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian
persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
pada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak
terselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan serta saran – saran dari
berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada yang
terhormat :
1. Bapak Prof. Dr H. R. Teguh Soedarto MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE, MM selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs.Ec. Saiful Anwar, MSi selaku Wakil Dekan Fakultas
5. Bapak Drs.Ec. Syarief Hidayat, MSi selaku dosen pembimbing yang
dengan kesabaran, ketelatenan, dan kerelaan telah membimbing dan
memberi petunjuk sampai terselesainya skripsi ini.
6. Ibu Anik Yuliati selaku dosen wali yang telah memberi nasihat selama
ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staff Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa timur, khususnya program
studi Akuntansi yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang
bermanfaat selama ini.
8. Bapak dan ibu, kakak-kakak, keponakan saya dan seluruh keluarga
besar yang telah memberikan doa dan dukungan baik secara moril
maupun materiil selama ini.
9. Seluruh pihak atau pribadi yang telah membantu dalam penyusunan
ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Surabaya, Mei 2011
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 8
2.2. Landasan Teori ... 10
2.2.1. Laporan Keuangan ... 10
2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 10
2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan ... 13
2.2.2. Laba Akuntansi ... 16
2.2.3. Arus Kas... 17
2.2.3.3.2. Arus Kas Aktivitas Investasi ... 25
2.2.3.3.3. Arus Kas Aktivitas Pendanaan ... 26
2.2.4. Harga Saham ... 27
2.2.5. Kerangka Pikir ... 29
2.2.5.1. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Operasi Terhadap Harga Saham ... 29
2.2.5.2. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Investasi Terhadap Harga Saham ... 30
2.2.5.3. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Pendanaan Terhadap Harga Saham ... 32
2.2.5.4. Pengaruh Laba Akuntansi Terhadap Harga Saham 33 2.3.Hipotesis ... 36
BAB III : METODE PENELITIAN ... 37
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 37
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 38
3.2.1. Populasi ... 38
3.2.2. Sampel ... 39
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 40
3.4.2. Uji Asumsi Klasik ... 42
3.4.3. Teknik Analisis Data... 43
3.4.4. Pengujian Hipotesis... 44
3.4.4.1. Uji t... 44
3.4.4.2. Uji F... 44
BAB IV : METODE PENELITIAN ... 45
4.1. Deskripsi Objek Penelitian... 45
4.1.1. PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 45
4.1.2. PT. Astra International Tbk (ASII)... 47
4.1.3. PT. Gajah Tunggal Tbk (GJTL) ... 47
4.1.4. PT. Nipress Tbk (NIPS)... 48
4.1.5. PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk (PRAS) ... 49
4.1.6. PT. Multi Prima Sejahtera Tbk (LPIN) ... 50
4.1.7. PT. Selamat Semprna Tbk (SMSM)... 51
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 52
4.2.1. Variabel Arus Kas Aktivitas Operasi (X1) Perusahaan Otomotif yang Go Publik di BEI... 52
4.2.4. Variabel Laba Akuntansi(X4) Perusahaan Otomotif
yang Go Publik di BEI... 58
4.2.5. Variabel Harga Saham (X5) Perusahaan Otomotif yang Go Publik di BEI... 60
4.3. Hasil Analisis dan Uji Hipotesis ... 62
4.3.1. Hasil Uji Normalitas ... 62
4.3.2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 63
4.3.2.1. Hasil Uji Autokorelasi... 63
4.3.2.2. Hasil Uji Multikolinearitas... 64
4.3.2.3. Hasil Uji Heterokedastisitas ... 66
4.3.3. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 67
4.3.4. Hasil Hipotesis... 69
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 73
4.4.1. Implikasi Hasil Penelitian... 73
4.5. Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang... 75
4.6. Konfirmasi Hasil Penelitian dengan Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 77
4.1. Data Arus Kas Operasi Perusahaan Otomotif tahun 2005-2009... 53
4.2. Data Arus Kas Investasi Perusahaan Otomotif tahun 2005-2009 ... 55
4.3. Data Arus Kas Pendanaan Perusahaan Otomotif tahun 2005-2009 .. 57
4.4. Data Laba Akuntansi Perusahaan Otomotif tahun 2005-2009 ... 59
4.5. Data Harga Saham Perusahaan Otomotif tahun 2005-2009 ... 61
4.6. Uji Normalitas Kolmogorov – Smirnov... 62
4.7. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan metode LogNatural (Ln) ... 63
4.8. Hasil Uji Autokorelasi... 64
4.9. Hasil Uji Multikolinearitas... 64
4.10. Hasil Uji Multikolinearitas Setelah X1 dikeluarkan ... 65
4.11. Hasil Uji Heterokedastisitas ... 66
4.12. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 67
4.13. Hasil Uji t ... 69
4.14. Hasil Uji F ... 70
Lampiran 4.2. : Data Arus Kas Investasi Perusahaan Otomotif tahun 2005-2009
Lampiran 4.3. : Data Arus Kas Pendanaan Perusahaan Otomotif tahun
2005-2009
Lampiran 4.4. : Data Laba Akuntansi Perusahaan Otomotif tahun 2005-2009
Lampiran 4.5. : Data Harga Saham Perusahaan Otomotif tahun 2005-2009
Lampiran 4.6. : Uji Normalitas Kolmogorov – Smirnov
Lampiran 4.7. : Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan
metode LogNatural (Ln)
Lampiran 4.8. : Hasil Uji Multikolinearitas
Lampiran 4.9. : Hasil Uji Multikolinearitas Setelah X1 dikeluarkan
Lampiran 4.10. : Hasil Uji Autokorelasi
Lampiran 4.11. : Hasil Uji Heterokedastisitas
Lampiran 4.12. : Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Lampiran 4.13. : Hasil Uji t
Lampiran 4.14. : Hasil Uji F
Yustiadi Ahmad Wahyudi
Abstract
Capital markets are where companies seek fresh funds to develop business activities so that it can print more money. Capital market in Indonesia has an important role for the state economy since the stock market perform two functions: first as a means for financing a business or as a means for companies to obtain funds from investors. Second, capital markets as a means for investors to invest in financial instruments such as stocks, bonds, mutual funds, and others. Based on the above description, will study the effect of cash flow operating activities, cash flow investing activities, cash flow financing activities, and accounting profit at the automotive company listed on the Indonesia Stock Exchange.
The data used are secondary data in the form of financial statements of companies listed on the Stock Exchange automotive December 31, which had been audited during the year 2005-2009 and the closing stock price data (closing price) of each company as of 31 December. The method of analysis used is multiple linear regression analysis.
The results showed that simultaneous operating cash flow, cash flow investing activities, cash flow financing activities, and income do not have penagruh significantly to the price of shares in an automotive company listed on the BEI. This research is consistent with research Ferry and Wati (2004) who concluded that accounting income has a positive effect with the stock price while the separation into components of cash flow memilii no significant effect on stock prices.
Yustiadi Ahmad Wahyudi
Abstrak
Pasar modal adalah tempat perusahaan mencari dana segar untuk meningatkan kegiatan bisnis sehingga dapat mencetak lebih banyak keuntungan. Pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi perekonomian negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari investor. Kedua, pasar modal menjadi sarana bagi investor untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Berdasarkan uraian di atas, akan dikaji pengaruh dari arus kas aktivitas operasi, arus kas aktivitas investasi, arus kas aktivitas pendanaan, dan laba akuntansi pada perusahaan otomotif yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.
Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI per 31 Desember yang telah diaudit selama tahun 2005-2009 dan data harga saham penutupan (closing price) tiap-tiap perusahaan per 31 Desember. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan arus kas aktivitas operasi, arus kas aktivitas investasi, arus kas aktivitas pendanaan, dan laba akuntansi tidak memiliki penagruh secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang terdaftar pada BEI. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Ferry dan Wati (2004) yang menyimpulkan bahwa laba akuntansi memiliki pengaruh positif dengan harga saham sedangkan pemisahan kedalam komponen aliran kas tidak memilii pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pasar modal adalah tempat perusahaan mencari dana segar untuk
meningatkan kegiatan bisnis sehingga dapat mencetak lebih banyak
keuntungan. Pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi
perekonomian negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu
pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi
perusahaan untuk mendapatkan dana dari investor. Kedua, pasar modal
menjadi sarana bagi investor untuk berinvestasi pada instrumen keuangan
seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain.Transaksi perdagangan
dalam pasar modal dapat berupa pembelian dan penjualan saham.
Informasi mengenai emiten merupakan faktor penentu dalam bermain di
pasar modal. Semakin baik kinerja dan prestasi perusahaan maka
permintaan dan harga saham akan meningkat. Sebaliknya, jika kinerja dan
prestasi perusahaan tidak baik maka harga saham akan turun.
Syarat utama yang diinginkan oleh para investor untuk bersedia
menyalurkan dananya melalui pasar modal adalah perasaan aman akan
investasinya. Perasaan aman ini diantaranya diperoleh karena para investor
memperoleh informasi yang jelas, wajar, dan tepat waktu sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan investasinya. Informasi dianggap infromatif
keputusan. Informasi yang baru akan membentuk suatu kepercayaan yang
baru di kalangan para investor. Kepercayaan baru ini mengubah harga
melalui perubahan permintaan dan penawaran surat-surat berharga
(Hastuti dan Bambang S,1998).
Indikator penting dalam mempelajari tingkah laku pasar bagi
investor adalah dengan melihat perkembangan harga saham. Harga saham
merupakan indikator keberhasilan pengelola perusahaan dimana kekuatan
pasar ditunjukkan dengan transaksi perdagangan pada hasil pengamatan
para investor terhadap prestasi perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan. Perusahaan yang prestasinya semakin baik dalam
menghasilkan keuntungan akan meningkatkan permintaan saham sehingga
harganya akan mengalami peningkatan. Perusahaan yang prestasinya
semakin buruk maka akan menurunkan harga saham yang bersangkutan,
sehingga dapat disimpulkan bahwa harga pasar saham merupakan ukuran
indeks prestasi perusahaan, yang seberapa jauh manajemen telah berhasil
mengelola perusahaan.
Dalam mengelola perusahaan yang baik dapat dibuktikan dengan
bukti empiris mengenai pengaruh arus kas aktivitas operasi, arus kas
aktivitas investasi, arus kas aktivitas pendanaan dan Laba Akuntansi
seperti yang telah tercantum dalam PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan) No.2 tentang laporan aliran kas dan laba akuntansi dengan
harga saham. Bentuk tindakan lain dalam pengungkapan laporan keuangan
1994) mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No.2 tentang perusahaan yang harus memasukkan laporan aliran kas
sebagai bagian tidak terpisahkan dari pelaporan keuangan.
Laporan arus kas memberikan informasi yang memungkinkan para
pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan,
struktur keuangan, dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta
waktu arus kas dalam beradaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang
(PASK No 2, 2009). Laporan arus kas menunjukkan saat uang diterima,
saat dapat diinvestasikan kembali, dan saat harus dibayarkan. Laporan arus
kas dibagi tiga komponen penting yaitu aktivitas operasi aktivitas investasi
dan aktivitas pendanaan yang akan membantu investor untuk bisa
melakukan analisa yang lebih lengkap tentang kinerja perusahaan
Penelitian mengenai aliran kas di Indonesia dilakukan oleh Suadi
(1998) dalam penelitianya menunjukkan bahwa laporan aliran kas
mempunyai hubungan dengan jumlah pembayaran dividen yang terjadi
dalam satu tahun setelah terbitnya laporan aliran kas. Hal ini menunjukkan
bahwa laporan aliran kas mempunyai kandungan informasi dan
bermanfaat bagi investor. Triyono dan Jogianto (2000) dalam
penelitiannya memperoleh kesimpulan bahwa pembedaan komponen
aliran kas (aliran kas operasi, investasi dan pendanaan) seperti yang
diisyaratkan dalam PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No.2
mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap return sekuritas.
laba dengan jumlah aliran kas yang diukur dengan pendekatan tidak
langsung. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang
kuat antara laba dengan aliran kas dan pengungkapan informasi aliran kas
memberikan nilai tambah bagi pemakai laporan keuangan.
Beberapa laporan keuangan yang penting bagi calon investor dapat
mengetahui bagaimana kondisi perusahaan. Beberapa laporan keuangan
yang penting bagi calon investor diantaranya adalah laporan keuangan laba
rugi dan laporan arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan
aktivitas pendanaan. Dari laporan laba rugi calon investor memperoleh
gambaran mengenai kemampuan perusahaan dalam memberikan
pengembalian atas investasi yang dilakukan oleh investor sejak jumlah
dana yang sudah digunakannya (Swardjono, 2005:459). Sedangkan
laporan arus kas operasi memberikan informasi pada calon invetor
mengenai apakah dari kegiatan bisnisnya perusahaan dapat mengucurkan
arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan
operasi perusahaan, membayar dividen, dan melakukan investasi baru
Gambar 1.1.
Grafik ASII selama periode Desember 2005 – Januari 2009
Sesuai gambar mengenai fluktuasi harga saham di PT.ASII sebagai
salah satu perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama tahun 2005 – 2009 didapatkan bahwa sahamnya cenderung
meningkat. Berdasarkan artikel yang didapatkan dapat kami simpulkan
bahwa ada calon investor yang akan menanamkan dananya pada
perusahaan tetapi tidak memperhatikan laporan keuangan perusahaan,
karena niatnya adalah sebagai investor harian atau yang biasa disebut
dengan chartist bukan sebagai investor, sehingga para chartist lebih melihat pada reaksi harga pasar di masa lalu, tren yang terjadi, dan
proyeksi di masa depan. Padahal dari laporan keuangan calon investor
dapat mengetahui bagaimana kondisi perusahaan. Keengganan para calon
investor untuk mengamati atau menganalisis laporan keuangan perusahaan
pasti apa sebabnya, bisa dikarenakan investor malas menganalisis laporan
keuangan, tidak mengetahui bagaimana cara menganalisis laporan
keuangan, tidak percaya terhadap hasil laporan keuangan yang disajikan
perusahaan atau karena sebab-sebab lainnya. Para calon investor
cenderung lebih suka melakukan pengamatan dari sisi harga atau
popularitas saham suatu perusahaan, dibandingkan harus mengamati atau
menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan.
Atas dasar fenomena tersebut diatas, maka perlu kiranya diadakan
penelitian dengan judul : “ Pengaruh Arus Kas Aktivitas Operasi, Arus Kas Aktivitas Investasi, Arus Kas Aktivitas Pendanaan, dan Laba Akuntansi Terhadap Harga Saham Perusahaan Otomotif Pada Bursa Efek Indonesia”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini
penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
Apakah arus kas aktivitas operasi, arus kas aktivitas investasi, arus
kas aktivitas pendanaan, dan Laba Akuntansi memiliki pengaruh secara
simultan terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia ( BEI ) ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk membuktikan secara
aktivitas pendanaan, dan laba akuntansi mempunyai pengaruh terhadap
harga saham pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
1.4. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi bagi perusahaan untuk lebih mengetahui
pengaruh laba bersih, arus kas aktivitas operasi, arus kas aktivitas
investasi, dan arus kas aktivitas pendanaan terhadap harga saham pada
perusahaan.
2. Disamping itu, penelitian ini ditujukan untuk memenuhi salah satu
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam jurusan
Akuntansi Keuangan.
3. Sedangkan bagi pihak luar, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan diskusi dan wacana informasi bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
4. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan
pengetahuan tentang komponen arus kas dan pengaruh laba bersih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian terdahulu yang
sejenis, landasan teori tentang arus kas aktivitas operasi, arus kas aktivitas
investasi, arus kas aktivitas pendanaan, dan laba akuntansi terhadap harga
saham pada perusahaan otomotif di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Untuk mendukung penelitian ini, telah dipelajari penelitian terdahulu yang
sejenis dan masih ada kaitan dengan penelitian ini. Berikut ini akan dijelaskan
secara singkat mengenai hasil penelitian terdahulu tersebut antara lain :
1. Meythi (2006)
Judul : ”Pengaruh Arus Kas Operasi terhadap Harga Saham dengan Presistensi Laba sebagai Variabel Intervening”.
Rumusan Masalah : ” Apakah Arus Kas Operasi berpengaruh terhadap Harga Saham dengan Presistensi Laba Variabel Intervening?”.
Hipotesis : ”Arus kas operasi berpengaruh positif terhadap harga saham dengan presistensi laba sebagai variabel intervening”
Alat Uji : regresi berganda (multiple regression) dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh arus kas operasi terhadap harga saham dengan
Hasil Penelitian : tidak terdapatnya pengaruh antara interaksi arus kas operasional yang berpengaruh terhadap harga saham.
2. Ferry & Erni Eka Wati (2004)
Judul : ”Pengaruh Informasi Laba Aliran Kas dan Komponen Aliran Kas terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia ”.
Rumusan Masalah : ”Apakah informasi laba aliran kas dan komponen aliran kas berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di
Indonesia?”.
Hipotesis :
H1 : Laba akuntansi mempunyai pengaruh positif dengan harga saham
perusahaan manufaktur.
H2 : Total aliran kas mempunyai pengaruh positif dengan harga saham
perusahaan manufaktur.
H3 : Aliran kas dari aktivitas investasi mempunyai pengaruh positif
dengan harga saham perusahaan manufaktur.
H4 : Aliran kas dari aktivitas pendanaan mempunyai pengaruh positif
dengan harga saham perusahaan manufaktur.
H5 : Aliran kas dari aktivitas operasi mempunyai pengaruh positif
dengan harga saham perusahaan manufaktur.
untuk pemisahan total aliran kas ke dalam tiga komponen aliran kas, yaitu
aliran kas dari aktivitas pendanaan, investasi dan operasi mempunyai
hubungan yang signifikan dengan harga saham serta laba akuntansi
mempunyai kandungan informasi terhadap harga saham.
Hasil Penelitian : Pada model levels untuk laba akuntansi mempunyai pengaruh yang positif dengan harga saham daripada total aliran kas maupun
pemisahan kedalam komponen aliran kas.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Laporan Keuangan
2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut SFAC No.1 (FASB, 1978), laporan keuangan merupakan
”central feature of financial reporting” yang berfungsi untuk “communicating accounting information yo yhose outside an enterprise”. Item-item yang diakui dalam laporan keuangan merupakan representasi dari sumber daya atau aset
suatu entitas, klaim terhadap sumber daya atau aset-aset tersebut (kewajiban dan
ekuitas pemilik), dan pengaruh transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa lain
serta kejadian yang mengakibatkan perubahan dalam sumber daya atau klaim
terhadap sumber daya tersebut (Lako, 2006:49).
Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
”Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara,
misalnya sebagai laporan arus kas atau lapoan arus dana), catatan dan laporan
lain, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang
berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen
industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”.
Laporan keuangan yang lengkap menurut Standar Akuntansi Keuangan
(IAI, 2004) terdiri dari beberapa unsur berikut ini :
1. Neraca
Neraca adalah daftar seluruh aktiva, kewajiban, ekuitas pemilik dari suatu
entitas pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada saat akhir bulan dan
akhir tahun
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan dan pengeluaran atas
beban dari suatu entitas dalam suatu jangka waktu tertentu, misalnya
dalam satu bulan atau satu tahun.
3. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menyajikan ikhtisar dari perubahan ekutias
yangterjadi dalam ekuitas pemilik dari entitas dalam jangka waktu
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas memperlihatkan arus kas masuk, yaitu penerimaan, dan
arus kas keluar dari sebuah entitas pada periode tertentu, sehingga laporan
arus kas harus menyajikan informasi tentang dampak kas dari aktivitas
operasi, investasi, pendanaan perusahaan selama masa periode akuntansi.
5. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap
posisi dalam neraca laporan laba rugi, dan laporan arus kas harus
berkaitan dengan informasi yang terdapat didalam catatan atas laporan
keuangan.
Menurut Statement of Financial Accounting Concept No.1, laporan
keuangan merupakan sosok kunci dalam suatu pelaporan keuangan.
Laporan keuangan ini merupakan sarana utama untuk
mengkomunikasikan informasi-informasi akuntansi kepada orang-orang
yang berada di luar perusahaan. Laporan keuangan bukanlah akhir atau
tujuan dari pelaporan keuangan itu sendiri namun laporan keuangan
dimaksudkan menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi
keputusan ekonomi dan bisnis.
Penggunaan informasi keuangan melalui laporan keuangan oleh pihak luar
sumber daya yang akan diinvestasikan, dan juga upaya untuk memutuskan
pemberian kredit oleh kreditur. Untuk kepentingan tersebut, laporan
keuangan dirancang guna mengetahui kemampuan atas solvency dan
provitability perusahaan (Parawiyati, dkk., 2000). Laporan keuangan sebagai hasil akhir dari proses akuntansi memang dirancang untuk
menyediakan kebutuhan informasi bagi calon investor, kreditur, dan
pemakai eksternal lainnya untuk pengambilan keputusan investasi, kredit,
dan pengambilan keputusan lainnya (Hastuti dan Bambang S, 1998).
2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan
Financial Accounting Standards Beard (FASB) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan perusahaan bisnis adalah menyediakan informasi keuangan
bagi para investor, kreditur, dan lainnya serta untuk menaksir jumlah, waktu,
dan ketidakpastian prospektif net cash inflows pada perusahaan-perusahaan lain yang berhubungan (Syarif, 2002). Menurut Standar Akuntansi Keuangan di
Indonesia (IAI, 2004), tujuan laporan keuangan yaitu untuk menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, dan arus kas yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan
keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship)
manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
mengenai perusahaan yang meliputi : aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan
beban termasuk keuntungan dan kerugian, dan arus kas.
Tujuan laporan keuangan menurut Belkouli (2006:212) adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan
sesuai prinsip akuntansi yang berterima umum, posisi keuangan, hasil
operasi dan perubahan lain dalam posisi keuangan.
2. Tujuan umum laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang sumber daya
ekonomi dan kewajiban suatu usaha bisnis dengan tujuan untuk:
i. Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan perusahaan.
ii. Menunjukkan pendanaan dan investasi.
iii. Mengevaluasi kemampuan perusahaan melalui komitmen.
iv. Menunjukkan basis sumber daya untuk pertumbuhan.
b. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang perubahan
sumber daya bersih sebagai hasil dari aktivitas-aktivitas perusahaan
yang menghasilkan profit dengan tujuan untuk :
i. Menunjukkan tingkat kembalian deviden harapan bagi
investor.
ii. Menunjukkan kemampuan operasi untuk membayar
karyawan, membayar pajak dan menghasilkan dana untuk
ekspansi.
iii. Menyediakan informasi bagi manajemen untuk
perencanaan dan pengendalian.
iv. Menunjukkan profitabilitas jangka panjang.
c. Menyediakan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk
mengestimasi earnings potensial perusahaan.
d. Menyediakan informasi lain yang dibutuhkan tentang perubahan
sumber daya ekonomi dan kewajiban.
e. Mengungkapkan informasi lain yang relevan dengan kebutuhan
pemakai.
3. Tujuan kualitatif laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Relevan, memilih informasi yang paling mungkin untuk membantu
pemakai dalam pembuatan keputusan ekonomi.
b. Dapat dipahami, selain harus jelas informasi yang dipilih, juga
harus dapat dipahami pemakai.
c. Dapat diuji kebenarannya, hasil-hasil akuntansi dibenarkan oleh
ukuran-ukuran yang independen, menggunakan metode pengukuran
yang sama
d. Netral, informasi akuntansi diarahkan pada kebutuhan umum
e. Tepat waktu, berarti mengkomunikasikan infromasi seawal
mungkin untuk menghondari keterlambatan pembuatan keputusan
ekonomi.
f. Dapat diperbandingkan, perbedaan-perbedaan seharusnya tidak
mengakibatkan akuntansi yang berbeda.
g. Kelengkapan, semua informasi yang memenuhi persyaratan
tujuan-tujuan kualitatif harus dilaporkan.
2.2.2. Laba Akuntansi
Laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara
realisasi laba yang tumbuh dari transaksi-transaksi selama periode berlangsung
dan biaya-biaya historis yang berhubungan (belkaoui, 2000:388). Berdasarkan
definisi tersebut, Belkaoui (2000:388-389) menyatakan bahwa laba akuntansi
memiliki lima karakteristik, yaitu :
1. Didasarkan pada actual trasaction terutama yang berasal dari penjualan barang dan jasa
2. Didasarkan pada period postulate dan mengacu pada kinerja perusahaan selama satu periode tertentu
3. Didasarkan pada revenue principle yang perlu pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan (realization priciple) 4. Laba akuntansi membutuhkan pengukuran beban-beban dari segi biaya
5 Diperlukan juga konsep penandingan (matching principle) antara pendapatan dengan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan
tersebut.
Laba akuntansi merupakan salah satu indikator kinerja perusahaan yang
mendapat perhatian lebih dari pihal-pihak yang berkepentingan SFAC No. 1
menyatakan bahwa laba akuntansi adalah alat ukur yang baik untuk mengukur
kinerja perusahaan dan bahwa laba akuntansi bisa digunakan untuk meramalkan
aliran kas perusahaan (Hendriksen dan Van Breda dalam Febrianto dan
Widiastuty, 2005).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa laba akuntansi relevan untuk
membantu dalam pengambilan keputusan yang dibuat oleh investor. Namun,
Bedford (dalam Febrianto dan Widiastuty, 2005) menyatakan bahwa pembaca
laporan keuangan harus menyadari bahwa makna laba akuntansi hanya bisa
dimengerti dengan jalan memahami bagaimana angka laba tersebut bisa
dihasilkan atau diukur.
2.2.3. Arus Kas
Menurut PSAK No. 2 (IAI, 2004:2.2), arus kas adalah arus masuk dan
arus keluar kas atau setara kas. Informasi mengenai arus kas dapat ditemukan
dalam laporan arus kas. SFAC No. 1 (FASB, 1978) menyatakan bahwa
assessing its liquidity or solvency, or interpreting earning information provided”. Arus kas yang sehat begitu vital karena perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya membutuhkan kas. Dengan demikian, informasi arus
kas memiliki peran yang sangat penting.
Laporan arus kas mulai diwajibkan pelaporannya pada tahun 1987 melalui
SFAS No.95 (Dahler dan Febrianto, 2006). Di Indonesia, kewajiban untuk
melaporkan arus kas dimulai pada tahun 1994 dengan adanya Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 (IAI, 2004:2.1) yang menyatakan
perusahaan harus menyusun laporan arus kas dan menyajikan laporan tersebut
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan untuk setiap periode
penyajian laporan keuangan.
Perkembangan mengenai aliran kas di Indonesia ditandai dengan
dikeluarkannya Standar Akuntansi Keuangan (SAK) pada tanggal 7 September
1994 oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang berlaku efektif mulai tanggal 1
Januari 1995. PSAK No. 2 (IAI, 2004:2.3) tentang laporan aliran kas paragraf
10, yaitu perusahaan menyajikan aliran kas dari aktivitas oeprasi, investasi, dan
pendanaan dengan cara yang paling sesuai dengan bisnis perusahaan tersebut.
Laporan arus kas (cash flow statement) adalah laporan keuangan yang memperlihatkan pengaruh dari aktivitas-aktivitas operasi, pendanaan, dan
investasi perusahaan terhadap arus kas selama periode akuntansi tertentu dalam
suatu cara yang merekonsiliasi saldo awal ke akhir kas (Simamora, 2000:488).
terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dan setara kas serta
kepastian diperolehnya dalam rangka proses pengambilan keputusan ekonomi.
Informasi laporan arus kas merupakan bagian dari laporan keuangan yang
sangat bermanfaat terutama untuk membantu para investor dalam mengambil
keputusan. Secara teoritis, setelah IAI pada PSAK No. 2 mengenai laporan arus
kas diberlakukan, maka seluruh informasi keuangan di perusahaan semakin
mudah diketahui oleh investor, oleh sebab itu hal ini akan berdampak pada
reaksi investor dalam menanggapi informasi tersebut (Syarif, 2002)
2.2.3.1. Tujuan Laporan Arus Kas
Menurut Simamora (2000:488) tujuan utama laporan arus kas adalah
menyediakan informasi tentang penerimaan-penerimaan kas (cash receipts) dan
pembayaran-pembayaran (cash payments) dari suatu entitas selama suatu
periode tertentu. Selain tujuan utama, Simamora (2000:448) juga menyatakan
bahwa laporan arus kas bertujuan untuk memaparkan informasi tentang
kegiatan-kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan dari suatu entitas selama
periode tertentu.
Selain itu, PSAK No. 2 (IAI, 2004:2.1) mengemukakan bahwa laporan
arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk
mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan
(likuiditas dan solvabilitas), dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta
2.2.3.2. Manfaat Laporan Arus Kas
Laporan arus kas bermanfaat bagi dua pihak. Pertama, pihak internal yaitu
bagi manajemen. Kedua, pihak eksternal yaitu investor. Informasi tentang arus
kas bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas juga menilai
kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut.
Parawiyati, Hastuti, dan Subiantoro (1999) menyatakan bahwa manfaat
utama penyajian arus kas ada dua. Pertama, membantu investor memprediksi
kas yang mungkin didistribusikan dalam bentuk dividen di masa datang atau
bunga serta dalam bentuk distribusi likuidasi atau pembayaran kembali kepada
prinsipal. Kedua, membantu penilaian risiko variabilitas return masa datang. Oleh karena itu, data arus kas memberikan informasi dasar dalam penilaian
harga pasar sekuritas.
Informasi dalam laporan arus kas menurut Simamora (2000:489) akan
membantu para pemakai laporan keuangan dalam menilai aspek dari posisi
keuangan perusahaan yaitu kemampuan entitas untuk menghasilkan arus kas di
masa depan, kemampuan entitas untuk membagikan dividen dan memenuhi
kewajibannya, sebab-sebab perbedaan antara pendapatan bersih dan akas bersih
yang dipakai oleh kegiatan-kegiatan operasi, serta transaksi-transaksi pendanaan
Manfaat laporan arus kas ini telah dibuktikan oleh beberapa peneliti, salah
satunya Bowen et al (1986). Penelitian Bowen et al (1986) menyatakan bahwa data arus kas mempunyai manfaat dalam beberapa konteks keputusan, seperti :
1. Memprediksi kesulitan keuangan.
2. Menilai risiko, ukuran, dan waktu keputusan pinjaman.
3. Memprediksi peringkat (rating) kredit. 4. Menilai perusahaan.
5. Memberikan informasi tambahan pada pasar modal
Beberapa literatur menganggap bahwa data arus kas merupakan indikator
keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan laba akuntansi karena laporan
arus kas relatif lebih mudah diintrepretasikan dan relatif lebih sulit untuk
dimanipulasi (Meythi, 2006)
2.2.3.3. Klasifikasi Arus Kas
The Statement of Financial Accounting Standards No. 95 (SFAS No. 95) menginginkan informasi arus kas diklasifikasikan ke dalam tiga kegiatan, yaitu
arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan (Syarif, 2002).
Klasifikasi menurut aktivitas tersebut akan memberikan informasi yang
memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk menilai pengaruh
aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan serta terhadap jumlah
kas dan setara kas (Simamora, 2000:490). Informasi tersebut dapat digunakan
2004:2.3). Dengan demikian, komponen arus kas dapat memberikan informasi
yang berarti bagi investor untuk menilai kinerja perusahaan.
Menurut Kieso et al. (2004:1206), klasifikasi tipe cash inflows dan cash outflows berdasarkan tiga aktivitas yaitu aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan seperti diilustrasikan pada tabel 2.1. Aktivitas operasi berhubungan
dengan Income statement items, aktivitas investasi berhubungan dengan
generally long-term asset items, dan aktivitas pendanaan berhubungan dengan
Tabel 2.1.
Klasifikasi Tipe Cash Inflows dan Cash Outflows
Operating
Cash Inflows From sales of goods or services
From retruns on loans (intereset) and on equity securities
(dividends)
Cash Outflows To Suppliers for inventory
To employees for services
To Government for taxes
To others for expenses
Investing
Cash Inflows From sale of property, plant, and equipment
From sale of debt or equity securities of other entities
From collection of principal loans to other entities
Cash Outflows To purchase property, plant, and equipment
To purchase debt or equity securities of other entities
To make loans to other entities
Financing
Cash Inflows From sale of equity securities
From issuance of debt (bonds and notes)
Cash Outflows To stockholders as dividends
To redeem long-term debt or reacquire capital stock
2.2.3.3.1 Arus Kas Aktivitas Operasi
Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan
(principal revenue activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan (IAI, 2004:2.2). Umumnya arus kas aktivitas operasi
berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba
atau rugi bersih (Daniati dan Suhairi, 2006).
Menurut Parawiyatim Hastuti, dan Subiantoro (1999), arus kas dari
aktivitas operasi menjadi perhatian, karena dalam jangka panjang unutk
kelangsungan hidupnya suatu bisnis harus menghasilkan arus kas bersih yang
positif dari aktivitas operasi. Jumlah arus kas dari aktivitas operasi merupakan
indikator untuk menentukan apakah arus kas yang dihasilkan dari aktivitas
cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan,
membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada
sumber pendanaan dari luar (Parawiyati, Hastuti, dan Subiantoro, 1999)
Menurut PSAK No.2 (IAI, 2004:2.4), beberapa contoh arus kas yang
berasal dari aktivitas operasi adalah a) penerimaan kas dari penjualan barang
dan jasa; b) penerimaan kas dari royalty, fees, komisi, dan pendapatan lain; c)
pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa; d) pembayaran kas kepada
karyawan; e) penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi
sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat asuransi lainnya, f)
pembayaran kas atau penerimaan kembali pajak penghasilan kecuali jika dapat
investasi; g) penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk
tujuan transaksi usaha dan perdagangan.
2.2.3.3.2. Arus Kas Aktivitas Investasi
Aktivitas investasi adalah aktivitas ayng menyangkut perolehan dan
pelepasan aktiva jangka panjang (aktiva tidak lancar) serta investasi lain yang
tidak termasuk dalam setara kas ( IAI, 2004:2.2). Arus kas ini mencakup
aktivitas meminjamkan uang dan mengumpulkan piutang tersebut serta
memperoleh dan menjual investasi dan aktiva jangka panjang produktif (Daniati
dan Subairi, 2006).
Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu
dilakukan, sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran
kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan
pendapatan dan arus kas di masa depan (IAI, 2004:2.4). Informasi dalam
aktivitas investasi membantu para pengambil keputusan untuk memahami apa
yang sudah dilakukan oleh perusahaan. Secara umum, kenaikan investasi
memungkinkan timbulnya aliran kas masa depan yang lebih tinggi apabila
kinerja perusahaan baik. Namun, apabila kinerja perusahaan rendah, investasi
mengangkat menyebabkan kenaikan risiko investasi yang berakibat pada
penurunan aliran kas masa depan.
Menurut PSAK No. 2 (IAI, 2004:2.5), beberapa contoh arus kas yang
tetap, aktiva tidak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain; b) penerimaan kas
dari penjualan tanah, bangunan, dan peralatan, aktiva tidak berwujud, dan aktiva
jangka panjang lain; c) perolehan saham atau instrument keuangan perusahaan
lain; d) uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta
pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan); e) pembayaran
kas sehubungan dengan future contracts, forward contracts, option contracts,
dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas
pendanaan.
2.2.3.3.3. Arus Kas Aktivitas Pendanaan
PSAK No. 2 (IAI, 2004:2.2) menyatakan bahwa aktivitas pendanaan
(financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Arus kas aktivitas pendanaan
berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para
pemasok modal perusahaan (Daniati dan Subairi, 2006). Dengan demikian,
pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu
dilakukan (IAI, 2004:2.5).
Menurut PSAK No. 2 (IAI, 2004:2.5), beberapa contoh arus kas yang
berasal dari aktivitas pendanaan adalah a) penerimaan kas dari emisi saham atau
instrumen modal lainnya; b) pembayaran kas kepada para pemegang saham
obligasi, pinjaman, wesel, hipotik, dan pinjaman lainnya; d) pelunasan
pinjaman; e) pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (leasing) untuk
mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna usaha
pembiayaan.
2.2.4. Harga Saham
Secara sederhana, saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan
(pemilikan) modal seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau
perseroan terbatas (Widoatmodjo, 2007:54). Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling populer. Keuntungan (return) atas saham merupakan hal yang menyebabkan mengapa para investor
menginvestasikan dana pada saham di pasar modal, pada prinsipnya investor
membeli saham untuk mendapatkan dividen serta menjual saham tersebut pada
harga yang lebih tinggi (capital gain).
Dalam aktivitas perdagangan saham, harga saham mengalami fluktuasi,
baik berupa kenaikan maupun penurunan. Naik-turunnya harga saham pada
umumnya ditentukan oleh hukum ekonomi klasik, yaitu hukum permintaan dan
penawaran (supply and demand theory) (Tambunan, 2007:10). Pembentukan
harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham
tersebut. Dengan demikian, harga saham di pasar modal ditentukan
pencerminan dari ekspektasi pemodal terhadap kinerja saham di masa yang
Supply and demand atas saham terjadi karena adanya dua faktor (www.idx.co.id). Pertama, faktor yang sifatnya spesifik atas saham tersebut
seperti kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak.
Kedua, faktor yang sifatnya makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai
tukar, dan faktor-faktor non ekonomi seperti kondisi sosial dan politik, dan
faktor lainnya. Dapat dikatakan bahwa harga saham dipengaruhi oleh banyak
faktor, baik makroekonomi maupun mikroekonomi (Samsul, 2006:210).
Di dalam melakukan penawaran dan permintaan atas saham ada faktor
fundamental perusahaan yang selalu diperhatikan oleh para investor dalam
melakukan pembelian ataupun penjualan atas saham. Faktor fundamental
tersebut adalah kinerja keuangan perusahaan (Taufik, 2001). Informasi tentang
kinerja keuangan dapat berperan dalam mempengaruhi harga saham. Secara
fundamental harga suatu jenis saham dipengaurhi oleh kinerja perusahaan
(Samsul, 2006:200).
Pergerakan harga saham pada waktu tertentu memberikan indikasi
terjadinya perubahan kinerja keuangan perusahaan. Jika kinerja keuangan
perusahaan baik, maka akan memberikan efek positif terhadap harga saham
(Taufik, 2001). Dengan demikian, harga saham dapat dikatakan sebagai
indikator perusahaan dan merupakan pencerminan informasi yang relevan
(Kharisma dan Maskie, 2003).
Pada dasarnya, harga saham adalah harga yang telah disepakati bersama
merupakan harga konsensus di antara para investor (Samsul, 2006:269).
Pergerakan harga timbul melalui mekanisme perdagangan bursa saham. Dalam
mengambil keputusan, investor membutuhkan informasi yang jelas, wajar dan
tepat waktu agar dapat mengambil keputusan beli atau jual yang tepat pada
harga yang tepat.
2.2.5. Kerangka Pikir
2.2.5.1. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Operasi Terhadap Harga Saham
Menurut PSAK No.2 (IAI, 2009), jumlah arus kas yang berasal dari
aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah perusahaan
dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara
kegiatan operasional perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi
baru yang tidak mengandalkan dana dari pihak luar perusahaan.
Arus kas dari aktivitas operasi dapat menjadi perhatian penting karena
dalam jangka panjang untuk kelangsungan hidup perusahaan, suatu bisnis harus
menghasilkan arus kas bersih yang poitif dari aktivitas operasi. Jika suatu bisnis
harus menghasilkan arus kas bersih yang positif dari aktiitas operasi, maka tiak
akan meningkatkan kas dari sumber lain dalam jangka waktu yang tidak
terbatas (Parawiyati, dkk., 2000).
Arus kas operasi bernilai negatif, karena perusahaan masih mencari
pangsa pasar dan belum mampu menghasilkan arus kas masuk dari aktiitas
operasi bernilai negatif, perusahaan masih memiliki prospek dan kesempatan
tumbuh yang lebih besar dimasa yang akan datang untuk menghasilkan arus kas
positif sehingga harga saham tinggi, yang mengindikasikan bahwa arus kas
operasi berpengaruh negatif dengan harga saham. Sedangkan arus kas operasi
yang positif karena pangsa pasar perusahaan relatif sangat tinggi dan
mencerminkan realitas ekonomi perusahaan yang baik sehingga harga saham
tinggi, mengindikasikan arus kas operasi berpengaruh poitifdengan harga saham
(Susanto dan Ekawati, 2006).
Penelitian Triyono dan Hartono (2000) menyatakan bahwa arus kas dari
aktivitas operasi mempunyai hubungan yang signifikan dengan harga saham.
Berbeda dengan Ferry dan Wati (2004) yang menemukan bahwa aliran kas dari
aktiviats operasi berpengaruh negatif terhadap harga saham. Penelitian Meythi
(2006) menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh arus kas aktivitas operasi
terhadap harga saham dengan persistensi laba dengan variabel Intervening.
2.2.5.2 Pengaruh Arus Kas Aktivitas Investasi Terhadap Harga Saham
Menurut PSAK No.2 (IAI, 2009) arus kas dari aktivitas investasi
mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber
daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.
Secara umum, kenaikan investasi memungkinkan timbulnya aliran kas masa
perusahaan rendah, investasi meningkat menyebabkan kenaikan resiko investasi
yang berakibat penurunan aliran kas masa depan.
Arus kas investasi perusahaan bernilai negatif karena perusahaan
melakukan pengeluaran investasi yang sangat besar terutama dalam
mengembangkan pangsa pasarnya maupun dalam penguasaan teknologi. Nilai
arus kas negatif mencerminkan perusahaan masih memiliki peluang bertumbu
dan prosek di masa yang akan datang, sehingga diharapkan harga sahamnya
tinggi, sehingga dapat dikatakan arus kas investasi berpengaruh negatif terhadap
harga saham. Sedangkan arus kas investasi bernilai positif karena perusahaan
lebih banyak menjual aktiva yang tidak produktif, daripada membeli aktiva.
Tindakan manajer menjual aktiva yang tidak produktif ini dipandang oleh
investor sebagai tindakan menyelamatkan kelangsungan hidup perusahaan
sehingga diharapkan harga saham cukup tinggi, sehingga dikatakan bahwa arus
kas investasi berpengaruh positif terhadap harga saham (Susanto dan Ekawati,
2006). Sedangkan berdasarkan Miller dan Rock (1985) ada tambahan
kemampuan prediksi hubungan arus kas ivestasi dengan harga saham. Seara
gerneral, kenaikan investasi memungkinkan timbulnya arus kas masa depan
yang lebih tinggi apabila kinerja perusahaan baik. Namun apabila kinerja
perusahaan rendah kenaikan investasi menyebabkan kenaikan resiko inevstasi
yang berakibat pada penurunan arus kas masa depan. Hal ini memberikan
konsekuensi adanya hubungan positif atau negatif antara arus kas investasi
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh arus kas
dari aktivitas investasi ini memberikan hasil yang berbeda- beda. Hasil
penelitian Triyono dan Hartono (2000) menyatakan bahwa arus kas dari
aktivitas investasi memiliki kandungan informasi dan hubungan yang signifikan
dengan harga saham. Penelitian lain oleh Ferry dan Wati (2004) memberikan
hasil yang menunjukkan bahwa komponen arus kas dari aktivitas inestasi tidak
berhubungan dengan harga saham.
2.2.5.3. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Pendanaan Terhadap Harga Saham
Menurut PSAK No.2 (IAI,2009) arus kas dari aktivitas pendanaan
berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para
pemasok modal perusahaan. Keputusan pendanaan tidak dapat mereflreksikan
kinerja perusahaan yang dianggap sebagai tolok ukur nilai perusahaan. Oleh
karena itu, nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh keputusan untuk mendanai
kebutuhan kasnya melalui penerbitan obligasi/ surat hutang, penerbitan saham
biasa maupun prefern.
Hubungan antara arus kas dari aktivitas pendanaan dengan harga saham
umumnya dijelaskan pada peneltian Triyono dan Hartono (2000) dengan
menggunakan signaling theory. Dalam signaling theory terdapat hubungan antara arus kas dari aktivitas pendanaan dengan harga saham. Penerbitan hutang
merupakan sinyal kurang baik untuk menaksir arus kas karena pemilik dapat
teori ini dapat dijelaskan bahwa pasar akan bereaksi positif terhadap terhadap
pengumuman penerbitan hutang. Miller dan Rock (1985) menjelaskan bahwa
pasar akan bereaksi negatif terhadap pengumuman pendanaan dari kas karena
akan berpengaruh terhadap arus kas dari operasi yang lebih rendah untuk masa
yang akan datang, selain itu juga diidentifikasi adanya sinyal lain yang
berpengaruh terhadap arus kas dari pendanaan yaitu perubahan dividen yang
sangat erat hubungannya dengan harga saham.
Penelitian mengenai pengaruh arus kas pendaan oleh Triyono dan Hartono
(2000) memberikan kesimpulan bahwa arus kas aktivitas pendanaan
mempunyai hubungan yang signifikan dengan harga saham. Penelitian Ferry
dan Wati (2004) memberikan hasil yang menunjukkan bahwa komponen arus
kas dari aktivitas pendanaan tidak berhubungan dengan harga saham.
2.2.5.4. Pengaruh Laba Akuntansi Terhadap Harga Saham
Hasil riset empiris yang menguji reaksi pasar terhadap pengumuman laba
telah mendokumentasikan bahwa pengumuman laba akuntansi membawa
informasi ke pasar saham dan memiliki kandungan informasi (Lako, 2006:24).
Hal ini tercermin dari perubahan harga saham pada tanggal publikasi
pengumuman laba. Laba tahunan memiliki kandungan informasi, apabila
pengumuman laba akan menyebabkan perubahan harga saham.
Menurut Watt dan Zimmerman (dalam Nasrizal dan Jogiyanto, 2001),
mempengaruhi harga saham, hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan
harga saham pada saat pengumuman earnings oleh perusahaan. Beaver et al.; Foster et al.; Bernard dan Thomas; Easton et al.; dan Kothari dan Sloan (dalam Tryono dan Jogiyanto, 2000) menunjukkan bahwa adanya hubungan
pengumuman laba dengan harga saham. Sloan (dalam Meythi, 2006) juga
menunjukkan bahwa harga saham bereaksi jika investor “fixate” (percaya) pada
earnings.
Brown dan Hancock (dalam Triyono dan Jogiyanto, 2000) menemukan
bahwa publikasi laba akuntansi mempunyai pengaruh pada perubahan harga
saham. Kemudian, Brown et al. (dalam Triyono dan Jogiyanto, 2000) juga menemukan adanya hubungan positif antara pengumuman laba akuntansi
dengan harga saham.
Berdasarkan penelitian Finger (1994) menyimpulkan bahwa laba
memberikan isi informasi incremental dibandingkan aliran kas. Hal yang sama dikemukakan oleh Parawiyati dan Baridwan (1998) yang menyimpulkan bahwa
prediktor laba mempunyai kandungan informasi yang lebih besar dibanding
aliran kas. Hal ini juga didukung oleh Ball dan Brown (1968) dan Dechow
(1994).
Hasil penelitian Triyono dan Jobgiyanto (2000) menunjukkan bahwa laba
akuntansi berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal tersebut juga
diperkuat oleh hasil penelitian Ferry dan Ekawati (2004) yang menemukan
terhadap harga saham. Indra dan Syam (2004) juga membuktikan bahwa
informasi laba akuntansi berhubungan dengan harga saham. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa secara teoritis laba akuntansi dapat mempengaruhi
harga saham ketika kandungan informasi yang terdapat dalam laba akuntansi
dapat digunakan oleh investor untuk pengambilan keputusan beli, tahan, atau
jual suatu saham. Hal ini tercermin dalam perubahan harga saham pada saat
investor merespon informasi laba akuntansi.
Dari penjelasan kerangka pikir diatas, maka dapat digambarkan bagan
kerangka pikir sebagai berikut :
Gambar 2.1.
Bagan Kerangka Pikir
Arus Kas Aktivitas Operasi
Laba Akuntansi
Harga Saham Arus Kas Aktivitas Investasi
Arus Kas Aktivitas Pendanaan
2.3. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah
diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Diduga bahwa Arus kas aktivitas operasi, Arus kas aktivitas
investasi, Arus kas aktivitas pendanaan, Laba akuntansi tidak
mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan otomotif
pada Bursa Efek Indonesia (BEI).
Hi : Diduga bahwa Arus kas aktivitas operasi, Arus kas aktivitas
investasi, Arus kas aktivitas pendanaan, Laba akuntansi
mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan otomotif
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi tentang pernyataan pengoperasionalan dan atau pendefinisian konsep-konsep penelitian menjadi variabel-variabel penelitian termasuk penetapan cara dan satuan pengukuran variabel-variabelnya
(Anonim, 2003:10).
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel independen :
Harga Saham (Y) :
Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham
penutupan (closing price) pada akhir tahun. Skala pengukuran variabel operasional adalah skala rasio dengan satuan pengukuran rupiah (Rp).
2. Variabel dependen :
Arus Kas Aktivitas Operasi (X1) :
Arus kas dari aktiviats operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan
perusahaan, adapun komponennya yaitu penerimaan kas dari pelanggan,
pembayaran kas kepada pemasok/ karyawan, penerimaan bunga, pembayaran
bunga, penerimaan dari restitusi pajak, pembayaran pajak penghasilan badan, dan
pembayaran kas lain-lain. Skala pengukuran variabel operasional adalah skala rasio
Arus kas dari aktivitas investasi adalah perolehan dari pelaporan aktivitas jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas, adapun komponennya yaitu pembelian aktiva tetap, hasil penjualan aktiva tetap, pembelian
surat-surat berhaga yang dimiliki hingga jatuh tempo, penerimaan dari surat-surat berharga yang tersedia untuk dijual, dan pembayaran (penerimaan) dari aktiva lain-lain. Skala pengukuran variabel operasional adalah skala rasio dengan satuan
pengukuran rupiah (Rp).
Arus Kas Aktivitas Pendanaan (X3) :
Aliran kas dari aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan, adapun komponennya yaitu pembayaran hutang jangka panjang ke bank, pembayaran untuk pembelian kembali hutang obligasi, dan pembayaran dividen. Skala pengukuran
variabel operasional adalah skala rasio dengan satuan pengukuran rupiah (Rp). Laba Akuntansi (X4) :
Laba akuntansi adalah laba bersih atau rugi bersih selama periode tertentu sebelum perusahaan berhenti beroperasi (discontinued operations). Skala pengukuran variabel operasional adalah skala rasio dengan satuan pengukuran rupiah (Rp).
3.2. Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah data laporan keuangan
perusahaan otomotif yang telah go publik dan terdaftar pada PT. Bursa Efek
Indonesia pada periode 2005 hingga 2009 sebanyak 15 perusahaan dengan jumlah
2. PT Astra Otoparts Tbk.
3. PT Indo Kordsa Tbk.
4. PT Gajah Tunggal Tbk.
5. PT Goodyear Indonesia Tbk.
6. PT Hexindo Adiperkasa Tbk.
7. PT Indomobil Sukses Internasional Tbk.
8. PT Indospring Tbk.
9. PT Intraco Penta Tbk.
10. PT Multi Prima Sejahtera Tbk.
11. PT Multistrada Arah Sarana Tbk.
12. PT Nipress Tbk.
13. PT Polychem Indonesia Tbk.
14. PT Prima Alloy Steel Tbk.
15. PT Selamat Sempurna Tbk.
3.2.2. Sampel
Menurut Soemarsono (2004: 44), sampel adalah bagian dari populasi yang
mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut. Kriteria
untuk menyeleksi responden-responden berdasarkan ciri-ciri atau sifat khusus yang
dimiliki oleh sampel tersebut (Soemarsono, 2004: 54).
Adapun kriteria pemilihan sampel perusahaan yang dipakai adalah :
1. Perusahaan otomotif yang go public dan masih terdaftar di BEI dari tahun 2006 sampai tahun 2009.
2. Telah menyampaikan laporan keuangan tahunan auditan per 31 Desember
2009 ke BEI.
3. Perusahaan Otomotif yang masih aktif dalam melakukan perdagangan saham
di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2009.
Adapun perusahaan yang diambil untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini
adalah laporan keuangan 6 perusahaan selama 5 tahun berturut-turut yaitu tahun
2005-2009, sehingga terdapat 30 sampel.
Berikut ini adalah nama-nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini:
1. PT. Astra International Tbk
2. PT. Gajah Tunggal Tbk
3. PT. Multi Prima Sejahtera Tbk
4. PT. Nipress Tbk
5. PT Prima Alloy Steel Tbk.
3.3.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
berupa laporan keuangan yang diterbitkan setiap tahun perusahaan otomotif yang
telah diaudit dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2006 sampai 2009.
Laporan keuangan yang digunakan terdiri dari laporan neraca konsolidasi serta
laporan laba rugi masing-masing perusahaan otomotif.
3.3.2. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Sumber data merupakan asal mula pengambilan data. Sumber data dalam
penelitian ini diperoleh dari data harga saham penutupan pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) serta laporan keuangan perusahaan yang didapat dari situs IDX. Pengumpulan
data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang
diperlukan, metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
pengumpulan data dengan menggunakan komputer dengan menggunakan sarana
internet dari situs www. Idx.co.id dan www.financing-yahoo.com
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1. Uji Normalitas
Uji asumsi dasar yaitu uji normalitas, Uji Normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi
normal (Ghozali,2005: 110). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode
Kolmogorov Smirnov.
Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi normal
normal.
Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) > 5% maka distribusi adalah
normal
sedangkan uji penyimpangan asumsi klasik terdiri dari uji multikolinearitas,
autokorelasi, dan normalitas. Tujuan melakukan uji penyimpangan asumsi klasik adalah
untuk memastikan bahwa model regresi linier berganda telah memenuhi asumsi BLUE
(Best Linear Unbiased Estimator) sehingga tidak terjadi bias.
3.4.2 Uji Asumsi Klasik
1.Uji Multikolinearitas
Uji Multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Salah satu cara untuk mengetahui
adanya multikolineritas adalah dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor).
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10, maka hal ini berarti dalam persamaan regresi tidak ditemukan adanya korelasi
antar variabel bebas atau bebas multikolinieritas (Ghozali,2005: 93).
2.Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antara korelasi penganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t – 1 (sebelumnya), (Ghozali:2005: 99). Salah satu cara untuk mendeteksi
ada atau tidaknya autokorelasi dengan cara uji Durbin-Watson (DW test),
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lainnya. Model regresi yang baik adalah model yang bersifat homoskedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006: 125).
Dasar pengambilan keputusan menurut Ghozali (2005: 109), yaitu sebagai
berikut:
a. Apabila nilai signifikan hitung (sig) > tingkat signifikan α = 0,05 maka H0
diterima berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.
b. Apabila nilai signifikan hitung (sig) < tingkat signifikan α = 0,05 maka H0
ditolak berarti terjadi heteroskedastisitas.
3.4.3 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam mencari pemecahan atas
permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah melakukan analisis regresi
linier berganda.
Teknik analisis ini digunakan untuk mencari pemecahan masalah penelitian
secara individu atau parsial dan secara bersama-sama atau simultan. Penggunaan
tekinik analisis ini dilakukan dengan alasan karena penelitian ini berusaha untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh antara beberapa variabel bebas dengan variabel
terikatnya, karena secara teoritis keduanya mempunyai hubungan fungsional atau
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
X2 = Arus kas aktivitas investasi
X3 = Arus kas aktivitas pendanaan
X3 = Laba akuntansi
e = Variabel pengganggu
Berdasarkan model yang terbentuk akan dapat diketahui apakah semua
variabel bebas secara individu dan bersama-sama mempunyai pengaruh yang
signifikan atau tidak terhadap struktur modal, sehingga dapat disimpulkan apakah
hipotesis penelitian diterima atau ditolak.
3.4.4 Pengujian Hipotesis
3.4.4.1 Uji F
Digunakan untuk menguji kesesuaian atau tidaknya model regresi yang
digunakan untuk mengetahui pengaruh X1 (Arus kas aktivitas operasi), X2 (Arus
kas aktivitas investasi), X3 (Arus kas aktivitas pendanaan), dan X4 (Laba
akuntansi) terhadap Y (Harga saham). prosedur Uji F dengan kriteria sebagai
berikut:
a.H0 : β1=β2 = β3 = β4 =0 (model regresi yang dihasilkan tidak sesuai)
H1 : β1=β2 = β3 = β4 ≠ 0 (model regresi yang dihasilkan sesuai)
Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan > 0,05 maka H0 diterima dan
H1 ditolak.
Jika nilai probabilitas (P value ) / signifikan < 0,05 maka H0 di tolak dan
H1 diterima.
3.4.4.2 Uji t
Uji t dapat digunakan untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh
antara variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen, digunakan
uji t dengan prosedur sebagai berikut:
a.Hipotesis
H0 : βi = 0 (secara parsial tidak terdapat pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat).
H1 : βi ≠ 0 (secara parsial terdapat pengaruh positif variabel bebas terhadap
variabel terikat)Dimana i = 1, 2, 3
b.Level of signifikan (βo) = 0,05 c.Ketentuan pengujian:
Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan > 0,05 maka H0 diterima dan
H1 ditolak.
Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan < 0,05 maka H0 ditolak dan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1. PT. Bursa Efek Indonesia (BEI)
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pertama kali berdiri pada abad 19.
Dimana pada waktu itu berada pada zaman pemerintahan Hindia Belanda,
kemudian dibentuk ulang melalui Undang-Undang Republik Indonesia
No.15 tahun 1952. Selama dua dasawarsa kemudian, BEI mengalami
pasang surut yang ditandai pula leh pemberhentian kegiatan sepanjang
decade 60-an dan awal 70-an, pada tahun 1977 pemerintah Indonesia
menghidupkan kembali BEI dengan mencatatkan saham 13 perusahaan
PMA. Namun demikian, baru sekitar akhir decade 80-an dan awal
90-an,BEJ benar-benar berkembang menjadi bursa efek seperti yang kita
kenal sekarang.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang
Pasar Modal, peran BEI sebagai salah satu Self Regualtory Organization (SRO) Pasar Modal Indonesia semakin dikukuhkan. Sejak itu BEI tumbuh
pesat, berkat sejumlah pencapaian di bidang teknologi perdagangan,
Pada tahun 2004 BEI telah memulai revisi atas Pedoman Akuntansi
Perusahaan Efek (PAPE), dengan tujuan untuk standarisasi laporan
keuangan perusahaan efek. Revisi ini dilakukan untuk mengikuti
perkembangan pasar modal yang sangat pesat dengan melibatkan seluruh
pelaku pasar antara lain BAPEPAM, Self Regulatory Organization (SRO), Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI), dan Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI). Revisi telah dimulai sejak Agustus 2004 dan selesai pada
tahun 2005.
Dalam membangun hubungan international, BEI secara proaktif
melakukan serangkaian kegiatan kerjasama dengan beberapa lembaga
internasional yang mentangkut moneter dan pasar modal, diantaranya
adalah Seminar Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) di Malaysia, Asian Development Bank (ADB), Annial Meeting di Korea Selatan. BEI juga berpartisipasi dalam pertemuan East Asian and Oceanian Stock Exchange Federation (EAOSEF) dan International Organization of Securities Commisions (IOSCO) di Taiwan, Singapura, dan Jordania. Tidak hanya aktif dalam membina hubungan international, BEI juga
menjalin kerja sama dengan organisasi profesi di dalam negeri, baik
dengan cara berpartisipasi sebagai narasumber maupun memberikan
dukungan penyelenggaraan seminar dengan APEI, Asosiasi Emiten
Indonesia (AEI), Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), IAI,